You are on page 1of 10

BUDIDAYA TANAMAN KAKAO

Kakao merupakan salah satu komoditas yang sesuai untuk perkebunan rakyat, karena tanaman ini dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber pendapatan harian atau mingguan bagi pekebun. Tanaman Kakao (Theobroma cacao)merupakan komoditi Perkebunan Primadona, hal ini tergambar dari banyaknya permintaan bibit Kakao yang bermutu dari petani/kelompok tani. Hal ini didukung oleh banyak potensi lahan yang cocok secara ekologis untuk tanaman ini disamping harga yang cukup stabil dan baik sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani/masyarakat pertanian. Dalam usaha tani Kakao membutuhkan teknik budidaya yang baik dan benar agar memperoleh produksi yang optimal, juga memperhatikan kondisi lingkungan dan agroklimat di lokasi pembukaan kebun kakao harus sesuai dengan kebutuhan tanaman kakao. Syarat Tumbuh Tanaman Kakao Tanaman kakao baik ditanaman pada daerah dengan ketinggian dari muka laut 0 600 meter dpl, Curah Hujan 1250 3000 mm, Suhu 25 300C, Kelembaban Udara 70 80 %, Kemiringan 0 400, pH tanah 5 8 dan Intensitas penyinaran 70 80 %.

Klon Anjuran : ICCRI 01, ICCRI 02, DR1, 2 ICS 13, ICS 60 Umur bibit 5 8 bln. Pemeliharaan Tanaman Kakao 1. Lakukan penyiangan 1 x 1 bulan untuk tanaman muda dan 1 x 3 bln untuk tanaman produksi 2. Sisip tanaman yang rusak dan mati 3. Gunakan pupuk organik (kompos dan pupuk kandang) dan pupuk buatan (Urea, TSP, KCl atau NPK) Pemangkasan Tanaman Kakao dan Penaung 1. Cabang utama (Jourget) dipertahankan 3 buah 2. Buang tunas air, cabang menggantung, cabang sakit dan tidak berproduksi lagi (tua) 3. Tinggi tanaman tidak lebih dari 4 m Hama Penyakit 1. Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha spp) a) Menyerang buah kecil dan muda b) Hidup dalah buah dan memakan daging buah c) Buah masak lebih awal dan belang-belang jingga d) Biji hitam dan melekat satu sama lain Pengendalian

- Karantina benih/bibit - PsPSP (Panen sering, Pemangkasan, Sanitasi, Pemupukan) - Sarungisasi - Rampasan (panen besar untuk memutus siklus) 2. Penyakit Busuk Buah (Cendawan Phitopthora Palmivora) a) Buah menjadi coklat-kehitaman mulai dari ujung buah atau pangkal buah dekat tangkai, ada juga tengah buah. b) Serangan lanjut seluruh buah menjadi hitam. Pengendalian : - Mekanis : Memetik buah yang busuk lalu dikuburkan. - Kultur Teknis : Mengatur kelembaban melalui pemangkasan. - Kimia : Penyemprotan dengan fungisida. Panen dan Pasca Penen 1. Panenlah buah yang sudah masak/sudah terjadi perubahan warna5060%, dariHIJAU KUNING, MERAH JINGGA. 2. Gunakan benda tajam, tangkai buah dipotong dekat bantalan buah, tanpa merusak kulit batang dan buah jangan sampai terluka. Pengolahan Kakao 1. Pemilihan buah kakao masak 2. Pemeraman Buah (5-7) hari 3. Pemecahan Buah 4. Fermentasi (4-6) hari 5. Perendaman (3 jam) dan Pencucian (hingga 1/2 bersih)

6. Pengeringan (s/d KA 8%) 7. Sortasi Biji 8. Penyimpanan dan Pengemasan.

Kakao mempunyai nilai jual yang tinggi apabila kita mengolahnya menjadi coklat, karena tidak mungkin kita langsung memakan kakao itu tanpa diolah terlebih dahulu. Kita dapat mengemas cokelat tersebut dengan berbagai bentuk yang menarik, sehingga orang-orang tertarik untuk membelinya.Selain itu kita juga bisa mengekspor biji kakao ini ke berbagai negara sehingga dapat menjadi salah satu devisa bagi negara Indonesia. Daftar Pustaka http://www.mail-archive.com/agromania@yahoogroups.com/msg00037.html http://pertanian-centre.blogspot.com/2008/10/budi-daya-tanamankakao.html

1. Pola Tanam dan Tumpang Sari Usaha tani kakao selalu menghadapi risiko kegagalan panen akibat serangan hama dan penyakit serta kondisi musim yang tidak mendukung produksi. Fluktuasi harga biji juga kadang-kadang menyebabkan pekebunan kaka menderita kerugian besar. Laju peningkatan faktor input yang pelan tetapi pasti, suatu saat tidak bisa diimbangi oleh peningkatan harga jual produk. Konsekuensinya adalah pekebunan kakao

menyesuaikan penggunaan faktor input pada tingkat yang optimal. Padahal tingkatan ini berisiko menurunkan kesehatan tanaman dan tingkat produksi.

Risiko kegagalan usaha tersebut dapat ditekan dengan menerapkan diversifikasi (penganekaragaman) tanaman. Dalam budi daya kakao, peluang melakukan

diversifikasi horisontal cukup luas karena tanaman ini toleran terhadap penaungan. Pemakaian pohon naungan yang produktif serta tanaman sela yang tepat merupakan bentuk diversifikasi yang sebaiknya dikembangkan.

Satu-satunya cara meningkatkan produktivitas di lahan kering adalah dengan tumpang sari (intercropping). Tumpang sari menjamin berhasilnya penanaman menghadapi iklim yang tidak menentu, serangan hama dan penyakit, serta fluktuasi harga. Selain itu, dengan pola ini distribusi tenaga kerja dapat lebih baik sehingga sangat berguna untuk daerah yang padat tanaga, luas lahan pertanian terbatas, serta modal untuk memberi sarana produksi juga terbatas. Dengan kata lain, usaha tani tumpang sari berarti meminimalkan risiko dan memaksimalkan keuntungan. Antar-individu tanaman dan antar jenis tanaman yang diusahakan secara tumpang sari terjadi interaksi dalam mencari faktor tumbuh cahaya, air, dan unsur hara. Interaksi ini sering disebut dengan konpetisi (persaingan). Kompetisi akan lebih para jika salah satu jenis tanaman mengeluarkan zat beracun atau sebagai inang hama dan

penyakit.Keragaman penyebaran serta aktivitas sistem perakaran juga menjadi penyebab kompetisi. Dengan begitu, persaingan tersebut sangat kompleks dan merupakan kumpulan dari semua proses yang mengakibatkan tidak meratanya penyebaran faktor tumbuh antar-individu tanaman. Memperhatikan faktor penyebab kompetisi dan untuk menghindari dampak negarif yang ditimbulkannya, pemilihan jenis tanaman yang diusahakan dalam tumpang sari merupakan langkah awal yang sangat penting. (Sumber : Panduan Lengkap Budidaya Tanaman Kakao, 2006) Prospek Jangka Pendek Industri Kakao / Coklat Apr.21, 2010 in Usaha Perdagangan, Usaha Perkebunan, Usaha Pertanian Prosepek bagi Pekebun / Petani Kakao / Coklat : Saat ini harga kakao dunia masih tinggi sehingga petani dan perkebunan dapat memanfaatkan harga yang tinggi ini dengan meningkatkan pemeliharaan tanaman kakaonya sehingga tingkat produktivitasnya meningkat. Untuk itu diperlukan penggunaan pupuk dan pembasmi hama secara intensif. Selisih harga ditingkat petani dan ditingkat eksportir saat ini membaik karena para eksportir kesulitan pasok. Pada tahun 2001 harga ditingkat petani hanya sepertiga harga ditingkat eksportir, sekarang sudah meningkat menjadi lebih dari setengah harga ditingkat eksportir. Harga dalam jangka pendek masih akan tetap tinggi karena negara pemasok utama kakao masih kesulitan meningkatkan kembali produksinya. Prospek Bagi Industri Pengolahan : Dengan harga biji kakao yang tinggi industri pengolahan kakao kesulitan mendapat bahan baku, padahal permintaan pasar untuk kakao olahan ini tinggi. Maka dalam jangka pendek industri pengolahan akan menghadapi kesulitan dalam mempertahankan kelangsungan produksinya. Selama ini industri makanan dari coklat mengimpor kakao olahan (Cocoa butter, cocoa pasta, cocoa powder) untuk kebutuhan industrinya karena lebih mudah mendapatkannya dari dalam negeri. Akibat menguatnya nilai tukar Rupiah sejak tahun 2002 maka industri makanan olahan dari coklat yang selama ini mengimpor cocoa powder akan menghadapi kesulitan karena harganya naik. Dengan demikian mereka akan berpaling kepada industri pengolahan kakao lokal sehingga industri pengolahan kakao kembali bisa memiliki prospek untuk pasar lokal. Industri pengolahan mempunyai peluang untuk memanfaatkan Rupiah yang lebih kuat karena bisa bersaing dengan eksportir asing dalam memperoleh biji kakao. Untuk itu industri pengolahan kakao harus bisa mendapatkan dana perbankan yang cukup untuk membiayai pembelian bahan baku biji kakao dari pengumpul atau eksportir lokal.

Sementara itu permintaan terhadap produk olahan kakao didunia saat ini masih cukup tinggi sehingga peluang ekspor selalu terbuka.

POTENSI KAKAO DI MASA DEPAN

POTENSI KAKAO DI MASA DEPAN OLEH CATHERINE JULIANI T, SP,MMA BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBP2TP) MEDAN

Pada masa yang akan datang komoditas kakao diharapkan menduduki tempat yang sejajar dengan komoditi perkebunan lainnya, seperti kelapa sawit dan karet. Setidaknya dari segi luas areal kepada pertanaman negara maupun sumbangannya ekspor.

sebagai

komoditi

Pengembangan budidaya kakao tentu dengan tujuan untuk mamanfaatkan lahan yang tersedia, memenuhi konsumsi dan memperoleh devisa melalaui ekspor serta meningkatkan pendapatan produsen biji kakao.

Kakao merupakan salah komoditas perkebunan yang sesuai untuk perkebunan rakyat, karena tanaman ini dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber

pendapatan harian atau mingguan bagi pekebun. Sentra penanaman budidaya kakao di Indonesia diusahakan oleh Perusahaan Perkebunan Negara dan Swasta serta Perkebunan Rakyat. Lokasi Perusahaan Perkebunan skala besar yang diusahakan negara terletak di Sumatera Utara, Jawa Tengah dan Jawa Timur, sedangkan Perkebunan rakyat terdapat terutama di Maluku, Irian Jaya, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Nusa Tenggara Timur.

Untuk meningkatkan produksi kakao di Indonesia pemerintah telah menggalakkan pertanaman kakao baik oleh perkebunan besar maupun perkebunan rakyat. Langkah awal yang harus dilakukan dalam pengembangan budidaya kakao untuk menghasilkan produksi yang optimal adalah dengan cara penyediaan bibit yang unggul dan menjaga tanaman selama di pembibitan, karena kondisi tanaman selama di pembibitan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi kakao.

Pada masa yang akan datang komoditas kakao diharapkan menduduki tempat yang sejajar dengan komoditi perkebunan lainnya, seperti kelapa sawit dan karet. Setidaknya dari segi luas areal pertanaman maupun sumbangannya kepada negara sebagai komoditi ekspor. Pengembangan budidaya kakao tentu dengan tujuan untuk mamanfaatkan lahan yang tersedia, memenuhi konsumsi dan memperoleh devisa melalaui ekspor serta meningkatkan pendapatan produsen biji kakao.

Kakao merupakan salah komoditas perkebunan yang sesuai untuk perkebunan rakyat, karena tanaman ini dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber pendapatan harian atau mingguan bagi pekebun. Sentra penanaman budidaya kakao di

Indonesia diusahakan oleh Perusahaan Perkebunan Negara dan Swasta serta Perkebunan Rakyat. Lokasi Perusahaan Perkebunan skala besar yang diusahakan negara terletak di Sumatera Utara, Jawa Tengah dan Jawa Timur, sedangkan Perkebunan rakyat terdapat terutama di Maluku, Irian Jaya, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Nusa Tenggara Timur.

Untuk meningkatkan produksi kakao di Indonesia pemerintah telah menggalakkan pertanaman kakao baik oleh perkebunan besar maupun perkebunan rakyat. Langkah awal yang harus dilakukan dalam pengembangan budidaya kakao untuk menghasilkan produksi yang optimal adalah dengan cara penyediaan bibit yang unggul dan menjaga tanaman selama di pembibitan, karena kondisi tanaman selama di pembibitan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi kakao.

Kakao (Theobroma cacao) merupakan tumbuhan berwujud pohonyang berasal dari Amerika Selatan. Dari biji tumbuhan ini dihasilkan produk olahan yang dikenal sebagai cokelat. Oleh karena itu kakao bukanlah tanaman asli Indonesia tetapi berasal dari Meksiko (Amerika Selatan). Sampainya di Indonesia dibawa oleh bangsa Portugis dan kemudian tanaman kakao diusahakan dalam bentuk perkebunan. Perkebunan itu sebagian besar adalah milik pemerintah dan ada juga beberapa kebun milik rakyat. Pada umumnya tanaman kakao tumbuh baik di daerah yang suhu udaranya 27-30oC, curah hujan 3000-4000 mm dengan penyebaran hujan yang merata sepanjang tahun dan tanahnya

berdrainase baik. Daerah yang demikian biasanya mempunyai ketinggian tidak lebih dari 500 m di atas permukaan laut

Delapan negara penghasil kakao terbesar adalah : (1) Pantai Gading (38%) , (2)Ghana (19%), (3) Indonesia (13%, sebagian besar kakao curah), (4) Nigeria(5%), (5) Brasil (5%),

(6) Kamerun (5%), (7) Ekuador (4%) dan (8)Malaysia (1%). Sedangkan negara-negara lain menghasilkan 9% sisanya.

You might also like