You are on page 1of 6

Permasalahan yang Timbul Tanpa Adanya Nilai Kejujuran di Bidang Ekonomi

Oleh: Immas Dewantara Putra /10501244010- PT. Elektro - Kelas D Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

Latar belakang
Bersumber dari media cetak maupun dari media elektronik akhir-akhir ini sering kita jumpai bemacam-macam kriminalitas. Tidak henti-hentinya pelanggaran hukum terjadi di negeri ini. Tidak sedikit dari bermacam-macam kriminalitas tersebut merugikan banyak pihak, diantaranya masyarakat dari berbagai kalangan, pemerintah, negara juga termasuk salah satu korban dari tindak kriminalitas yang terjadi selama ini. Berbagai bidang mengalami dampak akan tindak kriminalitas antara lain di bidang ekonomi, sosial, pendidikan, budaya, politik, dan lain-lain. Banyak kalangan menyatakan bahwa awal dari tindak kriminal terutama di bidang ekonomi berawal dari kejujuran yang tidak dibina sejak usia dini. Kebiasaan seseorang berperilaku tidak jujur dalam kehidupan sehari-hari dapat menjadi awal pembentukan karakteristik buruk dalam diri seseorang tersebut. Dari suatu tindak ketidakjujuran yang berdampak kecil, bukan tidak mungkin jika suatu saat dampak buruk tersebut menjadi lebih besar dan merugikan orang lain. Saat ini kita bisa dengan mudah mencari contoh dari hilangnya nilai-nilai kejujuran yang sudah menjamah masyarakat, tidak terkecuali pejabat daerah hingga pejabat negara. Oknum pejabat negara yang seharusnya sebagai wakil rakyat dan menjadi teladan rakyat, justru sering merugikan rakyat dan negara dengan tindak korupsi yang dilakukannya. Seperti yang termuat dalam media cetak, Kepala Lembaga Pengelolaan Keuangan Mikro Desa Tuksono, Kulonprogo, didakwa melakukan tindak korupsi yang merugikan Pemerintah Desa Tuksono sebesar Rp 273.779.260,00. Atas perbuatannyan terdakwa dijerat dengan pasal 2(1) sub pasal 3 atau pasal 8 UU No 31 Tahun 1999.
Dikutip dari : Kedaulatan Rakyat Halaman 18, JUMAT LEGI 15 OKTOBER 2010

Dampak buruk yang terjadi tersebut yang harus dikoreksi dan dibenahi oleh seluruh masyarakat.

Rumusan masalah
Terdapat banyak dampak negatif dari tindak kriminal. Pembahasan yang akan dilakukan adalah hubungan antara kriminal dan ketidakjujuran atau sebaliknya. 1. Dari manakah sumber ketidakjujuran ? 2. Dampak akibat adanya ketidajujuran ? 3. Bagaimana solusi untuk mengatasi ketidakjujuran ?

Pembahasan
Jujur jika diartikan secara baku adalah mengakui, berkata atau memberikan suatu informasi yang sesuai kenyataan dan kebenaran. Dalam kehidupan sehari-hari, tingkat kejujuran seseorang biasanya dinilai dari ketepatan pengakuan atau apa yang dibicarakan seseorang dengan kebenaran dan kenyataan yang terjadi. Bila dilihat arti kata maka jika seseorang berkata tidak sesuai dengan kebenaran dan kenyataan atau tidak mengakui suatu hal sesuai dengan yang sebenarnya, maka orang tersebut sudah dapat dianggap atau dinilai tidak jujur, menipu, berbohong, munafik atau lainnya. Jujur dari sudut pandang Islam ialah kesesuaian ucapan dengan hati kecil dan kenyataan objek yang dikatakan.Jujur adalah berkata terus terang dan tidak bohong. Orang yang bohong atau pendusta tidak ada nilainya dalam Islam. Bahkan bisa jadi orang pendusta digolongkan sebagai orang yang munafik. Orang-orang munafik tergolong orang kafir, dan orang kafir terkait dengan neraka. Makna dari sikap jujur adalah sikap jujur dapat mengantarkan kepada amal shaleh yang murni dan selamat dari celaan. Sikap jujur juga terkait dengan sikap murah tangan. Orang yang jujur ada kemungkinan akan teguh dalam memegang amanah. Orang yang terbiasa jujur akan terus membawa sikap jujurnya dimanapun dan kapanpun orang tersebut berada. Berbeda dengan orang yang tidak terbiasa akan bersikap jujur, karena dengan tidak jujur maka senantiasa akan terus melakukan serentetan kebohongan dan akan terbiasa dengan sikap tidak jujur dan dicap sebagai pembohong.
Dikutip dari : http://indonesia.suitao.com/tetesan/kejujuran.php Fathul Baari, jilid X, hal 507 Http://semangatislam.blogspot.com/2009/09/jujur-dan-amanah-dalam-islam.html Thabaqatul Habilah, jilid I, hal 58

1. Dari manakah sumber ketidakjujuran ?


Saya berpendapat bahwa bertahannya nilai-nilai kejujuran tergantung dengan pribadi masing-masing. Apabila dalam diri seseorang tersebut sudah tertanamkan nilai-nilai kejujuran maka sekuat apa pun permasalahan yang sedang dihadap, kejujuran akan selalu dipegang teguh. Namun ada beberapa permasalahan yang mengakibatkan ketidakmampuan seseorang memegang teguh kejujuran. Berikut adalah contoh sumber-sumber munculnya ketidakjujuran : a. Meniru/mencontoh orang tua yang notabene sebagai panutan b. Krisis Ekonomi c. Persaingan tidak sehat a. Meniru/mencontoh orang tua Orang tua jelas menjadi seseorang yang kita idolakan, patuhi dan kita hormati. Wajar jika seorang anak meniru perbuatan orang tua yang notabene sebagai panutan. Hubungan orang tua sebagai sumber ketidakjujuran tidak dapat dihindarkan. Anak yang masih polos tentu tidak menyadari bahwa perbuatan yang dia tiru dari orang tua itu baik atau buruk. Misal iklan sebuah produk makanan instan yang sering muncul di layar televisi. Di iklan tersebut, seorang anak yang masih kecil sedang bersama ayahnya di rumah. Beberapa saat kemudian, ada seseorang mengetuk pintu. Sang ayah segera bersembunyi dan berkata kepada sang anak, adik yang buka pintu, ya?kalau tamunya cari ayah, bilang ayah tidak ada,. Lalu anak tersebut menuju pintu dan membukakan pintu. Setelah mengucapkan salam, sang tamu bertanya, ayahnya ada?,. Anak tersebut menjawab dengan polosnya, kata ayah, ayah tidak ada,. Sang tamu mengetahui tuan rumah sedang tidak ingin menerima tamu. Tamu tersebut barpamitan dan berkata, sampaikan salam saya untuk ayahmu,. Dari contoh tersebut, tanpa sadar sang ayah telah menyuruh dan mengajarkan kebohongan kepada anaknya. Jika perilaku kebohongan tersebut tidak segera dibenarkan kembali, maka bukan tidak mungkin sang anak akan membawa sikap tidak jujur dalam kehidupannya dihari-hari esok . Itulah mengapa orang tua menjadi salah satu sumber ketidakjujuran dalam diri seseorang. b. Krisis Ekonomi Indonesia beberapa kali mengalami krisis moneter, misal harga sembako dan migas(minyak dan gas) melambung tinggi. Korban dari krisis itupun beragam, dari kalangan pegawai kantoran, pengusaha sukses hingga rakyat biasa atau kurang mampu. Tidak sedikit dari kalangan pegawai kantor terkena PHK karena pihak manajemen kantor menginginkan meminimalisir/pengurangan pengeluaran biaya dalam menggaji pegawai mereka. Para pengusaha mengalami kerugian akibat naik turun harga yang tidak menentu dari hasil usaha dan akhirnya gulung tikar. Rakyat biasa juga terkena imbas dari krisis tersebut, banyak dari mereka yang masih usia di tahap pendidikan mengalami putus sekolah dan orang tua mereka harus mengeluarkan uang lebih untuk biaya kehidupan sehari-hari. Banyak dari mereka yang tidak tahan

dengan keadaan mereka yang memburuk terutama di bidang ekonomi akibat krisis memilih menghalalkan segala cara untuk bias mengembalikan keadaan ekonomi mereka kembali seperti semula, salah satu contoh adalah dengan berbohong atau penipuan. Tindak kriminal dengan modus penipuan sering terjadi. Di Yogyakarta, seorang karyawan toko nekat menggelapkan uang majikan karena ingin menyekolahkan sang anak. Tersangka sempat kabur ke Jakarta dan Semarang sebelum akhirnya ditangkap polisi di rumahnya. Akibat penipuan tersebut, sang majikan mengalami kerugian mencapai Rp19,5 juta. c. Persaingan tidak sehat Hal ini sering kita jumpai pada saat pemilu. Contohnya, Panwaslu(Panitia Pengawas Pemilu) Depok, melayangkan teguran kepada sejumlah media yang sengaja atau tidak memuat kampanye peserta Pemilukada 2010. Padahal tindakan iklan politik sebelum kampanye tidak dibenarkan. Hal tersebut tercantum dalam UU No 12 tahun 2008 junto UU No 32 tahun 2004 pasal 116 tentang Pemerintahan Daerah. Dari pihak peserta juga melakukan beberapa pelanggaran, misal telah memasang wajah peserta pada reklame resmi milik Pemerintah Kota di luar jadwal kampanye, memasang baliho disretai nomor urut di luar jadwal kampanye. Calon pemimpin seperti itu seharusnya tidak layak mencalonkan diri. Mereka yang seharusnya mempunyai jiwa pemimpin justru memberi contoh buruk. Seorang pemimpin itu mencontoh Rasulullah SAW yang memiliki sifat jujur,terpercaya. Oleh sebab itu, kita umat manusia terutama umat muslim patut menjadikan Rasulullah sebaga suri tauladan yang baik. Sebagaimana firman Allah SWT : Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. Dan hadits nabi membawa pesan nabi Muhammad SAW adalah :
[ ]

Artinya : Selalulah kamu jujur, karena sesungguhnya jujur itu mengantarkan kamu pada kebaikan dan kebaikan itu sesungguhnya mengantarkan pada surga. Sedangkan dusta akan mengantarkan pada keburukan dan dosa, dan sesungguhnya dosa itu akan mengantarkan pada neraka. [Hadits: Mutafaqun Alaih]
Dikutip dari : Kedaulatan Rakyat Halaman 18, JUMAT LEGI 15 OKTOBER 2010 http://mirror.unpad.ac.id/koran/republika/2010-08-31/republika_2010-08-31_024.pdf Qur'an Surat Al-Ahzab ayat 21 atau http://semangatislam.blogspot.com/2009/09/jujur-dan-amanahdalam-islam.html

2. Dampak akibat adanya ketidakjujuran ?


Sudah jelas dampak akibat sifat ketidakjujuran adalah merugikan diri sendiri dan orang lain. Misal dalam kasus penipuan, justru tersangka penipuan mandapat kerugian berlipat karena dia tidak hanya rugi di dunia tetapi juga rugi di akhirat. Allah berfirman:

Artinya: Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian," pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. Selain merugikan diri sendiri di dunia dan akhirat, akibat ketidakjujuran ini juga merugikan korban penipuan. Dalam kasus lain seperti korupsi, yang dirugikan bukan hanya satu pihak saja melainkan seluruh kalangan termasuk negara. Dalam satu kasus korupsi, kerugian yang dicapai bias mencapai ratusan juta rupiah bahkan milyaran hingga triliunan rupiah. Padahal dalam satu tahun terdapat 4-5 kasus korupsi, itu hanya disekitar pejabat negara, sedang dikalangan pejabat daerah, tidak terhitung jumlah dari kasus korupsi yang melanda negeri ini. Uang hasil korupsi yang bisa digunakan untuk membayar hutang negara, justru dinikmati oleh oknum-oknum tidak bertanggung-jawab. Selain itu, kasus korupsi juga berdampak pada korban-korban bencana alam yang sering terjadi beberapa tahun terakhir ini. Para oknum pejabat pelaku kasus korupsi ini seharusnya turut menyumbang agar daerah yang terjadi bancana alam tersebut dapat pulih kembali di segala bidang dalam waktu yang lebih cepat. Uang rakyat yang digunakan untuk kepentingan pribadi inilah yang menyebabkan banyaknya anak-anak usia pendidikan tidak dapat melanjutkan sekolah. Rakyat dan negara dibuat merugi akbat kasus korupsi yang tiada hentinya.

3. Bagaimana solusi untuk mengatasi ketidakjujuran ?


Beberapa cara yang patut dicoba dalam mencari solusi untuk mengatasi ketidakjujuran adalah : a. Pendidikan dasar b. Pembentukan karakter c. Pengawasan yang cukup

Dikutip dari : Qur'an Suran Al-Baqarah ayat 8 sampai 10 atau http://semangatislam.blogspot.com/2009/09/jujurdan-amanah-dalam-islam.html

a. Pendidikan dasar Pendidikan dasar mengenai kejujuran ini dapat dimulai ruang lingkup yang kecil, misal dalam keluarga. Orang tua sebagai panutan anak, wajib memberikan yang terbaik bagi sang anak. Anak yang masih polos tentu akan meniru semua perbuatan, perkataan orang tua yang dilihat dan didengarnya, tentu saja tanpa mengetahui perbuatan itu baik atau buruk. Di sinilah peran orang tua untuk mendidik dari awal dengan baik, misal mengajarkan agar selalu berkata jujur tanpa memandang status, sehingga anak tersebut dapat mengingat apa yang telah diajarkan orang tua kepadanya hingga anak tersebut beranjak dewasa. b. Pembentukan karakter Pembentukan karakter biasanya lebih bergantung kepada dimana lingkungan tempat seseorang itu ada dan seperti apa orang tersebut dapat beradaptasi. Jika seseorang mempunyai dasar yang kuat, meski dia berada di tempat yang buruk dalam hal perbuatan dan perkataan, tentu tidak masalah bagi orang tersebut. Berbeda dengan orang yang lemah akan pendirian dasarnya, tentu dia akan sulit beradaptasi dengan lingkungan yang buruk dan menjadi tak tentu arah tujuannya, sehingga dapat dengan mudah terbujuk rayu untuk melakukan perbuatan dan perkataan buruk pula. c. Pengawasan yang cukup Langkah ini lebih bertujuam untuk menopang 2 langkah awal. Pengawasan yang cukup perlu dilakukan terutama orang tua yang mengawasi tingkah laku anaknya, sehingga jika terjadi sesuatu yang buruk dalam diri anak atau anak tersebut melakukan hal yang buruk, orang tua dapat memberikan nasehat. Pada usia 1217tahun, remaja dalam keadaan yang rapuh atau labil dalam menentukan karakter mereka, orang tua yang baik, tentu kan memberi solusi yang baik pula kepada anak agar anak tersebut agar tidak terjerumus ke hal-hal yang buruk.

Kesimpulan
Dari beberapa masalah ketidakjujuran yang diakibatkan pembawaan sejak dini dan pengaruh lingkungan sekitar berdampak timbulnya banyak kerugian bagi diri sendiri dan di masyarakat. Beberapa solusi yang paling realistis untuk manghapuskan tindak ketidakjujran harus dijalankan dengan maksimal agar hasil yang dicapai tidak mengecewakan. Apabila seseorang dibekali kemampuan dasar yang kuat dalam menjalani susahnya kehidupan, maka ia tidak akan cepat putus asa dan tidak menghalalkan segala cara untuk mendapatkan yang diinginkan secara praktis dengan melakukan tindak ketidakjujuran . Karena sekali sikap ketidakjujuran itu muncul, maka sikap itu akan terbawa seterusnya dalam diri seseorang tersebut. Sebagai makhluk yang mempunyai akal pikiran, tentu kita dapat mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk dan sebagai calon penerus bangsa, kita wajib memiliki sikap tanggung-jawab. Dimulai dari bertanggung-jawab terhadap perbuatan dan perkaataan kita dengan mengamalkan sikap kejujuran

You might also like