You are on page 1of 8

Tugas makalah bahasa Indonesia

Membangun kota ideal

Disusun oleh
Alfa roby (2406100014)
Teknik fisika
Institute teknologi sepuluh nopember
surabaya
Abstrak
Daftar isi

Hal judul
Abstrak
Daftar isi
Bab I. pendahuluan
1.1 latar belakang
1.2 rumusan masalah
1.3 tujuan
1.4 ruang lingkup permasalahan
1.5 manfaat
1.6 metodologi
Bab II. Landasan teori
Bab III. Pembahasan
Bab IV. Penutup
5.1 kesimpulan
5.2 saran
Daftar pustaka
Lampiran
Bab I
Pendahuluan

1.1 latar belakang


dewasa ini, pembangunan, urbanisasi dan pencemaran lingkungan hidup merupakan
tiga fenomena berkelanjutan yang tidak dapat dipisahkan dan harus mendapat
perhatian pemerintah kota, baik dinegara industri maju maupun di Negara industri
berkembang. Pertumbuhan kota yang cepat secara langsung berimplikasi pada
pembangunan infrastruktur dan pelayanan public. Kurangnya pelayanan air bersih,
sistem sanitasi yang baik, penyediaan rumah dan transportasi yang baik untuk
memenuhi kebutuhan pertumbuhan penduduk kota, akan menjasi penyebab utama
timbulnya masalah di kota-kota Negara berkembang.
1.2 rumusan masalah
adapun rumusan masalah dalam makalah ini,ialah sebagai berikut:
a. bagaimanakah merancang sistem tata kota yang baik?
b. Bagaimanakah managemen perkotaan yang baik dan benar?
1.3 tujuan
adapun tujuan yang ingin dicapai ialah:
a. mengetahui tata cara perancangan system perkotaan yang baik
b. mengetahui managemen perkotaan yang baik dan benar
1.4 ruang lingkup
ruang lingkup dari pembahasan masalah dalam makalah ini ialah segala sesuatu yamg
berkenaan dengan masalah sputar tata kota ditinjau dari aspek sosial-ekonomi
masyarakat yang hidup didaerah kota.
1.5 kemanfaatan
fungsi kemanfaatan dari makalah ini ialah:
a. sebagai bahan referensi untuk bahan pembelajaran bagi masyarakat umum,
profesional atau para pengaambil kebijakan
b. sebagai pembanding dari karya tulis lainnya yang sejenis untuk menambah
keragaman pembahasan yang ada mengenai permasalahan kota baru-baru ini.
1.6 metodologi
penyajian pembahasan makalah ini memakai metode sebagai berikut:
a. melakukan kajian pustaka beberapa buku literatur yang membahas masalah
perkotaan
b. melakukan browsing di internet untuk mengumpulkan data-data penting lainnya.
Bab II
Landasan teori

Kota-kota tumbuh cepat


Pertumbuhan kota dinegar-negara yang sedang berkembang telah menjasi
masalah lama, walaupun kenyataannya menunjukkkan bahwa perencana dan pengelola
perkotaan telah berusaha mengatasinya. Dalam periode antara 1950-1990, jumlah
penduduk kota di dunia telah meningkat lebih kurang tiga kali lipat, yakni 730 juta
menjadi 2,3 milyar jiwa. Antara tahun 1990-2020 angka ini diperkirakan menjadi dua kali
lipat, melewati 4,6 milyar. 93% dari jumlah tersebut akan akan terjadi di dunia yang
sedang berkembang. Artinya, lebih dari 2,2 milyar penduduk akian tinggal di dunia
kumuh di dunia ketiga. Pada saat ini sekitar 43% penduduk di dunia tinggal di daerah
perkotaan. Di Negara-negara industri maju, sekitar 93% penduduknya tinggal di daerah
perkotaan, sedangkan di negara-negara berkembang sekitar 34%. Meskipun demikian,
estimasi rata-rata tersebut tidak menunujukkan variasi yang tajam diantar Negara-negara
tersebut., yakni lebih dari 90% di belgia, inggris, hongkong dan singapura; bebeda jauh
dengan Nepal, Uganda, Rwanda, dan Burundi yang hanya sekitar 10% penduduknya
tinggal di daerah perkotaan. Tingkat pertambahan penduduk kota di dunia selama periode
1970-1980 tercatat sekitar 2,5% pertahun, dengan variasi tajam antra Negara industri
dengan Negara berkembang, yakni 1% per tahun bebanding 3,7% persen per tahun. Di
dua belas negara afrika, tingkay pertumbuhan kota diperkirakan melebihi 7% per tahun,
terutama di awal tahun 1980-an.
Secara keseluruhan jumlah penduduk kota di negara-negara berkembangakan sama
dengan jumlah penduduk perkotaan di negara-negara maju pada awal tahun 1970-an,
yang sekarang sekitar 1.400 juta dibandingkan 900 juta di negara-negara maju. Tingkat
pertumbuhan menjadi agak lambat sejak tahun 1950-an, terutama di Negara-negara maju.
Hal yang sama terjadi pula di negara-negara brkenbang. Namun demikian, jumlah
penduduk kota akan terus meningkat secara dramatis sampai abad ke-21.

Implikasi dari pertumbuhan kota


Pertumbuhan kota yang cepat secara langsung berimplikasi pada pembangunan
infrastruktur dasar dan pelayanan pubik. Kurangnya pelayanan air bersih, system sanitasi
yang baik, penyediaan rumah dan system transportasi yang baik untuk memenuhi
pertumbuahn penduduk kota, menjadi penyaebab utama timbulnya berbagai
permasalahan yang pelik di kota-kota negara yang sedang berkembang.
Center for human settlement, basan PBB yang menangani pemukiman dalam laporannya
mengestimasikan bawa sekitar 30% penduduk kota dunia yang sedanga berkembang
tidak mempunyai akses terhadap air bersih dan 40% penduduk kota di asia tinggal di
pemukiman yang tidak mempunyai sanitasi yang layak. Laporan yang sama
menunjukkkan bahwa 40-50% penduduk di kota-kota Negara yang sedang berkembang
tinggal di daerah kumuh dan pemukiman informal. 85% di addis ababa 59% di bogota
dan 51% di Ankara. Karena tidak semua pumikiman informal memiliki kondisi yang
layak, mereka tidak menerima pelayana infrastruktur dasar seperti jalan air dan listrik.
Indikator kepadatan penduduk atau tingkat hunian per kamar menunjukkan tidak
cukupnya suplai perumahan. Di India tingkat hunian per ruang ialah rata-rata 2,8 orang,
sedangakan di Pakistan dan sri langka ialah 2,7 orang per ruang. Di Bombay metropolitan
area, 77% rumah tannga dengan jumlah 5,3 orang tinggal di satu ruang. Pelayanan kota
yang lain juga menunjukkan tidak dapat memenuhi kebutuhan penduduk kota. UNHCS
memperkirakan bahwa seperaempat dari sampah kota yang dapat dikumpulkan oleh
pemerintah kota. Sementara itu sisanya mungkin didaur ulang, dibakar atau dibuang ke
sungai atau kali, yang lebih lanjut akan menyebabkan masalah kesehatan. Tidak
cukupnya jaringan jalan menyebabkan kemacetan. Selain itu, pelayanan pendidikan dan
kesehatan masih jauh dari kebutuhan ideal. Pemenuhan pelayanan kesehatan pada
kelompok kaya mungkin sangat baik, namun sangat berbeda hanya pada kelompok
miskin. Di India, tingkat kematian di daerah perkotaan lebih tinngi daripada di daerah
pinggiran kota.
Biaya yang diperlukan untuk memberikan pelayanan yang baik kepada setiap
penduuk sudah tentu sangat basar. Prakash memperkirakan bahwa biaya per kapita untuk
infrastruktur dasar kota berkisr antara 350-500 dolar AS pada tahun 1977, atau 1.400-
2000 dollar AS pada tahun 1992. oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan
infrastruktur dasar untuk pertambahan penduduk antara tahun 1990-2000 dibutuhkan
sekitar 80-120 milyar dollar AS per tahun. Biaya ini hanya sekedar memenuhi kebutuhan
pertambangan penduduk dan belum termasuk peningkatan kondisi dan infrastruktur
pemukiman yang ada.jumlah ini adalah sekitar 2,5-4% dari produk nasional bruto
Negara-negara yang sedang berkembang. Pada tahun 1985, badan perencana indida
memperkirakan bahwa pwmerintah india harus menyediakan dana lebih dari 25 milyar
dollar AS sampai tahun 2000. sedangkan di Indonesia diestimasikan bahwa pemerintah
harus menginfestasikan dana sekitar 1,4 milyar dollar AS per tahun dari tahun 1985
sampai tahun 2000 untuk memenuhi kebutuhan pelayanan infrastruktur kota, atau
seperlima dari anggaran pembangunan. Perhitungan tersebut sudah tentu penuh dengan
perdebatan tentang definisi yang jelas tentang pelayanan dasar kota yang layak.
Bagaimanakah perkembangan penduduk kota di Indonesia? Tingkat pertumbuhan
yang tinggal di daerah perkotaan meningkat pesat dari tahun 1961 sampai tahun 2005. di
dalamn hal ini perlu di bedakan antara dua pengertian, tingkat pertumbuhan penduduk
dan level urbanisasi. Tingkat pertmbuhan penduduk dihitung dari jumlah pertambahan
penduduk dibagi dengan jumlah penduduk pada saat itu. Demikian pula tingkat
pertumbuhan penduduk yang tinggal di daerah perkotaan, dihitung dari jumlah penduduk
yang tinggal di daerah perkotaan dengan jumlah penduduk sekarang. Sedangkan level
urbanisasi (level of urbanization) adalah persentase jumlah penduduk secara keseluruhan.
Dua perhitungan ini umumnya digunakan untuk melihat pertumbuhan penduduk yang
tinggal di daerah perkotaan di suatu Negara. Semakin besar tingkat pertumbuhan dan
proporsi penduduk kota, maka jumlah penduduk yang tinggal di daerah prkotaan semakin
tinggi.
Tabel 1.1
Tingkat pertumbuhan penduduk nasional dan perkotaan di Indonesia
Periode 1961- 1970- 1975- 1980- 1985- 1990- 1995- 2000-
1970 1980 1980 1985 1990 1995 2000 2005
Nasional 2,2% 2,41% 2,14% 2,06% 2,16% 2,17% 2,07% 1,98%
Perkotaan 2.6% 4,94% 4,88% 5,39% 5,57% 5,68% 5,79% 5,89%

Sumber: Andrew W. Hammer, “Indonesia the challenge of urbanization”, The World


Bank Paper, 1985.

Data di atas menunjukkan bahwa angka pertumbuhan penduduk kota lebih tinggi
dari angka pertumbuhan penduduk secara nasional. Dapat dilihat persentase yang ada dari
tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan untuk pertumbuhan penduduk di kota.
Kemudian pertanyaan selanjutnya ialah komponen-komponen apakah yang memberikan
kontribusi di dalam peningkatan penduduk kota atau yang tinggal di daerah perkotaan?
Analisis demografis biasanya mengelompokkan komponen-komponen tersebut sebagai
pertumbuhan yang alamiah dari penduduk kota yang ada, migrasi dari luar kota dan
reklasifikasi. Yang dimaksud dengan pertumbuhan yang alamiah adalh jumlah kelahiran
dikurangi jumlah kematian dai jumlah penduduk yang tinggal di kota. Sedangkan
reklasifikasi adalh perubahan status wilayah tertentu dari desa menjadi kota. Biro pusat
statistik merupakan badan resmi pemerintah yang menetapkan criteria apakh suatu daerah
tertentu telah dapat diklasifikasikan menjadi daerah urban atau belum memenuuhi kriteria
tersebut.

Table q.w
Komponen-komponen penyumbang pertumbuhan penduduk kota
Komponen 1961-1971 1971-1980 1980-1985 1990-1995 2000-2005
Peningkatan 68% 48% 35,2% 37% 35,591%
alamiah dari
penduduk
kota yang
ada
Migrasi dan 32% 52% 64,8% 63% 64,31%
reklasifikasi
Sumber: Andrew W. Hammer, “Indonesia The Challenge of urbanizations”, The World
Bank Paper, 1985, h.12. dan ESCAP, 1993;2004.

Reklasifikasi wilayah-wilayah pedesaan atau pertanian ini, terutama dialami oleh


beberapa kabupaten di pulau jawa. Kabupaten tangerang, bekasi, bogor, dan bandung
merupakan beberapa contoh kabupaten yang mengalami perkembangan wilayah pesat
sebagai akibat tekanan industrialisasi di kawasan kota Jakarta.

Karakteristik pemerintah kota dan pemerintah di wilayah perkotaan.

Pemerintah kota di definisikan sebagai suatu unit organisasi yang memerintah di


suatu kota tertentu,misalnya pemerintah kota yogyakarata. Sedangakan batasan kota di
dalam perundang-undangan pemerintah di Indonesia secara administratif berdasarkan
undang-undang nomor 22 tahun 1999 tenteng pemerintahan daerah dibedakan antara lain
kota dan daerah khusus ibu kota. Sedangkan untuk daerah khusus ibukota di atur dengan
undang-undang tersendiri.
Sedangkan pemerintah di wilayah perkotaan memilik pengertian yanh lebih luas.
Daerah atau wilayah perkotaan (urbanized area) itu sendiri telah dipahami sebagai daerah
yang telah berkembang sedemikian rupa menjadi daerah pusat pertumbuhan ekonomi dan
industri serta pusat pelayanan sosial. Kalau mengambil contoh di Indonesia, wilayah ini
dapat mencakup beberapa beberapa propinsi atau kabupaten dan kota, seperti daerah
perkotaan jabotabekjur: Jakarta, bogor, tangerang dan cianjur.
Secara administrative dalam tingkat yang paling bawah, yaitu desa, BPS biasanya
menggunakan beberapa criteria untuk mengklasifikasikan suatu kelurahan sebagai
peralihan dari desa menjadi desa yang telah menjadi kota, dengan melihat dari beberapa
fasilitas yang ada sebagai berikut.
Table 2.1
Jenis fasilitas sebagai kriteria untuk pengklasifikasian kelurahan
No Jenis fasilitas
1 Sekolah dasar atau yang sejenis
2 Sekolah menengah yang pertama atau yang sejenis
3 Sekolah menengah atas atau yang sejenis
4 Bioskop
5 Rumah sakit
6 Pusat pelayanan kesehatan atau klinik
7 Runah bersalin
8 Jalan yang dilalui oleh kendaraan yang beroda empat
9 Telepon dan kantor pos
10 Pasar dengan bangunan lengkap
11 Pusat belanja
12 Bank
13 Pabrik
14 Restoran
15 Listrik
16 Penyewaan fasilitas pesta
Sumber: BPS, 1990

You might also like