You are on page 1of 7

TEORI BELAJAR DARI DAVID P.

AUSUBEL
MAKALAH Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan pembelajaran yang dibina oleh Ibu Anastasia

Disusun oleh Achmad Nawawi (209121415749) Bagus Gilang Pramana(209121415733) Muhammad wildasyafi(209121415731)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN MARET 2010

www.kotepoke.co.cc

Teknologi Pendidikan B UM 2009

PEMBAHASAN

Teori Pembelajaran Ausubel A.Pembelajaran Bermakna dan Pembelajaran Hafalan


1. Pembelajaran Bermakna (meaningful learning)

Teori pembelajaran Ausabel merupakan salah satu dari sekian banyaknya teori pembelajaran yang menjadi dasar dalam cooperative learning. David Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan. Menurut Ausubel (Dahar 1996) bahan subjek yang dipelajari siswa mestilah bermakna (meaningfull). Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah disiswai dan diingat siswa. Suparno (1997) mengatakan pembelajaran bermakna adalah suatu proses pembelajaran di mana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dimiliki seseorang yang sedang melalui pembelajaran. Pembelajaran bermakna terjadi apabila siswa boleh menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Artinya, bahan subjek itu mesti sesuai dengan keterampilansiswa dan mesti relevan dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa. Oleh itu, subjek mesti dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah dimiliki para siswa, sehingga konsepkonsep baru tersebut benar-benar terserap olehnya. Dengan demikian, faktor intelektualemosional siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran sejarah bukan hanya sekadar menekankan kepada pengertian konsepkonsep sejarah belaka, tetapi bagaimana melaksanakan proses pembelajarannya, dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran tersebut, sehingga pembelajaran tersebut menjadi benar-benar bermakna. Dengan pembelajaran koperatif, tentu bahan sejarah yang disiswainya tidak hanya sekadar menjadi sesuatu yang dihafal dan diingat, melainkan ada sesuatu yang dapat dipraktikkan dan dilatih dalam situasi nyata dan terlibat dalam pemecahan masalah. Dengan demikian, pembelajaran koperatif akan dapat mengusir rasa jemu dan bosan pembelajaran mata

www.kotepoke.co.cc

Teknologi Pendidikan B UM 2009

siswaan sejarah yang lebih banyak menggunakan pendekatan ekpositori (Al Muchtar 2002), khasnya pembelajaran sejarah yang selalu bermasalah selama ini. Menurut Ausubel, pemecahan masalah yang sesuai adalah lebih bermanfaat bagi siswa dan merupakan strategi yang efisien dalam pembelajaran. Kekuatan dan makna proses pemecahan masalah dalam pembelajaran sejarah terletak pada kemampuan siswa dalam mengambil peranan pada kumpulannya. Untuk melancarkan proses tersebut maka diperlukan bimbingan secara langsung daripada guru, sama ada secara lisan maupun dengan tingkah laku, manakala siswa diberi kebebasan untuk membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini merupakan penekanan dalam pembelajaran koperatif atau cooperative learning. Lebih lanjut Ausubel (dalam Kartadinata, 2001) mengemukakan, seseorang belajar dengan mengasosiasikan fenomena, pengalaman dan fakta-fakta baru ke dalam skemata yang telah dipelajari. Hal ini menjadikan pembelajaran akuntansi tidak hanya sebagai konsep-konsep yang perlu dihapal dan diingat hanya pada saat siswa mendapat materi itu saja tetapi juga bagaimana siswa mampu menghubungkan pengetahuan yang baru didapat kemudian dengan konsep yang sudah dimilikmnya sehingga terbentuklah kebermaknaan logis. Dengan model cooperative learning materi yang dipelajarinya tidak hanya sekadar menjadi sesuatu yang dihafal dan diingat saja, melainkan ada sesuatu yang dapat dipraktikkan dan dilatihkan dalam situasi nyata dan terlibat dalam pemecahan masalah. Diharapkan model cooperative learning akan dapat mengusir kejenuhan dan kebosanan yang dirasa siswa di kelas karena selama ini hanya mendengarkan materi dan guru saja. Penekanan dan model cooperative learning sendiri adalah selain siswa mendapat bimbingan langsung dan guru, mereka juga diberi kebebasan untuk memecahkan masalah lewat pengetahuan yang mereka dapatkan sendiri. 2. Pembelajaran Hafalan (rote learning) Pembelajaran hafalan ini merupakan kebalikan dari pada pembelajaran bermakna. Pembelajaran hefalan ini selalu menekankan bahkan sering kali lebih mengandalkan daya ingat saja terhadap sesuatu atau hal yang baru saja di dengar atau yang telah dialami. Dalam hal ini pembelajaran hafalan jarang bahkan tidak pernah mengkaitkat atau menghubungkan dengan

www.kotepoke.co.cc

Teknologi Pendidikan B UM 2009

informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif. Ausubel menyatakan hal berikut sebagaimana dikutip Bell (1978: 132): , if the learners intention is to memorise it verbatim, i,e., as a series of arbitrarily related word, both the learning process and the learning outcome must necessarily be rote and meaningless. Intinya, jika seorang anak, berkeinginan untuk mengingat sesuatu tanpa mengaitkan hal yang satu dengan hal yang lain maka baik proses maupun hasil pembelajarannya dapat dinyatakan sebagai hafalan dan tidak akan bermakna sama sekali baginya. Contoh yang dapat dikemukakan tentang belajar hafalan ini adalah beberapa siswa SD kelas 1 ataui 2 yang dapat mengucapkan: Ini Budi. Ini Ibu Budi, namun ia tidak dapat menentukan sama sekali mana yang i dan mana yang di. Contoh lain untuk labih dari belajar menghafal adalah siswa yang dapat mengingat dan menyatakan rumus luas persegipanjang adalah l = p l, namun ia tidak bisa menentukan luas suatu persegi panjang karena ia tidak tahu arti lambang l, p, dan l. Salah satu kelemahan dari belajar hafalan atau belajar membeo telah ditunjukkan Nani di mana jawaban yang benar, yaitu 1 + 1 = 2, diubah dengan jawaban yang lain ketika jawaban tersebut pura-pura dianggap sebagai jawaban yang salah oleh bapaknya. Intinya, si Nani tidak memiliki dasar yang kuat untuk meyakinkan dirinya sendiri, apalagi meyakinkan orang lain bahwa 1 + 1 = 2. Lebih celaka lagi kalau temannya tadi mengajari Nani bahwa 1 + 1 = 4 dan 2 + 2 = 6. Tidak mustahil jika ia mengikutinya. Di samping itu, ia tidak bisa menjawab soal baru seperti 1 + 2 maupun 2 + 1 karena temannya belum mengajari hal itu.

B. Prnsip-prinsip Pembelajara Menurut Ausubel


1. Pengatur awal (advance organizer) Pengatur awal atau bahan pengait dapat digunakan guru dalam membantu mengaitkan konsep lama denan konsep baru yang lebih tinggi maknanya. Pemggunaan pengatur awal tepat dapat meningkatkan pemahaman berbagai macam materi , terutama materi pelajaran yang telah

www.kotepoke.co.cc

Teknologi Pendidikan B UM 2009

mempunyai struktur yang teratur. Pada saat mengawali pembelajaran dengan prestasi suatu pokok bahasan sebaiknya pengatur awal itu digunakan, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna. 2. Diferensiasi progresif Dalam proses belajar bermakna perlu ada pengembangan dan kolaborasi konsep-konsep. Caranya unsur yang paling umum dan inklusif dipekenalkan dahulu kemudian baru yang lebih mendetail, berarti proses pembelajaran dari umum ke khusus. 3. Belajar superordinat Belajar superordinat adalah proses struktur kognitif yang mengalami petumbuhan kearah deferensiasi, terjadi sejak perolehan informasi dan diasosiasikan dengan konsep dalam struktur kognitif tersebut. Proses belajar tersebut akan terus berlangsung hingga pada suatu saat ditemukan hal-hal baru. Belajar superordinat akan terjadi bila konsepkonsep yang lebih luas dan inklusif. 4. Penyesuaian Integratif Pada suatu sasat siswa kemungkinan akan menghadapi kenyataan bahwa dua atau lebih nama konsep digunakan untuk menyatakan konsep yang sama atau bila nama yang sama diterapkan pada lebih satu konsep. Untuk mengatasi pertentangan kognitif itu, Ausable mengajukan konsep pembelajaran penyesuaian integratif Caranya materi pelajaran disusun sedemikian rupa, sehingga guru dapat menggunakan hiierarkhi-hierarkhi konseptual ke atas dan ke bawah selama informasi disajikan.

www.kotepoke.co.cc

Teknologi Pendidikan B UM 2009

Penutup
Seorang guru dapat belajar dari para siswa di kelasnya tentang caracara yang dapat dilakukannya untuk membantu siswanya belajar. Hal tersebut dapat terjadi hanya jika Bapak dan Ibu Guru mau menggali, menyelidiki lebih jauh, serta mau mendengarkan dengan tekun jawaban-jawaban mereka. Dari Nani, seorang siswa TK, kita bisa belajar tentang belajar dengan membeo atau belajar hafalan (rote learning) yang tidak akan bermakna (meaningless) bagi para siswa. Di kelas, Bapak dan Ibu akan menemui siswasiswa yang belajar dengan cara seperti itu. Belajar hafalan akan terjadi jika para siswa tidak mampu mengaitkan pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang lama. Tugas gurulah untuk memberi kemudahan bagi para siswanya sehingga mereka dapat dengan mudah mengaitkan pengalaman atau pengetahuan barunya dengan pengetahuan yang sudah ada di dalam pikirannya. Belajar seperti itulah yang kita harapkan dapat terjadi di kelas-kelas di Indonesia, belajar bermakna yang telah digagas David P. Ausubel.

www.kotepoke.co.cc

Teknologi Pendidikan B UM 2009

You might also like