You are on page 1of 139

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

1


BAB I
MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA


A. Proses Masuknya Agama Islam Ke Indonesia
Masuknya agama Islam ke Indonesia, hingga sekarang tidak diketahui
waktunya yang pasti. Para ahli sejarah mengemukakan dua pendapat yang
akhirnya dapat diterima sebagian masyarakat tentang waktu masuknya Islam
di Indonesia.
Pendapat yang pertama menyebutkan bahwa kedatangan Agama Islam
pertama kali di Indonesia terjadi pada abad pertama hijriyah atau sekitar abad
Ke -7 M. Pendapat ini didukung oleh beberapa bukti, antara lain :
1. Catatan Sejarah Kerajaan Cina
Pada jaman Dinasti Tang terdapat rencana-rencana orang Ta-Shih untuk
menyerang Kerajaan Holing yang diperintahkan oleh Ratu Sima (674 M).
Namun rencana tersebut kemudian dibatalkan karena kuatnya
pemerintahan Ratu Sima. Ta-Shih dalam berita China itu ditafsirkan
sebagai orang-orang Arab.
2. Berita Chou Ku Fei (1178 M)
Berdasarkan catatan sejarah ini bahwa di daerah Indonesia saat itu
terdapat dua tempat yang menjadi komunitas orang Ta-Shih yaitu Fo-lo-an
dan Sumatra Selatan. Wilayah ini merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan
Sriwijaya, sedangkan Fo-lo-an sekarang lebih dikenal dengan Kuala Brag,
Trengganu, Malaysia.
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

2


3. Berita Jepang (784)
Sumber berita Jepang menyebutkan bahwa ketika pendeta Kanshin
ke Indonesia, di Kanton terdapat kapal-kapal Po-se dan Ta-Shih Kuo.
Menurut para ahli, istilah Po-se ditafsirkan sebagai bangsa Melayu,
Sedangkan Ta-Shih ditafsirkan sebagai orang-orang Arab dan Persia.
Sementara itu, pendapat kedua menyebutkan bahwa Agama Islam
masuk ke Indonesia pada Abad ke-13 M. Pendapat ini didasarkan pada
munculnya Kerajaan Samudera Pasai yang bercorak Islam, pada abad
ke13 M. Pendapat ini sangat kuat dengan dibuktikan sebagai berikut.
1. Catatan Perjalanan Marco Polo (1292 M)
Marco Polo merupakan pelaut asal Italia.
Berdasarkan catatan sejarah, Marco Polo
sempat singgah di Kerajaan Islam Samudera
Pasai dalam pelayarannya kembali ke Eropa
dari China.

2. Berita Ibnu Batutah
Pendapat kedua juga didukung oleh berita Ibnu
Battutah pada Abad ke 13 M. Serta batu Nisan
Sultan Malik As Saleh, yang ditemukan di
Sumatera Utara dan Berangka pada Bulan
Ramadhan 676 Hijriyah (1297 M). Sultan Malik
As-Saleh dikenal sebagai seorang pengajar Tasawuf yang kemudian
menjadi Raja di Kerajaan Samudera Pasai.
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

3


Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia menurut
Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya yang berjudul Menemukan
Sejarah, terdapat 3 teori yaitu teori Gujarat, teori Makkah dan teori Persia.
Ketiga teori tersebut di atas memberikan jawaban tentang permasalah
waktu masuknya Islam ke Indonesia, asal negara dan tentang pelaku
penyebar atau pembawa agama Islam ke Nusantara.
Untuk mengetahui lebih jauh dari teori-teori tersebut, silahkan Anda
simak uraian materi berikut ini :

1. Teori Gujarat
Teori berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada
abad 13 dan
pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar dari teori
ini adalah:
Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam
penyebaran Islam di Indonesia.
Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui
jalur Indonesia Cambay Timur Tengah Eropa.
Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh
tahun 1297 yang bercorak khas Gujarat.

Pendukung teori Gujarat adalah Snouck Hurgronye, WF
Stutterheim dan Bernard H.M. Vlekke. Para ahli yang mendukung
teori Gujarat, lebih memusatkan perrhatiannya pada saat timbulnya
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

4


kekuasaan politik Islam yaitu adanya kerajaan Samudra Pasai. Hal ini
juga bersumber dari keterangan Marcopolo dari Venesia (Italia)
yang pernah singgah di Perlak (Perureula) tahun 1292. Ia
menceritakan bahwa di Perlak sudahbanyak penduduk yang
memeluk Islam dan banyak pedagang Islam dari India yang
menyebarkan ajaran Islam. Demikianlah penjelasan tentang teori
Gujarat. Silahkan Anda simak teori berikutnya.

2. Teori Makkah

Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan
terhadap teori lama yaitu teori Gujarat. Teori Makkah berpendapat
bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan pembawanya
berasal dari Arab (Mesir). Dasar teori ini adalah:
Pada abad ke 7 yaitu tahun 674 di pantai barat Sumatera sudah
terdapat perkampungan Islam (Arab); dengan pertimbangan
bahwa pedagang Arab sudah mendirikan perkampungan di
Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan berita Cina.
Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran mazhab Syafii,
dimana pengaruh mazhab Syafii terbesar pada waktu itu adalah
Mesir dan Mekkah. Sedangkan Gujarat/India adalah penganut
mazhab Hanafi.
Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al malik, yaitu
gelar tersebut berasal dari Mesir.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

5


Pendukung teori Makkah ini adalah Hamka, Van Leur dan T.W.
Arnold. Para ahli yang mendukung teori ini menyatakan bahwa abad
13 sudah berdiri kekuasaan politik Islam, jadi masuknya ke Indonesia
terjadi jauh sebelumnya yaitu abad ke 7 dan yang berperan besar
terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri.
Dari penjelasan di atas, apakah Anda sudah memahami? Kalau
sudah paham simak
teori berikutnya.

3. Teori Persia

Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan
pembawanya berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah
kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam Indonesia
seperti:
Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan
dan Husein cucu Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh
orang Syiah/Islam Iran. Di Sumatra Barat peringatan tersebut
disebut dengan upacara Tabuik/Tabut. Sedangkan di pulau
Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro.
Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan
sufi dari Iran yaitu Al Hallaj .
Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf
Arab untuk tanda-tanda bunyi Harakat .
Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

6


Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik. Leren
adalah nama salah satu Pendukung teori ini yaitu Umar Amir
Husen dan P.A. Hussein Jayadiningrat.

Ketiga teori tersebut, pada dasarnya masing-masing memiliki
kebenaran dan kelemahannya. Maka itu berdasarkan teori tersebut
dapatlah disimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan jalan
damai pada abad ke7 dan mengalami perkembangannya pada
abad 13. Sebagai pemegang peranan dalam penyebaran Islam
adalah bangsa Arab, bangsa Persia dan Gujarat (India).
Ada beberapa faktor pendorong masuk dan menyebarnya
Islam di Indonesia, di antaranya :
a. Berdakwah merupakan kewajiban sebagaimana pesan
Rasulullah SAW, yang artinya Sampaikan dariku walaupun satu
ayat. Hadisini menjadi motivasi bagi setiap muslim bahwa
dakwah merupakan kewajiban dan panggilan jiwa.
b. Masuk Islam memerlukan persyaratan sangat mudah aktivitas ibadah
di dalam agama Islam cukup mudah dan tidak memberatkan, tida
kmembutuhkan biaya besar, sehingga bisa diterima oleh semua
lapisan masyarakat.
c. Ajaran Islam tidak mengenal perbedaan derajat manusia berdasarkan
kasta/gelar. Tinggi rendahnya derajat hanya ditentukan berdasarkan
tingkat ketakwaan terhadap Allah. Selain menunjukkan sikap
demokratis, ini juga menunjukkan adanya persamaan dalam ajaran
Islam.
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

7


d. Pendekatan persuasif dan cara yang simpati sebagai cara
alternatif dalam berdakwah, seperti melalui jalur perdagangan,
kesenian, dan budaya. Penaklukan dengan kekuatan militer
kadangkala dilakukan, tetapi ini tidak cara yang dominan tetapi
kalau memang sudah tidak ada jalan lain.
e. Para ulama selaku pelaku dakwah mampu menampilkan
kepribadian yang luhur. Keutamaan sifat ini mampu menarik
simpati dan kekaguman masyarat, sehingga mereka secara
sukarela masuk agama Islam.
f. Keseluruhan ajaran Islam dipandang sesuai kepribadian bangsa
Indonesia.

Dengan adanya faktor pendorong tersebut, maka para penyebar
Islam memiliki daya tahan untuk senantiasa menyebarkan agama Islam.
Bahkan untuk penyebaran Islam di Indonesia, ternyata mereka relative
mendapatkan kemudahan dalam menyebarkan Islam ke tengah
masyarakatnya.
Selain faktor pendorong penynebaran Islam, faktor lain yang
menjadikan penyebaran Islam begitu mudah ialah :
a. Ajaran yang terkandung dalam Islam sesuai dengan fitrah manusia,
khusunya bangsa Indonesia, yang cenderung mengakui adanya
kebenaran dari Allah Yang Esa, padahal agama yang ada
sebelumnya tidak memastikan keesaan Tuhannya.
b. Islam masuk ke Indonesia didakwahkan secara damai, dalam
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

8


pengertian bahwa Islam tidak dibawa dan membonceng satu
kekuasaan atau kekuatan militer tertentu. Karenanya dampak teologis
yang dikembangkan oleh para pemeluknya senantiasa mengajak dan
menganjurkan kedamaian.
c. Masuknya Islam ke Indonesia melalui pendekatan persuasif. Para dai
cenderung tidak melakukan intimidasi atau pemaksaan kepada
seseorang atau kelompok masyarakat untuk meyakini agama yang
didakwahkannya. budaya setempat, maka dakwah Islam di Indonesia
dikenal dengan pendekatan kultural (cultural approach). Dampaknya,
menghasilkan Islam yang singkritis (kejawen) sebagaimana kasus
Islamisasi di Jawa oleh para wali yang menjadikan wayang sebagai
salah satu medianya.
d. Secara politis ditunjang oleh berdirinya beberapa kesultanan Islam,
yang secara langsung atau tidak langsung sangat berpengaruh
terhadap masyarakat Indonesia yang pada masa itu dikenal sebagai
masyarakat paternalistik.
e. Upacara-upacara dalam Islam sangat sederhana.
f. Islam tidak menentang adat dan tradisi setempat.
g. Dalam penyebarannya dilakukan dengan jalan damai.
h. Runtuhnya kerajaan Majapahit memperlancar penyebaran agama
Islam.



Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

9


Sejumlah faktor di atas, didukung oleh penggunaan media dakwah
yang relatif sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia. Dimana
penggunaan media tersebut, menambah penyebaran Islam semakin
dirasakan persuasive. Dengan adanya faktor pendorong tersebut,
maka para penyebar Islam memiliki daya tahan untuk senantiasa
menyebarkan agama Islam. Bahkan untuk penyebaran Islam di Indonesia,
ternyata mereka relative mendapatkan kemudahan dalam menyebarkan
Islam ke tengah masyarakatnya.

B. Strategi Keberhasilan Penyebaran Islam Ke Indonesia
Stratagi dakwah Islam pada dasarnya sudah ada sejak zaman Nabi
Muhammad SAW, namun bentuk dan cara penyampaiannya berlainan, yakni
disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat sekitar. Dakwah dapat
dilaksanakan dengan berbagi metode, seperti ceramah, diskusi, tanya jawab,
keteladanan, karyawisata, rekayasa sosial, infiltrasi, lisan-haal, social
presessure dan hikmah. Untuk menyampaikan pesan dakwah, seorang juru
dakwah (dai) dapat menggunakan berbagai macam media dakwah, baik itu
media modern (media elektronika) maupun media tradisional (Azis, 2004 : 20).
Media tradisional dalam dakwah menggunakan berbagai macam seni
pertunjukan yang dipentaskan di depan umum terutama sebagai sarana
hiburan yang memiliki sifat komunikatif, seperti seni ketroprak, karawitan,
wayang, seni teater dan sebagainya. Dengan demikian mempermudah bagi
juru dakwah untuk menyampaikan dakwah dan juga agar mudah dipahami oleh
sasaran dakwah (madu), maka sebaiknya dakwah dilakukan dengan
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

10




menggunakan salah satu media yang ada. Hal ini untuk menyesuaikan
keadaan masyarakat yang tidak sama, disatu sisi sudah modern di sisi lain
masih tradisional. Oleh karena itu dalam berdakwah walaupun sudah
menggunakan media modern namun tidak menghilangkan media tradisional
yang masih digunakan dengan baik, sehingga dalam berdakwah penggunaan
media tersebut dapat disesuaikn dengan keadaan masyarakat setempat. Oleh
karena keadaan lingkungan masing-masing masyarakat tidak selalu sama,
maka materinya juga harus bervariasi menyesuaikan keadaan dimana juru
dakwah harus mencari masalah-masalah yang dihadapi dan sekaligus
memikirkan pemecahannya yang nantinya menjadi bahan pembicaraan dalam
berdakwah.
Ada beberapa strategi atau media yang telah digunakan para dai dalam
proses islamisasi di Indonesia, yaitu:
a. Perdagangan.
Kesibukan lalu lintas perdagangan pada abad ke 7 hingga ke 16,
membuat pedagang-pedagang muslim baik dari Arab, Persia maupun India,
turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri bagian barat,
tenggara dan timur benua Asia. Perdagangan ini sangat efektif dijadikan
media, hal ini disebabkan karena semua strata sosial terlibat. Misalnya para
raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan ini, bahkan tidak sedikit dari
para bangsawan dan raja menjadi pemilik kapal dan pemilik saham.


Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

11


b. Perkawinan.
Para pedagang muslim memiliki status sosial yang lebih baik dibanding
kebanyakana pribumi, sehingga amatlah wajar bila penduduk pribumi,
terutama putri-putri bangsawan tertarik untuk menjadi isteri
saudagar-saudagar. Sebelum pernikahan dilangsungkan, mereka
diislamkan terlebih dahulu. Dari perkawinan itu kemudian mereka
mempunyai keturunan dan lingkungan mereka makin bertambah luas.
Akhirnya timbul perkampungan-perkampungan, daerah-daerah dan bahkan
kerajaan-kerajaan muslim.
Dalam perkembangan berikutnya, tidak sedikit wanita muslim dinikahi
oleh keturunan bangsawan, tentu saja setelah yang terakhir ini masuk Islam
lebih dahulu. Media perkawinan ini lebih menguntungkan apabila terjadi
antara saudagar muslim dengan anak bangsawan atau anak-anak raja dan
adipati, karena raja, adipati atau bangsawan itu kemudian turut
mempercepat proses Islamisasi. Misalnya pernikahan antara Raden Rahmat
atau yang lebih dikenal dengan nama Sunan Ampel dengan Nyai Manila,
salah seorang putri raja, Sunan Gunung Djati mempersunting puteri
Kawungaten, Brawijaya dengan puteri Campa yang mempuinya keturunan
Raden Patah (pendiri Kerajaan Demak) dan banyak lagi contoh lain.

c. Saluran Tasawuf.
Pengajar-pengajar tasawuf, atau para sufi mengajarkan teosofi yang
bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat
Indonesia. Mereka mahir dalam soal-soal magis dan mempunyai
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

12


kekuatan-kekuatan menyembuhkan. Dengan tasawuf, bentuk Islam yang
diajarkan kepada penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan alam
pikiran mereka yang sebelumnya menganut agama Hindu, sehingga agama
baru (Islam) itu mudah dimengerti dan diterima. Diantara para sufi yang
memberikan ajaran yang mengandung persamaan dengan alam pikiran
Indonesia pra-Islam itu misalnya, Hamzah Fansuri di Aceh, Syeikh Lemah
Abang, dan Sunan Panggung di Jawa. Ajaran mistik ini masih berkembang
subur di abad ke 19 bahkan di bad ke 20 ini.
d. Pendidikan.
Islamisasi di Nusantara juga
dilakukan melalui pendidikan, baik
pesantren, maupun pondok yang
diselenggarakan oleh guru-guru
agama, kyai-kyai, dan ulama-ulama. Di
pesantren atau pondok itu calon ulama, guru agama dan kyai mendapat
pendidikan agama. Setelah keluar dari pesantren, mereka pulang ke
kampung masing-masing kemudian mereka melakukan dakwah ke
tempat-tempat tertentu mengajarkan Islam. Sebagai salah satu contoh,
misalnya, pesantren yang didirikan oleh Raden Rahmat di Ampel Denta
Surabaya, dan Sunan Giri di Giri. Alumni kedua pesantren ini banyak yang
diundang ke berbagai daerah di wilayah Nusantara untuk berdakwah. Media
pendidikan pesantren yang memang sudah sejak pertama kali akar-akar
Islam tertanam di bumi nusantrara ini, memang sangat efektif dalam
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

13


mensosialisasikan Islam di Indonesia. Hal ini bukan saja karena pesantren
mengajarkan Islam secara sederhana, tetapi juga amat adaptif dengan
budaya paternalistik bangsa Indonesia, bahkan untuk daerah-daerah
tertentu tradisi Islam pesantren sangat kental. Misalnya, untuk wilayah Jawa,
sampai saat ini banyak para ahli menyebut sebagai basis masyarakat santri.

e. Kesenian.
Salah satu sarana yang mereka gunakan sebagai media dakwah para
wali adalah wayang. Dalam hal esensi yang disampaikan dalam
cerita-ceritanya tentunya disisipkan unsur-unsur moral ke-Islaman. Dalam
lakon Bima Suci misalnya, Bima sebagai tokoh sentralnya diceritakan
menyakini adanya Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan Yang Esa itulah yang
menciptakan dunia dan segala isinya. Tak berhenti di situ, dengan
keyakinannya itu Bima mengajarkannya kepada saudaranya, Janaka. Lakon
ini juga berisi ajaran-ajaran tentang menuntut ilmu, bersikap sabar, berlaku
adil, dan bertatakrama dengan sesama manusia.




Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

14


Dalam sejarahnya, para Wali berperan besar dalam pengembangan
pewayangan di
Indonesia. Sunan Kali
Jaga dan Raden Patah
sangat berjasa dalam
mengembangkan
Wayang. Bahkan para
wali di Tanah Jawa
sudah mengatur sedemikian rupa menjadi tiga bagian. Pertama
Wayang Kulit di Jawa Timur, kedua Wayang
Wong atau Wayang Orang di Jawa Tengah, dan
ketiga Wayang Golek di Jawa Barat. Masing
masing sangat bekaitan satu sama lain yaitu
Mana yang Isi (Wayang Wong) dan Mana yang
Kulit (Wayang Kulit) dan mana yang harus dicari
(Wayang Golek).
Disamping menggunakan wayang
sebagai media dakwahnya, para wali
juga melakukan dakwahnya melalui
berbagai bentuk akulturasi budaya
lainnya contohnya melalui penciptaan
tembang-tembang keislaman
berbahasa Jawa, gamelan, dan lakon
islami. Setelah penduduk tertarik, mereka diajak membaca syahadat, diajari
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

15


wudhu, shalat, dan sebagainya.
Sunan Kalijaga adalah salah satu Walisongo yang tekenal dengan
minatnya dalam berdakwah melalui budaya dan kesenian lokal. Ia
menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai
sarana dakwah. Dialah pencipta baju takwa, perayaan sekatenan, grebeg
maulud, layang kalimasada, lakon wayang Petruk Jadi Raja. Lanskap pusat
kota berupa Kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini
sebagai karya Sunan Kalijaga.

f. Politik.
Di berbagai wilayah Nusantara, misalnya, di Maluku dan Sulawesi,
kebanyakan rakyat Indonesia masuk Islam setelah rajanya memeluk Islam
terlebih dahulu. Pengaruh politik raja amat besar pengaruhnya terhadap
penyebaran Islam di beberapa daerah di nusantara.
Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk
kerajaan bukan Islam itu masuk Islam. Beragam strategi atau media tersebut
saling berpadu, saling mengisi, dalam suasana penuh keakraban antara
penyebar Islam dengan yang didakwahi. Sehingga terjadilah suatu proses
akulturasi Islam dengan budaya lokal.

C. Keberhasilan Akulturasi Islam dengan Budaya Lokal

Sebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah memiliki corak
kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha seperti yang
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

16


pernah Saudara pelajari pada modul sebelumnya. Dengan masuknya Islam,
Indonesia kembali mengalami proses akulturasi (proses bercampurnya dua
(lebih) kebudayaan karena percampuran bangsa-bangsa dan saling
mempengaruhi), yang melahirkan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam
Indonesia. Masuknya Islam tersebut tidak berarti kebudayaan Hindu dan Budha
hilang.
Bentuk budaya sebagai hasil dari proses akulturasi tersebut, tidak hanya
bersifat kebendaan/material tetapi juga menyangkut perilaku masyarakat
Indonesia. Untuk lebih memahami wujud budaya yang sudah mengalami
proses akulturasi dapat Saudara simak dalam uraian materi berikut ini.
a. Seni Bangunan
Wujud akulturasi dalam seni bangunan dapat terlihat pada bangunan
masjid, makam, istana. untuk lebih jelasnya silahkan lihat gambar 1 berikut
ini.






Gambar Mesjid di Aceh merupakan saah satu mesjid kuno di Indonesia
Sumber: Dwi Hartini, dalam Modul Mata pelajaran Sejarah.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

17


Masjid Aceh merupakan salah satu masjid kuno di Indonesia. Wujud
akulturasi dari masjid kuno seperti yang tampak pada gambar diatas
memiliki ciri sebagai berikut:
1. Atapnya berbentuk tumpang yaitu atap yang bersusun semakin ke
atas semakin kecil dari tingkatan paling atas berbentuk limas. Jumlah
atapnya ganjil 1, 3 atau 5. Dan biasanya ditambah dengan kemuncak
untuk memberi tekanan akan keruncingannya yang disebut dengan
Mustaka.
2. Tidak dilengkapi dengan menara, seperti lazimnya bangunan masjid
yang ada di luar Indonesia atau yang ada sekarang, tetapi dilengkapi
dengan kentongan atau bedug untuk menyerukan adzan atau
panggilan sholat. Bedug dan kentongan merupakan budaya asli
Indonesia.
3. Letak masjid biasanya dekat dengan istana yaitu sebelah barat
alun-alun atau bahkan didirikan di tempat-tempat keramat yaitu di
atas bukit atau dekat dengan makam.
Mengenai contoh masjid kuno selain seperti yang tampak pada
gambar diatas kamu dapat memperhatikan Masjid Agung Demak, Masjid
Gunung Jati (Cirebon), Masjid Kudus dan sebagainya. Apakah di daerah
Saudara terdapat bangunan masjid kuno ? Kalau ada, silahkan
Saudaramengkaji sendiri ciri--cirinya, apakah sesuai dengan uraian dalam
modul ini?
Selanjutnya silahkan Saudaramenyimak uraian materi seni bangunan
berikutnya. Selain bangunan masjid sebagai wujud akulturasi kebudyaan
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

18


Islam, juga terlihat pada bangunan makam. Untuk itu silahkan Kamu simak
gambar 2 makam Sendang Duwur berikut ini.











Gambar 2. Makam Sendang Duwur (Tuban)
Sumber: Dwi Hartini, dalam Modul Mata pelajaran Sejarah

Ciri-ciri dari wujud akulturasi pada bangunan makam terlihat dari:
1. makam-makam kuno dibangun di atas bukit atau tempat-tempat yang
keramat.
2. makamnya terbuat dari bangunan batu yang disebut dengan Jirat atau
Kijing, nisannya juga terbuat dari batu.
3. di atas jirat biasanya didirikan rumah tersendiri yang disebut dengan
cungkup atau kubba.
4. dilengkapi dengan tembok atau gapura yang menghubungkan antara
makam dengan makam atau kelompok-kelompok makam. Bentuk gapura
tersebut ada yang berbentuk kori agung (beratap dan berpintu) dan ada
yang berbentuk candi bentar (tidak beratap dan tidak berpintu).
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

19


5. Di dekat makam biasanya dibangun masjid, maka disebut masjid makam
dan biasanya makam tersebut adalah makam para wali atau raja.
Contohnya masjid makam Sendang Duwur seperti yang tampak pada
gambar 2 tersebut.

Apakah Saudara sudah memahami ciri-ciri pada bangunan makam
tersebut? Kalau saudara sudah paham, silahkan Saudara simak wujud
akulturasi pada bangunan istana.
Bangunan istana arsitektur yang dibangun pada awal perkembangan
Islam, juga memperlihatkan adanya unsur akulturasi dari segi arsitektur
ataupun ragam hias, maupun dari seni patungnya contohnya istana
Kasultanan Yogyakarta dilengkapi dengan patung penjaga Dwarapala
(Hindu). Demikianlah contoh wujud akulturasi pada seni bangunan untuk
selanjutnya simak contoh wujud akulturasi yang berikutnya.
b. Seni Rupa
Tradisi Islam tidak menggambarkan bentuk manusia atau hewan.
Seni ukir relief yang menghias Masjid, makam Islam berupa suluran
tumbuh-tumbuhan namun terjadi pula Sinkretisme (hasil perpaduan dua
aliran seni logam), agar didapat keserasian, misalnya ragam hias pada
gambar 3 ditengah ragam hias suluran terdapat bentuk kera yang distilir.
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

20




Sumber: Dwi Hartini, dalam Modul Mata pelajaran Sejarah
Gambar 3. Kera yang disamarkan, Relief Manusia

Ukiran ataupun hiasan seperti pada gambar 3, selain ditemukan di
masjid juga ditemukan pada gapura-gapura atau pada pintu dan tiang. Untuk
hiasan pada gapura dapat Saudara simak kembali gambar 2 Setelah
Saudara menyimak gambar 2 tersebut, simak kembali uraian materi tentang
wujud akulturasi berikutnya.

c. Aksara dan Seni Sastra
Tersebarnya agama Islam ke Indonesia maka berpengaruh terhadap
bidang aksara atau tulisan, yaitu masyarakat mulai mengenal tulisan Arab,
bahkan berkembang tulisan Arab Melayu atau biasanya dikenal dengan
istilah Arab gundul yaitu tulisan Arab yang dipakai untuk menuliskan bahasa
Melayu tetapi tidak menggunakan tanda-tanda a, i, u seperti lazimnya tulisan
Arab. Di samping itu juga, huruf Arab berkembang menjadi seni kaligrafi
yang banyak digunakan sebagai motif hiasan ataupun ukiran dan gambar
wayang. Sedangkan dalam seni sastra yang berkembang pada awal periode
Islam adalah seni sastra yang berasal dari perpaduan sastra pengaruh
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

21


Hindu Budha dan sastra Islam yang banyak mendapat pengaruh Persia.








Gambar : Contoh Seni Tulisan Arab / Kalighrafi

Dengan demikian wujud akulturasi dalam seni sastra tersebut terlihat
dari tulisan/aksara yang dipergunakan yaitu menggunakan huruf Arab
Melayu (Arab Gundul) dan isi ceritanya juga ada yang mengambil hasil
sastra yang berkembang pada jaman Hindu. Bentuk seni sastra yang
berkembang adalah:
Hikayat yaitu cerita atau dongeng yang berpangkal dari peristiwa atau
tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk peristiwa atau tokoh sejarah.
Hikayat ditulis dalam bentuk gancaran (karangan bebas atau prosa).
Contoh hikayat yang terkenal yaitu Hikayat 1001 Malam, Hikayat Amir
Hamzah, Hikayat Pandawa Lima (Hindu), Hikayat Sri Rama (Hindu).
Babad adalah kisah rekaan pujangga keraton sering dianggap sebagai
peristiwa sejarah contohnya Babad Tanah Jawi (Jawa Kuno), Babad
Cirebon.
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

22


Suluk adalah kitab yang membentangkan soal-soal tasawwuf contohnya
Suluk Sukarsa, Suluk Wijil, Suluk Malang Sumirang dan sebagainya.
Primbon adalah hasil sastra yang sangat dekat dengan Suluk karena
berbentuk kitab yang berisi ramalan-ramalan, keajaiban dan penentuan
hari baik/buruk.

Bentuk seni sastra tersebut di atas, banyak berkembang di Melayu dan
Pulau Jawa. Dari penjelasan tersebut, apakah kamu telah memahami, kalau
sudah paham silahkan diskusikan dengan teman-teman Anda, untuk
mencari contoh bentuk seni sastra, seperti yang tersebut di atas yang
terdapat di daerah Anda. Selanjutnya simaklah uraian materi wujud
akulturasi berikutnya.

d. Sistem Pemerintahan
Dalam pemerintahan, sebelum Islam masuk Indonesia, sudah
berkembang pemerintahan yang bercorak Hindu ataupun Budha, tetapi
setelah Islam masuk, maka kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu/Budha
mengalami keruntuhannya dan digantikan peranannya oleh
kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam seperti Samudra Pasai, Demak,
Malaka dan sebagainya.
Sistem pemerintahan yang bercorak Islam, rajanya bergelar Sultan
atau Sunan seperti halnya para wali dan apabila rajanya meninggal tidak lagi
dimakamkan dicandi/dicandikan tetapi dimakamkan secara Islam.
Demikianlah penjelasan wujud akulturasi dalam salah satu hal sistem
pemerintahan. Selanjutnya kita pelajari wujud akulturasi berikutnya.
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

23


e. Sistem Kalender
Sebelum budaya Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia
sudah mengenal Kalender Saka (kalender Hindu) yang dimulai tahun 78M.
Dalam kalender Saka ini ditemukan nama-nama pasaran hari seperti legi,
pahing, pon, wage dan kliwon. Apakah sebelumnya Saudarapernah
mengetahui/mengenal hari-hari pasaran? Setelah berkembangnya Islam
Sultan Agung dari Mataram menciptakan kalender Jawa, dengan
menggunakan perhitungan peredaran bulan (komariah) seperti tahun Hijriah
(Islam).
Pada kalender Jawa, Sultan Agung melakukan perubahan pada
nama-nama bulan seperti Muharram diganti dengan Syuro, Ramadhan
diganti dengan Pasa. Sedangkan nama-nama hari tetap menggunakan
hari-hari sesuai dengan bahasa Arab. Dan bahkan hari pasaran pada
kalender saka juga dipergunakan. Kalender Sultan Agung tersebut dimulai
tanggal 1 Syuro 1555 Jawa, atau tepatnya 1 Muharram 1053 H yang
bertepatan tanggal 8 Agustus 1633 M.
Demikianlah uraian materi tentang wujud akulturasi kebudayaan
Indonesia dan kebudayaan Islam, sebenarnya masih banyak contoh wujud
akulturasi yang lain, untuk itu silahkan diskusikan dengan teman-teman
Anda, mencari wujud akulturasi dari berbagai pelaksanaan peringatan
hari-hari besar Islam atau upacara-upacara yang berhubungan dengan
keagamaan.



Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

24


D. Perkembangan Islam di Indonesia

Agama Islam masuk ke Indonesia melalui proses yang sangat panjang.
Berkembangnya ajaran Nabi Besar Muhammad, SAW. Tidak lepas dari
peranan para pedagang, khususnya para pedagang Islam dari Gujarat dan
Persia. Mereka datang ke daerah-daerah di Indonesia untuk berdagang
sekaligus menyebarkan Agama Islam.
Pada perkembangan selanjutnya, para pedagang tersebut kemudian
menyatu dengan masyarakat dan mendirikan kerajaan-kerajaan.
Kerajaan Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia.
Pada saat itu, Pasai menjadi pusat perdagangan yang banyak disinggahi para
pedagang dari berbagai negara. Namun peranan Pasai kemudian menurun
setelah berkembangnya Pelabuhan Malaka disemenanjung Malaya. Pada
abad ke-14 M, Malaka telah tumbuh menjadi pusat perdagangan terbesar di
Asia Tenggara.
Para pedagang dari berbagai negara termasuk para pedagang Islam dari
Gujarat dan Persia menjadikan Malaka sebagai basis untuk juga mengunjungi
daerah-daerah di Indonesia. Demikian pula, para pedagang dari berbagai
daerah di Indonesia seperti para pedagang Jawa juga menjadikan Malaka
sebagai tempat mereka berdagang. Dari interaksi para pedagang Islam dengan
orang Jawa-Islam kemudian berkembang pula di pulau jawa. Perkembanga
Islam di Jawa relatif cepat seiring dengan semakin lemahnya pengaruh
kerajaan Majapahit.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

25


Selain di Jawa, para pedagang juga melakukan usaha dakwah ke pulau
lain di Nusantara. Diantaranya adalah pulau Kalimantan, Sulawesi dan
Kawasan Timur Indonesia.
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang sangat terbuka
dengan budaya dan agama pendatang. Ketika Islam datang, sebagaian besar
masyarakat Indonesia menerima dengan terbuka. Mereka memeluk Islam
tanpa ada paksaan dan penuh dengan kesadaran. Hal itu disebabkan :

1. Syarat untuk masuk agama Islam sangatlah mudah, yakni
mengucapkan kalimat syahadat.
2. Tidak adanya sistem kasta yang menempatkan derajat seseorang pada
kekayaan maupun keturunan. Semua manusia dalam pandangan Islam
adalah sama. Faktor ini menjadi penyebab ketertarikan bangsa
Indonesia untuk memeluk Islam.
3. Penyebaran Islam dilakukan dengan cara damai (tanpa melalui
kekerasan), sehingga masyarakat Indonesia menerima dengan tangan
terbuka.





Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

26



Gambar : Tablighul Islamiyyah sebagai bukti Islam disebarka melalui
acara-acara bijaksana tidak dengan cara kekerasan.

4. Sifat Asli bangsa Indonesia yang ramah, memberi peluang untuk
bergaul lebih erat dengan bangsa lain. Hal ini menyebabkan mereka
mudah mendapatkan wawasan baru, yakni agama Islam.
5. Upacara-upacara keagamaan dalam Islam lebih sederhana.

Perkembangan penyebaran agama Islam di Indonesia pada abad ke-7 M
sampai abad ke-16 M secara rinci dapat dilihat dari beberapa daerah seperti di
Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku berikut ini.

1. Perkembangan Islam di Pulau Sumatera

Sudah kita ketahui bahwa agama Islam masuk ke Sumatera pada
abad ke-7 M dan dapat berkembang dengan pesat, terutama sejak
kehancuran Kerajaan Sriwijaya karena serangan Raja Rajendracoladewi
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

27


dari India pada 1030 M.
Agama Islam yang secara
berangsur-angsur
berkembang di pesisir
utara Pulau Sumatera ini
kemudian mendapatkan
pijakan yang amat kuat
dengan berdirinya Kerajaan Samudera Pasai yang merupakan Kerajaan
Islam pertama di Indonesia yang terletak di Kampung Samudera di tepi
Sungai Pasai yang berdiri pada pertengahan abad ke-13 M.
Letaknya yang strategis di kawasan perairan Selat Malaka
menyebabkan Kerajaan Samudera Pasai mencapai kemajuan dalam
bidang ekonomi. Sultan Malikus Saleh membangun armada dagang yang
besar, sehingga Samudera Pasai menjadi kota bandar yang ramai
dikunjungi kapal-kapal dagang dari berbagai negara. Sementara Sultan
Malikuz Zhahir II yang dikenal alim dan penganut madzhab Syafii berusaha
menjadikan Kerajaan Samudera Pasai sebagai pusat aktifitas dan kajian
ilmu agama. Ibnu Bathuthah, seorang pengembara dari Maroko, membuat
catatan penting dalam bukunya Rihlah Ibnu Bathuthah tentang Sultan
Malikuz Zhahir II. Dikatakannya bahwa ia seorang sultan yang perkasa,
pengikut madzhab Syafii, senang menghormati ulama dan setiap hari
Jumat berangkat ke masjid dengan jalan kaki. Di antara para ulama yang
hidup di Kerajaan Pasai ialah Amir Said As Syirazy seorang qadli yang
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

28


berasal dari Syiraz (Iran) dan Tajuddin Al Isfahany seorang mufti dari
Isfahan (Iran).
Kerajaan Samudera Pasai mengalami kemajuan selama kurang lebih
tiga abad. Pada masa itu Samudera Pasai menjadi mercusuar kerajaan
Islam yang sangat gemilang. Akan tetapi sejak pertengahan abad ke-14
Masehi, Kerajaan Samudera Pasai mengalami kemunduran karena
serangan Kerajaan Majapahit. Posisinya sebagai pusat aktifitas
perdagangan dan dakwah Islamiyah digantikan oleh Kerajaan Isl am
Malaka.
Pada abad ke-16 Masehi, di Sumatera Utara muncul Kerajaan Aceh
yang didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah. Wilayah kekuasaannya
meliputi seluruh bekas wilayah kekuasaan Samudera Pasai dari Pidie
sampai perbatasan Sungai Rokan. Kerajaan Aceh mengalami kejayaan
pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam (1607 -
1636). Ia melakukan rihlah dakwah ke beberapa daerah di sekitar wilayah
kekuasaannya, seperti: Deli, Johor, Bintan, Pahang, Kedah, Perak, dan
Nias.
Untuk keperluan syiar Islam, ia mendirikan masjid Baiturrahman
yang berfungsi sebagai tempat ibadah dan pengajaran agama Islam.
Ulama terkenal pada masa pemerintahannya antara lain: Hamzah
Fansuri, Syamsuddin As Sumatrany, Syekh Nuruddin Ar Raniry dan
Syekh Abdurrauf Al Fansury. Mereka banyak berjasa dalam
mengembangkan agama Islam dan memiliki beberapa karya ilmiah,
seperti: Tafsir Baidlawi karya Syekh Abdurrauf Al Fansury, Miratut
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

29


Tullab berisi Ilmu Fiqih, As Sirathal Mustaqim dan Bustanus Salatin
karya Syekh Nuruddin Ar Raniry.
Kerajaan Aceh berpusat di Pidie dan rajanya yang paling terkenal
adalah Sultan Iskandar Muda. Sepeninggal Sultan Iskandar Muda, Aceh
mengalami pasang surut dan pada akhir abad ke-19 baru dapat
ditundukkan oleh penjajah Belanda.
2. Perkembangan Islam di Pulau Jawa
Pada tahun 674 M utusan Raja Ta-cheh (yang dimaksud adalah
Muawiyah) mengirimkan
utusan ke Kerajaan Kalingga
pada masa pemerintahan Ratu
Simo untuk mengetahui
keadaan negeri yang
sebenarnya, baik dari segi
kemakmuran, keadilan maupun
keamanan. Dengan kehadiran
utusan tersebut dapat diketahui,
bahwa sebelumnya telah ada penduduk setempat yang beragama Islam.
Ini cukup beralasan karena menurut kebiasaan bahwa apabila ada utusan
dari suatu negara berkunjung ke negara lain, maka dapat dipastikan sangat
terkait dengan kepentingan penduduk di negara yang dikunjunginya.
Di Desa Leran, Manyar, Gresik ditemukan makam Fatimah binti
Maimun bin Haibatallah berangka tahun 475/495 H (1082 - 1101 M). Dari
bukti ini dapat diketahui bahwa di daerah tersebut sudah ada orang Islam.
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

30


Tidak mungkin ditemukan tatacara pemakaman dengan menulis angka
tahun dengan lengkap jika tidak terdapat penduduk seagama antara yang
memakamkan dengan yang dimakamkan.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa jauh sebelum kedatangan
Maulana Malik Ibrahim di Gresik, sudah terdapat pemeluk agama Islam di
Pulau Jawa. Namun dakwah Islamiyah berjalan semakin intensif setelah
periode Maulana Malik Ibrahim dan para Wali Songo, yaitu sekitar abad
ke -14 dan ke-15 M.
Berdasarkan cerita tradisional dan babad-babad, para pembawa dan
penyebar Islam di daerah-daerah pesisir utara Pulau Jawa diberi gelar wali.
Jumlah wali di Jawa cukup banyak. Namun yang populer ada sembilan,
sehingga dikenal sebutan Wali Songo. Para wali itu disamping berasal
dari luar negeri, juga terdapat para wali yang asli Jawa. Sunan Bonang dan
Sunan Derajat adalah putera Sunan Ampel yang sebelumnya telah
bertempat tinggal di Ampel Denta, Surabaya. Sunan Kalijaga adalah putera
seorang Tumenggung Majapahit. Sedang Sunan Giri lahir dari hasil
perkawinan antara Maulana Ishak dengan puteri Blambangan. Raden
Rahmat sendiri sebenarnya ialah saudara sepupu permaisuri Raden
Brawijaya, Raja Majapahit.
Dari cerita dalam babad tersebut diketahui bahwa para Wali
Songo itu pada mulanya adalah para santri dari para muballigh yang
datang ke Jawa dari luar negeri, seperti Maulana Malik Ibrahim,
kemudian menjadi muballigh yang banyak berjasa dalam menyebarkan
agama Islam di pesisir utara Pulau Jawa. Peranannya bukan hanya
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

31


terbatas pada menyebarkan dan mengajarkan agama, tetapi jugaa sebagai
dewan penasehat, dan pendukung dari para raja yang memerintah. Bahkan
di antara mereka ada yang menjadi raja dengan gelar Pandito Ratu,
seperti Raden Paku (Sunan Giri) dan Sunan Gunung Jati.
Dalam menyiarkan agama para wali itu bukan dengan cara berpidato
atau ceramah di muka umum, tetapi dalam kumpulan-kumpulan yang
terbatas. Bahkan secara rahasia. Mula-mula empat mata, kemudian
diteruskan dari mulut ke mulut. Bila pengikut bertambah banyak,
diadakanlah tabligh-tabligh di pondok-pondok atau madrasah-madrasah.
Yang disebut Wali Songo itu, umumnya adalah sebagai berikut:
1. Maulana Malik Ibrahim, ia dianggap tokoh pendiri pondok pesantren
yang pertama, penggembleng para mubaligh yang menyiarkan Islam
ke seluruh Jawa. Makamnya di Kota Gresik, Jawa Timur.
2. Raden Rahmat, atau Sunan Ampel, berasal dari Kamboja (Indo Cina).
Ia membuka asrama para kesatria di Ampel (Surabaya), disamping
menyebarkan agama Islam di seluruh Jawa Timur. Ia dianggap
pencipta dan perencana kerajaan Islam yang pertama di Jawa. Ia
mengangkat Raden Patah, sebagai khalifah, yang beribu kota di
Gelagah Wangi Bintara Demak, dengan gelar Sultan Syah Sri Alam
Akbar Al Fattah. Makamnya terdapat di Ampel Surabaya.
3. Makhdum Ibrahim, atau Sunan Bonang, putera Sunan Ampel. Dialah
penyebar agama Islam di pesisir sebelah utara Jawa Timur dan
pencipta Gending Darma. Konon kabarnya ia mengganti nama-nama
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

32


dari nahas menurut kepercayaan Hindu dan nama-nama Dewa Hindu.
Digantikannya dengan nama-nama malaikat dan nama-nama nabi
secara agama Islam. Makamnya terdapat di Tuban, Jawa Timur.
4. Raden Paku atau Sunan Giri. Dia dikenal sebagai seorang ahli
pendidikan yang pertama kali menggunakan metode permainan yang
bersifat agama. Dia dianggap sebagai pencipta gending Asmaradana
dan Pucung. Makamnya di Giri, dekat Kota Gresik.
5. Syarif Hidayatullah, ia dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati atau
Fattahillah. Nama ini lambat laun berubah ucapannya menjadi
Faletehan. Dialah yang mendirikan Kota Jayakarta, yang sekarang
menjadi Jakarta, ibu kota Negara Republik Indonesia.
6. Jafar Shadiq atau Sunan Kudus, ia adalah penyiar agama Islam di
Jawa Tengah di sebelah pesisir utara. Ia juga seorang pujangga, yang
banyak mengarang dongeng-dongeng bernapaskan agama dan
mampu menciptakan gending Maskumambang dan Mijil, makamnya di
Kudus.
7. Raden Prawoto atau Sunan Muria, yang dianggap pencipta gending
Sinom dan Kinanti. Dalam berdakwah, ia lebih banyak melakukan
pendekatan kepada golongan pedagang, para nelayan dan pelaut. Ia
tetap mempertahankan berlangsungnya gamelan sebagai
satu-satunya kesenian Jawa yang digemari rakyat dan menjadikan alat
kesenian itu sebagai media untuk memasukkan rasa Islam kepada
rakyat. Dengan tidak terasa, rakyat berasyik masyuq mengagungkan
Tuhan, makamnya di Gunung Muria.
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

33


8. Syarifuddin, yang terkenal dengan nama Sunan Derajat. Putera Sunan
Ampel yang dianggap pencipta gending Pangkur ini adalah seorang
yang berjiwa sosial. Disamping taat menjalankan perintah agama, ia
selalu memberi pertolongan kepada kaum dluafa (sengsara),
memperhatikan nasib anak-anak yatim dan membela fuqara masakin.
Makamnya di Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.
9. R.M. Sahid, yang juga disebut Sunan Kalijaga. Konon kabarnya, dialah
yang menciptakan wayang kulit dan mampu mengarang cerita-cerita
wayang yang berjiwa Islam. Daerah penyiarannya adalah Jawa
Tengah bagian selatan. Golongan ningrat, priyayi, dan sarjana banyak
yang mengikuti tablighnya.

Selain nama wali yang sudah disebutkan di atas, umat Islam di Jawa
juga mengenal nama-nama lain yang dianggap sebagai wali atau penyebar
Islam, seperti: Sunan Sendang di Sendangduwur, Lamongan; Sunan Bayat
di Klaten; Sayyid Sulaiman di Mojoagung, Jombang; dan masih banyak
lagi. Karena itu sebutan Wali Songo mungkin merupakan julukan yang
mengandung perlambang suatu dewan wali-wali, dengan mengambil
angka sembilan yang sebelum ada pengaruh Islam sudah dipandang
sebagai angka keramat. Angka sembilan ini juga dijadikan perlambang
Nahdlatul Ulama untuk memberi kesan bahwa misi yang diperjuangkan
oleh para ulama merupakan kelanjutan dari perjuangan dakwah Wali
Songo.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

34


3. Perkembangan Islam di Sulawesi, Kalimantan dan Maluku
1. Perkembangan Islam di Sulawesi
Hubungan dagang antar pulau di Indonesia menjadi salah satu
media dakwah Islamiyah pada
masa awal pertumbuhan dan
perkembangan Islam. Pada
abad ke-16 pelabuhan Gresik
mempunyai arti sangat penting
dalam perdagangan dan
penyebaran agama Islam.
Banyak pedagang dari luar Jawa, seperti dari Maluku (ternate, Hitu),
Kalimantan, Sulawesi, dan lain-lain datang ke Gresik untuk berdagang
dan belajar agama Islam di pesantren Sunan Giri. Setelah kembali ke
daerahnya, mereka berusaha menyebarkan agama Islam disertai para
santri yang sengaja dikirim secara khusus oleh Sunan Giri. Di antara
mereka adalah para pedagang dari Makasar dan Bugis. Maka masuklah
agama Islam ke Sulawesi yang diterima oleh penduduk pantai tempat
aktivitas perdagangan berlangsung.
Agama Islam masuk ke Sulawesi sejak abad ke-16, tetapi baru
mengalami perkembangan pesat pada abad ke-17 setelah raja-raja
Gowa dan Tallo menyatakan diri masuk Islam. Raja Gowa yang pertama
masuk Islam ialah Daeng Manrabia yang berganti nama Sultan Alauddin
Awwalul Islam, sedang Raja Tallo bergelar Sultan Abdullah. Di antara
para muballigh yang banyak berjasa dalam menyebarkan dan
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

35


mengembangkan agama Islam di Sulawesi, antara lain: Katib Tunggal,
Datuk Ri Bandang, Datuk Patimang, Datuk Ri Tiro, dan Syekh Yusuf
Tajul Khalwati.
Dakwah Islamiyah ke Sulawesi berkembang terus sampai ke daerah
kerajaan Bugis, Wajo, Sopeng, Sindenreng, dan lain-lain. Suku Bugis
yang terkenal berani, jujur dan suka berterus terang, semula sulit
menerima agama Islam. Namun berkat kesungguhan dan keuletan para
mubaligh, secara berangsur-angsur mereka menjadi penganut Islam
yang setia.
Pelaut-pelaut Bugis berlayar menjelajah seluruh Indonesia sampai
ke Aceh. Di antara mereka adalah pembesar Bugis bernama Daeng
mansur yang di Aceh lebih dikenal dengan panggilan Tengku di Bugis.
Salah seorang puterinya bernama puteri Sendi. Ia dikawinkan dengan
Sultan Iskandar Muda, raja besar Aceh. Sejak itu hubungan antara Aceh
- Bugis sangat erat, sehingga banyak pengaruh budaya Aceh di Bugis.
Bentuk rumah dan cara hidup orang Bugis banyak kesamaannya
dengan Aceh. Tampaknya hubungan perdagangan yang diperkuat
dengan hubungan kekerabatan yang berdasarkan agama Islam itu telah
memperkokoh hubungan persatuan antara penduduk di seluruh wilayah
Indonesia.




Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

36


2. Islam di Pulau Kalimantan

Dakwah Islamiyah ke Pulau Kalimantan untuk pertama kalinya
dilakukan oleh para pedagang dari Malaka, Palembang, dan Jawa.
Mereka bertempat tinggal di pesisir barat Pulau Kalimantan, yaitu
daerah kekuasaan Kerajaan Sukadana. Pada 1590 Raja Sukadana
memeluk Islam dan berganti nama menjadi Sultan Giri Kusuma. Nama
ini memberi kesan adanya pengaruh dakwah Islamiyah yang dilakukan
oleh pesantren Giri yang mengirimkan para santrinya untuk berdakwah
ke luar Jawa, termasuk ke Kalimantan. Ia digantikan oleh puteranya,
Sultan Muhammad Syarifuddin yang banyak berjasa dalam
mengembangkan ajaran Islam bersama seorang muballigh terkenal,
Syekh Syamsuddin.
Perkembangan dakwah Islamiyah selanjutnya dilakukan oleh para
muballigh yang dikirim oleh Kerajaan Demak (Jawa Tengah). Mereka
berdakwah di bagian selatan Pulau Kalimantan, yaitu di Banjarmasin
dan sekitarnya. Raja Banjar Raden Samudera masuk Islam dan berganti
nama Sultan Suryanullah. Dengan bantuan Demak, ia berhasil
mengalahkan kerajaan-kerajaan di sekitarnya, seperti Kerajaan
Nagaradipa. Sejak itu, agama Islam semakin berkembang di Pulau
Kalimantan.
Pada abad ke-18 lahir seorang ulama besar di Banjar bernama
Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari. Ia pernah belajar di Makkah dan
Madinah bersama tiga orang kawan dekatnya, yaitu: Syekh Abdus
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

37


Shamad dari Palembang, Syekh Abdurrahman Masri dari Jakarta, dan
Syekh Abdul Wahab dari Bugis. Sepulangnya dari Tanah Suci, ia
menetap di Martapura. Disamping mengajar, ia banyak menulis buku,
seperti: Sabilul Muhtadin, Al Qaulul Muhtar, dan lain-lain.
Sementara itu di Kalimantan timur dakwah Islamiyah banyak
dilakukan oleh para pedagang dari Makasar yang banyak melakukan
aktifitas dagangnya di antara perairan Selat Makasar dan Sungai
Mahakam. Daerah pertama di Kalimantan Timur yang menerima agama
Islam adalah Kutai, ini terjadi abad ke-16, setelah agama Islam masuk
ke Kutai selanjutnya berkembang ke seluruh Kalimantan Timur.

3. Islam di Pulau Maluku

Maluku adalah daerah penghasil rempah-rempah terbanyak di
Indonesia. Karena itu daerah ini banyak dikunjungi para pedagang antar
kepulauan Indonesia (lokal) maupun pedagang asing (internasional). Di
antara para pedagang lokal terdapat para pedagang muslim dari Jawa.
Mereka selain berdagang juga berdakwah. Melalui aktivitas
perdagangan rempah-rempah inilah agama Islam masuk ke Maluku.
Di Maluku ada empat kerajaan, yaitu: Ternate, Tidore, Bacan, dan
Jailolo. Di antara ke empat kerajaan itu, yang memegang peranan
penting dan menjadi bandar pusat perdagangan adalah Ternate. Agama
Islam masuk ke Ternate pada abad ke-15, setelah rajanya memeluk
Islam namanya berganti menjadi Sultan Mahrum. Penggantinya
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

38


bernama Sultan Zainal Abidin yang pernah berkunjung dan belajar
agama di Pesantren Giri, Gresik. Ia bersama seorang muballigh
bernama Datuk Mulia Husin sangat berjasa mengembangkan agama
Islam di Maluku dan Irian, bahkan sampai ke Pilipina Selatan.
Dari Ternate, agama Islam berkembang ke wilayah Kerajaan Tidore.
Pada abad ke-15, Tidore sudah menerima Islam atas jasa seorang
muballigh bernama Syekh Mansur. Raja Tidore yang pertama masuk
Islam bernama Cirali Lijitu yang berganti nama Sultan Jamaluddin.
Wilayah kekuasaan Kerajaan Tidore cukup luas meliputi sebagian
Halmahera, pantai barat Irian dan sebagian kepulauan Seram.
Sepeninggal Sultan Jalaluddin, pemegang kekuasaan di Kerajaan
Tidore adalah puteranya yang bernama Sultan Mansur.
Agama Islam juga berkembang di Kerajaan Bacan. Raja Bacan
memeluk Islam pada 1521 dan berganti nama Sultan Zainul Abidin.
Sejak itu wilayah Bacan yang meliputi Bacan, Obi, Waigeo, Solawati,
dan Misool menjadi kerajaan Islam. Sementara itu, Kerajaan Jailolo
yang meliputi sebagian Halmahera dan pesisir utara kepulauan Seram
juga masuk Islam. Rajanya bernama Sultan Hasanuddin.
Di kawasan Indonesia Timur, agama Islam juga berkembang
di kepulauan Sumbawa dan sekitarnya pada abad ke-16. Hubungan
perdagangan antar kepulauan Indonesia membawa Islam memasuki
daerah kepulauan Sumbawa. Diduga yang membawa Islam ke
Sumbawa adalah para muballigh dari Makasar. Ini terbukti
ditemukannya makam seorang muballigh Islam dari Makasar di
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

39


pinggiran Kota Bima. Agama Islam semakin berkembang di Sumbawa
setelah terjadi letusan Gunung Tambora pada tahun 1815 M. Seorang
ulama bernama Haji Ali memperingatkan rakyat Sumbawa agar bertobat
dari segala dosa. Seruan ini membawa banyak perubahan dan
menjadikan Kerajaan Sumbawa sebagai kerajaan Islam terkenal
dengan nama Sumbawa Besar.
Sementara itu, di Lombok agama Islam disebarkan oleh para
muballigh Islam dari Bugis. Mereka memasuki Lombok dari Sumbawa.
Penduduk Lombok yang memeluk agama Islam dikenal dengan orang
Sasak.
Demikianlah dakwah Islamiyah telah memasuki seluruh wilayah
Indonesia melalui aktivitas perdagangan. Dapat dikatakan bahwa
sampai abad ke-17 hampir seluruh wilayah Indonesia telah memeluk
agama Islam. Di beberapa kepulauan Indonesia kemudian berdiri
kerajaan-kerajaan Islam yang tidak kecil peranannya dalam
menanamkan dan mengembangkan pengaruh Islam baik dalam bidang
agama, ekonomi, politik, sosial maupun kebudayaan.






Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

40


BAB II
KERAJAAN KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA



Untuk menambah pemahaman Anda tentang kerajaan Islam yang
berkembang di Indonesia dari awal berdirinya, letak geografis dan perkembangannya
dalam kehidupan politik, ekonomi, sosial dan budaya dapat Anda simak pada uraian
materi berikut ini.

1. Kerajaan Samudra Pasai

Pasai didirikan pada abad ke-11 oleh Meurah Khair. Kerajaan ini terletak
dipesisir Timur Laut Aceh. Kerajaan ini merupakan kerajaan Islam pertama di
Indonesia. Pendiri dan raja pertama Kerajaan Samudra Pasai adalah Meurah
Khair. Ia bergelar Maharaja Mahmud Syah (1042-1078). Pengganti Meurah Khair
adalah Maharaja Mansyur Syah dari tahun 1078-1133 M.
Pengganti Maharaja Mansyur Syah adalah Maharaja Ghiyasyuddin Syah
dari tahun 1133-1155.


Peta Lokasi Kerajaan Samudera Pasai
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

41


Raja Kerajaan Samudra Pasai berikutnya adalah Meurah Noe yang
bergelar Maharaja Nuruddin berkuasa dari tahun1155-1210. Raja ini dikenal juga
dengan sebutan Tengku Samudra atau Sulthan Nazimuddin Al -Kamil. Sultan ini
sebenarnya berasal dari Mesir yang ditugaskan sebagai laksamana untuk merebut
pelabuhan di Gujarat. Raja ini tidak memiliki keturunan sehingga pada saat wafat,
kerajaan Samudra Pasai dilanda kekacauan karena perebutan kekuasaan.
Meurah Silu bergelar Sultan Malik-al Saleh (1285-1297). Meurah Silu
adalah keturunan Raja Perlak (sekarang Malaysia) yang mendirikan dinasti kedua
kerajaan Samudra Pasai. Pada masa pemerintahannya, system pemerintahan
kerajaan dan angkatan perang laut dan darat sudah terstruktur rapi. Kerajaan
mengalami kemakmuran, terutama setelah Pelabuhan Pasai dibuka. Hubungan
Kerajaan Samudra Pasai dan Perlak berjalan harmonis. Meurah Silu memperkokoh
hubungan ini dengan menikahi putri Ganggang Sari, anak Raja Perlak.
Meurah Silu berhasil memperkuat pengaruh Kerajaan Samudra Pasai di
pantai timur Aceh dan berkembang menjadi kerajaan perdagangan yang kuat di
Selat Malaka. Raja-raja Samudra Pasai selanjutnya adalah Sultan Muhammad
Malik Zahir (1297-1326), Sultan Mahmud Malik Zahir (1326-1345), Sultan Manshur
Malik Zahir (1345-1346), dan Sultan Ahmad Malik Zahir (1346-1383). Raja
selanjutnya adalah Sultan Zainal Abidin (1383-1405). Pada masa
pemerintahannya, kekuasaan kerajaan meliputi daerah Kedah di Semenanjung
Malaya. Sultan Zainal Abidin sangat aktif menyebarkan pengaruh Islam kepulau
Jawa dan Sulawesi dengan mengirimkan ahli -ahli dakwah, seperti Maulana Malik
Ibrahim dan Maulana Ishak.
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

42










Gambar : Peninggalan Sejarah Kerajaan Samudera Pasai

Kerajaan Samudra Pasai tercatat dalam sejarah sebagai kerajaan Islam
yang pertama. Mengenai awal dan tahun berdirinya kerajaan ini tidak diketahui
secara pasti. Akan tetapi menurut pendapat Prof. A. Hasymi, berdasarkan
naskah tua yang berjudul Izhharul Haq yang ditulis oleh Al-Tashi dikatakan
bahwa sebelum Samudra Pasai berkembang, sudah ada pusat pemerintahan
Islam di Peureula (Perlak) pada pertengahan abad ke-9. Perlak berkembang
sebagai pusat perdagangan, tetapi setelah keamanannya tidak stabil maka banyak
pedagang yang mengalihkan kegiatannya ke tempat lain yakni ke Pasai, akhirnya
Perlak mengalami kemunduran. Dengan kemunduran Perlak, maka tampillah
seorang penguasa lokal yang bernama Marah Silu dari Samudra yang berhasil
mempersatukan daerah Samudra dan Pasai.
Dan kedua daerah tersebut dijadikan sebuah kerajaan dengan nama
Samudra Pasai. Kerajaan Samudra Pasai terletak di Kabupaten Lhokseumauwe,
Aceh Utara, yang berbatasan dengan Selat Malaka. Maka dapatl ah dikatakan
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

43


posisi Samudra Pasai sangat strategis karena terletak di jalur perdagangan
internasional, yang melewati Selat Malaka.
Dengan posisi yang strategis tersebut, Samudra Pasai berkembang
menjadi kerajaan Islam yang cukup kuat, dan di pihak lain Samudra Pasai
berkembang sebagai bandar transito yang menghubungkan para pedagang Islam
yang datang dari arah barat dan para pedagang Islam yang datang dari arah timur.
Keadaan ini mengakibatkan Samudra Pasai mengalami perkembangan yang
cukup pesat pada masa itu baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial dan
budaya.

1. Kehidupan Politik
Kerajaan Samudra Pasai yang didirikan oleh Marah Silu bergelar Sultan
Malik al- Saleh, sebagai raja pertama yang memerintah tahun 1285 1297. Pada
masa pemerintahannya, datang seorang musafir dari Venetia (Italia) tahun 1292
yang bernama Marcopolo, melalui catatan perjalanan Marcopololah maka dapat
diketahui bahwa raja Samudra Pasai bergelar Sultan.
Setelah Sultan Malik al-Saleh wafat, maka pemerintahannya digantikan
oleh keturunannya yaitu Sultan Muhammad yang bergelar Sultan Malik al-Tahir I
(1297 1326).
Pengganti dari Sultan Muhammad adalah Sultan Ahmad yang juga
bergelar Sultan Malik al-Tahir II (1326 1348). Pada masa ini pemerintahan
Samudra Pasai berkembang pesat dan terus menjalin hubungan dengan
kerajaan-kerajaan Islam di India maupun Arab. Bahkan melalui catatan kunjungan
Ibnu Batulah seorang utusan dari Sultan Delhi tahun 1345 dapat diketahui
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

44


Samudra Pasai merupakan pelabuhan yang penting dan istananya disusun dan
diatur secara India dan patihnya bergelar Amir.
Pada masa selanjutnya pemerintahan Samudra Pasai tidak banyak
diketahui karena pemerintahan Sultan Zaenal Abidin yang juga bergelar Sultan
Malik al-Tahir III kurang begitu jelas. Menurut sejarah Melayu, kerajaan Samudra
Pasai diserang oleh kerajaan Siam. Dengan demikian karena tidak adanya data
sejarah yang lengkap, maka runtuhnya Samudra Pasai tidak diketahui secara
jelas. Dari penjelasan di atas, apakah Anda sudah paham? Kalau sudah paham
simak uraian materi berikutnya.

2. Kehidupan Ekonomi
Dengan letaknya yang strategis, maka Samudra Pasai berkembang
sebagai kerajaan Maritim, dan bandar transito. Dengan demikian Samudra Pasai
menggantikan peranan Sriwijaya di Selat Malaka. Kerajaan Samudra Pasai
memiliki hegemoni (pengaruh) atas pelabuhan-pelabuhan penting di Pidie, Perlak,
dan lain-lain. Samudra Pasai berkembang pesat pada masa pemerintahan Sultan
Malik al-Tahir II. Hal ini juga sesuai dengan keterangan Ibnu Batulah.
Menurut cerita Ibnu Batulah, perdagangan di Samudra Pasai semakin
ramai dan bertambah maju karena didukung oleh armada laut yang kuat, sehingga
para pedagang merasa aman dan nyaman berdagang di Samudra Pasai. Komoditi
perdagangan dari Samudra yang penting adalah lada, kapurbarus dan emas. Dan
untuk kepentingan perdagangan sudah dikenal uang sebagai alat tukar yaitu uang
emas yang dinamakan Deureuham (dirham). Demikianlah uraian materi tentang
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

45


kehidupan ekonomi Samudra Pasai, sekarang Anda bandingkan dengan uraian
materi berikutnya.

3. Kehidupan Sosial Budaya
Kemajuan dalam bidang ekonomi membawa dampak pada kehidupan
sosial, masyarakat Samudra Pasai menjadi makmur. Dan di samping itu juga
kehidupan masyarakatnya diwarnai dengan semangat kebersamaan dan hidup
saling menghormati sesuai dengan syariat Islam. Hubungan antara Sultan dengan
rakyat terjalin baik. Sultan biasa melakukan musyawarah dan bertukar pikiran
dengan para ulama, dan Sultan juga sangat hormat pada para tamu yang datang,
bahkan tidak jarang memberikan tanda mata kepada para tamu. Samudra Pasai
mengembangkan sikap keterbukaan dan kebersamaan. Salah satu bukti dari hasil
peninggalan budayanya, berupa batu nisan Sultan Malik al -Saleh dan jirat Putri
Pasai. Untuk menambah pemahaman Anda tentang batu nisan tersebut,
simaklah gambar berikut ini.







Gambar Nisan Makam Sultan Malik al-Saleh.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

46


Gambar tersebut, yang perlu Anda ketahui bahwa batu nisan tersebut
berasal dari Gujarat India). Hal ini berarti kerajaan Samudra Pasai bersifat terbuka
dalam menerima budaya lain yaitu dengan memadukan budaya Islam dengan
budaya India.

2. Kerajaan Aceh

Kerajaan Aceh berdiri menjelang keruntuhan Samudera Pasai.
Sebagaimana tercatat dalam sejarah, pada tahun 1360 M, Samudera Pasai
ditaklukkan oleh Majaphit, dan sejak saat itu, kerajaan Pasai terus mengal ami
kemudunduran. Diperkirakan, menjelang berakhirnya abad ke-14 M, kerajaan Aceh
Darussalam telah berdiri dengan penguasa pertama Sultan Ali Mughayat Syah
yang dinobatkan pada Ahad, 1 Jumadil Awal 913 H (1511 M).
pada awalnya, wilayah kerajaan Aceh ini hanya mencakup Banda Aceh dan
Aceh Besar yang dipimpin oleh ayah Ali Mughayat Syah. Ketika Mughayat Syah
naih tahta menggantikan ayahnya, ia berhasil memperkuat kekuatan dan
mempersatukan wilayah Aceh dalam kekuasaannya, termasuk menaklukkan
kerajaan Pasai. Saat itu, sekitar tahun 1511 M, kerajaan-kerajaan kecil yang
terdapat di Aceh dan pesisir timur Sumatera seperti Peurelak (di Aceh Timur), Pedir
(di Pidie), Daya (Aceh Barat Daya) dan Aru (di Sumatera Utara) sudah berada di
bawah pengaruh kolonial Portugis. Mughayat Syah dikenal sangat anti pada
Portugis, karena itu, untuk menghambat pengaruh Portugis, kerajaan-kerajaan
kecil tersebut kemudian ia taklukkan dan masukkan ke dalam wilayah kerajaannya.
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

47


Sejak saat itu, kerajaan Aceh lebih dikenal dengan nama Aceh Darussalam dengan
wilayah yang luas, hasil dari penaklukan kerajaan-kerajaan kecil di sekitarnya.
Sejarah mencatat bahwa, usaha Mughayat Syah untuk mengusir Portugis
dari seluruh bumi Aceh dengan menaklukkan kerajaan kerajaan kecil yang sudah
berada di bawah Portugis berjalan lancar. Secara berurutan, Portugis yang berada
di daerah Daya ia gempur dan berhasil ia kalahkan. Ketika Portugis mundur ke
Pidie, Mughayat juga menggempur Pidie, sehingga Portugis terpaksa mundur ke
Pasai. Mughayat kemudian melanjutkan gempurannya dan berhasil merebut
benteng Portugis di Pasai. Dengan jatuhnya Pasai pada tahun 1524 M, Aceh
Darussalam menjadi satu-satunya kerajaan yang memiliki pengaruh besar di
kawasan tersebut. Kemenangan yang berturut-turut ini membawa keuntungan yang
luar biasa, terutama dari aspek persenjataan. Portugis yang kewalahan
menghadapi serangan Aceh banyak meninggalkan persenjataan, karena memang
tidak sempat mereka bawa dalam gerak mundur pasukan. Senjata-senjata inilah
yang digunakan kembali oleh pasukan Mughayat untuk menggempur Portugis.
Ketika benteng di Pasai telah dikuasai Aceh, Portugis mundur ke Peurelak.
Namun, pasukan Aceh tidak memberikan kesempatan sama sekali pada Portugis.
Peurelak kemudian juga diserang, sehingga Portugis mundur ke Aru. Tak berapa
lama, Aru juga berhasil direbut oleh Aceh hingga akhirnya Portugis mundur ke
Malaka.



Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

48


Sultan Iskandar Muda

Dalam sejarahnya, Aceh Darussalam mencapai masa kejayaan di masa
Sultan Iskandar Muda Johan Pahlawan Meukuta Alam (1590 1636). Pada masa itu,
Aceh merupakan salah satu pusat perdagangan yang sangat ramai di Asia
Tenggara. Kerajaan Aceh pada masa itu juga memiliki hubungan diplomatik dengan
dinasti Usmani di Turki, Inggris dan Belanda. Pada masa Iskandar Muda, Aceh
pernah mengirim utusan ke Turki Usmani dengan membawa hadiah. Kunjungan ini
diterima oleh Khalifah Turki Usmani dan ia mengirim hadiah balasan berupa sebuah
meriam dan penasehat militer untuk membantu memperkuat angkatan perang
Aceh. Wilayah kekuasaan Aceh mencapi Pariaman wilayah pesisir Sumatra Barat,
Perak diMalaka yang secara efektif bisa direbut dari portugis tahun 1575 M.











Gambar : Peninggalan Sejarah Kerajaan Aceh
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

49




3. Kerajaan Demak

Berdirinya Kerajaan Demak
dilatarbelakangi oleh
melemahnya pemerintahan
Kerajaan Majapahit atas
daerah-daerah pesisir utara
Jawa. Daerah-daerah
pesisir seperti Tuban dan
Cirebon sudah mendapat
pengaruh Islam. Dukungan daerah-daerah yang juga merupakan jalur perdagangan
yang kuat ini sangat berpengaruh bagi pendirian Demak sebagai kerajaan Islam
yang merdeka dari Majapahit.

Raden Patah

Raden Patah adalah raja pertama
Kerajaan Demak. Ia memerintah dari tahun
1500-1518. Pada masa pemerintahan ama
Islam mengalami perkembangan pesat.
Raden Patah bergelar Senopati Jimbun
Ngabdurahman Panembahan Palembang
Sayidin Panatagama. Pengangkatan Raden
Patah sebagai Raja Demak dipimpin oleh
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

50


anggota wali lainnya. Pada masa pemerintahannya, wilayah kerajaan Demak
meliputi daerah Jepara, Tuban, Sedayu, Palembang, Jambi, dan beberapa daerah
di Kalimantan. Pada masa pemerintahannya juga dibangun Masjid Agung Demak
yang dibantu oleh para wali dan sunan sahabat Demak.
Pada masa Kerajaan Malaka jatuh ke tangan Portugis tahun 1511, Raden
Patah merasa berkewajiban untuk membantu. Jatuhnya kerajaan Malaka berarti
putusnya jalur perdagangan nasional. Untuk itu, ia mengirimkan putrannya, Pati
Unus untuk menyerang Portugis di Malaka. Namun, usaha itu tidak berhasil.
Setelah Raden Patah wafat pada tahun 1518, ia digantikan oleh putranya Pati
Unus. Pati Unus hanya memerintah tidak lebih dari tiga tahun. Ia wafat tahun 1521
dalam usahanya mengusir Portugis dari kerajaan Malaka. Saudaranya, Sultan
Trenggono, akhirnya menjadi raja Demak ketiga dan merupakan raja Demak
terbesar. Sultan Trenggono berkuasa di kerajaan Demak dari tahun 1521-1546.
Sultan Trenggono dilantik menjadi raja Demak oleh Sultan Gunung Jati. Ia
memerintah Demak dengan gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin.
Pada masa pemerintahan Sultan Trenggono, Kerajaan Demak mencapai puncak
kejayaannya dan agama Islam berkembang lebih luas lagi. Sultan Trenggono
mengirim Fatahilallah ke Banten. Dalam perjalanannya ke Banten, Fatahillah
singgah di Cirebon untuk menemui Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati.
Bersama-sama dengan pasukan Kesultanan Cirebon, Fatahillah kemudian dapat
menaklukan Banten dan Pajajaran.
Setelah wafatnya Sultan Trenggono pada 1546, Kerajaan Demak mulai
mengalami kemunduran karena terjadinya perebutan kekuasaan. Perebutan tahta
Kerajaan Demak ini terjadi antara Sunan Prawoto dengan Arya Penangsang. Arya
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

51


Penangsang adalah Bupati Jipang (sekarang Bojonegoro) yang merasa lebih
berhak atas tahta Kerajaan Demak. Perebutan kekuasaan ini berkembang menjadi
konflik berdarah dengan terbunuhnya Sunan Prawoto oleh Arya Penangsang. Arya
Penangsang juga membunuh adik Sunan Prawoto, yaitu Pangeran Hadiri. Usaha
Arya Penangsang menjadi Sultan Demak di halangi oleh Jaka Tingkir, menantu
Sultan Trenggono. Jaka Tingkir mendapat dukungan dari para tetua Demak, yaitu
Ki Gede Pemanahan dan Ki Penjawi. Konflik berdarah ini akhirnya berkembang
menjadi Perang Saudara. Dalam pertempuran ini, Arya Penagsang terbunuh
sehingga tahta Kerajaan Demak jatuh ke tangan Jaka Tingkir.
Jaka Tingkir menjadi raja Kerajaan Demak dengan gelar Sultan Hadiwijya.
Ia kemudian memindahan pusat kerajaan Demak ke daerah Pajang.Walaupun
sebenarnya sudah menjadi kerajaan baru, kerajaan Pajang masih mengklaim diri
sebagai penerus Kerajaan Demak. Sebagai tanda terima kasih kepada Ki Gede
Pemanahan yang telah mendukungnya, Sultan Hadiwijaya memberikan sebuah
daerah Perdikan (otonom) yang disebut Mataram. Ki Gede Pemanahan kemudian
menjadi penguasa Mataram dan di sebut Ki Gede Mataram.
Sultan Hadiwijaya bukanlah digantikan oleh putranya, yakni Pangeran
Benawa, melainkan putra Sunan Prawoto, Aria Pangiri. Pangeran Benawa sendiri
diangkat sebagai penguasa daerah Jipang. Pangeran Benawan kurang puas
dengan keputusan ini. Apalagi, pemerintahan Aria Pangiri di Pajang juga dikelilingi
oleh para bekas pejabat Kerajaan Demak. Pangeran Benawa kemudian minta
bantuan kepada Sutawijaya, putra Ki Ageng Mataram, untuk merebut kembali tahta
Kerajaan Pajang.
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

52


Pada tahun 1588, Sutawijaya dan Pangeran Benawan berhasil merebut
kembali tahta Kerajaan Pajang. Kemudian, Benawa menyerahkan hak kuasanya
pada Sutawijaya secara simbolis melalui penyerahan pusaka Pajang pada
Sutawijaya. Dengan demikian, Pajang menjadi bagian kekuasaan Kerajaan
Mataram.







Gambar : Peninggalan Sejarah Kerajaan Demak
4. Kerajaan Banten

Kesultanan Banten berawal ketika Kesultanan Demak memperluas
pengaruhnya ke daerah barat. Pada tahun 1524/1525, Sunan Gunung Jati bersama
pasukan Demak merebut pelabuhan Banten dari kerajaan Sunda, dan mendirikan
Kesultanan Banten yang berafiliasi ke Demak. Menurut sumber Portugis,
sebelumnya Banten merupakan salah satu pelabuhan Kerajaan Sunda selain
pelabuhan Pontang, Cigede, Tamgara (Tangerang), Sunda Kalapa dan Cimanuk.
Anak dari Sunan Gunung Jati (Hasanudin) menikah dengan seorang putri dari
Sultan Trenggono dan melahirkan dua orang anak. Pelurusan Sejarahbahwa
Pangeran Sabakingkin atau Sultan Maulana Hasanuddin nikah dengan Putri
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

53


Kintamani mempunyai Anak yang pertama bernama Yusuf Akbar (Maulana Yusuf),
pelurusan sejarah bahwa Anak Kedua Ratu Siti Rodiah kawin dengan Sultan
Mahmud Badaruddin II Kesultanan Palembang Darussalam sedang anak ketiga
Muhammad Nazaruddin (Sultan Maulana Muhammad Nazaruddin bergelar
Alamsyah) Terjadi perebutan kekuasaan setelah Maulana Yusuf wafat (1570).
Pangeran Jepara merasa berkuasa atas Kerajaan Banten daripada anak
Maulana Yusuf yang bernama Maulana Muhammad karena Maulana Muhammad
masih terlalu muda. Akhirnya Kerajaan Jepara menyerang Kerajaan Banten.
Perang ini dimenangkan oleh Kerajaan Banten karena dibantu oleh para ulama
(inilah Sejarah Bikinan Belanda). Pelurusan Sejarah bahwa Sultan Muhammad
bukan anak dari Maulana Yusuf tetapi anak ketiga dari Sultan Hasanuddin, dengan
nama lengkap Sultan Muhammad Nazaruddin "Alamsyah" dikawal oleh empat
Pengawal Kesultanan masing-masing bernama Ananta Kusuma, Daeng, Nata
Kusuma dan Jalaluddin pada saat itu Sultan Muhammad Nazaruddin yang bergelar
Alamsyah berusia 19 tahun,melakukan perjalanan ke Palembang pada masa
Inggeris masuk ke Palembang...bukan untuk memerangi palembang tetapi
menyambangi keluarga (Saudaranya yang bernama Ratu Siti Rodiah yang nikah
dengan Sultan Mahmud Badaruddin II).
Kerajaan Banten mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan
Abu Fatah Abdulfatah atau lebih dikenal dengan nama Sultan Ageng Tirtayasa.
Saat itu Pelabuhan Banten telah menjadi pelabuhan internasional sehingga
perekonomian Banten maju pesat. Wilayah kekuasaannya meliputi sisa kerajaan
Sunda yang tidak direbut kesultanan Mataram dan serta wilayah yang sekarang
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

54


menjadi provinsi Lampung. Piagam Bojong menunjukkan bahwa tahun 1500 hingga
1800 Masehi Lampung dikuasai oleh kesultanan Banten.
Pada zaman pemerintahan Sultan Haji, tepatnya pada 12 Maret 1682,
wilayah Lampung diserahkan kepada VOC. seperti tertera dalam surat Sultan Haji
kepada Mayor Issac de Saint Martin, Admiral kapal VOC di Batavia yang sedang
berlabuh di Banten. Surat itu kemudian dikuatkan dengan surat perjanjian tanggal
22 Agustus 1682 yang membuat VOC memperoleh hak monopoli perdagangan lada
di Lampung.
Kesultanan Banten dihapuskan tahun 1813 oleh pemerintah kolonial
Inggris. Pada tahun itu, Sultan Muhamad Syafiuddin dilucuti dan dipaksa turun
takhta oleh Thomas Stamford Raffles. Tragedi ini menjadi klimaks dari
penghancuran Surasowan oleh Gubernur -Jenderal Belanda, Herman William
Daendels tahun 1808 M.







Gamabr : Peninggalan Sejarah Kerajaan Banten


Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

55









5. Kerajaan Ternate dan Tidore

Kerajaan Ternate dan Tidore terletak di sebelah barat Pulau Halmahera,
Maluku Utara. Wilayah kekuasaan kedua kerajaan ini meliputi Kepulauan Maluku
dan sebagian Papua. Tanah Maluku yang kaya akan rempah-rempah
menjadikannya terkenal di dunia Internasional dengan sebutan Spice Island.
Pada abad ke 12 M, Permintaan akan cengkeh dan Pala dari negara Eropa
meningkat pesat. Hal ini menyebabkan dibukannya perkebunan di daerah Pulau
Buru, Seram dan Ambon. Dengan adanya kepentingan atas penguasa
perdagangan terjadilah persekutuan daerah antara kerajaan.
Persekutuan-persekutuan tersebut adalah Uli Lima (Persekutuan Lima). Yaitu
persekutuan antara lima saudara yang dipimpin oleh Ternate (yang meliputi Obi,
Bacan, Seram dan Ambon, serta Uli Siwa (persekutuan Sembilan) yaitu
persekutuan antara sembilan bersaudara yang wilayahnya meliputi Pulau Tidore,
Makyan, Jahilolo atau Halmahera dan pulau-pulau di daerah itu sampai Papua.
Antara kedua persekutuan tersebut telah terjadi persaingan yang sangat tajam. Hal
ini terjadi setelah para pedagang Eropa datang ke Maluku. Pada tahun 1512,
bangsa Portugis datang ke Ternate, sedangkan tahun 1521 bansa Spanyol datang
ke Tidore.
Setelah 10 tahun berada di Kerajaan Ternate, bangsa Portugis mendirikan
Benteng yang diberi nama Sao Paolo. Menurut Portugis, benteng tersebut berguna
untuk melindungi Ternate dari Kerajaan Tidore. Namun hal tersebut hanyalah taktik
Portugis agar mereka dapat tetap berdagang dan menguasai Ternate.
Pembangunan Benteng Soa Paolo mendapat perlawanan dan salah seorang yang
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

56


menantang kehadiran kekuasaan militer Portugis tersebut yaitu Sultan Hairun
Beliau berkuasa di kerajaan Ternate sejak tahun 1559. Sultan tidak ingin
perekonomian dan pemerintahan kerajaan di kuasai oleh bangsa lain dan pendirian
benteng tersebut dianggap menunjukkan niat buruk Portugis atas Ternate.
Ketidaksetujuan Sultan Hairun terhadap Portugis tidak berbentuk kekerasan,
sebaliknya Sultan Haitun bersedia berunding dengan Portugis di Benteng Sao
Paolo. Ternyata niat baik Sultan Hairun dimanfaatkan Portugis untuk menahannya
di benteng tersebut. Keesokan harinya Sultan Hairun telah terbunuh hal ini terjadi
pada tahun 1570.
Wafatnya Sultan Hairun menyebabkan kebencian rakyat Maluku semakin
besar. Sultan Baabullah yang menjadi Raja Ternate berikutnya dan memimpin
perang melawan Portugis. Usaha ini menampakkan hasil pada tahun 1575, setelah
Portugis berhasil dipukul mundur dan pergi meninggalkan bentengnya di Ternate.
Bangsa Portugis bergerak ke Selatan dan Menaklukan Timor pada tahun
1578. Sultan Baabullah kemudian memperluas kekuasaannya hingga Maluku,
Sulawesi, Papua, Mindano dan Bima. Keberhasilan pemerintahannya membuat
Sultan Baabullah mendapat julukan Tuan dari Tujuh Pulau Dua Pulau.







Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

57

















Gambar : Peninggalan Sejarah Kerajaan Ternate dan Tidore

6. Kerajaan Gowa dan Tallo

Kerajaan Gowa dan Tallo adalah dua kerajaan yang terletak di Sulawesi
Selatan dan saling berhubungan baik. Banyak orang mengetahuinya sebagai
Kerajaan Makassar. Makassar sebenarnya adalah ibu kota Gowa yang juga disebut
sebagai Ujungpandang. Sebelum abad ke-16, raja-raja Makassar belum memeluk
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

58


agama Islam. Baru setelah datangnya Dato Ri Bandang, seorang penyiar islam dari
Sumatra, Makassar berkembang menjadi kerajaan Islam.










Peta Lokasi Kerajaan Gowa dan Tallo

Sultan Alauddin adalah Raja Makassar pertama yang memeluk agama
Islam. Ia memimpin Makassar dari tahun 1591-1638. Sebelumnya, Sultan Alauddin
bernama asli Karaeng Ma towaya Tumamenanga Ri Agamanna. Setelah Sultan
Alauddin wafat, Kerajaan Makassar dipimpin oleh Muhammad Said 1639-1653.
Setelah Muhammad Said wafat, beliau kemudian digantikan oleh Sultan
Hasanuddin. Beliau berkuasa sejak tahun 1653. Masa Pemerintahannya
merupakan masa gemilang kerajaan Makassar. Dibawah pemerintahan Sultan
Hasanuddin, Kerajaan Makassar berhasil menguasai kerajaan-kerajaan kecil di
Sulawesi Selatan, yaitu Ruwu, Wajo, Soppeng, dan Bone. Sultan Hasanuddin juga
berniat menjadikan Kerajaan Makassar sebagai penguasa tunggal di jalur
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

59


perdagangan Indonesia bagian timur. Oleh karena itu Sultan Hasanuddin harus
menghadapi kekuatan armada VOC Belanda sebelum dapat menguasai Maluku.









Gambar : Sultan Hasanuddin

Belanda berusaha keras menghentikan serangan-serangan Kerajaan
Makasar. Untuk itu Belanda bersekutu dengan Raja Bone, yaitu Arub(Tuan) Palaka.
Aru Palaka bersedia membantu Belanda dengan syarat akan diberikan
kemerdekan. Pada tahun 1667, dengan bantuan Kerajaan Bone berhasil menekan
Makassar untuk menyetujui perjanjian Bongaya. Perjanjian ini berisi tiga buah
kesepakatan yaitu VOC mendapat hak monopoli dagang di Makassar, Belanda
dapat mendirikan benteng Rotterdam di Makassar, Makassar harus melepas
daerah yang dikuasainya seta mengakui Aru Palaka sebagai Raja Bone.
Setelah Sultan Hasanuddin turun tahta pada tahun 1669, Mapasomba
putranya berusaha menggantikan kepemimpinan ayahnya dan meneruskan
perjuangan perjuangan ayahnya melewan Belanda. Pasukan Kerajaan Makassar
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

60


akhirnya bisa dipukul mundur oleh Belanda dan jalur perdagangan di kuasai oleh
Belanda.

















Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

61


BAB III
TOKOH TOKOH PENYEBAR AGAMA ISLAM DI INDONESIA

A. Abdur Rauf Singkil
Cukup banyak ulama Indonesia yang telah memberikan kontribusi berharga dan
amat berpengaruh dalam upaya penyebaran agama Islam, khususnya di daerah Asia
Tenggara. Beberapa di antara ulama terkenal yang mungkin telah banyak diketahui
oleh masyarakat umum antara lain: sembilan Wali Songo, dan Mohammad Nawawi
Ibn Umar Al-Jawi Al-Banteni. Akan tetapi ada segelintir ulama yang mungkin tidak
terlalu dikenal oleh masyarakat Indonesia khususnya. Mereka antara lain adalah:
Hamzah Fansuri, Mohammad Arsyad Al-Banjari, Syekh Taher Jalaluddin,
Syamsyuddin Al-Sumatrani, Nuruddin Al-Raniri, Abdussomad Al-Palembany, Syekh
Yusuf Al-Makasari, dan Syekh Abdurrauf Singkel. Nah, untuk itulah tulisan kecil ini
akan difokuskan pada ulama-ulama tersebut dalam upaya penyebaran agama Islam
di Indonesia. Namun, tidak untuk semua ulama yang kami sebutkan di atas, tapi lebih
fokus lagi terhadap Syekh Abdurrauf Singkel (selanjutnya disebut Abdurrauf).
Abdurrauf lahir sekitar tahun 1615 di Aceh Selatan. Tepatnya di daerah Singkel,
sebelah utara Fansur di pantai barat Aceh.
Sekitar tahun 1640, yang saat itu, yang menjadi sultan Aceh adalah Sultanah
(Ratu) Safiatuddin Tajul Alam (1641-1675), ia berangkat ke tanah Arab guna
mempelajari ilmu agama. Ia mengunjungi pusat pendidikan yang ia jumpai di
sepanjang jalur perjalanan antara Yaman dan Makkah. Kemudian bermukim di
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

62


Makkah dan Madinah untuk menambah pengetahuan agama. Di sana ia mempelajari
berbagai disiplin ilmu. Mulai dari ilmu yang disebut dengar lahir (yang ia mempelajari
di daerah Yaman), yang termasuk di dalamnya adalah bahasa Arab, grammar of
arabic, Al-Quran (berguru pada Syekh Abadullah Al-Adani, yang, menurut Abdurrauf
sendiri beliau adalah guru terbaik di Yaman), Hadits, Syariat, dan lain sebagainya,
hingga ilmu-ilmu batin mengenai tashawuf.
Ia juga mempelajari Tarekat Syattariyah pada Ahmad Qasasi (1583-1661) dan
Ibrahim Al-Qurani. Sampai ia memperoleh ijazah sehingga ia memiliki hak untuk
mengajarkan tarekat tersebut pada orang lain.
Selanjutnya ia mengajarkan tarekat ini di Aceh. Tarekat ini meluas sampai ke
Sumatera dan Jawa dengan adanya usaha-usaha yang dilakukan oleh
murid-muridnya dalam melaksanakan pengajaran. Kekuasaan kesulatanan Aceh
pada waktu itu dan posisi strategis perjalanan naik haji merupakan faktor terpenting
dalam menyebarkan tradisi pengajaran Islam dan pengabdian keagamaan.
Sumber utama tentang riwayat Abdurrauf secara terperinci terdapat dalam
kolofon yang terdapat dalam beberapa naskah tulis dari karyanya, Umdat
Al-Mubtajjin. Pada bagian akhir karangannya, Abdurrauf memmuat nama-nama
ulama kepada siapa ia belajar dan dengan siapa ia bergaul selama berada di Arab.
Rinkes menguraikan riwayat hidup Abdurrauf secara terperinci dalam disertasi
doktornya, tetapi ia memberi sedikit tambahan saja terhadap isi Umdat Al -Mubtajjin.
Abdurrauf termasuk ulama yang produktif dalam menuliskan karyanya.
Karya-karyanya digunakan oleh kaum muslim di wilayah Asia Tenggara. Sebagian
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

63


besar karyanya berkaitan dengan masalah fiqih, ibadah, dan tasawwuf. Semua
tulisannya yang berbahasa melayu diorientasikan pada kondisi Melayu dan disusun
pada tingkat yang sesuai dengan murid-muridnya. Dengan demikian, mereka dapat
memahami Islam secara lebih baik, mencegah mereka dari mara bahaya, dan
memperingatkan mereka melawan intoleransi.
Beberapa karyanya di bidang tasawwuf, antara lain; Umdat Al-Muhtajjin (Tiang
Orang yang Memerlukan), Kifayat Al-Muhtajjin (Pencukup Para Pengemban Hajat),
Daqaiqu Al-Huruf (Detail Huruf), Bayan Tajalli (Keterangan tentang Tajalli). Umdat
Al-Muhtajjin merupakan karya Abdurrauf yang terpenting. Buku ini terdiri dari 7 bab
yang memuat bahasan mengenai dzikir, sifat Allah. dan rasul -Nya serta asal-usul
ajaran mistik.
Di antara guru yang ia puji adalah Ahmad Qasasi. Ia menyebut gurunya ini
membimbing spiritual dan guru di jalan Allah. Sebagian di antara muridnya, ada yang
menjadi ulama terkenal, seperti Burhanuddin Ulakan dari Pariaman, Sumatera Barat.
Abdurrauf menjadi mufti kerajaan Aceh ketika diperintah oleh Sultanah Safiatuddin
Tajul Alam. Dengan dukungan kerajaan, ia berhasil menghapus ajaran salik buta,
sebuah tarekat sesat yang ada sebelumnya dalam masyarakat Aceh.
Abdurrauf memiliki sekitar 21 karya tulis yang terdiri dari kitab tafsir, kitab hadits,
kitab fiqih, dan sisanya kitab tasawwuf. Kitab tafsirnya yang berjudul Turjuman
Al-Mustafid (Terjemah Pemberi Faedah) merupakan kitab tafsir pertama yang
dihasilkan di Indonesia dan berbahasa Melayu.
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

64


Salah satu kitab tafsir Abdurrauf berjudul Mirad Al-Thullab fi Tafshil Marifat
Ahkam Al-Syariyah lil Al-Malik Al-Wahhab (Cermin Bagi Penuntut Ilmu Fiqih Pada
Memudahkan Mengenal Segala Hukum Syara Allah). Di dalam kitab itu termuat
berbagai masalah madzhab Syafiie yang merupakan panduan bagi seorang Qadli.
Kitab ini ditulis atas perintah sultanah.
Karena maninggal dan kemudian di makamkan di Kuala (Muara) Kr. Aceh atau Banda
Aceh, Abdurrauf juga dikenal dengan nama Teuku Syiah Kuala. Nama ini diabadikan
pada perguruan tinggi yang didirikan di Banda Aceh pada tahun 1961, yaitu
Universitas Syiah Kuala.
B. Wali Songo
Walisongo berarti sembilan orang wali. Mereka adalah Maulana Malik
Ibrahim,Sunan ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Dradjad, Sunan Kalijaga,
Sunan Kudus, Sunan Muria, Serta Sunan Gunung Jati. Mereka tidak hidup pada saat
yang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak
dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru-murid.
Maulana Malik Ibrahim adalah wali yang tertua diantara sembilan wali. Sunan
Ampel anak Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri adalah keponakan Maulana Malik
Ibrahim yang berarti juga sepupu Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan Drajad
adalah anak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga merupakan sahabat sekaligus murid
Sunan Bonang. Sunan Muria anak Sunan Kalijaga. Sunan Kudus murid Sunan
Kalijaga. Sunan Gunung Jati adalah sahabat para Sunan lain, kecuali Maulana Malik
Ibrahim yang lebih dahulu meninggal.
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

65


Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hingga pertengahan abad
16, di tiga wilayah penting. Yakni Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur,
Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa Barat. Mereka adalah
para intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Mereka
mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru: mulai dari kesehatan, bercocok
tanam, niaga, kebudayaan dan kesenian, kemasyarakatan hingga pemerintahan.
Pesantren Ampel Denta dan Giri adalah dua institusi pendidikan paling penting di
masa itu. Dari Giri, peradaban Islam berkembang ke seluruh wilayah timur Nusantara.
Sunan Giri dan Sunan Gunung Jati bukan hanya ulama, namun juga pemimpin
pemerintahan. Sunan Giri, Bonang, Kalijaga, dan Kudus adalah kreator karya seni
yang pengaruhnya masih terasa hingga sekarang. Sedangkan Sunan Muria adalah
pendamping sejati kaum jelata.
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya
Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol
penyebaran Islam di Indonesia. Khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang
juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan
Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara
luas serta dakwah secara langsung, membuat "sembilan wali" ini lebih banyak disebut
dibanding yang lain.
Masing-masing tokoh tersebut mempunyai peran yang unik dalam penyebaran
Islam. Mulai dari Maulana Malik Ibrahim yang menempatkan diri sebagai "tabib" bagi
Kerajaan Hindu Majapahit; Sunan Giri yang disebut para kolonialis sebagai "paus dari
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

66


Timur" hingga Sunan Kalijaga yang mencipta karya kesenian dengan menggunakan
nuansa yang dapat dipahami masyarakat Jawa -yakni nuansa Hindu dan Budha
1. Maulana Malik Ibrahim
Maulana Malik Ibrahim, atau Makdum Ibrahim As-Samarkandy diperkirakan lahir
di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad 14. Babad Tanah Jawi versi
Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah Jawa terhadap
As-Samarkandy, berubah menjadi Asmarakandi.
Maulana Malik Ibrahim kadang juga disebut sebagai Syekh Magribi. Sebagian
rakyat malah menyebutnya Kakek Bantal. Ia bersaudara dengan Maulana Ishak,
ulama terkenal di Samudra Pasai, sekaligus ayah dari Sunan Giri (Raden Paku).
Ibrahim dan Ishak adalah anak dari seorang ulama Persia, bernama Maulana Jumadil
Kubro, yang menetap di Samarkand. Maulana Jumadil Kubro diyakini sebagai
keturunan ke-10 dari Syayidina Husein, cucu Nabi Muhammad saw. Maulana Malik
Ibrahim pernah bermukim di Campa, sekarang Kamboja, selama tiga belas tahun
sejak tahun 1379. Ia malah menikahi putri raja, yang memberinya dua putra. Mereka
adalah Raden Rahmat (dikenal dengan Sunan Ampel) dan Sayid Ali Murtadha alias
Raden Santri. Merasa cukup menjalankan misi dakwah di negeri itu, tahun 1392 M
Maulana Malik Ibrahim hijrah ke Pulau Jawa meninggalkan keluarganya.
Beberapa versi menyatakan bahwa kedatangannya disertai beberapa orang.
Daerah yang ditujunya pertama kali yakni desa Sembalo, daerah yang masih berada
dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Desa Sembalo sekarang, adalah daerah Leran
kecamatan Manyar, 9 kilometer utara kota Gresik. Aktivitas pertama yang
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

67


dilakukannya ketika itu adalah berdagang dengan cara membuka warung. Warung itu
menyediakan kebutuhan pokok dengan harga murah. Selain itu secara khusus Malik
Ibrahim juga menyediakan diri untuk mengobati masyarakat secara gratis. Sebagai
tabib, kabarnya, ia pernah diundang untuk mengobati istri raja yang berasal dari
Campa. Besar kemungkinan permaisuri tersebut masih kerabat istrinya.
Kakek Bantal juga mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam. Ia merangkul
masyarakat bawah -kasta yang disisihkan dalam Hindu. Maka sempurnalah misi
pertamanya, yaitu mencari tempat di hati masyarakat sekitar yang ketika itu tengah
dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Selesai membangun dan menata
pondokan tempat belajar agama di Leran, tahun 1419 M Maulana Malik Ibrahim wafat.
Makamnya kini terdapat di kampung Gapura, Gresik, Jawa Timur.
2. Sunan Ampel
Ia putera tertua Maulana Malik Ibrahim. Menurut Babad Tanah Jawi dan Silsilah
Sunan Kudus, di masa kecilnya ia dikenal dengan nama Raden Rahmat. Ia lahir di
Campa pada 1401 Masehi. Nama Ampel sendiri, diidentikkan dengan nama tempat
dimana ia lama bermukim. Di daerah Ampel atau Ampel Denta, wilayah yang kini
menjadi bagian dari Surabaya (kota Wonokromo sekarang).
Beberapa versi menyatakan bahwa Sunan Ampel masuk ke pulau Jawa pada
tahun 1443 M bersama Sayid Ali Murtadho, sang adik. Tahun 1440, sebelum ke Jawa,
mereka singgah dulu di Palembang. Setelah tiga tahun di Palembang, kemudian ia
melabuh ke daerah Gresik. Dilanjutkan pergi ke Majapahit menemui bibinya, seorang
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

68


putri dari Campa, bernama Dwarawati, yang dipersunting salah seorang raja
Majapahit beragama Hindu bergelar Prabu Sri Kertawijaya.
Sunan Ampel menikah dengan putri seorang adipati di Tuban. Dari
perkimpoiannya itu ia dikaruniai beberapa putera dan puteri. Diantaranya yang
menjadi penerusnya adalah Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Ketika Kesultanan
Demak (25 kilometer arah selatan kota Kudus) hendak didirikan, Sunan Ampel turut
membidani lahirnya kerajaan Islam pertama di Jawa itu. Ia pula yang menunjuk
muridnya Raden Patah, putra dari Prabu Brawijaya V raja Majapahit, untuk menjadi
Sultan Demak tahun 1475 M.
Di Ampel Denta yang berawa-rawa, daerah yang dihadiahkan Raja Majapahit, ia
membangun mengembangkan pondok pesantren. Mula-mula ia merangkul
masyarakat sekitarnya. Pada pertengahan Abad 15, pesantren tersebut menjadi
sentra pendidikan yang sangat berpengaruh di wilayah Nusantara bahkan
mancanegara. Di antara para santrinya adalah Sunan Giri dan Raden Patah. Para
santri tersebut kemudian disebarnya untuk berdakwah ke berbagai pelosok Jawa dan
Madura.
Sunan Ampel menganut fikih mahzab Hanafi. Namun, pada para santrinya, ia
hanya memberikan pengajaran sederhana yang menekankan pada penanaman
akidah dan ibadah. Dia-lah yang mengenalkan istilah "Mo Limo" (moh main, moh
ngombe, moh maling, moh madat, moh madon). Yakni seruan untuk "tidak berjudi,
tidak minum minuman keras, tidak mencuri, tidak menggunakan narkotik, dan tidak
berzina."
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

69


Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun 1481 M di Demak dan dimakamkan
di sebelah barat Masjid Ampel, Surabaya.n
3. Sunan Giri
Ia memiliki nama kecil Raden Paku, alias Muhammad Ainul Yakin. Sunan Giri
lahir di Blambangan (kini Banyuwangi) pada 1442 M. Ada juga yang menyebutnya
Jaka Samudra. Sebuah nama yang dikaitkan dengan masa kecilnya yang pernah
dibuang oleh keluarga ibunya--seorang putri raja Blambangan bernama Dewi
Sekardadu ke laut. Raden Paku kemudian dipungut anak oleh Nyai Semboja (Babad
Tanah Jawi versi Meinsma).
Ayahnya adalah Maulana Ishak. saudara sekandung Maulana Malik Ibrahim.
Maulana Ishak berhasil meng-Islamkan isterinya, tapi gagal mengislamkan sang
mertua. Oleh karena itulah ia meninggalkan keluarga isterinya berkelana hingga ke
Samudra Pasai.
Sunan Giri kecil menuntut ilmu di pesantren misannya, Sunan Ampel, tempat
dimana Raden Patah juga belajar. Ia sempat berkelana ke Malaka dan Pasai. Setelah
merasa cukup ilmu, ia membuka pesantren di daerah perbukitan Desa Sidomukti,
Selatan Gresik. Dalam bahasa Jawa, bukit adalah "giri". Maka ia dijuluki Sunan Giri.
Pesantrennya tak hanya dipergunakan sebagai tempat pendidikan dalam arti
sempit, namun juga sebagai pusat pengembangan masyarakat. Raja Majapahit
-konon karena khawatir Sunan Giri mencetuskan pemberontakan- memberi
keleluasaan padanya untuk mengatur pemerintahan. Maka pesantren itupun
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

70


berkembang menjadi salah satu pusat kekuasaan yang disebut Giri Kedaton. Sebagai
pemimpin pemerintahan, Sunan Giri juga disebut sebagai Prabu Satmata.
Giri Kedaton tumbuh menjadi pusat politik yang penting di Jawa, waktu itu. Ketika
Raden Patah melepaskan diri dari Majapahit, Sunan Giri malah bertindak sebagai
penasihat dan panglima militer Kesultanan Demak. Hal tersebut tercatat dalam Babad
Demak. Selanjutnya, Demak tak lepas dari pengaruh Sunan Giri. Ia diakui juga
sebagai mufti, pemimpin tertinggi keagamaan, se-Tanah Jawa.
Giri Kedaton bertahan hingga 200 tahun. Salah seorang penerusnya, Pangeran
Singosari, dikenal sebagai tokoh paling gigih menentang kolusi VOC dan Amangkurat
II pada Abad 18.
Para santri pesantren Giri juga dikenal sebagai penyebar Islam yang gigih ke
berbagai pulau, seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga Nusa
Tenggara. Penyebar Islam ke Sulawesi Selatan, Datuk Ribandang dan dua
sahabatnya, adalah murid Sunan Giri yang berasal dari Minangkabau.
Dalam keagamaan, ia dikenal karena pengetahuannya yang luas dalam ilmu
fikih. Orang-orang pun menyebutnya sebagai Sultan Abdul Fakih. Ia juga pecipta
karya seni yang luar biasa. Permainan anak seperti Jelungan, Jamuran, lir-ilir dan
cublak suweng disebut sebagai kreasi Sunan Giri. Demikian pula Gending
Asmaradana dan Pucung -lagi bernuansa Jawa namun syarat dengan ajaran Islam.


Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

71


4. Sunan Bonang
Ia anak Sunan Ampel, yang berarti juga cucu Maulana Malik Ibrahim. Nama
kecilnya adalah Raden Makdum Ibrahim. Lahir diperkirakan 1465 M dari seorang
perempuan bernama Nyi Ageng Manila, puteri seorang adipati di Tuban.
Sunan Bonang belajar agama dari pesantren ayahnya di Ampel Denta. Setelah
cukup dewasa, ia berkelana untuk berdakwah di berbagai pelosok Pulau Jawa.
Mula-mula ia berdakwah di Kediri, yang mayoritas masyarakatnya beragama Hindu.
Di sana ia mendirikan Masjid Sangkal Daha. Ia kemudian menetap di Bonang -desa
kecil di Lasem, Jawa Tengah -sekitar 15 kilometer timur kota Rembang. Di desa itu ia
membangun tempat pesujudan/zawiyah sekaligus pesantren yang kini dikenal dengan
nama Watu Layar. Ia kemudian dikenal pula sebagai imam resmi pertama Kesultanan
Demak, dan bahkan sempat menjadi panglima tertinggi. Meskipun demikian, Sunan
Bonang tak pernah menghentikan kebiasaannya untuk berkelana ke daerah-daerah
yang sangat sulit. Ia acap berkunjung ke daerah-daerah terpencil di Tuban, Pati,
Madura maupun Pulau Bawean. Di Pulau inilah, pada 1525 M ia meninggal.
Jenazahnya dimakamkan di Tuban, di sebelah barat Masjid Agung, setelah sempat
diperebutkan oleh masyarakat Bawean dan Tuban.
Tak seperti Sunan Giri yang lugas dalam fikih, ajaran Sunan Bonang
memadukan ajaran ahlussunnah bergaya tasawuf dan garis salaf ortodoks. Ia
menguasai ilmu fikih, usuludin, tasawuf, seni, sastra dan arsitektur. Masyarakat juga
mengenal Sunan Bonang sebagai seorang yang piawai mencari sumber air di
tempat-tempat gersang.
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

72


Ajaran Sunan Bonang berintikan pada filsafat 'cinta'('isyq). Sangat mirip dengan
kecenderungan Jalalludin Rumi. Menurut Bonang, cinta sama dengan iman,
pengetahuan intuitif (makrifat) dan kepatuhan kepada Allah SWT atau haq al yaqqin.
Ajaran tersebut disampaikannya secara populer melalui media kesenian yang disukai
masyarakat. Dalam hal ini, Sunan Bonang bahu-membahu dengan murid utamanya,
Sunan Kalijaga.
Sunan Bonang banyak melahirkan karya sastra berupa suluk, atau tembang
tamsil. Salah satunya adalah "Suluk Wijil" yang tampak dipengaruhi kitab Al Shidiq
karya Abu Sa'id Al Khayr (wafat pada 899). Suluknya banyak menggunakan tamsil
cermin, bangau atau burung laut. Sebuah pendekatan yang juga digunakan oleh Ibnu
Arabi, Fariduddin Attar, Rumi serta Hamzah Fansuri.
Sunan Bonang juga menggubah gamelan Jawa yang saat itu kental dengan
estetika Hindu, dengan memberi nuansa baru. Dialah yang menjadi kreator gamelan
Jawa seperti sekarang, dengan menambahkan instrumen bonang. Gubahannya
ketika itu memiliki nuansa dzikir yang mendorong kecintaan pada kehidupan
transedental (alam malakut). Tembang "Tombo Ati" adalah salah satu karya Sunan
Bonang.
Dalam pentas pewayangan, Sunan Bonang adalah dalang yang piawai membius
penontonnya. Kegemarannya adalah menggubah lakon dan memasukkan tafsir-tafsir
khas Islam. Kisah perseteruan Pandawa-Kurawa ditafsirkan Sunan Bonang sebagai
peperangan antara nafi (peniadaan) dan 'isbah (peneguhan).

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

73


5. Sunan Kalijaga
Dialah "wali" yang namanya paling banyak disebut masyarakat Jawa. Ia lahir
sekitar tahun 1450 Masehi. Ayahnya adalah Arya Wilatikta, Adipati Tuban -keturunan
dari tokoh pemberontak Majapahit, Ronggolawe. Masa itu, Arya Wilatikta diperkirakan
telah menganut Islam.
Nama kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Said. Ia juga memiliki sejumlah nama
panggilan seperti Lokajaya,Syekh Malaya, Pangeran Tuban atau Raden
Abdurrahman.Terdapat beragam versi menyangkut asal-usul nama Kalijaga yang
disandangnya.
Masyarakat Cirebon berpendapat bahwa nama itu berasal dari dusun Kalijaga di
Cirebon. Sunan Kalijaga memang pernah tinggal di Cirebon dan bersahabat erat
dengan Sunan Gunung Jati. Kalangan Jawa mengaitkannya dengan kesukaan wali ini
untuk berendam ('kungkum') di sungai (kali) atau "jaga kali". Namun ada yang
menyebut istilah itu berasal dari bahasa Arab "qadli dzaqa" yang menunjuk statusnya
sebagai "penghulu suci" kesultanan.
Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan
demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1478), Kesultanan
Demak, Kesultanan Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir
pada 1546 serta awal kehadiran Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Panembahan
Senopati. Ia ikut pula merancang pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid
Agung Demak. Tiang "tatal" (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang
utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga.
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

74


Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor sekaligus sahabat
dekatnya, Sunan Bonang. Paham keagamaannya cenderung "sufistik berbasis salaf"
bukan sufi panteistik (pemujaan semata). Ia juga memilih kesenian dan kebudayaan
sebagai sarana untuk berdakwah.
Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan
menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap:
mengikuti sambil mempengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah
dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang.
Maka ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkan Islam. Ia
menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana
dakwah. Dialah pencipta Baju takwa, perayaan sekatenan, grebeg maulud, Layang
Kalimasada, lakon wayang Petruk Jadi Raja. Lanskap pusat kota berupa Kraton,
alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini sebagai karya Sunan Kalijaga.
Metode dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di Jawa
memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga. Di antaranya adalah Adipati Padanaran,
Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang (sekarang Kotagede - Yogya). Sunan
Kalijaga dimakamkan di Kadilangu -selatan Demak.
6. Sunan Gunung Jati
Banyak kisah tak masuk akal yang dikaitkan dengan Sunan Gunung Jati.
Diantaranya adalah bahwa ia pernah mengalami perjalanan spiritual seperti Isra'
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

75


Mi'raj, lalu bertemu Rasulullah SAW, bertemu Nabi Khidir, dan menerima wasiat Nabi
Sulaeman. (Babad Cirebon Naskah Klayan hal.xxii).
Semua itu hanya mengisyaratkan kekaguman masyarakat masa itu pada Sunan
Gunung Jati. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah diperkirakan lahir sekitar
tahun 1448 M. Ibunya adalah Nyai Rara Santang, putri dari raja Pajajaran Raden
Manah Rarasa. Sedangkan ayahnya adalah Sultan Syarif Abdullah Maulana Huda,
pembesar Mesir keturunan Bani Hasyim dari Palestina.
Syarif Hidayatullah mendalami ilmu agama sejak berusia 14 tahun dari para
ulama Mesir. Ia sempat berkelana ke berbagai negara. Menyusul berdirinya
Kesultanan Bintoro Demak, dan atas restu kalangan ulama lain, ia mendirikan
Kasultanan Cirebon yang juga dikenal sebagai Kasultanan Pakungwati.
Dengan demikian, Sunan Gunung Jati adalah satu-satunya "wali songo" yang
memimpin pemerintahan. Sunan Gunung Jati memanfaatkan pengaruhnya sebagai
putra Raja Pajajaran untuk menyebarkan Islam dari pesisir Cirebon ke pedalaman
Pasundan atau Priangan.
Dalam berdakwah, ia menganut kecenderungan Timur Tengah yang lugas.
Namun ia juga mendekati rakyat dengan membangun infrastruktur berupa jalan-jalan
yang menghubungkan antar wilayah.
Bersama putranya, Maulana Hasanuddin, Sunan Gunung Jati juga melakukan
ekspedisi ke Banten. Penguasa setempat, Pucuk Umum, menyerahkan sukarela
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

76


penguasaan wilayah Banten tersebut yang kemudian menjadi cikal bakal Kesultanan
Banten.
Pada usia 89 tahun, Sunan Gunung Jati mundur dari jabatannya untuk hanya
menekuni dakwah. Kekuasaan itu diserahkannya kepada Pangeran Pasarean. Pada
tahun 1568 M, Sunan Gunung Jati wafat dalam usia 120 tahun, di Cirebon (dulu
Carbon). Ia dimakamkan di daerah Gunung Sembung, Gunung Jati, sekitar 15
kilometer sebelum kota Cirebon dari arah barat.
7. Sunan Drajat
Nama kecilnya Raden Qosim. Ia anak Sunan Ampel. Dengan demikian ia
bersaudara dengan Sunan Bonang. Diperkirakan Sunan Drajat yang bergelar Raden
Syaifuddin ini lahir pada tahun 1470 M.
Sunan Drajat mendapat tugas pertama kali dari ayahnya untuk berdakwah ke
pesisir Gresik, melalui laut. Ia kemudian terdampar di Dusun pesisir Banjarwati atau
Lamongan sekarang. Tapi setahun berikutnya Sunan Drajat berpindah 1 kilometer ke
selatan dan mendirikan padepokan santri Dalem Duwur, yang kini bernama Desa
Drajat, Paciran-Lamongan.
Dalam pengajaran tauhid dan akidah, Sunan Drajat mengambil cara ayahnya:
langsung dan tidak banyak mendekati budaya lokal. Meskipun demikian, cara
penyampaiannya mengadaptasi cara berkesenian yang dilakukan Sunan Muria.
Terutama seni suluk. Maka ia menggubah sejumlah suluk, di antaranya adalah suluk
petuah "berilah tongkat pada si buta/beri makan pada yang lapar/beri pakaian pada
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

77


yang telanjang'. Sunan Drajat juga dikenal sebagai seorang bersahaja yang suka
menolong. Di pondok pesantrennya, ia banyak memelihara anak-anak yatim-piatu dan
fakir miskin.
8. Sunan Kudus
Nama kecilnya Jaffar Shadiq. Ia putra pasangan Sunan Ngudung dan Syarifah
(adik Sunan Bonang), anak Nyi Ageng Maloka. Disebutkan bahwa Sunan Ngudung
adalah salah seorang putra Sultan di Mesir yang berkelana hingga di Jawa. Di
Kesultanan Demak, ia pun diangkat menjadi Panglima Perang.
Sunan Kudus banyak berguru pada Sunan Kalijaga. Kemudian ia berkelana ke
berbagai daerah tandus di Jawa Tengah seperti Sragen, Simo hingga Gunung Kidul.
Cara berdakwahnya pun meniru pendekatan Sunan Kalijaga: sangat toleran pada
budaya setempat. Cara penyampaiannya bahkan lebih halus. Itu sebabnya para wali
yang kesulitan mencari pendakwah ke Kudus yang mayoritas masyarakatnya
pemeluk teguh-menunjuknya.
Cara Sunan Kudus mendekati masyarakat Kudus adalah dengan memanfaatkan
simbol-simbol Hindu dan Budha. Hal itu terlihat dari arsitektur masjid Kudus. Bentuk
menara, gerbang dan pancuran/padasan wudhu yang melambangkan delapan jalan
Budha. Sebuah wujud kompromi yang dilakukan Sunan Kudus.
Suatu waktu, ia memancing masyarakat untuk pergi ke masjid mendengarkan
tablighnya. Untuk itu, ia sengaja menambatkan sapinya yang diberi nama Kebo
Gumarang di halaman masjid. Orang-orang Hindu yang mengagungkan sapi, menjadi
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

78


simpati. Apalagi setelah mereka mendengar penjelasan Sunan Kudus tentang surat Al
Baqarahyang berarti "sapi betina". Sampai sekarang, sebagian masyarakat tradisional
Kudus, masih menolak untuk menyembelih sapi.
Sunan Kudus juga menggubah cerita-cerita ketauhidan. Kisah tersebut
disusunnya secara berseri, sehingga masyarakat tertarik untuk mengikuti
kelanjutannya. Sebuah pendekatan yang tampaknya mengadopsi cerita 1001 malam
dari masa kekhalifahan Abbasiyah. Dengan begitulah Sunan Kudus mengikat
masyarakatnya.Bukan hanya berdakwah seperti itu yang dilakukan Sunan Kudus.
Sebagaimana ayahnya, ia juga pernah menjadi Panglima Perang Kesultanan Demak.
Ia ikut bertempur saat Demak, di bawah kepemimpinan Sultan Prawata, bertempur
melawan Adipati Jipang, Arya Penangsang.n
9. Sunan Muria
Ia putra Dewi Saroh --adik kandung Sunan Giri sekaligus anak Syekh Maulana
Ishak, dengan Sunan Kalijaga. Nama kecilnya adalah Raden Prawoto. Nama Muria
diambil dari tempat tinggal terakhirnya di lereng Gunung Muria, 18 kilometer ke utara
kota Kudus.
Gaya berdakwahnya banyak mengambil cara ayahnya, Sunan Kalijaga. Namun
berbeda dengan sang ayah, Sunan Muria lebih suka tinggal di daerah sangat terpencil
dan jauh dari pusat kota untuk menyebarkan agama Islam. Bergaul dengan rakyat
jelata, sambil mengajarkan keterampilan-keterampilan bercocok tanam, berdagang
dan melaut adalah kesukaannya.
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

79


Sunan Muria seringkali dijadikan pula sebagai penengah dalam konflik internal di
Kesultanan Demak (1518-1530), Ia dikenal sebagai pribadi yang mampu
memecahkan berbagai masalah betapapun rumitnya masalah itu. Solusi
pemecahannya pun selalu dapat diterima oleh semua pihak yang berseteru.
Sunan Muria berdakwah dari Jepara, Tayu, Juana hingga sekitar Kudus dan Pati.
Salah satu hasil dakwahnya lewat seni adalah lagu Sinom dan Kinanti.

C. Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari
Beberapa penulis biografi Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari, antara lain
Mufti Kerajaan Indragiri Abdurrahman Siddiq, berpendapat bahwa ia adalah keturunan
Alawiyyin melalui jalur Sultan Abdurrasyid Mindanao.


Gambar : Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

80


Nasabnya ialah Maulana Muhammad Arsyad Al Banjari bin Abdullah
bin Abu Bakar bin Sultan Abdurrasyid Mindanao bin Abdullah bin Abu Bakar Al
Hindi bin Ahmad Ash Shalaibiyyah bin Husein bin Abdullah bin Syaikh bin Abdullah
Al Idrus Al Akbar (datuk seluruh keluarga Al Aidrus) bin Abu Bakar As Sakran bin
Abdurrahman As Saqaf bin Muhammad Maula Dawilah bin Ali Maula Ad Dark bin
Alwi Al Ghoyyur bin Muhammad Al Faqih Muqaddam bin Ali Faqih Nuruddin bin
Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khaliqul Qassam bin Alwi bin Muhammad
Maula Shamaah bin Alawi Abi Sadah bin Ubaidillah bin Imam Ahmad Al Muhajir
bin Imam Isa Ar Rumi bin Al Imam Muhammad An Naqib bin Al Imam Ali Uraidhy
bin Al Imam Jafar As Shadiq bin Al Imam Muhammad Al Baqir bin Al Imam Ali
Zainal Abidin bin Al Imam Sayyidina Husein bin Al Imam Amirul Muminin Ali
Karamallah wajhah wa Sayyidah Fatimah Az Zahra binti Rasulullah SAW.

1. Masa Kecil
Diriwayatkan, pada waktu Sultan Tahlilullah (1700 - 1734 M) memerintah
Kesultanan Banjar, suatu hari ketika berkunjung ke kampung Lok Gabang. Sultan
melihat seorang anak berusia sekitar 7 tahun sedang asyik menulis dan
menggambar, dan tampaknya cerdas dan berbakat, dicerita-kan pula bahwa ia
telah fasih membaca Al-Quran dengan indahnya. Terkesan akan kejadian itu,
maka Sultan meminta pada orang tuanya agar anak tersebut sebaiknya tinggal di
istana untuk belajar bersama dengan anak-anak dan cucu Sultan.


Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

81


2. Menikah dan menuntut ilmu di Mekkah.
Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari mendapat pendidikan penuh di
Istana sehingga usia mencapai 30 tahun. Kemudian ia dikawinkan dengan
seorang perempuan bernama Tuan Bajut. Hasil perkawinan tersebut ialah
seorang putri yang diberi nama Syarifah.

Ketika istrinya mengandung anak yang pertama, terlintaslah di hati Muhammad
Arsyad suatu keinginan yang kuat untuk menuntut ilmu di tanah suci Mekkah.
Maka disampaikannyalah hasrat hatinya kepada sang istri tercinta.
Meskipun dengan berat hati mengingat usia pernikahan mereka yang
masih muda, akhirnya isterinya mengamini niat suci sang suami dan
mendukungnya dalam meraih cita-cita. Maka, setelah mendapat restu dari sultan
berangkatlah Muhammad Arsyad ke Tanah Suci mewujudkan cita-citanya.
Deraian air mata dan untaian doa mengiringi kepergiannya.
Di Tanah Suci, Muhammad Arsyad mengaji kepada syeikh terkemuka
pada masa itu. Di antara guru beliau adalah Syeikh Athoillah bin Ahmad al -Mishry,
al-Faqih Syeikh Muhammad bin Sulaiman al-Kurdi dan al-Arif Billah Syeikh
Muhammad bin Abdul Karim al-Samman al-Hasani al-Madani.
Syeikh yang disebutkan terakhir adalah guru Muhammad Arsyad di
bidang tasawuf, dimana di bawah bimbingannyalah Muhammad Arsyad
melakukan suluk dan khalwat, sehingga mendapat ijazah darinya dengan
kedudukan sebagai khalifah.
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

82


Setelah lebih kurang 35 tahun menuntut ilmu, timbullah kerinduan akan
kampung halaman. Terbayang di pelupuk mata indahnya tepian mandi yang di
arak barisan pepohonan aren yang menjulang. Terngiang kicauan burung pipit di
pematang dan desiran angin membelai hijaunya rumput. Terkenang akan
kesabaran dan ketegaran sang istri yang setia menanti tanpa tahu sampai kapan
penentiannya akan berakhir. Pada Bulan Ramadhan 1186 H bertepatan 1772 M,
sampailah Muhammad Arsyad di kampung halamannya, Martapura, pusat
Kesultanan Banjar pada masa itu.
Akan tetapi, Sultan Tahlilullah, seorang yang telah banyak membantunya
telah wafat dan digantikan kemudian oleh Sultan Tahmidullah II bin Sultan
Tamjidullah I, yaitu cucu Sultan Tahlilullah. Sultan Tahmidullah yang pada ketika
itu memerintah Kesultanan Banjar, sangat menaruh perhatian terhadap
perkembangan serta kemajuan agama Islam di kerajaannya.
Sultan Tahmidullah II menyambut kedatangan beliau dengan upacara
adat kebesaran. Segenap rakyatpun mengelu-elukannya sebagai seorang ulama
Matahari Agama yang cahayanya diharapkan menyinari seluruh Kesultanan
Banjar. Aktivitas beliau sepulangnya dari Tanah Suci dicurahkan untuk
menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang diperolehnya. Baik kepada keluarga,
kerabat ataupun masyarakat pada umumnya. Bahkan, sultan pun termasuk salah
seorang muridnya sehingga jadilah dia raja yang alim lagi wara. Selama hidupnya
ia memiliki 29 anak dari tujuh isterinya.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

83



3. Hubungan dengan Kesultanan Banjar
Pada waktu ia berumur sekitar 30 tahun, Sultan mengabulkan
keinginannya untuk belajar ke Mekkah demi memperdalam ilmunya. Segala
perbelanjaanya ditanggung oleh Sultan. Lebih dari 30 tahun kemudian, yaitu
setelah gurunya menyatakan telah cukup bekal ilmunya, barulah Syekh
Muhammad Arsyad kembali pulang ke Banjarmasin. Akan tetapi, Sultan Tahlilullah
seorang yang telah banyak membantunya telah wafat dan digantikan kemudian
oleh Sultan Tahmidullah II bin Sultan Tamjidullah I, yaitu cucu Sultan Tahlilullah.
Sultan Tahmidullah II yang pada ketika itu memerintah Kesultanan Banjar,
sangat menaruh perhatian terhadap perkembangan serta kemajuan agama Islam
di kerajaannya. Sultan inilah yang meminta kepada Syekh Muhammad Arsyad
agar menulis sebuah Kitab Hukum Ibadat (Hukum Fiqh), yang kelak kemudian
dikenal dengan nama Kitab Sabilal Muhtadin.

4. Pengajaran dan bermasyarakat
Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari adalah pelopor pengajaran Hukum
Islam di Kalimantan Selatan. Sekembalinya ke kampung halaman dari Mekkah, hal
pertama yang dikerjakannya ialah membuka tempat pengajian (semacam
pesantren) bernama Dalam Pagar, yang kemudian lama-kelamaan menjadi
sebuah kampung yang ramai tempat menuntut ilmu agama Islam. Ulama-ulama
yang dikemudian hari menduduki tempat-tempat penting di seluruh Kerajaan
Banjar, banyak yang merupakan didikan dari suraunya di Desa Dalam Pagar.
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

84


Di samping mendidik, ia juga menulis beberapa kitab dan risalah untuk
keperluan murid-muridnya serta keperluan kerajaan. Salah satu kitabnya yang
terkenal adalah Kitab Sabilal Muhtadin yang merupakan kitab Hukum-Fiqh dan
menjadi kitab-pegangan pada waktu itu, tidak saja di seluruh Kerajaan Banjar tapi
sampai ke-seluruh Nusantara dan bahkan dipakai pada perguruan-perguruan di
luar Nusantara dan juga dijadikan dasar Negara Brunai Darussalam.

5. Karya-karyanya
Kitab karya Syekh Muhammad Arsyad yang paling terkenal ialah Kitab
Sabilal Muhtadin, atau selengkapnya adalah Kitab Sabilal Muhtadin lit-tafaqquh fi
amriddin, yang artinya dalam terjemahan bebas adalah Jalan bagi orang-orang
yang mendapat petunjuk untuk mendalami urusan-urusan agama. Syeikh
Muhammad Arsyad telah menulis untuk keperluan pengajaran serta pendidikan,
beberapa kitab serta risalah lainnya, diantaranya ialah:
Kitab Ushuluddin yang biasa disebut Kitab Sifat Duapuluh,
Kitab Tuhfatur Raghibin, yaitu kitab yang membahas soal-soal itikad serta
perbuatan yang sesat,
Kitab Nuqtatul Ajlan, yaitu kitab tentang wanita serta tertib suami-isteri,
Kitabul Fara-idl, semacam hukum-perdata.
Dari beberapa risalahnya dan beberapa pelajaran penting yang langsung
diajarkannya, oleh murid-muridnya kemudian dihimpun dan menjadi semacam Kitab
Hukum Syarat, yaitu tentang syarat syahadat, sembahyang, bersuci, puasa dan yang
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

85


berhubungan dengan itu, dan untuk mana biasa disebut Kitab Parukunan. Sedangkan
mengenai bidang Tasawuf, ia juga menuliskan pikiran-pikirannya dalam Kitab
Kanzul-Makrifah.
Setelah 40 tahun mengembangkan dan menyiarkan Islam di wilayah
Kerajaan Banjar, akhirnya pada hari selasa, 6 Syawwal 1227 H (1812 M) Allah SWT
memanggil Syekh Muh. Arsyad ke hadirat-Nya. Usia beliau 105 tahun dan
dimakamkan di desa Kalampayan, sehingga beliau juga dikenal dengan sebutan
Datuk Kalampayan.

6. Pengarang Sabil al-Muhtadin

Nama lengkap Syeikh Muhammad Arsyad bin Abdullah bin Abdur Rahman
al-Banjari bin Saiyid Abu Bakar bin Saiyid Abdullah al-'Aidrus bin Saiyid Abu Bakar
as-Sakran bin Saiyid Abdur Rahman as-Saqaf bin Saiyid Muhammad Maula
ad-Dawilah al-'Aidrus, dan seterusnya sampai kepada Saidina Ali bin Abi Thalib dan
Saidatina Fatimah binti Nabi Muhammad s.a.w. Riwayat kedatangan datuk nenek
Syeikh Muhammad Arsyad ke dunia Melayu terjadi pertikaian pendapat. Ada riwayat
mengatakan bahwa yang pertama datang ialah Saiyid Abdullah bin Saiyid Abu Bakar
as-Sakran.

7. Beliau telah datang ke Filipina, dan berhasil mendirikan Kerajaan Mindano.

Menurut H.M Syafie bahwa ayah Abdullah bernama Saiyid Abu Bakar (berarti
datuk kepada Syeikh Muhammad Arsyad) adalah Sultan Mindano.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

86


Abdullah pula pernah sebagai pemimpin peperangan melawan Portugis, kemudian
ikut melawan Belanda lalu melarikan diri bersama isterinya ke Lok Gabang
(Martapura).
Dalam riwayat yang kurang jelas, apakah Saiyid Abu Bakar as-Sakran atau
pun Saiyid Abu Bakar bin Saiyid `Abdullah al-'Aidrus, dikatakan berasal dari
Palembang pindah ke Johor, selanjutnya ke Brunei Darussalam, Sabah dan
Kepulauan Sulu.
Yang terjadi pertikaian pendapat pula nama ayah Abdullah, selain dikatakan
Abdullah bin Abdur Rahman dan Abdullah bin Saiyid Abu Bakar, ada lagi riwayat yang
menyebut bahwa Abdullah itu adalah anak Kerta Suta. Kerta Suta anak Muslihuddin.
Muslihuddin anak Muhammad Aminuddin.

8. Pendidikan
Muhammad Arsyad al-Banjari lahir pada malam Khamis, pukul 3.00 (waktu
sahur), 15 Safar 1122 H/17 Mac 1710 M, wafat pada 6 Syawal 1227 H/3 Oktober
1812 M.
Pendidikannya ketika kecil tidak begitu jelas, tetapi pendidikannya dilanjutkan
ke Mekah dan Madinah. Sangat popular bahwa beliau belajar di Mekah sekitar 30
tahun dan di Madinah sekitar lima tahun. Sahabatnya yang paling penting yang
banyak disebut oleh hampir semua penulis ialah Syeikh `Abdus Shamad al -Falimbani,
Syeikh Abdur Rahman al-Mashri al-Batawi dan Syeikh Abdul Wahhab Bugis, yang
terakhir ini menjadi menantu beliau. Gurunya pula yang banyak disebut ialah Syeikh
Muhammad bin Sulaiman al-Kurdi, Syeikh `Athaullah dan Syeikh Muhammad bin
Abdul Karim as-Sammani al-Madani. Selama belajar di Mekah Syeikh Muhammad
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

87


Arsyad bin Abdullah al-Banjari tinggal di sebuah rumah yang dibeli oleh Sultan Banjar.
Rumah tersebut terletak di kampung Samiyah yang disebut juga dengan Barhat
Banjar. Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari dan kawan-kawannya selain belajar
kepada ulama-ulama bangsa Arab, juga belajar kepada ulama-ulama yang berasal
dari dunia Melayu. Di antara guru mereka yang berasal dari dunia Melayu ialah:
Syeikh Abdur Rahman bin Abdul Mubin Pauh Bok al-Fathani, Syeikh Muhammad Zain
bin Faqih Jalaluddin Aceh dan Syeikh Muhammad `Aqib bin Hasanuddin al-Falimbani,
dan barangkali banyak lagi.
Hampir semua ilmu keislaman yang telah dipelajari di Mekah dan Madinah
mempunyai sanad atau silsilah yang musalsal mulai dari beliau hingga ke atasnya. Hal
ini cukup jelas seperti yang ditulis oleh Syeikh Yasin Padang dalam beberapa buah
karya beliau. Lama masa belajar di Mekah dan Madinah, dalam jumlah pelajaran dan
jenis kitab yang banyak dipelajari, ditambah lagi belajar kepada ulama yang
benar-benar ahli di bidangnya masing-masing, di tempat sumber agama Islam itu
sendiri, serta diperoleh daripada ulama-ulama yang warak, maka tidak diragukan
bahwa Syeikh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari akhirnya menjadi seorang
ulama besar tanah Jawi atau dunia Melayu. Kewarakannya diakui oleh ulama-ulama
yang datang kemudian daripada beliau karena banyak bukti-buktinya.
Selain bukti berupa karya-karyanya, juga dapat diambil tentang jasa-jasanya
mencelikkan mata terutama rakyat Banjar atau seluruh dunia Melayu melalui
karangannya yang paling terkenal Sabil al-Muhtadin. Selain itu ternyata keturunan
beliau sangat banyak yang menjadi ulama. Ini sebagai bukti bahwa Syeikh
Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari telah berhasil membasmi kejahilan selain
untuk dirinya pribadi, untuk keturunannya, keluarga besar Banjar, bahkan juga
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

88


pengaruhnya dirasakan di seluruh dunia Melayu. Hal ini dikarenakan memang hampir
tidak ada ulama dunia Melayu yang tidak kenal dengan karyanya Sabil al-Muhtadin
tersebut.


9. Sahabat-sahabat

Walaupun nama-nama sahabatnya yang banyak disebut oleh beberapa orang
pengarang, namun untuk melengkapi maklumat ini, di bawah ini beberapa sederet
nama sahabatnya yang telah diketahui. Mereka ialah: 1. Syeikh `Abdus Shamad
al-Falimbani. 2. Syeikh `Abdur Rahman al-Mashri al-Batawi, iaitu datuk kepada Saiyid
`Utsman Mufti Betawi yang terkenal. 3. Syeikh `Abdul Wahhab Sadenreng Daeng
Bunga Wardiyah berasal dari Bugis, yang kemudian menjadi menantu dari Syeikh
Muhammad Arsyad bin `Abdullah al Banjari. 4. Syeikh Ahmad Razzah orang Mesir. 5.
Syeikh Muhammad Nafis bin Idris al-Banjari, pengarang kitab ad-Durr an-Nafis. 6.
Syeikh Mahmud bin Kinan al-Falimbani. 7. Syeikh Muhammad `Asyiquddin bin
Shafiyuddin al-Falimbani. 8. Syeikh Muhammad Shalih bin `Umar as-Samarani
(Semarang) yang digelar dengan Imam Ghazali Shaghir (Imam Ghazali Kecil). 9.
Syeikh `Utsman bin Hasan ad-Dimyati. 10. Syeikh `Abdur Rahman bin `Abdullah bin
Ahmad at-Tarmasi 11. Syeikh Haji Zainuddin bin `Abdur Rahim bin `Abdul Lathif bin
Muhammad Hasyim bin `Abdul Mannan bin Ahmad bin `Abdur Rauf al-Fathani. 12.
Kiyai Musa Surabaya dan ramai lagi.


Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

89



10. Penulisan

Tradisi kebanyakan ulama, ketika mereka belajar dan mengajar di Mekah,
sekaligus menulis kitab di Mekah juga. Lain halnya dengan Syeikh Muhammad Arsyad
bin `Abdullah al-Banjari, walaupun dipercayai bahwa beliau juga pernah mengajar di
Mekah, namun karya yang dihasilkannya ditulis di Banjar sendiri. Lagi pula
nampaknya beliau lebih mencurahkan khidmat darma baktinya di tempat kelahirannya
sendiri yang seolah-olah tanggungjawab rakyat Banjar terbeban di bahunya. Ketika
mulai pulang ke Banjar, memang beliau sangat sibuk mengajar dan menyusun segala
macam bidang yang bersangkut-paut dengan dakwah, pendidikan dan pentadbiran
Islam. Walaupun begitu beliau masih sempat menghasilkan beberapa buah karangan.
Karangannya yang sempat dicatat adalah seperti berikut di bawah ini :
1. Tuhfah ar-Raghibin fi Bayani Haqiqah Iman al-Mu'minin wa ma Yufsiduhu
Riddah ar-Murtaddin, diselesaikan tahun 1188 H/1774 M
2. Luqtah al-'Ajlan fi al-Haidhi wa al-Istihadhah wa an-Nifas an-Nis-yan,
diselesaikan tahun 1192 H/1778 M.
3. Sabil al-Muhtadin li at-Tafaqquhi fi Amri ad-Din, diselesaikan pada hari Ahad,
27 Rabiulakhir 1195 H/1780 M
4. Risalah Qaul al-Mukhtashar, diselesaikan pada hari Khamis 22 Rabiulawal
1196 H/1781 M.
5. Kitab Bab an-Nikah.
6. Bidayah al-Mubtadi wa `Umdah al-Auladi
7. Kanzu al-Ma'rifah
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

90


8. Ushul ad-Din
9. Kitab al-Faraid
10. Hasyiyah Fat-h al-Wahhab
11. Mushhaf al-Quran al-Karim
12. Fat-h ar-Rahman
13. Arkanu Ta'lim as-Shibyan
14. Bulugh al-Maram
15. Fi Bayani Qadha' wa al-Qadar wa al-Waba'
16. Tuhfah al-Ahbab
17. Khuthbah Muthlaqah Pakai Makna. Kitab ini dikumpulkan semula oleh
keturunannya, Abdur Rahman Shiddiq al-Banjari. Dicetak oleh Mathba'ah
Al-Ahmadiah, Singapura, tanpa dinyatakan tarikh cetak.
Ada pun karyanya yang pertama, iaitu Tuhfah ar-Raghibin, kitab ini sudah
jelas atau pasti karya Syeikh Muhammad Arsyad bin `Abdullah al-Banjari bukan karya
Syeikh `Abdus Shamad al-Falimbani seperti yang disebut oleh Dr. M. Chatib Quzwain
dalam bukunya, Mengenal Allah Suatu Studi Mengenai Ajaran Tasawuf Syeikh Abdus
Samad AI-Falimbani, yang berasal daripada pendapat P. Voorhoeve. Pendapat yang
keliru itu telah saya bantah dalam buku Syeikh Muhammad Arsyad (l990).
Dasar saya adalah bukti-bukti sebagai yang berikut:
1. Tulisan Syeikh Daud bin Abdullah al-Fathani, ``Maka disebut oleh yang
empunya karangan Tuhfatur Raghibin fi Bayani Haqiqati Imanil Mu'minin bagi
`Alim al-Fadhil al-'Allamah Syeikh Muhammad Arsyad.''
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

91


2. Tulisan Syeikh `Abdur Rahman Shiddiq al-Banjari dalam Syajaratul
Arsyadiyah, ``Maka mengarang Maulana (maksudnya Syeikh Muhammad
Arsyad al-Banjari, pen:) itu beberapa kitab dengan bahasa Melayu dengan
isyarat sultan yang tersebut, seperti Tuhfatur Raghibin ...'' Pada halaman lain,
``Maka Sultan Tahmidullah Tsani ini, ialah yang disebut oleh orang
Penembahan Batu. Dan ialah yang minta karangan Sabilul Muhtadin lil
Mutafaqqihi fi Amrid Din dan Tuhfatur Raghibin fi Bayani Haqiqati Imani
Mu'minin wa Riddatil Murtaddin dan lainnya kepada jaddi (Maksudnya:
datukku, pen :) al-'Alim al-'Allamah al-'Arif Billah asy-Syeikh Muhammad
Arsyad bin `Abdullah al-Banjari.''
3. Pada cetakan Istanbul,












Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

92


BAB IV
BENTUK BENTUK PENINGGALAN ISLAM

Islam tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Bukti keberadaan Islam itu
dapat dilihat bukan saja dari para pemeluknya yang memiliki pengikut paling besar di
Indonesia.Bukti historis dan arkeologis juga mendukung keberadaan Islam di
Indonesia.Bukti historis dan arkeologis dapat dilihat pada budaya dan tradisi yang
telah lama hidup dan berkembang pada masyarakat.Peninggalan Islam yang dapat
kita saksikan hari ini merupakan perpaduan antara kebudayaan Islam dan
kebudayaan setempat. Hasil-hasil kebudayaan yang bercorak Islam dapat kita
temukan antara lain dalam bentuk bangunan (masjid, makam) dan seni.
a. Peninggalan dalam Bentuk Bangunan
Bangunan yang menjadi ciri khas Islam antara lain ialah masjid, istana/keraton,
dan makam (nisan).
1) Masjid
Masjid merupakan tempat salat umat Islam. Masjid tersebar di berbagai
daerah. Namun, biasanya masjid didirikan pada tepi barat alun-alun dekat istana.
Alun-alun adalah tempat bertemunya rakyat dan rajanya. Masjid merupakan tempat
bersatunya rakyat dan rajanya sebagai sesama mahkluk Illahi dengan Tuhan. Raja
akan bertindak sebagai imam dalam memimpin salat.
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

93


Bentuk dan ukuran masjid bermacam-macam. Namun, yang merupakan ciri khas
sebuah masjid ialah atap (kubahnya). Masjid di Indonesia umumnya atap yang
bersusun, makin ke atas makin kecil, dan tingkatan yang paling atas biasanya
berbentuk limas.
Jumlah atapnya selalu ganjil. Bentuk ini mengingatkan kita pada bentuk atap
candi yang denahnya bujur sangkar dan selalu bersusun serta puncak stupa yang
adakalanya berbentuk susunan payung-payung yang terbuka. Dengan demikian,
masjid dengan bentuk seperti ini mendapat pengaruh dari Hindu-Buddha.
Beberapa di antara masjid-masjid khas Indonesia memiliki menara, tempat
muadzin menyuarakan adzan dan memukul bedug. Contohnya menara Masjid Kudus
yang memiliki bentuk dan struktur bangunan yang mirip dengan bale kul-kul di Pura
Taman Ayun. Kul-kul memiliki fungsi yang sama dengan menara, yakni memberi
informasi atau tanda kepada masyarakat mengenai berbagai hal berkaitan dengan
kegiatan suci atau yang lain dengan dipukulnya kul-kul dengan irama tertentu.
Peninggalan sejarah Islam dalam bentuk masjid, dapat kita lihat antara lain pada
beberapa masjid berikut.
(1) Masjid Banten (bangun beratap tumpang)
(2) Masjid Demak (dibangun para wali)
(3) Masjid Kudus (memiliki menara yang bangun dasarnya serupa meru)
(4) Masjid Keraton Surakarta, Yogyakarta, Cirebon (beratap tumpang)
(5) Masjid Agung Pondok Tinggi (beratap tumpang)
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

94


(6) Masjid tua di Kotawaringin, Kalimantan Tengah (dibangun ulama penyebar
siar pertama di Kalteng)
(7) Masjid Raya Aceh, Masjid Raya Deli (dibangun zaman Sultan Iskandar Muda)
2) Makam dan Nisan
Makam memiliki daya tarik tersendiri karena merupakan hasil kebudayaan.
Makam biasanya memiliki batu nisan. Di samping kebesaran nama orang yang
dikebumikan pada makam tersebut, biasanya batu nisannya pun memiliki nilai budaya
tinggi. Makam yang terkenal antara lain makam para anggota Walisongo dan makam
raja-raja.
Pada makam orang-orang penting atau terhormat didirikan sebuah rumah
yang disebut cungkup atau kubah dalam bentuk yang sangat indah dan megah.
Misalnya, makam Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, dan sunan-sunan besar yang lain.
Peninggalan sejarah Islam dalam bentuk makam dapat kita lihat antara lain pada
beberapa makam berikut :

(1) Makam Sunan Langkat (di halaman dalam masjid Azisi, Langkat)
(2) Makam Walisongo
(3) Makam Imogiri (Yogyakarta)
(4) Makam Raja Gowa
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

95


Peninggalan sejarah Islam dalam bentuk nisan dapat kita lihat antara lain
pada beberapa nisan berikut :
1. Di Leran, Gresik (Jawa timur) terdapat batu nisan bertuliskan bahasa dan
huruf Arab, yang memuat keterangan tentang meninggalnya seorang
perempuan bernama Fatimah binti Maimun yang berangka tahun 475
Hijriah (1082 M);
2. Di Sumatra (di pantai timur laut Aceh utara) ditemukan batu nisan Sultan
Malik alsaleh yang berangka tahun 696 Hijriah (!297 M);
3. Di Sulawesi Selatan, ditemukan batu nisan Sultan Hasanuddin;
4. Di Banjarmasin, ditemukan batu nisan Sultan Suryana Syah; dan
5. Batu nisan di Troloyo dan Trowulan.

b) Peninggalan dalam Bentuk Karya Seni
Peninggalan Islam dapat juga kita temui dalam bentuk karya seni seperti seni
ukir, seni pahat, seni pertunjukan, seni lukis, dan seni sastra. Seni ukir dan seni pahat
ini dapat dijumpai pada masjid-masjid di Jepara. Seni pertunjukan berupa rebana dan
tarian, misalnya tarian Seudati. Pada seni aksara, terdapat tulisan berupa huruf
arab-melayu, yaitu tulisan arab yang tidak memakai tanda (harakat, biasa disebut arab
gundul).
Salah satu peninggalan Islam yang cukup menarik dalam seni tulis ialah
kaligrafi. Kaligrafi adalah menggambar dengan menggunakan huruf-huruf arab.
Kaligrafi dapat ditemukan pada makam Malik As-Saleh dari Samudra Pasai.
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

96


Karya sastra yang dihasilkan cukup beragam. Para seniman muslim
menghasilkan beberapa karya sastra antara lain berupa syair, hikayat, suluk, babad,
dan kitab-kitab.
Syair banyak dihasilkan oleh penyair Islam, Hamzah Fansuri. Karyanya yang
terkenal adalah Syair Dagang, Syair Perahu, Syair Si Burung Pangi, dan Syair Si
Dang Fakir.
Syair-syair sejarah peninggalan Islam antara lain Syair Kompeni Walanda,
Syair Perang Banjarmasin, dan Syair Himop. Syair-syair fiksi antara lain Syair Ikan
Terumbuk dan Syair Ken Tambunan.
Hikayat adalah karya sastra yang berisi cerita atau dongeng yang sering
dikaitkan dengan tokoh sejarah. Peninggalan Islam berupa hikayat antara lain,
Hikayat Raja Raja Pasai, Hikayat Si Miskin (Hikayat Marakarma), Hikayat Bayan
Budiman, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Hang Tuah, dan Hikayat Jauhar Manikam.
Suluk adalah kitab-kitab yang berisi ajaran-ajaran tasawuf. Peninggalan Islam
berupa suluk antara lain Suluk Wujil, Suluk Sunan Bonang, Suluk Sukarsa, Suluk
Syarab al Asyiqin, dan Suluk Malang Sumirang.
Babad adalah cerita sejarah tetapi banyak bercampur dengan mitos dan
kepercayaan masyarakat yang kadang tidak masuk akal. Peninggalan Islam berupa
babad antara lain Babad Tanah Jawi, Babad Sejarah Melayu (Salawat Ussalatin),
Babad Raja-Raja Riau, Babad Demak, Babad Cirebon, Babad Gianti.
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

97


Adapun kitab-kitab peninggalan Islam antara lain Kitab Manik Maya,
Us-Salatin Kitab Sasana-Sunu, Kitab Nitisastra, Kitab Nitisruti, serta Sastra Gending
karya Sultan Agung.



























Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

98


BAB V
KEADAAN BANGSA INDONESIA MENJELANG
KEMERDEKAAN


A. Keadaan Sosial Ekonomi

Yang mendorong bangsa Belanda datang ke Indonesia pada Abad ke 17
antara lain :
Pembalasan terhadap Islam (reconquista),
Untuk mencari kejayaan menyebarkan agama Nashrani (god),
Mencari kekayaan (gold).
Dengan adanya tujuan tersebut, maka Belanda melakukan penindasan
dan pemerasan terhadap bangsa Indonesia. Maka dikenalah kerja Rodi (Kerja
paksa) dan tanam paksa (cultuurstelsel).
Belanda dalam menghadapi masyarakat Indonesia membagi menjadi 4
golongan yaitu :
Golongan bangsa Eropa (Belanda)
Golongan bangsa Eropa merupakan golongan tertinggi. Golongan
ini mendapat perlakuan yang istimewa, contohnya seperti
perbedaan dalam hukum dan kesempatan memperoleh pendidikan.
Golongan bangsa China
Golongan China adalah bangsa kelas dua. Pemerintah kolonial
Belanda menjadikan golongan China sebagai pedagang perantara
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

99


yang terjun langsung ke desa-desa. Golongan China banyak
diberikan kelonggaran dalam ekonomi.
Golongan bangsa asing seperti Arab, India.
Golongan bangsa pribumi (penduduk asli Indonesia), terbagi
menjadi dua :
1. Golongan Priyayi (ningrat)
2. Golongan rakyat biasa seperti para ulama, pedagang dan
petani.
Perubahan pelapisan masyarakat (stratifikasi sosial) yang dibentuk oleh
Bnagsa Belanda hancur setelah Jepang berhasil menduduki Indonesia pada
tahun 1942 M. Pemerintah Jepang mendukung perkembangan golongan
pribumi, terutama golongan non priyayi, sebab Jepang tidak yakin dan masih
meragukan golongan priyayi.
Disisi lain pemerintah pendudukan Jepang membutuhkan dukungan
bangsa Indonesia dalam perang Asia Timur Raya melawan tentara Sekutu,
dukungan itu hanya dapat diperoleh dengan jalan mendekati para tokoh agama
disamping tokoh pergerakan nasional seperti Soekarno dan Moch. Hatta.
Pada tahun 1910 M. sampai 1920 M negeri-negeri Eropa termasuk
Belanda dibayang-bayangi oleh pecahnya perang besar. Persaingan diantara
negeri-negeri Eropa ini menimbulkan perang dunia pertama yang berlangsung
antara tahun 1914-1918 M.
Walaupun perang ini tidak melebar sampai wilayah Indonesia, tetapi
dampaknya sampai juga ke Indonesia. Sebab Indonesia adalah negeri jajahan
Belanda. Jadi kegoncangan ekonomi akibat perang di negeri Belanda
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

100


mempunyai pengaruh juga di Indonesia. Belanda menghadapi biaya
pemerintahan yang tinggi, sementara pendapatan berkurang.
Pada tahun 1920 sampai 1930 M merupakan masa pembangunan
kembali perekonomian Belanda. Pemerintah kolonial Belanda mengubah politik
eksploitasinya menjadi politik jajahan yang tidak lagi menjadikan Indonesia
sebagai daerah perahan, tetapi sebagai daerah yang perlu dikembangkan.
Sebab pemerintah kolonial Belanda membutuhkan kemampuan daya beli
rakyat jajahannya. Kesadaran semacam itu telah timbul pada akhir abad
ke 19 M.
Periode antara tahun 1930 M sampai kedatangan Jepang Tahun 1942 M
merupakan masa bayang-bayang krisis ekonomi. Sekali lagi dunia dilanda
persaingan yang keras diantara negara-negara imperalis seperti Belanda,
Inggris, Jerman, Italia, Jepang dsb. Persaingan kali ini menimbulkan perang
yang lebih besar yang dikenal dengan Perang Dunia Kedua yang berlangsung
tahun 1940 sampai tahun 1945 M. Perang dunia kedua ini tidak hanya terjadi di
Benua Eropa tetapi ke seluruh dunia termasuk Indonesia.
Tahun 1942 M sampai 1945 M adalah masa penjajahan Jepang di
Indonesia. Masa penajajahan Jepang merupakan masa tersulit bagi bangsa
Indonesia, sebab pemerintahan pendudukan Jepang tidak terlalu memikirkan
pembangunan perekonomian di Indonesia. Mereka lebih banyak disibukan oleh
kegiatan penggalangan massa untuk menghadapi perang besar melawan
tentara Sekutu.


Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

101


B. Keadaan Politik

Keadaan Politik Indonesia menjelang kemerdekaan relatif tenang.
Periode antara tahun1900 sampai dengan Indonesia merdeka pada tanggal 17
Agustus 1945 dapat dikatakan sebagai masa damai antara pemerintah kolonial
Belanda dengan bangsa Indonesia. Selama periode ini, sudah tidak ada lagi
perang besar seperti yang dilakukan oleh para sultan maupun ulama.
Terkecuali daerah Aceh. Para ulama Aceh masih meneruskan perjuangan
senjata terhadap pemerintah kolonial Belanda sampai tahun 1920-an.
Untuk sebagian besar wilayah Indonesia, posisi para sultan dan ulama
secara perlahan telah digantikan oleh kaum terpelajar Indonesia. Kaum
terpelajar Indonesia berbeda strategi perjuangan dengan para sultan dan kyai
dalam menghadapi pemerintah kolonial Belanda. Mereka, kaum terpelajar tidak
lagi melancarkan perlawanan senjata. Mereka lebih suka melancarkan
perlawanannya dalam bentuk lain, yaitu dengan cara mendirikan
perkumpulan-perkumpulan sosial dan politik. Maka berdirilah perkumpulan
seperti :
1. Budi Utomo tahun 1908 M,
2. Serikat Dagang Islam yang kemudian menjadi Serikat Islam tahun
1912.
3. Organisasi Muhammadiyah
4. Indische Partij.


Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

102


Tahun berikutnya berdirilah perkumpulan pemuda yang bersifat
kedarahan, seperti :
1. Jong Java
2. Jong Sumatramen Bond
3. Jong Minahasa
4. Jong Batak
5. Jong Ambon
6. Jong Celebes (Sulawesi) Timorees Verbond, dan Pasundan.
7. Jong Islamieten Bond.

Pemerintah kolonial Belanda tidak dapat melarang berdirinya organisasi
sosial politik semacam itu, apalagi antara tahun 1914 M sampai 1918 M
pemerintah Belanda terlibat dalam perang dunia pertama. Walaupun perang
dunia pertama berkobar di Eropa, tetapi membawa pengaruh yang dalam di
Indonesia sebagai negeri jajahan Belanda.
Dalam rangka mencegah akibat buruk perang ini, maka pemerintah
kolonial Belanda membentuk Volksraad (Dewan Rakyat, semacam DPR
sekarang). Volksraad ini dibentuk dengan tujuan untuk menentramkan gejolak
bangsa indonesia mendapatkan kesempatan dan kedudukan yang sama
dengan bangsa eropa, terutama dalam masalah-masalah politik. Disamping itu
pemerintah kolonial Belanda juga berkepentingan untuk mendapatkan
dukungan dari rakyat Indonesia dalam menghadapi musuh-musuhnya di
Eropa.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

103


Dalam kaitan ini pemerintah kolonial Belanda mengizinkan berdirinya
organisasi politik bangsa Indonesia di negeri Belanda dengan nama Indische
Vereeniging yang pada tahun 1922 M berubah menjadi Indonesische
Vereeniging (Perhimpunan Indonesia).
Diantara organisasi sosial politik diatas yang paling berpengaruh adalah
Sarikat Islam. Para pemimpin Sarikat Islam seperti Haji Omar Said
Cokroaminoto dan Haji Agus Salim berhasil mempersatukan bangsa Indonesia
dengan ikatan agama. Keberhasilan Sarikat Islam ini tidak lain karena
mayoritas bangsa Indonesia memeluk agama Islam. Sehingga Sarikat Islam
menjadi organisasi massa yang pertama di Indonesia.
Pengaruh Sarikat Islam sangat besar sampai tahun 1920 M. Tetapi
tahun-tahun berikutnya merupakan kemunduran. Ada tiga sebab hilangnya
peranan Sarikat Islam yaitu :
1. Pada tahun 1922 M Sarikat Islam pecah menjadi dua yaitu Sarikat
Islam Putih dan Sarikat Islam Merah yang kemudian menjadi Sarikat
Rakyat (SR). SR menjadi cikal bakal Partai Komunis Indonesia (PKI).
2. Pada tahun 1927 M berdiri Partai Nasional Indonesia (PNI). PNI yang
didirikan oleh Ir. Soekarno yang kemudian menjadi presiden Republik
Indonesia yang pertama, merupakan organisasi politik yang
berpengaruh menggantikan posisi Sarikat Islam. Tetapi PNI ini
berusia pendek karena tahun 1930 para pemimpinnya ditangkap oleh
Kolonial Belanda, kemudian atas gagasan Moch. Hatta di negeri
Belanda, maka diutuslah Sultan Syahrir mendirikan kembali PNI
dengan singkatan Pendidikan Nasio~ Indonesia.
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

104


3. Meninggalnya Haji Omar Said Cokroaminoto pada tahun 1934 M.
Sehingga Sarikat Islam yang pada tahun 1930 berubah menjadi
Partai Sarikat Islam Indonesia (PSII) mengalami perpecahan.

Pada tahun 1926 M lahir perkumpulan para ulama milik pondok
pesantren di Indonesia yang diberi nama Nahdlatul Ulama (NU). Salah satu
tujuan dibentuknya NU adalah untuk mengimbangi pengaruh gerakan
pembaharuan yang dilakukan oleh Muhammadiyah yang dianggap memiliki
pandangan berbeda saat itu dalam bidang pemahaman keagamaan dengan
kelompok salaf. Organisasi NU sering disebut sebagai golongan salafiyah,
yang memegang teguh warisan pemikiran dan praktek keagamaan ulama
terdahulu. Sedangkan Muhammadiyah sering disebut sebagai golongan
modernis yang membawa faham-faham baru.
Pada tahun 1937 berdiri Majelis Islam Ala Indonesia (MIAI) yang
berusaha mempersatukan kembali ummat Islam, seperti yang pernah
dilakukan Sarikat Islam. Tetapi tidak bisa berkembang pesat, sebab tahun 1940
sampai tahun 1945 meletus perang Dunia Kedua yang tidak hanya di Eropa
tetapi sampai ke Asia termasuk Indonesia. Pada tahun 1942 M Jepang berhasil
menduduki Indonesia. Tak lama kemudian pemerintah Jepang membekukan
semua organisasi politik Indonesia. MIAI didirikan kembali di Jakarta tanggal
05 September 1942 M. Kemudian pada akhir tahun namanya diubah menjadi
Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi).
Selain mendirikan kembali MIAI, pemerintah Jepang mendirikan Pusat
tenaga Rakyat (Putera), Pembela Tanah Air (Peta), tentara Hizbullah dll.
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

105


Kesemua organisasi tersebut dimaksudkan agar pemerintah Jepang mendapat
dukungan bangsa Indonesia dalam perang Asia Timur menghadapi tentara
sekutu.
Dan diakhir penjajahannya di Indonesia, pemerintah Jepang
menjanjikan kemerdekaan kepada Indonesia. Maka pada tahun 1945 M
dibentuklah Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Sebenarnya sejak tahun 1944 M pihak Jepang telah banyak mengalami
kekalahan dalam perangnya dengan Sekutu. Tetapi berita itu tidak banyak
diketahui oleh bangsa Indonesia, sebab sejak saat itu pemerintah Jepang
melarang mendengarkan siaran radio luar negeri. Jadi hanya berita dari
Jepanglah yang sudah diputar balikkan yang boleh didengar oleh bangsa
Indonesia.

C. Keadaan Pendidikan

Adapun didirikan Sekolah Rakyat yang didirikan oleh pemerintah
Kolonial Belanda adalah agar para pribumi tidak buta huruf.
Dilihat dari tujuan pendidikan tersebut menunjukan bahwa pemerintah
kolonial Belanda dalam menjajah Indonesia kurang sekali memperhatikan
masalah pendidikan bagi para pribumi. Pendidikan dasar yang disediakan
untuk anak-anak pribumi yang hanya mengajarkan keahlian baca tulis.
Pendidikan semacam ini dikenal dengan nama Sekolah Rakyat.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

106


Pemerintah Belanda terhadap masalah pendidikan bagi pribumi agak
meningkat setelah pidato kenegaraan Ratu Wihelma di negeri Belanda pada
tahun 1901 M. Dalam pidatonya tersebut Ratu Belanda itu menekankan
perlunya menerapkan cara penjajahan baru di Indonesia. Isi pokok pidato
tersebut adalah pergantian dan sistem eksploitasi menjadi politik etis.
Maka didirikanlah sekolah-sekolah lanjutan khusus anak-anak pribumi
seperti :
1. Sekolah Desa
Yaitu sekolah khusus untuk orang jelata lama pendidkan ini
selama 3 tahun, guru pengajarnya diambil dari pegawai desa bukan
guru pegawai negeri, biaya pendidikan diambil dari kas desa, tujuan
sekolah ini untuk memberantas buta huruf, berhitung dan membaca.
2. Sekolah Vorlog
Sekolah Vorlog yaitu sekolah lanjutan Sekolah Desa, lama
pendidika ini selama 2 tahun.
3. Sekolah Kelas I
Sekolah Kelas I, sejak tahun 1914 M, dijadikan HIS, khususnya
untuk anak priyayi dan dapat melanjutkan ke MULO (Vetgebreid
Lager Onderwisj / SMP ), AMS (Algemene Middlebare School /
SMA), STOVIA (Sekolah Perguruan Tinggi).
Sekolah sekolah semacam diatas, adalah sekolah model barat. Sistem
pengajarannya dan cara pengelolaannya mengikuti model pendidikan yang
berlaku di negeri Belanda. Para siswa di sekolah model barat disiapkan untuk
menjadi pegawai pemerintah kolonial Belanda.
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

107


Sekolah semacam ini terutama diminati oleh golongan priyayi (ningrat),
dan memang untuk menjadi siswa disekolah tersebut haruslah anak-anak yang
tergolong ningrat. Dan sekolah itu kebanyakan untuk kaum laki-laki.

Adanya perbedaan serta pembatasan yang dilakukan pemerintah
kolonial Belanda dalam masalah pendidikan ini menimbulkan ketidak-
senangan beberapa tokoh Indonesia. Maka bermunculanlah sekolah-sekolah
yang didirikan oleh golongan pribumi seperti :
Sekolah yang didirikan oleh Raden Ajeng Kartini di Jawa Tengah,
Sekolah yang didirikan oleh Raden Dewi Sartika di Jawa Barat,
Sekolah Taman Siswa oleh Ki Hajar Dewantara
Sekolah Muhammadiyah yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan di
daerah Jogjakarta Jawa Tengah.
Sekolah-sekolah tersebut banyak meniru sekolah-sekolah yang didirikan
oleh pemerintah kolonial Belanda.
Kehausan bangsa Indonesia terhadap kebutuhan pendidikan nyata
sekali, bahkan untuk golongan priyayi:
Mereka berusaha memasukkan anak-anak mereka ke sekolah
yang bahasa pengantarnya menggunakan bahasa Belanda.
Ada juga beberapa yang lebih senang memasukkan anak-anak
mereka ke sekolah-sekolah Islam dan mengirim anak-anak
mereka untuk mendalami masalah-masalah agama di Timur
Tengah.
Malah ada juga diantaranya yang mengirim anak-anak mereka
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

108


untuk belajar di negeri Belanda.
Pendidikan Jepang di Indonesia antara tahun 1942 sampai 1945 tidak
membawa hal baru dalam masalah pendidikan. Pemerintah pendudukan
Jepang bahkan tidak memikirkan tentang pendidikan untuk pribumi. Mereka
banyak disibukkan dengan masalah perang Asia Timur Raya yang semaki hari
semakin membesar. Dan pihak Jepang banyak mengalami kekalahan di
beberapa medan pertempuran melawan tentara Sekutu. Jadi penjajahan
Jepang berbeda dengan penjajahan Belanda di Indonesia. Jika Belanda
berhasil memperkenalkan sekolah model Barat maka Jepang sama sekali tidak
memperkenalkan Sekolah model Jepang.














Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

109


BAB VI
PERAN UMMAT ISLAM
DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN

A. Lembaga Pendidikan Islam

Pondok pesantren selama masa penjajahan baik masa Belanda
maupuin Jepang pondok pesantren berhasil bertahan dan malah terus
berkembang. Pondok pesantren biasanya terletak di daerah pedesaan.
Kelebihan lembaga pendidikan pondok pesantren dengan yang lainnya
adalah :
Tidak terputusnya hubungan guru dan murid, walaupun santri
tersebut telah lama lulus dari pondok pesantren.
Tidak hanya diajarkan masalah-masalah ilmu agama saja, tetapi
juga masalah-masalah yang berhubungan langsung dengan
masyarakat, seperti bertani, berladang dan sebagainya.
Lulusan pondok pesantren dapat terjun langsung begitu ia lulus dari
pondoknya.
Banyak diantaranya yang yang kemudian muncul menjadi tokoh
masyarakat, mereka umunya menjadi guru-guru agama.
Lulusan pondok pesantren banyak diantaranya yang kemudian
mendirikan pondok pesantren baru.
Kepribadian atau akhlaqnya lebih baik sebab diberikan ajaran agama
Islam dari pada hasil didikan diluar pondok pesantren.
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

110



Pada masa penjajahan, banyak sekali pondok pesantren menjadi
pusat penggemblengan (pengkaderan) bagi para pejuang kemerdekaan.
Dan bahkan tidak sedikit para ulama sendiri yang menjadi pemimpin
perlawanan terhadap penjajah Belanda.
Ketika sekolah-sekolah model Barat berkembang subur pada tahun
1990-an, maka beberapa tokoh Islam juga mengikuti perkembangan.
Mereka mencoba mendalami masalah-masalah agama Islam dengan
menggunakan sistem sekolah model Barat seperti penggunaan kurikulum
yang seragam dan pembagian siswa per kelas.
1. Di Yogyakarta
K.H. Ahmad Dahlan yang mendirikan sekolah Muhammadiyah
2. Di Sumatra Barat
Sekolah Thawalib dan sekolah Adabiyah
3. Di Bandung ( Jawa Barat )
Sekolah Persatuan Islam atau disingkat Persis
4. Di Jakarta
Sekolah Jamiatul Khair dan sekolah Al-Irsyad.

Meskipun sekolah-sekolah ini didirikan oleh masyarakat Arab di
Indonesia, tetapi sangat terbuka untuk masyarakat luas.
Dalam sekolah Islam model Barat ini juga diajarkan mata pelajaran
umum seperti yang diajarkan disekolah-sekolah Belanda. Biasanya
sekolah-sekolah model ini berdiri didaerah perkotaan, tetapi mereka tidak
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

111


sama dengan sekolah Belanda. Sebab tujuan pendidikan mereka bukan
untuk persiapan menjadi pegawai pemerintah Kolonial Belanda, tujuan
mereka adalah untuk menanamkan nilai-nilai Islam kepada putra-putri
mereka. Tetapi pengetahuan agama yang diajarkan di sekolah Islam model
Barat ini tidak sedalam dan sebanyak seperti yang diajarkan di pondok
pesantren.
Pada masa penjajahan Jepang, banyak para santri (siswa pondok
pesantren) yang mendapat latihan dasar ketentaraan, umumnya mereka
masuk kedalam :
Satuan tentara Hizbullah yang dibentuk tahun 1994, tetapi ada juga
yang masuk
Satuan tentara PETA (Pembela Tanah Air).
Kedua kelompok ketentaraan ini memainkan peran yang penting
pada masa kemerdekaan.
Para Ulama bersama santri berjuang untuk melawan kolonial
Belanda, sehingga berhasil mencapai kemerdekaan Indonesia yang
diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945.

B. Pengaruh Cendikiawan Muslim Luar Negeri

Negara Indonesia adalah negara yang penduduknya kebanyakan
beragama Islam. Dan dulu umat Islam Indonesia sudah terbiasa
mengadakan hubungan dengan umat Islam yang lain. Malah beberapa
orang Indonesia ada yang menjadi imam besar di kota Mekah. Jadi
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

112


walaupun bangsa Indonesia berada dalam situasi penjajahan namun tetap
mengadakan hubungan dengan pusat-pusat Islam di dunia, seperti kota
Mekah, Madinah, dan Mesir.
Pada masa perjuangan kemerdekaan, umat Islam Indonesia banyak
dipengaruhi oleh kemajuan Islam di Mesir. Adapun tokoh Islam Mesir yang
sangat berpengaruh adalah Syekh Muh Abduh. Beliau adalah seorang guru
Agama yang terkenal tidak hanya di negara Mesir, tetapi juga di seluruh
dunia Islam. Beliau banyak menulis tentang perkembangan agama Islam.
Tulisan-tulisan beliau banyak dibaca oleh umat Islam Indonesia.
Pendapat Syekh Muhammad Abduh :
Pertama, menurut beliau pintu ijtihad belum tertutup, malah
harus dibuka.
Kedua, menurut beliau kemunduran umat Islam seluruh dunia
karena umat Islam telah maningggalkan ajaran Islam.
Ummat Islam seluruh dunia harus kembali kepada ajaran Islam
yang murni yaitu Al-Quran dan Hadist.
Pemikiran Syekh Muhammad Abduh amat berpengaruh terutama
pada orang-orang Muhammadiyah. Jadi orang-orang Muhammadiyahlah
yang memperkenalkan dan mengembangkan pemikiran Syekh Muhammad
Abduh di Indonesia.
Selain Syekh Muhammad Abduh ada lagi cendekiawan muslim luar
negeri yang berpengaruh di Indonesia, seperti Syekh Jamaludin
Al-Afghani. Beliau adalah cendekiawan muslim dari negeri Afganistan.
Beliau sering mengunjungi negara-negara Islam di seluruh dunia.
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

113


Pendapat Syekh Jamaludin Al-Afghani :
Pertama,
Kemunduran umat Islam karena tidak adanya persatuan di antara
sesama umat Islam. Justru umat islam sering berperang dengan
sesamanya. Sehingga umat Islam mudah dijajah oleh bangsa
Eropa.
Kedua
Ummat Islam seluruh Dunia harus bersatu kembali untuk
mengusir penjajah bangsa Eropa.

Pemikiran Syekh Jamaludin Al Afghani yang mementingkan
persatuan ini kurang berpengaruh di Indonesia pengaruh Syekh Jamaludin
Al-Afghani tidak sebesar seperti pengaruh Syekh Muhammad Abduh.
Tetapi pemikiran Syekh Muhammad Abduh kurang berpengaruh di
kalangan ulama Nahdhatul Ulama (NU).

C. Tokoh Tokoh Umat Islam di Indonesia

Umat Islam Indonesia banyak sekali yang muncul menjadi tokoh
penting di Indonesia. Mereka ada yang terlibat penuh dalam organisasi
kemsyarakatan, tetapi banyak juga yang terlibat dalam organisasi politik.
Adapun tokoh-tokoh umat Islam Indonesia dalam masalah
kemasyarakatan adalah sebagai berikut :
Syekh Ahmad Khatib,
Syekh Taher Jamaludin
Syekh Muhammad Jamil Jambek
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

114


Haji Abdul Karim Amrullah,
Haji Abdullah Ahmad.
Mereka yang telah disebutkan ini banyak bergerak dibidang
pendidikan di daerah Sumatra. Diantara mereka yang paling terkenal
adalah Syekh Ahmad Khatib. Beliau menjadi Imam besar di Kota Mekah.
Pengaruh beliau tidak hanya pada umat Islam asala Sumatra tetapi umat
Islam seluruh Indonesia.
Adapun tokoh-tokoh yang bergerak di pulau Jawa adalah :
KH. Ahmad Dahlan (Muhammadiyah) Jogjakarta
KH. Ahmad Hasan (Persis) Bandung
Syekh Ahmad Surkati yang menjadi guru di Jamiatul Khair, dan
berpengaruh di Arab dan Indonesia.
KH. Hasyim Asyari (Pondok Pesatren Tebu Ireng) Jombang
KH. Bisyri Syamsuri (Pondok Pesantren di Den Anyar), yang
berpengaruh di seluruh pondok pesantren Indonesia.
Tokoh umat Islam yang telah disebutkan diatas sangat besar jasanya
dalam menanamkan nilai-nilai Islam. Umumnya bangsa Indonesia
mendapatkan pengetahuan agama dari mereka atau dari murid-murid
mereka.
Sedangkan tokoh-tokoh umat Islam yang bergerak dalam bidang
politik yaitu :
H. Samanhudi yang menjadi pelopor berdirinya Sarikat Islam.
H. Umar Said Cokroaminoto
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

115


H. Agus Salim
Keduanya merupakan tokoh Sarikat Islam yang terkenal dan telah
berhasil membawa Sarikat Islam menjadi organisasi yang terbesar saat itu.
Kemunduran Sarikat Islam pada tahun 1920 M tidak menyurutkan
perjuangan umat Islam Indonesia.
Dengan surutnya pergerakan Sarikat Islam yang didirikan oleh H.
Samanhudi, justru berkembangnya pemikiran untuk mendirikan
perkumpulan-perkumpulan / organisasi dari kalangan muslimin,
sebagaimana banyak bermunculan tokoh-tokoh dari kalangan pondok
pesantren seperti :
KH. Bisyri Syamsuri,
KH. Hasyim Asyari,
KH. Ridwan,
KH. Wahab Khasbullah.
Mereka adalah para pendiri Nahdhatul Ulama, para ulama ini tidak
hanya bergerak dalam bidang pendidikan saja tetapi juga dalam bidang
politik.
Pada masa menjelang kemerdekaan muncul tokoh-tokoh muda yang
lebih bersemangat dalam perjuangannya untuk mencapai Indonesia
merdeka. Umumnya mereka adalah lulusan sekolah model barat, seperti :
Muhammad Natsir,
Ir. Sukiman,
Mr. Syafrudin Prawiranegara,
Mr. Muhammad Rum.
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

116


Walaupun mereka lulusan sekolah barat, tetapi mereka berjuang
untuk kejayaan Islam di Indonesia. Para tokoh muda ini banyak terlibat
dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, misalnya menjadi anggota
:
Badan Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).


















Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

117


BAB VII
PERAN UMMAT ISLAM
DALAM MENGISI KEMERDEKAAN

A. Dikotomi Masyarakat Indonesia

Dikotomi menurut bahasa adalah terbelah / terpisah yang cenderung sulit
dipertemukan. Menurut Istilah dikotomi adalah sikap keadaan yang berbeda yang
sulit dipertahankan bahkan cenderung bertentangan.
Dikotomi masyarakat Indonesia adalah terciptanya suatu keadaan/sikap
berbeda yang dipengaruhi oleh keadaan tertentu misalnya :
Keanekaragaman suku bangsa
Keanekaragaman bahasa daerah yang digunakan
Keanekaragaman agama yang dianutnya
Keanekaragaman budaya bangsa dll.
Setelah Indonesia merdeka maka ada tugas yang lebih berat yaitu
bagaimana mengisi kemerdekaan. Sehingga kemerdekaan yang diperoleh
dengan susah payah ini dapat memakmurkan bangsa Indonesia. Hal ini
merupakan tugas yang cukup berat. Apalagi bangsa Indonesia adalah bangsa
yang bersifat pluralistik (beragam). Keberagaman bangsa Indonesia ialah bahwa :
1. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa, ada suku
Jawa, Sunda, Bugis, Makasar, Aceh, Padang, Batak dll.
2. Bangsa Indonesia memeluk agama yang berbeda, ada yang beragama
Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu dan Budha.
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

118


3. Bangsa Indonesia memiliki budaya nasional dan budaya daerah.
Keberagaman bangsa ini dipertajam dengan politik devide et impera (politik
pecah belah) pemerintah kolonial Belanda. Politik devide et impera Belanda telah
membagi bangsa Indonesia menjadi berkotak-kotak.
Perpecahan ini banyak menimbulkan perbedaan dan pertentangan antara
bangsa Indonesia. Dalam memperjuangkan kemerdekaan saja bangsa Indonesia
terbagi menjadi tiga bagian :
1. Golongan Nasionalisme
2. Nasionalisme berdasarkan Islam
3. Komunisme yang anti agama.
Ketiga golongan ini dapat bersatu dalam memperjuangkan kemerdekaan
Indonesia.
Sedangakan dikalangan umat Islam terbagi menjadi dua golongan :
1. Golongan Tradisionalis, yaitu kelompok para ulama yang tergabung
dalam organisasi Nahdhatul Ulama.
2. Golongan Modernis, yaitu kelompok para ulama yang tergabung dalam
organisasi Muhammadiyah.
Dikotomi dalam masyarakat Indonesia adalah hasil dari kebijakan politik
yang dilakukan pemerintah Hindia Belanda terutama untuk melemahkan
pengaruh Islam.
Secara garis besar ada dua kebijakan Belanda yang langsung melahirkan
dikotomi tersebut yaitu :
1. Politik adu domba (devide et impera)
2. Politik balas budi (etis)
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

119


Adapun tujuan kedua kebijakan politik tersebut adalah :
1. Melemahkan peran agama Islam dalam mengatur prilaku hidup
pemeluk agama.
2. Mengontrol secara ketat kegiatan organisasi pribumi.

1. Politik Adu Domba
Seluruh sumber ekonomi masyarakat Indonesia dikuasai oleh
Belanda atau bangsa Eropa. Penduduk yang diberi kesempatan kerja
adalah mereka yang hanya mau mendukung kolonialisme, seperti kaum
feodal dan kaum pedagang keturunan Cina. Meskipun demikian ada satu
hal yang tidak pernah bisa dihambat oleh penjajah yaitu semangat islam
yang anti penjajah. Maka pemerintah kolonial memperlakukan tokoh dari
umat Islam ditangkap dan dibawa ke daerah terpencil.
Sejarah membuktikan bahwa para ulama, kyai, guru agama, dan dai
Islam tampil sebagai tokoh utama dalam memperjuangkan kemerdekaan.
Begitu juga korban terbesar merebut kemerdekaan diderita oleh umat
Islam.
Untuk menghadapi muslimin dan segala bentuk kegiatannya,
pemerintah Belanda sangat berterima kasih kepada Christian Snock
Hugronke yang secara sungguh-sungguh mendalami seluk-beluk Islam
Indonesia maupun dinegara lain. Dia selaku penasehat Belanda untuk
wilayah jajahannya, ia menjalankan tugasnya sangat baik sekali. Salah satu
nasehatnya terhadap Belanda adalah :

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

120


1. Pengaruh Islam tidak mungkin dihambat tetapi perlu dibatasi,
2. Berikan kebebasan melaksanakan ibadah agama mereka tetapi
haji dan pendidikan perlu diawasi,
3. Jangan biarkan Islam memiliki pengaruh secara politik.
Politik adu domba yang dilakukan Belanda dengan cara-cara adalah :
1. Mengelompokan masyarakat Indonesia menjadi dua kelas :
a. Pribumi kelas 1 yaitu : bangsawan, pejabat pribumi yang
bekerja dengan Belanda, bangsa Eropa, Cina dll.
b. Pribumi kelas 2 yaitu : rakyat jelata
2. Mengelompokkan umat Islam menjadi 3 golongan yaitu :
a. Islam Priyayi
Adapun ciri-cirinya adalah :
1. Taat melaksanakan ibadah,
2. Taat melaksanakan upacara adat meskipun bertentangan
dengan Islam
3. Pengetahuan dangkal
b. Islam Santri
Islamnya pribumi, miskin dan suka memberontak :
1. Pengetahuan agamanya mendalam,
2. Taat dalam menjalankan agama,
3. Tidak mau melaksanakan upacara adat yang bertentangan
dengan Islam


Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

121


c. Islam Abangan/awam
Islamnya abangan atau orang awam adalah :
1. Pengetahuan agamanya rendah,
2. Tidak terlalu taat menjalankan ajaran agama,
3. Berasal dari masyarakat biasa.

1. Politik Etis / Politik Balas Budi
Tahun 1901 M pemerintah Belanda mengubah haluan politik dari
politik adu domba ke politik etis / balas budi.
Dengan politik etis mulai diperluas kesempatan bagi pribumi
memperoleh pendidikan pada sekolah belanda tetapi bagi umat Islam tetap
diperlakukan berbeda. Artinya tersirat dari politik etis ialah : berpura-pura
baik kepada masyarakat Indonesia dengan cara meningkatkan
kesejahtraan dalam pendidikan mereka.
Belanda telah merasa banyak mengambil manfaat secara ekonomis
dari bumi Indonesia Belanda merasa malu karena telah banyak sekali
kekayaan Indonesia dibawa kenegeri Belanda. Kini telah saatnya Belanda
membalas jasa itu dengan cara mendidik bangsa Indonesia agar lebih maju.
Melalui politik etis maka mulai diperluas bagi anak pribumi untuk
memperoleh pendidikan pada sekolah bangsa Belanda, seperti :
1. Sekolah Menengah Atas (SMA)
2. Sekolah Guru,
3. Perguruan Tinggi Fakultas Kedokteran dan Hukum.
Melalui politik etis ini kolonial Belanda juga ingin memberi kesan,
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

122


bahwa pemerintah kolonial memberi kesempatan seluas-luasnya kepada
pribumi untuk memperoleh pendidikan. Ternyata hal itu tidak benar. Sebab
sikap atau pandangan penjajahan terhadap umat Islam tetap sama. Umat
Islam tetap diperlukan berbeda.
Perbedaan tersebut dibuktika dengan adanya gerakan mengawasi
guru agama dan pendidikan agama Islam. Bahkan pada tahun 1905 M
belanda mengeluarkan peraturan Ordonasi Guru. Adapun isi ordinasi
guru tersebut adalah :
1. Guru agama boleh mengajar kalau mendapat ijin Belanda
2. Guru harus membuat daftar muridnya
3. Pejabat Bupati harus mengawasi kegiatan guru
4. Murid dari luar daerah diawasi.
Pengaruh dikotomi terhadap masyarakat dan pendidikan agama
adalah :
1. Agama hanya mengatur hubungan moral antara pemeluk agama
dan tuhannya sehingga pendidikan agama adalah tanggung jawab
pemeluknya masing-masing.
2. Agama adalah pandangan hidup bagi setiap pemeluknya
sehingga pendidikan agama wajib diajarkan kepada setiap
pemeluknya.




Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

123


B. Sumbangan Umat Islam dalam Menyusun UUD 1945 M

Indonesia adalah negara hukum dan Undang-Undang Dasar 1945
merupakan landasan hukumnya. UUD 1945 ini terdiri dari tiga bagian :
1. Pertama Muqoddimah (pendahuluan)
2. Kedua batang tubuh, yang terdiri dari 16 bab dan 37 pasal, dan 4
pasal aturan peralihan, dan 2 ayat aturan tambahan.
3. Ketiga adalah penjelasan.
Karena Undang-undang 1945 adalah landasan hukum berdirinya negara
Indonesia, maka semua peraturan yang berlaku tidak boleh bertentangan
dengan UUD 1945. UUD 1945 M merupakan Undang-undang dasar yang
tersingkat. Tetapi walaupun singkat kalimat yang ada dalam UUD 1945
mengandung pengertian yang luas dan padat.
Menurut sejarah terbentuknya Undang-undang 1945 adalah karya asal
putra-putra terbaik bangsa Indonesia. Umat Islam mempunyai peranan penting
dalam proses pembentukannya. Prosese pembuatan UUD 1945 telah dimulai
sejak pembentukan Badan Penyelidikan Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang didirikan sekitar bulan April 1945 M.
Pada bulan Juni 1945, BPUPKI bersidang di Jakarta dan membentuk
panitia kecil untuk membahas masalah-masalah khusus yang berkaitan
dengan Undang-Undang Dasar Negara.
Panitia tersebut terdiri dari 9 orang diantaranya adalah :
1. Ir. Soekarno
2. Moch. Hatta
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

124


3. A.A Maramis
4. Ahmad Soebarjo
5. M. Yamin
6. KH. Wahid Hasyim
7. H. Agus Salim
8. Abikusno
9. Abdul Kahar Muzakir
Karena panitia kecil ini terdiri dari 9 orang, maka panitia ini sering disebut
dengan panitia sembilan. Pada tanggal 22 Juni 1945 M di Jakarta, panitia
sembilan ini menyetujui dimasukkannya kalimat : Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemelukannya. Dalam
Muqodimah UUD 1945. Karena persetujuan ini dilakukan di Jakarta maka
dikenal sebagai Piagam Jakarta.
Sembilan kata yang tertera dalam Piagam Jakarta ini kemudian
dibatalkan pada tanggal 18 Agustus 1945. Wakil-wakil Islam menyetujui
pembatalan ini demi persatuan untuk mencapai kemerdekaan. Dengan
demikian umat Islam telah melakukan pengorbanan yang besar. Sebab hal
yang terpenting bagi umat Islam adalah persatuan di antara bangsa Indonesia.
Pengorbanan yang telah dilakukan umat Islam ternyata tidak sia-sia,
karena dengan ini bangsa Indonesia dapat mencapai kemerdekaan dan
mempertahankan kemerdekaannya dari penjajahan Belanda. Kolonial Belanda
yang sudah mundur dan terkalahkan, sehingga Negara Indonesia jadi
diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 ternyata masih berusaha untuk
kembali menjajah lagi dengan berbagai cara, terakhir usaha Belanda adalah
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

125


mengajak berunding untuk merubah UUD 1945 menjadi UUDS (Undang
Undang Dasar Sementara).
Pada tahun 1950 M, UUDS dibentuk atas desakan pemerintah Belanda
berdasarkan perjanjian KMB (Konferensi Meja Bundar) di Den Hag antara
pemerintah Belanda dan Indonesia. Dibentuknya UUDS ini dengan tujuan
mengubah bentuk negara Indonesia dari Negara Kesatuan menjadi Negara
Serikat. Tetapi UUDS ini tidak disukai oleh bangsa Indonesia. Sehingga pada
tanggal 05 Juli 1959 bangsa Indonesia memilih untuk kembali menggunkan
UUD 1945 dan menghapuskan UUD Sementara tahun 1950 M.

C. Pembangunan Ekonomi

Pembangunan bidang ekonomi adalah hal yang penting dilakukan
setelah Indonesia merdeka. Sebagaian dari tujuan kemerdekaan ini tidak lain
agar bangsa kita menjadi makmur dan sejahtera tanpa harus tunduk dengan
bangsa lain. Oleh sebab itu masalah ekonomi menjadi perhatian utama para
pemimpin negara kita.
Maka secara perlahan-lahan dibangunlah perekonomian Indonesia
berdasarkan asas kekeluargaan. Asas ini diambil dari budaya asli bangsa
Indonesia yang suka bergotong royong. Pada saat Indonesia merdeka,
keadaan ekonomi dinegara kita sedang kacau balau. Harga-harga barang
kebutuhan pokok melambung tinggi. Dan banyak mata uang yang beredar
dimasyarakat sehingga membingungkan masyarakat. Untuk mengatasi hal ini,
maka pemerintah melakukan :
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

126


1. Mengeluarkan Ouang Republik Indonesia atau disingkat ORI. Yang
kemudian dijadikan alat tukar resmi dinegeri Indonesia untuk
melakukan jual beli.
2. Mendirikan Bank Negara Indonesia (BNI) pada tahun 1946.
Keadaan ekonomi yang kacau balau semakin diperparah dengan
blokade ekonomi yang dilakukan pemerintah Belanda yang berisi :
Negara kita tidak boleh berhubungan dengan negara lain
Negara kita tidak boleh menjual hasil kekayaannya ke negara lain
Negara kita juga tidak boleh membeli barang-barang dari negara lain
Belanda telah mengepung negara Indonesia dengan ketat untuk
mengawasi hubungan Indonesia dengan negara lain.
Sementara keadaan negara Indonesia adalah sebagai berikut :
Negara kita adalah negeri yang kaya akan hasil bumi yang
dibutuhkan negara lain
Hasil bumi akan memberikan keuntungan yang banyak hingga dapat
dipergunakan membeli pakaian dan obat-obatan.
Negara kita belum mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
Negara sangat membutuhkan pakaian dan obat-obatan karena
kondisi yang serba kekurangan.
Tujuan belanda mengadakan blokade ekonomi adalah : agar bangsa
Indonesia menyerah dan kembali dijajah oleh belanda.
Adapun usaha umat Islam dan menembus embargo ekonomi belanda
adalah :
1. Berdagang dengan cara bersembunyi-sembunyi dengan negara lain,
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

127


2. Melewati jalur Banda Aceh, mengadakan hubungan dagang dengan
negara Malaysia dan Singapur
3. Dengan kehati-hatiannya hingga mampu mendirikan kantor dagang
di Singapura (daerah Malaysia yang sedang di jajah Inggris).
Usaha-usaha ini dilakukan dengan alasan sebagai berikut :
1. Jika hal tersebut diketahui Belanda, maka barang-barang dagangan
itu akan disita atau dihancurkan
2. Untuk mempertahankan kemerdekaan Negara Indonesia yang baru
merdeka
3. Berusaha untuk memperkuat perekonomian yang selama ini dalam
keadaan kacau-balau dan perlu membangun atau mengisi
kemerdekaan dengan baik.
4. Menghindarkan diri dari penjajahan kembali oleh kolonial Belanda
yang akan merebut kembali negara jajahannya.
Demikian besar peranan umat Islam dalam menembus embargo
ekonomi Belanda tersebut. Dengan suka rela umat Islam Aceh membantu
pemerintahan Indonesia untuk melakukan hubungan perdagangan dengan
negara-negara tetangga sehingga bangsa Indonesia pada akhirnya dapat
mempertahankan kemerdekaannya.
Dalam rangka mengembangkan perekonomian di negara Indonesia
maka Umat Islam berperan serta mendirikan lembaga keuangan seperti :
a. Bank Muamalat Indonesia (BMI)
b. Bank Perkreditan Muhammadiyah (BPR Muhammadiyah)
c. NUSUMA
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

128


BAB VIII
PERAN UMMAT ISLAM DALAM PEMBANGUNAN

A. Bidang Kemasyarakatan
Sumbangan ummat Islam dibidang kemasyarakatan adalah
keikutsertaan umat Islam menumbuhkan budaya saling menghargai dan
menghormati dalam keanekaragaman masyarakat Indonesia, meskipun
ummat Islam mayoritas penduduk di Indonesia namun ummat Islam tetap
memperhatikan mempertimbangkan agama lain.
Peranan ummat Islam dalam bidang kemasyarakatan sudah sejak dulu
dan sudah dibuktikan tatkala zaman kolonial Belanda.
Ulama berhasil menjaga bangsa Indonesia dari pengaruh-pengaruh
buruk yang sengaja dibawa dan ditularkan oleh Belanda, begitu pula
pada zaman Jepang.
Ulama telah memanfaatkan pengaruhnya untuk mendukung
sepenuhnya perjuangan kemerdekaan.
Ulama telah menjadi perantara antara pemerintah dengan masyarakat
dalam berbagai persoalan tidak hanya dalam bidang agama tetapi
dalam masalah sosial.
Ummat Islam dalam membantu pemerintah atau yang lainnya
didasarkan pada kewajiban tolong menolong dalam hal kebaikan dan
tidak dalam dosa dan permusuhan sesama manusia.

Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

129



Firman Allah SWT dalam Al Quran menyebutkan :
>..> `!:.: , .. _s .>`..l ,>' ..-. .!-.
_ls l _1`.l .!-. _ls . .`-l 1. < | < .,.:
,!1-l _
Artinya :
........ dan janganlah sekali-kali kebencian (mu) kepada suatu kaum karena
mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidil Haram mendorongmu berbuat
aniaya (kepada mereka). Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebaikan dan taqwa dan janganlah kamu tolong menolong dalam berbuat dosa
dan permusuhan Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah
sangat beratsiksanya. (Q.S Al-Maidah ayat 2)

Rasulullah SAW. Bersabda :

. :

. ( )
Artinya :
Dari Abu Hurairah ra. Berkata : Bersabda Rasulullah saw. Hak seorang muslim
dengan seorang muslim lainnya ada enam perkara : maka tatkala engkau
bertemu dengan dia, maka berikan salam atasnya, dan tatkala dia
mengundangmu maka ijabahlah dia dan tatkala dia minta nasehat krpadamu
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

130


maka nasehatilah dan tatkala dia bersin dan mengucapkan tahmid maka
doakanlah dia dan tatkala dia sakit maka jenguklah dan tatkala dia mati maka
ikutlah dia (ke makam). (H.R Imam Muslim).
Sejarah telah membuktikan bahwa ummat Islam berperan antara lain :
1. Membantu pemerintah dibidang kemasyarakatan antara lain :
Mendirikan Majlis Talim
Tujuannya menunjang program pemerintah dibidang
kemasyarakatan sebab dalam majlis talim tidak hanya diberikan
pendidikan agama, namun juga masalah-masalah
kemasyarakatan.
Mendirikan Rumah Yatim Piatu
Tujuannya untuk memberikan keringanan kepada masyarakat
dalam mendidik dan memelihara orang-orang yang tidak ada
kemampuan baik dari segi materi maupun immateri kepada anak
yatim atau fakir miskin.
Mendirikan Rumah Sakit Jakarta (RSIJ)
Tujuannya untuk membantu pemerintah dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat, sehingga bangsa
Indonesia menjadi kuat dan sejahtera.
Mendirikan lembaga-lembaga zakat (BAZIS)
Tujuannya adalah untuk menghimpun potensi ekonomi ummat
Islam secara baik dan benar, dana yang terkumpul akan
disalurkan kepada ummat Islam yang berhak menerimanya.
Mendirikan panti asuhan
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

131


Tujuannya yaitu untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat terutama orang-orang yang tidak mampu, tidak
hanya kepada anak yatim saja tetapi sifatnya umum.
2. Membantu pemerintah membrantas buta huruf sesuai dengan ajaran
Islam yang mewajibkan semua orang untuk menuntut ilmu.
Secara umum disimpulkan bahwa sumbangan terbesar ummat
Islam dalam bidang kemasyarakatan ialah keikutsertaan ummat Islam
menumbuhkan budaya saling menghargai dan menghormati dalam
kemajemukan masyarakat Indonesia. Meskipun ummat Islam menjadi
kelompok mayoritas dari penduduk Indonesia namun tetap
memperhatikan ummat agama lain.
Bahkan kaum muslimin Indonesia menjadi
Pelopor gerakan keluarga berencana
Sehingga pemerintah mendapat piagam penghargaan dunia
Internasional dibidang kependudukan.
Hubungan Internasional para tokoh Islam aktif di organisasi
negara Islam sedunia (OKI)
Anggota Majlis Rabitah Alam Islami
Sehingga bangsa Indonesia dikenal didunia Internasionaldan
mampu memainkan peran politiknya khususnya di dunia Islam.




Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

132


B. Bidang Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan

Pendidikan di Indonesia setelah merdeka terbagi kepada dua yaitu
diselenggarakan opemerintah dan oleh masyarakat. Pada masa penjajahan
juga terbagi dua yaitu yang diselenggarakan kolonial dan oleh masyarsakat.
Akan tetapi Pendidikan bangsa oleh pemerintah dan masyarakat, tujuannya
sama yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia, masyarakat diberi
kebebasan mengembangkan pendidikan sesuai dengan undang-undang yang
berlaku.
Dengan berkembangknya pembaharuan, dalam Islam di awal abad ke
20 M, persoalan administrasi dan organisasi pendidikan mulai mendapat
perhatian pada beberapa kalangan atau organisasi. Kurikulum mulai jelas.
Belajar untuk memahami, dan bukan sekedar menghapal, sebagaimana yang
telah dialami selama ini dipondok-pondok pesantren.
Haji Muhammad Yunus, alumni Kairo asal Padang, merencanakan
pembangunan pendidikan Islam. Gagasan ini dilaksanakan di Lampung, waktu
itu masih merupakan karesidenan tahun 1948 M banyak sekolah-sekolah
swasta dijadikan negeri, mereka memperoleh subsidi dari pemerintah.
Haji Mahmud Yunus juga menyarankan agar pendidikan agama
diajarkan pada sekolah-sekolah umum dan hal hal ini disetujui oleh konfrensi
pendidikan se-Sumatra di Padang Panjang, Tanggal 02 Oktober 1947 M.
Ketika itu ia menjadi Kepala Seksi Islam dan Kantor Agama Propinsi.
Gagasan beliau untuk mengembangkan pendidikan Islam kandas
(mengalami kegagalan) karena terjadinya aksi militer Belanda II. Setelah
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

133


selesai, usaha untuk mengkoordinasi sekolah-sekolah agam mulai tumbuh
kembali bukan saja untuk Jawa dan Sumatra, bahkan untuk seluruh Indonesia.
Dari gagasan Haji Mahmud Yunus tersebut, muncullah sekolah-sekolah
seperti :
1. Madrasah Ibtidaiyah 6 Tahun
2. Tsanawiyah 4 Tahun
3. Aliyah 3 Tahun
4. Sekolah Guru Agama Islam 5 Tahun (bagi lulusan sekolah dasar
umum dan agama, 2 tahun lagi bagi lulusan SMP atau Tsanawiyah).
5. Sekolah Guru Hakim Agama Islam / SGHA 4 Tahun.
6. PGA menjadi 6 bTahun, 4 Tahun bagian pertama dan 2 Tahun
bagian atas.
7. Sedangkan SGHA dihapuskan tahun 1954 M dan digantikan dengan
Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN 4 Tahun, bagi lulusan PGA 4
Tahun).
Demikianlah beberapa sekolah agama Islam yang didirikan oleh
Departemen Agama. Adapun bentuk lembaga-lembaga pendidikan Islam
swasta adalah sebagai berikut :
1. Pondok Pesantren
2. Madrasah Diniyah
3. Madrasah Swasta, yang sistem pengajaran dan kurikulumnya sama
dengan sekolah negeri
Dalam rangka meningkatkan kwalitas pondok pesantren, karena mutu
keluaran sekolah-sekolah agamamasih mendapat sorotan maka Departemen
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

134


Agama memberikan bantuan kepada Madrasah yang juga
menambah/memperhatikan pendidikan umum. Karena fungsi Departemen
Agama sebagaimana yang dirumuskan pada tahun 1967 M ada;ah sebagai
berikut :
1. Mengurus serta mengatur pandidikan agama disekolah-sekolah
serta membimbing perguruan-perguruan agama.
2. Mengikuti dan memperhatikan hal yang bersangkutan dengan
agama dan keagamaan.
3. Memberi penerangan dan penyuluhan agama.
4. Mengurus dan mengatur peradilan agama serta menyelesaikan
masalah yang berhubungan dengan hukum agama.
5. Mengurus dan mengembangkan IAIN perguruan tinggi swasta dan
pesantren.
6. Mengurus dan mengawasi pendidikan agama pada
perguruan-perguruan tinggi.
7. Mengatur, mengurus, mengawasi penyelenggaraan ibadah haji.
Setelah berdirinya Departemen Agama, persoalan pendidikan
agama Islam mulai mendapat perhatian lebih serius, sebagai bukti
antara lain :
Badan pekerja Komite Nasional Pusat dalam bulan Desember
1945 M menganjurkan agar pendidikan Madrasah diteruskan.
Badan ini juga mendesak pemerintah agar memberikan bantuan
kepada Madrasah.
Departemen Agama segera membentuk seksi khusus yang
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

135


bertugas menyusun pelajaran dan pendidikan agama Islam.
Mengadakan pengangkatan guru-guru Agama, dan mengawasi
pendidikan agama.
Pada tahun 1946 M, Departemen Agama mengadakan latihan 90
guru agama, 45 orang kemudian diangkat menjadi guru agama.
Adapun perguruan tinggi yang telah ada antara lain :
1. Universitas Islam di Solo, didirikan pada tanggal 20 Februari
1950 M.
2. Universitas Islam di Yogyakarta dan Solo, pada tanggal 20
Februari 1951 M digabung menjadi satu demgan nama UII.
3. Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) didirikan pada
tanggal 26 September 1951 M.
4. Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) didirikan di Jakarta pada
tahun 1957 M.
5. PTAIN dan ADIA dijadikan satu menjadi IAIN (Institut Agama
Islam Negeri)
6. Universitas Islam Attahiriyah di Jakarta.
7. Universitas Islam Asyafiyyah, di Jakarta.
8. UNINUS serta UNISBA, keduanya terletak di Bandung.
9. Islamic Collage (berdiri 9 Desember 1940 M di Padang oleh M.
Mahmud Yunus dengan dua Fakultas yaitu :
Fakultas Syariah
Fakultas Pendidikan dan Bahasa Arab.
Tujuannya adalah untuk mendidik generasi muda Islam
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

136


agar menjadi sarjana dan ulama yang berwawasan luas.
Dari uraian diatas menunjukkan bahwa Ummat Islam
Indonesia telah memainkan peranan penting dibidang
pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk
mempersiapkan generasi Islam dalam keikutsertaan
membangun negara Indonesia.

C. Bidang Agama

Undang-undang 1945 sangat menjunjung tinggi nilai-nilai Agama. Bahkan
pada pasal 29 ayat 2 ditegaskan bahwa :
setiap orang bebas memeluk agama dan kepercayaannya
masing-masing.
Oleh karena itu, ummat Islam Indonesia sejak ditetapkan Pancasila
sebagai dasar negra menjadi pemrakarsa dan pengamal yang taat. Wujudnya
dalam kehidupan sehari-hari antara lain : ummat Islam Indonesia sangat
menjunjung tinggi hidup rukun antara sesama pemeluk agama yang diakui olah
undang-undang.
Agama Islam telah mengajarkan kepada ummatnya untuk hidup rukun
berdampingan bersama pemeluk-pemeluk agama lain. Contoh dalam hal ini
adalah telah dimulai semenjak Nabi Muhammad Saw menjadi pemimpin di
Madinah. Tidak ada satu haditspun yang menyebutkan, larangan ummat Islam
bergaul dengan ummat beragama selain Islam. Apalagi harus memusuhi.
Bahkan sebaliknya, Nabi Muhammad Saw beserta sahabat di Madinah hidup
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

137


rukun dan mengadakan perjanjian damai dengan Yahudi Madinah. Hanya di
sayangkan, perjanjian tersebut dikhianati oleh kaum Yahudi.
Begitu juga dalam sejarah perkembangan hidup beragama di Indonesia,
ummat Islam selalu menjadi pelopor lahirnya berbagai wadah untuk berdialog
dalam masalah agama. Ketika Prof. Dr. Mukti Ali menjabat sebagai Menteri
Agama RI, pemerintah mencanangkan program Tri Kerukunan, yaitu ;
Kerukunan Interen Ummat Beragama,
Kerukunan Antar Umat Beragama,
Kerukunan Umat Beragama dan Pemerintah.
Program tersebut menunjukkan hasil yang sangat gemilang. Hal ini
terbukti dengan semakin berkembangnya kehidupan beragama di Indonesia.
Bila hal itu tidak mendapat dukungan dari ummat Islam tentu akan sulit terjadi.
Karena mayoritas penduduk beragama Islam.
Secara kualitatif masyarakat Indonesia yang beragama Islam memiliki
kemampuan besar untuk terus berperan aktif di dalam mengemban amanat
dan tugas agama, bangsa dan negara mereka tidak menganggap lemah atua
merasa curiga dengan pemeluk agama lian, sebab ummat Islam meyakini
sepenuhnya bahwa yang tercantum dalam psal 29 ayat 1 dan 2.
Ummat Islam di Indonesia sangat jauh berbeda dengan ummat Islam
negara lin. Ummat Islam di Indonesia tidak pernah melakukan penindasan atau
pemaksaan kehendaknya kepada pemeluk agama lain. Sikap toleransi atau
hidup rukun antar ummat beragama menjadi ciri khas ummat Islam di
Indonesia. Bahkan ummat Islam rela berkorban demi tercapainya persatuan
dan kesatuan bangsa. Seperti pengorbanan dengan bersedia menghapuskan
Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

138


9 kata dalam Piagam Jakarta yang dianggap mengancam persatuan dan
kesatuan Bangsa.





























Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX

139



DAFTRA PUSTAKA



1. http://hbis.wordpress.com/2007/12/11/perkembangan-islam-di-dunia/
2. Buku Ajar Sejarah Kebudayaan Islam IX untuk MTs : Fokus

You might also like