You are on page 1of 11

INNOVATIVENESS DAN KATEGORI ADOPTER

Dipenuhi sebagai tugas Difusi inovasi Pendidikan

Oleh Anggia Widhi Astrini 1215096013

Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Difusi inovasi pada hakikatnya adalah sebuah proses dimana sebuah inovasi di komunikasikan melalui suatu saluran komunikasi pada suatu sistem sosial pada kurun waktu tertentu. Adopsi inovasi, dimulai dari seseorang mengetahui hingga memutuskan untuk menerima atau menolak inovasi tersebut, dan pengukuhan terhadap keputusan itu sangatlah penting dalam proses pendifusian sebuah inovasi. Keberhasilan dalam mendifusikan sebuah inovasi ini tentu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Diantaranya atribut, proses keputusan, komunikasi, dll. Dalam hal ini juga dikenal istilah inovativeness yaitu derajat dimana seseorang atau kelompok bertindak lebih cepat dalam menerima inovasi daripada orang lainnya.Kategori adopter pun ada beberapa dan berbeda beda sehingga untuk lebih memudahkan proses difusi inovasi kita pun harus mengetahui lebih jauh mengenai faktor dan kategori adaptor tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini, akan dibahas mengenai : 1. Inovativeness 2. Kategori adopter

C. TUJUAN
Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi dan wawasan mengenai innovativeness dan berbagai kategori adopter.

BAB II PEMBAHASAN A. INNOVATIVENESS DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA


Inovativeness (the degree to which an individual or other onit of adoption is relativelyearlier in adopting new ideas than other member of a system (Everett M Roger) jadi dapat dikatakan inovativeness adalah derajat dimana seseorang atau sekelompok orang relativ dapat menearima ide ide baru dengan cepat daripada orang lainnya. Sebenarnya keinovativan ini diapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Sejumlah inovasi ternyata bisa dengan mudah menyebar luas di tengah anggota masyarakat dalam suatu sistem sosial sejak pertama kali dikenal hingga mulai diterima dan dianggap sebagai bagian dari hidup mereka. Namun bisa berlaku juga sebaliknya; ada beberapa inovasi yang rupanya tidak mudah untuk disebar begitu saja. Adopsi inovasi, dari mulai seseorang mulai mengetahui sampai pada tahapan memutuskan menolak atau menerimanya dan akhirnya mengukuhkan keputusannya tersebut sangat berkaitan dengan dimensi waktu, cepat atau tidaknya inovasi tersebut dapat diadopsi. Kecepatan adopsi ini salah satunya juga dipengaruhi oleh atribut inovasi. Terdapat lima atribut inovasi, yaitu : 1. Keuntungan Relatif (Relative Advantages) Keuntungan relatif adalah tingkat dimana suatu inovasi dipandang sebagai sesuatu yang lebih baik daripada ide yang telah ada sebelumnya, dan membawa manfaat/keuntungan bagi calon adopter. Rogers mengatakan keuntungan relatif adalah derajat dimana suatu inovasi dianggap lebih baik dibandingkan dengan ide serupa yang telah ada. Keuntungan relatif sebuah inovasi dapat dipertanyakan dengan pertanyaan seperti apakah inovasi tersebut lebih baik daripada yang sudah ada sekarang? dan apakah masyarakat menganggap inovasi tersebut bermanfaat bagi mereka? Tingkat keuntungan relatif ini sering juga dipengaruhi oleh hal hal tersebut : - Aspek suatu inovasi

Keutungan relatif meskipun umumnya cenderung diartikan secara kebedaan (apakah inovasi tersebut benar benar memberikan sebuah keuntungan), namun ternyata orang juga mempertimbangkan keuntungan relatif yang non-kebendaan, misalnya seperti penghormatan dan penghargaan. Status sosial juga termasuk karena rupanya banyak orang yang mengadopsi sebuah inovasi untuk mendapatkan status sosial tertentu. Keutungan relatif dan tingkat adopsi Saat akan mengadopsi suatu inovasi, biasanya banyak masyarakat yang mencari informasi untuk mengenai keuntungan relatif sebuah inovasi. Keutungan relatif yang dicari para calon adopter diantara keuntungan ekonomis (biaya, hemat waktu dan biaya). Beberapa inovasi juga diadopsi karena efek jangka panjangnya (diadopsi seseorang untuk menghindari kemungkinan di masa depan yang tidak menguntungkan) Efek insentif bagi tingkat adopsi Banyak lembaga perubahaan (change angency) yang memberikan insentif atau subsidi bagi kliennya untuk mempercepat tingkat adopsi suatu inovasi. Suatu fungsi dari insentif bagi calon adopter adalah meningkatkan derajat keuntungan relative dari ide baru yang dimasksud. Insentif adalah pembayaran tunai atau bentuk lain yang langsung ataupun tidak langsung diberikan kepada seorang atau sistem untuk mempermudah adanya perubahan perilaku yang langsung ataupun tidak langsung diberikan kepada seorang individu atau sistem untuk membuat perubahan perilaku yang tampak. Menurut Roger (1973) ada beberapa bentuk insentif dalam Difusi Inovasi yaitu : 1. Insentif bagi adopter untuk diffuser Yaitu sejumlah insentif yang dibayarkan langsung kepada adopter/individu lain untuk membujuk seseorang agar menjadi adopter. Contohnya adalah insentif yang dibayarkan kepada peserta vasektomi di India. 2. Insentif bagi individu untuk sistem Insentif diberikan kepada orang atau lembaga yang telah mengadopsi inovasi, atau kepada agen perubahan, atau sebuah sistem sosial. Contohnya, di Indonesia, pemerintah memberikan insentif kepada daerah yang mencapai tingkat adopsi KB yang tinggi. 3. Insentif positive vs negatif

Kebanyakan insentif bersifat positif, artinya sebagai imbalan untuk para adopter yang telah mengadopsi sebuah inovasi. 4. Insentif bersifat moneter non-moneter Insentif tidak berupa uang, bisa berupa barang yang diinginkan oleh adopter. 5. Insentif segera vs insentif yang ditunda Kebanyakan insentif dibayarkan segera kepada calon adopter saat mengadopsi. Namun ada juga insentif yang hanya diberikan setelah adopter benar benar sudah mengadopsinya. Contohnya pembebasan uang sekolah pada usia tertentu bagi anak yang orang tuanya peserta KB.

2. Kesesuaian (Compatibility) Kesesuaian yaitu apakah inovasi yang akan didifusikan itu sesuai dengan nilai nilai, sistem kepercayaan, gagasan yang sudah ada sebelumnya, kebutuhan, selera, adat istiadat, dll. Kesesuaian dengan nilai nilai dan sistem kepercayaan Apakah inovasi tersebut tidak melanggar nilai nilai atau sistem kepercayaan yang ada di suatu sistem sosial. Misalnya inovasi jenis jenis cara berkerudung, harus sesuai dengan nilai nilai agama islam, yaitu yang tertutup dan syari. Kesesuaian dengan ide yang lebih dulu diperkenalkan Apakah inovasi tersebut masih sesuai dengan ide ide yang lebih dahulu ada di suatu sistem sosial tersebut. Misalnya baru baru ini heboh sebuah perusahaan yang melakukan inovasi marketing dengan cara mengirimkan peti mati, hal ini tidak sesuai dengan ide yang lebih dulu ada bahwa peti mati dianggap sebagai teror. Kesesuaian dengan kebutuhan Apakah inovasi tersebut dibutuhkan oleh masyarakat. Misalnya masyarakat maju yang kebutuhan akses internetnya tinggi, maka inovasi wireless dianggap sesuai untuk menjawab kebutuhan masyarakat tersebut. 3. Kerumitan (Complexity)

Sebuah inovasi apabila semakin rumit/sulit digunakan maka tingkat adopsinyapun akan semakin sulit dan lama. Dan sebaliknya, apabila sebuah inovasi tersebut mudah digunakan dan diterapkan, maka inovasi tersebut akan mudah dan cepat diadopsi oleh para calon adopter. Oleh karena itu, semakin sederhana dan mudah sebuah inovasi diterapkan dalam kehidupan sehari hari, maka semakin cepat pula inovasi diterima oleh masyarakat. Contoh : televisi, kompor gas, dll. 4. Dapat dicoba (Trialibility) Sebuah inovasi apabila dapat diujicobakan terlebih dahulu sebelum memutuskan diterima atau tidak, maka inovasi tersebut akan lebih cepat diadopsi oleh masyarakat. Jadi sebuah inovasi apabila ingin cepat diadopsi oleh masyarakat haruslah dapat diujicobakan dan menonjolkan kelebihannya. Contohnya, pada saat launching iPad, para calon pembeli boleh mengujicobanya dulu sebelum akhirnya memutuskan untuk menerima inovasi iPad atau tidak. 5. Dapat diamati (Observability) Sebuah inovasi apabila dapat diamati secara nyata hasilnya maka akan lebih cepat diadopsi. Semakin mudah hasil/efek sebuah inovasi dapat terlihat/diamati, maka orang orang pun akan semakin tertarik untuk menggunakan inovasi tersebut. Contoh, sebuah inovasi pemutih kulit, apabila seseorang yang menggunakan produk tersebut ternyata dengan kurun waktu cepat kulitnya bisa menjadi putih (dapat diamati) maka orang orang pun akan lebih tertarik untuk menggunakannya. Selain dari hal tersebut, hal lain yang yang mempengaruhi inovasi mudah diterima adalah : 1. Proses keputusan inovasi Ada beberapa tahapannya yaitu sebagaimana yang sudah kita ketahui yakni : a. Knowledge (pengetahuan) saat seseorang mulai mengetahui adanya sebuah inovasi. b. Persuasion (persuasi) saat seseorng mulai memiliki penilaian atau mulai adanya ketertarikan terhadap inovasi tersebut. c. Decision (keputusan) saat seseorang calon adopter sudah membuat keputusan untuk menerima atau menolak inovasi tersebut.

d. Implementation (penggunaan) saat seseorang calon adopter

sudah mulai menggunakan inovasi tersebut namun dalam tahap ini lebih ke arah percobaan sehingga masih butuh bantuan dari pihak inovator. e. Confirmation (konfirmasi) saat calon adopter sudah yakin dengan keputusannya untuk menerima atau menolak inovasi tersebut. 2. Communication (saluran komunikasi) Tujuan komunikasi adalah tercapainya suatu pemahaman bersama (mutual understanding) antara dua atau lebih partisipan komunikasi terhadap suatu pesan (dalam hal ini adalah ide baru) melalui saluran komunikasi tertentu. Dengan demikian diadopsinya suatu ide baru (inovasi) dipengaruhi oleh partisipan komunikasi dan saluran komunikasi. Dari sisi partisipan komunikasi, Rogers mengungkapkan bahwa derajat kesamaan atribut (seperti kepercayaan, pendidikan, status sosial, dan lain-lain) antara individu yang berinteraksi (partisipan) berpengaruh terhadap proses difusi. Semakin besar derajat kesamaan atribut partisipan komunikasi (homophily), semakin efektif komuniksi terjadi. Begitu pula sebaliknya. Semakin besar derajat perbedaan atribut partisipan (heterophily), semakin tidak efektif komunikasi terjadi. Oleh karenanya, dalam proses difusi inovasi, penting sekali untuk memahami betul karakteristik adopter potensialnya untuk memperkecil heterophily. saluran komunikasi juga perlu diperhatikan. Dalam tahap-tahap tertentu dari proses pengambilan keputusan inovasi, suatu jenis saluran komunikasi tertentu memainkan peranan lebih penting dibandingkan dengan jenis saluran komunikasi lain. Saluran komunikasi tersebut dapat dikategorikan menjadi dua yaitu saluran media massa (mass media channel) dan saluran antarpribadi (interpersonal channel). Media massa dapat berupa radio, televisi, surat kabar, dan lain-lain. Kelebihan media massa adalah dapat menjangkau audiens yang banyak dengan cepat dari satu sumber. Sedangkan saluran antarpribadi melibatkan upaya pertukaran informasi tatap muka antara dua atau lebih individu. 3. Nature of Social System Norma dan tingkat hubungan sosial dari sebuah sistem sosial yang akan didifusikan sebuah inovasi. Apakah sifat sifat yang ada dari sebuah sistem sosial tsb, dan sebagainya. 4. Extent of Change Agents

Yaitu keberadaan dari agent of change dari pihak inovator, yang akan mempermudah proses pendifusian inovasi kepada calon adopter sehingga inovasi akan lebih cepat diterma.

B. KATEGORI ADOPTER
Hal hal diatas dapat kita katakan sebagai faktor yang mempengaruhi inovativeness karena innovativeness adalah derajat dimana seseorang dapat lebih cepat menerima inovasi dan hal hal diatas sangat mempengaruhi bagi seseorang untuk dapat menerima sebuah inovasi. Selanjutnya, anggota sistem sosial dapat dibagi ke dalam kelompok-kelompok adopter (penerima inovasi) sesuai dengan tingkat keinovatifannya (kecepatan dalam menerima inovasi). Salah satu pengelompokan yang bisa dijadikan rujuakan adalah pengelompokan berdasarkan kurva adopsi, yang telah duji oleh Rogers (1961). Kurv ini juga biasa juga disebut sebagai kurva lonceng, yang menggambarkan presentase jumlah kategori adopter. Gambaran tentang pengelompokan adopter dapat dilihat sebagai berikut:
1. Innovators: Sekitar 2,5% individu yang pertama kali mengadopsi

inovasi. Cirinya: petualang, berani mengambil resiko, mobile, cerdas, kemampuan ekonomi tinggi
2. Early Adopters (Perintis/Pelopor): 13,5% yang menjadi para

perintis dalam penerimaan inovasi. Cirinya: para teladan (pemuka pendapat), orang yang dihormati, akses di dalam tinggi
3. Early Majority (Pengikut Dini): 34% yang menjadi para pengikut

awal. Cirinya: penuh pertimbangan, interaksi internal tinggi.


4. Late Majority (Pengikut Akhir): 34% yang menjadi pengikut

akhir dalam penerimaan inovasi. Cirinya: skeptis, menerima karena pertimbangan ekonomi atau tekanan social, terlalu hati-hati.
5. Laggards (Kelompok Kolot/Tradisional): 16% terakhir adalah

kaum kolot/tradisional. Cirinya: tradisional, terisolasi, wawasan terbatas, bukan opinion leaders,sumberdaya terbatas.

Kurva lonceng yang merepresenytasikan pemikiran Rogers (1995) yang menggambarkan jumlah presentasi kategori adopter. Disini dapat dilihat bahwa early majority dan late majority adalah kelompok yang paling banyak sedangkan inovator hanya 2,5% saja. Sisanya yang berimbang (sedikit namun tidak sesedikit inovator) adalah early adopter dan laggards. TABEL KARAKTERISTIK KATEGORI ADOPTER Inovators (2,5%) - Very eager to try new ideas - Desire the hazardous, the rash, the dharing, risky - Cosmopolit an Early Adopter (13,5%) Lokalist Has greater Degree of opinion leader Early Majority (34%) Deli berate Before adopting a new idea Follow with Deliberate willingnes s in adopting inovation, seldom lead Late Majority (34%) Adopt after Average number of social system Accept Innovation with sceptical Laggards (15%) Reference to The past, including in decision making Traditional Suspicios to Change agent and innovation

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

Inovativeness (the degree to which an individual or other onit of adoption is relativelyearlier in adopting new ideas than other member of a system (Everett M Roger) jadi dapat dikatakan inovativeness adalah derajat dimana seseorang atau sekelompok orang relativ dapat menearima ide ide baru dengan cepat daripada orang lainnya. Innovativeness ini dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya : 1. Lima atribut inovasi (relative advantages, complexity, compatibility, trialibilty, dan observability) 2. Proses keputusan inovasi 3. Saluran komunikasi 4. Extend of Change Agents Selain itu ada lima kategori adopter, yaitu :
1. 2.

Innovators ; orang yang pertama kali mengadopsi inovasi Early Adopters (Perintis/Pelopor) ; orang yang menjadi perintis dalam penerimaan inovasi Early Majority (Pengikut Dini) ; para pengikut awal Late Majority (Pengikut Akhir) ;terakhir dalam menerima inovasi Laggards (Kelompok Kolot/Tradisional) ; sangat ketinggalan jaman/menolak inovasi

3. 4. 5.

B. KATA PENUTUP
Demikianlah makalah ini telah saya buat. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan para pembaca mengenai materi tentang keinovativan dan kategori adopter. Mohon dimaafkan jika terdapat banyak kesalahan baik dalam penulisan dan kekurangan terhadap isi materinya.

REFERENSI

Rogers, Everett M, 1995, Diffusions of Innovations, Forth Edition. New York: Tree Press. http://dheo-education.blogspot.com/2008/05/inovasi-pendidikan.html

You might also like