You are on page 1of 19

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sistem hukum di dunia Ada berbagai jenis sistem hukum yang

berbeda yang dianut oleh negara-negara di dunia pada saat ini, antara lain sistem hukum Eropa Kontinental, common law system, sistem hukum Anglo-Saxon, sistem hukum adat, sistem hukum agama.

[sunting] Sistem hukum Eropa Kontinental


Sistem hukum Eropa Kontinental adalah suatu sistem hukum dengan ciri-ciri adanya berbagai ketentuan-ketentuan hukum dikodifikasi (dihimpun) secara sistematis yang akan ditafsirkan lebih lanjut oleh hakim dalam penerapannya. Hampir 60% dari populasi dunia tinggal di negara yang menganut sistem hukum ini. Common law system adalah SUATU sistem hukum yang di gunakan di Inggris yang mana di dalamnya menganut aliran frele recht lehre yaitu dimana hukum tidak dibatasi oleh undang-undang tetapi hakim diberikan kebebasan untuk melaksanakan undangundang atau mengabaikannya.

[sunting] Sistem hukum Anglo-Saxon


Sistem Anglo-Saxon adalah suatu sistem hukum yang didasarkan pada yurisprudensi, yaitu keputusan-keputusan hakim terdahulu yang kemudian menjadi dasar putusan hakim-hakim selanjutnya. Sistem hukum ini diterapkan di Irlandia, Inggris, Australia, Selandia Baru, Afrika Selatan, Kanada (kecuali Provinsi Quebec) dan Amerika Serikat (walaupun negara bagian Louisiana mempergunakan sistem hukum ini bersamaan dengan sistim hukum Eropa Kontinental Napoleon). Selain negara-negara tersebut, beberapa negara lain juga menerapkan sistem hukum Anglo-Saxon campuran, misalnya Pakistan, India dan Nigeria yang menerapkan sebagian besar sistem hukum Anglo-Saxon, namun juga memberlakukan hukum adat dan hukum agama. Sistem hukum anglo saxon, sebenarnya penerapannya lebih mudah terutama pada masyarakat pada negara-negara berkembang karena sesuai dengan perkembangan zaman.Pendapat para ahli dan prakitisi hukum lebih menonjol digunakan oleh hakim, dalam memutus perkara.

[sunting] Sistem hukum adat/kebiasaan


Hukum Adat adalah seperangkat norma dan aturan adat/kebiasaan yang berlaku di suatu wilayah. misalnya di perkampungan pedesaan terpencil yang masih mengikuti hukum adat. dan memiliki sanksi sesuai dengan aturan hukum yang berlaku di wilayah tertentu.

[sunting] Sistem hukum agama


Sistem hukum agama adalah sistem hukum yang berdasarkan ketentuan agama tertentu. Sistem hukum agama biasanya terdapat dalam Kitab Suci.

wikipedia

. Perbedaan system hukum anglo saxon dengan eropa continental Ada perbedaan yang sangat mendasar antara sistem hukum Continental (Eropa) dan sistem hukun Anglo-Saxon (AS). Pada sistem hukun continental, filosofinya tampak pada sifat-sifatnya yang represif, yang senantiasa cenderung melindungi yang berkuasa. Hal ini bisa dimaklumi karena yang berkuasa (waktu itu) adalah kolonial Belanda yang jelas ingin mempertahankan dan mengokohkan kekuasaannya melalui berbagai undangundang atau sistem hukumnya. Sedang sistem hukum Anglo Saxon selain tentunya ada sifat yang represif, namun sifat penekanannya lebih mengutamakan pada sifat-sifat yang preventif. Pasal-pasalnya merupakan rambu-rambu untuk mencegah munculnya KKN dalam segala bentuk maupun manifestasinya. Selain mencegah terjadinya white collar crime dan corporate crime juga untuk mencegah terjadinya distorsi, keharusan memberikan proteksi bagi kepentingan umum dan bukan untuk kepentingan orang perorang, serta menjamin partisipasi dan pengawasan sosial secara transparan dan demokratis. Dengan pengalaman krisis yang multidimensi sekarang ini, bukankah sudah tiba waktunya untuk memikirkan secara serius, untuk mengalihkan sistem hukum Continental kita ke hukum Angl-Saxon bagi sistem hukum Indonesia Baru di masa mendatang. Mudah-mudahan. (Cartono Soejatman) Perbedaan mendasar Anglo Saxon dengan Continental terletak pada perangkat hukum yang dipakai dan sistem politik yang digunakan. System anglo saxon Sistem Anglo-Saxon adalah suatu sistem hukum yang didasarkan pada yurisprudensi, yaitu keputusan-keputusan hakim terdahulu yang kemudian menjadi dasar putusan hakim-hakim selanjutnya. Sistem hukum ini diterapkan di Irlandia, Inggris, Australia, Selandia Baru, Afrika Selatan, Kanada (kecuali Provinsi Quebec) dan Amerika Serikat (walaupun negara bagian Louisiana mempergunakan sistem hukum ini bersamaan dengan sistim hukum Eropa Kontinental Napoleon). Selain negara-negara tersebut, beberapa negara lain juga menerapkan sistem hukum Anglo-Saxon campuran, misalnya Pakistan, India dan Nigeria yang menerapkan sebagian besar sistem hukum Anglo-Saxon, namun juga memberlakukan hukum adat dan hukum agama. Sistem hukum anglo saxon, sebenarnya penerapannya lebih mudah terutama pada masyarakat pada negara-negara berkembang karena sesuai dengan perkembangan zaman.Pendapat para ahli dan prakitisi hukum lebih menonjol digunakan oleh hakim, dalam memutus perkara Anglo-Saxon adalah sebuah wilayah yang menarik. Nama Anglo-Saxon, sejak abad ke-8 lazim dipakai untuk menyebut penduduk Britania Raya, yakni bangsa Germania yang berasal dari suku-suku Anglia, Saks, dan Yut. Konon, pada tahun 400 M mereka menyeberang dari Jerman Timur dan Skandinavia Selatan untuk menaklukkan bangsa Kelt, lantas mendirikan 7 kerajaan kecil yang disebut Heptarchi. Mereka dinasranikan antara 596-655 M. Sejarah Anglo-Saxon ini, oleh Theresa Tomlinson, diangkat menjadi latar cerita dalam

novel Gadis Serigala, sebuah fiksi remaja tentang seorang gadis pemberani bernama Wulfrun. Wulfrun anak seorang penenun, Cwen. Mereka tinggal di wilayah kekuasaan Biara Whitby yang dikepalai oleh Suster Hild. Setiap hari, Wulfrun bertugas menggembalakan angsa-angsa mereka bersama sahabatnya, Cadmon, seorang penggembala sapi. Cwen anak-beranak hidup sangat miskin. Saking miskinnya, dia terpaksa menjual putra sulungnya, Sebbi, sebagai budak. Pada masa tersebut, perbudakan masih menjadi sesuatu yang lazim terjadi. Barangkali akibat perang yang terus berlangsung antara daerah-daerah yang saling berseteru. Rakyat di sana terbagi menjadi dua: kaum bebas dan kaum tak bebas. Sejarah Eropa dan Amerika Utara menjadi acuan bagi studi kasus bangkitnya lapisan menengah, yang lebih dikenal sebagai perjuangan kelas menengah selama abad ke-18 dan akhir abad ke-19. Dua model yang diajukan Francois Raillon, yakni model Anglo-Saxon dan model Eropa Kontinental, menarik untuk disimak. Model Anglo-Saxon, yang menurut Raillon terlalu mengandalkan pengalaman sejarah kaum borjuis Inggris dan Amerika Serikat, tak selamanya relevan untuk menjelaskan kemungkinan tumbuhnya demokratisasi politik dan ekonomi di negara berkembang. Terlalu banyak menekanan diberikan pada model masyarakat berhadapan dengan negara. Raillon mengisahkan bahwa lapisan menengah dapat tumbuh dan berkembang dalam tubuh kehidupan negara, karena keterkaitan antara pejabat negara dan mitranya di kalangan swasta. Model ini, katanya, lebih cocok untuk menggambarkan tumbuhnya lapisan menengah, terutama di negara bekas jajahan Prancis, termasuk di Indocina. Perdebatan tentang model Anglo-Saxon atau model Eropa Kontinental sesungguhnya tak bermakna terlalu besar. Bagaimanapun, kedua model itu dikembangkan atas dasar struktur dan sifat perekonomian dunia yang jauh berbeda dari perkembangan ekonomi 30 tahun terakhir. Perekonomian dunia 30 tahun terakhir (1966-1996) jauh berbeda dengan perekonomian masa sebelumnya, tatkala revolusi informasi belum berkembang pesat. Karena lingkungan berbeda maka berbeda pula lintasan peran lapisan menengah mancanegara. Perbedaan paling utama ialah lapisan menengah mancanegara kini lebih banyak berpangkal pada ekonomi informasi atau ekonomi pengetahuan. Berbeda dengan masa pra-1966, gerak ekonomi di dunia sekarang lebih mengandalkan peran pengolahan (informasi, jasa, teknologi) daripada perekonomian produksi dan perdagangan. Ini berarti pendorong perekonomian lebih banyak dilakukan oleh kecepatan dan ketepatan pengolahan ilmu pengetahuan daripada pemroses produksi barang dan distribusi. Setiap hari sekitar US$ 1,6 trilyun diolah dalam transaksi valuta asing, sedangkan perdagangan barang manufaktur (bermakna membuat barang dengan tangan) hanya sekitar US$ 600 milyar. Ini berarti lapisan menengah di mancanegara sebagian terbesar adalah ahli pengolah otak daripada pengolah otot. Maka lapisan menengah masa kini bukan lagi kaum pedagang tahun 1940-an atau 1950-an yang menjadi pemilik tanah, modal, dan tenaga kerja. Lapisan menengah Indonesia kini makin terdiri atas pekerja otak (insinyur, ahli hukum, akuntan, pialang pasar modal, dokter spesialis). Kesetiaan mereka adalah pada keahlian profesinya, bukan terhadap perusahaan tertentu. Di sisi lain, Friedman tidak menganalisis lebih jauh bahwa pada dasarnya demokrasi bukan sebuah sistem praktis untuk setiap negara dengan resep yang sama, yang hal ini terlihat dari tradisi Kontinental dan Anglo-Saxon. Bahkan kini Nicholas Syarkozi ingin

agar Prancis lebih menyerupai demokrasi Amerika. Maksudnya, pengembangan demokrasi lebih dekat dengan kecenderungan yang nisbi atau sesuatu yang to come dan tertunda sebagaimana diungkap filsuf Derrida. Ketidakmampuan melihat tabiat dan kondisi Timur Tengah-lah yang menyebabkan kegagalan misi Amerika. Pada dasarnya masyarakat Timur Tengah menolak proyek peradaban yang prestisius menuju demokrasi, dan kebebasan bukan karena nilai-nilai itu bertentangan, melainkan lebih disebabkan oleh perbuatan Amerika yang permisif. Pada prinsipnya, masyarakat Arab tidak lebih heterofobia dibandingkan dengan Amerika. Perbedaan mendasar Anglo Saxon dengan Continental terletak pada perangkat hukum yang dipakai dan sistem politik yang digunakan. Salah satu bidang hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki pada subyek hukum dan hubungan antara subyek hukum. Hukum perdata disebut pula hukum privat atau hukum sipil sebagai lawan dari hukum publik. Jika hukum publik mengatur hal-hal yang berkaitan dengan negara serta kepentingan umum (misalnya politik dan pemilu (hukum tata negara), kegiatan pemerintahan sehari-hari (hukum administrasi atau tata usaha negara), kejahatan (hukum pidana), maka hukum perdata mengatur hubungan antara penduduk atau warga negara sehari-hari, seperti misalnya kedewasaan seseorang, perkawinan, perceraian, kematian, pewarisan, harta benda, kegiatan usaha dan tindakantindakan yang bersifat perdata lainnya. Ada beberapa sistem hukum yang berlaku di dunia dan perbedaan sistem hukum tersebut juga mempengaruhi bidang hukum perdata, antara lain sistem hukum Anglo-Saxon (yaitu sistem hukum yang berlaku di Kerajaan Inggris Raya dan negara-negara persemakmuran atau negara-negara yang terpengaruh oleh Inggris, misalnya Amerika Serikat), sistem hukum Eropa kontinental, sistem hukum komunis, sistem hukum Islam dan sistem-sistem hukum lainnya. Hukum perdata di Indonesia didasarkan pada hukum perdata di Belanda, khususnya hukum perdata Belanda pada masa penjajahan. System hukum kontinental Sistem hukum Eropa Kontinental adalah suatu sistem hukum dengan ciri-ciri adanya berbagai ketentuan-ketentuan hukum dikodifikasi (dihimpun) secara sistematis yang akan ditafsirkan lebih lanjut oleh hakim dalam penerapannya. Hampir 60% dari populasi dunia tinggal di negara yang menganut sistem hukum ini. Sistem hukum yang juga dikenal dengan nama Civil Law ini berasal dari Romawi yang kemudian berkembang ke Prancis. Perkembangannya diawali dengan pendudukan Romawi atas Prancis. Pada masa itu sistem ini dipraktekkan dalam interaksi antara kedua bangsa untuk mengatur kepentingan mereka. Proses ini berlangsung bertahun-tahun, sampaisampai negara Prancis sendiri mengadopsi sistem hukum ini untuk diterapkan pada bangsanya sendiri. Bangsa Prancis membawa sistem ini

ke Negeri Belanda, dengan proses yang sama dengan masuknya ke Prancis. Selanjutnya sistem ini berkembang ke Italia, Jerman, Portugal, Spanyol, dan sebagainya. Sistem ini pun berkembang ke seluruh daratan benua Eropa. Ketika bangsa-bangsa Eropa mulai mencari koloni di Asia, Afrika, dan Amerika Latin, sistem hukum ini digunakan oleh bangsa-bangsa Eropa tersebut untuk mengatur masyarakat pribumi di daerah jajahannya. Misalnya Belanda menjajah Indonesia. Pemerintah penjajah menggunakan sistem hukum Eropa Kontinental untuk mengatur masyarakat di negeri jajahannya. Apabila terdapat suatu peristiwa hukum yang melibatkan orang Belandaatau keturunannyadenganorang pribumi, sistem hukum ini yang menjadi dasar pengaturannya. Selama kurang lebih empat abad di bawah kekuasaan Portugis dan seperempat abad pendudukan Indonesia, sistem hukum Eropa Kontinental yang berlaku. Sekarang di bawah Pemerintah Transisi PBB (UNTAET), sistem hukum ini tetap diberlakukan di Timor Lorosae. Pasal 3 Regulasi UNTAET No. 1/ 1999 menyebutkan bahwa hukum yang berlaku di Timor Lorosae sebelum 25 Oktober 1999 tetap berlaku, sejauh tidak bertentangan dengan standar internasional. Dengan demikian berarti sistem hukum Eropa Kontinental yang diberlakukan Indonesia tetap berlaku. Hal yang membedakan sistem Civil Law dengan sistem Common Law (yang juga disebut sistem Anglo-Saxon) adalah, pertama, pada Civil Law dikenal apa yang dinamakan kodifikasi hukum. Artinya pembukuan jenis-jenis hukum tertentu dalam kitab undang-undang secara sistematis dan lengkap. Tujuannya adalah untuk memperoleh kepastian hukum, penyederhanaan hukum,

dan kesatuan hukum. Contoh hukum yang sudah dikodifikasi dalam kitab undang-undang adalah Kitab Undangundang Hukum Pidana (KUHP), Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata), dan Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD). Kitab-kitab di atas ditulis dan disusun oleh pemerintah kolonial Belanda dan diberlakukan di Indonesia sampai sekarang. Kedua, sistem hukum Eropa Kontinental tidak mengenal adanya juri di pengadilan. Hakim yang memeriksa, mengadili, dan memutuskan suatu perkara selalu adalah majelis hakim (panel), yang terdiri dari tiga orang. Kecuali untuk kasus-kasus ringan dan kasus perdata, yang menangani bisa hakim tunggal. Diposkan oleh ADE DIDIK IRAWAN (CIA.07.0015) di 23:12 BLOG DIDI KIRAWAN

M Jodi Santoso Sering orang bertanya, Indonesia menggunakan sistem hukum apa? Apa civil law? Common law? Islamic law? Atau apa? Pertanyaa ini sebenarnya sudah ratusan kali di bahas dan didiskusikan. Tapi hingga saat ini tidak ada yang tuntas menjawabnya Salah satu ahli menjawab, sistem hukum di Indonesia bayak dipengaruhi oleh sistem hukum Eropa Kontinental (civil law). Tapi apa dengan begitu sistem hukum Indonesia sama dengan civil Law system. Tentu jawabnya tidak. Pengaruh bukan berarti identik. Sistem hukum Indonesia juga tidak sama dengan sistem hukum Anglo-America. Sebelum kemerdekaan, hanya Inggris, sang Penjajah, yang mencoba menerapkan beberapa konsep peradilan ala Anglo Saxon seperti Sistem Jury dan konsep peradilan pidana. Namun, sejak akhri 70-an, konsep hukum yang biasa digunankan di sistem Anglo America banyak diadopsi dalam sistem hukum Indonesia. Tidak hanya konsep-konsep hukum pidana. Konsep perdata dan hukum ekonomi banyak berkiblat pada perkembangan hukum di Amerika. Ada yang bilang sistem hukum di Indonesia adalah sistem hukum Indonesia itu sendiri. Sebuah sistem yang dibangun dari proses penemuan, pengembangan, adaptasi, bahkan kompromi dari beberapa sistem yang telah ada.

Pertanyaa selanjutnya dari proses yang terjadi apa wujud akhir dari semua kompromi, adaptasi, penemuan, pengembangan, bahkan penciptaan itu? Sekali lagi sebuah jawaban yang mungkin tidak pernah ada satu jawaban benar yang diterima oleh semua ahli. Kecuali ada amandeman UUD 45 yang kelima atau yang lain dan memasukkannya secara ekplisit dalam amandemen tersebut. Penelusuran hukum di Indonesia menemukan adanya banyak sistem yang hidup di Indonesia. Ada sistem hukum adat yang buaa..nyak sekali. Menurut Van Vollenhoven ada 23 yaitu Aceh, Gayo dan Batak, Nias dan sekitarnya, Minangkabau, Mentawai, Sumatra Selatan, Enggano, Melayu, Bangka dan Belitung, Kalimantan (Dayak), SangiheTalaud, Gorontalo, Toraja, Sulawesi Selatan (Bugis/Makassar), Maluku Utara, Maluku Ambon, Maluku Tenggara, Papua, Nusa Tenggara dan Timor, Bali dan Lombok, Jawa dan Madura, Jawa Mataraman, Jawa Barat (Sunda). (maaf data lama) Lalu, sitem hukum yang ada di Indonesia ini, sistem hukum apa?

Skip to content

Home Peran & Tantangan Progres Sejarah Visi & Misi Berita Contact

Browse: Home / Memahami Sistem Hukum Indonesia Sejarah Hukum di Indonesia Melakukaan Advokasi

Memahami Sistem Hukum Indonesia


By admin | Published February 19, 2011

Sistem Hukum Indonesia Pengantar


dua macam sumber hukum: 1) Formal, ialah seluruh hukum undang-undang; 2) Materiil, ialah kaidah-kaidah yang sekalipun qua materi, boleh disebut hukum, tetapi secara formal tidak boleh disebut hukum.

Hukum Perdata
Hukum perdata adalah hukum yang bertujuan untuk mengatur hubungan antara sesama anggota masyarakat. Hukum perdata Indonesia diwarnai tiga sumber hukum yaitu: 1) Hukum Adat; 2) Hukum Islam; 3) Hukum Perdata Barat. Pengaturan tentang hukum perdata Barat di Indonesia terdapat dalam Kitab UU Hukum Perdata (KUHPer). Buku KUHPer terbagi atas empat bagian: 1) Buku I tentang Orang; 2) Buku II tentang Benda; 3) Buku III tentang Perikatan; 4) Buku IV tentang Pembuktian dan Daluarsa. Aturan dalam KUHPer banyak yang sudah dicabut dan banyak yang sudah digantikan dengan aturan lain. Di samping aturan yang ada dalam KUHPer, di bidang hukum perdata terdapat aturan yang khusus tentang tanah, yaitu UU No.5/1960 tentang UU Pokok Agraria, kemudian juga terdapat UU No. 4/1996 tentang Hak Tanggungan.

Hukum Pidana
Hukum pidana adalah ranah di mana negara memberikan perlindungan kepada warga negaranya dari kejahatan yang dilakukan oleh warga negara yang lain. Hukum pidana Indonesia tunduk pada ketentuan dalam Kitab UU Hukum Pidana (KUHP). Dua macam pidana yang dianut oleh KUHP: Pelanggaran (misal: misalnya orang mengendarai sepeda motor tanpa menggunakan helm) dan Kejahatan (misal: membunuh dan mencuri).

Hukum Tata Negara


Hukum Tata Negara bertujuan untuk mengatur organisasi dan hubungan antar lembagalembaga negara dengan berdasar konstitusi yaitu UUD 1945. Lembaga negara yang diakui dalam konstitusi kita antara lain: 1) MPR; 2) DPR; 3) DPD; 4) Lembaga Kepresidenan; 5) Mahkamah Agung; 6) Mahkamah Konstitusi; 7) Komisi Yudisial; Bank Indonesia; 9) DPRD; 10) Pemerintah Daerah.

Sistem Pemerintahan

Konstitusi Indonesia
Konstitusi adalah sejumlah ketentuan yang mengatur pada pokok-pokok struktur dan fungsi lembaga-lembaga pemerintahan, termasuk dalam ikhwal kewenangan dan batas

kewenangan lembaga-lembaga tersebut. Konstitusi bisa tertulis (seperti di Indonesia) dan tidak tertulis (seperti di Inggris). Konstitusi Indonesia kita kenal dengan UUD 1945. Sebelumnya ada beberapa konstitusi lain yang pernah berlaku, yaitu: Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS) dan UUD Sementara (UUDS) tahun 1950.

Sistem Pemerintahan Indonesia


Aliran klasik tentang pembagian kekuasaan negara, ada tiga cabang yaitu: 1) Kekuasaan untuk menjalankan UU (Eksekutif); 2) Kekuasaan untuk membuat UU (Legislatif); 3) Kekuasaan untuk mengawasi pelaksanaan UU (Yudikatif).

Lembaga Kepresidenan
Berdasarkan UUD 45 Pasal 4(1) dan 17(1) kekuasaan eksekutif di Indonesia dijalankan oleh presiden, wakil presiden dan dibantu oleh menteri-menteri. Di samping kewenangan menjalankan pemerintahan, presiden juga memiliki hak-hak prerogatif yang diatur dalam UUD 1945, antara lain: 1) Menyatakan perang; 2) Memberikan grasi, amnesti dan rehabilitasi; 3) Menyatakan negara dalam keadaan bahaya; 4) Membuat perjanjian internasional; 5) Mengangkat duta dan konsul; 6) Memberi gelar dan tanda jasa.

Dewan Perwakilan Rakyat


Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) adalah sebuah lembaga perwakilan rakyat yang memegang fungsi: 1) Legislasi (pembuatan undang-undang); 2) Fungsi penyusunan anggaran; 3) Fungsi pengawasan atas pelaksanaan undang-undang. Keanggotaannya berasal dari partai politik yang dipilih melalui Pemilihan Umum (Pemilu). Jumlah anggota DPR saat ini adalah 550 orang.

Kekuasaan Yudkatif
Kekuasan untuk mengawasi pelaksanaan dilakukan oleh suatu cabang kekuasaan negara yaitu kekuasaan yudikatif, yang di Indonesia dilakukan Mahkamah Agung serta badan pengadilan di bawahnya.

Mahkamah Konstitusi
Mahkamah Konstitusi berdasarkan Pasal 24 (C) UUD 45 memiliki wewenang: 1) Menguji undang-undang terhadap UUD; 2) Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD; 3) Memutus pembubaran partai politik; 4) Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum; 5) Memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut UUD. Tata Urutan Perundangan

Hirarki perundang-undangan dalam pasal 7 UU PPP adalah sebagai berikut: 1) UndangUndang Dasar 1945; 2) Undang-Undang / Peraturan Pemerintah Pengganti UU (Perppu); 3) Peratuan Pemerintah (PP); 4) Peraturan Presiden (Perpres); 5) Peraturan Daerah (Perda);

Proses Pembentukan Perundang-undangan


Proses pembentukan Peraturan Perundang-undangan: A) Perencanaan, adalah proses di mana DPR dan Pemerintah menyusun rencana dan skala prioritas UU yang akan dibuat oleh DPR, dalam suatu periode tertentu. Proses ini diwadahi oleh suatu program yang bernama Program Legislasi Nasional (Prolegnas). Yang terlibat dalam proses ini: 1) Badan Legislasi DPR; 2) Departemen Hukum dan HAM; 3) Masyarakat. B) Perancangan. Yang Merancang RUU adalah: 1) Presiden; 2) DPR; 3) DPD.

Siapa Yang Mengusulkan Undang-Undang?


Rancangan UU (RUU) bisa diusulkan oleh: 1) Presiden, disampaikan kepada ketua DPR dengan mengirimkan Surat Pengantar Presiden; 2) DPR, diajukan oleh Baleg, Komisi, Gabungan Komisi ataupun anggota diserahkan kepada pimpinan DPR beserta dengan keterangan pengusul atau naskah akademis; dan 3) Dewan Perwakilan Daerah, RUU yang diajukan berhubungan dengan: a. Otonomi daerah; b. Hubungan pusat dan daerah; c. Pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah; d. Pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya; serta e. Hal-hal yang berkaitan dengan perimbangan keuangan antara pusat dan daerah.

Pembahasan Rancangan Undang-Undang (RUU)


Pembahasan RUU terdiri dari dua tingkat pembicaraan, tingkat pertama dalam Rapat Komisi, Rapat Baleg ataupun Pansus. Sedangkan pembahasan tingkat dua dalam rapat paripurna DPR. Setelah disetujui dalam rapat paripurna, sebuah RUU akan dikirimkan kepada Sekretariat Negara untuk ditandatangi oleh presiden, diberi nomor dan diundangkan.

Pembentukan Peraturan Daerah (Perda)


Pedoman yang mengatur tentang pembentukan Perda adalah dalam PP No.1/2001(dahulu), sekarang dalam PP No.25/2004. Pembentukan Perda meliputi tahapan perencanaan, perancangan, pembahasan, pengesahan dan pengundangan. Tahap perencanaan adalah yang dikenal dalam Program Legislasi Daerah (Prolegda). Sedangkan untuk tahapan perancangan dapat dilakukan oleh pemerintah atau DPRD secara sendirisendiri, sedangkan untuk tahapan pembahasan Perda, garis besarnya diatur dalam PP No.25/2004 Pasal 95 sampai Pasal 101. Sistem Peradilan

Berdasarkan Pasal 24(2) UUD 1945 ada empat lingkungan peradilan di Indonesia: 1) Lingkungan Peradilan Umum, yurisdiksinya meliputi sengketa perdata dan pidana. ; 2) Lingkungan Peradilan Agama, yurisdiksinya meliputi hukum keluarga (perkawinan, perceraian, hibah, dan lain-lain); 3) Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara, yurisdiksinya meliputi sengketa antara warga negara dan pejabat tata usaha negara; 4) Lingkungan Peradilan Militer, yurisdiksinya adalah kejahatan atau pelanggaran yang dilakukan oleh militer.

Pengadilan Niaga Peradilan Anak Pengadilan HAM Pengadilan Pajak Pengadilan Perikanan Pengadilan Khusus Tindak Pidana Korupsi

Pengadilan Niaga
Pengadilan Niaga adalah peradilan khusus untuk menyelesaikan sengketa yang berhubungan dengan kepailitan. Kewenangan Pengadilan Niaga terus bertambah melalui beberapa undang-undang lain, yaitu: 1) Mengadili perkara kepailitan; 2) Hak atas kekayaan intelektual; 3) Sengketa perniagaan lain yang ditentukan oleh undang-undang. Pengadilan Niaga didirikan atas dasar Keppres No.97/1999.

Peradilan Anak
Yurisdiksi peradilan anak adalah untuk perkara pidana yang dilakukan oleh anak-anak, yaitu mereka yang telah berusia 8 tahun tapi belum mencapai usia 18 tahun. Dasar pendirian Peradilan anak adalah UU No. 3/1997 tentang Peradilan Anak

Pengadilan HAM
Pengadilan hak asasi manusia (HAM) memiliki kewenangan untuk mengadili perkara pelanggaran berat HAM. Didirikan berdasarkan UU No. 26/2000.

Pengadilan Pajak
Pengadilan Pajak lahir berdasarkan pada UU No. 14/2002. Yurisdiksinya adalah menyelesaikan sengketa di bidang pajak, yaitu sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara wajib pajak atau penanggung pajak dengan pejabat yang berwenang sebagai akibat dikeluarkannya keputusan.

Pengadilan Perikanan
Pengadilan Perikanan berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus tindak pidana di bidang perikanan. Pengadilan perikanan yang dibentuk berada di lingkungan peradilan umum dan memiliki daerah hukum sesuai dengan daerah hukum pengadilan negeri yang bersangkutan. Dasar pendiriannya adalah UU No. 31/2004 tentang Perikanan.

Pengadilan Khusus Tindak Pidana Korupsi


Bagaimana Alternatif Penyelesaian Sengketa? Sistem hukum Indonesia menyediakan alternatif-alternatif penyelesaian sengketa dengan beberapa bentuk yang diperkenalkan oleh UU No. 30/1999 tentang Alternatif Penyelesaian Sengketa.

Konsultasi Negosiasi dan Perdamaian Mediasi Konsiliasi dan Perdamaian Pendapat Hukum oleh Lembaga Arbritase Arbitrase

Konsultasi
Tindakan yang bersifat ?personal? antara suatu pihak tertentu, yang disebut ?klien? dengan pihak lain yang merupakan ?konsultan?, yang memberikan pendapatnya kepada klien tersebut untuk memenuhi keperluan dan kebutuhan kliennya. Tidak keharusan bagi klien untuk mengikuti pendapat yang disampaikan konsultan. Penyelesaian tetap diserahkan pada para pihak.

Negosiasi dan Perdamaian


Negosiasi mirip dengan perdamaian sebagaimana diatur pasal 1851 sampai dengan 1864 KUHPer, di mana perdamaian itu adalah suatu persetujuan dengan mana kedua belah pihak, dengan menyerahkan, menjanjikan, atau menahan suatu barang, mengakhiri suatu perkara yang sedang bergantung atau mencegah timbulnya suatu perkara. Ada beberapa perbedaannya, yaitu: 1) Negosiasi tenggang waktu penyelesaiannya paling lama 14 hari; 2) Penyelesaian sengketa tersebut harus dilakukan dalam bentuk pertemuan langsung oleh dan di antara para pihak yang bersengketa; 3) Negosiasi merupakan salah satu lembaga alternatif penyelesaian sengketa yang dilaksanakan di luar pengadilan, sedangkan perdamaian dapat dilakukan baik di dalam maupun di luar pengadilan.

Mediasi
UU No. 30/1999 tentang Alternatif Penyelesaian Sengketa mendefinisikan mediasi sebagai kesepakatan tertulis para pihak, sengketa atau beda pendapat diselesaikan melalui bantuan ?seorang atau lebih penasehat ahli? maupun melalui seorang mediator.

Konsiliasi dan Perdamaian


Konsiliasi merupakan upaya sebelum dilakukannya proses litigasi. Bahkan bisa dilakukan dalam setiap tingkat peradilan yang sedang berjalan, baik di dalam maupun di luar pengadilan. Kecuali, untuk hal-hal atau sengketa di mana telah diperoleh suatu putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

Pendapat Hukum oleh Lembaga Arbritase


Para pihak dalam suatu perjanjian berhak untuk memohon pendapat yang mengikat dari lembaga Arbitrase atas hubungan hukum tertentu dari suatu perjanjian berdasarkan pasal 52 UU No. 30/1999. Pendapat hukum yang diberikan lembaga arbitrase bersifat mengikat (binding). Setiap pendapat yang berlawanan terhadap pendapat hukum yang diberikan tersebut berarti pelanggaran terhadap perjanjian (breach of contract wanprestasi). Oleh karena itu tidak dapat dilakukan perlawanan dalam bentuk upaya hukum apapun.

Arbitrase
Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar pengadilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa (Pasal 1 (1) UU No. 30/1999). Obyek perjanjian arbitrase hanyalah sengketa di bidang perdagangan dan mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan perundangundangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa. arbitrase dapat berwujud dalam 2 bentuk, yaitu: 1) Klausula arbitrase yang tercantum dalam suatu perjanjian tertulis yang dibuat para pihak sebelum timbul sengketa (factum de compromitendo); atau 2) Suatu perjanjian arbitrase tersendiri yang dibuat para pihak setelah timbul sengketa (akta kompromis). Arbitrase ada kelebihan dan kekurangannya. Apa Saja Profesi-Profesi Dalam Bidang Hukum? Pembagian profesi dalam bidang hukum, dapat dilandaskan pada teori atau doktrin bagi sistem hukum (corpus juris).

Hakim Jaksa Pengacara dan Advokat Notaris Juris (Ahli Hukum), Guru Besar (Dosen)

Hakim
Hakim adalah pejabat dalam peradilan negara yang diberikan kewenangan untuk mengadili sebuah pekara. Dalam suatu sidang pekara perdata dan pidana, biasanya terdiri dari 3 orang hakim, satu hakim ketua dan dua hakim anggota. Kecuali untuk peradilan acara cepat hanya ada satu hakim untuk setiap perkara.

Jaksa
Jaksa dinaungi oleh organisasi yang bernama Kejaksaan Republik Indonesia. Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk bertindak sebagai penuntut umum dan juga berwenang melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Pengacara dan Advokat


Advokat adalah orang yang mendamping pihak yang berperkara untuk memastikan klien yang didampingi mendapatkan hak-hak yang semestinya dalam melakukan tindakan hukum. Setiap orang yang telah lulus sarjana hukum bisa menjadi advokat, asalkan mengikuti pendidikan profesi advokat dan lulus ujian profesi advokat yang diadakan oleh organisasi profesi advokat. Untuk masyarakat yang tidak mampu, akan tetapi butuh didampingi advokat, maka dapat meminta bantuan kepada lembaga yang menyediakan bantuan hukum, misalnya saja kepada Lembaga Bantuan Hukum (LBH).

Notaris
Notaris merupakan jabatan yang menjalankan profesi dalam pelayanan hukum kepada masyarakat, yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sesuai dengan UU No. 30/2004.

Juris (ahli hukum), guru besar (dosen)


Juris atau guru besar dalam perkembangan ilmu hukum sangat besar kontribusinya, mereka mendidik para mahasiswa hukum, menjadi saksi ahli dalam persidangan, melakukan aktivitas advokasi kebijakan, dan melakukan studi. Bagaimana Melakukan Penelusuran Terhadap Dokumen Hukum?

Peraturan Perundang Undangan Putusan Mahkamah Konstitusi Putusan Pengadilan

Peraturan Perundang-undangan
Apabila anda membutuhkan peraturan perundang-undangan, maka lakukanlah: 1) Mencarinya di Lembaran Negara; 2) Mencari di Berita Negara; 3) Lembaran Daerah yang memuat pengundangan Perda; 4) Berita Daerah, memuat pengundangan peraturan Gubernur, Bupati/Walikota atau peraturan lain di bawahnya. Anda juga bisa mencari peraturan Indonesia di web www.indonesia.go.id

Putusan Mahkamah Konstitusi


Dapat dilihat dan mendownloadnya melalui situs web www.mahkamahkonstitusi.go.id.

Putusan Pengadilan
Putusan pengadilan termasuk dokumen hukum yang sulit dicari, ada beberapa terbitan yang dikeluarkan Mahkamah Agung akan tetapi lebih banyak dimaksudkan untuk kalangan mereka sendiri. Misalnya Yurisprudensi Mahkamah Agung, Himpunan Putusan Mahkamah Agung atau Himpunan Putusan Tata Usaha Negara

Email *

Website

Comment

Post Comment

Untuk mengirimkan Pengaduan, Laporan dan Kontak, Anda dapat menghubungi kami melalui link berikut ini: Email: lbhmks@indosat.net.id, pengacarajalanan@gmail.com atau Kantor LBH Makassar Jalan Serigala No. 31 Makassar 90135 Telp. 0411-831593, Fax. 0411-873239, Undang-Undang Dasar 1945

Pada tanggal 18 Agustus 1945, satu hari setelah Proklamasi Kemerdekaan diproklamirkan, UUD 1945 disahkan. Di dalam UUD 1945 itu diawali dengan Pembukaan dan pada alinea 4 diterangkan bahwa Negara Indonesia berdasarkan PANCASILA yang berbunyi sebagai berikut : 1. KetuhananYang 2. Kemanusiaan yang 3. Persatuan 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh permusyawaratan/perwaki 5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Maha adil hikmat Esa. beradab. Indonesia. kebijaksanaan dalam Ian. dan

Disamping itu pula di dalam batang tubuh UUD 1945 diterangkan bahwa: a. Nama negara kita : Republik Indonesia b. Bentuk negara kita : Negara Kesatuan c. Bentukpemerintahan : Demokrasi (Kerakyatan) yang berarti : pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. d. Kepala Negara : Presiden yang dipilih rakyat. e. Badan Perwakilan Rakyat yang Tinggi : Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). f. Bendera Negara : Sang Merah Putih g. Bahasa Nasional : Bahasa Indonesia UUD 1945 terdiri dari : a. Pembukaan UUD 1945, terdiri dari empat alinea dan pada alinea keempat terdapat dasar negara Pancasila. b. Batang Tubuh UUD 1945, terdiri dari 16 bab, 37 pasal, 4 pasal aturan peralihan, dan 2 ayat aturan tambahan. c. Penjelasan Resmi UUD 1945 yang terdiri dari penjelasan umum dan penjelasan pasal demi pasal. d. Amandemen UUD 1945 Amandemen ke I ST MPR Tahun 1999 Amandemen ke II ST MPR Tahun 2000 Amandemen ke III ST MPR Tahun 2001 - Amandemen ke IV ST MPR Tahun 2002 Lagu Kebangsaan Lagu Kebangsaan Negara kita adalah Indonesia Raya yang diciptakan oleh Wage Rudolf Supratman. Lagu ini dinyanyikan secara resmi yang pertama kali adalah pada penutupan Kongres Pemuda Indonesia II di Jakarta pada tanggal 28 Oktober 1928. Lambang Negara

Lambang Negara Republik Indonesia adalah Garuda Pancasila yang diresmikan dalam Sidang Dewan RIS tanggal 11 Pebruari 1950. Lambang negara tersebut berupa gambar burung Garuda yang sayapnya membentang ke kanan dan ke kiri, dan pada leher burung Garuda itu tergantung perisai yang melambangkan dasar negara Republik Indonesia yaitu PANCASILA. Adapun gambar-gambar yang ada pada perisai tersebut adalah : a. Sila I dilambangkan gambar b. Sila II dilambangkan rantai c. Sila III dilambangkan pohon d. Sila IV dilambangkan kepala e. Sila V dilambangkan padi dan f. Garis melintang mendatar melambangkan garis katulistiwa yang melintang tengah kepulauan Indonesia. bintang. emas. beringin. banteng. kapas. ditengah-

Pada pita terdapat tulisan yang berbunyi Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbedabeda tetapi tetap satu. Adapun yang dimaksud adalah bahwa bangsa Indonesia itu berbeda-beda tempat tinggalnya karena berada di berbagai pulau, sehingga berbeda pula bahasanya, adat-istiadatnya, suku dan juga agamanya. Walaupun demikian tetapi juga satu yaitu bangsa Indonesia. Adapun untuk gambar burung garuda itu sendiri mempunyai arti sebagai berikut: a. Sayapnya, bulunya berjumlah 17 bulu dan melambangkan tanggal 17. b. Ekornya, bulunya berjumlah 8 bulu dan melambangkan bulan 8 atau Agustus. c. Bulu di bawah perisai berjumlah 19 helai dan bulu-bulu di bawah lehernya berjumlah 45 helai. Dengan demikian kesemuanya tersebut adalah merupakan maknaperingatan pada tanggal 17 Agustus 1945. 7 Kunci Pokok Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia menurut UndangUndang Dasar 1945 adalah : 1. Indonesia ialah negara berdasarkan hukum. 2. Sistem konstitusional. 3. Kekuasaan negara yang tertinggi berada di tangan MPR. 4. Presiden ialah penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi di bawah MPR. 5. Presiden tidak bertanggung j awab kepada DPR. 6. Menteri Negara ialah pembantu Presiden. Menteri Negara tidak bertanggung jawab kepada DPR. 7. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas. F. Pemerintahan Daerah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Pemerintahan di Daerah, pemerintah dalam menyelenggarakan pemerintahan di daerah diwajibkan

melaksanakan asas desentralisasi, asas dekonsentrasi, dan asas tugas pemban titan. Pengertian-pengertian yang diberikan UU No. 5 tahun 1974 sebagai berikut : 1. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah perangkat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari Presiden beserta pembantu-pembantunya. 2. Desentralisasi adalah penyerahan urusan pemerintahan dari Pemerintah atau Daerah tingkat atasnya kepada Daerah menjadi urusan rumah tangganya. 3. Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban Daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 4. Tugas Pembantuan adalah tugas untuk turut serta dalam melaksanakan urusan pemerintahan yang ditugaskan kepada Pemerintah Desa oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah tingkat atasnya dengan kewajiban mempertanggung jawabkan kepada yang menugaskannya. 5. Daerah Otonom, selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah tertentu yang berhak, berwenang, dan berkewajiban mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yangberlaku. 6. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah atau Kepala Wilayah atau Kepala Instansi Vertikal tingkat atasnya kepada Pejabat-Pejabat di daerah. 7. Wilayah Administratip, selanjutnya disebut Wilayah, adalah lingkungan kerja perangkat Pemerintah yang menyelenggarakan pelaksanaan tugas pemerintahan umum di daerah. 8. Instansi Vertikal adalah perangkat dari Departemen-Departemen atau Lembagalembaga Pemerintah bukan Departemen yang mempunyai lingkungan kerja di Wilayah yang bersangkutan. 9. Pejabat yang berwenang adalah pejabat yang berwenang mensahkan, membatalkan, dan menangguhkan Peraturan Daerah atau Keputusan Kepala Daerah, yaitu Menteri Dalam Negeri bagi Daerah Tingkat I dan Gubemur Kepala Daerah bagi Daerah Tingkat II, sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. 10. Urusan pemerintahan umum adalah urusan pemerintahan yangmeliputi bidang-bidang ketentraman dan ketertiban, politik, koordinasipengawasan dan urusan pemerintahan lainnya yang tidaktermasuk dalam tugas sesuatu Instansi dan tidak termasuk urusan rumah tangga Daerah. 11. Polisi Pamong Praja adalah perangkat Wilayah yang bertugas membantu Kepala Wilayah dalam menyelenggarakan pemerintahan khusunya dalam melaksanakan wewenang, tugas, dan kewajiban dibidang pemerintahan umum.

You might also like