Professional Documents
Culture Documents
Pengaruh globalisasi di kalangan remaja khususnya pelajar, tak jarang membuat mereka yang tidak siap telah kehilangan identitas kebangsaan. Akibatnya, banyak di antara pelajar yang tidak hapal Pancasila dan lagu wajib Indonesia Raya. Tak heran, ketidakpahaman dengan paham kebangsaan dan nasionalisme itu membuat di antara pelajar saling tawuran. Ketua Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan Indonesia (FKPPI), Ponco Sutowo, mengatakan sangat prihatian melihat kondisi bangsa khususnya generasi muda dalam memahami konsep kebangsaan yang cenderung ikut-ikutan hingga sangat banyak yang tidak memahami dan mendalami secara benar konsep tersebut. Untuk itu demi membangun masa depan bersama, Ponco berharap agar semangat kebangsaan dirumuskan dengan sadar, disosialisasikan secara luas kepada masyarakat, dan penyelenggara negara harus memberi contoh positif kepada rakyatnya hingga semangat dan jiwa nasionalisme bangsa khususnya remaja sebagai generasi penerus tetap terpatri di dalam jiwa. Berbicara tentang bangsa berarti berbicara sebuah konsep tentang masa depan. Bangsa dan negara tidak mungkin dibentuk secara mendadak. Tapi dibentuk untuk mencapai tujuan dan terwujudnya kesejahteraan serta terjaminnya keamanan. Tapi saat ini yang ada negara bukan tujuan melainkan alat untuk mencapai tujuan hingga yang saat ini terjadi negara layaknya tidak punya aturan, ujarnya saat menjadi pembicara seminar, Menyegarkan Kembali Paham Kebangsaan dan Membumikan Rasa Bela Negara di hadapan 300 pelajar.
PENYEBAB :
Rasa nasionalisme dan patriotisme sangatlah penting, baik dikalangan orang dewasa, remaja maupun di kalangan anak-anak. Rasa nasionalisma dikalangan anak-anak bisa saja memudar karena faktor internal dan juga faktor eksternal. Berikut ini adalah Penyebab Memudarnya Nasionalisme dikalangan Anak. Check it Out!
Faktor Internal
1. Pemerintahan pd zaman reformasi yg jauh dari harapan para anak, sehingga membuat mrka kecewa pd kinerja pemerintah saat ini. Terkuaknya kasus2 korupsi, penggelapan uang Negara, &
penyalahgunaan kekuasaan olh para pejabat Negara membuat para pemuda enggan utk memerhatikan lagi pemerintahan. 2. Sikap keluarga & lingkungan sekitar yg tdk mencerminkan rasa nasionalisme & patriotisme, sehingga para anak meniru sikap tersebut. Para anak merupakan peniru yg baik terhadap lingkungan sekitarnya. 3. Demokratisasi yg melewati batas etika & sopan santun dan maraknya unjuk rasa, telah menimbulkan frustasi di kalangan anak & hilangnya optimisme, sehingga yg ada hanya sifat malas, egois & emosional. 4. Tertinggalnya Indonesia dgn Negara-negara lain dalam segala aspek kehidupan, membuat para pemuda tdk bangga lagi menjadi bangsa Indonesia. 5. Timbulnya etnosentrisme yg menganggap sukunya lebih baik dari suku-suku lainnya, membuat anak lebih mengagungkan daerah atau sukunya daripada persatuan bangsa.
Faktor Eksternal
1. Cepatnya arus globalisasi yg berimbas pd moral pemuda. Mrka lebih memilih kebudayaan negara lain, dibandingkan dgn kebudayaanya sendiri, sbg contohnya para pemuda lbh memilih memakai pakaian minim yg mencerminkan budaya barat dibandingkan memakai batik atau baju yg sopan yg mencerminkan budaya bangsa Indonesia. Para pemuda kini dikuasai olh narkoba & minum2 keras, sehingga sgt merusak martabat bangsa Indonesia 2. Paham liberalisme yg dianut olh Negara2 barat yg memberikan dampak pd kehidupan bangsa. Anak cenderung meniru paham libelarisme, seperti sikap individualisme yg hanya memikirkan dirinya sendiri tanpa memperhatikan keadaan sekitar & sikap acuh tak acuh pd pemerintahan.