You are on page 1of 7

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Rumah sakit mungkin dapat menjadi tempat berkembang biak dan tumbuh suburnya berbagai jenis mikroorganisme. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka diperlukan suatu upaya pengendalian infeksi yang efektif di rumah sakit sehingga kemungkinan terjadinya penularan infeksi di dalam lingkungan rumah sakit dapat diminimalisir. Peran perawat selalu penting dalam mengontrol infeksi dimana perawat yang menyediakan perawatan setiap waktu secara konsisten pada klien yang dirawat di rumah sakit. Tenaga keperawatan merupakan tenaga kesehatan terbanyak di rumah sakit dan memiliki kontak yang paling lama dengan pasien. Pekerjaan perawat merupakan jenis pekerjaan yang beresiko kontak dengan darah, cairan tubuh pasien, tertusuk jarum suntik bekas pasien, dan bahaya-bahaya lain yang dapat menjadi media penularan penyakit. Menurut laporan situs

http://www.avert.org, di Amerika Serikat pada tahun 2001 terdapat 57 kasus tenaga kesehatan yang terinfeksi HIV akibat resiko pekerjaan. Dari 57 kasus tersebut, 24 kasus diantaranya (terbanyak) dialami oleh perawat. Di Indonesia, walaupun belum ada data yang pasti, namun jika melihat pengendalian infeksi di rumah sakit yang masih lemah, maka resiko penularan infeksi termasuk HIV terhadap perawat bias dikatakan cukup tinggi (Ayu Prawesti, 2007). Infeksi nosokomial (yang didapat dirumah sakit) terus meningkat di Amerika Serikat, menagenai 5% sampai 7% orang-orang yang masuk ke rumah 1

sakit perawatan akut. Faktor-faktor penunjang peningkatan ini adalah meningkatnya pasien yang lemah yang masuk kerumah sakit dan meningkatnya penggunaan teknologi invasive beresiko tinggi. Tenaga pelayanan kesehatan harus mengerti mekanisme pertahanan tubuh dan bagaimana meknisme pertahanan tubuh ini terancam oleh pengobatan pasien dan prosedur untuk menerapkan kewaspadaan isolasi dan mencegah infeksi nosokomial (Schaffer dkk, 2000). Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi antara perawat dengan klien adalah penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) sarung tangan dalam setiap tindakan keperawatan yang dilakukan. Penggunaan APD seperti sarung tangan sangatlah mutlak diperlukan, disamping penggunaan alat-alat medis yang steril dalam setiap pemberian tindakan perawatan. Meskipun terkesan sebagai alat yang sederhana, namun sarung tangan harus dipakai dalam setiap tindakan medis invasif. Supartono (1996) menyatakan bahwa banyak dokter dan perawat tidak memakai sarung tangan pada saat melakukan suatu tindakan keperawatan karena khawatir akan kehilangan kepekaan dan merasa tidak nyaman. Sebuah tinjauan dari kewaspadaan standar adalah pakai sarung tangan bila menyentuh darah, cairan tubuh yan mengandung darah, sekresi,dan bendabenda yang terkontaminasi, pakai sarung tangan yang bersih tepat sebelum menyebtuh membrane mukosa dan kulit yang tidak utuh. Lepaskan sarung tangan dengan cepat setelah digunakan, sebelum menyentuh benda-benda yang tidak terkontaminasi dan permukaan lingkungan, dan sebelum kepasien

lainnya. Cuci tangan dengan degera untuk menghindari pemindahan microorganism kepasien dan lingkungan lain (Schaffer dkk, 2000). Banyak faktor yang mendorong perawat untuk menggunakan APD sarung tangan dalam melakukan tindakan keperawatan, baik yang berasal dari dalam dirinya sendiri maupun yang bersumber dari luar dirinya. Hal ini dikarenakan, seseorang melakukan sesuatu usaha karena adanya motivasi. Motivasi adalah suatu konsep yang disepakati yang menguraikan keadaan ekstrinsik yang menstimuli prilaku tertentu dan respon intrinsik yang ditampilkan sebagai perilaku (Swanburg, 1996). Beberapa penelitian sebelumnya terkait masalah motivasi dan penggunaan APD sarung tangan antara lain Rayandini dan Gaol (2005) tidak ada hubungan tingkat pendidikan perawat terhadap motivasi kerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Majalengka. Ratnasari dan Juniana (2005) mengidentifikasi bahwa ada hubungan antara motivasi dengan kedisiplinan perawat dalam penggunaan APD sarung tangan. Heriansyah (2003) mengidentifikasi bahwa penggunaan sarung tangan oleh perawat dalam mencegah infeksi nosokomial di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin (BPK-RSUZA) Banda Aceh dapat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan sikap perawat. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan beberapa perawat yang bekerja di ruang perawatan khususnya Mamplam I dan II. Penggunaan APD sarung tangan di ruang perawatan tersebut masih bervariasi, hal ini disebabkan oleh sebahagian besar perawat merasa kurang nyaman dan sudah terbiasa untuk

tidak menggunakan sarung tangan dalam melaksanakan tindakan keperawatan kepada pasien, seperti saat memasang infuse dan melakukan injeksi obat. Padahal pihak rumah sakit telah menyediakan fasilitas APD sarung tangan dan memiliki prosedur tetap (PROTAP) dalam setiap melakukan tindakan keperawatan kepada klien.

B. Masalah Penelitian Berdasarkan uraian diatas, penggunaan APD sarung tangan pada perawat dalam melakukan tindakan keperawatan sangat penting dalam mengontrol infeksi yang terjadi di rumah sakit. Fenomena yang terjadi di ruang rawat inap Mamplam I dan II bahwa penggunaan APD sarung tangan pada perawat dalam melakukan tindakan keperawatan masih bervariasi, hal ini mungkin dipengaruhi oleh motivasi baik intrinsik, motivasi ekstrinsik, dan sikap perawat. Dari uraian tersebut, peneliti ingin mengidentifikasi gambaran faktorfaktor yang mempengaruhi motivasi perawat pelaksana menggunakan alat pelindung diri (APD) sarung tangan di Ruang Mamplam I dan II Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh tahun 2011.

C. Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi perawat pelaksana ditinjau dari tingkat pengetahuan perawat pelaksana menggunakan alat pelindung diri (APD) sarung tangan di Ruang

Mamplam I dan II Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh tahun 2011. 2. Mengidentifikasi gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi perawat pelaksana ditinjau dari masa kerja perawat pelaksana

menggunakan alat pelindung diri (APD) sarung tangan di Ruang Mamplam I dan II Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh tahun 2011. 3. Mengidentifikasi gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi perawat pelaksana ditinjau dari status perawat pelaksana menggunakan alat pelindung diri (APD) sarung tangan di Ruang Mamplam I dan II Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh tahun 2011. 4. Mengidentifikasi gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi perawat pelaksana ditinjau dari pengawasan pada perawat pelaksana menggunakan alat pelindung diri (APD) sarung tangan di Ruang Mamplam I dan II Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh tahun 2011. 5. Mengidentifikasi gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi perawat pelaksana ditinjau dari fasilitas untuk perawat pelaksana menggunakan alat pelindung diri (APD) sarung tangan di Ruang Mamplam I dan II Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh tahun 2011.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti Untuk mendapatkan informasi tambahan tentang motivasi dalam penggunaan APD sarung tangan pada perawat pelaksana 2. Bagi perawat dan rumah sakit a. Sebagai bahan masukan ataupun data dasar yang memberikan gambaran secara nyata mengenai motivasi perawat dalam penggunaan APD khususnya sarung tangan sebagai salah satu upaya pencegahan terhadap infeksi nosokomial. b. Sebagai bahan informasi untuk selalu mencegah terjadinya resiko infeksi penyakit menular bagi pasien dan perawat itu sendiri dalam setiap pemberian tindakan keperawatan. c. Sebagai bahan pertimbangan dan kajian lebih lanjut untuk mengambil langkah-langkah atau kebijakan dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan nosokomial. 3. Bagi lembaga pendidikan kesehatan a. Sebagai masukan untuk membekali ilmu pengetahuan bagi setiap peserta didik sehubungan dengan penggunaan APD pada kelompok tenaga kerja, khususnya sarung tangan pada perawat. b. Sebagai referensi bagi penelitian lebih lanjut untuk kesehatan, khususnya terhadap pencegahan infeksi

mengidentifikasikan hubungan atau pengaruh penggunaan APD sarung

tangan dalam setiap tindakan keperawatan terhadap terjadinya infeksi nosokomial. 4. Bagi penelitian lanjut Menggunakan data hasil penelitian ini sebagai data dasar untuk penelitian lebih lanjut, khususnya yang berkaitan dengan motivasi dan perawat dalam penggunaan APD sarung tangan pada perawat.

You might also like