You are on page 1of 32

Uraian Proses Produksi

- 27 -

BAB III URAIAN PROSES PRODUKSI

Pabrik gula Tjoekir menghasilkan produk utama gula kristal putih I (GKP I) dengan kualitas IA dan hasil sampingnya adalah ampas, tetes dan blotong. Proses pemurniannya menggunakan belerang dan kapur untuk pemisahan dari nira jernihnya. Faktor utama yang menentukan mutu hasil produksi adalah pada bahan dasar. Dalam hal ini tergantung pada bahan baku dan bahan-bahan pembantu.

III.1 Pengadaan bahan baku Bahan baku PG. Tjoekir yang digunakan adalah tebu yang berasal dari petani. Untuk memenuhi kebutuhan pabrik, tebu didatangkan dari tiga sumber, yaitu tebu rakyat, tebu pabrik dan tebu dari luar. Untuk menjaga kuantitas produksi maka selalu diadakan penyuluhan, kebun-kebun percobaan untuk tebu giling dan perluasan penyediaan bibit sehingga kebutuhan tercukupi. Semua kegiatan ini dilakukan oleh Kecamatan setempat. Ada 8 Kecamatan yang menangani tebu dari rakyat, yaitu Gudo, Diwek, Jogoroto, Mojoagung, Mojowarno, Wonosalam, Ngono, dan Gareng.

III.2 Stasiun Penimbangan Stasiun penimbangan berfungsi untuk mengetahui banyaknya tebu yang akan diproses atau digiling di unit ekstraksi. Tebu dari kebun diangkut menggunakan truk. Tebu yang masuk melalui proses seleksi mutu di

D III Teknik Kimia FTI ITS

Kerja Praktek PG Tjoekir Jombang

Uraian Proses Produksi

- 28 -

Emplacement untuk menunggu giliran penimbangan sebelum digiling. Sebelum dimasukkan ke stasiun penimbangan dilakukan analisa untuk mengetahui brix dengan menggunakan handfaktometer dan pH tebu dengan menggunakan pH meter. Nilai brix tebu yang diinginkan minimal 18 dengan pH 6,5. Tebu yang diangkut dengan truk ditimbang pada DCS (Digital Crane Scale). Hasil timbangan yang diperoleh adalah bruto, tara, dan netto. Pada timbangan, yang ditimbang adalah berat lori dan tebu, sedang pada timbangan tara yang ditimbang adalah berat lori sebesar 6 ku. Sehingga berat tebu merupakan hasil pengurangan berat bruto dengan berat tara. Jadi, netto didapat dari bruto dikurangi tara. Alat timbang yang digunakan di PG. Tjoekir ada 3 macam : 1. Jembatan Timbang Berfungsi untuk menimbang tebu yang berada dalam lori / truk dengan cara menimbang berat truk beserta tebunya (bruto), karena berat lori / truk diketahui maka berat tebu (netto) dapat diketahui. 2. Jembatan Timbang Elektronik Sama dengan jembatan timbangan cepat hanya saja menggunakan sistem digital. 3. Digital Crane Scale Digunakan untuk menimbang tebu yang ada dalam truk tanpa menimbang truknya. Alat ini letaknya berdekatan dengan stasiun gilingan.

D III Teknik Kimia FTI ITS

Kerja Praktek PG Tjoekir Jombang

Uraian Proses Produksi

- 29 -

Setelah tebu ditimbang, tebu siap dikirim ke stasiun gilingan untuk diproses lebih lanjut. Sistem penggilingan yang dilakukan di PG. Tjoekir adalah sistem FIFO (First In First Out), artinya tebu yang masuk lebih dulu akan digiling lebih dulu pula. Hal ini untuk menghindari penimbangan tebu yang terlalu lama, karena dapat menyebabkan penurunan kadar selulosa dan kerusakan tebu akibat sinar matahari maupun mikroorganisme atau bakteri. Pengangkutan tebu ke emplacement pabrik dilakukan oleh : 1. Lori Lori digunakan apabila daerah penghasil tebu mempunyai rel yang dapat dilalui lori. Pada tiap-tiap lori terdapat nomor lori dan berat lori. Dari penimbangan diperoleh berat bruto. 2. Truk Truk digunakan untuk daerah penghasil tebu yang tidak dilalui oleh lori. Truk dan tebu ditimbang pada timbangan bruto kemudian dilakukan amper, yaitu pemindahan tebu dari truk ke lori. Pada penimbangan ini (penimbangan 1) tiap sopir menyerahkan surat perintah tebang angkut (SPTA). Setelah tebu dipindahkan, truk menuju ke timbangan tara (timbangan 2) untuk mengetahui berat truk. Sebelum dimasukkan ke stasiun penggilingan dilakukan analisa rendemen kebun di laboratorium analisa pendahuluan. Untuk tebu rakyat dan tebu pabrik dilakukan analisa pada saat tebu ditebang, sedangkan untuk tebu luar dilakukan analisa untuk tiap truk.

D III Teknik Kimia FTI ITS

Kerja Praktek PG Tjoekir Jombang

Uraian Proses Produksi

- 30 -

Gambar 3.1 Halaman pabrik (emplacement)

D III Teknik Kimia FTI ITS

Kerja Praktek PG Tjoekir Jombang

Uraian Proses Produksi

- 31 -

III.3 Proses Produksi Dalam pelaksanaan proses produksi gula di pabrik, mulai dari bahan baku tebu sampai menjadi gula dilakukan proses yang berurutan, yaitu : 1. Stasiun Penggilingan 2. Stasiun Pemurnian 3. Stasiun Penguapan 4. Stasiun Masakan 5. Stasiun Putaran 6. Stasiun Penyelesaian

D III Teknik Kimia FTI ITS

Kerja Praktek PG Tjoekir Jombang

Uraian Proses Produksi

- 32 -

Bahan baku (tebu)

air imbibisi 30% T = 70-900C

Unit penggilingan

ampas

nira mentah asam phospat 300 ppm Ca(OH)2 70Be Unit pemurnian SO2 flokulant 2-3 ppm nira jernih 13 brix Unit evaporator nira kental 64 brix Unit kristalisasi Quite steam air kondensat

blotong

uap nira air kondensat

uap nira air kondensat

stroop A, stroop C, klare C, klare D, klare SHS tetes

Unit putaran gula SHS Unit penyelesaian

Produk gula (SHS) Gambar 3.1 Blok diagram sederhana proses pengolahan gula

D III Teknik Kimia FTI ITS

Kerja Praktek PG Tjoekir Jombang

Uraian Proses Produksi

- 33 -

III.3.1 Stasiun Penggilingan Unit ekstraksi merupakan awal proses untuk membuat gula yang didapatkan dari nira (sari tebu). Proses ekstraksi bertujuan untuk mengambil nira yang ada di dalam tebu sebanyak mungkin dengan cara yang efektif, efisien, dan ekonomis. Proses yang terjadi adalah untuk memperoleh nira mentah dari tebu, memisahkan gula dari ampasnya dan sekaligus menimbang hasil nira mentah sebelum masuk unit pemurnian. Di dalam proses gilingan ini terjadi penambahan bahan kimia (Chemical) untuk memperoleh hasil perahan nira yang baik, yaitu susu kapur (Ca(OH)2), asam phospat (H3PO4), bioside untuk membebaskan nira dari bakteri Leuconostoc, dan juga surfaktan untuk menurunkan tegangan permukaan sehingga viskositas pada nira menjadi kecil. Pada unit ini diharapkan menghasilkan nira mentah yang maksimum dan ampas yang mengandung gula seminimal mungkin. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pemerahan gula di unit penggilingan, antara lain kualitas tebu meliputi jenis tebu, kadar sabut, umur tebu, kandungan kotoran tebu, kadar gula atau pol tebu persiapan tebu sebelum masuk gilingan yaitu tipe atau jenis pencacahan awal air imbibisi derajat kompresi terhadap ampas jumlah roll gilingan, susunan gilingan, putaran rol, bentuk alur rol, setelan gilingan, stabilitas kapasitas giling, kecepatan rol gilingan, sanitasi gilingan

D III Teknik Kimia FTI ITS

Kerja Praktek PG Tjoekir Jombang

Uraian Proses Produksi

- 34 -

Adapun peralatan yang digunakan sebagai berikut : 1. Cane Unloading Crane Alat ini berfungsi untuk memindahkan tebu dari truk atau lori ke meja tebu. 2. Cane Table Berfungsi untuk menampung tebu dari truk atau lori untuk mengatur pemasokan tebu ke krepyak tebu (cane carrier) sehingga posisi sejajar dengan arah gerak cane carrier. 3. Cane Carrier Berfungsi untuk membawa dan mengumpankan tebu ke alat pemotong (cane cutter). 4. Cane Cutter Berfungsi untuk memotong dan mencacah tebu menjadi bagian-bagian pendek agar mudah digiling. 5. Hammer Unigrator. Berfungsi untuk membuka sel-sel tebu. 6. Sugar Cane Mill (gilingan tebu) Berfungsi untuk memerah nira dari serpihan tebu. 7. Intermediet Carrier 1 s/d 4 Berfungsi untuk membawa ampas tebu dari gilingan 1 ke gilingan lain. 8. Hidrolisis Penekan Roll Berfungsi untuk penekan roll atau mengatur tekanan roll agar terperah. 9. Rotary Cash-Cash (saringan nira mentah / talang goyang) Berfungsi untuk menyaring ampas halus yang terbawa oleh nira mentah yang dihasilkan oleh stasiun gilingan.

D III Teknik Kimia FTI ITS

Kerja Praktek PG Tjoekir Jombang

Uraian Proses Produksi

- 35 -

10. Baggase Carrier Berfungsi untuk memompa nira mentah hasil gilingan I dan II ketimbangan bolougne. 11. Flow meter imbibisi Berfungsi untuk mengatur rate volume air imbibisi dengan system digital.

Tahap proses Penggilingan / Ekstraksi Tebu dari emplacement diangkut ke unit ekstraksi dengan lori dan truk. Tebu dari lori dan truk diangkut menggunakan crane hoist, kemudian tebu diletakkan di meja tebu (cane table), lalu masuk ke dalam cane carrier I. Dari cane carrier I tebu dibawa ke cane cutter dan selanjutnya tebu dibawa ke unigrator. Serpihan tebu dari unigrator dibawa ke gilingan dengan menggunakan cane carrier II. Setelah itu tebu menuju ke gilingan I dan terjadi proses pemerahan tebu. Ampas dari gilingan I dibawa ke gilingan II dengan IMC I (intermediate carrier I). Nira dari gilingan II ditampung pada bak penampung gilingan II yang terhubung dengan penampung gilingan I dan kemudian dipompa ke rotary cashcash, sedangkan ampasnya dari gilingan II dialirkan ke gilingan III melalui IMC II (Intermidiate carrier II) dengan penambahan air imbibisi sebesar 25% - 30%. Nira dari gilingan III ditampung pada bak penampung III yang kemudian dialirkan ke gilingan II sebagai imbibisi nira dan ampasnya dibawa ke gilingan IV dengan IMC III. Ampas yang keluar dari gilingan III sebelum masuk pada gilingan IV ditambahkan air imbibisi sebesar 70% dengan suhu 70-900C dengan tujuan untuk

D III Teknik Kimia FTI ITS

Kerja Praktek PG Tjoekir Jombang

Uraian Proses Produksi

- 36 -

melarutkan nira yang masih ada dalam ampas. Penambahan air imbibisi dengan suhu 70-900C dikarenakan pada suhu tersebut sel ampas mudah pecah sehingga nira yang didapatkan bisa maksimal. Disamping itu juga bisa mengurangi mikroba yang ada dalam nira dan akan mengurangi jumlah kalori yang harus ditambahkan pada proses selanjutnya. Penambahan di bawah 700C akan menyebabkan kurang maksimalnya pemerahan. Sedangkan untuk diatas 900C akan menghasilkan pemerahan nira yang semakin baik sehingga nira yang didapatkan mencapai hasil yang maksimal. Air imbibisi ini berasal dari air kondensat evaporator. Nira yang dihasilkan gilingan IV turun ke bak penampung dan digunakan sebagai imbibisi gilingan III yang dialirkan melalui IMC II (Intermidiate Carrier II), sedangkan nira yang dihasilkan dari gilingan III digunakan sebagai imbibisi gilingan II yang dialirkan melalui IMC I (Intermidiate carrier I). Ampasnya dilewatkan baggase carrier untuk dikirim ke stasiun ketel untuk bahan bakar. Jadi nira yang dihasilkan pada unit penggilingan 3 dan 4 dialirkan lagi menuju penggilingan sebelumnya sebagai imbibisi untuk memudahkan

pemerahan nira dan juga untuk mengatasi kehilangan gula yang terkandung dalam nira. Sedangkan nira yang dihasilkan dari unit penggilingan 1 dan 2 disaring di rotary cash-cash kemudian dialirkan ke peti penampung nira mentah.

D III Teknik Kimia FTI ITS

Kerja Praktek PG Tjoekir Jombang

Uraian Proses Produksi

- 37 -

Gambar 3.2 diagram alir stasiun penggilingan

D III Teknik Kimia FTI ITS

Kerja Praktek PG Tjoekir Jombang

Uraian Proses Produksi

- 38 -

Tebu

Crane Hoist

Cane Table

Cane Carrier I

Cane Cutter Unigrator

Cane Carrier II

Gilingan I Rotary cashcash Gilingan II ampas nira ampas Nira mentah Unit Pemurnian

Gilingan III nira ampas + air imbibisi

Gilingan IV nira ampas + air imbibisi

Penampung ampas Bagasse Carrier ampas Boiler

Gambar 3.2 Blok diagram aliran proses pada unit ekstraksi D III Teknik Kimia FTI ITS Kerja Praktek PG Tjoekir Jombang

Uraian Proses Produksi

- 39 -

III. 3.2 Stasiun Pemurnian Pada pabrik gula, proses pemurnian memegang peranan penting dalam produksi gula, karena hasil pemurnian ini akan sangat mempengaruhi kualitas dari gula yang dihasilkan. Adapun tujuan dari proses pemurnian yaitu menghilangkan sebanyak mungkin kotoran yang terdapat dalam nira mentah sehingga kemurnian (HK pol) nira jernih yang dihasilkan lebih tinggi daripada nira mentahnya, kadar gula reduksi tidak meningkat, kekeruhan dan warna nira jernih rendah. Tiga faktor penting dari kondisi operasional proses yang mempengaruhi hasil pemurnian nira, yaitu pH, suhu, dan waktu. Nilai keasaman nira (pH) pada umumnya merupakan efek dari hasil reaksi bercampurnya beberapa bahan secara kimiawi. Suhu pemurnian selama proses liming berlangsung mempengaruhi kualitas nira jernih. Pada kondisi suhu yang semakin tinggi dan pH yang semakin rendah (7,2 - 4,4) menyebabkan inversi sukrosa per satuan waktu semakin meningkat. Sedangkan kerusakan gula reduksi meningkat pada pH tinggi. Oleh karena itu kondisi operasional proses pemurnian nira pelu dicari optimalnya untuk mendapatkan kualitas nira jernih yang baik. Adapun tahap-tahap yang terjadi dalam stasiun pemurnian adalah sebagai berikut:
1. Nira mentah yang telah dicampur dengan asam phospat dan bahan chemical lain dialirkan dalam timbangan Bolougne setelah timbangan terisi penuh (kapasitas 5,5 ton). Nira tersebut disaring dan ditampung dalam bak penampung nira, untuk kemudian dialirkan pada Panas Pendahuluan I . 2. Dalam PP I, yang terdiri dari 4 unit. Nira dipanaskan secara bertahap hingga suhu 800C dengan tujuan untuk membunuh kuman dan mikroorganisme yang dapat

D III Teknik Kimia FTI ITS

Kerja Praktek PG Tjoekir Jombang

Uraian Proses Produksi

- 40 -

mengganggu proses pembentukan kristal gula. Di samping itu, untuk mempercepat terjadinya reaksi antara susu kapur dengan nira mentah pada defekator. Kemudian masuk ke Flash Tank I dengan tujuan untuk mengeluarkan gas-gas yang ada dalam nira karena diharapkan mencapai nira murni. 3. Selanjutnya nira masuk pada defekator I untuk mengalami defekasi, yaitu penambahan susu kapur sampai pH netral. Hal ini berfungsi untuk mencegah rusaknya monosakarida. Di samping itu untuk membentuk inti-inti endapan Ca phosphat. Pada defekator I pH diusahakan mencapai 7,2. Kemudian masuk ke defekator II yang bertujuan untuk meningkatkan pH sampai 8,6-9 dengan penambahan susu kapur. Selanjutnya masuk defekator III bertujuan untuk pencampuran nira dan susu kapur supaya homogen. Reaksi yang terjadi adalah : 3 Ca(OH)2 + 2H3PO4 Ca3(PO4)2 + 6 H2O

4. Proses selanjutnya sulfitasi, yaitu penambahan gas S02. Hal ini bertujuan untuk menetralkan kelebihan susu kapur serta untuk membentuk endapan Ca Sulfit. pH nira diusahakan mencapai 7. Reaksi yang terjadi : 1) S(l) 2) SO2(g) 5. + O2 (g) + H2O(g) SO2(g) H2SO3(aq) CaSO3(s) + 2H2O(aq)

3) Ca(OH)2(aq) + H2SO3(aq)

Nira yang telah tersulfitasi ini selanjutnya dialirkan ke PP II dengan suhu 1051100C. Setelah itu dialirkan ke bejana pengembang (Flash Tank II) untuk mengeluarkan udara dan gas yang mengganggu proses pengendapan.

6.

Setelah itu nira tersebut dialirkan dalam Snow Bolling, yaitu tempat untuk penambahan flokulan (zat pengikat endapan) untuk mempercepat terjadinya pengendapan.

7.

Selanjutnya nira dialirkan dalam peti pengendapan (Door Clarifier) untuk memisahkan antara nira jernih atau encer dengan nira kotor. Nira jernih ini

D III Teknik Kimia FTI ITS

Kerja Praktek PG Tjoekir Jombang

Uraian Proses Produksi

- 41 -

kemudian disaring untuk membuang buihnya. Nira jernih yang telah disaring dimasukkan ke Clear Juice Tank, dan selanjutnya dialirkan ke stasiun penguapan. Sedangkan nira kotor dimasukkan ke peti nira kotor yang kemudian ditarik ke dalam Rotary Vakum Filter (RVF), untuk memisahkan kotoran padat (blotong), dan nira tapis. Nira tapis ini kemudian ditarik kembali ke timbangan nira mentah (Bolougne) untuk selanjutnya dimurnikan kembali.

D III Teknik Kimia FTI ITS

Kerja Praktek PG Tjoekir Jombang

Uraian Proses Produksi

- 42 -

Gambar 3.3 diagram alir stasiun pemurnian

D III Teknik Kimia FTI ITS

Kerja Praktek PG Tjoekir Jombang

Uraian Proses Produksi Peti Penampung Nira Mentah Buffer Tank Boulogne Peti Nira Timbang Boulogne

- 43 H3PO4

Bleeding Juice Heater (PP I) 800C Flash tank Defekator I pH 7- 7,2 Susu Kapur 40 Be Unit Pembuatan Susu Kapur Defekator II pH 8,6-9 Defekator III (Homogenitas) Sulfitasi Nira Mentah Bleeding Juice Heater (PP II) 105-1100C Flash Tank Kondensat Gas-gas penghambat pengendapan Flokulan 2 3 ppm Dorr Clarifier Nira Kotor Peti Nira Kotor Rotary Vacuum Filter Nira Blotong Clear Juice Tank Nira Jernih DSM Screen Unit Pembuatan SO2 Susu Kapur 40 Be Kondensat

Stasiun Penguapan

Gambar 3.3 Blok diagram aliran proses pada unit pemurnian

D III Teknik Kimia FTI ITS

Kerja Praktek PG Tjoekir Jombang

Uraian Proses Produksi

- 44 -

III.3.3 Stasiun penguapan Tujuan dari proses penguapan ini adalah untuk menguapkan kandungan air dalam nira encer dengan kadar 13 brix sehingga didapatkna nira kental dengan kadar 64-68 brix. Di PG. Tjoekir terdapat 6 badan penguap yang terdiri dari 3 badan penguap secara seri, 2 badan penguap secara paralel, sedangkan 1 badan penguap secara bergiliran dibersihkan setiap harinya. Nira encer dari stasiun pemurnian masuk ke Badan Penguap I (BP I) yang dipanaskan dengan uap bekas turbin, uap nira dari BP I digunakan untuk memanaskan BP II dan seterusnya sampai dihasilkan nira kental. Yang harus diperhatikan adalah tinggi nira yang diuapkan 1/3 dari Badan Penguap agar sirkulasi dapat berjalan dengan baik. Proses yang terjadi pada stasiun penguapan adalah sebagai berikut : 1. Nira encer di BP I dipanaskan dengan uap bekas turbin alternator dan turbin gilingan dengan suhu 110-1200C dan tekanan 0,8 kg/cm2. Uap yang dihasilkan pada BP I dialirkan menuju juice heater dan BP II. 2. Nira dialirkan menuju ke BP II dan dipanaskan dengan uap nira dari BP I dengan suhu 90-1100C. 3. Nira pada BP II dialirkan ke BP III yang dipanaskan dengan uap nira dari BP II dengan suhu 90-1000C. 4. Uap nira dari BP III digunakan untuk memanaskan nira pada BP IV dan V dengan suhu 60-700C. 5. Uap panas yang keluar dari BP IV dan V dialirkan menuju kondensor dan dikeluarkan berupa air jatuhan. Sedangkan uap nira yang dihasilkan pada

D III Teknik Kimia FTI ITS

Kerja Praktek PG Tjoekir Jombang

Uraian Proses Produksi

- 45 -

masing-masing Badan Penguap dikeluarkan berupa air kondensor / kondensat. Air konden ini ada 2 macam, yaitu : Positif dan negatif. Air konden positif berarti masih mengandung gula dan digunakan sebagai air imbibisi, sedangkan air konden negatif (tidak mengandung gula) dipergunakan sebagai air pengisi ketel. 6. Nira dari badan Penguap terakhir dialirkan menuju bejana sulfitator, sehingga nira kental direaksikan dengan gas SO2. Selain untuk pemucatan, sulfitasi ini juga berfungsi untuk menurunkan pH nira kental sampai 5,6. 7. Nira kental yang telah dihasilkan dalam bejana sulfitator dipompa ke bak penampung nira kental pada stasiun masakan. Dampak proses penguapan adalah adanya kerak dalam pipa atau badan penguap itu sendiri. Untuk menghilangkan kerak-kerak tersebut, maka pembersihan badan penguap dilakukan secara bergantian. Bahan yang digunakan untuk membersihkan adalah soda (NaOH), soda tersebut berfungsi untuk melunakkan kerak-kerak pada pipa. Selain digunakan bahan kimia tersebut, dilakukan juga proses penyekrapan disertai penyemprotan air untuk

membersihkan sisa-sisa kerak.

D III Teknik Kimia FTI ITS

Kerja Praktek PG Tjoekir Jombang

Uraian Proses Produksi

- 46 -

Gambar 3.3 diagram alir stasiun penguapan

D III Teknik Kimia FTI ITS

Kerja Praktek PG Tjoekir Jombang

Uraian Proses Produksi

- 47 -

Nira Encer 13 brix

Pan Masakan dan Juice Heater

Uap nira Uap Bekas Turbin Evaporator I Uap nira Evaporator II Kondensat Air Pengisi Ketel

Evapotator III

Evaporator IV Air Imbibisi dan air proses

Kondensat Evaporator V 64 brix SO2 Sulfitasi Nira Kental

Unit Pembuatan SO2

Unit Kristalisasi Gambar 3.4 Blok diagram aliran nira pada unit penguapan

D III Teknik Kimia FTI ITS

Kerja Praktek PG Tjoekir Jombang

Uraian Proses Produksi

- 48 -

III.3.4 Stasiun Masakan Unit pemasakan merupakan proses operasi untuk memperoleh kristal gula yang baik dengan cara kristalisasi. Kristalisasi adalah proses pembentukan kristal padat dari suatu larutan induk yang homogen. Proses ini adalah salah satu teknik pemisahan padat-cair yang sangat penting dalam industri. Syarat utama terbentuknya kristal dari suatu larutan adalah larutan induk harus dibuat dalam kondisi lewat jenuh (super saturated). Yang dimaksud dengan kondisi lewat jenuh adalah kondisi dimana pelarut (solvent) mengandung zat terlarut (solute) melebihi kemampuan pelarut tersebut untuk melarutkan solute. Pada unit masakan ini nira kental ini dibuat kondisi lewat jenuh dengan 2 cara yaitu : Pengurangan Solven Metode lain yang digunakan untuk mencapai kondisi supersaturasi adalah penguapan solven sehingga konsentrasi larutan menjadi makin pekat. Menurunkan Solubilitas Solubilitas padatan dalam cairan akan menurun seiring dengan penurunan suhu (pendinginan). Seiring dengan penurunan suhu, saturasi akan meningkat sedemikian hingga, sampai tercapai kondisi supersaturasi. Sebelum masuk ke dalam pan masakan, nira kental dari evaporator badan terakhir mengalami sulfitasi yang bertujuan untuk memucatkan atau bleaching warna kristal gula dengan cara mengikat ion ferri dan ferro.

D III Teknik Kimia FTI ITS

Kerja Praktek PG Tjoekir Jombang

Uraian Proses Produksi

- 49 -

Nira kental tersulfitasi dikentalkan dan dibuat lewat jenuh hingga membentuk kristal gula pada unit pemasakan ini. Adapun tujuan pengkristalan gula adalah sebagai berikut : o Mengkristalkan sukrosa agar diperoleh kristal gula sebanyak-banyaknya dan menghindari kehilangan gula dalam tetes sekecil-kecilnya. o Mempercepat sirkulasi brix (dry solid) sesingkat mungkin. Dalam proses kristalisasi hendaknya diusahakan agar tercapai hal-hal sebagai berikut : Hasil gula yang maksimal, baik kualitas maupun kuantitas Kehilangan gula sekecil mungkin Waktu proses sedikit mungkin Biaya operasi serendah mungkin. Peralatan yang digunakan adalah : 1. Pan masakan Berfungsi untuk membentuk kondisi lewat jenuh larutan gula serta membentuk proses kristalisasi, jumlah Pan masakan di PG. Tjoekir sebanyak 10 buah 2. Kondensor Berfungsi untuk pendinginan uap yang keluar dari Pan masakan dengan jalan menginjeksikan air dan akan menghasilkan air jatuhan 3. Palung Pendingin Berfungsi sebagai tempat penampungan dan pendinginan masakan sekaligus sebagai tempat terjadinya nakristalisasi (kristalisasi lanjut)

D III Teknik Kimia FTI ITS

Kerja Praktek PG Tjoekir Jombang

Uraian Proses Produksi

- 50 -

4. Pompa vaccum Berfungsi untuk pembuatan vakum (hampa udara) di dalam Pan masakan karena untuk menarik bahan dan sirkulasi uap air yang dihasilkan 5. Peti Tunggal Berfungsi untuk menampung klare D, stroop A, nira kental, klare SHS, gula D1 dan D2
6. Vaccum trog Berfungsi untuk membuat gula D1.

Tahap-tahap yang dilalui selama proses kristalisasi adalah : 1. Pemekatan nira kental, yaitu dengan meningkatkan penguapan air dalam nira 2. Memasukkan kristal atau inti, yaitu pada saat konsentrasi nira mencapai lewat jenuh (daerah meta mantap) 3. Pembesaran kristal 4. Penuaan masakan Adapun tingkatan masakan yang ada di PG. Tjoekir ada 3 macam : 1. Masakan A Bahan yang diperlukan pertama adalah klare SHS dan nira kental ditarik dengan volume 200 HL, kemudian dituakan sampai daerah meta mantap (terbentuk benangan 2 cm), setelah itu ditambahkan bibitan C dengan volume tertentu sehingga didapatkan nilai HK 90. Hasil masakan mempunyai ukuran kristal 0,6 cm yang disebut sebagai masakan A4. Hasil masakan A4 ini dikemudian dibagi menjadi 2 Pan, misalnya

D III Teknik Kimia FTI ITS

Kerja Praktek PG Tjoekir Jombang

Uraian Proses Produksi

- 51 -

masing-masing 100 HL. Tiap Pan ini kemudian ditambahkan klare SHS dan nira kental sampai volumenya menjadi 200 HL, dan kristal yang didapatkan berukuran 0,8 mm dan HK 87. Hasil masakan ini disebut A2. Untuk masakan utama (A) bahannya adalah nira kental dan klare SHS ditarik 150 HL lalu ditunggu hingga daerah meta mantap, setelah itu ditambahkan bibitan A2 hingga volumenya 400 HL dan didapatkan ukuran kristal yang tepat, yaitu antara 0.8-1 mm dan nilai HK 87 serta sudah tidak terdapat kristal palsu (kristal halus). Baru kemudian hasil masakan ini diturunkan di palung pendingin kemudian diputar di stasiun putaran untuk menghasilkan gula produk (gula SHS), stroop A dan klare SHS. Pan masakan yang terdapat pada masakan A adalah pan 1-6. 2. Masakan C Sroop A dan bibitan D masing-masing ditarik dengan volume tertentu kemudian dilebur sampai menjadi larutan. Kemudian dikentalkan sampai daerah meta mantap. Setelah itu ditambahkan bibitan D dan dilakukan pembesaran kristal dengan jalan penambahan stroop A secara bertahap sampai dengan volume 100 HL. Selanjutnya dilakukan penuaan masakan sampai didapatkan ukuran kristal 0,9-1,2 mm, dengan HK 79. Setelah larutan tipis dan kristal palsu tidak ada, masakan C siap diturunkan ke palung pendingin dan stasiun putaran III. Pan masakan yang terdapat pada masakan C adalah pan 7-8. 3. Masakan D

D III Teknik Kimia FTI ITS

Kerja Praktek PG Tjoekir Jombang

Uraian Proses Produksi

- 52 -

Pertama disiapkan terlebih dahulu apa yang disebut Pdc D2. Bahan yang diperlukan adalah stroop A dan klare D ditarik dengan volume 100-110 HL kemudian dikentalkan hingga lewat jenuh. Setelah itu ditambahkan gula halus hingga didapatkan HK 64 dengan cara mengamati kristal yang timbul. Kemudian ditambahkan stroop A dan klare D sampai volume 200 HL. Baru setelah itu hasil masakan ini dibagi 2 masingmasing bagian ( 100 HL) ini kemudian ditambahkan stroop C dan klare D hingga volumenya 200 HL dan didapatkan HK 58. Pan masakan pada masakan D adalah 9-10.

D III Teknik Kimia FTI ITS

Kerja Praktek PG Tjoekir Jombang

Uraian Proses Produksi

- 53 -

Gambar 3.5 diagram alir stasiun masakan dan stasiun puteran

D III Teknik Kimia FTI ITS

Kerja Praktek PG Tjoekir Jombang

Uraian Proses Produksi

- 54 -

Nira kental tersulfitasi

Pan Masakan A

Pan Masakan C

Pan Masakan D

Palung Pendingin (Koeltrog)

Palung Pendingin (Koeltrog)

Palung Pendingin (Koeltrog)

Mixer C Mixer A air Putaran C Gula C Putaran A Gula A Mixer Gula A Stroop A Mixer Gula C Stroop C air

Vaccum trog

Mixer D1 air Putaran D1 Gula D1 Tetes

Mixer Gula D1

Mixer D2 air

Mixer SHS air + steam Putaran SHS Gula SHS

Putaran D2 Gula D2 Mixer Gula D2 Klare III

Klare I

Stasiun Penyelesaian

Gambar 3.5 Blok diagram aliran proses yang terjadi pada unit masakan dan putaran D III Teknik Kimia FTI ITS Kerja Praktek PG Tjoekir Jombang

Uraian Proses Produksi

- 55 -

III.3.5 Stasiun Putaran Proses pada unit putaran bertujuan untuk memisahkan kristal gula dari larutannya (stroop). Pada prinsipnya proses pengkristalan terjadi dalam pan masakan yang merupakan suatu campuran dari larutan dan kristal sukrosa. Setelah mengalami pendinginan pada palung pendingin lalu dipisahkan kristal gula dari stroopnya pada unit putaran. Pemisahan ini dipakai alat berupa saringan yang menggunakan gaya centrifugal sebagai kekuatan dorongnya. Pemisahan kristal gula dari stroopnya dibantu dengan : Pemberian air, dimana bertujuan untuk melarutkan stroop yang menempel pada kristal gula, sehingga nantinya didapat kristal gula murni. Pemberian uap, bertujuan untuk memisahkan stroop yang menempel pada kristal gula dan juga untuk mengeringkan kristal gula setelah diberi air. Putaran yang dipakai pada PG Tjoekir antar lain : 1. Batch Centrifugal. Batch centrifugal merupakan alat yang bekerja secara terputus yang didalamnya dilengkapi dengan 3 saringan yaitu : o Saringan I, saringan halus untuk memisahklan kristal gula dengan stroopnya. o Saringan II, saringan ini agak kasar untuk jalan keluarnya stroop. o Saringan III, saringan ini kasar untuk keluarnya stroop.

D III Teknik Kimia FTI ITS

Kerja Praktek PG Tjoekir Jombang

Uraian Proses Produksi

- 56 -

Batch centrifugal ini fungsinya untuk memutar gula A dan SHS. Untuk pemisahan gula dengan stroopnya didalam putaran dilakukan dengan cara menyiram atau mencuci dengan air panas pada lapisan kristal gula yang sudah diputar dengan waktu tertentu. Pencucian ini harus merata dan dapat melarutkan lapisan stroopnya yang menempel pada kristal gula tadi, untuk putaran gula SHS digunakan steam yang fungsinya untuk mengeringkan gula setelah disiram air. PG Tjoekir ini mempunyai 8 buah batch centrifugal, dimana putaran 5-8 untuk putaran A dan putaran 1-4 untuk putaran produksi ( putaran SHS). 2. Continous Centrifugal. Continous centrifugal merupakan alat yang bekerja secara continue yang didalamnya terdiri dari sebuah tromol konis yang berputar dan dindingnya berupa screen (saringan). Continous centrifugal ini digunakan untuk memutar gula D1,D2, dan C.

III.3.6 Stasiun Penyelesaian Tujuan dari unit penyelesaian adalah untuk menyelesaikan hasil hasil dari putaran sehingga menghasilkan gula produksi. Tugas utama dari unit adalah mengeringkan kristal gula, karena gula SHS yang turun dari putaran SHS masih basah dan ukuran kristal tidak rata. Tahap proses pengeringan gula SHS Gula SHS yang dihasilkan dari putaran SHS turun ke talang goyang yang berfungsi sebagai pengeringan awal dan juga sebagai pembawa gula SHS menuju

D III Teknik Kimia FTI ITS

Kerja Praktek PG Tjoekir Jombang

Uraian Proses Produksi

- 57 -

wet sugar elevator. Dari wet sugar elevator ini gula SHS akan dibawa menuju vibrating screen dan sugar dryer yang berfungsi sebagai pengering gula SHS. Setelah dikeringkan maka gula dibawa ke sugar bin dengan menggunakan dry sugar elevator. Sebelum masuk ke sugar bin, gula SHS dipisahkan berdasarkan ukurannya dengan menggunakan hammer screen yang terdiri dari 3 tingkat screen. Dengan menggunakan hammer screen ini akan dipisahkan antara gula halus, gula kasar dan gula produksi yang selanjutnya akan masuk ke dalam sugar bin. Setelah itu gula produksi ditimbang secara otomatis dan packing dalam karung gula 50 kg yang telah disiapkan dan siap untuk dipasarkan. Sebelum dipasarkan gula yang sudah dipak disimpan dalam gudang terlebih dahulu menunggu pendistribusian ke pasaran.

D III Teknik Kimia FTI ITS

Kerja Praktek PG Tjoekir Jombang

Uraian Proses Produksi

- 58 -

Gula SHS

Talang Goyang

Wet Sugar Elevator

Talang Goyang

Sugar Dryer

Dry Sugar Elevator

Hammer Screen Gula produksi Sugar Bin

Gula halus Gula kasar

Mixer C Mixer A

Gudang Gula

Gambar 3.6 Blok diagram aliran proses yang terjadi pada unit penyelesaian

D III Teknik Kimia FTI ITS

Kerja Praktek PG Tjoekir Jombang

You might also like