You are on page 1of 58

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Bagi sebagian siswa, fisika merupakan salah satu pelajaran yang sulit. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena Fisika merupakan mata pelajaran yang banyak

menuntut intelektualitas yang relatif tinggi. Harus kita akui bahwa guru berperan besar dalam menjadikan pelajaran fisika sulit dan tidak menarik minat siswa untuk mempelajarinya. Hal ini disebabkan metode atau cara yang digunakan guru dalam proses pembelajaran fisika yang kebanyakan kurang bervariatif. Selain itu, kurikulum yang ada terlalu padat, dan tidak semua materi yang ada pada kurikulum cocok diberikan kepada siswa sekolah menengah. Karena menurut kurikulum ini materi pelajaran fisika yang harus diberikan sangat banyak dan terlalu sulit padahal jam pelajaran yang tersedia sangat terbatas. Salah satu ganjalan lain yang berkaitan dengan kurikulum yang membuat pelajaran fisika menjadi terlihat sulit adalah adanya ujian nasional (UN) sebagai standar kelulusan. Pelajaran fisika (atau sains pada umumnya) yang seharusnya dapat dieksplorasi menjadi lebih menarik terbentur oleh batasan-batasan standar ujian nasional. Dengan adanya batasan-batasan ini guru menjadi terbelenggu dan membatasi pengajarannya hanya pada materi yang diprediksi akan keluar dalam UN. Pengajaran fisika yang dapat diarahkan agar lebih menarik digantikan oleh pembahasan soal-soal untuk menghadapi UN. Keindahan ilmu dan penerapan fisika akhirya tertutup oleh kekhawatiran bagaimana menyelesaikan soal UN dengan benar. Salah satu keadaan peserta didik yang perlu mendapat perhatian guru ialah kesulitan mereka di dalam belajar. Banyak guru yang merasa aman jika skor rata- rata yang dicapai para siswanya melebihi batas lulus yang ditentukan. Mereka kurang menyadari bahwa sesungguhnya skor rata- rata tidak selalu menggambarkan keberhasilan proses belajar mengajar di kelas. Setiap peserta didik memiliki perkembangan yang unik baik dipengaruhi oleh faktor- faktor bawaan, lingkungan, maupun interaksi antara keduanya, maka di dalam tiap kelas tidak mustahil akan terdapat beberapa peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Kesulitan kesulitan tersebut hendaknya dideteksi oleh para guru sedini mungkin agar dapat direncanakan program remedial yang sesuai dan

bermanfaat. Kesulitan belajar yang mereka alami dalam suatu kelas tentu saja bervariasi baik intensitas maupun jenis atau penyebabnya. Sekurang-kurangnya ada dua kegiatan yang dapat di lakukan untuk medeteksi kesulitan belajar secara cermat, yakni melakukan observasi secara langsung, dan melakukan pengukuran hasil belajar kemudian menganlisis hasilnya Untuk mencari pembenaran asumsi-asumsi tentang pelajaran fisika diatas dan mendeteksi kesulitan belajar siswa, maka penulis melakukan penelitian tentang pembelajaran Fisika. Adapun yang menjadi objek penelitian penulis adalah siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 2 Garut. Pada pembahasan makalah ini akan diuaraikan tentang status mata pelajaran Fisika dalam mata pelajaran umum, status mata pelajaran Fisika dalam mata pelajaran serumpun, status mata pelajaran Fisika dalam mata pelajaran tidak serumpun, dan status mata pelajaran fisika di kelas. Untuk menyimpulkan peserta didik diduga mengalami mengalami kesulitan belajar, maka dalam pembahasan juga akan diuraikan tentang pengelompokkan siswa menjadi tiga kelompok, yaitu siswa yang tergolong kelompok tinggi, siswa yang tergolong kelompok menengah, dan siswa yang tergolong kelompok rendah. Pengelompokakan siswa ini bertujuan untuk mengetahui dimana letak kelemahan dan kekuatan siswa terhadap penguasaan suatu bagian atau keseluruhan materi pelajaran serta dapat mengidentifikasi kesulitan-kesulitan belajar yang muncul sehingga kegagalan dan keberhasilan siswa dapat diketahui. Dengan mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi siwa, maka selanjutnya kita akan bisa menentukan program pengajaran remedial yang tepat bagi siswa-siwa tersebut. Atas dasar pemikiran diatas, maka makalah ini diberi judul Diagnostik dan Remedial Kesulitan Belajar Fisika di SMA Negeri 2 Garut

B. Rumusan dan Pertanyaan Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1) Sumber kesulitan apa saja yang dialami siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 2 Garut dalam mata pelajaran umum (semua mata pelajaran) 2) Sumber kesulitan apa saja yang dialami siwa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 2 Garut dalam mata pelajaran fisika? 3) Bagaimana hasil belajar siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 2 Garut Semester 1 (Nilai UAS semester 1 dan Nilai Rapot) semua mata pelajaran?

4)

Bagaimana hasil belajar siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 2 Garut Semester 2 (dilihat dari nilai UTS semester 2) semua mata pelajaran?

5) 6) 7) 8) 9)

Bagaimanakah status mata pelajaran fisika dalam mata pelajaran umum? Bagaimanakah status mata pelajaran fisika dalam mata pelajaran serumpun? Bagaimanakah status mata pelajaran fisika dalam mata pelajaran tidak serumpun? Bagaimanakah status mata pelajaran fisika di kelas? Siswa manakah yang tergolong kelompok tinggi, kelompok tengah dan kelompok rendah?

10) Bagaimana rencana pengembangan program remedial yang akan dilakukan?

C. Tujuan dan Manfaat Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Melatih keterampilan dalam membuat diagnostik dan remedial kesulitan belajar fisika 2) Mengetahui sumber kesulitan belajar siswa SMA Negeri 2 Garut kelas XI IPA 4 semua mata pelajaran 3) Mengetahui sumber kesulitan belajar fisika siswa SMA Negeri 2 Garut kelas XI IPA 4 4) 5) 6) 7) Mengetahui hasil belajar siswa kelas SMA Negeri 2 Garut kelas XI IPA 4 Mengetahui dan menganalisis status fisika dalam mata pelajaran umum Mengetahui dan menganalisis status fisika dalam mata pelajaran serumpun Mengetahui dan menganalisis status mata pelajaran fisika dalam mata pelajaran tak serumpun 8) 9) Mengetahui status mata pelajaran fisika di kelas Mampu mengelompokkan siswa menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok atas, keleompok menengah dan kelompok rendah 10) Mampu mengembangkan program remedial sesuai dengan kesulitan belajar siswa Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut: 1) 2) 3) Mendalami teori diagnostik kesulitan belajar Memahami prosedur dan teknik diagnostik kesulitan belajar Mengetahui cara mengembangkan program remedial

D. Metode Pembahasan 1) 2) Studi Literatur : Kurikulum, silabus, RPP Sudi Dokumenter : Daftar nilai UAS semester ganjil, daftar nilai rapot,

daftar nilai UTS semester genap (semua mata pelajaran) 3) Wawancara :

- wawancara kepada wakasek bertujuan untuk mengetahui tentang kurikulum, - wawancara kepada guru mata pelajaran fisika untuk mengetahui PBM fisika di kelas XI IPA 4, dan - wawancara ke peserta didik bertujuan untuk mengetahui respon peserta didik terhadap mata pelajaran fisika. Adapun peserta didik yang menjadi objek wawancara adalah siswa kelas XI IPA 4 (6 orang, masing-masing terdiri dari 2 orang kelompok tinggi, 2 orang kelompok tengah dan 2 orang kelompok rendah). Serta wawancara siswa kelas X. 4) Penyebaran angket ditujukan kepada siswa kelas XI IPA 4

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Kurikulum Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut. Lama waktu dalam satu kurikulum biasanya disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari sistem pendidikan yang dilaksanakan. Kurikulum ini dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh. S. Hamid Hasan (1988) mengemukakan bahwa pada saat sekarang istilah kurikulum memiliki empat dimensi pengertian, dimana satu dimensi dengan dimensi lainnya saling berhubungan. Keempat dimensi kurikulum tersebut yaitu: (1) kurikulum sebagai suatu ide/gagasan, (2) kurikulum sebagai suatu rencana tertulis yang sebenarnya merupakan perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide, (3) kurikulum sebagai suatu kegiatan yang sering pula disebut dengan istilah kurikulum sebagai suatu realita atau implementasi kurikulum, (4) kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekuensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan. Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum didalam pendidikan dan perkembangan kehidupan peserta didik, maka dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa menggunakan landasan yang kokoh dan kuat. Komponen-komponen kurikulum meliputi : (1) komponen tujuan, (2) komponen isi/materi, (3) metode/strategi pencapaian tujuan dan (4) komponen evaluasi. Keempat komponen tersebut satu sama lain saling berkaitan sebagai suatu sistem yang saling mendukung dalam proses pencapaian tujuan. B. Silabus Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi

waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus

merupakan

penjabaran

standar

kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian (BSNP, 2006: 14). Landasan pengembangan silabus: 1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 17 Ayat (2) 2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 20 Prinsip pengembangan silabus: 1. Ilmiah Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. 2. Relevan Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran, dan urutan penyajian materi dalam

silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik. 3. Sistematis Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi. 4. Konsisten Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi penilaian. 5. Memadai Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar. 6. Aktual dan Kontekstual Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutahir dalam kehidupan nyata dan peristiwa yang terjadi. 7. Fleksibel pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem

Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasikan keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat. 8. Menyeluruh Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor) (BNSP, 2006: 14). Unit Waktu Silabus 1. Silabus mata pelajaran disusun berdasarkan seluruh alokasi waktu yang disediakan untuk mata pelajaran selama penyelenggaraan pendidikan di tingkat satuan pendidikan. 2. Penyusun silabus memperhatikan alokasi waktu yang disediakan persemester, pertahun, dan alokasi waktu mata pelajaran lain yang sekelompok. 3. Implementasi pembelajaran persemester menggunakan penggalan silabus sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk mata pelajaran dengan alokasi waktu yang tersedia pada struktur kurikulum (BSNP, 2006: 15). Pengembang Silabus 1. Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah atau beberapa sekolah, kelompok

Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau pada Kelompok Kerja Guru (KKG), dan Dinas Pendidikan. 2. Disusun secara mandiri oleh guru apabila guru yang bersangkutan mampu mengenali karakteristik siswa, kondisi sekolah, dan lingkungannya. 3. Apabila guru mata pelajaran karena sesuatu hal belum dapat melaksanakan pengembangan silabus secara mandiri, maka pihak sekolah dapat untuk

mengusahakan untuk membentuk kelompok guru mata pelajaran mengembangkan silabus yang akan digunakan oleh sekolah tersebut. 4.

Di SD/MI semua guru kelas, dari kelas I sampai dengan kelas VI, menyusun silabus secara bersama.

5.

Sekolah yang belum mampu mengembangkan silabus secara mandiri, sebaiknya bergabung dengan sekolah-sekolah lain melalui forum MGMP/KKG untuk bersama-sama mengembangkan silabus yang akan digunakan oleh sekolahsekolah dalam lingkup MGMP/KKG setempat.

6.

Dinas Pendidikan setempat dapat memfasilitasi penyusunan silabus dengan membentuk sebuah tim yang terdiri dari para guru berpengalaman dalam bidangnya masing-masing (BSNP, 2006: 15).

Langkah-langkah pengembangan Silabus 1. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Dalam mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran, sebagaimana tercantum pada SI, kita perlu memperhatikan: a. urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di SI. b. keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran. c. keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran. 2. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran Dalam mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang menunjang pencapaian kompetensi dasar, kita perlu mempertimbangkan: a. potensi peserta didik; b. relevansi dengan karakteristik daerah; c. tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta didik; d. kebermanfaatan bagi peserta didik; e. struktur keilmuan; f. aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran; g. relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan h. alokasi waktu. 3. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang

dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik. Hal-hal yang harus

diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah:

a. kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional; b. kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar; c. harus sesuai dengan hierarki konsep materi pembelajaran; d. penentuan urutan kegiatan pembelajaran; e. rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi. 4. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan

keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, serta potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi.

Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian. 5. Penentuan Jenis Penilaian Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan, kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang

dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian: a. penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi; b. penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya; c. sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya

dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan siswa; d. hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remidi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah bagi kriteria

ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan; e. sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran evaluasi misalnya harus teknik

menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka diberikan baik pada proses (keterampilan proses)

wawancara, maupun produk/hasil melakukan observasi lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan. 6. Menentukan Alokasi Waktu Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran perminggu dengan

mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk

menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam. 7. Menentukan Sumber Belajar Sumber belajar adalah rujukan objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi

pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi (BSNP, 2006: 15).

C. RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang

menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana Pelaksanaan Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) indikator atau beberapa indikator untuk

10

1 (satu) kali pertemuan atau lebih. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sekurangkurangnya memuat tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Landasan Pengembangan RPP Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 20: Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Komponen RPP 1. Kolom Identitas Mata Pelajaran 2. Standar Kompetensi 3. Kompetensi Dasar 4. Indikator Pencapaian Kompetensi 5. Tujuan Pembelajaran 6. Materi Ajar (Materi Pokok) 7. Materi/Kompetensi Prasyarat 8. Alokasi Waktu 9. Metode Pembelajaran 10. Kegiatan Pembelajaran 11. Penilaian 12. Sumber Belajar Langkah-langkah menyusun RPP 1. Menuliskan Identitas Mata Pelajaran, yang meliputi: a. Satuan Pendidikan; b. Kelas/Semester; c. Mata Pelajaran/Tema Pelajaran; d. Jumlah Pertemuan. 2. Menuliskan Standar Kompetensi Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan pelajaran. 3. Menuliskan Kompetensi Dasar dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata

11

Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu mata pelajaran. 4. Menuliskan Indikator Pencapaian Kompetensi Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. 5. Merumuskan Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. 6. Materi Ajar Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi. 7. Menuliskan Materi Prasyarat Materi Prasyarat ini merupakan materi atau kompetensi yang harus sudah dimiliki atau dikuasai siswa yang berkaitan dengan materi atau kompetensi yang akan dipelajari. Dalam pembelajaran matematika, materi prasyarat ini sangat perlu, karena dalam pembelajaran matematika antara materi satu dengan yang lain saling berkaitan satu sama lain. Pada proses pembelajaran, kompetensi ini dapat diukur melalui kegiatan pendahuluan. 8. Alokasi Waktu Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar. 9. Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. Pada bagian ini dituliskan semua metode yang akan digunakan selama proses pembelajaran berlangsung. 10. Merumuskan kegiatan pembelajaran 11. Penilaian Hasil Belajar

12

12. Menentukan Media/Alat/Bahan/Sumber Belajar

D. Konsep Dasar Diagnostik Kesulitan Belajar a. Pengertian Diagnosis Diagnosis, merupakan istilah teknis (termilogy) yang kita adopsi dari bidang medis. Menurut Thorndike dan Hagen (1955:530-532), diagnosis dapat diartikan sebagai: (1) Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness, disease) apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang seksama mengenai gejala-gejalanya (symptons) (2) Studi yang seksama terhadap fakta tenteng suatu hal untuk menemukan karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial (3) Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang seksama atas gejala-gejala atau fakta tentang suatu hal Dari ketiga pengertian tersebut dapat kita maklumi bahwa didalam konsep diagnosis, secara implisit telah tersimpul pula konsep pronosisnya. Dengan demikian, didalam pekerjaan diagnostik bukan hanya sekadar mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu kelemahan atau penyakit tertentu, melainkan juga mengimplikasikan suatu upaya untuk meramalkan kemungkinan-kemungkinan dan menyarankan tindakan pemecahannya. b. Pengertian Kesulitan Belajar Kegagalan belajar didefinisikan sebagai berikut : (1) Siswa dikatakan gagal apabila dalam batas waktu tertentu tidak mencapai ukuran tingkat keberhasialan atau tingkat penguasaan minimal dalam pelajaran tertentu, seperti yang telah ditetapkan oleh orang dewasa atau guru. Dalam konteks sistem pendidikan di Indonesia angka nilai batas lulus (passing grade) itu ialah angka 6 atau 60 atau C. Kasus siswa seperti ini dapat digolongkan (2) Siswa dikatakan gagal apabila yang bersankutan tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi yang semestinya. Ia diramalkan akan dapat mengerjakannya atau mencapai suatu prestasi, namun ternyata tidak sesuai dengan kemampuannya. Kasus iswa ini dapat digolongkan kedalam under archievers. (3) Siswa dikatakan gagal kalau yang bersangkutan tidak dapat mewujudkan tugas-tugas perkembangan, termasuk penyesuaian sosial sesuai dengan pola

13

organismiknya (his organismic pattern) pada fase perkembangan tertentu, seperti yang berlaku bagi kelompok sosial dan usia yang bersangkutan (normreferenced). Kasus siswa bersangkutan dapat dikatagorikan ke dalam slow learners. (4) Siswa dikatakan gagal kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai tingkat penguasaan (level of mastery) yang diperlukan sebagai prasyarat (prequisite) bagi kelanjutan (continuity) pada pelajaran berikutnya. Kasus siswa ini dapat digolongkan ke dalam slow learners atau belum matang (immature) sehingga mungkin harus mengikuti pengulang (repeaters) pelajaran. Dari keempat definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang siswa diduga mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu(berdasarkan ukuran kriteria keberhasilan seperti yang dinyatakan dalam TIK atau ukuran tingkat kapasitas atau kemampuan dalam program pelajaran time allowed dan tingkat perkembangnnya). Dalam hasil belajar, sudah tentu mencakup aspek-aspek substansialmaterial, fungsional-struktural, dan behavioral atau yang mencakup segi-segi kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan batasan waktu yang dimaksud, dapat berarti satu periode pendidikan atau fase perkembangan, satu tingkat atau kelas tahun pelajaran, semester atau triwulan, mingguan bahakan jam pelajran tertentu. c. Diagnostik Kesulitan Belajar Dengan mengaitkan kedua pengertian dasar di atas (butir a dan b), kita dapat mendefinisikan diagnostik kesulitan belajar sebagai suatu proses upaya untuk memahami jenis dan karakteristik serta latar belakang kesulitan-kesulitan belajar dengan menghimpun dan mempergunakan berbagai data/informasi selengkap dan seobjektif mungkin sehingga memungkinkan untuk mengambil kesimpulan dan keputusan serta mencari alternatif kemungkinan pemecahannya. d. Prosedur dan Teknik Diagnostik Kesulitan Belajar Secara umum langkah-langkah pelaksanaan diagnostik kesulitan belajar selaras dengan langkah-langkah pelaksanaan bimbingan belajar. Namun secara khusus, langkah-langkah diagnostik kesulitan belajar itu dapat diperinci lebih lanjut, mengingat pada hakikatnya hanya merupakan salah satu bagian atau jenis layanan bimbingan belajar.

14

Ross dan Stanley (1956:332-341) menggariskan tahapan-tahapan diagnosis (the levels of diagnosis) itu sebagai berikut: 5. How can errors be prevented? Bagaimana kelemahan itu dapat dicegah? 4. What remedies are suggested? Penyembuhan-penyembuhan apakah yang disarankan? 3. Why are the errors occur? Mengapa kelemahan-kelemahan itu terjadi? 2. Where are the errors located? Di manakah kelemahan-kelemahan itu dapat dilokalisasikan? 1. Who are the pupils having trouble? Siapa-siapa siswa yang mengalami gangguan? Dari skema tersebut, tampak bahwa keempat langkah yang pertama dari diagnosis itu merupakan usaha perbaikan (corrective diagnosis) atau penyembuhan (curative). Sedangkan langkah yang kelima merupakan usaha pencegahan (preventive). Burton (1950:640-652) menggariskan agak lain, yaitu berdasarkan kepada teknik dan instrumen yang digunakan dalam pelaksanaanya sebagai berikut: 1) General diagnosis Pada tahap ini lazim dipergunakan tes baku, seperti yang dipergunakan untuk evaluasi dan pengukuran psikologis dan hasil belajar. Sasarannya, untuk menemukan siapakah siswa yang diduga mengalami kelemahan tertentu. 2) Analystic diagnostic Pada tahap ini yang lazimnya digunakan ialah tes diagnostik. Sasaranya, untuk mengethui dimana letak kelemahan tersebut. 3) Psychological diagnosis Pada tahap ini teknik pendekatan dan instrumen yang digunakan antara lain: (a) Observasi (observation) (b) Analasis karya tulis (analysis of written work) (c) Analisis proses dan respons lisan (analysis of oral responses and account of procedures)

15

(d) Analisis berbagai catatan objektif (analysis of objectib=ves record of various types) (e) Wawancara (interviews) (f) Pendekatan laboratories dan klinis (laboratory and clinical methods) (g) Studi kasus (case studies) Sasaran kegiatan dignosis pada langkah ini pada dasarnya ditujukan untuk memahami karakteristik dan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan. Dari kedua model pola pendekatan di atas kita dapat menjabarkan ke dalam suatu pola pendekatan opersional sebagai berikut:
Input 1: Informasi/data prestasi dan proses belajar 1. Identifikasi kasus Menandai siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar

Input 2: Informasi/data tes/analisis diagnostik

2. Identifikasi masalah Menandai dan melokalisasi dimana letaknya kesulitan

Input 3: Informasi/data diagnistik psikologis

3. Identifikasi faktor penyebab kesulitan Menandai jenis dan karakteristik kesulitan dengan faktor penyebabnya

4. Prognosis Mengambil kesimpulan dan keputusan serta meramalkan kemungkinan penyembuhan

5. Rekomendasi/Referral Membuat saran alternatif pemecahannya

16

E. Konsep Dasar Pengajaran Remedial Remedial teaching atau pengajaran remedial adalah suatu bentuk pengajaran yang bersifat menyembuhkan atau membetulkan atau dengan singkat pengajaran yang membuat menjadi lebih baik, maka pengajaran remedial adalah bentuk khusus pengajaran yang berfungsi untuk menyembuhkan, membetulkan, atau membuat menjadi lebih baik(Ahmadi & Supriyono, 2004:152). Dapat dikatakan bahwa pengajaran remedial itu berfungsi terapis untuk penyembuhan. Yang disembuhkan adalah beberapa hambatan (ganngguan) kepribadian yang berkaitan dengan kesulitan belajar sehingga terdapat timbal balik dalam arti perbaikan belajar juga perbaikan pribadi juga sebaliknya. Jadi, pengajaran remedial merupakan suatu sistem belajar yang dilakukan berdasarkan diagnosa yang komprehensif (menyeluruh), yang dimaksudkan untuk menemukan kekurangan-kekurangan yang dialami siswa dalam belajar, sehingga pengajaran remedial ini bertujuan untuk membantu siswa dalam memperbaiki hasil belajar siswa. Secara Metodologis dapat dikatakan bahwa penanganan kasus kesulitan belajar-mengajar itu mungkin dapat dilakukan melalui pendekatan pengajaran remedial (remedial teaching), bimbingan dan konseling (guidance and conselling), pskoterapi (psycoterapy) dan pendekatan lainnya. Pendekatan yang seyogianya dikuasai atau setidak-tidaknya dikenal oleh para guru pada umumnya dan guru bidang studi pada khususnya ialah apa yang disebut dengan pengajaran remedial. Jika guru tersebut bertugas sebagai wali kelas atau petugas bimbingan, seyogianya minimal menguasai atau setidak-tidaknya mengenal prinsip-prinsip dasar bimbingan dan konseling. Proses Pengajaran Remedial (PPR) pada hakikatnya serupa dengan Proses Belajar Mengajar (PBM) biasa. Perbedaannya terutama terletak pada dua masalah diantaranya : a. Tujuannya lebih diarahkan kepada peningkatan (improvement) prestasi (baik kualifkasi maupun kuantitatif) dari prestasi yang telah atau mungkin optimal dapat dicapai. Jika menggunakan PBM biasa sehingga kurang-kurangnya dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang dapat diterima (minimum acceptable perfomance); dan peningkatan kemampuan penyesuaian kembali (readjusment), baik terhadap dirinya maupun lingkungannya.

17

b. Strategi pendekatan (termasuk pula metode/teknik, materi/program, bentuk/jenis dan sebagainnya) lebih menekankan penyesuaian terhadap keragaman kondisi objektif (kapasitas umum/khusus, motivasi/minat/n-ach/aspirasi,

pengetahuan/keterampilan prasyarat, sikap/kebiasaan, kematangan/kesiapan, dan sebagainya) yang dapat dipandang sebagai remodulasi atau modifikasi (repetisi, akselerasi, pengayaan, subtitusi/alternatif) dari PBM yang biasa (konvensionalklasikal). c. Bahan pengajaran remedial biasanya dengan penggolongan-penggolongan yang lebih kecil daripada bahan yang dikembangkan untuk pengajaran biasa. Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati (2000:114) merinci perbedaan antara pengajaran remedial dengan pengajaran biasa sebagai berikut: No. 1 Pengajaran Biasa Sebagai program belajar di kelas dengan semua siswa turut No. 1 Pengajaran Remedial Dilakukan setelah diketahui kesulitan belajar diberikan pelayanan khusus sesuai dan kemudian

berpartisipasi

dengan jenis, sifat, dan latar belakang

Bertujuan untuk mencapai TIK yang ditetapkan sesuai dengan kurikulum berlaku untuk semua siswa

TIK

disesuaikan belajar

dengan yang

kesulitan

dihadapi siswa

Metode yang digunakan bersifat sama untuk semua siswa

Metode bersifat

yang

digunakan diferensial

disesuaikan

dengan

sifat,

jenis, dan latar belakang kesulitan belajar

18

Dilaksanakan oleh guru kelas atau guru bidang studi 4 Dilaksanakan melalui

kerjasa ma berbagai pihak, guru, pembimbing,

counselor dan sebagainya

Pendekatan

dan

teknik lebih

5 Pendekatan dan teknik lebih diferensial artinya

bersifat umum dan sama

disesuaikan dengan keadaan siswa 6 Evaluasi menggunakan alat yang bersifat seragam dan kompak 6 Alat evaluasi yang

digunakan dengan

disesuaikan belajar

kesulitan

yang dihadapi siswa

F. Prosedur Pengajaran Remedial dengan Beberapa Asumsi yang Mendasarinya Pengajaran remedial merupakan salah satu tahapan kegiatan utama dalam keseluruhan kerangka pola layanan bimbingan belajar, serta merupakan rangkaian kegiatan lanjutan logis dari usaha diagnostik kesulitan belajar-mengajar. secara skematik, prosedur remedial tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

19

Diagnostik kesulitan Belajar-mengajar

Rekomendasi Referral 1. Penelaahan kembali kasus

2. Pilihan alternatif tindakan

3. Layanan penyuluhan/psikoterapi

4. Pelaksanaan layanan pengajaran remedial

5. Posttest/pengukuran kembali hasil belajar mengajar 7. Tugas tambahan/additional assignment 6. Re-evaluasi Rediagnostikk

Hasil yang diharapkan

Dibawah ini merupakan langkah-langkah atau prosedur dalam melakukan pengajaran remedial. (1) Penelaahan kembali kasus dengan permasalahannya (2) Menentukan alternatif pilihan tindakan (3) Layanan bimbingan dan konseling/psikoterapi (4) Melaksanakan pengajaran remedial (5) Mengadakan pengukuan potensi belajar kembali (6) Mengadakan re-evaluasi dan re-diagnostik (7) Remedial pengayaan dan atau pengukuran (tambahan) G. Aplikasi Diagnostik dan Kesulitan Belajar Beberapa strategi dan teknik pendekatan pengajaran remedial diantaranya: 1) Strategi dan teknik pengajaran remedial yang bersifat kuratif 2) Strategi dan teknik pengajaran remedial yang bersifat preventif 20

3) Strategi dan teknik pengajaran remedial yang bersifat development 4) Pengayaan 5) Percepatan Program pengajaran remedial perlu dilaksanakan, hal ini karena kenyataan menunjukkan dalam proses belajar mengajar selalu dijumpai anak yang berbakat, kemampuan tinggi, ada yang kurang berbakat, ada yang cepat, ada yang lambat, disamping latar belakang mereka yang berbeda-beda. Atas dasar ini perlu ada pelayanan yang bersifat individual dalam proses belajar mengajar yang menyangkut masalah bahan, metode, alat, evaluasi dan sebagainya. Ada perbedaan individual yang menjadi dasar perhatian, yaitu:

perbedaan kecerdasan (intelejensi) perbedaan hasil belajar (achievement) perbedaan bakat (aptitude) perbedaan sikap (attitude) perbedaan kebiasaan (habbit) perbedaan pengetahuan (knowledge) perbedaan kepribadian (personality) perbedaan kebutuhan (need) perbedaan cita-cita (ideal) perbedaan minat (interest) perbedaan fisik (phisically) perbedaan lingkungan (enviroment) Karena adanya perbedaan masing-masing individual seperti yang telah

disebutkan diatas maka berdasarkan hasil penelitian dengan melakukan pengukuran hasil belajar kemudian menganlisis hasilnya (berkaitan dengan tes diagnostik kesulitan belajar), maka strategi yang akan dikembangkan dalam program remedial siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 2 Garut adalah strategi dan teknik pendekatan remedial yang bersifat kuratif. Tindakan pengajaran remedial yang bersifat kuratif dilakukan setelah program PBM utama selesai

diselenggarakan. Sasaran pokok dari tindakan ini agar : a) Siswa yang prestasinya jauh sekali dibawah batas kriteria keberhasilan minimal, diusahakan pada suatu saat tertentu dapat memadai kreteria keberhasilan minimal tersebut;

21

b)

Siswa yang sedikit masih kurang prestasinya dari kriteria keberhasilan minimal, pada suatu saat dapat lebih disempurnakan.

22

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Profil Sekolah SMA Negeri 2 Garut (dulu SMA Negeri 1 Leles) didirikan pada tahun 1964, diatas tanah seluas 7100 m 2 . SMA Negeri 2 Garut merupakan SMA kedua di Kabupaten Garut setelah SMA Negeri 1 Tarogong (sekarang SMA Negeri 1 Garut), yang didirikan oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Kebudayaan RI, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Nomor 79/SK/B/III, tanggal 30 Juli 1964. 1. Identitas Sekolah Nama Sekolah Nomor Statistik Sekolah Nomor kode DIK Izin Pendiriaan SK Penegrian Akreditasi Sertifikat Tanah Nomor Luas Tanah Luas Bangunan Luas halaman/Kebun SK Perubahan Nama : SMA Negeri 2 Garut : 301021113012 : 150653 : Nomor 79/S.K/B/III, tanggal 30 Juli 1964 : Nomor 79/S.K/B/IIII, tanggal 30 Juli 1964 : A, Tahun 2003 dan 2007 : 177 : 7100 m 2 : 2799 m 2 : 4301 m 2 . : Berdasarkan Surat Peraturan Bupati Kabupaten GarutNomor 446 Tahun 2008 Tanggal 24 Desember 2008 SMA Negeri 1 Leles menjadi SMA Negeri 2 Garut Alamat sekolah : Jalan Guntur No. 3 Leles Garut Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat 44152 Nomor Telepon/Fax. Website Visi Menjadikan lembaga pendidikan yang mampu menghasilkan sumber daya manusia Indonesia yang cerdas intelektual, inovatif beriman dan bertaqwa sehingga mampu bersaing secara nasional dan global : (0262) 455010 : www.sman1leles.sch.id

23

Misi Meningkatkan kompetensi dan profesionalisme untuk menghasilkan lulusan yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berprestasi, inovatif, terampil, berbudi pekerti luhur, dan bertanggung jawab Meningkatkan mutu pendidikan sehingga memiliki daya saing di tingkat nasional, regional dan internasional. Menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan agar tercapai proses pendidikan yang maksimal untuk mencapai prestasi sekolah berstandar nasional dan internasional. Memaksimalkan sistem jaringan dan fasilitas internet sebagai sarana informatika dan komunikasi pembelajaran serta sitem administrasi sekolah Memperluas dan melingkupi sarana/prasarana perpustakaan secara bertahap hingga mampu menjadi perpustakaan yang representatif lengkap dengan jaringan internet. Tujuan Menyiapkan lulusan yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, inovatif, kreatif, berkepribadian mantap dan mandiri Menyiapkan lulusan yang berkualitas yaitu lulusan yang mampu menyikapi dan hidup di era globalisasi ini dengan daya saing bermutu nasional dan internasional dengan segala kemungkinan yang ada untuk tetap hidup sebagai individu dan bangsa yang bermartabat dan beradab. Mengembangkan dan mengoptimalkan pembelajaran dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi sehingga menghasilkan lulusan berpestasi, mampu menjawab tantangan zaman yang selalu berubah, dan memiliki kemampuan bersaing didalam masyrakat nasional, regional maupun

internasional yang sarat dengan produk-produk teknologi modern. Motto Iman, Ilmu, Amal Budaya kerja Bertaqwa, kreatif, inovatif, reflektif terhadap perubahan dengan senantiasa menjunjung tinggi nila-nilai etika dan tanggung jawab dalam nuansa kebersamaan.

24

2. Identitas Kepala SMA Negeri 2 Garut Nama : Drs. Cucu Supena, MM.Pd.

Pangkat/Gol/Ruang : Pembina/ IV/b Pendidikan Terakhir : Pasca Sarjana Universitas Nusantara

Pelatihan yang pernah diikuti

Tahun Nama Pelatihan 1996 1997 1998 2000 2000 2000 Diklat Teknis Calon Kepala Sekolah Diklat Calon Kepala Sekolah Diklat PKLH Diklat Imtaq Workshop MPMBS Pelatihan Fasilitaor PKHS

Lama Pelatihan 140 jam 160 jam 160 jam 160 jam 140 jam 160 jam

3. Fasilitas Sarana dan Prasarana SMA Negeri 2 Garut Jenis sarana yang dimiliki sekolah Ruang Kepala Sekolah Ruang Wakil Kepala Sekolah Ruang Guru Ruang Kelas Perpustakaan Laboratorium Laboratorium Praktek Fisika Laboratorium Laboratorium Praktek Bahasa Ruang Layanan Bimbingan dan Ruang dan Ruang Ruang UKS Ruang Komite Sekolah Ruang OSIS Mushola Koperasi Ruang Multimedia Ruang Warnet Lapangan Tenis Lapangan Volley Lapangan Basket Ruang Ruang Penjaga Sekolah Ruang/Pos Keamanan Gudang Kantin Sekolah Halaman Sekolah

Praktek Komputer dan

Praktek Kimia/Biologi dan

dan Konseling Ruang Tamu

25

4. Personel Sekolah Kepala Sekolah Guru tetap 45 orang Guru tidak tetap 22 orang Staf TU tetap 8 orang Staf TU tidak tetap 2 orang Pesuruh tidak tetap 4 orang Peserta didik 944 orang

5. Struktur Organisasi Sekolah

B. Hasil Wawancara 1. Wakasek Di bawah ini merupakan hasil wawancara yang kami lakukan dengan guru fisika. 1) Apakah kurikulum yang dikembangkan di Sekolah ini sudah sesuai dengan yang ditetapkan pemerintah?

26

Jawab:Ya, sudah sesuai. Karena pada dasarnya kebebasan yang diberikan kepada sekolah untuk mengembangkan kurikulum tidak boleh

mengabaikan kebijaksanaan yang telah ditetapkan. Kami pun seoptimal mungkin berusaha mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar agar sesuai dengan kemampuan peserta didik dan kondisi lingkungan sekolah kami. 2) Apa upaya-upaya yang dilakukan agar kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan kondisi peserta didik maupun lingkungan sekolah? Jawab: ada beberapa upaya yang kami lakukan, diantaranya: (1) mempertimbangkan cara bagaimana peserta didik dapat mencapai hasil belajar sesuai dengantujuan kurikulum, (2) tentu saja kerja sama dengan berbagai pihak, baik itu dengan kepala sekolah maupun guru-guru mata pelajaran, (3) kami berusaha mengembangkan kurikulum ini secara efktif dan efisien 3) Apa yang menjadi keuntungan dengan diberi kebebasannya sekolah mengembangkan kurikulum? Jawab: Meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekolah,

meningkatkan keefektifan

proses belajar mengajar, meningkatkan

efektivitas kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran 4) Apa yang menjadi kesulitan yang dihadapi sebagai wakasek kurikulum? Jawab: paling kesulitannya dalam penyusunan jadwal pelajaran suka ribet, mengatur jadwal sekian mata pelajaran dengan sekian banyak guru yang berbeda-beda pula, cukup membingngkan. Selain itu guru mata pelajaran yang tidak merata. 2. Guru Di bawah ini merupakan hasil wawancara yang kami lakukan dengan guru fisika. 1) Apakah standar kompetensi yang digunakan sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh pemerintah? Jawab: iya, sudah sesuai dengan aturan yang ditetapkan pemerintah 2) Buku sumber apa yang digunakan sebagai rujukan mata pelajaran?

27

Jawab: banyak, diantaranya erlangga, grafindo, butku-buku perguruan tinggi sebagi referensi. Tapi saya tidak membatasi maupun mewajibkan siswa untuk menggunakan buku teretentu. Pokoknya selama berhubungan dengan materi yang diajarkan boleh digunakan. 3) Metode/teknik/pendekatan/strategi apa yang digunakan dalam PBM? Jawab : macam-macam, tergantung potensi anak dan tergantung materi 4) Media yang dipilih dalam PBM? Jawab: kadang demonstrasi, praktek, kadang pake simulasi sederhana. 5) Faktor-faktor yang menjadi penunjang dan penghambat dalam PBM? Jawab: Penunjang diantaranya failitas, potensi anak, dukungan teman sejawat. Penghambat diantaranya keberagaman anak, intelektualitas siswa, ada beberapa materi yang sulit dipahami siswa 6) Usaha-usaha atau bentuk solusi apa yang dilakukan oleh guru matpel dalam merespons pertanyaan nomor 5? Sebutkan dengan contoh nyata! Jawab: misalkan ketika menerangkan materi yang sulit dipahami siswa bisa menggunakan analogi yang konstektual yang mudah terjangkau oleh indra anak meskipun tidak sampai 100% 7) Cara evaluasi matpel yang diajarkan? Contohnya! Jawab: PG, essay, ulangan praktek(jarang), open book 8) Kesan-kesan guru matpel terhadap matpel yang diajarkannya! Jawab: enjoy, asik-asik aja, banyak hal-hal yang bisa dibilang metafisika, menakjubkan, bisa bertafakur lewat fisika. 3. Siswa Wawancara: Kesimpulan hasil wawancara tentang pembelajaran Fisika menurut peserta didik kelas X dan kelas XI diantaranya: Tuntutan standar kompetensi yang diharapkan dalam fisika tidak terlalu berat. Tapi terkadang tuntutan standar kompetensi yang diharapkan cukup berat. Hal ini tergantung pada berat tidaknya materi yang diajarkan. Contoh Standar kompetensi yang tidak terlalu berat (kelas X): Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya. Contoh Standar kompetensi yang cukup berat (kelas X): menerapkan prinsip kerja alat optik.

28

Contoh Standar kompetensi yang tidak terlalu berat (kelas XI): Menerapkan konsep Termodinamika dalam mesin kalor. Contoh Standar kompetensi yang cukup berat (kelas XI): Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem continue dalam menyelesaikan masalah. Perbedaan yang paling menonjol antara pembelajaran Fisika di kelas X dan kelas XI adalah tentang pemahaman siswa pada materi yang diajarkan. Di kelas X, rumus-rumusnya lebih sedikit dibanding kelas XI. Cara guru menerangkan pun ternyata lebih bervariatif di kelas XI. Buku-buku sumber yang digunakan sulit dipahami, dan ada buku-buku sumber tertentu yang sulit diadapatkan. Untuk latihan-latihan soal lebih banyak menggunakan LKS. Metode/teknik/pendekatan/strategi yang digunakan dalam proses

pembelajaran fisika di kelas X itu monoton, karena metode/cara mengajarnya yang menggunakan metode yang sama, jadi peserta didik merasa bosan dan jenuh. Tetapi, metode/teknik/pendekatan/strategi yang digunakan dalam proses pembelajaran Fisika di kelas XI itu monoton, tetapi kadang bervariatif karena guru tidak hanya ceramah, melainkan lebih memotivasi siwa untuk aktif di kelas. Misalnya mengerjakan soal-soal latihan dan praktikum. Selain itu, komunikasi antara guru dan peserta didik cukup efektif. Media yang digunakan dalam PBM belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Penghambat dalam PBM fisika diantaranya cara guru mengajar yang monoton, fasilitas lab yang kurang lengkap, keadaan kelas yang keadang berisik ketika guru menerangkan, banyak sekali rumus-rumus fisika yang harus dihafal, waktu belajar yang kurang. Penunjang dalam PBM: banyak latiha soal, gurunya yang baik dan sabar. Hal yang menarik dari mata pelajaran Fisika adalah banyak rumus, hitung menghitung, soal-soal fisika membuat penasaran, ketika praktikum alat-alat yang digunakan unik, fisika banyak berhubungan denga kehidupan seharihari, fisika dapat melahirkan metode yang menjamin seseorang dapat menemukan inovasi baru.

29

Evaluasi yang digunakan : essay, PG, open book, tugas, ulangan harian per bab Kesan-kesan belajar fisika bagi peserta didik: rumus-rumusnya rumit tapi menantang, jadi ketika mengerjakan soal ingin terus mencoba, seru, rame, pusing, kesel, menarik, mengasah otak, bingung, menyenangkan ketika praktikum. Angket mengenai kesulitan belajar secara umum Jumlah siswa yang menjadi sampel berjumlah 46 orang. Jawaban dari pertanyaan tersebut adalah jawaban yang terbanyak. 1) Apakah masuk jurusan IPA merupakan keinginan sendiri? Jawab: iya 2) Mata pelajaran apa yang paling anda senangi? Jawab: Biologi Alasan: karena gurunya baik, menyenangkan, materinya menarik, dan cara mengajarnya tidak monoton. 3) Mata pelajaran apa yang tidak disenangi? Jawab: Kimia dan B.Inggris Alasan: Kimia materinya sulit dipahami, setiap ujian soalnya pasti sulit. B.Inggris metode guru menerangkannya monoton 4) Lebih menyukai belajar kelompok atau sendiri? Jawab : kelompok Alasan : bisa sharing, jadi kalau ada materi yang tidak dimengerti bisa bertanya kepada teman yang lebih paham. 5) Lebih senang berhitung/menghafal? Jawab: berhitung Alasan: kalo berhitung terasa lebih menantang, seperti permainan tekateki yang mencari jawaban. Kalu mengahafal, hari ini ingat, besoknya sudah lupa lagi. 6) Apakah menurut anda mata pelajaran fisika sulit? Jawab:Ya. Alasan: karena terlalu banyak rumus yang harus dipahami, dan terkadang cara penyampaian materi nya tidak begiu jelas. 7) Materi/bab apa pada mata pelajaran fisika yang menurut anda paling mudah?

30

Jawab: Termodinamika, gas ideal 8) Materi/bab apa pada mata pelajaran fisika yang menurut anda paling sulit? Jawab: kinematika rotasi, GLBB 9) Apakah media yang digunakan dalam mata pelajaran fisika sudah sesuai dengan apa yang diharapkan? Jawab: Tidak 10) Apakah metode yang digunakan oleh guru fisika dalam PBM di kelas bervariatif? Jawab: Tidak Alasan: monoton, membuat bosan dan jenuh 11) Apakah anda merasa kesulitan ketika ujian mata pelajaran fisika? Jawab: iya Alasan :karena belum paham, malas belajar, 12) Apakah buku sumber yang digunakan mudah dipahami? Jawab: tidak C. Status Fisika dalam Mata Pelajaran Umum Dari hasil pengolahan data, status fisika dalam mata pelajaran umum ditunjukkan oleh grafik dibawah ini. Nilai UAS Semester Ganjil

Nilai Rata-rata kelas


90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Fisika Biologi Kimia Matematika B.Indonesia B.inggris B.sunda PAI B.Jepang Penjaskes PKn PLH Sejarah S.Budaya TIK

Nilai Rata-rata kelas

31

Nilai Raport semester ganjil

Nilai Rata-rata kelas


90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Fisika Biologi Kimia Matematika B.Indonesia B.inggris B.sunda PAI B.Jepang Penjaskes PKn PLH Sejarah S.Budaya TIK

Nilai Rata-rata kelas

Nilai UTS semester genap

Nilai Rata-rata kelas


100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Fisika Biologi Kimia Matematika B.Indonesia B.inggris B.sunda PAI B.Jepang Penjaskes PKn PLH Sejarah S.Budaya TIK

Nilai Rata-rata kelas

D. Status Fisika dalam Mata Pelajaran Serumpun Dari hasil pengolahan data, status fisika dalam mata pelajaran umum ditunjukkan oleh grafik dibawah ini.

32

Nilai UAS semester ganjil

Nilai Rata-rata kelas


90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Fisika Biologi Kimia Matematika Nilai Rata-rata kelas

Nilai Raport semester ganjil

Nilai Rata-rata kelas


80 78 76 74 72 70 68 66 Fisika Biologi Kimia Matematika Nilai Rata-rata kelas

33

Nilai UTS semester genap

Nilai Rata-rata kelas


100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Fisika Biologi Kimia Matematika

Nilai Rata-rata kelas

E. Status Fisika dalam Mata Pelajaran tidak serumpun Dari hasil pengolahan data, status fisika dalam mata pelajaran umum ditunjukkan oleh grafik dibawah ini. Nilai UAS semester ganjil

Nilai Rata-rata kelas


90 80 70 60 50 40 30 20 10 0

Nilai Rata-rata kelas

34

Nilai Raport semester ganjil

Nilai Rata-rata kelas


90 85 80 75 70 65 60 Nilai Rata-rata kelas

Nilai UTS semester genap

Nilai Rata-rata kelas


90 80 70 60 50 40 30 20 10 0

Nilai Rata-rata kelas

F. Status Mata Pelajaran Fisika di Kelas Dari hasil pengolahan data, status fisika dalam mata pelajaran umum ditunjukkan oleh grafik dibawah ini.

35

Nilai rata-rata kelas


90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 UAS Semester 1 Raport semester 1 UTS semester 2 Nilai rata-rata kelas

G. Hasil Pengolahan Data secara Umum Berdasarkan hasil pengolahan data secara umum, diperoleh grafik yang menunjukan posisi peserta didik dalam seluruh mata pelajaran . Graffik berdasarkan nilai rata-rata (mean)

Nilai rata-rata keseluruhan


90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 ACEP WAHYUDIN

CECEP AHMAD

CUCU CASMAYA

DODI ROBIDIN

BILLQIST LAUTSA

AI SITI SAADAH

FITRI YULIANTI

G.ST. HUSNUL

ELSA RIYANTI

HESTIANA MARDINI

FETTY FATIMAH

HILMAN

AI NOVI

Grafik 1

ERNI RAHMAWATI

IKHSAN RAHADIAN

Nilai rata-rata keseluruhan

36

90 80 70 60 50 40 30 20 10 0

Series1

Grafik 2

80 78 76 74 72 70 68 66 64 62 SISKA OKTAVIANI

Series1

RIZKI NUGRAHA

YANI NURHAENI

SHINTA PUTRI YANI

YUDHA PERMANA

SHOFIA UTARI AGUSTINA

RISKA RAHMI GODTAMI

RISTA PUSPITA SARI

WIRASANTI DITA A

WIWIN SUPRIATIN

RIZKI PRATAMA

Grafik 3

Berdasarkan hasil pengolahan data secara umum, dapat disimpulkan bahwa Jika 75<Nilai rata-rata siswa <84.1 maka siswa dinyatakan kelompok atas(tinggi) Jika 70=<Nilai rata-rata siwa=<75 maka siswa dinyatakan kelompok menengah (sedang)

WIWIN WIDIA NENGSIH

YUDI MULYADI

SYIFA FAUZIAH

YULI YULIANI

WULANSARI

37

Jika Nilai rata-rata siswa<70, maka siswa dinyatakan kelompok rendah Berdasarkan grafik diatas, peserta didik dapa dikelompokkan menjadi 3 kelompok,yaitu: 1) Kelompok atas (tinggi) = 15 orang 2) Kelompok tengah (sedang) = 23 orang 3) Kelompok rendah = 8 orang Berdasarkan hasil pengolahan data secara umum peserta didik yang diduga mengalami kesulitan belajar diantaranya: 1) Ikhsan Rahadian 2) Rima Karimah H 3) Shinta Putri Yani 4) Wiwin Widia Nengsih 5) Wulansari 6) Yani Nurhaeni 7) Yudha Permana 8) Yudi Mulyadi

Berdasarkan tinjauan nilai fisika, grafik prestasi belajar siswa ditunjukkan oleh grafik dibawah ini:
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 ACEP WAHYUDIN BILLQIST LAUTSA AI SITI SAADAH AI NOVI ANGGRAENI

CECEP AHMAD

CUCU CASMAYA

DODI ROBIDIN

FITRI YULIANTI

G.ST. HUSNUL

Series1

ELSA RIYANTI

HESTIANA MARDINI

Grafik 1

HILMAN FIRMANSYAH

ERNI RAHMAWATI

FETTY FATIMAH

38

NENG DELIS

PUTRA RAHADIAN

90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 MELI BUDIARTI INDRA RAMDANI IQRI PUSPA YUNANDA IKHSAN RAHADIAN LENTI NURBAETI R NENG ADE YANI

Series1 RARA ISMAYA PUTRI RESTI RAHAYU PUTRI RESTI RIANTI RATIH JULAEHA RIKA FITROH

NENG YANTI

Grafik 2

RISKA RAHMI

SHOFIA UTARI

RIMA KARIMAH H

SISKA OKTAVIANI

WIWIN WIDIA

90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 RISTA PUSPITA SARI

NINA KARLINA

Series1 YANI NURHAENI SHINTA PUTRI YANI WIWIN SUPRIATIN YUDHA PERMANA RIZKI NUGRAHA RIZKI PRATAMA YUDI MULYADI WULANSARI WIRASANTI DITA A SYIFA FAUZIAH

Grafik 3 Berdasarkan ketiga grafik diatas, maka pada mata pelajaran Fisika, peserta didik di kelompokan menjadi 3 kelompok berdasarkan nilai KKM, yaitu: 1) Kelompok atas (tinggi) = 12 orang 2) Kelompok tengah (sedang) = 27 orang 3) Kelompok rendah = 7 orang H. Kasus Peserta Didik yang Diduga Mengalami Kesulitan Belajar Beberapa siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar ditinjau dari semua mata pelajaran, diantaranya:

YULI YULIANI

39

1) Ikhsan Rahadian

Ikhsan Rahadian
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Fisika Biologi Kimia Matematika B.Indo B.Inggris B.Sunda PAI B.Jepang Penjaskes PKn PLH sejarah seni budaya TIK

Ikhsan Rahadian

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa Ikhsan Rahadian mengalami kesulitan belajar pada mata pelajaran Kimia, Matematika, B. Inggris dan PKn. Nilai Fisika Ikhsan lebih baik dibandingkan dengan mata pelajaran Kimia, Matematika, B.inggris, dan PKn. 2) Rima Karimah H

Rima Karimah H
80 70 60 50 40 30 20 10 0 Fisika Biologi Kimia Matematika B.Indo B.Inggris B.Sunda PAI B.Jepang Penjaskes PKn PLH sejarah seni budaya TIK

Rima Karimah H

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa Rima karimah H mengalami kesulitan belajar pada mata pelajaran Kimia, Matematika, B.Indonesia, B.Inggris, PKn, PLH. Nilai Fisika Rima lebih baik dibandingkan dengan mata pelajaran Kimia, Matematika, B. Indonesia, B.inggris, PKn dan PLH.

40

3) Shinta Putri Yani

Shinta Putri Yani


90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Fisika Biologi Kimia Matematika B.Indo B.Inggris B.Sunda PAI B.Jepang Penjaskes PKn PLH sejarah seni budaya TIK

Shinta Putri Yani

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa Shinta Putri Yani mengalami kesulitan belajar pada mata pelajaran Kimia, B.Inggris, dan PKn. Nilai Fisika Shinta lebih baik dibandingkan dengan mata pelajaran Kimia, B.inggris, dan PKn. 4) Wiwin Widia Nengsih

Wiwin Widia Nengsih


100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Fisika Biologi Kimia Matematika B.Indo B.Inggris B.Sunda PAI B.Jepang Penjaskes PKn PLH sejarah seni budaya TIK

Wiwin Widia Nengsih

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa Wiwin Widia Nengsih mengalami kesulitan belajar pada mata pelajaran Fisika, Kimia, Matematika, dan B.Inggris. Nilai Fisika Wiwin masih dibawah nilai KKM.

41

5) Wulansari

Wulansari
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Biologi B.Inggris

Wulansari

B.Jepang

Kimia

PAI

PLH

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa Wulansari mengalami kesulitan belajar pada mata pelajaran Fisika, Kimia, Matematika, B.Inggris, dan B. Jepang. Nilai Fisika Wulansari masih dibawah nilai KKM. 6) Yani Nurhaeni

Matematika

Yani Nurhaeni
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 B.Inggris Biologi Matematika seni budaya B.Jepang Penjaskes B.Sunda sejarah Kimia B.Indo Fisika PAI PLH PKn TIK

seni budaya

Penjaskes

B.Sunda

sejarah

B.Indo

Fisika

PKn

TIK Yani Nurhaeni

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa Yani mengalami kesulitan belajar pada mata pelajaran Fisika, Kimia, B.Indonesia, B.Inggris, dan B. Jepang. Nilai Fisika Yani masih dibawah nilai KKM. 7) Yudha Permana

42

Yudha Permana
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Fisika Biologi Kimia Matematika B.Indo B.Inggris B.Sunda PAI B.Jepang Penjaskes PKn PLH sejarah seni budaya TIK

Yudha Permana

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa Yudha mengalami kesulitan belajar pada mata pelajaran Fisika, Biologi, Kimia, B.Inggris, dan PKn . Nilai Fisika Yudha masih dibawah nilai KKM. 8) Yudi Mulyadi

Yudi Mulyadi
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Biologi B.Inggris

Yudi Mulyadi

PLH

Penjaskes

sejarah

Kimia

PAI

Matematika

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa Yudi mengalami kesulitan belajar pada mata pelajaran Fisika, Kimia, B.Inggris, dan PKn . Nilai Fisika Yudha masih dibawah nilai KKM. Beberapa siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar ditinjau darimata pelajaran Fisika, diantaranya: 1) Putra Rahadian Desa

seni budaya

B.Jepang

B.Indo

Fisika

B.Sunda

PKn

TIK

43

Putra Rahadian Desa


75 70 65 60 55 50 UAS semester ganjil Raport semester ganjil UTS semester genap

Putra Rahadian Desa

2) Rara Ismaya Putri

Rara Ismaya Putri


75 70 65 60 55 UAS semester ganjil UTS semester genap Raport semester ganjil Rara Ismaya Putri

3) Wiwin Widia Nengsih

Wiwin Widia Nengsih


75 70 65 60 55 50 UAS semester ganjil Raport UTS semester semester genap ganjil

Wiwin Widia Nengsih

4) Wulansari

Wulansari
80 60 40 20 0 UAS semester ganjil Raport semester ganjil UTS semester genap Wulansari

44

5) Yani Nurhaeni

Yani Nurhaeni
80 60 40 20 0 UAS semester ganjil Raport semester ganjil UTS semester genap

Yani Nurhaeni

6) Yudha Permana

Yudha Permana
100 50 0 UAS semester ganjil Raport semester ganjil UTS semester genap Yudha Permana

7) Yudi Mulyadi

Yudi Mulyadi
100 50 0 UAS semester ganjil Raport semester ganjil UTS semester genap Yudi Mulyadi

I. Penyusunan Program Pengajaran Remedial Pengajaran remedial pada hakikatnya adalah pemberian bantuan bagi peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Sehubungan dengan itu, langkahlangkah yang perlu dikerjakan dalam pemberian pengajaran remedial meliputi dua langkah pokok, yaitu pertama mendiagnosis kesulitan belajar, dan kedua memberikan perlakuan (treatment) pembelajaran remedial.

45

Berdasarkan hasil diagnosis kesulitan belajar siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 2 Garut, maka strategi dan teknik pengajaran remedial yang akan dikembangkan adalah sebagai berikut: a. Strategi dan teknik pengajaran remedial yang bersifat kuratif Sasaran pokok dari pengajaran remedial yang bersifat kuratif adalah siswa yang prestasinya jauh dibawah batas kriteria keberhasilan minimal. Sehingga dengan adanya pengajaran remedial yang bersifat kuratif ini siswa suatu saat dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal tersebut. b. Strategi dan teknik pendekatan pengajaran remedial yang bersifat preventif Sasaran pokok dari pengajaran remedial yang bersifat preventif ini adalah siswa yang diprediksikan akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan suatu program studi tertentu yang akan ditempuhnya. Dalam kajian ini, penulis akan mengembangkan pengajaran remedial yang bersifat preventif yang ditujukan bagi siswa yang menunjukan prestasi belajarnya menurun. Sehingga diharapkan dengan dikembangkannya pengajaran remedial yang bersifat preventif ini, siswa tersebut mampu meningkatkan kembali prestasi belajarnya atau paling tidak mempertahankan prestasi belajarnya. c. Strategi dan teknik pendekatan pengajaran remedial yang bersifat development Sasaran pokok dari pengajaran remedial yang bersifat development ini adalah agar siswa dapat segera mengatasi hambatan-hambatan atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dialaminya selama melaksanakan kegiatan PBM. Dengan diberikannya Dengan diberikan bantuan segera (immediate treatment) selama berlangsungnya PBM, pada akhirnya siswa diharapkan dapat menyelesaikan program secara tuntas sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan.

J. Pembahasan 1. Wawancara Wakasek Kurikulum Berdasarkan hasil wawancara dengan wakasek kurikukum, kurikulum di SMA Negeri 2 Garut telah sesuai dengan yang ditetapkan oleh pemerintah, karena pada dasarnya otonomi yang diberikan pada sekolah dalam mengelola kurikulum secara mandiri dengan memprioritaskan kebutuhan dan

ketercapaian sasaran dalam visi dan misi sekolah tidak mengabaikan kebijaksanaan yang telah ditetapkan. Dalam mengembangkan kurikulum ini,

46

pihak sekolah berusaha seoptimal mungkin untuk merealisasikan dan merelevansikan antara kurikulum nasional (standar kompetensi/kompetensi dasar) dengan kebutuhan dan kondisi sekolah, sehingga kurikulum yang dikembangkan integritas dengan peserta didik maupun dengan lingkungan sekolah. Adapun upaya-upaya yang dilakukan agar kurikulum yang

dikembangkan seseuai dengan peserta didik maupun lingkungan sekolah diantaranya: - Dengan mempertimbangkan bagaimana cara agar peserta didik dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan kurikulum - Adanya kerja sama yang positif dari berbagai pihak - Rangkaian kegiatan dalam memanajemen kurikulum ini dilakukan secara efektif dan efisien, sehingga dapat memberikan hasil yang optimal dengan biaya, tenaga dan waktu yang relative singkat. Ada beberapa hal yang menjadi keuntungan sekolah diberi kebebasan untuk mengembangkan kurikulum sendiri tanpa mengabaikan kebijaksanaan yang telah ditetapkan pemerintah, diantaranya: - Meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekolah - Meningkatkan efesiensi dan efektivitas proses belajar mengajar - Meningkatkan efektivitas kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran Dalam memanejemen kurikulum ada beberapa kesulitan yang dihadapi, misalnya: penyusunan jadwal pelajaran, Sumber Daya Manusia (guru mata pelajaran) yang tidak merata, pengaturan dan kewajiban guru. Guru mata pelajaran Fisika Standar kompetensi yang digunakan sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh pemerintah. Adapun dalam menentukan indicator disesuaikan dengan kondisi sekolah, yaitu fasilitas yang tersedia, kondisi siswa, kemampuan intelektualitas siswa, dsb). Buku sumber yang digunakan diantaranya buku sumber terbitan Erlangga, Garffindo, buku-buku perguruan tinggi pun digunakan sebagai referensi. Guru tidak membatasi maupun mewajibkan buku apa yang harus digunakan peserta didik, tetapi guru memberikan kebebasan pada siswa untuk

47

menggunakan buku apa saja (selama buku itu masih bersangkutan dengan materi yang diajarkan), tergantung kemampuan peserta didik dan yang terpenting setiap peserta didik memiliki referensi. Metode yang digunakan dalam mengajar diantaranya demonstrasi, praktikum, membahas materi, membahas latihan soal-soal dimana siswa aktif mengerjakan di depan kelas. Adapun alat/media yang digunakan dalam PBM adalah alat-alat praktikum. Ada beberapa hal yang menunjang guru dalam mengajar fisika diantaranya fasilitas yang media, potensi peserta didik, serta dukungan dari teman sejawat. Adapun penghambat guru dalam mengajar fisika diantaranya

keberagaman intelektualitas anak, ada beberapa materi/bab dalam fisika yang tidak bisa diterangkan secara maksimal karena keterbatasan indra kita. misalnya pada saat membahas materi tentang gas ideal. Untuk mengatasi hambatan-hambatan yang dialami guru dalam mengajar fisika solusi yang digunakan diantaranya: - Saat menerangkan menggunakan analogi-analogi yang konstektual, yang bisa terjangkau oleh indra peserta didik - Membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok belajar, sehingga peserta didik yang lemah dalam pelajaran fisika setidaknya dapat berdiskusi dengan peserta didik yang pintar dalam pelajaran fisika. - Bentuk evalasi yang digunakan dalam mata pelajaran fisika diantaranya essay, PG, ulangan praktek. Dalam hal ini ulangan praktek jarang dilakukan, tetapi penilaian tetap dilakukan saat dilaksanakan praktek. Penilaiannya ditinjau dari kemampuan peserta didik mengguanakan alat praktek dengan benar, kemampuan kerjasama dengan teman kelompoknya, dsb. Guru memiliki kesan-kesan tersendiri selama mengajar fisika yaitu guru merasa senang mengajar fisika, banyak hal yang bisa dipelajari, fisika itu menakjubkan, dan kita bisa bertafakur lewat fisika. Siswa Berdasarkan hasil wawancara secara umum dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran fisika itu merupakan mata pelajaran yang cukup sulit dan menantang. Sebagian dari mereka tertarik mempelajari fisika, hanya saja

48

buku-buku yang tersedia sulit didapat dan sulit dapahami. Selain itu, metode yang digunakan guru dalam PBM fisika cenderung monoton dan kurang variatif. Hal ini disebabkan karena media yang digunakan dalam pembelajaran belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Jumlah siswa yang terlalu banyak pun sebenarnya cukup mempengaruhi siswa dalam PBM karena kondisi kelas yang kurang kondusif ketika guru menarangkan. Tapi disamping itu, mereka menyukai fisika ketika dihadapkan dengan soal-soal latihan yang menantang. Dalam hal evaluasi, biasanya diberikan dalam bentuk essay maupun PG. Berdasarkan hasil jawaban angket secara umum dapat disimpulkan bahwa sebagian dari siswa kelas XI IPA 4 menyukai pelajaran Biologi. Hal ini dikarenakan materi yang diajarkan di kelas XI menarik serta metode yang digunakan guru ketika menerangkan tidak monoton. Adapun pmata pelajaran yang tidak diminati adalah mata pelajaran Kimia dan Bahasa Inggris. Mereka mengaku mengalami kesulitan belajar pada mata pelajaran kimia dan bahasa inggris. Sebagian besar siswa kelas XI IPA 4 lebih menyukai belajar kelompok, karena dengan belajar kelompok mereka bisa saling bertanya satu sama lain ketika ada materi/bab yang belum mereka pahami. Alasan mereka memilih jurusan IPA karena mereka lebih suka berhitung daripada menghafal dkarena menurut mereka berhitung itu seperti sedang melakukan sebuah permainan yang sedang mencari jawaban yang sebenarnya. 2. Status Fisika dalam Mata Pelajaran Umum Berdasarkan data nilai hasil observasi menunjukkan bahwa status fisika dalam mata pelajaran umum kategori UAS semester ganjil menduduki posisi ke-10 dengan nilai rata-rata 69,1 . Posisi pertama adalah Biologi dengan nilai rata-rata 81,5 dan posisi terakhir adalah kimia dengan nilai rata-rata 41.3. Status fisika dalam mata pelajaran umum kategori Nilai Raport semester ganjil menduduiki posisi ke-9 dengan nilai rata-rata 75,5. Posisi pertama B. Jepang dengan nilai rata-rata 85,5 dan posisi terakhir kimia dengan nilai rata-rata 70,6. Status Fisika dalam mata pelajaran umum kategori Nilai UTS semester genap menduduki posisi ke-2 dengan nilai rata-rata 83,6. Posisi pertama adalah Biologi dengan nilai rata-rata 93,7 dan posisi terakhir adalah kimia dengan nilai rata-rata 34,3.

49

Berdasarkan uraian diatas menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran fisika mengalami peningkatan. 3. Status Mata Pelajaran Fisika dalam Mata Pelajaran Serumpun Berdasarkan data nilai hasil observasi menunjukkan bahwa status fisika dalam mata pelajaran umum kategori UAS semester ganjil menduduki posisi ke-2 dengan nilai rata-rata 69,1 . Posisi pertama adalah Biologi dengan nilai rata-rata 81,5 dan posisi terakhir adalah kimia dengan nilai rata-rata 41.3. Status fisika dalam mata pelajaran umum kategori Nilai Raport semester ganjil menduduiki posisi ke-3 dengan nilai rata-rata 75,5. Posisi pertama Biologi dengan nilai rata-rata 78,2 dan posisi terakhir kimia dengan nilai rata-rata 70,6. Status Fisika dalam mata pelajaran umum kategori Nilai UTS semester genap menduduki posisi ke-2 dengan nilai rata-rata 83,6. Posisi pertama adalah Biologi dengan nilai rata-rata 93,7 dan posisi terakhir adalah kimia dengan nilai rata-rata 34,3. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa fisika dalam mata pelajaran serumpun tergolong mata pelajaran yang tidak terlalu sulit. Hal ini dibuktikan dengan fisika tidak pernah menduduki posisi terakhir. 4. Status Mata Pelajaran Fisika dalam Mata Pelajaran tak Serumpun Berdasarkan data nilai hasil observasi. Menunjukkan bahwa status fisika dalam mata pelajaran umum kategori UAS semester ganjil menduduki posisi ke-11 dengan nilai rata-rata 69,1 . Posisi pertama adalah PAI dengan nilai rata-rata 79.3 dan posisi terakhir adalah PKn dengan nilai rata-rata 61,1. Status fisika dalam mata pelajaran umum kategori Nilai Raport semester ganjil menduduiki posisi ke-9 dengan nilai rata-rata 75,5. Posisi pertama B. Jepang dengan nilai rata-rata 85,5 dan posisi terakhir B.Inggris dan sejarah dengan nilai rata-rata 70,6. Status Fisika dalam mata pelajaran umum kategori Nilai UTS semester genap menduduki posisi ke-2 dengan nilai rata-rata 83,6. Posisi pertama adalah PAI dengan nilai rata-rata 84,9 dan posisi terakhir adalah B. Inggris dengan nilai rata-rata 64,3. 5. Kasus Peserta Didik yang Diduga Mengalami Kesulitan Belajar Beberapa peserta didik yang diduga mengalami kesulitan belajar dalam mata pelajaran Fisika:

50

1) Ikhsan Rahadian

Ikhsan Rahadian
100 80 60 40 20 0 UAS semester ganjil Raport semester ganjil UTS semester genap Ikhsan Rahadian

Dalam mata pelajaran Fisika, prestasi belajar ikhsan mengalami peningkatan. Pada semester 1 nilai fisika nya masih di bawah nilai KKM, tetapi di semester 2 nilai fisikanya berada jauh diatas nilai KKM. Tetapi, meskipun ia mengalami peningkatan dalam mata pelajaran fisika, ia mengalami kesulitan belajar pada beberapa mata pelajaran lain, yaitu Kimia, Matematika, B. Inggris dan PKn. 2) Putra Rahadian Desa

Putra Rahadian Desa


75 70 65 60 55 50 UAS Raport UTS semester semester semester ganjil ganjil genap Putra Rahadian Desa

Dalam mata pelajaran fisika, prestasi belajar putra mengalami penurunan. Sesuai dengan grafik diatas, pada semester 2 dia mengalami penurunan prestasi belajar yang cuku drastis. Tapi, dia tidak mengalami kesulitan belajar pada mata pelajaran lain. 3) Rara Ismaya Putri

51

Rara Ismaya Putri


75 70 65 60 55 UAS Raport UTS semester semester semester ganjil ganjil genap Rara Ismaya Putri

Dalam mata pelajaran fisika, prestasi belajar Rara mengalami penurunan. Nilai fisika di semester 2 menurun drastic jauh di bawah KKM. Tapi, pada mata pelajaran lain, ia tidak mengalami kesulitan belajar. 4) Rima Karimah H

Rima Karimah H
90 85 80 75 70 65 60 UAS Raport UTS semester semester semester ganjil ganjil genap

Rima Karimah H

Dalam mata pelajaran fisika, prestasi belajar Rima mengalami turun naik. Tapi dia mengalami kesulitan belajar pada mata pelajaran Kimia, Matematika, B.Indonesia, B.Inggris, PKn, PLH. 5) Shinta Putri Yani

52

Shinta Putri Yani


100 80 60 40 20 0 UAS Raport UTS semester semester semester ganjil ganjil genap Shinta Putri Yani

Dalam mata

pelajaran fisika,

prestasi

belajar

Shinta

mengalami

peningkatan. Tapi ia mengalami kesulitan belajar pada mata pelajaran Kimia, B.Inggris, dan PKn. 6) Wiwin Widia Nengsih

Wiwin Widia Nengsih


75 70 65 60 55 50 UAS semester ganjil Raport semester ganjil UTS semester genap Wiwin Widia Nengsih

c pada mata pelajaran Kimia, Matematika, dan B.Inggris. 7) Wulansari

Wulansari
80 60 40 20 0 UAS semester ganjil Raport semester ganjil UTS semester genap

Wulansari

53

Dalam mata pelajaran fisika, prestasi belajar Rima mengalami turun naik. Tapi dia mengalami kesulitan belajar pada mata pelajaran Kimia, Matematika, B.Inggris, dan B. Jepang. 8) Yani Nurhaeni

Yani Nurhaeni
80 60 40 20 0 UAS semester ganjil Raport semester ganjil UTS semester genap Yani Nurhaeni

Dalam mata pelajaran fisika, prestasi belajar Rima mengalami turun naik. Tapi dia mengalami kesulitan belajar pada mata pelajaran Kimia, B.Indonesia, B.Inggris, dan B. Jepang. 9) Yudha Permana

Yudha Permana
100 80 60 40 20 0 UAS Raport UTS semester semester semester ganjil ganjil genap Yudha Permana

Dalam mata pelajaran mata pelajaran Fisika, prestasi belajar Yudha mengalami peningkatan. Tapi ia mengalami kesulitan belajar pada mata pelajaran Biologi, Kimia, B.Inggris, dan PKn 10) Yudi Mulyadi

54

Yudi Mulyadi
100 80 60 40 20 0 UAS semester ganjil Raport semester ganjil UTS semester genap Yudi Mulyadi

Dalam mata pelajaran mata pelajaran Fisika, prestasi belajar Yudha mengalami peningkatan. Tapi ia mengalami kesulitan belajar pada mata pelajaran Kimia, B.Inggris, dan PKn. 6. Penyusunan Program Pengembangan Remedial Setelah diketahui kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik serta penyebab timbulnya kesulitan belajar, langkah berikutnya adalah memberikan perlakuan berupa pengajaran remedial. Pengajaran remedial yang dikembangkan oleh penulis yaitu dengan melakukan berbagai kegiatan, antara lain: (1) Memberikan tambahan penjelasan atau contoh Peserta didik kadang-kadang mengalami kesulitan memahami

penyampaian materi pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang disajikan hanya sekali, apalagi kurang ilustrasi dan contoh. Pemberian tambahan ilustrasi, contoh dan bukan contoh untuk pembelajaran konsep misalnya akan membantu pembentukan konsep pada diri peserta didik. (2) Menggunakan strategi pembelajaran yang berbeda dengan sebelumnya Penggunaan alternatif berbagai strategi pembelajaran akan memungkinkan peserta didik dapat mengatasi masalah pembelajaran yang dihadapi. (3) Mengkaji ulang pembelajaran yang lalu. Penerapan prinsip pengulangan dalam pembelajaran akan membantu peserta didik menangkap pesan pembelajaran. Pembelajaran ulang dapat disampaikan dengan cara penyederhanaan materi, variasi cara penyajian, penyederhanaan tes/pertanyaan. Pembelajaran ulang dilakukan bilamana sebagian besar atau semua peserta didik belum mencapai ketuntasan belajar atau mengalami kesulitan belajar. Pendidik perlu memberikan

55

penjelasan kembali dengan menggunakan metode dan/atau media yang lebih tepat. (4) Menggunakan berbagai jenis media Penggunaan berbagai jenis media dapat menarik perhatian peserta didik. Perhatian memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Semakin memperhatikan, hasil belajar akan lebih baik. Namun peserta didik seringkali mengalami kesulitan untuk memperhatikan atau berkonsentrasi dalam waktu yang lama. Agar perhatian peserta didik terkonsentrasi pada materi pelajaran perlu digunakan berbagai media untuk mengendalikan perhatian peserta didik. (5) Pemberian bimbingan secara khusus, misalnya bimbingan perorangan. Dalam hal pembelajaran klasikal peserta didik mengalami kesulitan, perlu dipilih alternatif tindak lanjut berupa pemberian bimbingan secara individual. Pemberian bimbingan perorangan merupakan implikasi peran pendidik sebagai tutor. Sistem tutorial dilaksanakan bilamana terdapat satu atau beberapa peserta didik yang belum berhasil mencapai ketuntasan. (6) Pemberian tugas-tugas latihan secara khusus. Dalam rangka menerapkan prinsip pengulangan, tugas-tugas latihan perlu diperbanyak agar peserta didik tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan tes akhir. Peserta didik perlu diberi latihan intensif (drill) untuk membantu menguasai kompetensi yang ditetapkan. (7) Pemanfaatan tutor sebaya. Tutor sebaya adalah teman sekelas yang memiliki kecepatan belajar lebih. Mereka perlu dimanfaatkan untuk memberikan tutorial kepada rekannya yang mengalami kelambatan belajar. Dengan teman sebaya diharapkan peserta didik yang mengalami kesulitan belajar akan lebih terbuka dan akrab.

56

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan 1) Berdasarkan hasil penelitian penulis terhadap siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 2 Garut, diperoleh suatu kesimpulan tentang status/posisi fisika. Fisika bukan merupakan pelajaran yang perlu ditakuti ataupun dianggap sulit. Hal ini dibuktikan dengan beberapa perbandingan antara fisika dengan mata pelajaran lainnya baik itu serumpun maupun tak serumpun, ternyata fisika tidak pernah menduduiki posisi paling akhir. 2) Ada beberapa faktor penyebab kesulitan belajar siswa yaitu sistem pengajaran, sistem evaluasi, keterbatasan guru dalam menerangkan dsb. 3) Ada beberapa faktor organismik dalam diri siswa sendiri sebagai penyebab kesulitan, diantaranya kurangnya motivasi untuk belajar, kurang daya tangkap atau daya serap siswa. 4) Berdasarkan hasil penelitian, siswa keles XI IPA 4 dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok atas, kelompok menengah dan kelompok rendah. 5) Siswa yang termasuk kelompok atas memiliki krtieria nilai yang berada jauh diatas KKM. Sedangkan siswa yang termasuk kelompok rendah kriteria nilai berada dibawah KKM. 6) Peserta didik memiliki kemampuan dan karakteristik yang berbeda-beda. Sesuai dengan kemampuan dan karakteristik yang berbeda-beda tersebut maka permasalahan yang dihadapi berbeda-beda pula. Dalam melaksanakan pembelajaran, pendidik perlu tanggap terhadap kesulitan yang dihadapi peserta didik. 7) Dalam rangka pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi dan

pembelajaran tuntas, peserta didik yang gagal mencapai tingkat pencapaian kompetensi yang telah ditentukan perlu diberikan pengajaran (perbaikan). 8) Strategi yang digunakan dalam pengajaran remedial adalah strategi yang bersifat kuratif, preventif dan development. remedial

57

B. Rekomendasi Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, pengolahan data, serta beberapa kasus yang ada di lapangan, maka penulis memberikan beberapa rekomendasi, yaitu: 1) Guru mata pelajaran fisika maupun guru mata pelajaran lainnya hendaknya meningkatkan motivasi dan semangat untuk mengajar mata pelajaran yang bersangkutan. 2) Guru fisika agar lebih bisa kreatif lagi dalam menggunakan metode serta memanfaatkan sarana dalam mengajar fisika sehingga dapat menjadi lebih mudah. 3) Tidak menjadikan alasan fisika sebagai salah satu mata pelajaran yang di ujiankan sehingga membuat guru fisika lebih sering membahas soal-soal sehingga keindahan ilmu dan penerapan fisika serta merta akan tertutup oleh kekhawatiran bagaimana menyelesaikan soal ujian dengan benar. 4) Untuk guru fisika jangan samakan fisika dengan pelajaran sejarah yang hanya cukup dapat dijelaskan dengan metode ceramah, melainkan harus ada variasi dalam mengajar sehingga PBM tidak monoton. 5) Untuk guru fisika ciptakanlah sesuatu yang dapat merangsang pola berpikir siswa ketika PBM berlangsung 6) Penyajian materi yang bukan hanya sebagai kumpulan rumus belaka yang harus dihafal mati oleh siswa, hingga akhirnya ketika evaluasi belajar, kumpulan tersebut bercampur aduk dan menjadi kusut di benak siswa. Artinya penyajian materi harus seimbang antar penyampain konsep dan aplikasi. 7) Untuk para siswa hendaknya menumbuhkan semangat belajar 8) Para penulis buku hendaknya bisa lebih mengemas buku fisika menjadi lebih mudah dipahami 9) Ada beberapa pelaksanaan remedial yang dapat diaplikasikan untuk menangani kasus kesulitan belajar, yaitu: - Memberikan tambahan penjelasan atau contoh - Menggunakan strategi pembelajaran yang berbeda dengan sebelumnya - Mengkaji ulang pembelajaran yang lalu - Menggunakan berbagai jenis media - Pemberian bimbingan secara khusus - Pemberian tugas-tugas latihan secara khusus - Pemanfaatan tutor sebaya

58

You might also like