You are on page 1of 9

Operasi Dalam Matriks Dua buah matriks dikatakan sama apabila matriksmatriks tersebut mempunyai ordo yang sama

dan setiap elemen yang seletak sama. Jika A dan B adalah matriks yang mempunyai ordo sama, maka penjumlahan dari A + B adalah matriks hasil dari penjumlahan elemen A dan B yang seletak. Begitu pula dengan hasil selisihnya. Matriks yang mempunyai ordo berbeda tidak dapat dijumlahkan atau dikurangkan. Jumlah dari k buah matriks A adalah suatu matriks yang berordo sama dengan A dan besar tiap elemennya adalah k kali elemen A yang seletak. Didefinisikan: Jika k sebarang skalar maka kA = A k adalah matriks yang diperoleh dari A dengan cara mengalikan setiap elemennya dengan k. Negatif dari A atau -A adalah matriks yang diperoleh dari A dengan cara mengalikan semua elemennya dengan -1. Untuk setiap A berlaku A + (A) = 0. Hukum yang berlaku dalam penjumlahan dan pengurangan matriks : a.) A + B = B + A b.) A + ( B + C ) = ( A + B ) + C c.) k ( A + B ) = kA + kB = ( A + B ) k , k = skalar Hasil kali matriks A yang ber-ordo m x p dengan matriks B yang berordo p x n dapat dituliskan sebagi matriks C = [ cij ] berordo m x n dimana cij = ai1 b1j + ai2 b2j + + aip bpj Matriks Balikan (Invers) JIka A dan B matriks bujur sangkar sedemikian rupa sehingga A B = B A = I , maka B disebut balikan atau invers dari A dan dapat dituliskan B = A 1 ( B sama dengan invers A ). Matriks B juga mempunyai invers yaitu A maka dapat dituliskan A = B 1. Jika tidak ditemukan matriks B, maka A dikatakan matriks tunggal (singular). Jika matriks B dan C adalah invers dari A maka B = C. Matriks A = dapat di-invers apabila ad bc 0 Dengan Rumus = Apabila A dan B adalah matriks seordo dan memiliki balikan maka AB dapat di-invers dan (AB) 1 = B 1A 1 Contoh 1: Matriks A = dan B = AB = = = I (matriks identitas) BA = = = I (matriks identitas) Maka dapat dituliskan bahwa B = A 1 (B Merupakan invers dari A) Contoh 2: Matriks A = dan B = AB = = BA = = Karena AB BA I maka matriks A dan matriks B disebut matriks tunggal. Contoh 3: Matriks A =Tentukan Nilai dari A-1 Jawab:

Contoh 4: Matriks A = , B = , AB = Dengan menggunakan rumus, maka didapatkan ,, Maka = Ini membuktikan bahwa (AB) 1 = B 1A 1 Transpose Matriks Yang dimaksud dengan Transpose dari suatu matriks adalah mengubah komponen-komponen dalam matriks, dari yang baris menjadi kolom, dan yang kolom di ubah menjadi baris. Contoh: Matriks A = ditranspose menjadi AT = Matriks B = ditranspose menjadi BT = Rumus-rumus operasi Transpose sebagai berikut: 1. ((A)T)T = A 2. (A + B)T = AT + BT dan (A B)T = AT BT 3. (kA)T = kAT dimana k adalah skalar 4. (AB)T = BTAT Matriks Diagonal, Segitiga, dan Matriks Simetris Matriks Diagonal Sebuah matriks bujursangkar yang unsurunsurnya berada di garis diagonal utama dari matriks bukan nol dan unsur lainnya adalah nol disebut dengan matriks diagonal. Contoh : secara umum matriks n x n bisa ditulis sebagai Matriks diagonal dapat dibalik dengan menggunakan rumus berikut : D 1= DD 1 = D 1D = I jika D adalah matriks diagonal dan k adalah angka yang positif maka Dk= Contoh : A= makaA5= Matriks Segitiga Matriks segitiga adalah matriks persegi yang di bawah atau di atas garis diagonal utama nol. Matriks segitiga bawah adalah matriks persegi yang di bawah garis diagonal utama nol. Matriks segitiga atas adalah matriks persegi yang di atas garis diagonal utama nol. Matriks segitiga Matriks segitiga bawah Teorema Transpos pada matriks segitiga bawah adalah matriks segitiga atas, dan transpose pada matriks segitiga atas adalah segitiga bawah. Produk pada matriks segitiga bawah adalah matriks segitiga bawah, dan produk pada matriks

segitiga atas adalah matriks segitiga atas. Matriks segitiga bisa di-inverse jika hanya jika diagonalnya tidak ada yang nol. Inverse pada matriks segitiga bawah adalah matriks segitiga bawah, dan inverse pada matriks segitiga atas adalah matriks segitiga atas. Contoh : Matriks segitiga yang bisa di invers A= Inversnya adalah A 1= Matriks yang tidak bisa di invers B= Matriks Simetris Matriks kotak A disebut simetris jika A = AT Contoh matriks simetris Teorema Jika A dan B adalah matriks simetris dengan ukuran yang sama, dan jika k adalah skalar maka AT adalah simetris A + B dan A B adalah simetris kA adalah simetris (AB)T = BTAT = BA Jika A adalah matriks simetris yang bisa di inverse, maka A 1 adalah matriks simetris. Asumsikan bahwa A adalah matriks simetris dan bisa di inverse, bahwa A = AT maka : (A 1)T = (AT) 1 = A 1 Yang mana membuktikan bahwa A 1 adalah simetris. Produk AAT dan ATA (AAT)T = (AT)TAT = AAT dan (ATA)T = AT(AT)T = ATA Contoh A adalah matriks 2 X 3 A= lalu ATA = = AAT = = Jika A adalah Matriks yang bisa di inverse, maka AAT dan ATA juga bisa di inverse Determinan Determinan adalah suatu fungsi tertentu yang menghubungkan suatu bilangan real dengan suatu matriks bujursangkar. Sebagai contoh, kita ambil matriks A2x2 A = tentukan determinan A untuk mencari determinan matrik A maka, detA = ad bc Determinan dengan Ekspansi Kofaktor Determinan dengan Minor dan kofaktor A = tentukan determinan A Pertama buat minor dari a11 M11 = = detM = a22a33 x a23a32 Kemudian kofaktor dari a11 adalah c11 = (-1)1+1M11 = (-1)1+1a22a33 x a23a32 kofaktor dan minor hanya berbeda tanda Cij=Mij untuk membedakan apakah kofaktor pada ij adalah + atau maka kita bisa melihat matrik dibawah ini

Begitu juga dengan minor dari a32 M32 = = detM = a11a23 x a13a21 Maka kofaktor dari a32 adalah c32 = (-1)3+2M32 = (-1)3+2 x a11a23 x a13a21 Secara keseluruhan, definisi determinan ordo 33 adalah det(A) = a11C11+a12C12+a13C13 Determinan dengan Ekspansi Kofaktor Pada Baris Pertama Misalkan ada sebuah matriks A3x3 A= maka determinan dari matriks tersebut dengan ekspansi kofaktor adalah, det(A) = a11 a12 + a13 = a11(a22a33 a23a32) a12(a21a33 a23a31) + a13(a21a32 a22a31) = a11a22a33 + a12a23a31 + a13a21a32 a13a22a31 a12a21a33 a11a23a32 Contoh Soal: A = tentukan determinan A dengan metode ekspansi kofaktor baris pertama Jawab: det(A) = = 1 2 + 3 = 1(-3) 2(-8) + 3(-7) = -8 Determinan dengan Ekspansi Kofaktor Pada Kolom Pertama Pada dasarnya ekspansi kolom hampir sama dengan ekspansi baris seperti di atas. Tetapi ada satu hal yang membedakan keduanya yaitu faktor pengali. Pada ekspansi baris, kita mengalikan minor dengan komponen baris pertama. Sedangkan dengan ekspansi pada kolom pertama, kita mengalikan minor dengan kompone kolom pertama. Misalkan ada sebuah matriks A3x3 A =maka determinan dari matriks tersebut dengan ekspansi kofaktor adalah, det(A) = a11 a21 + a31 = a11(a22a33 a23a32) a21(a21a33 a23a31) + a31(a21a32 a22a31) = a11a22a33 + a21a23a31 + a31a21a32 a22(a31)2 (a21)2a33 a11a23a32 Contoh Soal: A = tentukan determinan A dengan metode ekspansi kofaktor kolom pertama Jawab: det(A) = = 1 4 + 3 = 1(-3) 4(-8) + 3(-7) = 8 Adjoin Matriks 3 x 3 Bila ada sebuah matriks A3x3 A= Kofaktor dari matriks A adalah C11 = 12 C12 = 6 C13 = -16 C21 = 4 C22 = 2 C23 = 16 C31 = 12 C32 = -10 C33 = 16 maka matriks yang terbentuk dari kofaktor tersebut adalah untuk mencari adjoint sebuah matriks, kita cukup mengganti kolom menjadi baris dan baris menjadi kolom adj(A) = Determinan Matriks Segitiga Atas Jika A adalah matriks segitiga nxn (segitiga atas, segitiga bawah atau segitiga diagonal) maka det(A) adalah hasil kali diagonal matriks tersebut Contoh = (2)(-3)(6)(9)(4) = -1296

PROGRAM LINEAR Program Linear adalah suatu cara untuk

matematik yang terdiri atas sebuah fungsi tujuan dan sistem kendala linier (Sri Mulyono, 2002). 2.2 Kegunaan program linear Program linear digunakan untuk memecahkan masalah pengoptimalan (memaksimalkan atau

penyelesaian persamaan mempunyai

masalah atau

dengan

menggunakan linear yang

pertidaksamaan

banyak

penyelesaian,

dengan

memperhatikan syarat-syarat agar diperoleh hasil yang optimum). Program linear merupakan suatu model umum yang dapat digunakan dalam pemecahan pengalokasian sumber-sumber yang terbatas maksimum/minimum (penyelesaian

meminimalkan suatu tujuan). Dari sini program linear dapat digunakan untuk menyelesaikan kehidupan

masalah-masalah

manusia.

Dalam

sehari-hari tentu banyak masalah yang berkaitan dengan perhitungan, seperti dalam berdagang. Dalam berdagang seorang pedagang pasti ingin mendapat keuntungan maka atau program laba yang

secara optimal. Masalah tersebut timbul apabila seseorang diharuskan untuk memilih atau

besar/maksimum,

linear dapat

menentukan tingkat setiap kegiatan yang akan dilakukan, dimana masing-masing kegiatan

digunakan untuk menghitung maksimum laba yang bisa diperoleh seorang pedagang. 2.3 Hal-hal yang Dibahas dalam Program Linear a. Program Linear dan Model Matenatika Program linear adalah salah satu bagian dari matematika memecahkan (memaksimalkan terapan yang digunakan untuk

membutuhkan sumber yang sama sedangkan jumlahnya terbatas (Handy A.Taha, 1987). Program linear berasal dari kata

pemrograman dan linear. Pemrograman artinya perencanaan dan linear berarti bahwa fungsifungsi yang digunakan merupakan fungsi linear. Jadi, program linear yang adalah bersifat suatu analitis teknik yang

masalah atau

pengoptimalan suatu

meminimalkan

tujuan), seperti mencari keuntungan maksimum dari penjualan suatu produk. Dalam memecahkan masalah pengoptimalan dengan program linear terdapat kendala-kendala atau batasan-batasan yang harus diterjemahkan ke dalam suatu sistem pertidaksamaan linear, yang disebut pemodelan matematika dan sistem

perencanaan

analisisnya memakai model matematika, dengan tujuan menemukan beberapa kombinasi alternatif pemecahan terbaik masalah. Kemudian dalam dipilih yang

diantaranya

rangka

menyusun lanjut

langkah-langkah

kebijaksanaan

lebih

tentang alokasi sumber daya dan dana yang terbatas. Kegunaannya adalah mencapai tujuan dan sasaran yang diinginkan secara optimal (Media Anugerah Ayu, 2006). Program linear merupakan salah satu

pertidaksamaan yang terbentuk disebut model matematika. Model matematika adalah sistem persamaan atau pertidaksamaan yang mengungkapkan semua syarat yang harus dipenuhi oleh x dan y. Model sederhana dengan matematika untuk ini merupakan suatu cara

teknik penelitian operasional yang digunakan paling luas dan diketahui dengan baik, serta berupa metode matematik, yang berfungsi

memandang

masalah atau

menggunakan

persamaan

mengalokasikan sumber daya yang langka untuk mencapai tujuan tunggal seperti memaksimumkan keuntungan dan meminimumkan biaya. Program linear banyak diterapkan dalam membantu b.

pertidaksamaan matematika. Sistem Pertidaksamaan Linear Pertidaksamaan linear adalah pertidaksamaan dengan pangkat tertinggi dari variabelnya satu, gabungan dua atau lebih pertidaksamaan linear disebut sistem pertidaksamaan linear.

menyelesaikan masalah ekonomi, industri, militer, dan sosial. Program linier berkaitan dengan

penjelasan suatu dunia nyata sebagai suatu model

Bentuk

umum

pertidaksamaan

linear

dua

c.

Nilai Optimum suatu Bentuk Objektif Nilai optimum diperoleh berdasarkan nilai fungsi tujuan yang dikehendaki, yaitu berupa nilai

variabel: ax+byc atau ax+byc ,dengan a,b, dan c anggota himpunan bilangan real. Himpunan penyelesaian dari suatu

maksimum atau nilai minimum. Cara mencarinya bisa dengan : a. Mensubstitusi koordinat titik-titik sudut dalam daerah penyelesaian terhadap

pertidaksamaan linear dua variabel merupakan pasangan bilangan (x,y) yang memenuhi Himpunan

pertidaksamaan

linear

tersebut.

penyelesaian pertidaksamaan itu dapat ditentukan dengan menggunakan metode grafik dan titik uji. Untuk penyelesaian menentukan daerah linear himpunan ax+byc pertidaksamaan

fungsi tujuan. b. Menggunakan garis selidik. Dalam program linear, bentuk objektif atau fungsi objektif adalah bentuk atau fungsi

dengan menggunakan metode grafik dan titik uji, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1. 2. Menggambar garis ax+by=c Melakukan uji titik, yaitu mengambil sebarang titik (x,y) yang tidak terletak pada garis ax+by=c, kemudian mensubstitusikan ke dalam pertidaksamaan ax+byc Jika pertidaksamaan bernilai benar, maka himpunan penyelesaiannya adalah daerah yang memuat titik tersebut dengan batas garis ax+by=c. Jika pertidaksamaan bernilai salah, maka

f(x,y)=ax+by

yang

hendak

dioptimumkan

(dimaksimumkan atau diminimumkan). Nilai optimum bentuk objektif dapat ditentukan dengan garis selidik atau metode titik pojok (titik sudut). Menentukan nilai optimum bentuk objektif

dengan metode titik pojok dilakukan dengan cara menghitung nilai fungsi objektif ax+by untuk setiap titik pojok (x,y) dari daerah himpunan penyelesaian. Apabila suatu persoalan program linear

himpunan penyelesaiannya adalah daerah yang tidak memuat titik tersebut dengan batas garis ax+by=c. 3. Tanpa melakukan uji titik, daerah himpunan penyelesaian suatu pertidaksamaan linear dapat dilakukan sebagai berikut: Pertidaksamaan ax+byc, jika b>0, maka daerah HP berada di kanan/di atas garis ax+by=c, jika b<0, maka daerah HP berada di kiri/di bawah garis ax+by=c Pertidaksamaan ax+byc, jika b>0, maka daerah HP berada di kiri/di bawah garis ax+by=c, jika b<0, maka daerah HP berada di kanan/di atas garis ax+by=c

mempunyai bentuk objektif f(x,y)=ax+by, maka garis selidik memiliki persamaan ax+by=k, untuk k anggota mengambil himpunan himpunan beberapa garis-garis bilangan nilai k real. akan Dengan diperoleh yang

saling

sejajar

dinamakan garis selidik, satu diantara garis-garis itu akan melalui suatu titik yang mengakibatkan nilai bentuk objektif mencapai optimum.

LOGIKA MATEMATIKA Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita di hadapkan pada suatu keadaan yang mengharuskan kita untuk membuat suatu keputusan. Agar keputusan kita itu baik dan benar, maka terlebih dahulu kita harus dapat menarik kesimpulan-kesimpulan dari keadaan yang kita hadapi itu, dan untuk dapat menarik kesimpulan yang tepat diperlukan kemampuan menalar yang baik. Kemampuan menalar adalah kemampuan untuk menarik kesimpulan yang tepat dari bukti-bukti yang ada dan menurut aturan-aturan tertentu. Lalu apa kaitannya dengan logika? Logika adalah ilmu untuk berpikir dan menalar dengan benar. Secara bahasa, logika berasal dari kata logos (bahasa Yunani), yang artinya kata, ucapan, pikiran. Kemudian pengertian itu berkembang menjadi ilmu pengetahuan. Logika dalam pengertian ini adalah berkaitan dengan argumen-argumen, yang mempelajari metodemetode dan prinsip-prinsip untuk ,menunjukkan keabsahan (sah atau tidaknya) suatu argumen, khususnya yang dikembangkan melalui penggunaan metode-metode matematika dan simbol-simbol matematika dengan tujuan untuk menghindari makna ganda dari bahasa yang biasa kita gunakan sehari-hari. 2) Pengertian Pernyataan dan Bukan Pernyataan Sebelum membahas pernyataan, terlebih dahulu kita bahas pengertian kalimat. Kalimat adalah rangkaian kata yang disusun menurut aturan bahasa yang mengandung arti. Pernyataan adalah kalimat yang mempunyai nilai benar atau salah, tetapi tidak sekaligus benar dan salah. (pernyataan disebut juga preposisi, kalimat deklaratif). Benar diartikan ada kesesuaian antara apa yang dinyatakan dengan keadaan yang sebenarnya. Perhatikan beberapa contoh berikut! 1. Al-Quran adalah sumber hukum pertama umat Islam 2. 4 + 3 = 8 3. Frodo mencintai 1 4. Asep adalah bilangan ganjil Contoh nomor 1 bernilai benar, sedangkan contoh nomor 2 bernilai salah, dan keduanya adalah pernyataan. Sementara contoh nomor 3 dan 4 adalah kalimat yang tidak mempunyai arti. Sekarang perhatikan contoh di bawah ini!

1. Rapikan tempat tidurmu! 2. Apakah hari ini akan hujan? 3. Indah benar lukisan ini! 4. Berapa orang yang datang? Kalimat di atas tidak mempunyai nilai benar atau salah, sehingga bukan pernyataan. Catatan: Suatu pernyataan biasa kita simbolkan dengan huruf kecil p,q,r,s, dan sebagainya. 3) Kalimat Terbuka Perhatikan contoh berikut ini! 1. yang duduk di bawah pohon itu cantik rupanya 2. seseorang memakai kacamata 3. 4. Keempat contoh di atas belum tentu bernilai benar atau salah. Kalimat yang demikian itu dinamakan kalimat terbuka. Kalimat terbuka biasanya ditandai dengan adanya variabel (peubah). Jika variabelnya diganti dengan konstanta dalam semesta yang sesuai maka kalimat itu akan menjadi sebuah pernyataan. Variabel (Peubah) adalah lambang yang menunjukkan anggota yang belum tentu dalam semesta pembicaraan, sedangkan konstanta adalah lambang yang menunjukkan anggota tertentu dalam semesta pembicaraan. Pengganti variabel yang menyebabkan kalimat terbuka menjadi pernyataan yang bernilai benar, disebut selesaian atau penyelesaian. Contoh:

adalah variabel, 2 dan 8 adalah konstanta, dan untuk adalah selesaian.

Secara skematik, hubungan kalimat, pernyataan, dan kalimat terbuka dapat kita rumuskan sebagai berikut:

2.

: 3 bilangan positif (B) : (cara mengingkar seperti ini salah)

3 bilangan negatif (seharusnya) 3 bukan bilangan positif (S) 2) Pernyataan Majemuk Pernyatan majemuk adalah pernyataan baru yang dibentuk dengan merantgkaikan pernyataanpernyataan tunggal dengan kata sambung logika. Contoh: disebut konjungsi

Pernyataan Majemuk Logika merupakan sistem matematika artinya memuat unsur-unsur yaitu pernyataan-oernyataan dan operasi-operasi yang didefinisikan. Operasioperasi yang akan kita temui berupa kata sambung logika (conective logic): : Merupakan lambang operasi untuk negasi

disebut disjungsi disebut Implikasi disebut biimplikasi

: Merupakan lambang operasi untuk konjungsi 3) Konjungsi ( : Merupakan lambang operasi untuk disjungsi : Merupakan lambang operasi untuk implikasi : Merupakan lambang operasi untuk biimplikasi 1) Negasi (Ingkaran) Sebuah Pernyataan Dari sebuah pernyataan tunggal (atau majemuk), kita bisa membuat sebuah pernyataan baru berupa ingkaran dari pernyataan itu. ingkaran disebut juga negasi atau penyangkalan. Ingkaran menggunakan operasi uner (monar) atau . Jika suatu pernyataan p benar, maka negasinya p salah, dan jika sebaliknya pernyataan p salah, maka negasinya p benar. Definisi tersebut dinyatakan dalam tabel sebagai berikut: p B S Konjungsi dua pernyataan p dan q bernilai benar hanya jika kedua pernyataan komponennya bernilai benar. Dan jika salah satu atau kedua pernyataan komponennya salah, maka konjungsi itu salah. Dengan tabel kebenaran )

B B S S

B S B S

B S S S

Contoh: 1. : 5 bilangan prima (B) : 5 bilangan ganjil (B) : 5 bilangan prima dan ganjil (B)

SB 2. : : (B) (B)

B = benar S = salah Perhatikan cara membuat ingkaran dari sebuah pernyataan serta menentukan nilai kebenarannya! 1. : kayu memuai bila dipanaskan (S) : kayu tidak memuai bila dipanaskan (B)

dan )

(B)

4) Disjungsi/ Alternasi (

Disjungsi dari dua buah pernyataan p dan q bernilai benar asal salah satu atau kedua pernyataan komponennya benar. Dan jika kedua pernyataan komponennya salah, maka konjungsi itu salah. (Disjungsi seperti ini disebut disjungsi inklusif) Dengan tabel kebenaran

Contoh: 1. Jika (B) (B) 2. Jika manusia bersayap , maka kita bisa terbang (B) (S) (S) 6) Biimplikasi atau Bikondisional ( ) , maka (B)

B B S S

B S B S

B B B S

Contoh: 1. : 1 akar persamaan : -1 akar persamaan (B) (B)

boleh dibaca: p jika dan hanya jika q (disingkat p jhj q) jika p maka q, dan jika q maka p p syarat perlu dan cukup untuk q q syarat perlu dan cukup untuk p

: 1 atau -1 akar persamaan 2. : Bogor di Jawa barat (B) : Bogor itu kota propinsi (S)

(B)

biimplikasi bernilai benar apabila anteseden dan konsekuen kedua-duanya bernilai benar atau kedua-duanya bernilai salah. Jika tidak demikian maka biimplikasi bernilai salah. Dengan tabel kebenaran

: Bogor di Jawa Barat atau ibu kota propinsi (B) 5) Implikasi/ Kondisional ( boleh dibaca: p maka q q hanya jika p p syarat perlu untuk q q syarat cukup untuk p p disebut anteseden atau hipotesis q disebut konsekuen atau konklusi Implikasi bernilai benar jika konsekuennya bernilai benar atau anteseden dan konsekuen kedua-duanya salah, dan bernilai salah jika antesedennya bernilai benar, sedangkan konsekuennya salah. Dengan tabel kebenaran ) B B S S B S B S B S S B

Contoh: 1. (B) (B) 2. (B) (S) Konvers, Invers, dan Kontraposisi Dari pernyataan berbentuk implikasi dapat kita turunkan pernyataan-pernyataan baru yang disebut invers, konvers, dan kontraposisi. Implikasi : Inversnya : Konversnya : jika dan hanya jika (S) jika dan hanya jika (B)

B B S S

B S B S

B S B B

Kontraposisinya : Contoh: Implikasi : Jika harimau bertaring, maka ia binatang buas Inversnya : Jika harimau tidak bertaring, maka ia bukan binatang buas Konversnya : Jika harimau binatang buas, maka ia bertaring Kontraposisinya : Jika harimau bukan binatang buas, maka ia tidak bertaring Dengan tabel kebenaran: Implika Invers si B B S S B S B S S S B B S B S B B S B B B B S B Konver Kontraposi s si B B S B B S B B

1. Jika harga barang naik, maka permintaan barang turun (premis 1) Harga barang naik (premis 2) Jadi permintaan barang turun (konklusi) 2. Jika , maka (premis 2) Jadi (konklusi) (premis 1)

Dari contoh-contoh di atas, maka dapat kita rumuskan: a) Argumen adalah serangkaian pernyataanpernyataan yang mempunyai ungkapan-ungkapan pernyataan penarikan kesimpulan b) Argumen terdiri dari dua kelompok pernyatan, yaitu premis (pernyataan-pernyataan sebelum kesimpulan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). 2) Modus ponens, modus tollens, dan sillogisma

Dari tabel di atas terlihat bahwa implikasi mempunyai nilai kebenaran sama dengan kontraposisi, dan nvers dengan konvers i. Sehingga dapat kita katakan bahwa implikasi setara dengan kontraposisi dan invers setara dengan konvers. Bisa kita tulis:

Sekarang kita akan membahas 3 bentuk argumentasi yang sah, yaitu modus ponens, modus tollens, dan sillogisma. 1. Modus ponens Modus ponens disebut juga kaidah pengasingan. Bentuknya sebagai berikut:

Catatan: artinya ekivalen

(premis 1) berupa implikasi (premis 2) berupa anteseden (konklusi) Keabsahan (sah atau tidaknya) sebuah argumen dapat dilihat melalui tabel kebenaran.

Contoh: Buatlah pernyataan yang setara dengan pernyataan: jika ia benar-benar mencuri, maka pada saat pencurian harus berada di tempat ini. Jawab: Implikasi setara dengan kontraposisi. Maka pernyataan itu dapat diubah menjadi, jika pada saat pencurian tidak berada di tempat itu, maka ia tidak mencuri. Penarikan Kesimpulan (Inferensi) 1) Pengertian Argumen Perhatikan beberapa contoh argumen berikut ini!

B B S S

B S B S

B S B B

Argumentasi ini sah karena untuk premis dan benar, konklusi juga benar. Contoh: Jika harga barang naik, maka permintaan barang turun Harga barang naik Jadi permintaan barang turun 3. Modus tollens Modus tollens disebut juga kaidah penolakan. Bentuknya sebagai berikut: (premis 1) berupa implikasi (premis 2) berupa negasi dari konsekuen (konklusi) Keabsahannya diperlihatkan dengan tabel kebenaran berikut: B B B B S S S S B B S S B B S S B S B S B S B S B B S S B B B B B S B B B S B B B S B S B B B B dan (konklusi) Keabsahannya diperlihatkan dengan tabel kebenaran berikut: 4. Silogisma Bentuknya sebagai berikut: (premis 1) berupa implikasi (premis 2) berupa implikasi

B B S S

B S B S

S S B B

S B S B

B S B B dan

Argumen ini sah, karena untuk premis benar, konklusi juga benar. Contoh:

Argumen ini sah, karena untuk premis benar, konklusi juga benar. Contoh:

Jika Jika

, maka , maka , maka

Persamaan berlainan dan tidak berlainan

, maka

dan Jadi jika

Jadi persamaan

You might also like