You are on page 1of 23

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Banyaknya bermunculan berbagai jenis penyakit menjadi faktor utama menurunnya angka kesehatan dimasyarakat kita. Hal ini tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor dari berbagai sektor. Salah satu penyakit yang kini banyak menjangkit masyarakat yaitu Tuberculosis Paru. Jenis penyakit ini bukanlah sesuatu yang harus dianggap kurang penting, karena jenis penyakit ini sangat berbahaya dan mengancam kesehatan serta kelangsungan hidup masyarakat. Penyebaran virus merupakan perantara menularnya penyakit ini dari si penderita ke orang lain. Dalam menghadapi hal yang demikian tentunya setiap kalangan masyarakat harus menjaga kesehatan pribadi serta lingkungan. Pemahaman lebih luas mengenai penyakit ini tidak hanya diperlukan bagi setiap masyarakat pada umumnya melainkan para tenaga-tenaga yang berkecimpung di dunia kesehatan pun harus lebih efektif dalam menghadapi hal ini terutama perawat. Seorang perawat harus mengetahui dan memahami tindakan yang bagaimana yang harus dilakukan dalam menghadapi klien yang menderita penyakit ini serta apa saja tindakan yang harus dilakukan seorang perawat sebagai usaha yang bersifat preventif belum terinfeksi penyakit tersebut. kepada para masyarakat yang

1.2 Tujuan a. Tujuan umum Untuk Tuberculosis mengetahui Paru yang lebih luas ini mengenai banyak penyakit menjangkit

akhir-akhir

dimasyarakat serta cara penanggulangan penyakit tersebut.

b. Tujuan khusus 1. Mengetahui penyebab penyakit Tuberculosis Paru. 2. Mengetahui tanda dan gejala penyakit Tuberculosis Paru. 3. Mengetahui tindakan keperawatan terhadap penyakit Tuberculosis Paru.

4. Mengetahui pengobatan yang dapat dilakukan terhadap penyakit Tuberculosis Paru. 5. Asuhan Keperawatan teoritis Tuberculosis Paru.

1.3 Manfaat Adapun manfaat yang diperoleh antara lain : a. Memberi pengetahuan yang lebih luas mengenai penyakit Tuberculosis Paru. b. Memahami tindakan apa yang harus dilakukan terhadap penderita penyakit yang demikian bagi para tenaga medis secara umum dan tenaga perawat secara khusus. c. Memberikan informasi kesehatan kepada masyarakat

khususnya mengenai penyakit Tuberculosis Paru, sehingga masyarakat kita dapat melakukan pencegahan secara dini. d. Menjelaskan Asuhan Keperawatan terhadap penderita

Tuberculosis Paru.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep Penyakit A. Definisi Tuberculosis (TB) paru kuman adalah penyakit akibat infeksi sistemis sehingga dapat

Mycobaterium

tuberculosis

mengenai hampir semua organ tubuh, dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer. (Kapita Selekta Kedokteran, jilid 2 edisi ke-3).

Tuberculosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh

mycobaterium tuberculosis, suatu basil aerobik tahan asam, yang


ditularkan melalui udara (Asih & Effendi 2004).

Tuberculosis

adalah

suatu

penyakit

menular

yang

disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis. Kuman tersebut masuk kedalam tubuh manusia melalui udara pernapasan kedalam paru. Kemudian kuman tersebut dapat menyebar dari paru ke tubuh bagian yang lain sistem peredaran darah, peredaran limfe, melalui saluran pernapasan atau menyebar langsung ke organ-organ tubuh yang lain (Brunner & Suddarth, 2002).

Saluran pernapasan dimulai dari : 1. Saluran pernapasan atas : Hidung. Pharynx. Larynx.

2. Saluran pernapasan bawah : Trakea. Bronchus. Bronchiolus. Alveoli. Adapun otot-otot pernapasan yang ikut berperan, antara lain : 1. 2. Otot diafragma. Otot antar tulang iga (costales). Proses respirasi dapat dibagi dalam 4 bagian : 1. Proses ventilasi. Proses ini merupakan proses pemasukkan oksigen dan pengeluaran karbondioksida melalui saluran nafas.

Dikenal sebagai proses inspirasi dan ekspirasi. 2. Proses difusi. Proses pertukaran gas antara oksigen dan

karbondioksida yang terjadi di alveoli dan kapiler darah. 3. Proses transportasi. Proses membawa oksigen melalui darah (Hb) menuju sel tubuh dan membawa kembali karbondioksida menuju kapiler paru.

4.

Proses regulasi. Proses pengaturan pernapasan melalui pusat pernapasan dengan peran baro dan khemoreseptor. Secara garis besar bahwa paru-paru mempunyai fungsi

sebagai berikut : 1. Terdapat permukaan gas-gas yaitu mengalirkan Oksigen dari udara atmosfer kedarah vena dan mengeluarkan

Karbondioksida dari alveoli ke udara atmosfer. 2. Menyaring bahan beracun dari sirkulasi. 3. Reservoir darah. 4. Fungsi utamanya adalah pertukaran gas-gas.

C. Patogenesis Inhalasi basil TB Alveolus Fagositosis oleh makrofag Destruksi basil TB

Basil TB berkembang biak Destruksi makrofag

Resolusi Kalsifikasi

Pembentukkan tuberkel Perkejuan

Kelenjar limfe

Kompleks Ghon Pecah Lesi sekunder paru

Penyebaran hematogen

Lesi di hepar, lien, ginjal, tulang, otak, dll

D. Etiologi Tuberculosis (TB) paru disebabkan oleh kuman-kuman tahan asam mycobaterium tuberculosis, jenis kuman batang dengan ukuran panjang 1-4 m dan tebal 0,3-0,6 m. Kuman ini mempunyai sifat khusus yakni tahan asam pada pewarnaan (BTA). Kuman TB dapat mati dengan sinar matahari langsung tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembek. Dalam jaringan tubuh, kuman ini dapat dorman selama beberapa tahun. Kuman ini dapat disebarkan dari penderita TB BTA positif kepada orang yang berada disekitarnya, terutama yang kontak erat. TB Paru merupakan penyakit yang sangat infeksius. Seorang penderita TB dapat menularkan penyakit kepada 10 orang disekitarnya. Menurut perkiraan WHO, 1/3 penduduk dunia saat ini telah terinfeksi mycobaterium tuberculosis. Dalam hal ini imunitas tubuh sangat berperan untuk membatasi infeksi sehingga tidak bermanifestasi menjadi penyakit TBC.

E. Tanda dan Gejala. Adapun tanda dan gejala penyakit Tuberculosis Paru, antara lain : 1. Batuk terus menerus selama 3 minggu atau lebih. 2. Dahak bercampur darah. 3. Batuk darah. 4. Sesak napas dan nyeri dada. 5. Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise (rasa kurang enak badan), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan. 7

6. Pembesaran kelenjar limfe suferfisialis yang tidak sakit dan biasanya multifel.

F. Komplikasi Komplikasi yang terjadi pada penderita stadium lanjut : 1. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah), dapat menyebabkan kematian karena syok hipovolemik atau

tersumbat jalan nafas. 2. Kolaps dari lobus akibat dari retraksi bronchial. 3. Bronkiektasis dan fibrosis pada paru. 4. Pnemuotorak spontan : kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru.

G. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang. - Tuberulin skin testing. Pembacaan hasil uji tuberculin dilakukan setelah 48-72 jam, dengan hasil positif bila terdapat indurasi diameter lebih dari 10 mm, meragukan bila 5-9 mm. Uji tuberculin bisa di ulang setelah 1-2 minggu. Pada anak yang telah mendapat BCG, diameter indurasi 15 mm keatas baru dinyatakan positif, sedangkan pada anak kontak erat dengan penderita TB aktif, diameter indurasi 5 mm harus dinilai positif.

Kultur sputum : Mycobaterium tuberculosis positif pada tahap akhir penyakit.

Poto torak : Infiltnasi lesi awal pada area paru atas, pada tahap ini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas. 8

Bronchografi : untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan paru karena TB paru.

Darah : peningkatan leukosit dan laju endap darah (LED). Spirometri : penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital menurun.

G. Penatalaksanaan medis / pengobatan. 1. Motivasi dan pendidikan meliputi TB paru,

merupakan penyakit menular dapat disembuhkan dengan minum obat secara teratur paling sedikit 6 bulan. 2. Istirahat kerja 1-3 bulan dan tidak merokok. 3. Diet tinggi protein rendah karbohidrat. 4. Obat anti tuberkulosis tergantung kolagen.

Prinsip pemberian obat anti tuberkulosis (OAT) : 1. Pengobatan minimal dengan 2 OAT. 2. Panduan yang diberikan sebaiknya jangka pendek : yaitu panduan yang mengandung rifampisisn diberikan selama 6-9 bulan. 3. Pengobatan dibagi 2 fase : a. fase awal. Diberikan setiap hari selama 2-3 bulan efek yang ingin dicapai adalah efek bakterisida. b. Fase lanjut. Diberikan tiap / berkala selama 4-11 bulan. 4. Pemberian dosis sebaiknya berdasarkan berat badan a. INH dosis 10-20 mg/kg BB/hari diberikan 2-3 kali/hari. b. Streptomisin : 30-50 mg/kg BB/hari dosis tunggal. c. Ethambutol : 10-20 mg/kg BB/hari per os dibagi 2-3 dosis. 9

2.2 Konsep Keperawatan A. Pengkajian. a. b. c. Airway : Terdapat sekret pada saluran napas. Klien batuk, kemudian sputum kuning kental. MK : Bersihan jalan napas tidak efektif. a. b. c. d. e. Breathing :

Sesak napas kemungkinan ada. Bunyi napas ronchi. Terdapat penggunaan otot-otot pernapasan tambahan. Batuk ada, sputum kuning kental. MK : Pola napas tidak efektif. Circulation : Nadi meningkat. Irama tidak teratur. Tekanan darah < 120/80 mmHg. Distensi vena jugularis (+). Klien bisa mengalami sianosis. Drugs and disability : Drud : penggunaan obat antibiotik. Disability : kesadaran klien compos mentis. Exposure : a. Edema tidak ditemukan. b. Nyeri pada dada bisa dialami oleh klien akibat dari batuk yang terus-menerus.

Fluid : Perdarahan tidak ditemukan. Get vital sign : 10

Tekanan darah menurun < 120/80 mmHg. Pols > 82 x/menit. RR > 24 x/menit. Temperatur 36-37 C. Head to toe : a. Kepala :

bentuk simetris, tidak ada masa, warna rambut hitam, tidak mudah rontok. b. Wajah :

mata konjungtiva tidak anemis, skelera ikterus, pupil isokor, hidung tidak ada perdarahan

(epitaksis), mukosa bibir kering. c. Leher : tidak

ada pembesaran pada vena jugularis dan tiroid. d. Dada : Paru-

paru : bentuk simetris kanan dan kiri, tidak ada benjolan pada torak, tidak ada sumbatan jalan napas, bunyi pada sonor, bunyi napas vesikuler. Jantu

ng : tidak ada massa, tidak teraba pengisisan kapiler, redup pada lapang paru. Abdo

men : bentuk simetris, datar, peristaltik usus 10 x/menit, suara tympani, tidak ada massa. alia : tidak ada kelainan. Genet

11

Ekstr

emitas : tidak ditemukan adanya edema, luka pada kaki, maupun tangan.

B. Diagnosa Keperawatan. Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada klien dengan Tuberkulosis paru adalah sebagai berikut : 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental atau sekret darah, kelemahan upaya batuk buruk, atau edema trakeal / faringeal. 2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya ke efektifan permukaan paru, atelektasis, kerusakan membran alveolar kapiler, sekret yang kental, edema bronchial. 3. Resiko tinggi infeksi dan penyebaran infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun, fungsi silia menurun, sekret yang menetap, kerusakan jaringan akibat infeksi yang

menyebar, malnutrisi, terkontaminasi oleh lingkungan, serta kurang pengetahuan tentang infeksi kuman. 4. Perubahan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

berhubungan dengan kelelahan, batuk yang sering, adanya produksi sputum, dispnea, anoreksia, penurunan kemampuan finansial.

C. Rencana Tindakan Keperawatan.

12

Adapun

rencana

keperawatan

yang

ditetapkan

berdasarkan diagnosis keperawatan yang telah dirumuskan sebagai berikut : 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif. Intervensi : Kaji fungsi pernapasan : bunyi nafas, kecepatan,

kedalaman, dan penggunaan otot aksesori. Catat kemampuan untuk mengeluarkan sekret atau batuk

efektif, catat karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis. Berikan klien posisi semi fowler, ajarkan batuk efektif

dan latihan nafas dalam. Bersihkan sekret dari mulut dan trakhea, suction bila

perlu. Pertahankan intake cairan minimal 2500 ml/hari kecuali

kontraindikasi. Lembabkan udara / oksigen inspirasi. Berikan obat : agen mukolitik, bronkodilator,

kortikosteroid sesuai indikasi.

Rasional : Penurunan bunyi nafas indikasi atelektasis, ronki indikasi akumulasi sekret / ketidakmampuan membersihkan jalan nafas sehingga otot aksesori digunakan dan kerja

pernapasan meningkat. Pengeluaran sulit bila sekret tebal, sputum berdarah akibat kerusakan paru atau luka bronchial yang memerlukan evaluasi / intervensi lanjut.

13

Meningkatkan ekspansi paru, ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan peningkatan gerakan sekret agar mudah dikeluarkan. Mencegah obstruksi. Suction dilakukan bila klien tidak mampu mengeluarkan sekret. Membantu mengencerkan sekret sehingga mudah dikeluarkan. Mencegah pengeringan membran mukosa. Menurunkan kekentalan sekret, lingkaran ukuran lumen trakeabronkial, berguna jika terjadi hipoksemia pada kavitas yang luas. Diperlukan pada kasus jarang bronkogenik dengan edema laring atau perdarahan paru akut.

2. Gangguan pertukaran gas. Intervensi : Kaji dispnea, takipnea, bunyi pernapasan abnormal. Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat tanda-

tanda sianosis dan perubahan warna kulit, membran mukosa, dan warna kuku. Anjurkan untuk mengeluarkan nafas dengan bibir

disiutkan, terutama pada klien dengan fibrosis atau kerusakan parenkim. Anjurkan untuk bedrest, batasi dan bantu aktivitas

sesuai kebutuhan. Monitor GDA Berikan oksigen sesuai indikasi

Rasional : 14

Tuberkulosis

paru

dapat paru-paru

menyebabkan yang

meluasnya dari

jangkauan

dalam

berasal

bronkopneumonia yang meluas menjadi inflamasi, nekrosis, pleural effusion, dan meluasnya fibrosis dengan gejala respirasi distress. Akumulasi sekret dapat mengganggu oksigenisasi di

organ vital dan jaringan. Meningkatnya resistensi aliran udara untuk mencegah

kolapsnya jalan napas. Mengurangi konsumsi oksigen pada periode respirasi. Menurunnya saturasi oksigen (Pa O2) atau meningkatnya

Pa CO2 menunjukkan perlunya penanganan yang lebih adekuat atau perubahan therapi. Membantu mengoreksi hipoksemia yang terjadi sekunder

hipoventilasi dan penurunan permukaan alveolar paru.

3. Resiko tinggi infeksi dan penyebaran infeksi. Intervensi : Review patologi penyakit fase aktif / tidak aktif, infeksi melalui bronkus pada jaringan

penyebaran

sekitarnya atau aliran darah atau sistem limfe dan resiko infeksi melalui batuk, bersin, meludah, tertawa, ciuman, atau menyanyi. Identifikasi orang-orang yang beresiko terkena infeksi anggota keluarga, teman, orang dalam satu

seperti

perkumpulan. Anjurkan klien menutup mulut dan membuang dahak di

tempat penampungan yang tertutup jika batuk. 15

Gunakan masker setiap melakukan tindakan. Monitor temperatur. Tekankan untuk tidak menghentikan terapi yang dijalani. Pemberian terapi INH, Enthabutol, Rifampisin. Monitor sputum BTA.

Rasional : Membantu klien agar mau mengerti dan menerima terapi

yang diberikan untuk mencegah komplikasi. Orang-orang yang beresiko perlu program terapi obat

untuk mencegah penyebaran infeksi. Untuk mencegah terjadinya penularan infeksi. Mengurangi resiko penyebaran infeksi. Febris merupakan indikasi terjadinya infeksi. Periode menular dapat terjadi hanya 2-3 hari setelah

permulaan kemoterapi jika sudah terjadi kavitas, resiko, penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan. INH adalah obat pilihan bagi penyakit tuberkulosis

primer dikombinasikan dengan obat-obat lainnya. Untuk mengawasi ke efektifan obat dan efeknya serta

respon klien terhadap terapi.

4. Perubahan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan. Intervensi : Catat status nutrisi klien. Kaji pola diet klien yang disukai / tidak disukai. Mengukur intake dan output secara periodik. 16

Catat adanya anoreksia, mual, muntah, dan tetapkan jika ada hubungannya dengan medikasi.

Anjurkan bedrest. Lakukan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernapasan.

Anjurkan makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat.

Rujuk ke ahli gizi untuk menentukan komposisi diet. Konsul dengan tim medis untuk jadwal pengobatan 1-2 jam sebelum / setelah makan.

Awasi pemeriksaan laboratorium Berikan antipiretik tepat.

Rasional : Berguna dalam mengindentifikasikan derajat masalah

dan intervensi yang tepat. Membantu intervensi kebutuhan yang spesifik,

meningkatkan intake diet klien. Mengukur ke efektifan nutrisi dan cairan. Dapat menentukan jenis diet dan mengidentifikasikan

pemecahan masalah untuk meningkatkan intake nutrisi. Membantu menghemat energi khusus, saat demam

terjadi peningkatan metabolik. Mengurangi rasa tidak enak dari sputum otau obat-obat

yang digunakan yang dapat merangsang muntah. Memaksimalkan intake nutrisi dan menurunkan iritasi

gaster.

17

Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan

nutrisi adekuat untuk kebutuhan metabolik dan diet. Membantu menurunkan insiden mual dan muntah karena

efek samping obat. Nilai rendah menunjukkan malnutrisi dan perubahan

program terapi. Demam meningkatkan kebutuhan metabolik dan konsumsi

kalori. D. Kriteria Hasil / Evaluasi. Ke efektifan bersihan jalan nafas. Fungsi pernapasan adekuat untuk memenuhi kebutuhan individu. Perilaku / pola hidup berubah untuk mencegah penyebaran infeksi. Kebutuhan nutrisi adekuat, berat badan meningkat dan tidak terjadi malnutrisi. Pemahaman tentang proses penyakit / prognosis dan program pengobatan dan perubahan perilaku untuk

memperbaiki kesehatan.

18

BAB III PENUTUP

3.1

Kesimpulan

1.

Tuberkulosis paru merupakan penyakit yang disebabkan

oleh bakteri tahan asam Mycobaterium tuberculosis yang dapat menular melalui udara. 2. Proses respirasi dapat dibagi dalam 4 bagian : Proses ventilasi. proses difusi. Proses transportasi. Proses regulasi.

3. Saluran pernapasan : Saluran pernapasan atas : a. Hidung. b. Farynx. c. Larynx. Saluran pernapasan bawah : Trakea. 19

a.

b.

Bronchus. Bronchiolus. Alveoli. 4. Otot-otot bantu pernapasan : Otot diafragma. Otot antar tulang iga (ostales).

c.

d.

5.

Fungsi paru-paru : Terdapat permukaan gas-gas yaitu mengalirkan Oksigen dari udara atmosfer kedarah vena dan mengeluarkan Karbondioksida dari alveoli ke udara atmosfer.

Menyaring bahan beracun dari sirkulasi. Reservoir darah. Fungsi utamanya adalah pertukaran gas-gas.

6. Tanda dan gejala Tuberkulosis Paru : Batuk terus menerus selama 3 minggu atau lebih. Dahak bercampur darah. Batuk darah. Sesak napas dan nyeri dada. Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise (rasa kurang enak badan), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan. Pembesaran kelenjar limfe suferfisialis yang tidak sakit dan biasanya multifel. 7. Komplikasi : Hemoptisis berat. Kolaps dari lobus akibat dari retraksi bronchial. 20

Bronkiektasis dan fibrosis pada paru. Pnemuotorak spontan.

8. Pemeriksaan Diagnostik : Tuberulin skin testing. Kultur sputum. Poto torak. Bronchografi. Darah. Spirometri.

9. Pengobatan : Istirahat kerja 1-3 bulan dan tidak merokok. Diet tinggi protein rendah karbohidrat. Pemberian obat INH dosis 10-20 mg/kg BB/hari diberikan 23 kali/hari, Streptomisin 30-50 mg/kg BB/hari dosis tunggal, Ethambutol 10-20 mg/kg BB/hari per os dibagi 2-3 dosis. 10. Diagnosa keperawatan : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

sekret kental atau sekret darah, kelemahan upaya batuk buruk, atau edema trakeal / faringeal. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan

berkurangnya ke efektifan permukaan paru, atelektasis, kerusakan membran alveolar kapiler, sekret yang kental, edema bronchial. Resiko tinggi infeksi dan penyebaran infeksi

berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun, fungsi silia menurun, sekret yang menetap, kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebar, malnutrisi, terkontaminasi oleh lingkungan, serta kurang pengetahuan tentang infeksi kuman. 21

Perubahan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

berhubungan dengan kelelahan, batuk yang sering, adanya produksi sputum, dispnea, anoreksia, penurunan kemampuan finansial. 11. Evaluasi : Ke efektifan bersihan jalan nafas. Fungsi pernapasan adekuat untuk memnuhi kebutuhan

individu. Perilaku / pola hidup berubah untuk mencegah

penyebaran infeksi. Kebutuhan nutrisi adekuat, berat badan meningkat dan

tidak terjadi malnutrisi. Pemahaman tentang proses penyakit / prognosis dan pengobatan dan perubahan perilaku untuk

program

memperbaiki kesehatan.

22

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, volume 3. Jakarta : EGC

Doengoes, M.dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3. Jakarta : EGC

Scanion, Valerie C. 2006. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi, edisi 3. Jakarta : EGC

Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan, edisi 3. Jakarta : EGC

23

You might also like