You are on page 1of 25

CARA SISWA BELAJAR AKTIF (CBSA) MAKALAH

Mata Kuliah: Belajar Pembelajaran Dosen Pengampu Mata Kuliah: Drs. H. Syarifuddin Salman, M.Pd Nama Kelompok: Tommy Muchlisin Agus Salim Dayat Shevya Rosita Wulandari Abdul Wahab Bey Azmi Akhmad Muzakir Ridha Mukhtar Dedi Arido Budi Riyanto Prabowo Gt. Fachriani S.N Ruzaka Abdi NIM. A1E209202 NIM. A1E209205 NIM. A1E209209 NIM. A1E209214 NIM. A1E209220 NIM. A1E209222 NIM. A1E209226 NIM. A1E209228 NIM. A1E209229 NIM. A1E209238 NIM. A1E209241 NIM. A1E209244

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS PENDIDIKAN DAN ILMU KEGURUAN JURUSAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING BANJARMASIN 2010

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillah, dengan memanjatkan segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang denngan rahmat-Nya Makalah Belajar Pembelajaran yang berjudul Cara Siswa Belajar Aktif (CBSA) dapat kami selesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Cara Siswa Belajar Aktif (CBSA) adalah sebuah pendekatan dalam pembelajaran yang menitik beratkan kepada keaktifan siswa. Pendekatan ini membuat siswa harus mencari materinya sendiri agar terpenuhi semua yang telah tercantum dalam tujuan Pendidikan Nasional. Kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Drs. H. Syarifuddin Salman, M.Pd yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menyusun makalah ini. Terakhir, kami ucapkan maaf yang sebesar-sebesarnya jika dalam penyajian makalah ini terdapat berbagai kekurangan karena saya hanyalah makhluk yang lemah dan penuh dengan kesalahan. Segala kekurangan berasal dari diri saya yang masih belajar ini dan segala kelebihan hanyalah datangnya dari Allah SWT.

Banjarmasin, 24 November 2010

Penulis

ii

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR .......................................................................... ii DAFTAR ISI ......................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................ 1 B. Rumusan Masalah.......................................................... 1 C. Tujuan............................................................................. 2 BAB II PEMBAHASAN A. Sejarah CBSA................................................................ 3 B. Pengertian ...................................................................... 4 C. Hakikat Keaktifan Siswa ............................................... 6 D. Tolak Ukur CBSA ......................................................... 7 E. Satuan Pelajaran dengan Pola CBSA ............................ 7 F. Rasional CBSA dalam Pembelajaran ............................ 9 G. Cara Guru Mengelola PBM........................................... 10 H. Kadar Cara Siswa Belajar Aktif .................................... 13 I. Penerapan CBSA dalam Pembelajaran.......................... 15 J. Manfaat CBSA .............................................................. 16 K. Kebaikan dan Kelemahan CBSA .................................. 17 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan.................................................................... 20 B. Saran............................................................................... 21 DAFTAR PUSTAKA

iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan pembelajaran merupakan salah satu tugas utama guru, di mana pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan siswa. Untuk dapat membelajarkan siswanya, salah satu cara yang dapat ditempuh oleh guru adalah dengan menerapkan pendekatan CBSA dan pendekatan Keterampilan Proses dalam proses pembelajaran. Baik CBSA maupun PKP merupakan pendekatan yang tersurat dan tersirat dalam kurikulum yang berlaku. Cara siswa belajar aktif merupakan suatu upaya dalam pembaharuan pendidikan dan pembelajaran. Kendatipun cara ini tergolong baru, namun sesungguhnya konsep ini telah lama dikembangkan, hanya perwujudannya yang masih baru dalam sistem pembelajaran di sekolah-sekolah kita. Karena itu, ada baiknya guru-guru mengenal dan memahaminya lebih saksama agar mampu menerapkan secara efektif. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana sejarah perkembangan CBSA? 2. Apakah yang dimaksud dengan CBSA? 3. Bagaimana hakikat keaktifan siswa dalam CBSA? 4. Bagaimana tolak ukur dalam CBSA? 5. Bagaimana satuan pelajaran dengan pola CBSA? 6. Bagaimana rasionalisasi CBSA dalam pembelajaran? 7. Bagaimana cara guru mengelola proses belajar mengajar dalam pola pendekatan CBSA? 8. Bagaimana kadar cara belajar siswa aktif (CBSA)? 9. Bagaimana penerapan CBSA dalam pembelajaran? 10. Apakah manfaat dari CBSA? 11. Apa sajakah kebaikan dan kelemahan CBSA?

C. Tujuan 1. Menjelaskan tentang sejarah perkembangan Cara Siswa Belajar Aktif (CBSA). 2. Menjelaskan yang dimaksud dengan Cara Siswa Belajar Aktif (CBSA). 3. Menjelaskan tentang hakikat keaktifan siswa dalam CBSA. 4. Menjelaskan tentang tolak ukur dalam CBSA. 5. Menjelaskan tentang satuan pelajaran dalam pola pendekatan CBSA. 6. Menjelaskan tentang rasional CBSA dalam pembelajaran. 7. Menjelaskan tentang cara guru mengelola proses belajar mengajar (PBM) dalam pola pendekatan CBSA. 8. Menjelaskan tentang kadar CBSA. 9. Menjelaskan tentang penerapan CBSA dalam pembelajaran. 10. Menjelaskan tentang manfaat dari pola pendekatan CBSA. 11. Menjelaskan tentang kebaikan dan kelemahan pola pendekatan CBSA.

BAB II PEMBAHASAN A. Sejarah CBSA Perubahan pandangan tentang proses pendidikan dan pengajaran dari teacher centered ke dalam student centered telah lama terjadi pada ratusan tahun yang silam, antara lain dengan dikenalkannya buku didactica magna dan Orbis Victus karangan Comminius di abad ke-16. Pembaruan proses pendidikan dan pengajaran itu pada tahap pertama diawali dengan bentuk ide atau konsepsi yang dimunculkan oleh para pakar pendidikan sebagai hasil penelitian tentang perkembangan anak. Kemudian secara berangsur-angsur pembaruan diperluas ke bidang proses belajar mengajar. Di dalam hubungan ini ada satu aliran pembaruan pendidikan dan pengajaran yang sangat ekstrem menganut paham student centered, adalah aliran pendidikan progresif. Ia berpendapat bahwa kegiatan siswa aktif merupakan titik awal dari sebuah proses pengajaran. Upaya pengembangan lebih lanjut tentang pembaruan pendidikan dan pengajaran, diikuti dengan didirikannya Lembaga Persatuan Pendidikan Progresif pada 1918, yang diberi nama Progresive Education Association (PEA) dengan motto pendidikan berpusat pada anak. Upaya pengembangan pendidikan progresif ini dimunculkan oleh pakar pendidikan di Amerika, antara lain oleh John Dewey dan William H. Killpatrick. Ia berpendapat bahwa sekolah itu harus menjadi tempat para siswa untuk memperoleh pengalaman langsung dari lapangan bahkan setiap pengalaman belajar itu haruslah bermakna, dan memberi kesempatan memiliki pemahaman yang mendalam, mengembangkan sikap dan apresiasi dengan menghormati segala perbedaan yang ada pada siswa baik pikirannya maupun perasaannya. Pengaruh aliran pendidikan progresif menyebar ke seluruh dunia sehingga pada tahun 1944 Lembaga Persatuan Pendidikan Progresif mengubah nama lembaganya menjadi American Education Fellowship dan dari situ diusahakan adanya perjalinan kerjasama antarnegara di seluruh dunia

dalam upaya pengembangan pendidikan yang lebih maju. Di samping pertumbuhan dan pengembangan pendidikan progresif di satu pihak, di pihak yang lain muncul aliran baru dalam pendidikan yaitu aliran sekolah masyarakat. Aliran ini secara ekstrem menekankan pembaruan pendidikan dan pengajaran pada kebutuhan masyarakat. Mereka menamakannya The Society Centered School, artinya dengan menggunakan sekolah sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat, maka problema kehidupan masyarakat akan teratasi. Di sekolah ini pendidikan keterampilan atau kejuruan mendapat tempat yang penting. Pendidikan dan pengajaran diarahkan untuk mempersiapkan murid memperoleh keterampilan tertentu dalam bidang kejuruan, terutama di bidang yang sangat erat kaitannya dengan persiapan kerja di masyarakat. Untuk mempersiapkan itu, para siswa mendapat latihan tertentu dalam berbagai keterampilan melalui kegiatan belajar, bekerja dan berusaha. Mereka mempersiapkan untuk menjadi manusia siap guna dalam masyarakat. Jika dilihat dari keadaan pelaksanaan pengajarannya, maka aliran pendidikan progresif dan aliran sekolah masyarakat terdapat banyak persamaannya, yaitu bahwa belajar itu dipandangnya sebagai proses interaksi antara individu dan lingkungan. Dalam proses belajar itu yang berperan sebagai pengolah bahan ajar adalah siswa sendiri, guru sebagai pembimbing dan pengarah proses belajar-mengajar. Konsepsi belajar ini berkembang di pertengahan abad ke-20 dengan munculnya sistem pembelajaran terprogram dari Skinner. Prinsip belajarnya adalah aktivitas siswa dalam merespons pernyataan-pernyataan yang disediakan pada bingkai-bingkai itu dan berusaha memahami keseluruhan secara utuh. Pada sistem ini siswa dilatih untuk merespons semua pernyataan yang ada dan dibuat terbiasa berpikir memecahkan masalah melalui pernyataan-pernyataan atau rangsanganrangsangan yang disediakan. Penggunaan Cara Belajar Siswa Aktif, mulai dipakai oleh para pendidik bangsa Indonesia pada akhir tahun 1970. CBSA adalah prinsip belajar yang penting untuk diterapkan di sekolah-sekolah sebab di samping

mengandung arti belajar bermakna juga sangat relevan dengan tujuan pembangunan dan pendidikan yang dituangkan dalam GBHN. B. Pengertian Cara Belajar Siswa Aktif adalah suatu pendekatan dalam

pembelajaran yang menitik beratkan pada keaktifan siswa, yang merupakan inti dari kegiatan belajar. Prinsip dan unsur-unsur belajar-mengajar merupakan gagasan dasar bagi pengembangan dan penerapan konsp CBSA. CBSA berpusat pada diri pelajar dan menerapkan prinsip-prinsip psikologis manusiawi. Secara harfiah, CBSA dapat diartikan sebagai suatu sistem belajar-mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual, dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara domain kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pada hakikatnya, keaktifan belajar terjadi dan terdapat pada semua perbuatan belajar, tetapi kadarnya yang berbeda tergantung pada jenis kegiatannya, materi yang dipelajari, dan tujuan yang hendak dicapai. Keaktifan siswa dalam peristiwa pembelajaran mengambil beraneka bentuk kegiatan, dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai kegiatan psikis yang sulit diamati. Kegiatan fisik yang dapat diamati di antaranya dalam bentuk kegiatan membaca, mendengarkan, menulis, meragakan, dan mengukur. Sedangkan contoh kegiatan psikis seperti mengingat kembali isi pelajaran pertemuan sebelumnya, menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, menyimpulkan hasil eksperimen, membandingkan satu konsep dengan konsep lain, dan kegiatan psikis lainnya. Namun demikian, semua kegiatan tersebut harus dapat dipulangkan kepada suatu karakteristik, yaitu keterlibatan intelektualemosional siswa dalam kegiatan pembelajaran. Keterlibatan tersebut terjadi pada waktu kegiatan kognitif dalam pencapaian atau perolehan pengetahuan, pada saat siswa mengadakan latihan-latihan dalam pembentukan

keterampilan, dan sewaktu siswa menghayati dan menginternalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilai. Dengan kata lain, keaktifan dalam pendekatan CBSA menunjukkan kepada keaktifan mental, baik intelektual

maupun emosional, meskipun untuk merealisasikan dalam banyak hal dipersyaratkan atau dibutuhkan keterlibatan langsung dalam berbagai bentuk keaktifan fisik. C. Hakikat Keaktifan Siswa Cara Belajar Siswa Aktif atau Student Active Learning (SAL) sebenarnya bukan merupakan barang baru dalam dunia pendidikan, setidaktidaknya sebagai konsep walau masih belum sepenuhnya terwujud dalam pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar. CBSA merupakan pengertian yang sulit didefinisikan secara tegas sebab, bagaimanapun, belajar itu dengan sendirinya terwujud dalam bentuk keaktifan siswa. Meskipun, dengan derajat yang berbeda-beda, pada prinsipnya CBSA itu harus melibatkan intelektual-emosional siswa dalam kegiatan belajar-mengajar. Dengan kata lain, keaktifan dalam rangka CBSA menunjuk keaktifan mental meskipun untuk mencapai maksud ini dalam banyak hal dipersyaratkan keterlibatan langsung dalam berbagai bentuk keaktifan fisik. Salah satu cara untuk meninjau derajat ke-CBSA-an di dalam peristiwa belajar mengajar ini adalah dengan mengonsepsikan rentangan antara dua kutub gaya mengajar, yaitu instructor-centered insturction dan student centered instruction. Yanamato meninjau ke-CBSA-an dari segi intensitas kedua belah pihak yang terlibat dalam proses belajar-mengajar, yaitu siswa dan pengajar, karena proses belajar-mengajar yang optimal merupakan proses dua arah antara siswa dan guru. Gerakan untuk meningkatkan kadar CBSA di dalam proses belajarmengajar muncul sebagai reaksi terhadap kecenderungan umum peristiwa belajar-mengajar yang ada selama ini, yaitu cara penyampaian terlalu banyak menyandarkan diri pada ceramah, sering kali dengan kualitas yang rendah, sehingga proses belajar-mengajar sekadar merekam informasi belaka.

D. Tolak Ukur CBSA Seorang ahli bernama McKeachie menekankan bahwa perbedaan gaya dalam mengajar merupakan garis berkesinambungan dengan perbedaan tekanan. Di satu pihak terdapat gaya yang lebih menekankan pada keaktifan guru, di lain pihak ada yang menekankan pada keaktifan siswa dan sebagian besar terletak diantaranya. Untuk membedakan kadar keaktifan siswa ini, McKeachie mengemukakan dimensi untuk kegiatan belajar mengajar: 1. Partisipasi siswa dalam menentukan tujuan kegiatan pembelajaran. 2. Penekanan pada aspek afektif dalam pembelajaran. 3. Partisipasi siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar, terutama yang berbentuk interaksi antarsiswa. 4. Penerimaan guru terhadap perbuatan dan sumbangan siswa yang kurang relevan atau salah. 5. Keeratan hubungan kelas sebagai kelompok. 6. Kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengambil putusan yang penting dalam kegiatan di sekolah. 7. Jumlah waktu yang digunakan menangani masalah pribadi siswa, baik yang berhubungan ataupun yang tidak berhubungan dengan pelajaran. E. Satuan Pelajaran Dengan Pola CBSA Sejak masih sekolah Dasar-pun CBSA sangat perlu untuk

dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar. Alasan yang pokok adalah: 1. Akibat perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat, menyebabkan guru tidak mungkin menjadi satu-satunya sumber belajar, dengan cara menyampaikan informasi-informasi. Guru harus mampu membimbing siswa menemukan fakta dan informasi yang kemudian harus diolah dan dikembangkan. 2. Dengan CBSA berarti siswa menghayati hal-hal yang dipelajari secara langsung, melalui berbagai bentuk kegiatan nyata. 3. Dengan CBSA kreativitas siswa terbina dan dikembangkan secara kontinue. 4. Melalui CBSA perbedaan (Individual deverences) pada diri siswa dapat diperhatikan oleh guru.

5. Dengan CBSA seluruh aspek pribadi siswa dapat dilibatkan sehingga membantu perkembangan kehidupan siswa seutuhnya. Dari segi pengajaran, dalam melaksanakan CBSA perlu dipilih metode-metode pengajaran yang mendukung dan menjamin keaktifan siswa. Untuk itu pada Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) telah tercantum beberapa alternatif metode pengajaran yang diharapkan mampu menunjang belajar aktif siswa dengan memperhatikan keterampilan proses. Secara garis besar metode-metode yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Metode penugasan. 2. Metode eksperimen 3. Metode proyek 4. Metode diskusi 5. Metode widyawisata 6. Metode bermain peran 7. Metode demonstrasi 8. Metode sosio drama 9. Metode pemecahan masalah 10. Metode tanya jawab 11. Metode latihan 12. Metode ceramah 13. Metode bercerita 14. Metode pameran. Agar pembinaan dan pengembangan kreativatas dalam arti mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar lebih berhasil, maka perlu dianut Cara Belajar Siswa Aktif yang mengembangkan keterampilan proses. Keterampilan proses adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan-kemampuan fisik, mental dan sosial yang mendasari kemampuan yang tinggi.

F. Rasional CBSA dalam Pembelajaran Penerapan dan pendayagunaan konsep CBSA dalam pembelajaran merupakan kebutuhan dan sekaligus sebagai keharusan dalam kaitannya dengan upaya merealisasikan Sistem Pendidikan Nasional untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, yang pada gilirannya berimplikasi terhadap sistem pembelajaran yang efektif. Siswa/peserta didik dipandang dari dua sisi yang berkaitan, yakni sebagai objek pembelajaran dan sebagai subjek yang belajar. Siswa sebagai objek dipandang sebagai manusia yang potensial sedang berkembang, memiliki keinginan-keinginan, harapan dan tujuan hidup, aspirasi dan motivasi dan berbagai kemungkinan potensi lainnya. Siswa sebagai subjek dipandang sebagai yang memiliki potensi yang perlu dibina, diarahkan dan dikembangkan melalui proses pembelajaran. Karena itu proses pembelajaran harus dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip manusiawi (humanistik). Pelaksanaan proses pembelajaran dititik beratkan pada keaktifan siswa belajar dan keaktifan guru menciptakan lingkungan belajar yang serasi dan menantang. Penerapan CBSA dilakukan dengan cara mengfungsionalisasikan seluruh potensi manusiawi siswa melalui penyediaan lingkungan belajar yang meliputi aspek-aspek bahan pelajaran, guru, media pembelajaran, suasana kelas dan sebagainya. Cara belajar disesuaikan dengan minat dan pemberian kemudahan kepada siswa untuk memperoleh pemahaman, pendalaman, dan pengendapan sehingga hasil belajar berinternalisasi dengan pribadi siswa. Peranan guru bukan sebagai orang yang menuangkan materi pelajaran kepada siswa melainkan sebagai pembantu dan pelayan bagi siswanya. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru, adalah: 1. Menyiapkan lembaran kerja 2. Menyusun tugas bersama siswa 3. Memberikan informasi tentang kegiatan yang akan dilakukan 4. Memberikan bantuan dan pelayanan apabila siswa mendapatkan kesulitan. 5. Menyampaikan pertanyaan yang bersifat asuhan 6. Membantu mengarahkan rumusan kesimpulan umum 7. Memberikan bantuan dan pelayanan khusus kepada siswa yang lamban

10

8. Menyalurkan bakat dan minat siswa 9. Mengamati setiap aktivitas siswa. Kegiatan-kegiatan tersebut menunjukkan, bahwa pembelajaran

berdasarkan CBSA tidak diartikan guru menjadi pasif, melainkan tetap harus aktif namun tidak bersikap mendominasi siswa dan menghambat

perkembangan potensinya. Guru bertindak sebagai guru inquiry, dan fasilitator. G. Cara Guru Mengelola PBM Proses belajar-mengajar (PBM) adalah suatu aspek dari lingkurangan sekolah yang diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan diawasi sedemikian rupa agar kegiatan belajar terarah pada tujuan pendidikan. Pengawasan yang dilakukan menjadi lingkungan belajar yang baik. Lingkungan sejauh mana lingkungan menjadi lingkungan belajar yang baik. Lingkungan belajar yang baik adalah apabila bersifat menentang dan merangsang murid-murid belajar, memberikan rasa aman dan keuasan, serta mencapai tujuan yang diharapkan. Kualitas dan kuantitas belajar murid di dalam proses belajar-mengajar bergantung pada banyak faktor antara murid-murid dalam kelas, bahan-bahan pelajaran, perlengkapan belajar, kondisi umum, dan suasana di dalam proses belajar-mengajar. Adapun faktor-faktor lainnya yang dapat mndukung terciptanya kondisi belajr yang baik didalam kelas adalah adanya job

description proses belajar-mengajar yang memuat suatu rangkaian penertian peristiwa belajar yang dilakukan oleh kelompok-kelompok siswa. Kegiatan belajar akan berjalan dalam proses yang terarah dan mencapai tujuannya. Jika dalama proses belajar-mengajar itu tersedia berbagai fasilitas yang diperlukan sebagai job description bagi guru, fasilitas itu mumnya meiputi yang bersifa fisik material dan mentas psikokogis sehubungan dengan itu, maka job description guru dalam pengelolaan proses belajar-mengajar adalah: 1. Merencanakan instruksional, yaitu alat atu median untuk mengarahkan kegiatan-kegiatan organisasi belajar.

11

2. Mengorganisasi belajar yang merupakan usaha menciptakan wadah dan fasilitas atau lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan dan yang mengandung terciptanya proses belajar mengajar. 3. Menggerakkan siswa yang merupakan usaha memancing, mambangkitkan, dan mengarahkan motivasi siswam. Penggerakan atau motivasi disini hakikatnya bermakna lebih daripada memerintah, mengarahkan,

mengaktualisasikan, dan memimpin. 4. Mensupermisi, dan melakukan pengawasan, yaitu usaha mengawasi, menunjang, membantu, menugaskan, dan megarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan perencanaan instruksional yang elah didesain sebelumnya. 5. Melakukan penelitian yang lebih bersifat assessment yang mengandung pengertian yang lebih luas dibanding dengan pengukuran atau evaluasi pendidikan. Proses pengelolaan PBM sangat luas dan tidak terpisah sehingga tidak dapat dianalisis ke dalam komponen-komponen karena proses pengelolaan kelas merupakan keseluruhan yang tak dapat dibagi-bagi. Berbagai upaya telah diusahakan untuk menganalisiss proses pengelolaan PBM ke dalam unsur-unsur konponennya. Adapun kompnenkomponen tersebut adalah: 1. Merencana, yaitu mempelajari masa yang akan datang dan menusun rencana kerja. 2. Mengorganisasi, yaitu membuat organisasi organisasi usaha bahan dan manusia pengorganisasi tenaga kerja dan bahan. 3. Mengoordinasikan, menyatukan, dan mengorelasikan semua kegiatan. 4. Mengawasi, yaitu memeriksa bahwa segala suatu kerjaan sesuai dengan peraturan-peraturan yang ditetapkan dan instuksi-instuksi yang telah diberikan. (Iwa Sukiswa, 1981 : 14) Klasifikasi yang lebih popular ialah yang disebut dengan: 1. perencanaan, 2. pengorganisasian, 3. penetapan,

12

4. pengarahan, 5. pelaporan, 6. pengoordinasian, 7. penganggaran. Tahap-tahap pengolaan kelas yang lazim dipakai masa kini sebagai landasan pembahasan meliputi: 1. perencanaan (yang meliputi penciptaan, penyusunan program, dan perumusan kegiatan); 2. pengeorganisasian (yang meliputi pemanfaatan sumber dan pembagian tugas); 3. pengarahan (yang meliputi motivasi, supervise dan koordinasi); dan 4. pengawasan (yang meliputi penganggaran, pelaporan, dan evaluasi) Tahap-tahap pengeloalaan proses belajar-mengajar tersebut secaea khusus dapat dirinci seabagai berikut: 1. perencanaan a. menetapkan tentang apa yang dikerjakan, kapan, dan bagaimanacara melakukannya. b. membatasi sarana dan menetapkan pelaksanaan-pelaksanaan kerja untuk mencapai keefektifan masimum melakui prises penentuan target. c. mengumpulkan dan menganaisis informasi d. mengembangkan alternative-alternatif. e. mempersiapkan dan mengmunikasikan rencana-rencana dan keputusankeputusan. 2. Pengorganisasian a. menyediakan fasilitas-fasilitas, pelengkapan, dan tenaga kerja yang diperlukan untuk penusunan rangka kerja yang efisien dalam melaksanakan rencana-rencana melalui suatu proses penetapan kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan rencana-rencana tadi. b. mengelompokan komponen kerja dedalam struktur organisasi secara teratur. c. membentuk struktur wewenang dan mekanisme koordinasi. d. merumuskan dan menentukan metode dan prosuder.

13

e. memilih, mengadakan latihan dan pendidikan tenaga kerja, seta mencari sumber-sumber. 3. Pengarahan a. menyusun rangka kerja waktu dan biaya yang terinci. b. memprakarsai dan menampikan kepemimpinan dalam melaksanakan rencana-rencana dengan pengambilan putusan-putusan. c. mengeluarkan instruksi-instruksi yang spesifik. d. membimbing, memotivasi, dan menyuvervisi. 4. pengawasan a. mengevaluasi pekerjaan dibandingkan dengan rencana. b. melaporkan penyimpanan-penyimpanan dalam waktu untuk tindakan koreksi dan dengan membuat standar-standar dan sarana-sarana. c. menilai pekerjaan dan mengoreksi penyimpangan-penyimpangan. H. Kadar Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) Ditandai oleh semakin banyaknya dan semakin bervariasinya keaktifan dan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar. Semakin banyak dan semakin beragamnya keaktifan dan keterlibatan siswa maka semakin tinggi pula kadar ke CBSA annya,dan berlaku sebaliknya. Kadar CBSA itu dalam rangka sistem belajar dan mengajar menunjukkan ciri-ciri,senagai berikut : 1. Pada tingkat masukan, a. Adanya keterlibatan siswa dalam merumuskan kebutuhan pembelajaran sesuai dengan kemampuan,minat,pengalaman,motivasi,aspirasi yang telah dimilikinya sebagai bahan masukan untuk melakukan kegiatan belajar. b. Adanya keterlibatan siswa dalam menyusun rancangan belajar dan pembelajaran yang menjadi acuan baik guru maupun siswa c. Keterlibatan siswa dalam memilih dan menyediakan sumber bahan belajar. d. Keterlibatan siswa dalam pengadaan media pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran.

14

e. Adanya kesadaran dan keinginan belajar yang tinggi serta motivasi untuk melakukan kegatan belajar. 2. Pada tingkat pada tingkat proses, a. Keterlibatan siswa secara fisik,emosional,mental,intelektual,dan

personal dalam proses belajar. b. Keaktifan siswa mengenal, memahami, menganalisis, berbuat,

memutuskan, dan berbagai kegiatan belajar lainnya yang mengandung unsur kemandirian yang cukup tinggi. c. Keterlibatan secara aktif oleh siswa dalam menciptakan suasana belajar yang serasi, selaras, dan seimbang dalam proses pembelajaran. d. Keterlibatan siswa dalam menunjang upaya guru menciptakan lingkungan belajar untuk memperoleh pengalaman belajar serta turut membantu mengorganisasi lingunag belajar itu baik secar individual maupun kelompok. e. Keterlibatan siswa dalam mencari informasi dari beerbagai sumber yang mendaya guna dan tepat guna bagi bagi mereka sesuai dengan rencana belajar mereka rumuskan. f. Keterlibatan siswa dalam mengajukan prakarsa,memberikan jawaban ata pertanyaan guru,mengajukan pertanyaan/masalah dan berupaya manjawabnya sendiri,menilai jawaban dari rekannya,dan memecahkan masalah yang timbul selama berlangsungnya proses belajar mengajar. 3. Tingkat produk : a. Keterlibatan siswa dalam menilai diri sendiri,menilai teman sekelas. b. Keterlibaan siswa secara mandiri mengerjakan tugas menjawab tes dan mengisi intrumen penilaian lainnya yang diajuakn oleh guru. c. Keterlibatan siswa dalam menyusun laporan baik tertulis maupun lisan yang berkenaan dengan hasil belajar. d. Keterlibatan siswa dalam menilai produk-produk kerja sebagai hasil belajar dan pembelajaran.

15

I. Penerapan CBSA dalam Pembelajaran Pendekatan CBSA dapat diterapkan dalam pembelajaran dalam bentuk dan teknik : a. Pemanfaatan waktu luang Pemanfaatan waktu luang oleh siswa dirumagh dapat memungkinkan dilakukannya kegiatan belajar aktif, dengan cara menyusun rencana belajar,memilih bahan untuk dipelajari,dan menilai penguasaan bahan sendiri. Dalam pemanfaatan waktu luang itu sendiri dapat meningkatkan keberhasilan dalam belaja. b. Pembelajaran individual Pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik perbedaan individu tiap siswa,seperti ; minat,bakat,kecerdasan, dan sebagainya. Guru daat memprsiapkan tugas-tugas belajar bagi siswa sesuai karakteristik yang dipilih mereka sendiri atau dengan pengelompokan dengan kemampuan dan minat, bakat yang sama. c. Belajar kelompok Dalam belajar kelompok kadar CBSAnya sangat tinggi,dalam belajar kelompok seperti diskusi kelas,diskusi terbimbing maupun diskusi kelompok siswa dapat berperan aktif dalam mengajukan pertanyaan, jawaban, sanggahan dan lainnya. d. Bertanya jawab Kegiatan bertanya jawab antara guru dan siswa ,kadar CBSAnya akan lebih besar bilamana tanya jawabnya dilakukan antara siswa dengan siswa itu sendiri,dimana guru sebagai lalau lintas serta koreksi terhadap pertanyaan dan jawaban siswa. e. Belajar inqury/discovery(belajar mandiri) Dalam proses belajar ini siswa melakukan proses intelektual dalam upaya memecahkan masalah. Dia sendiri yang melakukan perumusan suatu masalah, pengumpulan data, uji hipotesis, dan menarik kesimpulan serta mengaplikasikannya dalam belajar. Dalam penerapan ini keaktifan siswa terlihat sangat menonjol.

16

f. Pengajaran unit Strategi pengajaran unit ini berpusat pada suatu masalah atau suatu

proyek. Pada taha-tahap kegiatan belajar ditempuh tiga tahap kegiatan utama, yakni : 1) Tahap pendahuluan dimana siswa melakukan orientasi dan

perencanaan awal 2) Tahap pengembangan dimana siswa melakukan kegiatan mencari sendiri informasi dan selanjutnya menggunakan informasi itu dalam kegiatan praktik 3) Tahap kegiatan kulminasi,dimana siswa mengalami kegiatan

penilaian, pembuatan laporan dan tindak lanjut. J. Manfaat CBSA Pendekatan CBSA mempunyai manfaat yang besar dalam rangka pengembangan pendidikan di sekolah. Manfaat ini dapat dilihat dalam beberapa hal, yaitu sebagai berikut: 1. Ditinjau dari tujuan dan hakikat pendidikan secara umum, pendidikan itu merupakan upaya untuk mengantarkan siswa ke kedewasaan dalam arti perkembangan yang optimal. Perkembangan yang optimal mempunyai arti yang luas, yaitu pertama-tama peserta didik mengembangkan segala potensi yang ada padanya sehingga dapat mencapai kepuasan diri yang sepenuhnya. Selain itu, dia dapat menyesuaikan diri secara baik terhadap kondisi masyarakatnya. Lebih dari itu, dalam penyesuaian diri itu dia dapat memberikan sumbangan yang berarti kepada masyarakat tempat tinggalnya. Kemampuan tersebut akan dapat dikembangkan dengan memupuk keaktifan mental dan fisik siswa sejak di bangku sekolah, dan diterapkan dalam kesempatan berkegiatan di sekolah dan masyarakat. 2. Peran serta siswa dalam berbagai kegiatan belajar secara aktif akan meningkat keterlibatan mental siswa yang bersangkutan dalam proses belajar-mengajar. Keterlibatan mental yang optimal tersebut sekaligus berarti peningkatan motivasi yang optimal pula dari diri siswa itu untuk meningkatkan kegiatan belajar-mengajar. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pengalaman belajar yang memberi kesempatan kepada

17

siswa untuk mencoba sendiri mencari jawaban suatu masalah, bekerja sama dengan teman sekelas, atau membuat sesuatu, akan lebih menantang pengarahan kekuatan dan perhatian siswa dibandingkan dengan situasi yang didalamnya siswa hanya berkesempatan untuk menerima informasi secara searah. 3. Kegiatan belajar mengajar dengan memberikan keleluasaan kepada siswa untuk berkomunikasi dua arah itu memberikan peluang bagi guru untuk memperoleh bahkan dalam rangka menilai keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan. Dengan demikian, untuk mengetahui sampai di mana keberhasilan pembelajaran tersebut, guru tidak perlu menunggu sampai diadakannya ujian pada akhir suatu program, tetapi langsung memperolehnya pada waktu proses belajar-mengajar itu berlangsung. Hal ini berarti bahwa CBSA langsung memberikan peluang bagi guru untuk langsung melakukan penilaian fomatif 4. Manfaat lain yang dapat diperoleh dari penerapan sistem CBSA ini adalah dalam rangka meningkatkan kemampuan siswa dan guru sendiri. Seorang guru cenderung untuk melaksakan metode pengajaran seperti yang dilakukan guru-guru pada waktu dia sedang belajar di sekolah guru. Dengan CBSA, calon guru akan memperoleh pengalaman langsung mengenai cara memperlakukan siswanya kelak agar siswa-siswanya itu dapat memperoleh pengembangan diri yang optimal. K. Kebaikan dan Kelemahan CBSA 1. Kebaikan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) Proses belajar mengajar baru berhasil apabila guru memiliki kewibawaaan didalam kelas. Secara lahir kewibawaan guru banyak ditentukan oleh penampilanya, posisinya didepan kelas, perkataan dan tulisannya disamping itu guru juga memperhatikan keikut sertaan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, diusahakan siswa aktif dan

berpartisipasi secara penuh dalam belajar, kewibawaan juga timbul karena kemahiran guru dalam pengorganisasian waktu, bahan, dan siswa. Kebaikan-kebaikan cara belajar siswa aktif, sebagaimana dikemukakan oleh T. Raka Joni, bahwa:

18

a. Prakarsa siswa/mahasiswa dalam kegiatan belajar, yang ditunjukan melalui keberanian urung pendapat tanpa secara eksusif diminta. b. Keterlibatan mental siswa/mahasiswa didalam kegiatan-kegiatan belajar yang telah berlangsung yang ditunjukkan dengan peningkatan diri kepada tugas kegiatan. c. Peranan guru yang lebih banyak sebagai failitator merupakan sisi lain daripada kadar tinggi prakarsa serta tanggung jawab siswa/mahasiswa didalam kegiatan belajar sebagaimana didalam butir 1 dan 2. d. Belajar dengan pengalaman langsung (experiment learning)

merupakan indikator lain daripada kadar ke-CBSA an kegitan belajar mengajar. e. Kekayaan variasi bentuk dan alat kegiatan belajar mengajar merupakan indikator lain daripada kadar ke-CBSA-an. f. Indikator terakhir yang dikemukakan dalam masalah ini adalah kualitas interaksi antar siswa, baik intelektual maupun sosial, emosional sehingga meningkatkan peluang. Jadi kebaikannya pada CBSA adalah kdr kegiatannya lebih diperbanyak. Untuk mendorong siswa belajar mempraktikan prosesproses intelektual sepert oleh penulis: mengorganisasi data, mempertnyakan persoalan dan memikirkan secara kritis hubungan di dalam antara gagasan perorangan dengan gagasan perorangan dengan gagasan perorangan dengan orang lain dengan kenyataan situasi 2. Kelemahan CBSA Hakikat pendidikan adalah proses kemanusian yang hanya dilakukan oleh manusia.oleh karena itu untuk mendidik sendiri harus mencari secara eksluif. Terjadina kadar CBSA yang menurun ini terjadi akibat tidak terlihatnya mental secara optimal di dalam kelas maupun di luar kelas. Beberapa kelemahan dari CBSA, CBSA ini memiliki beberapa kelamahan antara lain menurut Oemar Hamalik :

19

a. Tidak menjamin dalam melaksanakan keputusan. b. Diskusi tak dapat diramalkan c. Mamasyarakatkan agar semua siswa memiliki keterampilan

berdiskusi yang diperlukan untuk berpartisipasi secara aktif. d. Membentuk pengaturan fisik (seperti kursi dan meja) dan jadwal kegiatan secara luwes. e. Dapat menjadi palsu (tak murni lagi) jika pemimpin mengalami kesulitan mempertemukan berbagai pendapat padahal dia telah mengetahui jawaban yag diinginkan, sehingga dia menolak pendapat peserta lain. f. Dapat didominasi oleh seorang atau sejumlah siswa sehingga dia menolak pendapat peserta lain. g. Jadi kelemahan dari CBSA, siswa yang pandai akan bertambah pandai, siswa yang bodoh akan tertinggal. Anwar Yasi mengemukakan : Tidak semua guru di indonesia ini didukung oleh literatur yang cukup kuat dan tidak semua guru mampu menafsirkan dan mengolah informasi cara belajar siswa aktif dan tepat sesuai dengan misi hakikat cara belajar siswa aktif yang dimaksud.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Cara Siswa Belajar Aktif (CBSA) adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang menitik beratkan kepada keaktifan siswa, yang merupakan inti dari kegiatan belajar. Pendekatan ini sudah ada sejak adanya perubahan dari teacher centered menjadi student centered. Perubahan ini memberikan dampak bahwa proses belajar tidak lagi dilakukan dengan cara guru yang ceramah tetapi guru hanya bersifat sebagai seorang fasilitator. Pola pendekatan Cara Siswa Belajar Aktif (CBSA) mempunyai tolak ukur kepada keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Dari segi pengajaran CBSA diterapkan dengan cara seperti bermain peran, diskusi kelompok, tanya jawab, penugasan, eksperimen, dan sebagainya. Cara Siswa Belajar Aktif (CBSA) mempunyai beberapa hal dalam penerapannya. Pada pola pendekatan ini guru bukan bersifat pasif akan tetapi guru berfungsi sebagai pengatur bagaimana proses belajar dikelas berlangsung. Beberapa teknik pendekatan CBSA yang diterapkan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: 1. Pemanfaatan waktu luang 2. Pembelajaran individual 3. Belajar kelompok 4. Tanya jawab 5. Belajar mandiri 6. Pengajaran unit Cara Siswa Belajar Aktif (CBSA) mempunyai beberapa manfaat antara lain dengan CBSA siswa dapat mengaplikasikan secara langsung materi yang dipelajari selain itu guru dapat mendapatkan informasi secara langsung tentang keadaan siswanya.

20

21

B. Saran Cara Siswa Belajar Aktif (CBSA) adalah sebuah pendekatan yang menitik beratkan pada keaktifan siswa. Oleh karena itu guru haruslah dapat memahami pendekatan ini sehingga dapat memanipulasi pembelajaran sehingga dapat membelajarkan siswa secara aktif.

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati, dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Suryosubroto, B. 2005. Tatalaksana Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta. Wijaya, Cece, Djadja Djadjuri, dan A. Tabrani Rusyan. 1992. Upaya Pembaruan dalam Pendidikan dan Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

You might also like