You are on page 1of 3

Mesolitikum

Mesolitikum (Bahasa Yunani: mesos "tengah", lithos batu) atau "Zaman Batu Pertengahan" adalah suatu periode dalam perkembangan teknologi manusia, antara Paleolitik atau Zaman Batu Tua dan Neolitik atau Zaman Batu Muda.[1] Istilah ini diperkenalkan oleh John Lubbock dalam makalahnya "Jaman Prasejarah" (bahasa Inggris: Pre-historic Times) yang diterbitkan pada tahun 1865. Namun istilah ini tidak terlalu sering digunakan sampai V. Gordon Childe mempopulerkannya dalam bukunya The Dawn of Europe (1947). Ciri-Ciri Kebudayaan Hidup semi sedenter (mulai menetap di gua-gua) Bekas-bekas yang menunjukkan bahwa manusia purba yang hidup pada zaman ini sudah menetap adalah dengan ditemukannya sampah dapur (kjokken moddinger).Dari sampah dapur ini, tampak bahwa penghuni gua tersebut berdiam dalam waktu yang sangat lama dengan sumber makanan utama dari hasil menangkap siput dan kerang. Pada peradaban ini, manusia tinggal di gua-gua yang tidak jauh dari sungai atau pantai.

Penggembangan dari alat-alat zaman paleolithikum Penelitian di bukit kerang menghasilkan banyak penemuan kapak genggam yang ternyata berbeda dengan chopper (kapak genggamPaleolithikum). Kapak genggam yang ditemukan di dalam bukit kerang tersebut dinamakan dengan pebble/kapak Sumatra.Bentuk pebble dapat dikatakan sudah cukup sempurna dan buatannya agak halus. Hal ini membuktikan, bahwa alat-alat pada zaman mesolithikum merupakan pengembangan dari alat-alat zaman paleolithikum, dimana cara pembuatannya lebih baik dan lebih halus dari zaman paleolithikum.

Mulai bercocok tanam secara sederhana Bukti lubang penyimpanan di bawah lantai rumah mereka, tampak bahwa mereka telah menyimpan hasil tanaman.

HASIL KEBUDAYAAN A. Kebudayaan Pabble Kjoken moddinger (sampah dapur) Kjokken moddinger adalah timbunan/tumpukan kulit kerang dan siput yang mencapai ketinggian 7 meter dan sudah membatu/menjadi fosil. Kjokken moddinger adalah istilah yang berasal dari bahasa Denmark yaitu kjokken berarti dapur dan modding berarti sampah.Ditemukan disepanjang pantai timur Sumatra yakni antara Langsa dan Medan. Pebble (kapak genggam Sumatra = Sumateralith)

Tahun 1925,Dr. P. V. Van Stein Callenfels melakukan penelitian di bukit kerang tersebut dan hasilnya menemukan kapak genggam. Kapak genggam yang ditemukan di dalam bukit kerang tersebut dinamakan dengan pebble/kapak genggam Sumatra (Sumatralith) sesuai dengan lokasi penemuannya yaitu di pulau Sumatra.Bahan-bahan untuk membuat kapak tersebut berasal batu kali yang di pecah-pecah. Hachecourt (kapak pendek) Selain pebble yang yang diketemukan dalam bukit kerang, juga ditemukan sejenis kapak tetapi bentuknya pendek (setengah lingkaran) yang disebut dengan hachecourt/kapak pendek. Cara penggunaannya dengan menggenggam. P ipisan Selain kapak-kapak yang ditemukan dalam bukit kerang, juga ditemukan pipisan (batu-batu penggiling beserta landasannya. Batu pipisan selain dipergunakan untuk menggiling makanan juga dipergunakan untuk menghaluskan cat merah. Bahan cat merah berasal dari tanah merah. Cat merah diperkirakan digunakan untuk keperluan agama/untuk ilmu sihir.

B. Kebudayaan Bone Di antara alat-alat kehidupan yang ditemukan di Goa daerah Ponorogo Jawa Timur, ditemukan alat-alat dari batu dan dari tulang. Oleh para arkeolog disebut sebagai sampung Bone Culture/kebudayaan tulang dari Bone.

C. Kebudayaan Flakes Abris Sous Roche (Gua tempat tinggal) Abris Sous Roche adalah goa yang dijadikan tempat tinggal manusia purba pada zaman Mesolithikum dan berfungsi sebagai tempat perlindungan dari cuaca dan binatang buas. Penelitian mengenai kebudayaan Abris sous roche ini
juga dilakukan oleh van Stein Callenfels pada tahun 1928-1931 di Goa Lawu dekat Sampung, Ponorogo (Madiun), Van Heekeren di daerah Besuki (Jawa Timur), Alfred Buhler di daerah Timor dan Rote

Kebudayaan Toala, berupa flakes dan pebble Flakes dan ujung panah dari batu indah

D. Kebudayaan Bac Son-Hoa Bihn Kebudayaan pebble dan perunggu

E. Kebudayaan Bandung Kebudayaan Flakes Tembiran dan perunggu

Pendukung Kebudayaan
Kebudayaan Pebble di Sumatera Timur

Banyak ditemukan di pantai timur Sumatera Kebudayaan Bone di Sampung Ponorogo Papua Melanosoid Berdasaran pecahan tengkorak dan gigi yang ditemukan pada Kjokkenmoddinger, diperkirakan bahwa manusia yang hidup pada zaman mesolitikum adalah bangsa Papua Melanesoide.(nenek moyang suku Irian dan Melanesoid) Kebudayaan Flakes di Toala, Timor, dan Rote Suku Toala yang masih ada sampai sekarang dianggap sebagai keturunan langsung penduduk Sulawesi Selatan. Kebudayaan Bac Son-Hoa Binh Teluk Tonkin, Yunan Selatan

You might also like