You are on page 1of 13

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Dalam pendidikan jasmani evaluasi kemajuan hasil belajar dilaksanakan dengan mempergunakan berbagai jenis tes, baik tes kesegaran jasmani maupun tes-tes keterampilan olahraga. Evaluasi yang dilakukan tersebut berbeda dari mata pelajaran lainnya, yang sebaian besar hanya mengukur ranah pengetahuan (kognitif) saja. Sedangkan evaluasi dalam pendidikan jasmani, disamping ranah kognitif dan ranah afektif, maka ranah psikomotor merupakan sasaran utamanya. Demikian halnya dalam bidang olahraga, apalagi pada berbagai cabang olahraga yang ditingkat kompetisinya tinggi, pengukuran dan evaluasi keterampilan menjadi bagian yang begitu penting karena dengan dilakukannya pengukuran tersebut akan diperoleh informasi yang selanjutnya dapat dipergunakan untuk berbagai tujuan, seperti : untuk menyeleksi, menentukan status, klasifikasi, menetukan bahan atau program latihan, menentukan metode dan alat yang diperlukan untuk latihan, disamping untuk memotivasi serta menetukan alat evaluasi (test) yang tepat. Karena besarnya peranan tes keterampilan olahraga dalam usaha memperbaiki proses pembelajaran ataupun latihan maka dipandang penting untuk membahasnya sekarang.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, dapat kami rumuskan masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah : Sejarah tes dan pengukuran dalam penjas dan olahraga Pengertian tes dan pengukuran Kriteria pemilihan tes Tes dan pengukuran senam irama C. Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penulisan makalah kami ini adalah : Sebagai bahan evaluasi keberhasilan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan khususnya materi senam irama Sebagai bahan acuan pembelajaran bagi mahasiswa pendidikan jasmani terhadap mata kuliah test and measurement ( tes dan pengukuran ) khususnya materi senam irama. D. Batasan Masalah Dalam penyusunan makalah ini kami membahas tes dan pengukuran pendidikan jasmani materi senam irama.

BAB II ISI PEMBAHASAN

A. Sejarah Tes dan Pengukuran dalam Pendidikan Jasmani dan Olahraga Dalam sejarah pengukuran pendidikan jasmani dan olahraga,

perkembangannya hampir sepenuhnya mengikuti perkembangan pengukuran dalam pendidikan. Perkembangan pendidikan jasmani mengikuti tahapan penting dari pendidikan secara keseluruhan. Kajian pustaka yang berhubungan dengan tesdan pengukuran dalam pendidikan jasmani mengungkapkan bahwa sumbangan-sumbangan berharga diberikan oleh tokoh-tokoh baik secara perorangan maupun kelompok. Bermacam-macam bentuk instrument telah dikembangkan dan dipergunakan, mulai dari meteran kayu sampai elektronik dalam bidang fisiologis.

B. Pengertian Tes dan Pengukuran 1. Tes Tes adalah alat ukur yang dapat digunakan untuk memperoleh data yang objektif tentang hasil belajar siswa. Tes merupakan alat ukur. Suharsimi (1995 : 51), menjelaskan tes adalah sesuatu alat atau prosedir yang di gunakan untuk mengetahui atau mengukur suatu dalam suasana dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.

Cronbabach (1970) mengertikan testing sebagai pesedur yang sistematisuntuk mengamati perilakuseseorang dan mendeskripsikannya dengan bantuan sistemnmerik atau sistem katagori. Farnandes (1984) mengartikan tes sebagai suatu prosedur yang sistematis untuk

mengobservasi perilaku seseorang dan menggambarkannyadalam bentuk sekala numeric atau sistem katagori. Kirkendall,dkk (1980) mengartikan tes sebagai sebuah instrumen untuk memperoleh informasikan tentang idividu atau subyek-subyek tertentu.menurut Scriven (1981) tes adalah apapu yang digunakan untuk melakukan pengukuran . Gronlund dan Linn (1990) mengartikan sebagai sebuah instrumrn atau prosedur yang sistematis untuk melakukan pengukuran terhadap perilaku seseorang. Senada dengan itu, Kerlinger (1995) mengartikan tes sebagai prosedur yang sistematis ketika individu yang diuji dihadapkan pada sehimpunan rangsang atau stimuli untuk ditanggapinya ; dari tamggapan-tanggapan itu akan memungkinkan penguji memberikan angka atau sehimpunan angka bagi pihak yang diuji dan angka-angka tersebut dapat menjadi sumber inferensi tentang pemilikan pihak yang diuji terhadap sifat apapun yang diukur melalui tes tersebut. definisi ini pada intinya menyatakan bahwa suatu tes adalah instrument pengukuran. Atas dasar beberapa definisi tersebut diatas, maka yang dimaksud dengan tes adalah suatu alat yang digunkan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang seseorang atau suatu objek tertentu. Terkait dengan pengertian ini maka, alat apapun yang digunakan

dapat disebut juga denga instrument, dan sebelum dipergunakan maka instrument tersebut harus divalidasi terlebih dahulu. 2. Pengukuran Scriven (1981) mengartikan pengukuran sebagai determinan atau perbedaan dari besaran atau pentingnya sebuah kuantitas. Menurut Grounlund (1985), pengukuran adalah suatu kegiatan atau proses untuk memperoleh deskripsi numerik dari tingkatan atau derajat karakteristik khusus yang dimiliki oleh individu. Menurut Hopkins dan Stanley (1981), pengukuran adalah suatu proses yang menggunakan peralatan yang berbeda-beda. Sedangkan Moh. Nazir ( 1988 ) mengartikan pengukuran sebagai prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Sutrisno Hadi (1987) mengartikan pengukuran sebagai suatu kegiatan yang ditujukan untuk mengindentifikasi besar-kecilnya obyek atau gejala. Dikatakan pula, bahwa untuk mengindentifikasikan besar-kecilnya obyek atau gejala dapat dilakukan melalui alat-alat yang telah ditera atau tanpa menggunakan alat ysng ditera. Menurut Safrit dan Wood (1989), pengukuran adalah proses pemberian angka-angka dari suatu obyek , seseorang atau lainnya dengan mengikuti berbagai aturan. Senada dengan itu, Singarimbun dan Effendi (1995) mengartikan bahwa pengukuran menunjukkan angka-angka pada variabel menurut aturan yang telah ditentukan. Kerlinger (1995) mengartikan pengukuran sebagai pemberian angka pada obyek-obyek atau

kejadian-kejadian menurut suatu aturan tertentu. Daryanto (1999) mengartikan pengukuran sebagai suatu proses memberikan angka (biasanya disebut skor) kepada suatu sifat atau karakteristik seseorang sedemikian rupa serta mempertahankan hubungan senyatanya anatara

seseorang dengan orang lain sesuai dengan sifat yang diukur tersebut. arti ini menyiratkan makna bahewa aspek terpenting dari pengukuran adalah angka-angka atau skor yang diberikan tersebut tetap mempertahankan hubungan antar variabel yang diukur. Dengan demikian, yang dimaksud dengan pengukuran

(measurement) adalah suatu proses untuk memperoleh besaran kuantitatif dari suatu obyek tertentu dengan menggunakan alat ukur (test) yang baku.

C. Kriteria Pemilihan Tes 1. Validitas Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mapu mengukur secara tepat terhadap apa yang semestinya diukur. Dengan kata lain, validalitas berkaitan dengan ketepatan tes terhadap konsep, obyek atau variabel yang hendak diukur sehingga mengukur atau mengevaluasi apa yang semestinya dievaluasi. Persamaan istilah lain yang digunakan untuk kata valid adalah sahih, sangkil, sehingga validalitas kadangkala disamakan dengan kesahihan atau kesangkilan. Kata lain yang juga pernah dipakai adalah kata tepat. Meskipun istilah tepat belum mencakup seluruh arti yang tersirat dalam

kata valid dan kadang-kadang di gunakan dalam konteks yang berbeda. Akan tetapi, penawaran-penawaran tersebut dapat di pandang sebagai upaya untuk mengembangkan wacana terminologis dan dapat dipandang pula sebagai upaya untuk turut memperjelas makna kata valid. 2. Reliabilitas Kata reliabilitas berasal dari kata reability (bahasa inggris, berasal dari kata dasar reliable) yang berarti dapat dipercaya. Seperti validitas dan valid, maka penggunaan istilah reabilitas dan reliabel sering

dicampuradukkan. Agar tidak terulang hal yang demikian yang perlu disadari adalah bahwa reabilitas adalah merupakan kata benda sedangkan reliable merupakan kata sifat. Seseorang dikatakan dapat dipercaya apabila orang tersebut selalu bicara konsisten, tidak berubah-ubah dan substansi pembicaraannya dari waktu kewaktu. Demikian halnya sebuah tes, dikatakan dapat dipercaya apabila tersebut memberikan hasil yang sama meskipun digunakan berkali-kali. Sebuah tes dikatakan reliabel (memiliki reliabilitas) apabila penggunaan hasil-hasil penggunaan tes tersebut menunjukkan ketetapan. Dengan kata lain, apabila kepada para siswa diberikan tes yang sama pada waktu yang berbeda-beda, maka setiap siswa akan tetap berada dalam peringkat (rangking) yang sama dalam kelompoknya.

Meskipun hasil tes pada kesempatan kedua lebih baik, akan tetapi mengingat peningkatan tersebut dialami oleh semua siswa, maka tes yang digunakan dapat dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi. Kenaikan tes yang kedua, barang kali disebabkan oleh adanya pengalaman yang diperoleh pada saat mengerjakan tes pada kesempatan yang pertama. Dalam keadaan seperti ini, dikatakan telah terjadi practice effect atau carry over effet yaitu adanya akibat yang dibawa karena siswa telah mengalami sesuatu kegiatan yang sama pada kesempatan sebelumnya. Indeks reliabilitas suatu dapat dicari dengan mengkorelasikan skor-skor yang diperoleh dari hasil pengukuran yang berulang kali pada waktu yang berbeda. Sedangkan yang kedua adalah dengan cara membagi tes menjadi dua bagian yang sama atau setaraf. Adapun metode yang dapat digunakan untuk menentukan reliabilitas suatu tes antara lain adalah : metode tes ulang, metode parallel, metode belah dua dan metode kesamaan rasional. 3. Obyektivitas Dalam pengertian sehari-hari telah diketahui bahwa obyektif berarti tidak ada unsur pribadi yang mempengaruhi. Kebalikan dari obyektif adalah subyektif, yang berarti terdapat unsur pribadi yang masuk mempengaruhi. Sebuah tes dikatakan memiliki obyektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu tidak terdapat faktor subyektif yang

mempengaruhinya. Dengan kata lain, dikatakan obyektif apabila dua orang penguji atau lebih memberikan skor atau nila yang sama dan bebas dari interfensi subyektif, khusunya dalam penilaian (scoring) nya. 4. Praktikabilitas Meskipun kriteria validitas dan reliabilitas tes merupakan hal yang terpenting dari kriteria yang lainnya, namun sejumlah pertimbangan yang bersifat praktis dan dapat mempengaruhi tes perlu dipertimbangkan juga. Petimbangan-pertimbangan tersebut antara lain meliputi kemudahan dalam administrasi dan interpretasi, waktu, tenaga serta biaya. D. Tes dan Pengukuran Senam Irama 1. Tujuan Untuk mengukur kesempurnaan / keterampilan sikap / cara melakukan suatu gerakan (penilaian sikap) dan prestasi gerakan. 2. Tingkat Umur Diberikan kepada anak SMA 3. Jenis Kelamin Laki-laki dan perempuan 4. Validitas Diperoleh melalui semua siswa melakukan senam irama secara keseluruhan. 5. Reliabilitas Diperoleh melaui tes.

6. Personel Pada setiap tes diperlukan dua orang, satu orang sebagai tester dan satu orang sebagai pengatur sound yang bisa diambil dari siswa yang belum melakukan tes. 7. Perlengkapan CD (compact disc), VCD atau bisa juga menggunakan DVD dan sound system. Jika berbentuk kaset maka menggunakan tape recorder. 8. Ruang/Tempat Aula atau lapangan 9. Item Tes Posisi-posisi statis Gerak berpindah Ayunan (tangan/kaki) 10. Pelaksanaan Untuk pelaksanaan tes jumlah keseluruhan siswa dibagi menjadi empat kelompok tester. G (tester) dan dibariskan dua bershaf agar memudahkan pengamatan

X (testee)

11. Skoring Posisi-posisi statis Setiap gerakan statis diberikan skor 0 sampai 5 tergantung dari kesempurnaan dan mampu menjaga keseimbangan dalam melakukan gerakan secara keseluruhan. Gerak berpindah Setiap gerakan berpindah diberikan skor 0 sampai 5 tergantung dari kesempurnaan dalam melakukan gerakan brpindah secara keseluruhan. Ayunan (tangan/kaki) Setiap gerakan ayunan diberikan skor 0 sampai 5 tergantung dari kesempurnaan dalam melakukan gerakan, ketepatan ayunan

(tangan/kaki) dan sesuai dengan irama secara keseluruhan.

Tabel Skor

Aspek Pengukuran Nama No Siwa 1 2 dst Keterangan : berikan tanda ( ) pada kolom skor aspek pengukuran Posisi-Posisi Ayunan Keterangan Gerak Berpindah Jumlah Statis (tangan/kaki) 0 1 2 3 4 5 0 1 2 3 4 5 0 1 2 3 4 5

Kategori Pengukuran

Tingkat Performa Baik Sekali Baik Sedang Kurang Kurang Sekali BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Jumlah Nilai 16 - 20 11 15 6 10 15 0

Suatu hal yang tidak mungkin untuk mendapatkan pendidikan jasmani yang berkualitas, tanpa menggunakan strategi pengukuran dan evaluasi. Guru yang baik harus melaksanakan tes terus-menerus untuk mengukur dan mengevaluasi guna mendapatkan wawasan atau pandangan tentang kemajuan siswa dan efektivitas proses belajar mengajar. Proses pengukuran dan pengukuran tidak hanya berakhir sampai proses itu selesai. Setiap hal dalam suatu program harus mempunyai tujuan dengan data hasil dari pengukuran dapat digunakan untuk mengevaluasi tujuan program yang telah ditentukan sebelumnya. Apa yang dicapai siswa dapat diukur dan dievaluasi dalam hubungannya dengan tujuan yang telah ditetapkan sesuai dengan keterampilan yang diajarkan, kesegaran jasmani, pengetahuan dan nilai-nilai yang tercakup dalam kurikulum efektivitas program, termasuk perilaku guru dan penyajian kurikulum dapat dijaga, dievaluasi atas dasar informasi tersebut. Dalam pelaksanaan pengukuran ini, aspek yang diukur adalah aspek psikomotor siswa. Materi pengukuran yang dilaksanakan yaitu senam irama,

dimana dalam aspek yang diukur dalam pengukuran senam irama yaitu ; posisi-posisi statis, gerak berpindah dan ayunan (tangan/kaki). Tujuan dilaksanakannya pengukuran ini adalah untuk mengukur kesempurnaan / keterampilan sikap / cara melakukan suatu gerakan (penilaian sikap) dan prestasi gerakan. B. Saran Dalam pelaksanaan tes dan pengukuran, sebaiknya seorang

memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut : 1. seorang guru mampu melaksanakan tes dan pengukuran 2. harus sesuai dengan materi yang telah diajarkan 3. memelihat sarana dan prasarana yang ada disekolah tersebut 4. waktu pelaksanaan tes dan pengukuran harus tepat 5. seorang mapu mengevaluasi siswanya setelah mendapatkan dari pelakasanaan tes dan pengukuran.

You might also like