You are on page 1of 16

SUMBER AJARAN AGAMA ISLAM: AL-QURAN DAN SUNNAH

Maret 22, 2010 manshurzikri Lecture Hall, Religi, Review Ajaran, Al-Qur'an, Islam, Sumber, Sunnah 13 Komentar Judul Pengarang : BAB 7, Sumber Ajaran Islam : Dr. Kaelany HD., MA

Data Publikasi : Islam Agama Universal (Edisi Revisi), MIDADA RAHMA PRESS, Februari 2009, hlm.131-150 Hadits Rasulullah SAW, yaitu: Kutinggalkan kepadamu dua perkara, dan kamu sekalian tidak akan sesat selama berpegang teguh kepada keduanya, yaitu Kitabullah (Al-Quran dan Sunnah Rasul-Nya). A. Al-Quran Al-Quran adalah sumber ajaran Islam yang utama. Al-Quran adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Rasul-Nya, Nabi Muhammad SAW. Al-Quran dijaga dan dipelihara oleh Allah SWT, sesuai dengan firmannya sebagai berikut: Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al=Quran dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS 15:9) Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Quran. Kalau sekiranya Al-Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapatkan pertentangan yang banyak di dalamnya. (QS 4:82) Al-Quran menyajikan tingkat tertinggi dari segi kehidupan manusia. Sangat mengaggumkan bukan saja bagi orang mukmin, melainkan juga bagi orang-orang kafir. Al-Quran pertama kali diturunkan pada tanggal 17 Ramadhan (Nuzulul Quran). Wahyu yang perta kali turun tersebut adalah Surat Alaq, ayat 1-5. Al-Quran memiliki beberapa nama lain, antara lain adalah AlQuran (QS. Al-Isra: 9), Al-Kitab (QS. Al-Baqoroh: 1-2), Al-Furqon (QS. Al-Furqon: 1), AtTanzil (QS> As-Syuara: 192), Adz-Dzikir (Surat Al-Hijr: 1-9). Kandungan Al-Quran, antara lain adalah: 1. Pokok-pokok keimanan (tauhid) kepada Allah, keimanan kepada malaikat, rasul-rasul, kitab-kitab, hari akhir, qodli-qodor, dan sebagainya.

2. Prinsip-prinsip syariah sebagai dasar pijakan manusia dalam hidup agar tidak salah jalan dan tetap dalam koridor yang benar bagaiman amenjalin hubungan kepada Allah (hablun minallah, ibadah) dan (hablun minannas, muamalah). 3. Janji atau kabar gembira kepada yang berbuat baik (basyir) dan ancaman siksa bagi yang berbuat dosa (nadzir). 4. Kisah-kisa sejarah, seperti kisah para nabi, para kaum masyarakat terdahulu, baik yang berbuat benar maupun yang durhaka kepada Tuhan. 5. Dasar-dasar dan isyarat-isyarat ilmu pengetahuan: astronomi, fisika, kimia, ilmu hukum, ilmu bumi, ekonomi, pertanian, kesehatan, teknologi, sastra, budaya, sosiologi, psikologi, dan sebagainya. Keutamaan Al-Quran ditegaskan dalam Sabda Rasullullah, antara lain: 1. Sebaik-baik orang di antara kamu, ialah orang yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya 2. Umatku yang paling mulia adalah Huffaz (penghafal) Al-Quran (HR. Turmuzi) 3. Orang-orang yang mahir dengan Al-Quran adalah beserta malaikat-malaikat yang suci dan mulia, sedangkan orang membaca Al-Quran dan kurang fasih lidahnya berat dan sulit membetulkannya maka baginya dapat dua pahala (HR. Muslim). 4. Sesungguhnya Al-Quran ini adalah hidangan Allah, maka pelajarilah hidangan Allah tersebut dengan kemampuanmu (HR. Bukhari-Muslim). 5. Bacalah Al-Quran sebab di hari Kiamat nanti akan datang Al-Quran sebagai penolong bagai pembacanya (HR. Turmuzi). Al-Quran sebagai Kalamullah. Al-Quran adalah wahyu harfiah dari Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan bahasa Arab dan membacanya adalah ibadah. Sebagai Kalamullah, Al-Quran dalam bentuk aslinya berada dalam indu Al-Kitab (Lauh Mahfuzh) dalam lindungan Tuhan. Lalu diturunkan kepada Nabi dalam bahasa kaumnya (bahasa Arab). Tuhan dalam menyampaikan firman-Nya kepada mansusia dialkukan dengan tiga cara, yaitu: 1. Dengan wahyu (langsung ke dalam hati Nabi) 2. Di belakang tabir (wahyu diserap oleh indera Nabi tanpa melihat pemberi wahyu) 3. Dengan mengutus malaikat (Jibril) yang membacakan wahyu. Fungsi Al-Quran antara lain adalah: 1. Menerangkan dan menjelaskan (QS. 16:89; 44:4-5) 2. Al-Quran kebenaran mutlak (Al-Haq) (QS. 2: 91, 76) 3. Pembenar (membenarkan kitab-kitab sebelumnya) (QS. 2: 41, 91, 97; 3: 3; 5: 48; 6: 92; 10: 37; 35: 31; 46: 1; 12: 30) 4. Sebagai Furqon (pembeda antara haq dan yang bathil, baik dan buruk) 5. Sebagai obat penyakit (jiwa) (QS. 10: 57; 17:82; 41: 44) 6. Sebagai pemberi kabar gembira

7. Sebagai hidayah atau petunjuk (QS. 2:1, 97, 185; 3: 138; 7: 52, 203, dll) 8. Sebagai peringatan 9. Sebagai cahaya petunjuk (QS. 42: 52) 10. Sebagai pedoman hidup (QS. 45: 20) 11. Sebagai pelajaran Al-Quran sebagai Mukjizat Mukjizat memiliki arti melemahkan, mengalahkan, atau membuat tidak kuasa. Al-Quran sebagai mukjizat berarti ia dapat mengalahkan atai melemahkan sehingga tida ada seorangpun yang kuasa melawannya. Mukjizat tersebut dapat berupa keindahan susunan bahasanya dan dari kedalaman isinya.

Dari segi bahasa, Al-Quran, tidak ada seorang pun yang dapat menandinginya. Hal ini membuktikan bahwa Al-Quran bukanlah buatan manusia, melainkan murni wahyu dari Allah SWT. Terhadap orang-orang yang tidak percaya kepada Al-Quran, Tuhan menantang mereka secara bertahap: 1. Menantang mereka untuk menyusun karangan semacam Al-Quran secara keseluruhan 2. Kalau tak bisa, silakan menyusun sepuluh surat saja semacam Al-Quran 3. Kalau tak bisa, silakan menyusun satu surat saja 4. Jika tidak bisa juga, Tuhan menantang manusia unti membuat sesuatu seperti atau lebih kurang sama dengan surat Al-Quran

1.

Bagaimanapun usahanya, manusia tidak akan bisa dan pasti tidak akan mampu untuk menyaingi Al-Quran.

dari segi isi, susunan bahasa, sastra, dan keindahannya, apa yang ada dalam Al-Quran bukan sekadar tanpa makna. Makna-makna yang terkandung dalam Al-Quran begitu luas. Ayat-ayatnya selalu memberikan kemungkinan arti yang tak terbatas, dan selalu terbuka untuk menerima interpretasi baru. Al-Quran telah disesuaikan (sudah pasti disesuaikan) bagi seluruh zaman. Al-Quran berisi petunjuk agama atau syariat, dan mengandung mukjizat, tuntunan hidup di dunia dan hidup sesudah mati, serta beritaberita gaib, seperti berita tentang manusia akan dibangkitkan di hari akhirat. Al-Quran juga mengandung keterangan tentang isyarat-isyarat ilmiah. Seluruh ilmu pengetahuan dan teknologi pada dasarnya berasal dari Al-Quran.

Keutamaan membaca Al-Quran, yaitu membacanya adalah ibadah. Bagi orang yang membaca Al-Quran akan mendapat pahala yang telah dijanjika Allah SWT. Menurut Ali Bin Abi Thalib, membaca Al-Quran dalah 50 kebajikan untuk tiap-tiap hurufnya apabila dibaca waktu melaksanakan sholat, 25 kebajikan apabila di luar sholat (dalam keadaan berwudhu), dan 10 kebajikan apabila tidak berwudhu. Bukan hanya membaca, mendengarkan orang yang membaca Al-Quran pun akan mendapat kan pahala. Selain membaca dan mendengar, belajar dan

mengajarkan membaca Al-Quran pun adalah suatu kebajikan. B. As-Sunnah Sunnah dalam bahasa berarti tradisi, kebiasaan adat-istiadat. Dalam terminologi Islam, sunnah berarti perbuatan, perkataan dan keizinan Nabi Muhammad SAW (afal, aqwal, dan taqrir). Dalam mengukur keotentikan suatu hadits (As-Sunnah), para ahli telah menciptakan suatu ilmu yang dikenal dengan musthalah hadits. Untuk menguji validitas dan kebenaran suatu hadits, para muhadditsin menyeleksinya dengan memperhatikan jumlah dan kualitas jaringan periwayat hadits tersebut yang dengan sanaad. Macam-macam As-Sunnah:

ditinjau dari bentuknya 1. Fili (perbuatan Nabi) 2. Qauli (perkataan Nabi) 3. Taqriri (persetujuan atau izin Nabi)

1.

ditinjau dari segi jumlah orang-orang yang menyampaikannya

1. 1. Mutawir, yaitu yang diriwayatkan oleh orang banyak 2. Masyhur, diriwayatkan oleh banyak orang, tetapi tidak sampai (jumlahnya) kepada derajat mutawir 3. Ahad, yang diriwayatkan oleh satu orang.

Ditinjau dari kualitasnya

1. 1. Shahih, yaitu hadits yang sehat, benar, dan sah 2. Hasan, yaitu hadits yang baik, memenuhi syarat shahih, tetapi dari segi hafalan pembawaannya yang kurang baik. 3. Dhaif, yaitu hadits yang lemah 4. Maudhu, yaitu hadits yang palsu.

Ditinjau dari segi diterima atau tidaknya

1. 1. Maqbul, yang diterima. 2. Mardud, yang ditolak. Kedudukan As-Sunnah: 1. Sunnah adalah sumber hukum Islam kedua setelah Al-Quran

2. Orang yang menyalahi Sunnah akan mendapat siksa (QS. Al-Mujadilah, 58: 5) 3. Menjadikan Sunnah sebagai sumber hukum adalah tanda orang yang beriman (QS. AnNisa, 4: 65) Perbedaan Al-Quran dengan As-Sunnah:

Segala yang ditetapkan Al-Quran adalah absolut nilainya. Sedangkan yang ditetapkan As-Sunnah tidak semuanya bernilai absolut. Ada yang bersigat absolut, ada yang bersifat nisbi zhanni Penerimaan seorang muslim terhadap Al-Quran adalah dengan keyakinan. Sedangakan terhadap As-Sunnah, sebagian besar hanyalah zhanny (dugaan-dugaan yang kuat).

SUMBER-SUMBER AJARAN ISLAM A. AL- QURAN a. Pengertian Al-quran Al-quran adalah kitab suci yang isinya mengandung firman Allah, turunnya secara bertahap melalui malaikat Jibril, pembawanya Nabi Muhammad Saw, susunannya dimulai dari surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas, bagi yang membacanya bernilai ibadah, fungsinya antara lain menjadi hujjah atau bukti yang kuat atas kerasulan Nabi Muhammad Saw, keberadaannya hingga kini masih tetap terpelihara dengan baik, dan pemsyarakatannya dilakukan secara berantai dari satu generasi ke generasi lain dengan tuilsan maupun lisan. b. Kandungan Al-Quran Mengandung masalah tauhid Mengandung masalah ibadah Mengandung masalah janji dan ancaman Mengandung petunjuk jalan hidup keselamatan dan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat Mengandung cerita atau riwayat kehidupan untuk manusia masa lampau. c. Mukjizat Al-quran Kemukjizatan Al-quran secara umum meliputi aspek-aspek sebagai berikut: Aspek bahasa Al-quran Aspek sejarah Isyarat tentang ilmu pengetahuan Konsistensi ajaran selama proses penurunan yang panjang Keberadaan Nabi Muhammad yang Ummi.

B. HADITS a. Pengertian Hadits Kumpulan-kumpulan tindakan dan ucapan-ucapan Nabi, yaitu yang biasanya dinamakan Hadits arti kata itu adalah kata-kata tetapi yang dimaksudkan ialah ucapan-ucapan dan tindakan. b. Unsur-unsur hadits

Sanad adalah jalur atau jalan periwayatan hadits dari beberapa rangkaian orang yang terlihat dalam periwayatan hadits tersebut Matan adalah isi dari hadits atau reaksi dari hadits, di dalamnya inti hadits atau kontennya Rawi adalah mempelajari banyak hadits, mengetahui banyak hadits, menuliskannya, mengklasifikasikan dan melakukan penelitian serta menyebarkannya. c. Istilah-istilah dalam hadits Sanad: Jalan menuju lafadh hadits. Misalnya, A meriwayatkan hadits dari B, ia meriwayatkan hadits dari C, ia meriwayatkan hadits dari Nabi shallallahu alaihi wasallam. Jalan lain: Sanad lain. Hadits: Perbuatan, perkataan, keputusan, dan pengakuan Nabi shallallahu alaihi wasallam. Sunnah: Hadits. Atsar: Ada ulama berkata, Atsar identik dengan hadits, sebagaimana hadits marfu dan mauquf dikatakan atsar. Hadits Qudsi: Apa-apa yang disandarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam kepada Allah selain Al-Quran. Hadits Shahih: Hadits yang memiliki sifat-sifat yang membuat hadits itu diterima. Sifat-sifat hadits yang diterima: o Sanadnya harus muttasil (bersambung), artinya tiap-tiap perawi betul-betul mendengar dari gurunya. Guru benar-benar mendengar dari gurunya, dan gurunya benar-benar mendengar dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. o Perawi harus adil. Artinya, perawi tersebut tidak menjalankan kefasikan, dosa-dosa, perbuatan dan perkataan yang hina. o Betul-betul hafal. o Tidak bertentangan dengan perawi yang lebih baik dan lebih dapat dipercaya. o Tidak berillat, yakni tidak memiliki sifat yang membuat haditsnya tidak diterima. Hasan: Hadits yang sanadnya bersambung perawi adil, yang hafalannya kurang sedikit dibanding dengan perawi-perawi hadits shahih. Tidak bertentangan dengan perawi-perawi yang lebih dapat dipercaya, dan tidak memiliki cacat yang membuat hadits tersebut tidak diterima. Hukum hadits hasan: seperti hadits shahih, dapat dibuat pedoman dan dijalankan, namun bila diantara hadits shahih dan hadits hasan bertentangan, maka didahulukan adalah hadits shahih. Hadits Dhaif: Hadits yang tidak memiliki sifat-sifat hadits-hadits shahih dan sifat-sifat hadits hasan. Hukum hadits dhaif: Tidak boleh dijadikan pedoman dalam masalah akidah dan hukum-hukum agama. Boleh dijalankan dalam masalah-masalah yang dianggap baik, anjuran, peringatan dengan syarat-syarat tertentu. Hadits Marfu: Perkataan, perbuatan, pemutusan, atau pengakuan Nabi shallallahu alaihi wasallam, baik sanadnya bersambung atau tidak. Contoh hadits marfu: hadits muttasil, musnad, mursal, dll. Hukum hadits marfu: kadang-kadang shahih, hasan, dan dhaif. Musnad: hadits yang sanadnya bersambung dari perawi ke perawi sampai pada Nabi shallallahu alaihi wasallam. Oleh karena itu, hadits maqthu, munqathi, hadits yang ditaliq dan mursal tidak termasuk hadits musnad. Hukum hadits musnad: Kadang-kadang shahih, hasan, dhaif. Muttasil (mausul): Hadits yang sanadnya bersambung dari perawi mendengar dari perawi sampai pada

Nabi atau hanya sahabat-sahabat saja. Hadits mauquf dan munqathi kadang-kadang termasuk hadits muttasil. Mauquf: Perkataan atau perbuatan sahabat, sanadnya bersambung atau tidak. Contoh: hadits munqathi. Hadits marfu dan mursal tidak termasuk hadits mauquf. Munqathi: Hadits yang salah satu dari perawi tidak disebut, dengan syarat perawi yang tidak disebut itu bukan sahabat. Contoh: hadits marfu, mursal, dan mauquf. Hadits munqathi termasuk hadits dhaif. Mursal: Apabila ada tabiin berkata, Nabi bersabda.tanpa menyebutkan perawi dari sahabat, maka hadits tersebut termsuk mursal. Contoh: hadits munqathi dan hadits mudlal. Hukumnya sama seperti hadits dhaif. Muallaq (hadits-hadits yang ditaliq): Hadits yang permulaan sanadnya tidak tersebut. Contoh: setiap hadits yang sanadnya tidak bersambung. Gharib: Hadits yang diriwayatkan oleh satu perawi dan perawi lain tidak meriwayatkan hadits tersebut. Hukumnya kadang-kadang shahih, hasan namun kebanyakan hukumnya dhaif. Masyhur: Hadits yang diriwayatkan oleh tiga perawi keatas, walaupun dalam satu tingkat perawi (perawinya sama-sama sahabat). Hukumya shahih, hasan atau dhaif. Mutawattir: Hadits yang diriwayatkan oleh perawi banyak dari perawi banyak. Mubham: Hadits yang dalam sanadnya atau matannya ada orang yang tidak disebut. Hukumnya, jika perawinya yang tidak diketahui, hukumnya dhaif. Syadz: Hadits yang diriwayatkan oelh orang yang dapat dipercaya, matan atau sanadnya bertentangan dengan hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang lebih dipercaya. Lawan syadz adalah mahfud (yang terjaga). Hukumnya dhaif dan ditolak. Mudraj: Idraj (sisipan) ada dua; 1. Lafadh hadits yang disisipi, 2. Sanad hadits yang disisipi. Lafadh hadits yang disisipi: sebagian perawi menambah hadits Nabi shallallahu alaihi wasallam tanpa diberi tahu atau diberi tanda. Hukumnya shahih, atau dhaif. Maqlub: Menangani sesuatu dengan yang lain dalam hadits, adakalanya kalimat hadits dibalik, dll. Hukumnya harus dikembalikan pada asalnya. Mudhtarib: Hadits yang diriwayatkan oleh perawi, kemudian ditempat lain dia meriwayatkan hadits tersebut dengan arti yang berbeda. Hukumnya dhaif. Malul: Hadits kalau dilihat dhahirnya baik, namun setelah diteliti oleh ahli hadits, ternyata ada hal yang membuat hadits tersebut tidak bisa dikatakan shahih. Hukumnya dhaif. Matruk: Hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang sudah disepakati oleh para ulama bahwa dia dhaif. Adakalanya dia bohong, keliru, atau fasik. Hukumnya tidak dianggap, juga tidak boleh dibuat pedoman atau dibuat syahid. Maudlu: Hadits buatan perawi, lalu disandarkan kepada rasul, sahabat, atau tabiin. Hukumnya tidak boleh diriwayatkan atau diajarkan kecuali ada tujuan agar orang yang mendengar atau yang membacanya berhati-hati. Munkar: Seperti hadits syadz, hadits munkar tidak boleh diterima, apabila perawinya bertentangan dengan perawi-perawi yang dapat dipercaya. Syahid: Arti hadits yang cocok dengan arti hadits lain, hanya saja sahabat yang meriwayatkannya berlainan. La basa bihi: Perawi tidak memiliki cacat. Ibnu Muin berkata, perawi tersebut dapat dipercaya. Shaduuq: Ibnu Abi Hatim berkata, Ia dapat dipercaya.

Sahabat: Orang yang bertemu kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam dan beriman kepadanya sampai mati. Tabiin: Orang yang bertemu dengan sahabat dan mati dalam keadaan muslim. C. IJTIHAD a. Pengertian ijtihad Ijtihad menurut bahasa adalah berasal dari kata jahada yang artinya: mencurahkan segala kemampuan, atau menanggung beban kesulitan. Jadi arti ijtihad menurut bahasa adalah mencurahkan semua kemampuan dalam segala perbuatan. b. Syarat-syarat ijtihad Hendaknya seseorang mempunyai pengetahuan bahasa Arab, dari segi sintaksis dan filologinya Hendaknya seseorang mempunyai pengetahuan tentang Al-quran Hendaknya seseorang mempunyai pengetahuan Al-Sunnah Hendaknya ia mengerti segi-segi qiyas c. Jenis-jenis ijtihad Al-Mujtahidun fis syari, yaitu mujtahid mutlak. Mujtahid Muntasib Mujtahid dalam Madzhab. Mujtahidun dan Murjihun Tingkatan muhafidhin Diposkan oleh AwALia.EDSA di 02:07

Sumber sumber Ajaran Islam


By abdullah Agama Islam memiliki aturanaturan sebagai tuntunan hidup kita baik dalam berhubungan sosial dengan manusia (hablu minannas) dan hubungan dengan sang khaliq Allah SWT (hablu minawallah) dan tuntunan itu kita kenal dengan hukum islam atau syariat islam atau hukum Allah SWT. Sebelum kita lebih jauh membahas mengenai sumber-sumber syariat islam, terlebih dahulu kita harus mengetahui definisi dari hukum dan hukum islam atau syariat islam. Hukum artinya menetapkan sesuatu atas sesuatu atau meniadakannya. Menurut ulama usul fikih, hukum adalah tuntunan Allah SWT (Alquran dan hadist) yang berkaitan dengan perbuatan mukallaf (orang yang sudah balig dan berakal sehat), baik berupa tuntutan, pemilihan, atau menjadikan sesuatu sebagai syarat, penghalang, sah, batal, rukhsah( kemudahan ) atau azimah. Sedangkan menurut ulama fikih, hukum adalah akibat yang ditimbulkan oleh syariat (Alquran dan hadist) berupa al-wujub, al-almandub, al-hurmah, al- karahah, dan al-ibahah. Perbuatan yang dituntut tersebut disebut wajib, sunah (mandub), haram, makruh, dan mubah. Ulama usul fikih membagi hukum islam menjadi dua bagian, yaitu hukum taklifiy dan hukum wadhiy dan penjelasannya sebagai berikut :

1. Hukum Taklifiy Adalah tuntunan Allah yang berkaitan dengan perintah untuk melakukan suatu perbuatan atau meninggalkannya. Hukum taklifiy dibagi menjadi lima macam, yaitu a. Al-ijab, yaitu tuntutan secara pasti dari syariat untuk dilaksanakan dan dilarang ditinggalkan, karena orang yang meninggalkannya dikenai hukuman b. An-nadh, yaitu tuntutan dari syariat untuk melaksanakan suatu perbuatan, tetapi tuntutan itu tidak secara pasti. Jika tuntutan itu dikerjakan maka pelakunya mendapatkan pahala, tetapi jika tidak dikerjakan tidak hukuman (dosa) c. Al-ibahah, yaitu firman Allah yang mengandung pilihan untuk melakukan suatu perbuatan atau meninggalkannya d. Al-karahah, yaitu tuntutan untuk meninggalkan suatu perbuatan, tetapi tuntutan itu diungkapkan melalui untaian kata yang tidak pasti sehingga kalau dikerjakan pelakunya tidak dikenai hukuman e. Al-tahrim, yaitu tuntutan untuk tidak mengerjakan suatu perbuatan dengan tuntutan yang pasti sehingga tuntutan untuk meninggalkan perbuatan itu wajib, dan jika dikerjakan pelakunya mendapatkan hukuman (berdosa). Menurut ulama fikih pebuatan mukallaf itu jika ditinjau dari syariat islam dibagi menjadi lima macam, yaitu : a. Fardu (wajib), yaitu perbuatan yang apabila dikerjakan pelakunya mendapatkan pahala, tetapi apabila ditinggalkan pelakunya mendapatkan hukuman (berdosa) perbuatan wajib ditinjau dari segi orang melakukannya dibagi menjadi dua, yaitu: Fardu ain, yaitu perbuatan wajib yang harus dikerjakan oleh setiap mukallaf, seperti shalat lima waktu Fardu kifayah, yaitu perbuatan wajib yang harus dikerjakan oleh salah seorang anggota masyarakat, dan jika telah dikerjakan oleh salah seorang anggota masyarakat, maka gugur kewajiban anggota masyarakat lainnya, seperti memandikan, mengafani, menshalatkan, dan menguburkan jenazah muslim b. sunnah (mandub), yaitu perbuatan yang apabila dikerjakan pelakunya mendapatkan pahala, tetapi apabila ditinggalkan pelakunya tidak mendapatkan hukuman (dosa)

perbuatan sunnah dibagi menjadi dua, yaitu: Sunnah ain, yaitu perbuatan sunnah yang dianjurkan untuk dikerjakan oleh setiap individu, seperti shalat sunnah rawatib Sunnah kifayah, yaitu perbuatan sunnah yang dianjurkan dikerjakan oleh salah seorang atau beberapa orang dari golongan masyarakat, seperti memberi salam, mendoakan muslim atau muslimat c. Haram, yaitu perbuatan yang apabila dikerjakan pelakunya berdosa dan akan dihukum, tetapi apabila ditinggalkan pelakunya mendapatkan pahala, seperti: bezina, mencuri, membunuh d. Makruh, yaitu perbuatan yang apabila dikerjakan pelakunya tidak berdosa, tetapi apabila ditinggalkan pelakunya mendapat pahala, seperti: meninggalkan shalat Dhuha e. Mubah, yaitu perbuatan yang boleh dikerjakan dan boleh ditinggalkan, seperti: memilih warna pakaian penutup auratnya. 1. Hukum Waiy Adalah perintah Allah SWT, yang mengandung pengertian, bahwa terjadinya sesuatu merupakan sebab, syarat atau penghalang bagi adanya sesuatu (hukum). Ulama usul fikih berpendapat bahwa hukum waidiy itu terdiri dari tiga macam, yaitu: a. Sebab, yaitu sifat yang nyata dan dapat diukur yang dijelaskan dalam nas (Alquran dan hadist), bahwa keberadaannya menjadi sebab tidak adanya hukum. Seperti: tergelincirnya matahari menjadi sebab wajibnya shalat zhuhur, jika matahari belum tergelincir maka shalat zhuhur belum wajib dilakukan b. Syarat, yaitu sesuatu yang berada diluar hukum syara, tetapi keberadaan hukum syara tergantung padanya, jika syarat tidak ada maka hukum pun tidak ada. Seperti: genap satu tahun (haul) adalah syarat wajibnya harta perniagaan, jika tidak haul maka tidak wajib zakat perniagaan c. Penghalang (mani), yaitu sesuatu yang keberadaannya menyebabkan tidak adanya hukum atau tidak adanya sebab hukum. Seperti: najis yang ada di badan atau pakaian orang yang sedang melaksanakan

shalat menyebabkan shalatnya tidak sah atau menghalangi sahnya shalat. Melalui penjelasan singkat mengenai pengertian hukum islam atau syariat islam tadi barulah kita mengerti pengertian hukum islam. Yang dimaksud sebagai sumber hukum islam adalah segala sesuatu yang melahirkan atau menimbulkan aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat mengikat yang apabila dilanggar akan menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata (Sudarsono, 1992:1). Dengan demikian sumber hukum islam ialah segala sesuatu yang dijadikan dasar, acuan, atau pedoman syariat islam. Pada umumnya para ulama fikih sependapat bahwa sumber utama hukum islam adalah Alquran dan hadist. Dalam sabdanya Rasulullah SAW bersabda, Aku tinggalkan bagi kalian dua hal yang karenanya kalian tidak akan tersesat selamanya, selama kalian berpegang pada keduanya, yaitu Kitab Allah dan sunnahku. Dan disamping itu pula para ulama fikih menjadikan ijtihad sebagai salah satu dasar hukum islam, setelah Alquran dan hadist. Seluruh hukum produk manusia adalah bersifat subjektif, hal ini karena keterbatasan manusia dalam ilmu pengetahuan yang diberikan Allah SWT mengenai kehidupan dunia dan kecenderungan untuk menyimpang, serta menguntungkan penguasa pada saat pembuatan hukum tersebut, sedangkan hukum Allah SWT adalah peraturan yang lengkap dan sempurna serta sejalan dengan fitrah manusia. Sumber ajaran islam dirumuskan dengan jelas oleh Rasulullah SAW, yakni terdiri dari tiga sumber, yaitu kitabullah (Alquran), as- sunnah (hadist), dan rayu atau akal pikiran manusia yang memenuhi syarat untuk berijtihad. Ketiga sumber ajaran ini merupakan satu rangkaian kesatuan dengan urutan yang tidak boleh dibalik. Sumber-sumber ajaran islam ini dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu sumber ajaran islam yang primer (Alquran dan hadist) dan sumber ajaran islam sekunder (ijtihad). Pembahasan mengenai karakteristik masing-masing sumber ajaran islam tersebut adalah sebagai berikut:

1. Sumber-Sumber Ajaran Islam Primer 1.1. Alquran


Secara etimologi Alquran berasal dari kata qaraa, yaqrau, qiraaatan, atau quranan yang berarti mengumpulkan (al-jamu) dan menghimpun (al-dlammu). Sedangkan secara terminologi (syariat), Alquran adalah Kalam Allah taala yang diturunkan kepada Rasul dan penutup para Nabi-Nya, Muhammad shallallaahu alaihi wasallam, diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas. Dan menurut para ulama klasik, Alquran adalah Kalamulllah yang diturunkan pada rasulullah dengan bahasa arab, merupakan mukjizat dan diriwayatkan secara mutawatir serta membacanya adalah ibadah Pokok-pokok kandungan dalam Alquran antara lain:

Tauhid, yaitu kepercayaan ke-esaann Allah SWT dan semua kepercayaan yang berhubungan dengan-Nya Ibadah, yaitu semua bentuk perbuatan sebagai manifestasi dari kepercayaan ajaran tauhid Janji dan ancaman, yaitu janji pahala bagi orang yang percaya dan mau mengamalkan isi Alquran dan ancaman siksa bagi orang yang mengingkari Kisah umat terdahulu, seperti para Nabi dan Rasul dalam menyiaran syariat Allah SWT maupun kisah orang-orang saleh ataupun kisah orang yang mengingkari kebenaran Alquran agar dapat dijadikan pembelajaran. Al-Quran mengandung tiga komponen dasar hukum, sebagai berikut:
Hukum Itiqadiah, yakni hukum yang mengatur hubungan rohaniah manusia

dengan Allah SWT dan hal-hal yang berkaitan dengan akidah/keimanan. Hukum ini tercermin dalam Rukun Iman. Ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu Tauhid, Ilmu Ushuluddin, atau Ilmu Kalam.
Hukum Amaliah, yakni hukum yang mengatur secara lahiriah hubungan manusia

dengan Allah SWT, antara manusia dengan sesama manusia, serta manusia dengan lingkungan sekitar. Hukum amaliah ini tercermin dalam Rukun Islam dan disebut hukum syara/syariat. Adapun ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu Fikih.
Hukum Khuluqiah, yakni hukum yang berkaitan dengan perilaku normal manusia

dalam kehidupan, baik sebagai makhluk individual atau makhluk sosial. Hukum ini tercermin dalam konsep Ihsan. Adapun ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu Akhlaq atau Tasawuf. Sedangkan khusus hukum syara dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni:
Hukum ibadah, yaitu hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT,

misalnya salat, puasa, zakat, dan haji

Hukum muamalat, yaitu hukum yang mengatur manusia dengan sesama manusia

dan alam sekitarnya. Termasuk ke dalam hukum muamalat adalah sebagai berikut:
Hukum munakahat (pernikahan). Hukum faraid (waris). Hukum jinayat (pidana). Hukum hudud (hukuman). Hukum jual-beli dan perjanjian. Hukum tata Negara/kepemerintahan Hukum makanan dan penyembelihan. Hukum aqdiyah (pengadilan). Hukum jihad (peperangan). Hukum dauliyah (antarbangsa).

1.2. Hadist
Sunnah menurut syari adalah segala sesuatu yang berasal dari Rasulullah SAW baik perbuatan, perkataan, dan penetapan pengakuan. Sunnah berfungsi sebagai penjelas ayat-ayat Alquran yang kurang jelas atau sebagai penentu hukum yang tidak terdapat dalam Alquran. Sunnah dibagi menjadi empat macam, yaitu: Sunnah qauliyah, yaitu semua perkataan Rasulullah Sunnah filiyah, yaitu semua perbuatan Rasulullah Sunnah taqririyah, yaitu penetapan dan pengakuan Rasulullah terhadap pernyataan ataupun perbuatan orang lain Sunnah hammiyah, yaitu sesuatu yang telah direncanakan akan dikerjakan tapi tidak sampai dikerjakan

2. Sumber-Sumber Ajaran Islam Sekunder

2.1. Ijtihad
Ijtihad berasal dari kata ijtihada yang berarti mencurahkan tenaga dan pikiran atau bekerja semaksimal mungkin. Sedangkan ijtihad sendiri berarti mencurahkan segala kemampuan berfikir untuk mengeluarkan hukum syari dari dalil-dalil syara, yaitu Alquran dan hadist. Hasil dari ijtihad merupakan sumber hukum ketiga setelah Alquran dan hadist. Ijtihad dapat dilakukan apabila ada suatu masalah yang hukumnya tidak terdapat di dalam Alquran maupun hadist, maka dapat dilakukan ijtihad dengan menggunakan akal pikiran dengan tetap mengacu pada Alquran dan hadist. Macam-macam ijtidah yang dikenal dalam syariat islam, yaitu Ijma, yaitu menurut bahasa artinya sepakat, setuju, atau sependapat. Sedangkan menurut istilah adalah kebulatan pendapat ahli ijtihad umat Nabi Muhammad SAW sesudah beliau wafat pada suatu masa, tentang hukum suatu perkara dengan cara musyawarah. Hasil dari Ijma adalah fatwa, yaitu keputusan bersama para ulama dan ahli agama yang berwenang untuk diikuti seluruh umat. Qiyas, yaitu berarti mengukur sesuatu dengan yang lain dan menyamakannya. Dengan kata lain Qiyas dapat diartikan pula sebagai suatu upaya untuk membandingkan suatu perkara dengan perkara lain yang mempunyai pokok masalah atau sebab akibat yang sama. Contohnya adalah pada surat Al isra ayat 23 dikatakan bahwa perkataan ah, cis, atau hus kepada orang tua tidak diperbolehkan karena dianggap meremehkan atau menghina, apalagi sampai memukul karena sama-sama menyakiti hati orang tua. Istihsan, yaitu suatu proses perpindahan dari suatu Qiyas kepada Qiyas lainnya yang lebih kuat atau mengganti argumen dengan fakta yang dapat diterima untuk mencegah kemudharatan atau dapat diartikan pula menetapkan hukum suatu perkara yang menurut logika dapat dibenarkan. Contohnya, menurut aturan syarak, kita dilarang mengadakan jual beli yang barangnya belum ada saat terjadi akad. Akan tetapi menurut Istihsan, syarak memberikan rukhsah (kemudahan atau keringanan) bahwa jual beli diperbolehkan dengan system pembayaran di awal, sedangkan barangnya dikirim kemudian. Mushalat Murshalah, yaitu menurut bahasa berarti kesejahteraan umum. Adapun menurut istilah adalah perkara-perkara yang perlu dilakukan demi kemaslahatan manusia. Contohnya, dalam Al Quran maupun Hadist tidak terdapat dalil yang

memerintahkan untuk membukukan ayat-ayat Al Quran. Akan tetapi, hal ini dilakukan oleh umat Islam demi kemaslahatan umat. Sududz Dzariah, yaitu menurut bahasa berarti menutup jalan, sedangkan menurut istilah adalah tindakan memutuskan suatu yang mubah menjadi makruh atau haram demi kepentingan umat. Contohnya adalah adanya larangan meminum minuman keras walaupun hanya seteguk, padahal minum seteguk tidak memabukan. Larangan seperti ini untuk menjaga agar jangan sampai orang tersebut minum banyak hingga mabuk bahkan menjadi kebiasaan. Istishab, yaitu melanjutkan berlakunya hukum yang telah ada dan telah ditetapkan di masa lalu hingga ada dalil yang mengubah kedudukan hukum tersebut. Contohnya, seseorang yang ragu-ragu apakah ia sudah berwudhu atau belum. Di saat seperti ini, ia harus berpegang atau yakin kepada keadaan sebelum berwudhu sehingga ia harus berwudhu kembali karena shalat tidak sah bila tidak berwudhu. Urf, yaitu berupa perbuatan yang dilakukan terus-menerus (adat), baik berupa perkataan maupun perbuatan. Contohnya adalah dalam hal jual beli. Si pembeli menyerahkan uang sebagai pembayaran atas barang yang telah diambilnya tanpa mengadakan ijab kabul karena harga telah dimaklumi bersama antara penjual dan pembeli. Referensi : 1. Ijtihad, www.wikipedia.com. 26 September 2008 2. http\\www.hikmatun.wordpress.com\pengertian al-quran 3. Alquran dan Terjemahannya, 1971: Saudi Arabia 4. M.Quraish Shihab, Membumikan Alquran 5. Syuhudi Ismail, Ilmu Hadist

Al-Qur'an

Al-Qur'an sebagai kitab suci umat Islam adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia hingga akhir zaman (Saba' QS 34:28). Sebagai sumber Ajaran Islam juga disebut sumber pertama atau Asas Pertama Syara'. Al-Quran merupakan kitab suci terakhir yang turun dari serangkaian kitab suci lainnya yang pernah diturunkan ke dunia Dalam upaya memahami isi Al Quran dari waktu ke waktu telah berkembang tafsiran tentang isiisi Al-Qur'an namun tidak ada yang saling bertentangan.
[sunting] Al Hadist

1.hadits hasan 2.hadits shaheh 3.hadits dhaif


[sunting] Ijtihad

Ijtihad adalah sebuah usaha untuk menetapkan hukum Islam berdasarkan Al'qur'an dan Hadist. Ijtihad dilakukan setelah Nabi Muhammad telah wafat sehingga tidak bisa langsung menanyakan pada beliau tentang suatu hukum namun hal-hal ibadah tidak bisa diijtihadkan. Beberapa macam ijtihad antara lain:

Ijma', kesepakatan para-para ulama. Qiyas, diumpamakan dengan suatu hal yang mirip dan sudah jelas hukumnya Maslahah Mursalah, untuk kemaslahatan umat 'Urf, kebiasaan

You might also like