You are on page 1of 4

Kalimat Entimen

Entimen ialah silogisme yang di pendekkan C=B karena C=A si Polan mempunyai mata karena si Polan adalah makhluk hidup Macam Analogi Bermacam-macam cara orang membuat analogi. Analogi dapat dibedakan atas: (1) analogi pinjaman; (2) analogi susunan; dan (3) analogi metafora. Ketiganya akan dijelaskan berikut ini. 1) Analogi Pinjaman Kita dapat mengambil contoh masih term sehat. Kita dapat menerapkan pada orang sehat, obat sehat dan udara sehat. Orang, obat dan udara memang dapat sehat, tetapi kesehatan untuk ketiganya berlainan. Orang disebut sehat karena memang badannya memiliki kesehatan. Udara dan obat bukan memiliki kesehatan, melainkan mengakibatkan kesehatan. Kesamaan itu benar-benar terdapat dalam realita, tetapi ada yang diutamakan, sedangkan yang lainnya hanya pinjaman udara dan obat hanya meminjam sifat itu yang sebenarnya tidak menisbahkan kepadanya. Itulah yang disebut dengan analogi pinjaman. 2) Analogi Susunan Jika dikatakan, Manusia melihat, dan Binatang melihat maka kenyataannya memang benar yakni manusia dan binatang melihat dengan ssungguhnya. Namun dalam hal ini, keduanya melihat dengan cara masing-masing. Ada kesamaan dan dalam kesamaan itu ada perbedaan. Manusia melihat dengan kemanusiaannya sedangkan binatang melihat dengan kebinatangannya. Ini bukan analogi pinjaman, melainkan analogi susunan realita yang dirujuk oleh pengertian itu. Itulah yang dimaksud dengan analogi susunan. Contoh lainnya, Manusia ada, Hewan ada, Malaikat ada dan Allah ada. Meskipun semuanya sama-sama ada, tetapi berbeda satu sama lain. Adanya manusia dan hewan sama dalam susunan fisiknya. Adanya manusia sama dengan adanya malaikat dalam susunan rohaninya, tetapi bebeda dalam susunan rohaninya, tetapi berbeda dalam susunan fisiknya. Akhirnya, adanya manusia dengan adanya Allah berbeda susunan fisiknya maupun rohaninya. 3) Analogi Metafora Analogi metafora ini sebenarnya hanya digunakan dalam karya sastra. Oleh karena itu, ada beberapa orang yang tidak sependapat terhadap keberadaan analogi metafora ini. Alas an mereka, pengertian itu tidak menunjukan kesamaan dan kebedaan dalam realita. Pada dasarnya hal yang dianalogikan tidak mungkin terjadi. Misalnya, Nyiur itu melambailambai. Nyiur tidak mungkin dapat melambai-lambai karena tidak mempunyai tangan. Yang dapat melambai-lambai yaitu manusia dengan tangannya. Pernyataan itu sebenarnya hanya perasaan subjektif bathin manusia. Prinsip Dasar Silogisme Ada dua prinsip dasar dalam silogisme. (1) Terdapat dua buah term, keduanya mempunyai hubungan dengan term lain, maka kedua term itu satu sama lainnya memiliki hubungan pula (A = C; B = C; A = C). Contohnya : Pak Ewoy adalah ayah Ewey Pak Ewoy adalah guru SD

Jadi, ayah Ewoy adalah guru SD (2) Terdapat dua buah term, satu di antaranya mempunyai hubungan dengan sebuah term ketiga, sedangkan term yang satu lagi tidak, maka kedua term itu tidak mempunyai hubungan satu sama lain (A = C; B = C; A = B). Contoh : Ani bukanlah putrid Pak Ano Puteri Pak Ano sngatlah cantik Jadi, Ani tidaklah cantik Bentuk Silogisme Aristoteles mengemukakan tiga bntuk silogisme (bentuk I, II dan III), Galen menambahkannya lagi satu bentuk (bentuk IV). Bentuk silogisme ditentukan oleh kedudukan term menengah dalam hubungannya dengan term-term yang terdapat pada premis-premis. Ada empat kemungkinan kedudukan term menengah dalam dua buah premis, oleh karenanya terdapat pula empat bentuk silogisme. Bentuk I : Dalam bentuk I, term penengah adalah S premis mayor dan P premis minor. MP Semua mahasiswa Uninus mendapat tunjangan SM Robet Ewoy adalah mahasiswa Uninus SP Robet Ewoy mendapat tunjangan Bentuk II : Dalam bentuk II, term penengah P dari kedua premisnya PM Semua manusia bijaksana SM Semua hewan tidak berotak SP Semua hewan bukan manusia Bentuk III : Dalam bentuk III, term penengah adalah S dari kedua premisnya MP Semua muslimat berjilbab MS sebagian muslimat sudah naik haji SP Sebagian yang sudah naik haji berjilbab Bentuk IV: Dalam bentuk IV, term penengah adalah P dari premis mayor dan S dari premis minor PM Semua dosen menulis MS Semua yang menulis pandai SP Sebagian yang pandai adalah dosen 1) Semua manusia pasti mati Semua monyet adalah binatang Jelaslah bahwa dari dua premis di atas, tidak terdapat konklusi yang dapat diambil. (2) Kaki saya menyentuh sofa Sofa menyentuh lantai. Kaki saya menyentuh lantai. Dalam contoh (2) terdapat empat butir term yaitu kaki saya, menyentuh sofa, sofa dan menyentuh lantai. Karena itu, tidak ada konklusi yang dapat ditarik. Macam-macam Kesesatan 1. Kesesatan karena Bahasa 1) Kesesatan karena term ekuivokal Term ekuivokal yaitu term yang dialmbangkan oleh kata yang memiliki struktur fonologis yang sama tetapi mempunyai makna yang berbeda. Jika dalam suatu penalaran terjadi pergantian makna dari term yang sama, maka akan menimbulkan kesesatan penalaran. Contoh: (1) Abadi adalah sifat Allah (2) Adam adalah mahasiswa abadi

Jadi Adam adalah mahasiswa yang memiliki sifat Allah. 2) Kesesatan karena aksen atau tekanan Yang dimaksud dengan tekanan dalam bahas yaitu suatu jenis unsur supresegmental bahasayang ditandai naik turunnya nada atau nyasing pelannya nada suatu arus ujaran. Contoh: (1a) Dia itu beruang (ber-u-ang) (1b) Dia itu beruang (be-ru-ang) (2a) Amir sedang memetik jambu monyet (2b) Amir sedang memetik jambu/monyet (tanda / sebagai jeda) 3) Kesesatan karena makna kiasan Contoh : (1a) Tangan Amir melambai-lambai (1b) Nyiur di tepi pantai itu melambai-lambai. Jadi: Tangan Amir sama denga Nyiur di tepi pantai. 4) Kesesatan karena Amfiboli Amfiboli akan terjadi jika sebuah struktur kalimat mempunyai makna ganda atau bercabang. Perbedaan penfsiran itu karena aksen atau jeda, tetapi karena pembicara atau penulis membuat kalimat yang memang sedemikian rupa sehingga maknanya bercabang. Contohnya: Mahasiswa yang duduk di atas kursi yang paling belakang itu putra Pak Camat. Membaca kalimat tersebut kita mungkin akan menafsirkan apa yang paling belakang itu? Mahasiswanya atau mejanya. 2. Kesesatan Relevansi Kesesatan relevansi timbul jika orang menurunkan suatu konklusi yang tidak relevan dengan premisnya. Maksudnya, secara logis konklusi tidak terkandung atau tidak merupakan imflikasi dari premisnya. Soekadijo, selanjutnya memaparkan bentuk-bentuk kesesatan relevansi yang banyak terjadi seperti berikut ini. 1) Argumentum ad hominem Kesesatan ini terjadi jika kita berusaha agar orang lain menerima atau menolak sesuatu usulan, tidak berdasarkan alasan penalaran, akan tetapi karena alas an yang berhubungan dengan kepentingan si pembuat usul. 2) Argumentum ad Verecundiam atau Argumentum Auctoritatis Kesesatan ini juga disebabkan oleh penolakan terhadap sesuatu tidak berdasarkan nilai penalarannya, akan tetapi karena disebabkan oleh orang yang mengemukakannya adalah orang yang berwibawa, dapat dipercaya, seorang pakar. Secara logis tentu dalam menerima atau menolak sesuatu tidak bergantung kepada orang yang dianggap pakar. Kepakaran, kepandaian, atau kebenaran justru harus dibuktikan dengan penalaran yang tepat. Pepatah latin berbunyi, Tantum valet auctoritas, quantum valet argumentation ; yang maknanya, Nilai wibawa itu hanya setinggi nilai argumentasinya. 3) Argumentum ad baculum Baculum artinya tongkat. Maksudnya, kesesatan ini timbul kalau penerimaan atau penolakan suatu penalaran didasarkan atas adanya ancaman hukuman. Jika, kita tidak menyetujui sesuatu maka dampaknya kita akan kena sanksi.kita menrima sesuatu itu karena terpaksa, karena takut bukan karena logis. 4) Argumentum ad misericordiam Penalaran ini disebabkan oleh adanya belas kasihan. Maksudnya, penalaran ini ditujukan untuk menimbulkan belas kasihan sehingga pernyataan dapat diterima. Argumen ini biasanya berhubungan dengan usaha agar sesuatu perbuatan dimaafkan. Misalnya, seorang pencuri yang tertangkap basah mengatakan bahwa ia mencuri karena lapar dan tidak mempunyai biaya untuk menembus bayinya di rumah sakit, oleh karena itu ia meminta

hakim membebaskannya. 5) Argumentum ad populum Argumentum populum ditujukan untuk massa. Pembuktian sesuatu secara logis tidak perlu. Yang diutamakan ialah menggugah perasaaan massa sehingga emosinya terbakar dan akhirnya akan menerima sesuatu konklusi tertentu. Yang seperti ini biasanya terdapat pada pidato politik, demonstrasi, kampanye, propaganda dan sebagainya. 6) Kesesatan non cause pro cause Kesesatan ini terjadi jika kita menganggap sesuatu sebagai sebab, padahal sebenarnya bukan sebab, atau bukan sebab yang lengkap. Contohnya yaitu suatu peristiwa yakni Amir jatuh dari sepeda dan meninggal dunia. Orang menyebutnya bahwa Amir meninggal dunia karena jatuh dari sepeda. Akan tetapi menurut visum et repertum dokter, Amir meninggal dunia karena serangan penyakit jantung. 7) Kesesatan aksidensi Kesesatan ini terjadi jika kita menerapkan prinsip-prinsip umum atau pernyataan umu kepada peristiwa-peristiwa tertentu yang karena keadaanya yang bersifat aksedential menyebabkan penerapan itu tidak cocok. Contohnya, seseorang member susu dan buahbuahan kepada bayinya meskipun bayi itu sakit, dengan pengrtian bahwa susu dan buahbuahan itu baik bagi bayi, maka si ibu itu melakukan penalaran yang sesat karena aksidensinya. Contoh lain, yaitu makan itu pekerjaan yang baik. Akan tetapi jika kita makan ketika berpuasa, maka penalaran kita sesat karena aksidensi. Kesesatan karena komposisi dan devisi Ada predikat-predikat yang hanaya mengenai individu-individu suatu kelompok kolektif. Kalau kita menyimpulkan bahwa predikat itu juga berlaku untuk kelompok kolektif seluruhnya, maka penlaran kita sesat karena komposisi. Misalnya, ada beberapa anggotaanggota polisi yang menggunakan senjatanya untuk menodong, kita simpulkan bahwa korps kepolisian itu terdiri atas penjahat. Sebaliknya, jika ada predikat yang berlaku untuk kelompok kolektif dan berdasarkan hal itu disimpulkan bahwa setiap anggota dari kelompok kolektif itu tentu juga menyandang predikat itu, maka penalaran itu sesat karena devisi. 9) Kesesatan karena pertanyaan yang kompleks Sebuah pertanyaan atau perintah, sering kali bersifat kompleks yang dapatdijawab oleh lebih dari satu pernyataan, meskipun kalimatnya sendiri tunggal. Contohnya, jika ada pertanyaan, Coba sebutkan macam-macam kalimat!, maka jawabannya anatara lain: Kalimat tunggal dan kompleks ; kalimat berita, perintah, dan pertanyaan ; kalimat aktif dan pasif ; kalimat susun normal dan inversi. 10) Argumentum ad ignorantum Argumentum ad ignorantum adalah penalaran yang menyimpulkan suatu konklusi atas dasar bahwa negasinya tidak terbukti salah, atau yang menyimpulkan bahwa sesuatu konklusi itu salah karena negasinya tidak terbukti benar. Contohnya, jika kita menyimpulkan bahwa mahluk berbadan halus itu tidak ada karena tidak dapat kita lihat, hal ini sama saja dengan pernyataan bahwa di Kepulauan Paskah tidak ada piramida karena kita tidak mengetahui adanya piramida di sana.

You might also like