You are on page 1of 63

PENGARUH TINGKAT PROTEIN PAKAN DAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP KINERJA ENTOG (Cairina muschata) JANTAN STARTER

SKRIPSI Oleh : AGUS FITRIYANTO 0001053002-51

JURUSAN PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2007


PENGARUH TINGKAT PROTEIN PAKAN DAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP KINERJA ENTOG (Cairina muschata) JANTAN STARTER

SKRIPSI Oleh : AGUS FITRIYANTO 0001053002-51

Mengetahui Universitas Brawijaya FakultasPeternakan Jurusan Produksi Ternak Ketua,

Menyetujui : Dosen Pembimbing Utama

Prof. Dr. Ir. Acmanu Zakaria Tanggal

Ir. Wiharto, MS Tanggal .

Dosen Pembimbing Pembantu

Ir. Edhy Sudjarwo, MS Tanggal ..

PENGARUH TINGKAT PROTEIN PAKAN DAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP KINERJA ENTOG (Cairina muschata) JANTAN STARTER

SKRIPSI

Oleh : AGUS FITRIYANTO 0001053002-51

Menyetujui : Dosen Pembimbing Utama Dosen Pembimbing Pembantu

Ir. Wiharto, MS Tanggal .

Ir. Edhy Sudjarwo, MS Tanggal .

PENGARUH TINGKAT PROTEIN PAKAN DAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP KINERJA ENTOG STARTER (Cairina muschata) JANTAN

Laporan Skripsi Oleh

AGUS FITRIYANTO 0001053002-51

Menyetujui Dosen Pebimbing Utama

Menyetujui Dosen Penguji

Ir. Wiharto, MS Tanggal : .. Menyetujui Dosen Pebimbing Pedanping

Ir. Muharlien, MP Tanggal :

Ir. Edhy Sudjarwo, MS Tanggal : Mengetahui Universitas Brawijaya Fakultas Peternakan Dekan Peternakan

Prof. Dr. Ir. Hartutik, MP Tanggal : ..

PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia dari tahun ketahun selalu meningkat, namun peningkatan jumlah penduduk tersebut belum sebanding dengan peningkatan produksi ternak dalam upaya pemenuhan kebutuhan protein hewani, maka untuk mengatasi kesimpangan akan protein hewani, dilakukan berbagai macam upaya diantaranya dilakukan penelitian unggas, karena ternak unggas merupakan ternak yang banyak disukai karena dalam pemeliharaannya tidak banyak kesulitan dalam arti telah memasyarakat, tidak memerlukan modal terlalu besar, perputaran modal terlaksana dengan cepat dan hampir semua masyarakat menyukai. Sejauh ini komoditas ternak unggas yang telah berkembang pesat bahkan telah memasuki area industri adalah ayam dan itik. Perhatian terhadap komoditas unggas lain masih kurang karena masih kurangnya informasi terhadap komoditas tersebut. Sebagai contoh komoditas unggas entog tidak banyak laporan-laporan yang merangsang para petani peternak. Padahal komoditas tersebut telah lama berkeliaran di lingkungan masyarakat dan juga telah banyak disukai dagingnya. Entog jantan starter merupakan komoditas unggas yang strategis dapat diyakini ikut serta meningkatkan pendapatan petani ternak, khususnya yang hidup dilingkungan pedesaan. Selain itu entog jantan sterter juga pemeliharaannya cukup mudah dibandingkan dengan unggas-unggas yang lain baik dalam pemberian pakan tahan penyakit. Cara pemeliharaan entog jantan starter yang paling baik dan efisien adalah dengan cara pemeliharaan secara umbaran. Entog jantan starter mempunyai perbedaan dengan entog betina. Entog jantan starter mempunyai tingkat pertumbuhan yang lebih

cepat dan bobot badan tinggi, kandungan lemak rendah, sehingga sangat baik sebagai penghasil pedaging. Entog jantan starter berpotensi menghasilkan daging. Bobot hidup entog jantan 4,3 kg pada umur 84 hari dan bobot hidup entog jantan dewasa 4,5 kg, sehingga entog jantan starter sangat layak untuk diarahkan pada produksi daging sebagai entog potong. Beberapa upaya telah dilakukan diantaranya melakukan rekayasa pakan, penyempurnaan metode pemberian pakan, memberikan pakan dengan tingkat protein tinggi dengan harapan dihasilkan produksi daging tinggi dan waktu pemeliharaan singkat serta hasil yang peroleh digemari konsumen, mutu dagingnya cukup halus tekturnya warna putih dan aroma tidak amis sehingga perlu dicari formula yang pasti tentang protein dan frekuensi pemberian pakan diberikan agar praktis, ekonomis dan standart, karena pakan dengan tingkat protein yang tinggi atau rendah belum tentu menghasilkan daging seperti yang diharapkan, sehingga peternak entog jantan starter tidak akan mengalami kerugian. Dengan alasan atau latar belakang seperti tertera di atas maka entog jantan starter sangat layak di pelihara tidak hanya di pedesaan yang khususnya petani peternak tetapi dapat juga dipelihara oleh masyarakat umum.

Rumusan Masalah

1. Adakah interaksi antara tingkat protein pakan dengan frekuensi pemberian pakan pada kinerja entog jantan starter. 2. Adakah kombinasi faktor tingkat protein pakan dan frekuensi pemberian pakan terhadap kinerja entog jantan starter sehingga memberikan pengaruh yang berbeda nyata. 3. Pada kombinasi kedua faktor manakah yang menghasilkan kinerja terbaik pada entog jantan starter.

Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya intreraksi antara faktor tingkat protein pakan dan frekuensi pemberian pakan dan mengetahui pengaruh kombinasi ke dua faktor terhadap kinerja serta kombinasi yang memberikan kinerja terbaik pada entog jantan starter.

Kegunaan Penelitian Hasil penelitian nanti diharapkan dapat meningkatkan produktivitas ternak entog jantan starter, serta pertumbuhan dan perkembangan lebih baik.

Kerangka Pikir Budidaya ternak entog jantan starter selalu diarahkan pada pertumbuhan yang cepat dan mortalitas rendah maka dari itu peneliti ingin memberikan solusi yang terbaik tentang berternak entog jantan starter. Upaya-upaya yang dilakukan diantaranya memanipulasi tingkat protein pakan dan frekuensi pemberian pakan agar diperoleh

efisiensi tinggi yaitu dengan merubah tingkat protein pakan menjadi empat bagian yaitu tingkat protein pakan 16%, tingkat protein pakan 18%, tingkat protein pakan 20%, tingkat protein pakan 22% dan frekuensi pemberian pakan 1 hari 2 kali, 1 hari 3 kali dan 1 hari 4 kali. Entog jantan mempunyai pertumbuhan sangat cepat, sehingga peneliti ingin memanfaatkan entog jantan starter sebagai ternak potong. Timbul ide-ide entog jantan starter dipelihara sebagai ternak potong setelah berumur 2 bulan. Untuk itu perlu management pakan dan frekuensi pemberian pakan yang efektif sebagai entog potong. Selanjutnya perlu diadakannya penelitian tentang pemberian tingkat protein pakan dan frekuensi pemberian pakan terhadap kinerja entog jantan starter.

Hipotesis Terdapat interaksi dan pengaruh tingkat protein pakan dan frekuensi pemberian pakan terhadap kinerja entog jantan starter berbeda nyata.

TINJAUAN PUSTAKA

Cairina muschata Entog merupakan unggas pedaging. Entog berasal dari kawasan Brazil-Amerika Selatan yang populer dengan sebutan Pato. Komoditas ini masuk ke Indonesia lewat Manila sehingga dikenal dengan sebutan itik manila (Srigandono, 2000). Taxon entog (Cairina muschata): Kingdom : Animal Phylum Class Order Family Genus Spesies : Chordata : Aves : Anseriformes : Anatidae : Cairina : Cairina muschata (Wiharto, 1999). Srigandono (1986) bahwa karakteristik yang dimiliki entog adalah memiliki karankula yang berwarna merah-hitam yang menutupi sebagian dari muka serta pangkal paruh bagian dorsal dan varietas yang dikenal adalah warna bulu seperti biru-putih, putih, biru, bronze dan hitam sayap putih. Karakteristik fisik entog ini sangat bervariasi. Berjalan dengan badan horisontal, berbadan besar, jalan lambat, kepala besar, padat, kasar, paruhnya agak pendek, bila berjalan mempunyai bunyi yang spesifik (Rasyaf, 1992). Pemeliharaan entog di desa-desa bobot hidup dapat mencapai 2,7 kg per ekornya. Padahal dalam tatalaksana yang baik entog dapat mencapai bobot hidup 4,5 kg per ekornya. Untuk entog sebaiknya dipotong tidak terlalu tua, usia yang baik sekitar 7

hingga 8 minggu atau kurang sedikit dari usia itu (Samosir 1983).

Tingkat Protein Semakin tinggi energi, semakin tinggi pula protein di dalam pakan dan jumlah pakan yang dikonsumsikan semakin sedikit. Entog umur 0 hingga 3 minggu membutuhkan energi sebesar 2850 kkal/kg hingga 2900 kkal/kg, dengan jumlah energi ini diharapkan karkas entog ini lebih menarik. Sumber energi diambil dari jagung kuning, dedak padi, dedak gandum atau bekatul. Kandungan protein yang dibutuhkan untuk pertumbuhan ternak entog pada periode starter adalah sebesar 22% (Rasyaf, 1992). NRC (1984) bahwa pada periode starter protein yang dibutuhkan untuk pertumbuhan 22% dan energi sebesar 2900 kkal/kg. Kebutuhan protein entog jantan umur 0-3 minggu adalah 20%, sedangkan umur 4-6 minggu adalah 19% (Rasyaf, 1992).

Frekuensi Pemberian Pakan Pakan diberikan 4 kali sehari dan tiap pemberian 25% dari jatah bertujuan agar sekali makan, pakan langsung habis. Dengan demikian burung, siput, atau tikus tidak akan mendapatkan bagian dari sisa-sisa pakan. Terutama burung yang kemungkinan besar membawa bibit penyakit atau parasit dengan cara menyebarkan pada bak pakan ketika makan sisa-sisa pakan (Rasyaf, 1992). Usahakan agar pengisian tempat pakan tidak melebihi setengah dari tempat pakan yang tersedia, sehingga pakan yang tercecer dan pengotoran kandang dapat dihindari. Dengan demikian maka jatah pemberian pakan dalam satu hari tak boleh diberikan sekaligus melainkan harus diatur untuk diberikan sampai empat kali sehari. Keuntungan

pemberian pakan dengan cara tersebut adalah: menghemat pakan karena kemungkinan pakan itu tercecer bisa dihindari, menghindari kandang menjadi cepat kotor, menambah nafsu makan jika pakan diberikan sedikit demi sedikit maka ternak akan lebih bernafsu akan tetapi apabila jatah pakan satu hari diberikan sekaligus akan membawa akibat ternak kurang tertarik untuk mengkonsumsi pakan yang diberikan, praktek pemberian pakan seperti tersebut di atas sekaligus dapat mengontrol keadaan air minum dan keadaan ternak (Anonymous, 1991).

Konsumsi Pakan Wahyu (1992): konsumsi pakan ialah banyaknya pakan yang diberikan dikurangi dengan pakan yang tersisa. Banyak sedikitnya konsumsi pakan sangat tergantung pada ukuran tubuh ternak, sifat genetik, suhu lingkungan, tingkat produksi, perkandangan, tempat pakan perekor, keadaan air minum, kualitas dan kuantitas pakan serta adanya penyakit. Esminger (1980) bahwa setiap kebutuhan zat-zat pakan tergantung dari fungsi produksinya seperti pertumbuhan, penggemukan dan reproduksi. Konsumsi pakan merupakan faktor penunjang terpenting untuk mengetahui penampilan reproduksi (Asworo, 1995). Anggorodi (1985) bahwa bobot badan, laju pertumbuhan, kandungan zat-zat pakan yang diberikan dapat mempengaruhi konsumsi pakan. North (1978) bahwa konsumsi pakan akan meningkat dengan meningkatnya bobot badan sehingga konsumsi pakan setiap minggu lebih banyak dibandingkan dengan minggu sebelumnya. Kandungan energi dalam pakan yang rendah dapat meningkatkan konsumsi pakan atau dengan kata lain ternak dapat mengkonsumsi pakan lebih banyak (Wahyu, 1978). Tabel 1. Kebutuhan Pakan Per 10 Ekor Entog Jantan Umur 1-7,5 Minggu.

Minggu ke Kg 1 1,5 2 3,1 3 4,0 4 6,1 5 7,8 6 8,0 7 9,5 7,5 10,0 Keterangan: angka 1-7,5 minggu menunjukkan umur entog jantan starter (minggu), angka 1,5-10,0 kg menunjukkan jumlah pakan yang dikonsumsi entog jantan starter per minggu (kg). Sumber: Purbawati, 1995. Tilman (1997) bahwa keragaman kapasitas produksi ternak disebabkan oleh pakan dan paling utama disebabkan oleh konsumsinya. Yasin (1988) menambahkan bahwa penggunaan lemak dalam pakan akan meningkatkan palatabilitas dan melenyapkan sifat berdebu pada pakan. Pada umumnya semakin tinggi serat kasar yang terkandung dalam bahan pakan maka akan menurunkan daya cerna bahan pakan tersebut (Anggorodi, 1985).

Pertambahan Bobot Badan Hafez dan Dyer (1969) bahwa pengukuran bobot badan pada unggas biasanya dilakukan seminggu sekali, pertambahan bobot badan digunakan untuk menilai respon pertumbuhan respon ternak terhadap berbagai jenis pakan, lingkungan serta tatalaksana. Pertumbuhan merupakan ukuran panjang, volume atau bobot tubuh yang didasarkan pada waktu tertentu (Winantea ,1985). Jull (1982) bahwa kecepatan pertumbuhan dipengaruhi oleh genetik, strain, jenis kelamin, lingkungan, kualitas pakan yang dikonsumsi. Kurva pertumbuhan sangat tergantung pada tingkat pakan, jika pakan mengandung nutrisi yang tinggi maka ternak

akan dapat mencapai bobot tertentu pada umur yang lebih muda (McDonald, Edward and Greenhalgh,1986). Wahyu (1992) bahwa unggas pada kondisi biasa akan mendapatkan kesulitan dalam meningkatkan pertumbuhan yang optimum. Pada fase pertumbuhan batas energi terendah adalah 2900 kkal/kg sehingga dapat menghasilkan pertumbuhan yang baik pada unggas muda dan selama protein dipertahankan dalam imbangan yang optimum dengan energi. Pertambahan bobot badan dipengaruhi empat faktor yaitu genetik dari unggas, jumlah konsumsi pakan, kandungan nutrisi dalam pakan dan tatalaksana pemeliharaan (Soeparno, 1992). Kecepatan pertumbuhan entog paling cepat adalah pada umur 1-6 minggu dan pada umur lebih dari 7 minggu masih dapat tumbuh dengan baik bila diberi ransum yang baik (Purbawati, 1995).

Konversi Pakan Rasyaf (1994) bahwa konversi pakan merupakan pembagian antara bobot badan yang dicapai pada minggu tertentu dengan konsumsi pakan pada minggu itu pula. Semakin rendah nilai konversi pakan berarti nilai penggunaan pakan semakin tinggi (Nesheim, Austic dan Card, 1979) Wahyu (1992) menyatakan bahwa pakan yang mengandung energi tinggi menghasilkan perbaikan efisiensi penggunaan pakan dibandingkan dengan pakan yang mengandung energi rendah. Kecepatan pertumbuhan merupakan faktor penting yang mempengaruhi konversi pakan, apabila semakin rendah pertambahan bobot badan mengakibatkan peningkatan konversi pakan (Jull, 1982). Dengan kondisi lingkungan

yang baik, konversi pakan dapat mencapai 2,7, bobot hidup entog betina 2,4 kg pada umur 70 hari dan bobot hidup entog jantan mencapai 4,3 kg pada umur 84 hari. Bobot hidup entog betina dewasa 3,2 kg, sedangkan entog jantan dewasa 4,5 kg (Anonymous, 1991).

MATERI DAN METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Sumbersekar Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang mulai 28 Oktober 2006 sampai tanggal 28 Desember 2006.

Materi Penelitian 1. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1). Anak entog jantan starter (Day Old Duckling) umur 1-5 hari sebanyak 72 ekor yang diperoleh di Desa Modopuro, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, 36 kandang entog jantan starter, yang digunakan adalah kandang brooder berbentuk sangkar (cage) yang terbuat dari kayu, bambu dan kawat kasa. Ukuran tiap kandang adalah panjang, lebar dan tinggi berurutan 45 cm, 45 cm dan 45 cm. Perlengkapan dan alat kandang: a. Wadah pakan terbuat dari bambu dan wadah air minum terbuat dari plastik. b. Lampu brooder (sebagai pemanas) pada periode starter ditempatkan pada setiap sangkar. 2. Pakan yang digunakan adalah campuran konsentrat, jagung dan bekatul. Masingmasing bahan pakan dicampur sampai konsentrasi protein menjadi 16%, 18%, 20% dan 22%. Untuk mengetahui kandungan nutrisi dalam ransum maka dilakukan analisa proximat yang dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Pangan, Fakultas Tegnologi Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 9. Metode penelitian

Metode penelitian ini menggunakan 2 faktor: Faktor I adalah Frekuensi Pemberian Pakan yaitu : FA = Frekuensi pemberian pakan 1 hari 2 kali FB = Frekuensi pemberian pakan 1 hari 3 kali FC = Frekuensi pemberian pakan 1 hari 4 kali Faktor II adalah Tingkat Protein Pakan yaitu : P1 = Pemberian pakan dengan pakan berkadar protein 16% P2 = Pemberian pakan dengan pakan berkadar protein 18% P3 = Pemberian pakan dengan pakan berkadar protein 20% P4 = Pemberian pakan dengan pakan berkadar protein 22% Dari kedua faktor diatas terdapat 12 kombinasi perlakuan dengan 3 kali ulangan sehingga dibutuhkan 36 petak kandang. Setiap petak kandang di isi 2 ekor entog jantan starter.

Prosedur Penelitian 1. Tahap Persiapan: a. Mempersiapkan kandang dan perlengkapannya. b. Mencucihamakan sangkar dan ruang kandang: 1 2 Sangkar dan ruang kandang disemprot dengan formalin 40%. Lantai kandang disiram dengan air kapur.

c. Memberikan kode pada masing-masing unit percobaan sesuai dengan denah yang telah ditentukan secara acak sebagaimana terdapat di bawah ini : P1FA P1FC P1FB P1FA P1FC P1FB P1FB P1FC P1FA

P2FA P2FC P3FA P3FC P4FA P4FC

P2FB P2FA P3FB P3FA P4FB P4FA

P2FC P2FB P3FC P3FB P4FC P4FB

P2FB P2FC P3FB P3FC P4FB P4FC

P2FA

P3FA

P4FA

2. Tahap Pelaksanaan: Memasukkan DOD (Day Old Duckling) umur 1-5 hari secara acak pada kombinasi perlakuan yang telah disiapkan, masing-masing kombinasi perlakuan di isi 2 ekor entog jantan starter dan ditempatkan secara acak. Menimbang bobot awal DOD (Day Old Duckling) dan menghitung koefisien keragaman. Mempersiapkan brooder. Memberikan pakan pada setiap kombinasi perlakuan sesuai dengan perlakuan. Menimbang pakan yang akan diberikan dan menimbang sisa pakan setiap hari. Bobot badan ditimbang setiap minggu.

Variabel Pengamatan Variabel bebas :

1. Tingkat Protein. 2. Frekuensi Pemberian pakan. Variabel Tergantung: 1. Konsumsi pakan. 2.Pertambahan bobot badan. 3. Konversi pakan.

Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis statistik sidik Peragam dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola Faktorial Peragam (RAL pola Faktorial Peragam) karena materi yang digunakan entog jantan starter heterogen atau entog jantan starter mempunyai koefisien keragaman lebih dari 15%. Hasil analisa menunjukan perbedaan yang nyata maka dilanjutkan Uji Jarak Duncan (UJD) (Yitnosumarto, 1993).

Batasan Istilah 1. Tingkat protein pakan adalah jumlah kandungan protein yang ada dalam bahan pakan

(tingkat protein pakan dalam penelitian ini dibagi menjadi empat tingkatan yaitu tingkat protein pakan 16%, tingkat protein pakan 18%, tingkat protein pakan 20%, tingkat protein pakan 22%. 2. Frekuensi pemberian pakan adalah banyaknya pakan yang diberikan pada entog jantan starter setiap harinya (frekuensi pemberian pakan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu pemberian pakan 1 hari 2 kali, 1 hari 3 kali, 1 hari 4 kali). 3. Konsumsi pakan ialah banyaknya pakan yang diberikan dikurangi dengan pakan yang tersisa (Wahyu,1992). 4. Pertambahan bobot badan digunakan untuk menilai respon pertumbuhan respon ternak terhadap berbagai jenis pakan, lingkungan serta tatalaksana (Hafez dan Dyer,1969). 5. Konversi pakan merupakan pembagian antara bobot badan yang dicapai pada minggu tertentu dengan konsumsi pakan pada minggu itu pula. (Rasyaf , 1994).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bobot awal rata-rata DOD entog jantan starter umur 1-5 hari dalam penelitian ini

adalah 60.7472 gram dan Koefisien Keragamannya 15,5435%, (Lampiran 1). Entog jantan starter yang digunakan dalam penelitian ini adalah heterogen maka data yang diperoleh dianalisis statistik sidik peragam dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola Faktorial Peragam (RAL pola Faktorial Peragam). Yitnosumarto (1993) menyatakan bahwa besarnya koefisien keragaman dikategorikan dalam taraf homogen adalah tidak lebih 15%. Terdapat interaksi dari faktor tingkat protein pakan dan frekuensi pemberian pakan terhadap konsumsi pakan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0.01). Kombinasi perlakuan faktor tingkat protein pakan 16% dan frekuensi pemberian pakan 2 kali sehari menunjukkan konsumsi pakan yang tertinggi (4453.54 gram). Tidak terdapat interaksi dari faktor tingkat protein pakan dan frekuensi pemberian pakan terhadap pertambahan bobot badan. Cenderung tingkat pretein pakan 20% memberikan pertambahan bobot badan yang tertinggi (924.004 gram) dan frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari memberikan pertambahan bobot badan yang tertinggi (912.4057 gram). Terdapat interaksi dari faktor tingkat protein pakan dan frekuensi pemberian pakan terhadap konversi pakan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0.01). Kombinasi perlakuan faktor tingkat protein pakan 22% dan frekuensi pemberian pakan 4 kali sehari menunjukkan konversi pakan yang baik (4.59 gram).

Konsumsi Pakan Hasil analisa statistik pada Lampiran 5 dan kombinasi tingkat protein pakan dan

frekuensi pemberian pakan terhadap konsumsi pakan entog jantan starter pada Tabel 2, menunjukkan bahwa tingkat protein pakan dan frekuensi pemberian pakan memberikan perbedaan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap konsumsi pakan. Tabel 2. Kombinasi Tingkat Protein Pakan dan Frekuensi Pemberian Pakan Terhadap Konsumsi Pakan Entog Jantan Starter. Perlakuan Rata-rata (gram) Notasi P4FC 4194.897 a P4FA 4197.863 a P1FC 4198.727 a P4FB 4203.763 a P2FA 4281.027 ab P3FA 4340.58 b P3FB 4343.457 b P3FC 4344.247 b P2FC 4369.967 bc P1FB 4385.723 bc P2FB 4402.773 bc P1FA 4453.54 c
Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan adanya perbedaan pengaruh yang sangat nyata ( P<0,01).

Hasil analisa statistik pada Lampiran 5 dan rata-rata pada Tabel 2 menunjukkan bahwa semakin tinggi protein pakan yang diberikan maka konsumsi pakan mengarah turun dan semakin tinggi frekuensi pemberian pakan yang diberikan maka konsumsi pakan tidak pasti. Sehingga tidak memberikan perubahan yang pasti, hal ini disebabkan karena beberapa faktor: tingkat protein pakan, ukuran tubuh ternak dan umur ternak, frekuensi pemberian pakan perhari, jumlah energi dalam pakan, jumlah serat kasar dan keadaan lemak dalam pakan. Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa selama penelitian tingkat protein 16% dengan frekuensi pemberian pakan 2 kali sehari mempunyai tingkat konsumsi pakan yang lebih tinggi dari pada yang lain, hal ini disebabkan karena entog jantan starter mengkonsumsi ransum dengan kandungan protein rendah yaitu 16% dengan frekuensi pemberian pakan 2 kali sehari dan entog jantan starter mempunyai rata-rata bobot badan awal yang lebih

tinggi dan entog jantan starter yang lain sehingga kemampuan mengkonsumsi pakan juga tinggi. Jika protein dalam ransum tinggi maka energi dalam ransum juga tinggi, karena Rasyaf (1992) berpendapat bahwa semakin tinggi energi semakin tinggi pula protein di dalam ransum, sehingga kebutuhan protein unggas terpenuhi, semakin tinggi energi ransum, jumlah ransum yang dikonsumsikan semakin sedikit dan Wahyu (1992) berpendapat bahwa unggas akan kesulitan dalam meningkatkan pertumbuhan yang optimal, energi yang dibutuhkan minimal 2900 kkal/kg untuk unggas pada fase pertumbuhan, untuk dapat menghasilkan pertumbuhan yang optimal pada unggas muda maka protein harus seimbang dengan energi Dengan ukuran tubuh entog jantan starter yang besar frekuensi pemberian pakan 2 kali sehari sangat efisien karena dapat mengurangi tenaga kerja, entog jantan starter dapat makan ransum sewaktu-waktu dalam jumlah yang banyak sesuai kebutuhan energi dalam tubuh ternak dan teori ini banyak diterapkan di Indonesia. Rasyaf (1992) berpendapat bahwa cara pemberian pakan 2 kali sehari inilah yang banyak diterapkan di Indonesia.

Gram

Tingkat Protein FA
Fre kuensi

4500 4450 K 4400 o 4350 n 4300 s 4250 u 4200 m 4150 s 50 i 0

4453.54 4385.72 4 402 .77 4369.97 4 4344.25 4340 .5 8 343.46 4281.03 4198.73 4203.76 4197.86 4194.90

FB FC FA FB FC FA FB FC FA FB FC P1 P2 Perlakuan P3 P4

Gambar 1. Grafik konsumsi pakan Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa konsumsi pakan yang tertinggi adalah P1FA (4453,54 gram), hal ini disebabkan karena entog jantan starter yang digunakan dalam penelitian mempunyai bobot badan awal yang lebih tinggi dari pada entog jantan starter yang lain yang mengakibatkan kemampuan untuk mengkonsumsi pakan juga tinggi untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 1. Tilman (1997) berpendapat: keragaman kapasitas produksi ternak disebabkan oleh pakan dan paling utama disebabkan oleh kosumsinya. Anggorodi (1985) menyatakan bobot badan, laju petumbuhan, kandungan

zat-zat makanan yang diberikan dapat mempengaruhi konsumsi pakan. Wahyu (1992) dan Murtidjo (2003) menambahkan: banyak sedikitnya konsumsi pakan sangat tergantung pada ukuran tubuh ternak, sifat genetik, suhu lingkungan, tingkat produkai, perkandangan, tempat pakan per ekor, keadaan air minum, kualitas dan kuantitas pakan serta adanya penyakit. Apabila energi dalam ransum rendah, maka entog jantan starter akan merasa cepat lapar, dengan demikian frekuensi untuk mengkonsumsi pakan lebih tinggi dari pada ransum dengan tingkat protein yang lebih tinggi atau energinya tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Wahyu (1978) yang menyatakan bahwa energi dalam pakan yang rendah dapat meningkatkan konsumsi pakan atau dengan kata lain entog jantan starter dapat mengkonsumsi ransum lebih banyak, pendapat ini didukung oleh Anggorodi (1985) yang menyatakan bahwa konsumsi ransum meningkat bila energi dalam ransum menurun, sebaliknya konsumsi ransum akan menurun bila energi ransum tinggi. Pada waktu penelitian serat kasar yang terkandung dalam ransum pada tingkat protein 16% sebesar 12,971 lebih tinggi dari pada tingkat protein 18% sebesar 12,199, tingkat protein 20% sebesar 12,816 dan tingkat protein 22% sebesar 11,476. Anggorodi (1985) menyatakan bahwa pada umumnya semakin tinggi serat kasar yang terkandung dalam pakan maka akan menurunkan daya cerna dalam bahan pakan tersebut, dengan demikian jika dalam ransum terdapat serat kasar yang tinggi maka pakan akan sulit untuk dicerna sehingga entog jantan starter berusaha untuk memenuhi kebutuhan energi dalam tubuhnya dengan cara mengkonsumsi pakan lebih banyak. Wahyu (1995) mengatakan bahwa apabila pakan mengandung serat kasar tinggi yang tidak dapat dicerna maka tembolok tidak dapat mencapai volume yang lebih besar untuk menampung pakan sehingga konsumsi pakan menjadi terbatas dan Zakaria (1997) menambahkan bahwa

serat kasar yang tinggi pada bahan pakan akan menyulitkan proses pencernaan pada unggas, karena unggas tidak mempunyai mikro flora (walaupun ada jumlahnya belum memadai untuk mencerna serat kasar), selain sulit dicerna bahan pakan berserat kasar tinggi akan mengalami kesulitan mengkonsumsi pakan yang diharapkan untuk memenuhi kebutuhan energi. Di sisi lain kandungan lemak dalam ransum setelah dianalisa proximat, pada tingkat protein 16% sebesar 4,830 lebih rendah dari pada tingkat protein 18% sebesar 4,94, tingkat protein 20% sebesar 5,504 dan tingkat protein 22% sebesar 5,124. Yasin (1988) berpendapat bahwa penggunaan lemak dalam ransum akan meningkatkan palatabilitas dan melenyapkan sifat berdebu pada ransum, jika lemak yang telah dicerna dan diserap tidak digunakan langsung maka maka zat-zat itu disimpan dalam bentuk susunan lemak yang mempunyai fungsi sebagai energi.

Pertambahan Bobot Badan Pertambahan bobot badan digunakan untuk menilai pertumbuhan respon ternak terhadap berbagai jenis ternak dan pengukuran bobot badan ternak biasanya dilakukan seminggu sekali (Hafez dan Dyer, 1969). Dari hasil analisa statistik Lampiran 6 dapat diketahui bahwa tingkat protein pakan dan frekuensi pemberian pakan tidak memberikan perbedaan pengaruh yang sangat nyata terhadap pertambahan bobot badan yang dapat dilihat pada Lampiran 6. Pengaruh tingkat protein pakan dan frekuensi pemberian pakan terhadap konsumsi pakan entog jantan starter selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. Tabel 3. Pengaruh Tingkat Protein Pakan Terhadap Pertambahan Bobot Badan Entog Jantan Starter. Perlakuan Rata-rata (gram) Notasi P1 872.3936 a P4 905.615 a P2 905.8636 a P3 924.004 a
Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan adanya perbedaan pengaruh yang sangat nyata ( P<0,01).

Tabel 4. Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Terhadap Pertambahan Bobot Badan Entog Jantan Starter. Perlakuan Rata-rata (gram) Notasi FA 893.3815 a FC 900.12 a FB 912.4057 a
Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan adanya perbedaan pengaruh yang sangat nyata ( P<0,01).

Hasil analisa statistik Lampiran 6 dan pengaruh tingkat protein pakan dan

frekuensi pemberian pakan terhadap konsumsi pakan entog jantan starter selama penelitian pada Tabel 3 dan Tabel 4 dapat diketahui bahwa semakin tinggi protein pakan yang diberikan pertambahan bobot badan semakin naik dan semakin tinggi frekuensi pakan yang diberikan pertambahan bobot badan juga semakin naik. Perlakuan dengan tingkat protein pakan 20% menghasilkan pertambahan bobot badan lebih tinggi dari pada tingkat protein 22%, 18%, 16% hal ini disebabkan karena ternak pada tingkat protein 20% mempunyai ukuran tubuh rata-rata lebih besar dan juga mempunyai rata-rata konsumsi pakan lebih banyak untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Tabel 2. Dengan pemberian tingkat protein sebesar 20% merupakan standart efisiensi pakan, hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1992) yang menyatakan bahwa kebutuhan entog jantan starter umur 0-3 minggu adalah 20% sedangkan umur 4-6 minggu adalah 19%, sedangkan menurut NRC (1984) menyatakan bahwa periode starter protein yang dibutuhkan untuk pertumbuhan sebesar 22% dan energi sebesar 2900 kkal/kg. Pendapat Rasyaf (1992) dan NRC (1984) terdapat berbedaan, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mempengaruhi pertambahan bobot badan yaitu menurut Jull (1982) bahwa kecepatan pertumbuhan dipengaruhi oleh genetik, strain, jenis kelamin, lingkungan, kualitas dan kuantitas ransum yang dikonsumsi dan Soeparno (1992) menambahkan bahwa konsumsi pakan yang lebih tinggi akan menghasilkan pertumbuhan yang lebih cepat, pertambahan bobot badan dipengaruhi empat faktor yaitu genetik dari unggas, jumlah konsumsi pakan, kandungan nutrisi dalam pakan dan tatalaksana pemeliharaan. Hasil penelitian frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari menghasilkan pertambahan bobot badan yang lebih besar, karena entog jantan starter rata-rata mengkonsumsi pakan dalam jumlah yang tinggi (Lampiran 5). Pemberian pakan yang

sesering mungkin mempunyai keuntungan diantaranya: Menghemat pakan, karena kemungkinan pakan itu tercecer bisa dihindari, menghindari kandang menjadi cepat kotor, menambah nafsu makan, jika pakan diberikan sedikit demi sedikit maka ternak akan lebih bernafsu, akan tetapi apabila jatah pakan satu hari diberikan sekaligus akan membawa akibat ternak kurang tertarik untuk mengkonsumsi pakan yang diberikan, praktek pemberian pakan seperti tersebut di atas, sekaligus bisa mengontrol keadaan air minum dan keadaan ternak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan kadar protein 20% dan frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari, adalah sangat efisien karena ternak menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi. McDonald, Edward and Greenhalgh (1986) menyatakan bahwa kurva pertumbuhan sangat tergantung pada tingkat protein, jika pakan mengandung nutrisi yang tinggi maka ternak akan dapat mencapai bobot tertentu pada umur yang lebih muda. Juga didukung oleh Wahyu (1992) yang menyatakan bahwa konsumsi yang lebih tinggi akan mendapatkan pertumbuhan yang lebih cepat dan unggas pada kondisi biasa akan mendapatkan kesulitan dalam meningkatkan pertumbuhan yang optimum, batas energi terendah kira-kira 2900 kkal/kg untuk unggas pada fase pertumbuhan dapat menghasilkan pertumbuhan yang baik pada unggas muda selama protein dipertahankan dalam imbangan optimum dengan energi. Hal-hal yang menyebabkan terdapat perbedaan pertambahan bobot badan pada setiap perlakuan adalah kualitas dan kuantitas serta sedikit dan banyaknya pakan yang dikonsumsi. Rasyaf (1994) menyatakan bahwa bobot badan dipengaruhi kualitas dan kuantitas pakan yang dikonsumsi, dengan demikian perbedaan kandungan zat-zat pakan yang dikonsumsi akan memberikan pengaruh terhadap pertambahan bobot badan yang dihasilkan karena kandungan zat-zat pakan yang seimbang dan cukup sesuai dengan

kebutuhan sangat diperlukan untuk pertumbuhan yang optimal. Konversi Pakan Konversi pakan merupakan pembagian antara bobot badan yang dicapai pada minggu tertentu dengan konsumsi pakan pada minggu itu pula (Rasyaf, 1992). Konversi pakan merupakan standart produksi guna mengetahui efisiensi penggunaan pakan oleh ternak. Dari hasil analisa statistik pada Lampiran 7 dan kombinasi tingkat protein pakan dan frekuensi pemberian pakan terhadap konversi pakan entog jantan starter pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa tingkat protein pakan dan frekuensi pemberian pakan memberikan perbedaan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap konversi pakan. Tabel 5. Kombinasi Tingkat Protein Pakan dan Frekuensi Pemberian Pakan Terhadap Konversi Pakan Entog Jantan Starter. Perlakuan Rata-rata (gram) Notasi P4FC 4.59 a P4FB 4.66 ab P4FA 4.66 ab P3FC 4.68 ab P3FB 4.7 b P3FA 4.72 bc P2FA 4.74 bc P1FB 4.79 bc P2FC 4.82 c P2FB 4.85 c P1FC 4.93 c P1FA 5.24 d
Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan adanya perbedaan pengaruh yang sangat nyata ( P<0,01).

Dari hasil analisa statistik pada Lampiran 7 dan Tabel 4 menunjukkan bahwa tingkat protein 22% mempunyai nilai yang lebih rendah (konversi semakin baik) dan frekuensi pemberian pakan 4 kali sehari juga mempunyai nilai yang lebih rendah (konversi semakin baik), sedangkan kombinasi tingkat protein dan frekuensi pemberian pakan semakin tinggi juga semakin baik (rendah) hal ini menunjukkan bahwa efisiensi penggunaan pakan sangat baik atau entog jantan starter mengkonsumsi ransum dalam

jumlah sedikit menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi dan peningkatan konversi pakan ini berhubungan dengan kemampuan entog jantan starter dalam mengubah serat kasar menjadi produk. Serat kasar sulit dicerna oleh saluran pencernaan entog jantan starter, karena pakan yang seharusnya dapat diserap keluar bersama feses pada akhirnya dapat mempengaruhi pertambahan bobot badan. Hal ini sesuai dengan pendapat Siregar (1981) dan Rasyaf (1995) yang menyatakan bahwa angka konversi pakan yang rendah menunjukkan penggunaan pakan yang efisien. Angka konversi pakan yang tinggi menunjukkan pengunaan pakan yang kurang efisien dan sebaliknya angka yang mendekati berarti semakain efisien. Nesheim, Austic dan Card (1979) menyatakan bahwa semakin rendah nilai konversi pakan berarti nilai penggunaan pakan semakin tinggi. Wahyu (1992) berpendapat bahwa pakan yang mengandung energi tinggi menghasilkan perbaikan efisiensi penggunaan pakan dibandingkan dengan ransum yang mengandung energi tinggi. Pada tabel 4 menunjukkan bahwa konversi pakan terendah adalah 4,59 dan tertinggi adalah 5,24 angka konversi pakan ini lebih tinggi dari pada pendapat Anonymous (1991), hal ini dikarenakan kemungkinan ada kekeliruan dalam menimbang pakan dan bobot badan entog jantan starter, bentuk fisik pakan, lingkungan tempat pemeliharaan, perbedaan ukuran tubuh entog jantan starter yang mencolok, faktor genetik, adanya pakan yang tumpah dan adanya penyakit. Anonymous (1991) berpendapat bahwa dengan kondisi lingkungan yang baik, konversi pakan 2,7 menghasilkan bobot hidup betina 2,4 kg pada umur 70 hari, bobot hidup entog jantan starter 4,3 kg umur 84 hari dan bobot hidup entog jantan starter dewasa 4,5 kg.

Gambar 3. Grafik konversi pakan. Gambar 3 menunjukkan bahwa perlakuan P4FC (4,59) mempunyai konversi pakan yang paling rendah karena pada perlakuan ini entog entog jantan starter mengkonsumsi pakan dengan tingkat protein tinggi dan pemberian pakan diberikan 4 kali sehari. Hal-hal yang menyebabkan konversi pakan berbeda dari setiap perlakuan adalah bentuk fisik pakan, bobot badan, kandungan nutrisi ransum, lingkungan tempat pemeliharaan, strain dan jenis kelamin. Jull (1982) berpendapat bahwa selain pakan yang mengandung energi tinggi dan jumlah pakan yang dikonsumsi faktor lain yang mempengaruhi konversi pakan adalah bentuk fisik pakan, bobot badan, kandungan nutrisi ransum, lingkungan tempat pemeliharaan, strain dan jenis kelamin dan Nesheim, Austic dan Card (1979) menambahkan bahwa faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap konversi pakan adalah suhu yang kurang nyaman, penyakit dan penyediaan pakan atau air minum yang terbatas, faktor genetik, tatalaksana pemeliharaan, temperatur lingkungan, kualitas pakan dan kepadatan kandang.

Tabel 5. Hasil Analisa Perlakuan Yang Terbaik Disetiap Perlakuan. Perlakuan Konversi Pakan Pertambahan Bobot Konsumsi Pakan Badan P4FC a ak

P4FB tor g alaks i

ab ene ana

ti p

s, k, em

haraan, temperatur lingkungan, kualitas pakan dan kepadatan kandang.Tabel 5. Ha sil Analisa Perlakuan Yang Terbaik Disetiap Perlakuan. ambahan Bobot Badan Konsumsi Pakan a P4FC PerlakuanKonversi Paka

p a k a n

a t a u

a i r

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Terdapat interaksi dari faktor tingkat protein pakan dan frekuensi pemberian pakan terhadap konsumsi pakan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0.01). Kombinasi perlakuan faktor tingkat protein pakan 16% dan frekuensi pemberian pakan 2 kali sehari menunjukan konsumsi pakan yang tertinggi (4453.54 gram). Tidak terdapat interaksi dari faktor tingkat protein pakan dan frekuensi pemberian pakan terhadap pertambahan bobot badan, cenderung tingkat protein pakan 20% memberikan pertambahan bobot badan yang tertinggi (924.004 gram) dan frekuensi pemberian pakan 1 hari 3 kali memberikan pertambahan bobot badan yang tertinggi (912.4057 gram). Terdapat interaksi dari faktor tingkat protein pakan dan frekuensi pemberian pakan terhadap konversi pakan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0.01), kombinasi perlakuan faktor tingkat protein pakan 22% dan frekuensi pemberian pakan 4 kali sehari menunjukan konversi pakan yang tertinggi (4,59 gram).

Saran Untuk dapat menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi (>912.4057 gram), waktu pemeliharaan tidak lebih dari 7 minggu dengan konversi pakan rendah (4.66 gram) maka direkomendasikan menggunakan pakan dengan tingkat protein pakan 22% dan frekuensi pemberian pakan 1 hari 3 kali.

DAFTAR PUSTAKA Anggorodi, R. 1985. Ilmu Makanan Ternak Unggas. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Anonymous, 1991. Itik Manila Menghasilkan Daging Sebagai Sumber Protein Hewani. Media Peternakan Edisi. 15. No 21. Dinas Peternakan. Propinsi Daerah Tingkat I. Kalimantan. Asworo, D. 1995. Mari Beternak Itik. CV. Perintis Grapic Art. Surabaya. Ensminger, M. E. 1980. Poultry Science. The Intersate printer And Publisher. Inc. Danville. Hafez, E., S. E dan A, I, Dyer. 1969. Animal Growth and Nutrition. Lea and Febinger. Philadelphia. Jull, M., A. 1982. Poultry Husbandry. Tata Mc Grow Hill Publishing Company Ltd. New York. McDonald, P., R. A. Edward and J. F. D. Greenhalgh. 1986. Animal Nutrition 4th Edition. University Of Nothinghom School Of Agriculture. Longman London. North, M., O. 1978. Commercial Chicken. Production Manuaaal. Third Edition. AVI Publishing Co. Inc. Wesport. Connecticut. National Research Council. 1984. Nutritien Requerement Of Poultry. Eighth Revised Edition. National Academy Press. Washington Dc. Nesheim, M., O. R., E. Austic dan L, E., Card. 1979. Poultry Production. 12 nd Edition. Lea and Febinger. Philadelphia. Purbowati. E. 1995. Peternakan Indonesia. Dirjen Peternakan Bekerja Sama Dengan PDHI, ISPI dan GKSI Berdasarkan SK. No. 1037/Kpts/Dddeptan. Jakarta. Rasyaf. 1992. Pengelolaan Peternakan Unggas Pedaging. Penerbit KANISIUS (Anggota IKAPI). Yogyakarta. 1992. Produksi dan Pemberian Ransum Unggas. Penerbit KANISIUS (Anggota IKAPI). Yogyakarta. 1994. Beternak Ayam Kampung. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

1995. Beternak Ayam Petelur. Edisi Revisi. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. Samosir. D., J.1983. Ilmu Ternak Itik. PT Gramedia. Anggota IKAPI. Jakarta. Soeparno. 1992. Ilmu dan Teknik Daging. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Srigandono, B. 1986. Ilmu Unggas Air. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. .. 2000. Beternak Unggas Pedaging. Penerbit PT Trubus Agriwidya. Anggota muda IKAPI. Jakarta. Steel, R., G. D and J, H., Torrie. 1990. Principle and Procedure Of Statistic Biochemical Appoach. Mc Graw Hill Book Company. New York. Tilman. A., D. Hartadi. H., Reksohadiprodjo. S. Prawirokusumo. S dan Ubdosokojo. S. 1988. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan Ke Enam. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Wahyu, J. 1978. Kebutuhan Zat-Zat Makanan Untuk Unggas. Cetakan Ketiga. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. ..1992. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Wiharto. 1999. Pengantar Ilmu Peternakan. Universitas Brawijaya. Malang. Winantea.1985. Biologi Proses Pertumbuhan, Terjemahan Biology Van De Dierjke Produktive. Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya. Malang. Yasin. S. 1988. Fungsi dan Peranan Zat-Zat Gizi Dalam ransum. Mediarama Sarana Perkasa. Jakarta. Yitnosumarto, S. 1993. Percobaan Perancangan, Analisis dan Interprestasinya. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Zakaria, A. 1997. Ilmu Ternak Itik. Lembaga Penelitian Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang.

Lampiran 1. Data Bobot Badan Entog Jantan Starter (gram) Pada Awal Penelitian

NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45

Umur 1 Hari dan Perhitungan Koefisien Keragaman. Kuadrat Simpangan 2 ) Simpangan ( - ) Bobot Awal ( ( - ) 76.8 -16.06 257.78 76.1 -15.36 235.79 59.5 1.244 1.5485 57.9 2.844 8.0906 61.5 -0.756 0.5709 63.5 -2.756 7.5933 48.3 12.44 154.86 59.3 1.444 2.0863 55.1 5.644 31.859 45.9 14.84 220.36 66 -5.256 27.621 76.2 -15.46 238.88 61.5 -0.756 0.5709 56.1 4.644 21.57 54.3 6.444 41.53 45.3 15.44 238.53 55.2 5.544 30.74 50.7 10.04 100.89 63.9 -3.156 9.9578 67.1 -6.356 40.394 64.1 -3.356 11.26 72.5 -11.76 138.19 62.1 -1.356 1.8377 72.8 -12.06 145.34 71.8 -11.06 122.23 55.6 5.144 26.465 50.1 10.64 113.3 68 -7.256 52.644 55.7 5.044 25.446 54.5 6.244 38.993 66.6 -5.856 34.288 67 -6.256 39.133 59.3 1.444 2.0863 76.4 -15.66 245.1 48.6 12.14 147.49 62.7 -1.956 3.8244 68.9 -8.156 66.514 65.9 -5.156 26.58 59.7 1.044 1.0908 45.9 14.84 220.36 47 13.74 188.91 51 9.744 94.953 65.2 -4.456 19.852 63.9 -3.156 9.9578 69.5 -8.756 76.661

46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72

58.1 47.6 47 72.4 76.7 60.5 58.1 70.6 68.1 48.2 46.9 67.4 70.8 66.1 64.3 66.2 53.2 75.3 45.6 45.7 73.8 62.4 72.9 54.8 54 48.9 53.2 4373.8

2.644 13.14 13.74 -11.66 -15.96 0.244 2.644 -9.856 -7.356 12.54 13.84 -6.656 -10.06 -5.356 -3.556 -5.456 7.544 -14.56 15.14 15.04 -13.06 -1.656 -12.16 5.944 6.744 11.84 7.544

6.9929 172.78 188.91 135.85 254.58 0.0597 6.9929 97.133 54.105 157.36 191.67 44.297 101.12 28.682 12.642 29.764 56.918 211.87 229.35 226.33 170.45 2.741 147.76 35.336 45.487 140.29 56.918 6330.1

Rata-rata Bobot Badan

x
n

4373.8 = 72
= 60.7472

Standart Devisiasi (sd)

sd

xx n 1

94.953 71 = = 9.4423

Koefisien Keragaman

sd KK = x x 100% 9.4423 = 60.7472 x 100% = 15.5435%

Lampiran 2. Data konsumsi Pakan Entog Jantan Starter (gram) Selama Penelitian. gram) Selama Penelitian. sumsi Rat msi Rata2 Minggu Ke umsi Rata 2 / Ekor/ Gram a2 / Ekor/ Gra / Ekor/ Gram/ 1 Minggu Ke /Minggu Kon m/ Hari Konsu Minggu Kon Kons i Rata2 / Ekor/ Gram/ Hari P1 1 193.21 27.6 36 7.46 5 2.49 P2 F 174.94 2 4.99 27 5.17 3 9.31 P3 F 159.44 2 2.78 25 2.56 36.08 P4 1 156.12 22.3 25 4.96 3 6.42 P1 F 178.75 2 5.54 27 8.65 3 9.81 P2 F 166.72 2 3.82 25 7.23 36.75 P3 1 159.63 22.8 36 5.89 5 2.27 P4 F 177.53 2 5.36 35 2.67 5 0.38 P1 F 159.66 2 2.81 26 0.45 3 7.21 P2 F 186.94 2 6.71 35 7.32 5 1.05 P3 1 197.17 28.17 3 52.9 5 0.41 P4 F 202.53 2 8.93 29 7.55 4 2.51 P1 F 191.39 2 7.34 38 1.28 5 4.47 P2 F 157.71 2 2.53 26 2.99 37.57 P3 2 165.21 23.6 29 2.39 4 1.77 P4 F 169.26 2 4.18 36 5.34 5 2.19 P1 F 156.68 2 2.38 30 8.77 4 4.11 P2 F 159.34 2 2.76 2 59.49 37.07 P3 2 197.6 2 8.23 34 5.29 4 9.33 P4 F 188.62 2 6.95 34 7.79 4 9.68 P1 2 170.55 24.36 3 21.29 45.9 P2 2 183.13 26.16 3 25.1 4 6.44 P3 2 160.91 22.99 2 26.08 32.3 P4 F 154.25 2 2.04 37 1.79 5 3.11 P1 F 195.44 2 7.92 38 7.28 5 5.33 P2 F 159.91 2 2.84 25 3.58 3 6.23 P3 F 186.24 2 6.61 3 50.86 50.12 P4 3 157.4 2 2.49 4 11.42 58.77 P1 U3 158.2 22.6 29 5.44 4 2.21 P2 F 185.59 2 6.51 36 6.53 52.36 P3 3 186.91 26.7 38 4.21 5 4.89 P4 F 208.78 2 9.83 3 92.09 56.01 P1 3 183.1 2 6.16 26 2.77 3 7.54 P2 F 158.51 2 2.64 35 3.41 5 0.49 P3 F 176.18 2 5.17 34 6.06 4 9.44 P4 F U 3

1 6 42 23.63 260 .04 37.15 Minggu Ke 3 Minmsi Rata2 / Gram/ nsumsi Rata2 / Gr msi Rata2 / Gram/ ggu Ke 4 Kon Ekor/ Minggu Ko am/Ekor/ Har Ekor/ Mingg i Konsu u Kon
2

527.48 589.76 608.79 517.96 633.97 513.18 478.55 538.89 598.56 571.13 571.99 500.69 466.96 398.92 451.88 555.29 474.15 424.07 440.28 469.95 397.34 400.51 412.16 451.13 401.79 474.77 473.69 434.32 430.11 514.72 466.76 402.09 394.92 365.1 398.88

75.35 84.25 86.97 73.99 90.57 73.31 68.36 76.98 85.51 81.59 81.71 71.53 66.71 56.99 64.55 79.33 67.74 60.58 62.9 67.14 56.76 57.22 58.88 64.45 57.4 67.82 67.67 62.05 61.44 73.53 66.68 57.44 56.42 52.16 56.98

740.89 788.21 624.7 648.65 782.9 708.27 686.12 822.75 669.19 615.81 780.33 667.76 678.11 577.79 621.57 693.07 715.34 830.69 635.25 644.24 588.72 618.26 561.77 652.81 631.03 668.83 505.61 689.82 746.11 640.85 689.53 655.53 632.39 580.65 595.46

105.84 112.6 89.243 92.664 111.84 101.18 98.017 117.54 95.599 87.973 111.48 95.394 96.873 82.541 88.796 99.01 102.19 118.67 90.75 92.034 84.103 88.323 80.253 93.259 90.147 95.547 72.23 98.546 106.59 91.55 98.504 93.647 90.341 82.95 85.066

Minggu Ke 5 Minggu Ke 6 2 / Konsumsi Rata2 / Konsumsi Rata2 / Konsumsi Rata2 / Konsumsi Rata Gram/ Ekor/ Gram/ Ekor/ Hari Gram/ Ekor/ Gram/ Ekor/ Hari Minggu Minggu 766.67 109.52 884.61 126.37 740.32 105.76 854.49 122.07 841.7 120.24 926.6 132.37

723.55 728.59 813.84 716.75 706.41 760.89 759.14 720.81 820.25 771.34 836.67 834.03 850.71 763.87 828.74 842.77 729.15 717.65 834.79 870.15 735.08 853.88 894.08 807.69 704.87 890.43 877.72 714.73 728.15 697.77 838.85 752.28 782.81

103.36 104.08 116.26 102.39 100.92 108.7 108.45 102.97 117.18 110.19 119.52 119.15 121.53 109.12 118.39 120.4 104.16 102.52 119.26 124.31 105.01 121.98 127.73 115.38 100.7 127.2 125.39 102.1 104.02 99.681 119.84 107.47 111.83

796.58 813.09 893.62 851.76 779.53 838.18 848.09 867.09 866.67 856.26 925.8 923.89 928.6 946.76 899.83 998.14 887.86 876.41 989.63 989.81 861.87 960.01 958.49 997.4 846.29 989.96 973.24 862.19 895.97 989.99 994.24 942.28 907.24

113.8 116.16 127.66 121.68 111.36 119.74 121.16 123.87 123.81 122.32 132.26 131.98 132.66 135.25 128.55 142.59 126.84 125.2 141.38 141.4 123.12 137.14 136.93 142.49 120.9 141.42 139.03 123.17 128 141.43 142.03 134.61 129.61

Minggu Ke 7 Minggu Ke 7 kor/ Gram/ Minggu Ko msi Rata2 / E msi Rata2 / / Gram/ Hari 138.44 4535.72 136.64 4269.8 136.88 4516.4 139.95 4144.38

969 95 95 979 941

986.22 956.09 901.22 917.64 912.16 994.95 936.14 943.15 960.87 974.53 1034.4 983.65 942.44 1034 945.24 928.26 1030.6 1081.7 930.31 1015.2 985.29 1052.8 928.14 1053.5 1015.2 981.67 973.79 1023.1 1046.9 1002.9 977.25

140.89 136.58 128.75 131.09 130.31 142.14 133.73 134.74 137.27 139.22 147.78 140.52 134.63 147.71 135.03 132.61 147.23 154.53 132.9 145.03 140.76 150.4 132.59 150.5 145.03 140.24 139.11 146.16 149.55 143.27 139.61

4534.5 4271.57 4082.03 4298.46 4331.4 4319.86 4475.46 4311.87 4289.11 4166.76 4421.79 4408.09 4279.33 4672.52 4174.19 4128.35 4349.33 4347.45 4027.23 4515.73 4284.17 4538.58 4027.42 4511.66 4594.49 4285.28 4355.07 4214.37 4419.17 4165.43 4087.1

Lampiran 3. Data Pertambahan Bobot Badan Entog Jantan Starter (gram) Selama Penelitian Pertambahan Bobot Badan (gram) Pertambah Minggu Ke gu Ke 4 .35 206.4 4.4 102.4 .16 174.3 1 Ming P1 5 gu Ke 2 FA U1 P2 FA P3 FA U FA U1 an Bobot Bad Mingg 104.85 U1 95.3 1 88.95 98.2 1 an (gram) u Ke 3 193.6 131.0 132.3 02.23

P4

P2 FB U1 P3 FB U1 P4 FB U1 P1 FC U1 P2 FC U1 P3 FC U1 P4 FC U1 P1 FA U2 P2 FA U2 P3 FA U2 P4 FA U2 P1 FB U2 P2 FB U2 P3 FB U2 P4 FB U2 P1 FC U2 P2 FC U2 P3 FC U2 P4 FC U2 P1 FA U3 P2 FA U3 P3 FA U3 P4 FA U3 P1 FB U3 P2 FB U3 P3 FB U3 P4 FB U3 P1 FC U3 P2 FC U3 P3 FC U3 P4 FC U3

99.05 87.05 101 101.8 100.2 112.75 116.35 109.65 89.4 91.6 85.5 99.45 91.9 106.25 111.2 104.8 98.35 81.5 93.55 114 85.95 89.65 94.25 80.1 100.85 100.55 105.25 116.7 98 103.35 101.4

138.95 176.7 176.09 131.05 115 175.25 109.3 169.9 115.05 89.4 146.95 125.3 98.85 106.05 146.85 127.25 118.15 140.1 166.4 177.4 90.55 158.35 177.5 129.85 187.1 166.95 144.5 68.45 112.7 131.15 81.65

104.15 42.6 110.39 85.35 86.95 177.74 104.85 53.1 128.85 142.85 109.65 111.03 92.5 95.9 92.57 108.6 82 92.68 56.55 33.55 84.35 106.3 63.55 141.3 115.5 118.8 106.12 118.65 109.95 36.4 104.5

221.2 245.74 101.22 150.55 181.85 121.45 196.75 153.35 199.35 129.9 153 173.55 199.6 140.55 160.35 158.43 165.3 153.45 167.25 121.04 172.6 162.1 123.5 124.75 157.4 169.1 226.05 151.7 170.61 188.69 181.8

Pertambahan Bobot Badan Minggu Ke 5 Minggu 157.8 207.1 180.45 160.45 167.2 176.05 179. 88.45 Ke 6 Minggu 75.95 131.88 136.15 103.17 113.26 113.65 5 72.8 150.42

81 61 63 99 77 02 84

73.76 102.5 96.42 62.77 122.15 79.97 104.45 148.4

210 186.7 159.75 208.4 143.45 142.5 248.8 220.15 103.45 142 207.8 109.05 100.9 129.2 125.2 161.9 148.9 142.65 153.8 110.48 126.66 123.2 128 120.8 99.55 115.85 135.45 160.9

62.54 147.95 169.55 101.75 118.73 127.48 111.85 104.62 151.5 153.2 133.01 158.65 187.7 180.19 142.2 161.6 139.3 208.6 181.55 189.85 231.75 106 149.5 114.4 223.06 214.85 153.45 128.94

103.85 73.98 124.95 128.15 75.89 100.34 70.26 116.95 188.8 113.48 123.2 111.35 41.95 133.5 170.58 79.78 125.95 115.34 113.91 108.85 113.96 110.46 119.61 119.45 118.85 100.62 101.6 137.1

845.14 892.63 1041.44 965.55 824.07 902.97 884.66 936.82 953.08 891.53 912.76 890.02 829.63 906.69 905.71 887.03 860.14 900.04 965.66 867.98 948.37 900.51 952.51 936.57 896.96 922.58 850.09 896.29

Lampiran 4. Data Konversi Pakan Entog Jantan Starter (gram) Selama Penelitian. Perlakuan Konversi Pakan P1 FA U1 5.25 P2 FA U1 4.72 P3 FA U1 4.96 P4 FA U1 3.77 P1 FB U1 4.87 P2 FB U1 4.86 P3 FB U1 4.7 P4 FB U1 4.66 P1 FC U1 5.09 P2 FC U1 4.85

P3 FC U1 P4 FC U1 P1 FA U2 P2 FA U2 P3 FA U2 P4 FA U2 P1 FB U2 P2 FB U2 P3 FB U2 P4 FB U2 P1 FC U2 P2 FC U2 P3 FC U2 P4 FC U2 P1 FA U3 P2 FA U3 P3 FA U3 P4 FA U3 P1 FB U3 P2 FB U3 P3 FB U3 P4 FB U3 P1 FC U3 P2 FC U3 P3 FC U3 P4 FC U3

4.15 4.64 5.23 4.75 4.71 4.72 4.63 4.8 5.12 4.69 4.98 4.8 4.8 4.54 5.25 4.76 4.7 4.64 4.76 5.1 4.5 4.65 4.7 4.79 4.9 4.56

Lampiran 5. Analisa Statistik Tingkat Protein dan Frekuensi Pemberian Pakan Terhadap Konsumsi Pakan Ternak Entog Jantan (starter).
Perlakuan ga an
2 3 1 2 3

Ulangan n n gan n n an n ga n

1 2 1 2 1 2

3 3 3

an an an an n

an

an an n

Jumlah Kuadrat JK (XX)

FK= (2186.9)2 = 132848.1 4x3x3 JK total = (76.452+63.72++51.052) FK = 2144.3947 JK Prot = (563.852+566.72+559.352+ 4972)-FK 3x3 = 369.3594 JK Frek = (746.852+728.352+711.72) FK 4x3 = 51.5279 JK Prot Frek = 133766.0017-FK- JKprot - JK Frek = 133766.0017-132848.1-369.3594-51.5279 = 497.0144 JK Galat = JKtotal - JK prot - JK Frek - JK Prot Frek = 2144.3947-369.3594-51.5279-497.0144 = 1226.493

Jumlah Kuadrat JK (YY)

FK= (155049.7)2 = 667789065.8 4x3x3 JK total = (4535,8732+4087,0572++4087,232) FK = 907889.6991 JK Prot = (39013.972+39161.32+39084.852+ 37789.572)-FK 3x3 =141420.1065 JK Frek = (51819.032+52007.152+51223.512) FK 4x3 = 27892.3653 JK Prot Frek = 668090612.2-FK- JKprot - JK Frek = 668090612.2-667789065.8-141420.1065-27892.3653 =132233.9698

JK Galat = JKtotal - JK prot - JK Frek - JK Prot Frek = 606343.2575


Jumlah Hasil Kali JHK (XY)

FK = (2186.9)x(154807.7) = 9404137.754 4x3x3 JHK total = (76.45x4535.873)+( 63.7x4087.057)++( 51.05x4087.23) FK = 57210.198 JHK Prot =(563.85x39013.97)+(566.7x39161.3)+(559.35x39084.85)+(497x37789.6)-FK 3x3 = 21891.4496 JHKFrek = (746.85x51819.03)+(728.35x52007.15)+(711.7x 51223.51) FK 4x3 = 15547.4398 JHKProtFrek = 9434763.729-(FKXXxFKYY)-(JKprotXXxJKprotYY)- (JKFrekXXxJKprotYY) = 9434763.729-9404137.754-21891.4496-15547.4398 = -6812.9149 JHKGalat =(JKtotalXXxJKtotalYY)(JKprotXXXJKprotYY)(JKFrekXXxJKFrekYY) (JKProtFrekXXx JKProt FrekYY) = 57210.198-21891.4496-15547.4398-6812.9149 = 26584.2235
Analisa Peragam JK F tabel F tab l JH Ft
xx yy

an

HK dan JHK

K dan J K

dan JHK bel K dan an J HK

K abe l
xy

JHK JHK
xx yy xy

HK J HK HK J JHK an JHK JHK an JHK JHK an JHK F abe l d

an JHK K

n JHK

F tabel F tabel
5% 1%

xx yy xy

Prot3369.36 141420.

11 21891.44 1297474 1-1156054.3 2-578027.152.24 3.01 4.7 2 Frek251.53 2 7892.37 15547 .44 654437.1 1-626544.74 1 -626544.741 .04 3.4 5.61

Selang Nilai Tabel UJD SE x Nilai Tabel UJD Perlakuan P4 P3 P1 P2

0% 3.96 116.3475

1% 4.15 121.9299

2% 4.26 125.1618 Notasi a a a a

Rata-rata (gram) 4198.837 4342.763 4345.997 4351.257

2. UJD Frekuensi Pakan SE = KT PF axr SE = 7768.748 4x3 =25.4439 Selang Nilai Tabel UJD SE x Nilai Tabel UJD 0% 3.96 100.7578 1% 4.15 105.5922 2% 4.26 108.391

Perlakuan FC FA FB 3. UJD PF Pakan SE = KT PF r SE = 7768.748 3 = 50.8879 Selang Nilai Tabel UJD SE x Nilai Tabel UJD

Rata-rata (gram) 4276.96 4318.253 4333.928

Notasi a a a

0% 3.96 201.5161

1% 4.15 211.1848

2% 4.26 216.7825

Tabel 2. Kombinasi Tingkat Protein dan Frekuensi Pemberian Pakan Terhadap Konsumsi Pakan Entog Jantan Starter.

Perlakuan P4FC

Rata-rata (gram) 4194.897

Notasi a

P4FA P1FC P4FB P2FA P3FA P3FB P3FC P2FC P1FB P2FB P1FA

4197.863 4198.727 4203.763 4281.027 4340.58 4343.457 4344.247 4369.967 4385.723 4402.773 4453.54

a a a ab b b b bc bc bc c

Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan adanya perbedaan pengaruh yang sangat nyata ( P<0,01).

Lampiran 6. Analisa Statistik Tingkat Protein dan Frekuensi Pemberian Pakan Terhadap Pertambahan Bobot Badan Ternak Entog Jantan (starter).
Perlakuan ga an n an gan gan an
1 2 3

Ulangan n gan an gan an ga n gan n gan gan gan an an an


1 23 1 2

gan

gan an

n n n gan

a
1 2 3

an

1 2 3

1 2 3

JK Frek = (746.852+728.352+711.72) FK 4x3 = 51.5279 JK Prot Frek = 133766.0017-FK- JKprot - JK Frek = 133766.0017-132848.1-369.3594-51.5279 = 497.0144 JK Galat = JKtotal - JK prot - JK Frek - JK Prot Frek = 2144.3947-369.3594-51.5279-497.0144 = 1226.493
Jumlah Kuadrat JK (YY)

FK= (32470.886)2 = 29287734.38 4x3x3 JK total = (863.81332+824.06692++889.17172) FK = 65973.2715 JK Prot = (7851.56442+ 8152.77912+8316.03062+ 8150.4612)-FK 3x3 = 12404.5115 JK Frek = (10720.682+10948.872+10801.292) FK 4x3 = 2148.9215 JK Prot Frek = 29309097.15-FK- JKprot - JK Frek = 29309097.15-29287734.38-12404.5115-2148.9215 = 6809.337 JK Galat = JKtotal - JK prot - JK Frek - JK Prot Frek = 65973.2715-12404.5115-2148.9215-6809.337 = 44610.5015
Jumlah Hasil Kali JHK (XY)

FK= (2186.9) x (32470.886) = 1972516.128 4x3x3 JHKtotal = (76.45x863.8133)+( 63.7x824.0669)+( 51.05x889.1717) FK = 5561.27541 JHKProt = (563.85x7851.56)+(566.7x8152.77)+(559.35x8316.03)+(497x8150.461)-FK 3x3

= -335.30982 JHKFrek = (746.85x10720.68)+( 728.35x10948.87)+( 711.7x10801.29) FK 4x3 = -130.50926 JHKProtFrek= 1972146.296-(FKXXxFKYY)-(JKprotXXx JKprotYY)(JHKFrekXXxJHKprotYY) = 1972146.296-1972516.128-(-335.30982)-( -130.50926) = 95.98731 JHK Galat = (JKtotalXXxJKtotalYY)(JKprotXXXJKprotYY)(JKFrekXXxJK FrekYY)(JKProt FrekXXxJKProt FrekYY) = 5561.27541-(-335.30982)-( -130.50926)- 95.98731 = 5931.107
Analisa Peragam JK dan J
xx y xy y xx y x yy xy y xy xx yy xy xx yy xy yy xy xx yy xy y y xy 5% 1% yy xy y y xy

HK
xy xx yy xy xy xy y x y x y

da
y xx yy xy y xy y

n
xy x y y x

JH

K
y xx yy yy xy x x yy xy y

abe l

x yy xy y xy x y

xy xx y yy x y

Prot3369.3612404.51-335.31304.398 Frek251.53 2148.92 -130.

95 112100.111 26050.05550.05 3.01 4.72

51 330.5426 11818.3774 11818.37740.18 3.40 5.61

PF6497.01 6809.3 3 7 95.98731 1 8.5379 1679 0.799 51358.159 80.012.51 3.67 l 24122 5931.107 28681.8 -Total3521 6.49 73 1 44.39 65 446 15928 973.2685 10.5 .6286 5561.27 Ga

Kes fre np rik

impulan : Protein kuensi pe akan yan an tidak

pakan mb g me

P3 2. UJD Frekuensi Pakan SE = KT PF bxr SE = 1358.1598 4x3 = 10.6386

924.004

Selang Nilai Tabel UJD SE x Nilai Tabel UJD Perlakuan FA FC FB

0% 3.96 42.1288 Rata-rata (gram) 893.3815 900.12 912.4057

1% 4.15 44.1502 Notasi a a a

2% 4.26 45.3204

Lampiran 7. Analisa Statistik Tingkat Protein dan Frekuensi Pemberian Pakan Terhadap Konversi Pakan Ternak Entog Jantan (starter).
Perlakuan ngan angan angan Ulangan Ulangan Ula Ulangan U Ulangan la g a ta X
4,55 5 ,73 69 4,94 5 4,75 5 5 4,80 64.55 4,74 B58,8 3 4,34 4,61 6 8 4,66 3 47. 3 ,25 21 4,7 1 ,1 4, 9,75 4 ,9 16 9,3 4, 76 17 65,2 4,88 95 197 4, ,7 ,9 .65 5 4,64 1 14.54 ,7 14 7 186 4,5 1 186,5 168,1 63,05 1 63.9 .45 ,95 1 85,9 14.0 5 13. 3.99 5 84.8 65.9 4.15 14.10 4 62. 5 4.82 62.3 61.9 174. 24.7 74.7 68 .66 FC 67 F FC 65, F 2 5 4,8 3 A62,5 F FC6 8, A53, 8 FB49, ,45 4 ,6 4,83 6 7,65 55.1 4 4,7 6 63.8 4,8 5 6.8 4, 72 47 52.8 4,58 51 ,05 4, 4,69 ,71 7.4 4 81 18

Ra
te

ta
in X
71. 14. 4.7 14.

-r
Y XY
57 5.2 39 62 9 53. 23 59

at

a
F A 76,45 FB5 .79 3 .74 FA 5,25 0,5 4, FC52 58,7 FB71,

Pr 1

os 2 3
5,23 7 7.85 4 ,95 4 9 59.0 5 6 55.6

en

se Y X

(%) F ekuen si Pe mber an Pak an


63.7 85 6 ,95 4 4,72 1 4,8

4 .484 94.9 .024

98 56 .054 4.35 4.6 6

165,8 13.77 55.274.59 Total 13 57,6 8 738,05 57,34 2186,9 172,16 728.9857.59 735.85 57,14 7

Jumlah Kuad r at JK (XX) FK= (2186.9)2 = 132848.1 4x3x3 JK total = (76.452+ 6 = 2144.3947 JK P 3.72++51.052) FK rot = (5
2

= 133766.0017-132848.1-369.3594-51.5279 = 497.0144 JK Galat = JKtotal - JK prot - JK Frek - JK Prot Frek = 2144.3947-369.3594-51.5279-497.0144 = 1226.493
Jumlah Kuadrat JK (YY)

FK= (172,16)2 = 823,3074 4x3x3 JK total = (5,252+5,232++4,562) FK = 1,0862 JK Prot = (44,912+43,222+42,292+ 41,742)-FK 3x3 = 0,6424 JK Frek = (58,092+57,022+57,052) FK 4x3 = 0,0619 JK Prot Frek = 824,2945-FK- JKprot - JK Frek = 824,2945-823,3074-1,0862-0.0619 = 0,2828 JK Galat = JKtotal - JK prot - JK Frek - JK Prot Frek = 1,0862-1,0862-0,0619-0,2828 = 0,0991
Jumlah Hasil Kali JHK (XY)

FK= (2186,9)x(172,16) = 10458,2418 4x3x3 JHK total = (76.45x52,25)+(63.7x5,23)++(51.05x4,56) FK = -27,3643 JHK Prot = (563,85x44,91)+( 566.7x43,22)+( 559.35x42,29)+( 497x41,74)-FK 3x3 = 10,0881 JHK Frek = (746.85x58,09)+( 728.35x57,02)+( 711.7x57,05) FK 4x3 = 1,5514 JHK Prot Frek = 10477,728-(FKXXxFKYY)- (JKprotXXxJKprotYY)- (JKFrekXXxJKprotYY) = 10477,728-10458,2418-10,0881-1,5514

= 7,8467 JHK Galat= (JKtotalXXxJKtotalYY)-(JKprotXXXJKprotYY)(JKFrekXXxJK FrekYY)(JKProt FrekXXx JKProt FrekYY) = -27,3643-10,0881-1,5514-7,8467 = -7,8791.
Analisa Peragam 84 67
JK JHK dan

= -7,87
JH dan JHK

91

na

li

sa

Peragam erag Pera Pera a ,


JHK

7 = -7,8 91.An 84 67 = 8791. 7 = -7,879 .Anal -7,8791 Anali

alisa P eragam Analis Perag m isa Per gam sa Pera g a

,8467 =
JK dan

-7,879 .Anal isa P = -7,879 1.Ana lisa 7 = -7, 791.Ana lisa JH K g

6 7 = -7,8791.Analisa Peragam 8791.Analisa Peragam JK dan JHK


F tabel 5% 1% . 2755 10.3668 20. 1 8341.5020 3 .01 4.72 Frek251.52 790.0619 1 .55140.04 67 1 .0152 1 .40 5.61 3 7 Gala 0, 85 t241226.4930,0 0506 23 Total 4.3 4 ,6071 95 1,0 991 -7, 1 35 86 PF6 0.0 497. 50.031 152 0144 73.897 3.07 0.282 6** 2.5 xx yy xy Prot3369.3594 0.6424 10.08810

84670.1238 10.1589

Ket

e rangan: ** Ber beda Sangat Nyata (p<0.01) . Kesimpula n : Protei n akan da erian pakan yang n pengaruh yang sanga

n fr diber t nyata

ekue ikan terhad

nsi membe ap konv

Perlakuan FB FC FA 3. UJD PF Pakan SE = KT PF r SE = 0.0317 3 = 0.1028

Rata-rata (gram) 4.75 4.755 4.84

Notasi a a a

Selang Nilai Tabel UJD SE x Nilai Tabel UJD

0% 3.96 0.4071

1% 4.15 0.4266

2% 4.26 0.4379

Tabel 4. Kombinasi Tingkat Protein dan frekuensi Pemberian Pakan Terhadap Konversi Pakan Entog Jantan Starter.

Perlakuan Rata-rata (gram) Notasi P4FC 4.59 a P4FB 4.66 ab P4FA 4.66 ab P3FC 4.68 ab P3FB 4.7 b P3FA 4.72 bc P2FA 4.74 bc P1FB 4.79 bc P2FC 4.82 c P2FB 4.85 c P1FC 4.93 c P1FA 5.24 d Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan adanya perbedaan pengaruh yang sangat nyata ( P<0,01).

Lampiran 8. Perhitungan Penyusunan Pakan.

Perhitungan penyusunsn pakan berdasarkan tingkat protein pakan untuk 100 kg pakan.
1. Tingkat Protein 16%.

30 kg konsentrat dengan kadar protein 29%. Sehingga nilai protein: 29 30 kg x 100 = 8,7%

Dari 100 kg ransum campuran dengan protein 16% baru tersedia 30 kg dengan protein 8,7%. jadi persentase selisih protein adalah 70 kg dengan 7,3% protein. 7,3 Perhitungan: 70 x 100% = 10,42 %

Bahan baku yang digunakan adalah jagung dan bekatul dengan kadar protein 8,8% dan 11,8% Perhitungan : Bekatul 11,8 10,42 Jagung 8,8 1,62

1,38

3 1,62 Bekatul dibutuhkan = 3 x 70 = 37,8 kg

1,38 Jagung dibutuhkan = 3 x 70 = 32,2 kg

Ransum Konsentrat + jagung + bekatul 29 30 kg konsentrat, kontrol protein 30 x 100

= 8,7%

11,8 37,8 kg bekatul, kontrol protein 37,8 x 100 = 4,46%

32,2 kg jagung, kontrol protein

8,8 32,2 x 100

2,83 15,99%

Jadi untuk 100 kg ransum dengan protein 16% dibutuhkan Konsentrat 30 kg, Bekatul 37,8 kg dan Jagung 32,2 kg.

2. Tingkat Protein 18%.

40 kg konsentrat dengan protein 29%. Sehingga nilai protein: 29 40 kg x 100 = 11,6%

Dari 100 kg ransum campuran dengan protein 18% baru tersedia 40 kg dengan protein 11.6%. jadi persentase selisih protein adalah 60 kg dengan 6.4% protein.

6.4 Perhitungan : 60 x 100% = 10,67 %

Bahan baku yang digunakan adalah jagung dan bekatul dengan kadar protein 8,8% dan 11,8% Perhitungan : Bekatul 11,8 10,67 Jagung 8,8 1,13 3 1,87 Bekatul dibutuhkan = 3 x 60 = 37,4 kg 1,87

1,13 Jagung dibutuhkan = 3 x 60 = 22.6 kg

Ransum Konsentrat + jagung + bekatul 29 40 kg konsentrat, kontrol protein 40 x 100

= 11.6%

11,8 37,4 kg bekatul, kontrol protein 37,4 x 100 = 4,41%

22.6 kg jagung, kontol protein

8,8 22.6 x 100

= 1.98 % 17.99%

Jadi untuk 100 kg ransum dengan protein 18% dibutuhkan Konsentrat 40 kg,

Bekatul 37,4 kg dan Jagung 22.6 kg.

3. Tingkat Protein 20%.

50 kg konsentrat dengan protein 29%. Sehingga nilai protein: 29 50 kg x 100 = 14,5%

Dari 100 kg ransum campuran dengan protein 20% baru tersedia 50 kg dengan protein 14,5%. jadi persentase selisih protein adalah 50 kg dengan 5,5% protein. 5,5 Perhitungan : 70 x 100% = 11 %

Bahan baku yang digunakan adalah jagung dan bekatul dengan kadar protein 8,8% dan 11,8% Perhitungan : Bekatul 11,8 11 Jagung 8,8 0,8 2,2

3 2,2 Bekatul dibutuhkan = 3 x 50 = 36,67 kg

0,8 Jagung dibutuhkan = 3 x 50 = 13,33 kg

Ransum Konsentrat + jagung + bekatul

50 kg konsentrat, kontrol protein

29 50 x 100

= 14,5%

11,8 36,67 kg bekatul, kontrol protein 36,67 x 100 = 4,32%

13,33 kg jagung, kontrol protein

8,8 1,17 13,33 x 100 = 19,99%

Jadi untuk 100 kg ransum dengan protein 20% dibutuhkan Konsentrat 50 kg, Bekatul 36,67 kg dan Jagung 13,33 kg.

4. Tingkat Protein 22%.

60 kg konsentrat dengan protein 29%. Sehingga nilai protein: 29 60 kg x 100 = 17,4%

Dari 100 kg ransum campuran dengan protein 22% baru tersedia 60 kg dengan protein 17,4%. jadi persentase selisih protein adalah 40 kg dengan 4,6% protein. 4,6 Perhitungan : 40 x 100% = 11,5 %

Bahan baku yang digunakan adalah jagung dan bekatul dengan kadar protein 8,8% dan 11,8% Perhitungan : Bekatul 11,8 2,7

11,5 Jagung 8,8 0,3 3 2,7 Bekatul dibutuhkan = 3 x 40 = 36 kg

0,3 Jagung dibutuhkan = 3 x 70 = 4 kg

Ransum Konsentrat + jagung + bekatul 29 60 x 100

60 kg konsentrat, kontrol protein

= 17,4%

36 kg bekatul, kontrol protein

11,8 36 x 100

= 4,25%

4 kg jagung, kontrol protein

8,8 4 x 100

0,35 21,95%

Jadi untuk 100 kg ransum dengan protein 16% dibutuhkan Konsentrat 60 kg, Bekatul 36 kg dan Jagung 4 kg.

Lampiran 9. Hasil Analisa Proximat Konsentrat, Jagung Kuning dan Dedak Halus. N0 Nama Sampel Protein Kasar (%) 29,149 Protein Kasar (%) 8,9 Protein Kasar (%) 12 Serat Kasar (%) 10,738 Serat Kasar (%) 2,9 Serat Kasar (%) 12 Lemak (%) 4,55 Lemak (%) 3,5 Lemak (%) 13 Air (%) 6,770 Air (%) 10,98 Air (%) 2,49 Abu (%) 30,40 Abu (%) 1,48 Abu (%) 1,60

1
N0

Konsentrat
Nama Sampel

1
N0

Jagung Kuning
Nama Sampel

Dedak Halus

You might also like