You are on page 1of 18

A. Pengertian Intelegensi 1.

Pengertian Intelegensi Secara Etimologis Intelegensi berasal dari bahasa Inggris Intelligence yang juga bersalal dari bahasa Latin yaitu Intellectus dan Intelligentia. Teori tentang intelegensi pertama kali dikemukakan oleh Spearman dan Wynn Jones Pol pada tahun 1951. Spearman dan Wynn mengemukakan adanya konsep lama mengenai suatu kekuatan (power) yang dapat melengkapi akal pikiran manusia tunggal pengetahuan sejati. Kekuatan tersebut dalam bahasa Yunani disebut dengan Nous, penggunaan kekuatannya disebut Noeseis. 2. Definisi Intelegensi Menurut Para Ahli.
Alfred

sedangkan

Binet,

tokoh

perintis

pengukuran

intelegensi

mendefinisikan

intelegensi terdiri dari tiga komponen, yaitu 1. Kemampuan untuk mengarahkan pikiran dan tindakan 2. Kemampuan untuk mengubah arah tindakan setelah tindakan tersebut dilaksanakan 3. Kemampuan untuk mengkritik diri sendiri atau melakukan auto criticism
Super dan Cities mendefinisikan kemampuan menyesuaikan diri terhadap

lingkungan atau belajar dari pengalaman.


J. P. Guilford menjelaskan bahwa tes inteligensi hanya dirancang untuk

mengukur proses berpikir yang bersifat konvergen, yaitu kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang logis berdasarkan informasi yang diberikan. Sedangkan kreativitas adalah suatu proses berpikir yang bersifat divergen, yaitu kemampuan untuk memberikan berbagai alternatif jawaban berdasarkan informasi yang diberikan. Lebih jauh, Guilford menyatakan bahwa intelegensi merupakan perpaduan dari banyak faktor khusus.
K. Buhler mengatakan bahwa intelegensi adalah perbuatan yang disertai

dengan pemahaman atau pengertian.

George D. Stoddard (1941) menyebutkan intelegensi sebagai kemampuan

untuk memahami masalah-masalah yang bercirikan: 1. Mengandung kesukaran 2. Kompleks 3. Abastrak 4. Diarahkan pada tujuan 5. Ekonomis 6. Bernilai sosial
Garett (1946) mendefinisikan setidak-tidaknya mencakup kemampuan-

kemampuan yang diperlukan untuk memecahkan masalah-masalah yang memerlukan pengertian serta menggunakan simbol-simbol.
William Stern (1953) intelegensi adalah daya menyesuaikan diri dengan

keadaan baru dengan menggunakan alat-alat berpikir menurut tujuannya.


Bischof, psikolog Lewis

Amerika (1954) mendefinisikan kemampuan untuk

memecahkan segala jenis masalah. Hedison Terman memberikan pengertian intelegensi sebagai kemampuan untuk berfikir secara abstrak dengan baik (lih. Hariman, 1958).
David Wechsler (1958) mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan untuk

bertindak

secara

terarah,

berpikir

secara

rasional,

dan

menghadapi

lingkungannya secara efektif.


Thorndike (lih. Skinner, 1959) sebagai seorang tokoh koneksionisme

mengemukakan pendapatnya bahwa orang dianggap intelegen apabila responnya merupakan respon yang baik atau sesuai terhadap stimulus yang diterimanya.
Freeman (1959) memandang intelegensi sebagai

1. Kemampuan untuk menyatukan pengalaman-pengalaman, 2. Kemampuan untuk belajar dengan lebih baik, 3. Kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang sulit dengan memperhatikan aspek psikologis dan intelektual, dan

4. Kemampuan untuk berpikir abstrak.


Heidenrich

(1970)

mendefinisikan

kemampuan

untuk

belajar

dan

menggunakan apa yang telah dipelajari dalam usaha untuk menyesuaikan terhadap situasi-situasi yang kurang dikenal atau dalam pemecahan masalah.
Sorenson (1977) intelegensi adalah kemampuan untuk berpikir abstrak, belajar

merespon dan kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan.


Suryabrata (1982) intelegensi didefinisikan sebagai kapasitas yang bersifat

umum dari individu untuk mengadakan penyesuaian terhadap situasi-situasi baru atau problem yang sedang dihadapi.
Walters dan Gardnes (1986) mendefinisikan intelegensi sebagai serangkaian

kemampuan-kemampuan yang memungkinkan individu memecahkan masalah atau produk sebagai konsekuensi seksistensi suatu budaya tertentu. Adapun dalam memahami hakikat intelegensi, Maloney dan Ward (1976) mengemukakakn empat pendekatan umum, yaitu. 1. Pendekatan Teori Belajar Inti pendekatan ini mengenai masalah hakikat intelegensi terletak pada pemahaman mengenai hukum-hukum dan prinsip umum yang dipergunakan individu untuk memperoleh bentuk-bentuk perilaku baru. 2. Pendekatan Neurobiologis Pendekatan ini beranggapan bahwa intelegensi memiliki dasar anatomis dan biologis. Perilaku intelegensi menurut pendekatan ini dapat ditelusuri dasardasar neuro-anatomis dan neuro-fisiologisnya. 3. Pendekatan Psikomotorik Pendekatan ini beranggapan bahwa intelegensi merupakan suatu konstrak atau sifat psikologis yang berbeda-beda kadarnya bagi setiap dua arah study, yaitu. Bersifat praktis yang menekankan pada pemecahan masalah

4.

Bersifat teoritis yang menekankan pada konsep dan penyusunan teori

Pendekatan Teori Perkembangan Dalam pendekatan ini, studi intelegensi dipusatkan pada masalah

perkembangan intelegensi secara kuantitatif dalam kaitannya dengan tahaptahap perkembangan biologis individu.

Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah 1. Kemampuan untuk berfikir secara konvergen (memusat) dan divergen (menyebar) 2. Kemampuan berfikir secara abstrak 3. Kemampuan berfikir dan bertindak secara terarah, bertujuan, dan rasional 4. Kemampuan untuk menyatukan pengalaman-pengalaman 5. Kemampuan untuk menggunakan apa yang telah dipelajari 5. Kemampuan untuk belajar dengan lebih baik, 6. Kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang sulit dengan memperhatikan aspek psikologis dan intelektual 7. Kemampuan untuk menyesuaikan diri dan merespon terhadap situasisituasi baru 8. Kemampuan untuk memahami masalah dan memecahkannya. Karena intelegensi merupakan suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi sebenarnya tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri intelegensi yaitu :
1.

Intelegensi merupakan suatu kemampuan mental yang melibatkan proses

berfikir secara rasional (intelegensi dapat diamati secara langsung).

2.

Intelegensi tercermin dari tindakan yang terarah pada penyesuaian diri

terhadap lingkungan dan pemecahan masalah yang timbul daripadanya.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intelegensi Seperti yang telah kita ketahui bahwa setiap individu memiliki tingkat intelegensi yang berbeda. Hal ini seperti yang disebutkan diatas ada pandangan yang menekankan pada bawaan (pandangan kualitatif) dan ada yang menekankan pada proses belajar (pandangan kuantitatif) sehingga dengan adanya perbedaan pandangan tersebut dapat diketahui bahwa intelegensi dipengaruhi oleh faktor-faktor sebgai berikut. 1. Pengaruh faktor bawaan Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa individu-individu yang berasal dari suatu keluarga, atau bersanak saudara, nilai dalam tes IQ mereka berkolerasi tinggi ( + 0,50 ), orang yang kembar ( + 0,90 ) yang tidak bersanak saudara ( + 0,20 ), anak yang diadopsi korelasi dengan orang tua angkatnya ( + 0,10 - + 0,20 ).

2. Pengaruh faktor lingkungan Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Oleh karena itu ada hubungan antara pemberian makanan bergizi dengan intelegensi seseorang. Pemberian makanan bergizi ini merupakan salah satu pengaruh lingkungan yang amat penting selain guru, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang amat penting,

seperti pendidikan, latihan berbagai keterampilan, dan lain-lain (khususnya pada masa-masa peka).

3. Stabilitas intelegensi dan IQ Intelegensi bukanlah IQ. Intelegensi merupakan suatu konsep umum tentang kemampuan individu, sedang IQ hanyalah hasil dari suatu tes intelegensi itu (yang notabene hanya mengukur sebagai kelompok dari intelegensi). Stabilitas inyelegensi tergantung perkembangan organik otak.

4. Pengaruh faktor kematangan Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan

perkembangan. Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya. 5. Pengaruh faktor pembentukan Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. 6. Minat dan pembawaan yang khas

Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan (motif-motif) yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar. 7. Kebebasan Kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam memecahkan masalah-masalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya. Semua faktor tersebut di atas bersangkutan satu sama lain. Untuk menentukan intelegensi atau tidaknya seorang anak, kita tidak dapat hanya berpedoman kepada salah satu faktor tersebut, karena intelegensi adalah faktor total. Keseluruhan pribadi turut serta menentukan dalam perbuatan intelegensi seseorang.

Dalam intelgensi akan ditemukan faktor-faktor tertentu yang para ahli sendiri belum terdapat pendapata yang sama seratus persen. Berikut ini beberapa pendapat para ahli mengenai faktor-faktor dalam intelegensi 1. Thorndike dengan Teori Multi-Faktor Teori ini menyatakan bahwa intelegensi itu tersusun dari beberapa faktor yang terdiri dari elemen-elemen, tiap elemen terdiri dari atom-atom, dan tiap atom itu terdiri dari stimulus-respon. Jadi, suatu aktivitas adalah merupakan kumpulan dari atom-atom aktivitas yang berkombinasi satu dengan yang lainnya. 2. Spearman Menurut Spearman intelegensi mengandung 2 macam faktor, yaitu
a) General ability atau general faktor (faktor G)

Faktor ini terdapat pada semua individu, tetapi berbeda satu dengan yang lainnya. Faktor ini selalu didapati dalam semua performance.

b) Special ability atau special faktor (faktor S)

Faktor ini merupakan faktor yang khusus mengenai bidang tertentu. Dengan demikian, maka jumlah faktor ini banyak, misalnya ada S1, S2, S3, dan sebagainya sehingga kalau pada seseorang faktor S dalambidang tertentu dominan, maka orang itu akan menonjol dalam bidang tersebut. Menurut Spearman tiap-tiap performance adanya faktor G dan faktor S, atau dapat dirumuskan.

P=G+S

3. Burt Menurut Burt dalam intelegensi terdapat 3 faktor


a) Special ability atau special faktor (faktor S) b) General ability atau general faktor (faktor G) c) Common ability atau common faktor disebut juga group factor (faktor C)

Faktor ini merupakan sesuatu kelompok kemampuan tertentu seperti kemampuan kelompok dalam bidang bahasa. Sehingga rumus performance menjadi

P=G+S +C
4. Thurstone Thurnstone mempunyai pandangan tersendiri. Dia berpendapat bahwa dalam intelegensi terdapat faktor-faktor primer yang merupakan group factor, yaitu. a) Spatial relation (S)

Kemampuan untuk melihat gambar tiga dimensi

b)

Perceptual speed (P)

Kecepatan dan ketepatan dalam mempertimbangkan kesamaan dan perbedaan atau dalam merespon detil-detil visual. c) Verbal comprehension (V)

Kemampuan memahami bacaan, kosakata, analogi verbal, dan sebagainya. d) Word fluency (W)

Kecepatan dalam menghubug-hubngkan kata dengan berbagai rima dan intonasi. e) Number facility (N)

Kecepatan ketepatan dalam perhitungan f) Associative memory (M)

Kemampuan menggunakan memori untuk menghubungkan berbagi assosiasi. g) Induction (I)

Kemampuan untuk menarik suatu kesimpulan suatu prinsip atau tugas. Menurutnya faktor-faktor tesebut berkombinasi sehingga menghasilkan tindakan atau perbuatan yang intelegen. Howard Gardner perpendapat dalam diri seseorang terdapat delapan kecerdasan yang ia sebut Multiple Inteligence, namun untuk orang-orang tertentu kadang suatu inteligensi lebih menonjol daripada yang lainnya. menurut Gardner kedelapan kecerdasan itu antara lain : 1) Inteligensi Linguistik (linguistic intelligence) Inteligensi linguistik merupakan kemampuan seseorang dalam menggunakan kata-kata, baik secara lisan maupun tulisan, untuk mengekspresikan ide-ide atau gagasan-gagasan yang dimilikinya. Orang yang mempunyai kecerdasan linguistik tinggi akan berbahasa lancar, baik dan lengkap. Ia mudah untuk mengetahui dan mengembangkan bahasa dan mudah mempelajari berbagai bahasa.

2) Inteligensi Matematis-Logis (logic-mathematical intelligence) Inteligensi matematis-logis merupakan kecerdasan yang berkaitan dengan kemampuan penggunaan bilangan dan logika secara efektif. Termasuk dalam kecerdasan ini adalah kepekaan pada pola logika, abstraksi, kategorisasi dan perhitungan. 3) Inteligensi Ruang (spatial intelligence) Inteligensi ruang atau inteligensi ruang visual adalah kemampuan seseorang dalam menangkap dunia ruang visual secara tepat, seperti yang dimiliki oleh seorang dekorator dan arsitek. Yang termasuk dalam kecerdasan ini adalah kemampuan untuk mengenal bentuk dan benda secara tepat, melakukan perubahan bentuk benda dalam pikiran dan mengenali perubahan tersebut, menggambarkan suatu hal/benda dalam pikiran dan mengubahnya dalam bentuk nyata serta mengungkapkan data dalam suatu grafik. 4) Inteligensi Kinestetik-Badani (bodily-kinesthetic intelligence) Inteligensi kinestetik-badani merupakan kemampuan seseorang untuk secara aktif menggunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan masalah. Orang yang mempunyai kecerdasan ini dengan mudah dapat mengungkapkan diri dengan gerak tubuh mereka. Apa yang mereka pikirkan dan rasakan dengan mudah dapat diekspresikan dengan gerak tubuh. 5) Inteligensi Musikal (musical intelligence) musikal merupakan kemampuan untuk mengembangkan dan mengekspresikan, menikmati bentuk-bentuk musik dan suara, peka terhadap ritme, melodi dan intonasi serta kemampuan memainkan alat musik, menyanyi, menciptakan lagu dan menikmati lagu. 6) Inteligensi Interpersonal (interpersonal intelligence) Inteligensi interpersonal merupakan kemampuan seseorang untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, motivasi, watak, temperamen, ekspresi wajah, suara dan isyarat dari orang lain. Secara umum, inteligensi interpersonal merupakan kemampuan seseorang untuk menjalin relasi dan komunikasi dengan orang lain. 7) Inteligensi Intrapersonal (intrapersonal intelligence) Inteligensi interpersonal merupakan kemampuan seseorang untuk mengerti tentang diri sendiri dan mampu bertindak secara adaptif berdasar pengenalan diri. Termasuk dalam inteligensi interpersonal adalah kemampuan seseorang untuk berefleksi dan menyeimbangkan diri, mempunyai kesadaran tinggi akan gagasan-

gagasan, mempunyai kemampuan mengambil keputusan pribadi, sadar akan tujuan hidup dapat mengendalikan emosi sehingga kelihatan sangat tenang. Orang yang mempunyai kecerdasan interpersonal akan dapat berkonsentrasi dengan baik. 8) Inteligensi Lingkungan/Natural (natural intelligence) Inteligensi lingkungan atau natural memiliki kemampuan mengerti flora dan fauna dengan baik, dapat memahami dan menikmati alam dan menggunakannya secara produktif dalam bertani, berburu dan mengembangkan pengetahuan akan alam. Orang yang mempunyai kecerdasan lingkungan/natural memiliki kemampuan untuk tinggal di luar rumah, dapat berhubungan dan berkawan dengan baik.

C. Tes intelegensi Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa masing-masing individu berbedabeda intelegensinya. Karena perbedaan tersebut sehingga antara individu tidak sama kemampuannya dalam memcahkan suatu persolan yang dihadapi. Mengenai perbedaan intelegensi ini terdapat dua pandangan 1. Perbedaan Kualitatif Pandangan yang berpendapat bahwa perbedaan intelegensi individu satu dengan yang lainnya itu memang secara kulaitatif berbeda, jadi pada dasarnya memang berbeda. 2. Pandangan Kuantitatif Pandangan yang berpendapat bahwa perbedaan intelegensi individu satu dengan yang lainnya itu karena perbedaan materi yang diterima atau karena perbedaan dalam proses belajarnya. Meskipun demikian, kedua peandangan tersebut mengakui bahwa antara individu memiliki intelegensi yang berbeda. Persoalan lain yang timbul dalam hal ini adalah tentang cara mengetahui taraf intelegensi tersebut. Dalam masalah ini, beberapa ahli psikologi yang memberikan kontribusinya adalah : 1. Sejarah Tes Intelegensi Pada abad XIV, di cina, telah berlangsung usaha untuk mengukur kompetensi para pelamar jabatan pegawai negara. Untuk dapat diterima sebagai pegawai, para pelamar harus mengikuti ujian, ujian tertulis mengenai pengetahuan

konvusion klasik dan mengenai kemampuan menulis puisi. Ujian ini berlangsung sehari semalam di tingkat distrik. Kurang dari 7% pelamar yang biasanya lulus tingkat distrik kemudian harus mengikuti ujian berikutnya yang berupa menulis prosa dan sajak. Dalam ujian ke 2 ini kurang dari 10% peserta yang lulus. Akhirnya barulah ujian tingkat akhir diadakan di peking dimana diantara para peserta terakhir ini hanya lulus 3% saja. Lulusan ini kemudian diangkat menjadi mandarin dan bekerja sebagai pegawai negara. Dengan demikian dari ke 3 tahap ujian tersebut hanya 5 diantara 100.000 pelamar yang akhirnya menjadi mandarin. Mungkin suatu kebetulan, bahwa awal perkembangan pengukuran mental berpusat pada kempuan yang bersifat umum yang kita kenal sebagai tes intelegensi. Usaha pengukuran intelegensi berkembang dalam kurun waktu yang kurang lebih serempak di amerika serikat dan perancis. Di amerika, usaha pertama tersebut dimulai oleh tokoh pencetus istilah tes mental, James Mckeen Cattell (1860-1944), yang menerbitkan bukunya mental tes and measuremens di tahun 1890. buku ini berisi serangkaian tes intelegensi yang terdiri atas 10 jenis ukuran. Ke 10 macam ukuran tersebut adalah :
a)

Dinamo meter peasure, yaitu ukuran kekuatan tangan menekan pegas Rate of movement, yaitu kecepatan gerak tangan dalam satuan waktu Sensation areas, yaitu pengukuran jarak terkecil diantara 2 tempat yang Peasue caosing pain, yaitu pengukuran yamg dianggap berguna dalam

yang dianggap sebagai indikator aspek psikofisiologis


b)

tertentu yang dianggap memiliki komponen mental didalamnya.


c)

terpisah dikulit yang masih dapat dirasakan sebagai 2 titik berbeda.


d)

diaknosis terhadap penyakit saraf dan dalam mempelajari status kesadaran abnormal.
e)

Least noticabele difference in weight, yaitu pengukuran perbedaan berat Reaction time for sound, yang mengukur waktu antara pemberian Time for naming colors, yang dimaksudkan sebagai ukuran terhadap

yang terkecil yang masih dapat dirasakan seseorang.


f)

stimulus dengan timbulnya reaksi tercepat.


g)

proses yang lebihmentaldaripada waktu-reaksi yang dianggap reflektif.,

h)

Bisection of a 50-cm line, yang dianggap sebagai suatu ukuran terhadap Judgment of 10second time, yang dimaksudkan sebagai ukuran akurasi

akurasi space judgment


i)

dalam time judgment( subyek diminta menghitung 10 detik tampa bantuan apapun).
j)

Number of latters repeated upon once hearing, yang dimaksudkan

sebagai ukuran terhadap perhatian dan ingatan( subyek diminta mengulang huruf yang sudah disebutkan 1x) 2. Latar Belakang Tes Intelegensi
a)

E. Seguin (1812 1880) disebut sebagai pionir dalam bidang tes

intelegensi yang mengembangkan sebuah papan yang berbentuk sederhana untuk menegakkan diagnosis keterbelakangan mental. Kemudian usaha ini distandanisir oleh Henry H. Goddard (1906). E. Seguin digolongkan kepada salah seorang yang mengkhususkan diri pada pendidikan anak terkebelakang dan disebut juga bapak dari tes performansi.
b)

Joseph Jasnow (1863 - 1944) adalah merupakan salah satu dari beberapa

orang yang pertama kali mengembangkan daftar norma-norma dalam pengukuran psikologis.
c)

G.C. Ferrari (1896) mempublikasikan tes yang bisa dipakai untuk August Oehr mengadakan penelitian inhmetasi antara berbagai fungsi E. Kraepelin, seorang psikotes menyokong usaha ini, empat macam tes Koordinasi motorik Asosiasi kata-kata Fungsi persepsi Ingatan Dan E. Kraepelin juga mengembangkan tes intelegensi yang berkaiatan

mendiagnosis keterbelakangan mental.


d)

psikologis (h. 14).


e)

yang dikembangkan, di antaranya yaitu:

f)

dengan tes penataran aritmatik dan kalkulasi sederhana tahun 1895.

Di samping itu berkembang pula tes yang dipakai untuk kelompok (group). Hal ini diawali dengan tes verbal untuk seleksi tentara (wajib militer) yang disebut dengan Army Alpha. Untuk yang buta huruf atau tidak bisa berbicara bahasa Inggris dipergunakan Army Beta sekitar tahun 1917 1918, tes ini dipakai hampir dua juta orang. 3. Jenis-Jenis Tes Intelegensi Berdasarkan penataannya ada beberapa jenis tes intelegensi, yaitu : a) b) c) Tes Intelegensi individual, beberapa di antaranya: Stanford Binet Intelegence Scale. Wechster Bellevue Intelegence Scale (WBIS) Wechster Intelegence Scale For Children (WISC) Wechster Ault Intelegence Scale (WAIS) Wechster Preschool and Prymary Scale of Intelegence (WPPSI) Tes Intelegensi kelompok, beberapa di antaranya: Pintner Cunningham Prymary Test The California Test of Mental Makurity The Henmon Nelson Test Mental Ability Otis Lennon Mental Ability Test Progassive Matrices Tes Intellegensi dengan tindakan perbuatan Untuk tujuan program layanan bimbingan di sekolah yang akan dibahas adalah tes intelegensi kelompok berupa: The California Test of Mental Maturity (CTMM) The Henmon Nelson Test Mental Ability Otis Lennon Mental Ability Test, and Progassive Matrices. (22)

Ada kalsifikasi atau standar tingkat IQ yang cukup berpengaruh yaitu klasifikasi dari Wechsler yang menciptakan tes WISC yang diperuntukan bagi anak-anak pada tahun 1949. Adapun kalsifikasi IQ-nya. Name Very superior Superior Bright normal Average Dull normal Borderline Mental defective (Harriman, 1958) D. Masalah-Masalah yang Berhubungan dengan Intelegensi Dalam bahasan ini akan dijelaskan beberapa poin tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan intelegensi 1. Hubungan intelegensi dengan tingkat kelompok jabatan Super dan Cities menyimpulkan bahwa makin tinggi tingkat kelompok jabatan, makin tinggi rata-rata IQ-nya. 2. Hubungan intelegensi anak-anak dengan intelegensi orang tua mereka. Schienfield menyatakan tentang hereditas intelegensi (apa yang diwariskan oran tua kepada anaknya) selain adanya pengaruh tingkat pendidikan orang tua dengan perkembangan intelegensi anak (stimulasi orang tua) seperti yang dikemukakan oleh Fitzegerald dan McKinney. 3. Hubungan kondisi jasmani terhadap intelegensi seseorang. 130 + 120 - 129 110 119 90 109 80 89 70 79 69 and below IQ

Berdasarkan penelitian, ternyata orang-orang yang ber-IQ tinggi cenderung lebih sehat jasmaninya dan pertumbuhannya lebih subur dibandingkan dengan orangorang yang ber-IQ rendah. 4. Pengaruh pendidikan pada tingkat intelegensi. Prof.Irving Lorge (1945) dari universitas Calipornia menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi pula skor IQ-nya, disamping adanya faktor lain seperti lingkungan keluarga, sosial, minat belajar, keperibadian, dan sebagainya. 5. Inteligensi Dengan Bakat Inteligensi merupakan suatu konsep mengenai kamampuan umum individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Dalam kemampuan yang umum ini terdapat keampuan-kemampuan yang amat spesifik. Kemampuan ini memberikan pada individu suatu kondisi yang memungkinkan tercapainya pengetahuan, kecakapan, atau keterampilan tertentu setelah melalui suatu latihan. Inilah yang disebut bakat atau aptitude. Karena suatu tes inteligensi tidak dirancang khusus untuk menyingkap kemampuan-kemampuan khusus ini, maka bakat tidak dengan segera diketahui lewat tes inteligensi. Demikian juga, karena rangsang lingkungan dengan tidak sadar selalu diarahkan pada kemampuankemampuan khusus ini maka bakat tidak selalu dengan sendirinya menampakkan diri. Alat yang digunakan untuk menyingkap kemampuan khusus ini disebut aptitude test atau tes bakat. Karena sifatnya khusus, maka tes ini dirancang khusus untuk mengungkap kemampuan yang amat spesifik. Tes bakat yang digunakan untuk mengungkap prestsi belajar pada bidang tertentudinamakan Scholastic Aptitude Test, dan yang dipakai dibidang pekerjaan adalah Vocational Aptitude Test, dan Interest Inventory. 6. Inteligensi dan Kreativitas Kreatifitas merupakan salah satu ciri dari perilaku yang inteligen karena keativitas juga merupakan manifestsi dari suatu proses kognitif, meskipun

demikian,

hubungan

antara

kreativitas

dengan

inteligensi

tidak

selalu

menunjukkan keselarasannya. Walaupun ada anggapan kreatifitas mempunyai hubungan yang bersifat kurva linear dengan inteligensi, tetapi bukti-bukti yang diperoleh dari berbagai penelitian tidak mendukung pendapat itu. Skor IQ yang rendah memang diikuti tingkat kreativitas yang rendah, namun semakin tinggi skor IQ tidak selalu diikuti oleh tingkat keativitas yang tinggi. Sampai pada skor IQ tertentu, masi dapat korelasi yang cukup berarti. Tapi leih tinggi lagi ternyata tidak ditemukan adanya hubungan antara IQ dengan tingkat kreatifitas. Permasalahan diatas menimbulkan banyak pertanyaan mengapa ini terjadi. Salah satu jawabannya diberikan oleh J. P. Guilfrod. Ia menjelaskan bahwa kreatifitas adalah suatu proses berfikir yang bersifat divergen, yaitu kemampuan untuk memberikan alternatif jawaban berdasarkan informasi yang diberikan. Sebaliknya, tes inteligensi hanya dirancang untuk mengukur proses berfikir yang bersifat konvergen, yakni kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang logis berdasarkan informasi yang diberikan. 7. Hubungan inteligensi dengan kehidupan Memang kecerdasan/intelijensi seseorang memainkan peranan yang penting dalam kehidupannya. Akan tetapi kehidupan adalah sangat kompleks, intelejensi bukan satu-satunya faktor yang menentukan sukses tidaknya kehidupan seseorang. Banyak lagi faktor yang lain, seperti faktor kesehatan dan ada tidaknya kesempatan. Orang yang sakit-sakitan saja meskipun intelejensinya tinggi dapat gagal dalam usaha mengembangkan dirinya dalam kehidupannya. Demikian pula meskipun cerdas jika tidak ada kesempatan mengembangkan dirirnya dapat gagal pula. Juga watak (pribadi) seseorang sangat berpengaruh dan turut menentukan. Banyak di antara orang-orang yang sebenarnya memiliki intelejensi yang cukup tinggi, tetapi tidak mendapat kemajuan dalam kehidupannya.Ini disebabkan/karena misalnya, kekurangan-mampuan bergaul dengan orang-orang lain dalam masyarakat,atau kurang memiliki cita-cita yang tinggi, sehingga tidak/kurang adanya usaha untuk mencapainya.Sebaliknya, ada pula seorang yang

sebenarnya memiliki intelejensi yang sedang saja, dapat lebih maju dan mendapat kehidupan yang lebih layak berkat ketekunan dan keuletannya dan tidak banyak faktor-faktor yang menggagu atau yang merintanginya. Akan tetapi intelejensi yang rendah menghambat pula usaha seseorang untuk maju dan berkembang, meskipun orang itu ulet dan bertekun dalam usahanya. Sebagai kesimpulan dapat kita katakan: Kecerdasan atau intelejensi seseorang memberi kemungkinan bergerak dan berkembang dalam bidang tertentu dalam kehidupannya. Sampai di mana kemungkinan tadi dapat direalisasikan, tergantung pula kepada kehendak dan pribadi serta kesempatan yang ada. Jelaslah sekarang bahwa tidak terdapat korelasi yang tetap antara tingkatan intelegensi dengan tingkat kehidupan seseorang.

DAFTAR RUJUKAN Lindgren, Henry Clay. 1976. Educational Psychology in the Classroom. New York : John Wiley & Sons, Inc. http://sutisna.com/artikel/ilmu-alam-matematika/psikologi/teori-teori-dan-pendekatanpendekatan-tentang-intelegensi/akses 7-01-11

You might also like