You are on page 1of 9

Mata Uang Tunggal ASEAN

Rasyiid Ady Roesidy 08404241016 Abstrak

ASEAN di masa mendatang memiliki prospek membentuk mata uang tunggal seperti euro yang dilakukan Uni Eropa, mengingat akumulasi perdagangan anggota organisasi ini mencapai ratusan miliar dolar AS setiap tahunnya. ASEAN secara geopolitik dan ekonomi tetap merupakan kekuatan penting di Asia, bahkan dunia. Karena itu pembentukan mata uang tunggal akan memperkuat mata uang ini dari tekanan dolar AS Dengan diberlakukannya mata uang tunggal ASEAN, maka pengaruh kuat dolar AS terhadap mata uang kawasan bisa disterilkan atau dikurangi sehingga bisa memperkuat posisi moneter negara-negara ASEAN. Selain itu, diharapkan ASEAN dapat meningkatkan tingkat volume perdagangan dan kerjasama yang berakibat positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Bahwa dengan begitu maka akan terbentuk pasar kapital yang lebih kuat dan lebih stabil. Selain itu, mata uang tersebut akan terhindar dari para spekulan. Dengan adanya mata uang yang stabil, membuat perekonomian para anggota ASEAN akan menjadi lebih mapan, yang berarti dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, hal tersebut akan mempererat hubungan antar anggota, sehingga dapat meningkatkan volume perdaganan melalui ekspor & impor, karena tidak adanya bea masuk. Apabila ASEAN telah menetapakan mata uang tunggal, hal itu berarti ASEAN telah menetapakan sistem moneter tunggal. Yang merupakan kerjasama regional yang paling tinggi tingkatannya. Berarti ASEAN telah berhasil melaksanakan kerjasama-kerjasama lainnya dengan sukses seperti Free Trade Zone, bebas visa dan fiskal untuk perpindahan penduduk antar negara. Kata kunci : mata uang tunggal, Asean, Perekonomian

PENDAHULUAN Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang sebenarnya juga diikuti oleh pelemahan mata uang negara-negara ASEAN lainnya kecuali Brunei dan Singapura (karena keduanya memakai dolar sebagai mata uang), telah memunculkan berbagai ide untuk mengatasinya. Salah satu ide yang menarik adalah usulan agar negara-negara anggota

ASEAN menerapkan mata uang tunggal ASEAN atau ASEAN Currency Unit (selanjutnya disebut ACU). Dengan penerapan ACU, maka akan mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS, dan dengan demikian juga, fluktuasi, khususnya pelemahan nilai tukar mata uang negaranegara ASEAN terhadap dolar AS, akan terkurangi, sehingga stabilitas ekonomi makro bisa lebih terjaga. Bisa diduga, ide penerapan ACU mengambil inspirasi dari kesuksesan penerapan mata uang tunggal Eropa atau European Currency Unit atau lebih populer disebut Euro. Memang penerapan Euro di kalangan negara-negara anggota Uni Eropa (UE) telah berhasil mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS, se-hingga perekonomian mereka terhindar dari ulah spekulan dan lebih stabil. Dengan adanya mata uang yang stabil, membuat perekonomian para anggota ASEAN akan menjadi lebih mapan, yang berarti dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, hal tersebut akan mempererat hubungan antar anggota, sehingga dapat meningkatkan volume perdaganan melalui ekspor & impor, karena tidak adanya bea masuk. Apabila ASEAN telah menetapakan mata uang tunggal, hal itu berarti ASEAN telah menetapakan sistem moneter tunggal. Yang merupakan kerjasama regional yang paling tinggi tingkatannya. Berarti ASEAN telah berhasil melaksanakan kerjasama-kerjasama lainnya dengan sukses seperti Free Trade Zone, bebas visa dan fiskal untuk perpindahan penduduk antar negara.

PEMBAHASAN Wacana menyatukan ASEAN mendapat sambutan kongkrit, setelah disepakati salah satu agenda dari sejumlah agenda penting dalam KTT ASEAN ke-18, di Jakarta Convention Center. Salah satu agenda penting itu adalah, mengkongritkan konsep ASEAN connectivity. Konsep tersebut pada akhirnya bermuara kepada solidnya negara-negara Asia Tenggara dalam sebuah komunitas. Namun, solidnya negara ASEAN itu akan lebih dikongkritkan pada saat ASEAN memiliki mata uang tunggal.

Penciptaan mata uang tunggal Asosiasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) harus menunggu integrasi perdagangan barang dan jasa secara menyeluruh di kawasan tersebut. Di samping itu, disparitas (kesenjangan) kondisi ekonomi antarnegara ASEAN tidak boleh terlalu tinggi.Integrasi perdagangan barang dan jasa di kawasan ASEAN masih kurang dari 20%. Dengan demikian, kebutuhan terhadap mata uang tunggal masih belum mendesak. Nantinya kalau perdagangan barang dan jasa di ASEAN sudah terintegrasi secara penuh, termasuk sumber daya manusia, maka logikanya mata uang tunggal memang menjadi suatu kebutuhan.

A. Keriteria Ekonomi Penerapan Mata Uang Tunggal Kriteria ekonomi yang perlu dipenuhi oleh kawasan optimal bagi penerapan mata uang tunggal setidaknya meliputi aspek aspek sebagai berikut: (i) tingginya intensitas perdagangan antar negara-negara yang terlibat dalam kawasan, (ii) tingginya tingkat kemiripan dari pola siklus ekonomi dan gangguan struktural negara-negara anggota kawasan, baik dari sisi penawaran/produksi, maupun dari sisi permintaan, dan (iii) cenderung konvergennya pola pembangunan ekonomi dari negara-negara yang tergabung dalam kawasan. Konvergensi pola pembangunan ekonomi di sini memiliki arti konvergensi pertumbuhan pendapatan perkapita (PDB perkapita) negara-negara ASEAN, dimana pertumbuhan pendapatan perkapita negara yang relatif sudah maju cenderung tumbuh lebih lambat dari negara yang relatif masih membangun. Kriteria pertama mutlak diperlukan agar negara-negara anggota kawasan dapat menerima benefit maksimum dari penerapan kawasan mata uang tunggal. Kriteria kedua dibutuhkan untuk meminimumkan terjadinya tekanan pada masing-masing negara anggota untuk melakukan respon kebijakan stabilisasi ekonomi secara individual. Sementara, divergensi tingkat pembangunan ekonomi akan juga cenderung menyebabkan masing-masing anggota untuk melakukan pola kebijakan pengelolaan ekonomi yang cenderung berbeda. Oleh karenanya, untuk menjamin keberlangsungan sebuah kawasan mata uang tunggal, ketiga sarat ekonomi tersebut haruslah terpenuhi. Pada kasus negara-negara ASEAN, khususnya untuk kasus Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina; setidaknya dua dari tiga kriteria di atas memberikan indikasi yang cukup baik. Intensitas perdagangan antar negara ASEAN terus menunjukkan kecenderungan yang makin meningkat hingga saat ini. Hal ini didorong oleh komitmen

negara-negara ASEAN untuk mewujudkan kawasan perdagangan bebas ASEAN (ASEAN Free Trade Area - AFTA) dan pengalaman buruk pada saat krisis ekonomi Asia di tahun 1997-98. Disamping itu, kecenderungan perkembangan jaringan produksi yang pesat di kawasan ASEAN juga membantu mendorong meningkatnya intensitas perdagangan antar negara-negara anggota ASEAN secara pesat. Kecenderungan pola perdagangan yang terus meningkat dalam hal intensitas ini memberikan peluang besar bagi negara-negara anggota kawasan untuk dapat menerima keuntungan yang relatif tinggi dari proses penyatuan mata uang melalui penurunan biaya transaksi perdagangan dan peningkatan transparansi harga produk yang dihasilkan. Pola siklus ekonomi dan gangguan struktural terhadap perekonomian di ASEAN juga menunjukkan kecenderungan yang makin hari makin sinkron satu dengan lainnya. Siklus kelesuan dan percepatan pertumbuhan ekonomi di negara-negara ASEAN cenderung berkorelasi tinggi dan terjadi pada saat yang cenderung bersamaan. Hal ini juga ditopang oleh signifikannya korelasi positif dari gangguan struktural terhadap ekonomi negara-negara Asia, khususnya setelah periode krisis keuangan Asia di tahun 1997-98. Miripnya pola gangguan struktural yang terjadi di negara-negara anggota ASEAN tersebut menyebabkan reaksi kebijakan yang akan diambil untuk mengatasi gangguan struktural terhadap masing-masing ekonomi tersebut juga menjadi cenderung serupa. Oleh karenanya, negara-negara ASEAN cenderung berpotensi untuk meraup keuntungan dari penerapan mata uang tunggal melalui peningkatan efisiensi yang dihasilkan oleh harmonisasi kebijakan moneter di kawasan tersebut.

B. Keuntungan Penerapan Mata Uang Tunggal Keuntungan apa yang biasa dinikmati oleh negara-negara anggota sebuah kawasan yang mengadopsi mata uang tunggal? Penetapan mata uang tunggal berpotensi untuk meningkatkan efisiensi kinerja perekonomian anggotanya. Peningkatan efisiensi tersebut muncul lewat beberapa hal, antara lain:
1. Berkurangnya biaya transaksi perdagangan antar negara anggota melalui hilangnya

ongkos transaksi mata uang dan resiko nilai tukar yang biasanya mengikuti proses pembayaran dalam transaksi perdagangan antar negara,

2. Meningkatnya transparansi harga dari sebuah produk yang dihasilkan oleh Negaranegara berbeda yang ada di kawasan mata uang tunggal yang bersangkutan. Pada kasus Negara-negara uni-Eropa, penurunan ongkos transaksi yang terjadi mencapai 0,25-0,5% dari total Produk Domestik Bruto (PDB) masing-masing negara anggota UniEropa. Di sisi lain, karena harga-harga produk dinyatakan dalam mata uang yang sama, maka konsumen di kawasan tersebut dapat dengan mudah melakukan perbandingan harga barang sejenis. Oleh karenanya, kemungkinan produsen untuk mengambil keuntungan yang berlebihan menjadi lebih sulit sehingga pada akhirnya konsumen akan diuntungkan. Kedua hal tersebut secara bersamaan akan memiliki efek peningkatan aktivitas perekonomian di negara-negara anggota kawasan mata uang tunggal, yang pada gilirannya akan memiliki efek peningkatan kesejahteraan ekonomi negara-negara tersebut. Keuntungan lain yang juga mengikuti penerapan sistem mata uang tunggal adalah berkurangnya ongkos pengelolaan kebijakan moneter dari negara-negara kawasan mata uang tunggal tersebut. Hal ini disebabkan oleh terpusatnya pengelolaan kebijakan moneter untuk setiap negara anggota kawasan mata uang tunggal pada sebuah otoritas kebijakan moneter bersama yang diberi mandat oleh seluruh anggota kawasan. Di samping itu, penerapan mata uang tunggal juga memberikan kredibilitas dan disiplin pengelolaan kebijakan ekonomi makro bagi negara-negara anggotanya. Dalam kasus Uni-Eropa, pengelolaan kebijakan moneter ini dilakukan oleh Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) yang diberi mandat oleh seluruh negara anggota Uni-Eropa. Dengan demikian, tugas pengelolaan kebijakan moneter di setiap negara anggota menjadi hilang berikut dengan biaya-biaya yang terkait didalamnya. Bank sentral di setiap negara anggota hanya berfungsi layaknya kantor cabang dari bank sentral pusat yang melaksanakan fungsi sebagai otoritas moneter untuk seluruh kawasan mata uang tunggal tersebut. Keuntungan terakhir di atas, pada saat yang sama juga merupakan ongkos utama dari penerapan sistem mata uang tunggal. Hilangnya fungsi pengelolaan kebijakan moneter di setiap negara anggota kawasan memiliki implikasi berkurangnya alat/instrumen kebijakan untuk melakukan intervensi dalam pengelolaan ekonomi domestik negara yang bersangkutan. Kemampuan negara tersebut untuk menggunakan kebijakan moneter sebagai alat untuk menstimulasi atau melakukan kontraksi perekonomiannya secara individual menjadi hilang. Posisi kebijakan moneter hanya akan dapat dirubah oleh Bank Sentral kawasan yang memiliki implikasi sama untuk semua negara anggotanya. Dengan demikian, kemampuan

masing-masing negara anggota untuk bertindak dalam mengatasi permasalahan ekonomi domestiknya menjadi terbatas pada sisa instrumen pengelolaan kebijakan ekonomi makro yang tinggal padanya saja. Lebih jauh lagi, penerapan kebijakan moneter secara kolektif ini juga menyebabkan restriksi bagi kebebasan pengelolaan kebijakan fiskal oleh masing-masing negara anggota. Keputusan ekspansi atau kontraksi kebijakan fiskal hanya bisa diambil selama hal tersebut tidak mengganggu kestabilan moneter dari negara yang bersangkutan, sehingga tidak memberikan tekanan gangguan bagi kondisi perekonomian negara-negara anggota lainnya.

C. Kendala dan Hambatan Hambatan utama bagi diterapkannya mata uang tunggal di ASEAN muncul dari tingkat pembangunan ekonomi negara-negara ASEAN yang masih cenderung tidak seragam (tidak menunjukkan konvergensi). Walaupun kesenjangan tingkat pembangunan ekonomi ke5 negara ASEAN tersebut di atas akhir-akhir ini menunjukkan kecenderungan yang makin mengecil, hal ini tetap akan menyebabkan insentif untuk mengejar tingkat pertumbuhan tinggi dengan menstimulasi perekonomian melalui kebijakan moneter ataupun fiskal tetap relatif tinggi. Aspek ini akan menyebabkan sulitnya menjaga komitmen yang solid untuk mempertahankan kesepakatan mata uang tunggal bagi negara-negara anggota. Dengan demikian, jika penetapan mata uang tunggal tetap dipaksakan untuk dilaksanakan tanpa diikuti desain dan komitmen yang mapan, hambatan ekonomi ini akan dapat mengancam keberlangsungan kesepakatan mata uang tunggal tersebut. Sebagai ilustrasi, krisis anggaran yang terjadi di negara-negara Uni-Eropa mengikuti krisis keuangan global yang baru saja terjadi sempat memunculkan wacana yang cukup sengit tentang keberlangsungan kawasan mata uang tunggal di Eropa. Hambatan yang lebih besar muncul dari sudut pra-kondisi politik untuk mendukung terbentuknya kawasan mata uang tunggal di ASEAN. Pra-kondisi politik ini berkaitan dengan kesiapan negara-negara anggota ASEAN untuk membentuk sebuah institusi trans-nasional yang memiliki kredibilitas cukup untuk mendukung komitmen negara-negara anggota dalam mempertahankan keberadaan mata uang tunggal. Setidaknya ada dua hal yang menyebabkan tersumbatnya jalur pra-kondisi politik ini untuk mendukung penerapan kawasan mata uang tunggal di ASEAN. Pertama, penentuan negara atau mata uang jangkar yang dapat secara

bersama diterima sebagai acuan bagi penetapan kebijakan moneter komunal bagi seluruh negara anggota. Berbeda dengan kondisi negara-negara Uni-Eropa yang memiliki Jerman, yang dianggap relatif sukses dalam menstabilkan inflasi pada tingkat yang relatif rendah untuk jangka waktu yang panjang, sebagai negara jangkar bagi penetapan kebijakan moneter komunal negara-negara anggotanya pada saat mata uang tunggal Eropa diberlakukan; ASEAN tidak memiliki figur serupa dalam kawasannya. Hal ini akan menyebabkan alotnya proses negosiasi yang akan terjadi jika negara-negara ASEAN berniat untuk mewujudkan kawasan mata uang tunggal dalam waktu dekat. Lebih jauh lagi, proses negosiasi yang alot dan panjang tersebut sangat mungkin berakhir pada ketidaksepakatan negara-negara anggota untuk memberikan dukungan penuh atas penetapan kawasan mata uang tunggal tersebut. Kedua, upaya untuk membentuk kawasan mata uang tunggal di ASEAN juga perlu didukung oleh persyaratan-persyaratan yang mengikat bagi anggotanya untuk bekerja sama secara transparan dalam pertukaran informasi tentang perkembangan ekonominya masingmasing. Hal ini dapat terjadi secara natural apabila masing-masing negara anggota memang melihat benefit bersih positif yang cukup besar bagi mereka untuk melakukan hal tersebut. Bila kondisi ini tidak terpenuhi, maka perlu dibuat sebuah sistem insentif tertentu yang mengikat setiap anggota untuk melakukan hal tersebut. Masalah-masalah di atas bertambah rumit bila memperhitungkan 5 (lima) negara anggota ASEAN lainnya: Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam; atau memperluasnya lebih jauh menjadi ASEAN+3 berikut: Cina, Jepang, dan Korea Selatan. Tidak terpenuhinya kondisi ini dapat memberikan komplikasi bagi upaya-upaya pembentukan desain struktur insentif yang bersifat mengikat dalam menunjang proses pembentukan infrastruktur bagi kawasan mata uang tunggal.

PENUTUP Keinginan menggunakan mata uang tunggal di ASEAN mulai disampaikan beberapa tahun lalu dalam sejumlah forum ekonomi tingkat ASEAN. Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas keuangan di Indonesia meragukan penggunaan mata uang tunggal ASEAN itu sebelum tahun 2015. Mengapa BI meragukan penggunaan mata uang tunggal ASEAN sebelum 2015? Banyak faktor mempengaruhi, dan kata simpul dari semua faktor itu adalah ASEAN belum siap.

Ketidaksiapan ASEAN untuk memiliki mata uang tunggal hingga 2015, itu diantaranya : 1. Negara negara ASEAN belum memiliki standarisasi perekonomian yang sama. Standarisasi ekonomi akan sangat mempengaruhi stabilitas ekonomi pada masingmasing negara pada saat mata uang tunggal diberlakukan. 2. Negara-negara ASEAN, memiliki tingkat heterogenitas tinggi, sebab dengan tingginya tingkat heterogenitas memaksimalkan disharmonisasi diberbagai bidang, sehingga upaya penciptaan stabilitas diberbagai bidang tersebut berjalan sangat lamban. 3. Tranparansi antar bank sentral ASEAN susah diperoleh, sebab masing-masing masih bersekukuh menjaga kerahasiaannya. 4. Salah satu faktor yang sangat menentukan dalam penggunaan mata uang tunggal ASEAN adalah keputusan politik di masing negara. Keputusan politik ini tersebut harus dikantongi serempak, dan hal itu harus dilalui dengan proses-proses politik yang rumit. 5. Stabilitas keamanan di ASEAN juga turut mempengaruhi berbagai bidang terutama soal moneter menuju penyatuan mata uang tunggal Meski demikian, ketidaksiapan ASEAN tersebut akan dapat terselesaikan manakala ASEAN menyadari betapa pentingnya mata uang tunggal untuk membentengi perekonomian ASEAN dari serangan globalisasi negara negara Eropa dan Amerika. Eropa dan Amerika telah melalui fase penyatuan ekonomi dan kebijakan moneter regionalnya, tentunya mereka lebih matang. Namun hanya Eropa yang telah menggunakan mata uang tunggalnya, yaitu EURO. Negara-negara di Eropa menggunakan mata uang EURO sejak 1999 diawali dengan transaksi uang giral, dan pada 2002 mengimplementasikan transaksi mata uang fisik. Negara yang menggunakan EURO sebagai mata uang yaitu, Italia, Perancis, Belanda, Portugal, Irlandia, Luxemburg, Austria, Finlandia, Belgia, Jerman, Yunani, Spanyol, Slovenia, Malta, Siprus, Vatikan, Andorra, Monako dan San Marino. Bagi ASEAN, pentingnya menggunakan mata uang tunggal adalah :

Jumlah volume perdagangan di ASEAN cukup tinggi sehingga diperlukan gerak bersama dalam melindungi prospek perdagangan tersebut. Bila ada kesepakatan

bersama untuk menggunakan mata uang tunggal, maka laju pertumbuhan keuntungan yang sudah ada dapat didongkrak mencapai tingkatan tertinggi.

Letak strategis ASEAN dalam geopolitik maupun geo ekonomi, sehingga ASEAN sangat dibutuhkan negara-negara dunia, baik negara maju maupun negara berkembang lainnya.

Dominasi Dolar di ASEAN hingga Negara-negara Asia lainnya dapat dikurangi, atau dinetralisir sehingga didapatkan kesetaraan mata uang tunggal ASEAN dengan mata uang lainnya termasuk EURO, apabila kesepakatan itu dapat dicapai dalam KTT ASEAN di Jakarta nanti.

Sumber :
Ari Tjahjawandita & Arief Ramayandi,
http://doyancerita.blogspot.com/2009/03/mungkinkah-asean-memakai-matauang

Kompas.com, republika.co.id Stevy

Antara,

klikbca.com,

news.id.msn.com,

okezone.com,

detik.com,

Maradona

http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/11/05/06/lkr6vf-

ekonom-asean-sebaiknya-punya-mata-uang-bersama TRI SUHARMAN, diakses dari : http://www.tempointeraktif.com/hg/perbankan_keuangan/2011/05/07/brk,20110507332862,id.html http://www.antaranews.com/en/news/71097/asean-punya-prospek-bentuk-mata-uang-tunggal

You might also like