You are on page 1of 33

TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN Oleh : Fadli 1. A.

Pendahuluan John Broades Watson dilahirkan di Greenville pada tanggal 9 Januari 1878 dan wafat di New York City pada tanggal 25 September 1958.Ia mempelajari ilmu filsafat di University of Chicago dan memperoleh gelar Ph.D pada tahun 1903 dengan disertasi berjudul Animal Education. Watson dikenal sebagai ilmuwan yang banyak melakukan penyelidikan tentang psikologi binatang. Pada tahun 1908 ia menjadi profesor dalam psikologi eksperimenal dan psikologi komparatif di John Hopkins University di Baltimore dan sekaligus menjadi direktur laboratorium psikologi di universitas tersebut. Antara tahun 1920-1945 ia meninggalkan universitas dan bekerja dalam bidang psikologi konsumen. John Watson dikenal sebagai pendiri aliran behaviorisme di Amerika Serikat. Karyanya yang paling dikenal adalah Psychology as the Behaviourist view it (1913). Menurut Watson dalam beberapa karyanya, psikologi haruslah menjadi ilmu yang obyektif, oleh karena itu ia tidak mengakui adanya kesadaran yang hanya diteliti melalui metode introspeksi. Watson juga berpendapat bahwa psikologi harus dipelajari seperti orang mempelajari ilmu pasti atau ilmu alam. Oleh karena itu, psikologi harus dibatasi dengan ketat pada penyelidikan-penyelidikan tentang tingkahlaku yang nyata saja. Meskipun banyak kritik terhadap pendapat Watson, namun harus diakui bahwa peran Watson tetap dianggap penting, karena melalui dia berkembang metode-metode obyektif dalam psikologi. Peran Watson dalam bidang pendidikan juga cukup penting. Ia menekankan pentingnya pendidikan dalam perkembangan tingkahlaku. Ia percaya bahwa dengan memberikan kondisioning tertentu dalam proses pendidikan, maka akan dapat membuat seorang anak mempunyai sifat-sifat tertentu. Ia bahkan memberikan ucapan yang sangat ekstrim untuk mendukung pendapatnya tersebut, dengan mengatakan: Berikan kepada saya sepuluh orang anak, maka saya akan jadikan ke sepuluh anak itu sesuai dengan kehendak saya. 1. B. Pandangan utama Watson Psikologi adalah cabang eksperimental dari natural science. Posisinya setara dengan ilmu kimia dan fisika sehingga introspeksi tidak punya tempat di dalamnya. Sejauh ini psikologi gagal dalam usahanya membuktikan jati diri sebagai natural science. Salah satu halangannya adalah keputusan untuk menjadikan bidang kesadaran sebagai obyek psikologi. Oleh karenanya kesadaran/mind harus dihapus dari ruang lingkup psikologi. Beberapa pandangan utama Watson:

1. Psikologi mempelajari stimulus dan respons (S-R Psychology). Yang dimaksud dengan stimulus adalah semua obyek di lingkungan, termasuk juga perubahan jaringan dalam tubuh. Respon adalah apapun yang dilakukan sebagai jawaban terhadap stimulus, mulai dari tingkat sederhana hingga tingkat tinggi, juga termasuk pengeluaran kelenjar. Respon ada yang overt dan covert, learned dan unlearned 2. Tidak mempercayai unsur herediter (keturunan) sebagai penentu perilaku. Perilaku manusia adalah hasil belajar sehingga unsur lingkungan sangat penting. Dengan demikian pandangan Watson bersifat deterministik, perilaku manusia ditentukan oleh faktor eksternal, bukan berdasarkan free will. 3. Dalam kerangka mind-body, pandangan Watson sederhana saja. Baginya, mind mungkin saja ada, tetapi bukan sesuatu yang dipelajari ataupun akan dijelaskan melalui pendekatan ilmiah. Jadi bukan berarti bahwa Watson menolak mind secara total. Ia hanya mengakui body sebagai obyek studi ilmiah. Penolakan dari consciousness, soul atau mind ini adalah ciri utama behaviorisme dan kelak dipegang kuat oleh para tokoh aliran ini, meskipun dalam derajat yang berbeda-beda. [Pada titik ini sejarah psikologi mencatat pertama kalinya sejak jaman filsafat Yunani terjadi penolakan total terhadap konsep soul dan mind. Tidak heran bila pandangan ini di awal mendapat banyak reaksi keras, namun dengan berjalannya waktu behaviorisme justru menjadi populer.] 4. Sejalan dengan fokusnya terhadap ilmu yang obyektif, maka psikologi harus menggunakan metode empiris. Dalam hal ini metode psikologi adalah observation, conditioning, testing, dan verbal reports. 5. Secara bertahap Watson menolak konsep insting, mulai dari karakteristiknya sebagai refleks yang unlearned, hanya milik anak-anak yang tergantikan oleh habits, dan akhirnya ditolak sama sekali kecuali simple reflex seperti bersin, merangkak, dan lain-lain. 6. Sebaliknya, konsep learning adalah sesuatu yang vital dalam pandangan Watson, juga bagi tokoh behaviorisme lainnya. Habits yang merupakan dasar perilaku adalah hasil belajar yang ditentukan oleh dua hukum utama, recency dan frequency. Watson mendukung conditioning respon Pavlov dan menolak law of effect dari Thorndike. Maka habits adalah proses conditioning yang kompleks. Ia menerapkannya pada percobaan phobia (subyek Albert). Kelak terbukti bahwa teori belajar dari Watson punya banyak kekurangan dan pandangannya yang menolak Thorndike salah. 7. Pandangannya tentang memory membawanya pada pertentangan dengan William James. Menurut Watson apa yang diingat dan dilupakan ditentukan oleh seringnya sesuatu digunakan/dilakukan. Dengan kata lain, sejauhmana sesuatu dijadikan habits. Faktor yang menentukan adalah kebutuhan. 8. Proses thinking and speech terkait erat. Thinking adalah subvocal talking. Artinya proses berpikir didasarkan pada keterampilan berbicara dan dapat disamakan dengan proses bicara yang tidak terlihat, masih dapat diidentifikasi melalui gerakan halus seperti gerak bibir atau gesture lainnya. 9. Sumbangan utama Watson adalah ketegasan pendapatnya bahwa perilaku dapat dikontrol dan ada hukum yang mengaturnya. Jadi psikologi adlaah ilmu yang bertujuan meramalkan perilaku. Pandangan ini dipegang terus oleh banyak ahli dan diterapkan pada situasi praktis. Dengan penolakannya pada mind dan kesadaran, Watson juga membangkitkan kembali semangat obyektivitas dalam psikologi yang membuka jalan bagi riset-riset empiris pada eksperimen terkontrol.

1. C. Teori dan Konsep Behaviorisme dari Watson Teori belajar S-R (stimulus respon) yang langsung ini disebut juga dengan koneksionisme menurut Thorndike, dan behaviorisme menurut Watson, namun dalam perkembangan besarnya koneksionisme juga dikenal dengan psikologi behavioristik. Stimulus dan respon (S-R) tersebut memang harus dapat diamati, meskipun perubahan yang tidak dapat diamati seperti perubahan mental itu penting, namun menurutnya tidak menjelaskan apakah proses belajar tersebut sudah terjadi apa belum. Dengan asumsi demikian, dapat diramalkan perubahan apa yang akan terjadi pada anak. Teori perubahan perilaku (belajar) dalam kelompok behaviorisme ini memandang manusia sebagai produk lingkungan. Segala perilaku manusia sebagian besar akibat pengaruh lingkungan sekitarnya. Lingkunganlah yang membentuk kepribadian manusia.Behaviorisme tidak bermaksud mempermasalahkan norma-norma pada manusia. Apakah seorang manusia tergolong baik, tidak baik, emosional, rasional, ataupun irasional. Di sini hanya dibicarakan bahwa perilaku manusia itu sebagai akibat berinteraksi dengan lingkungan, dan pola interaksi tersebut harus bisa diamati dari luar. Belajar dalam teori behaviorisme ini selanjutnya dikatakan sebagai hubungan langsung antara stimulus yang datang dari luar dengan respons yang ditampilkan oleh individu. Respons tertentu akan muncul dari individu, jika diberi stimulus dari luar. S singkatan dari Stimulus, dan R singkatan dari Respons. Pada umumnya teori belajar yang termasuk ke dalam keluarga besar behaviorisme memandang manusia sebagai organisme yang netral-pasif-reaktif terhadap stimuli di sekitar lingkungannya. Orang akan bereaksi jika diberi rangsangan oleh lingkungan luarnya. Demikian juga jika stimulus dilakukan secara terus menerus dan dalam waktu yang cukup lama, akan berakibat berubahnya perilaku individu. Misalnya dalam hal kepercayaan sebagian masyarakat tentang obat-obatan yang diiklankan di televisi. Mereka sudah tahu dan terbiasa menggunakan obat-obat tertentu yang secara gencar ditayangkan media televisi. Jika orang sakit maag maka obatnya adalah promag, waisan, mylanta, ataupun obat-obat lain yang sering diiklankan televisi. Jenis obat lain tidak pernah digunakannya untuk penyakit maag tadi, padahal mungkin saja secara higienis obat yang tidak tertampilkan, lebih manjur, misalnya : Syarat terjadinya proses belajar dalam pola hubungan S-R ini adalah adanya unsur: dorongan (drive), rangsangan (stimulus), respons, dan penguatan (reinforcement). Unsur yang pertama, dorongan, adalah suatu keinginan dalam diri seseorang untuk memenuhi kebutuhan yang sedang dirasakannya. Seorang anak merasakan adanya kebutuhan akan tersedianya sejumlah uang untuk membeli buku bacaan tertentu, maka ia terdorong untuk membelinya dengan cara meminta uang kepada ibu atau bapaknya. Unsur dorongan ini ada pada setiap orang, meskipun kadarnya tidak sama, ada yang kuat menggebu, ada yang lemah tidak terlalu peduli akan terpenuhi atau tidaknya. Unsur berikutnya adalah rangsangan atau stimulus. Unsur ini datang dari luar diri individu, dan tentu saja berbeda dengan dorongan tadi yang datangnya dari dalam. Contoh rangsangan antara lain adalah bau masakan yang lezat, rayuan gombal, dan bahkan bisa juga penampilan seorang gadis cantik dengan bikininya yang ketat.

Dalam dunia aplikasi komunikasi instruksional, rangsangan bisa terjadi, bahkan diupayakan terjadinya yang ditujukan kepada pihak sasaran agar mereka bereaksi sesuai dengan yang diharapkan. Dalam kegiatan mengajar ataupun kuliah, di mana banyak pesertanya yang tidak tertarik atau mengantuk, maka sang komunikator instruksional atau pengajarnya bisa merangsangnya dengan sejumlah cara yang bisa dilakukan, misalnya dengan bertanya tentang masalah-masalah tertentu yang sedang trendy saat ini, atau bisa juga dengan mengadakan sedikit humor segar untuk membangkitkan kesiagaan peserta dalam belajar. Dari adanya rangsangan atau stimulus ini maka timbul reaksi di pihak sasaran atau komunikan. Bentuk reaksi ini bisa bermacam-macam, bergantung pada situasi, kondisi, dan bahkan bentuk dari rangsangan tadi. Reaksi-reaksi dari seseorang akibat dari adanya rangsangan dari luar inilah yang disebut dengan respons dalam dunia teori belajar ini. Respons ini bisa diamati dari luar. Respons ada yang positif, dan ada pula yang negatif. Yang positif disebabkan oleh adanya ketepatan seseorang melakukan respons terhadap stimulus yang ada, dan tentunya yang sesuai dengan yang diharapkan. Sedangkan yang negatif adalah apabila seseorang memberi reaksi justru sebaliknya dari yang diharapkan oleh pemberi rangsangan. Unsur yang keempat adalah masalah penguatan (reinforcement). Unsur ini datangnya dari pihak luar, ditujukan kepada orang yang sedang merespons. Apabila respons telah benar, maka diberi penguatan agar individu tersebut merasa adanya kebutuhan untuk melakukan respons seperti tadi lagi. Seorang anak kecil yang sedang mencoreti buku kepunyaan kakaknya, tiba-tiba dibentak dengan kasar oleh kakaknya, maka ia bisa terkejut dan bahkan bisa menderita guncangan sehingga berakibat buruk pada anak tadi. Memang anak tadi tidak mencoreti buku lagi, namun akibat yang paling buruk di kemudian hari adalah bisa menjadi trauma untuk mencoreti buku karena takut bentakan. Bahkan yang lebih dikhawatirkan lagi akibatnya adalah jika ia tidak mau bermain dengan buku lagi atau alat tulis lainnya. Itu penguatan yang salah dari seorang kakak terhadap adiknya yang masih kecil ketika sedang mau memulai menulis buku. Barangkali akan lebih baik jika kakaknya tadi tidak dengan cara membentak kasar, akan tetapi dengan bicara yang halus sambil membawa alat tulis lain berupa selembar kertas kosong sebagai penggantinya. Misalnya, Bagus!, coba kalau menggambarnya di tempat ini, pasti lebih bagus. Dengan cara penguatan seperti itu, sang anak tidak merasa dilarang menulis. Itu namanya penguatan positif. Contoh penguatan positif lagi, setiap anak mendapat ranking bagus di sekolahnya, orang tuanya memberi hadiah berwisata ke tempat-tempat tertentu yang menarik, atau setidaknya dipuji oleh orang tuanya, maka anak akan berusaha untuk mempertahankan rankingnya tadi pada masa yang akan datang. Ada tiga kelompok model belajar yang sesuai dengan teori belajar behaviorisme ini, yaitu yang menurut namanya disebut sebagai hubungan stimulus-respons (S-R bond), pembiasaan tanpapenguatan (conditioning with no reinforcement), dan pembiasaan dengan penguatan (conditioning through reinforcemant). Ada satu lagi teori belajar yang masih menganut paham behaviorisme ini adalah teori belajar sosial dari Bandura. 1. D. Penutup

Penekanan Teori Behviorisme adalah perubahan tingkah laku setelah terjadi proses belajar dalam diri siswa. Teori Belajar Behavioristik mengandung banyak variasi dalam sudut pandangan. Pelopor-pelopor pendekatan Behavioristik pada dasarnya berpegang pada keyakinan bahwa banyak perilaku manusia merupakan hasil suatu proses belajar dan karena itu, dapat diubah dengan belajar baru. Behavioristik berpangkal pada beberapa keyakinan tentang martabat manusia, yang sebagian bersifat falsafah dan sebagian lagi bercorak psikologis, yaitu : 1. Manusia pada dasarnya tidak berakhlak baik atau buruk, bagus atau jelek. Manusia mempunyai potensi untuk bertingkah laku baik atau buruk, tepat atau salah. Berdasarkan bekal keturunan atau pembawaan dan berkat interaksi antara bekal keturunan dan lingkungan, terbentuk pola-pola bertingkah laku yang menjadi ciri-ciri khas dari kepribadiannya. 2. Manusia mampu untuk berefleksi atas tingkah lakunya sendiri,menangkap apa yang dilakukannya, dan mengatur serta mengontrol perilakunya sendiri. 3. Manusia mampu untuk memperoleh dan membentuk sendiri pola-pola tingkah laku yang baru melalui suatu proses belajar. 4. Manusia dapat mempengaruhi perilaku orang lain dan dirinya pun dipengaruhi oleh perilaku orang lain.

Teori belajar

Perkembangan lebih ditentukan oleh faktor lingkungan-pengalaman, belajar Perkembangan sebagai proses kontinyu-perubahan terjadi secara gradual, berangsurangsur, sedikit demi sedikit

1. Teori-teori Kondisioning a. Teori Kondisioning Klasik Tokoh: Ivan Pavlov, John B. Watson Asumsi: Perkembangan sebagai hasil belajarasosiasi temporal antara dua peristiwa yang terjadi secara simultan Konsep: Stimulus Alamiah, Respon Alamiah, Stimulus Bersyarat, Respon Bersyarat, Generalisasi, Diskriminasi, Extinction, b. Teori Kondisioning Operan/Instrumental Tokoh: B.F. Skinner Asumsi:

10. Perkembangan ditentukan oleh reinforcement 11. Konsep: Reinforcement (+/-), Reward & Punishment
12.

13. 14. Teori Belajar Sosial Kognitif 15. a. Perkembangan manusia ditentukan oleh interaksi dinamis antara personal, perilaku, dan lingkungan Tokoh: Albert Bandura 16. Asumsi: 17. Behaviour 18. Personal environmental 19. (cognitif,afektif,biological 20. b. People are viewed as self-organizing, proactive, self-reflecting, and self-regulating rather than as reactive organism shaped by by environmental forces or driven by concealed inner forces c. Human fundamental capabilities Individuals have the capability to symbolize. By symbolizing their experience, people give structure, meaning, continuity to their lives Individuals have the capability to learn from others. Observatiobal learning, Modeling, Imitation. Observational learning is governed by four component subfunctions: Attention, Retention, Production, Motivation ndividuals have the capability to plan alternative strategies-forethought Individuals have the capabilty to regulate their own behavior-internal self-regulation. Subfunctions of self-regulation are Self Observation (self monitoring), Performance Judgement (referential comparisons), Self Reaction (self satisfaction, self worth, distress) Individuals have the capability to self reflect-self efficacy

Motivasi Belajar dan Teori Perilaku (Bandura)


Posted on Mei 16, 2008 by motivasibelajar

8 Votes
Motivasi Belajar dan Teori Perilaku (Bandura)

Konsep motivasi belajar berkaitan erat dengan prinsip bahwa perilaku yang memperoleh penguatan (reinforcement) di masa lalu lebih memiliki kemungkinan diulang dibandingkan dengan perilaku yang tidak

memperoleh penguatan atau perilaku yang terkena hukuman (punishment). Dalam kenyataannya, daripada membahas konsep motivasi belajar, penganut teori perilaku lebih memfokuskan pada seberapa jauh siswa telah belajar untuk mengerjakan pekerjaan sekolah dalam rangka mendapatkan hasil yang diinginkan (Bandura, 1986 dan Wielkeiwicks, 1995).

Mengapa sejumlah siswa tetap bertahan dalam menghadapi kegagalan sedang yang lain menyerah? Mengapa ada sejumlah siswa yang bekerja untuk menyenangkan guru, yang lain berupaya mendapatkan nilai yang baik, dan sementara itu ada yang tidak berminat terhadap bahan pelajaran yang seharusnya mereka pelajari? Mengapa ada sejumlah siswa mencapai hasil belajar jauh lebih baik dari yang diperkirakan berdasarkan kemampuan mereka dan sementara itu ada sejumlah siswa mencapai hasil belajar jauh lebih jelek jika dilihat potensi kemampuan mereka? Mengkaji penguatan yang telah diterima dan kapan penguatan itu diperoleh dapat memberikan jawaban atas pertanyaan di atas, namun pada umumnya akan lebih mudah meninjaunya dari sudut motivasi untuk memenuhi berbagai kebutuhan.

Penghargaan (Reward) dan Penguatan (Reinforcement) Suatu alasan mengapa penguatan yang pernah diterima merupakan penjelasan yang tidak memadai untuk motivasi karena motivasi belajar manusia itu sangat kompleks dan tidak bebas dari konteks (situasi yang berhubungan). Terhadap binatang yang sangat lapar kita dapat meramalkan bahwa makanan akan merupakan penguat yang sangat efektif. Terhadap manusia, meskipun ia lapar, kita tidak dapat sepenuhnya yakin apa yang merupakan penguat dan apa yang bukan penguat, karena nilai penguatan dari penguat yang paling potensial sebagian besar ditentukan oleh faktor-faktor pribadi dan situsional.

Penentuan Nilai dari Suatu Insentif Ilustrasi berikut menunjukkan poin penting: nilai motivasi belajar dari suatu insentif tidak dapat diasumsikan, karena nilai itu dapat bergantung pada banyak faktor (Chance, 1992). Pada saat guru mengatakan Saya ingin kamu semua mengumpulkan laporan buku pada waktunya karena laporan itu akan diperhitungkan dalam menentukan nilaimu, guru itu mungkin mengasumsikan bahwa nilai merupakan insentif yang efektif untuk siswa pada umumnya. Tetapi bagaimanapun juga sejumlah siswa dapat tidak menghiraukan nilai karena orang tua mereka tidak menghiraukannya atau mereka memiliki catatan kegagalan di sekolah dan telah mengambil sikap bahwa nilai itu tidak penting. Apabila guru mengatakan kepada seorang siswa, Pekerjaan yang bagus! Saya tahu kamu dapat mengerjakan tugas itu apabila kamu mencobanya! Ucapan ini dapat memotivasi seorang siswa yang baru saja menyelesaikan suatu tugas yang ia anggap sulit namun dapat berarti hukuman (punishment) bagi siswa yang berfikir bahwa tugas itu mudah (karena pujian guru itu memiliki implikasi bahwa ia harus bekerja keras untuk menyelesaikan tugas itu). Seringkali sukar menentukan motivasi belajar siswa dari perilaku mereka karena banyak motivasi yang berbeda dapat mempengaruhi perilaku. Kadang-kadang suatu jenis motivasi jelas-jelas menentukan perilaku, tetapi pada saat yang lain, ada motivasi lain yang berpengaruh (mempengaruhi) terhadap perilaku belajar siswa.

Kata Kunci: Motivasi belajar, teori pembelajaran perilaku, penguatan, reinforcement, hukuman, punishment, siswa, guru, sekolah, Bandura, hasil belajar, kebutuhan.

Teori Ivan Petrovich Pavlov, Stimulus Respons


M Baitul Alim Senin, 14 Sept 2009 07:30 WIB

Ivan Petrovich Pavlov

Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936) adalah seorang behavioristik terkenal dengan teori pengkondisian asosiatif stimulus-respons dan hal ini yang dikenang darinya hingga kini. Ia tidak pernah memiliki hambatan serius dalam sepanjang kariernya meskipun terjadi kekacauan dalam revolusi rusia.

Pavlov lahir di kota kecil di Rusia tengah, anak seorang pendeta ortodoks pedesaan. Pada awalnya ia berniat mengikuti jejak ayahnya, namun mengurungkan dan pergi ke universitas di St. Petersburg untuk mengajar pada tahun 1870. Dari sinilah karir seorang pavlov mulai berjalan hingga ia memimpin institut Fisiologi Pavlovian di Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia.

Ia menemukan bahwa ia dapat menggunakan stimulus netral, seperti sebuah nada atau sinar untuk membentuk perilaku (respons). Dalam hal ini, eksperimen yang dilakukan oleh pavlov menggunakan anjing sebagai subyek penelitian.

Berikut adalah tahap-tahap eksperimen dan penjelasan dari gambar diatas:

Gambar pertama. Dimana anjing, bila diberikan sebuah makanan (UCS) maka secara otonom anjing akan mengeluarkan air liur (UCR).

Gambar kedua. Jika anjing dibunyikan sebuah bel maka ia tidak merespon atau mengeluarkan air liur.

Gambar ketiga. Sehingga dalam eksperimen ini anjing diberikan sebuah makanan (UCS) setelah diberikan bunyi bel (CS) terlebih dahulu, sehingga anjing akan mengeluarkan air liur (UCR) akibat pemberian makanan.

Gambar keempat. Setelah perlakukan ini dilakukan secara berulang-ulang, maka ketika anjing mendengar bunyi bel (CS) tanpa diberikan makanan, secara otonom anjing akan memberikan respon berupa keluarnya air liur dari mulutnya (CR).

Dalam ekperimen ini bagaimana cara untuk membentuk perilaku anjing agar ketika bunyi bel di berikan ia akan merespon dengan mengeluarkan air liur walapun tanpa diberikan makanan. Karena pada awalnya (gambar 2) anjing tidak merespon apapun ketika mendengar bunyi bel.

Jika anjing secara terus menerus diberikan stimulus berupa bunyi bel dan kemudian mengeluarkan air liur tanpa diberikan sebuah hadiah berupa makanan. Maka kemampuan stimulus terkondisi (bunyi bel) untuk menimbulkan respons (air liur) akan hilang. Hal ini disebut dengan extinction atau penghapusan.

Pavlov mengemukakan empat peristiwa eksperimental dalam proses akuisisi dan penghapusan sebagai berikut: 1. Stimulus tidak terkondisi (UCS), suatu peristiwa lingkungan yang melalui kemampuan bawaan dapat menimbulkan refleks organismik. Contoh: makanan 2. Stimulus terkondisi (CS), Suatu peristiwa lingkungan yang bersifat netral dipasangkan dengan stimulus tak terkondisi (UCS). Contoh: Bunyi bel adalah stimulus netral yang di pasangkan dengan stimulus tidak terkondisi berupa makanan. 3. Respons tidak terkondisi (UCR), refleks alami yang ditimbulkan secara otonom atau dengan sendirinya. Contoh: mengeluarkan air liur 4. Respos terkondisi (CR), refleks yang dipelajari dan muncul akibat dari penggabungan CS dan US. Contoh: keluarnya air liur akibat penggabungan bunyi bel dengan makanan.

Menilik psikologi behavioristik menggunakan suatu pendekatan ekperimental, refleksiologis objektif pavlov tetap merupakan model yang luar biasa dan tidak tertandingi.

Bila dicontohkan dalam kehidupan nyata teori pavlov ini bisa diterapkan. Sebagai contoh untuk menambah kelekatan dengan pasangan, Jika anda mempunyai pasangan yang sangat suka (UCR) dengan coklat (UCS). Disetiap anda bertemu (CS) dengan kekasih anda maka berikanlah sebuah coklat untuk kekasih anda, secara otonom dia akan sangat suka dengan coklat pemberian anda.

Berdasarkan teori, ketika hal itu dilakukan secara berulang-ulang, selanjutnya cukup dengan bertemu dengan anda tanpa memberikan coklat, maka secara otonom pasangan anda akan sangat suka (CR) dengan anda, hal ini dapat terjadi karena pembentukan perilaku antara UCS, CS, UCR, dan CR seperti ekperimen yang telah dilakukan oleh pavlov. Menarik bukan?

Daftar Pustaka

Brennan, James F. 2006. Sejarah dan Sistem Psikologi. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada

Beranda Psikologi Kepribadian Mengapa Beberapa Orang Lebih Mudah Marah dari Pada Lainnya?

Mengapa Beberapa Orang Lebih Mudah Marah dari Pada Lainnya?


M Baitul Alim Ahad, 24 Jul 2011 19:11 WIB

Ilustrasi (myjoyonline)

Menurut Jerry Deffenbacher, PhD, seorang psikolog yang mengkhususkan diri dalam manajemen kemarahan, beberapa orang memang lebih pemarah daripada orang lain, mereka lebih mudah dan lebih kuat dalam meledakkan emosi marah daripada kebanyakan orang. Ada juga yang tidak menunjukkan kemarahan mereka dengan keras, tetapi mudah tersinggung dan menjadi kronis.

Orang yang mudah marah umumnya memiliki tingkat toleransi yang rendah terhadap frustrasi, yang berarti mereka tidak menerima adanya ketidaknyamanan, atau segala sesuatu yang membuat mereka jengkel. Mereka tidak dapat menerima sesuatu dengan tenang dan mereka sangat marah jika situasi yang tidak adil menimpa mereka. Misalnya, mereka mendapatkan koreksi hanya untuk sebuah kesalahan kecil.

Apa yang membuat orang-orang mudah marah? Salah satu penyebab yang dapat dikaitkan adalah faktor genetik atau fisiologis. Ada bukti bahwa beberapa anak dilahirkan memang memiliki kecenderungan mudah marah, mudah tersinggung. Bahkan tanda-tanda yang ada, sudah dimiliki sejak usia dini.

Faktor lainnya adalah sosiokultural. Kemarahan sering dianggap sebagai negatif, kita mungkin diajarkan untuk mengekspresikan kecemasan, depresi, atau emosi lain, tetapi tidak untuk mengekspresikan kemarahan. Akibatnya, kita tidak belajar bagaimana untuk menanganinya atau menyalurkannya secara konstruktif.

Penelitian juga menemukan bahwa latar belakang keluarga memainkan peran juga dalam hal ini. Biasanya, orangorang yang mudah marah berasal dari keluarga yang kacau dan tidak terampil dalam komunikasi emosional.

Beberapa petunjuk untuk meminimalkan anak stres dalam kehidupan mereka

1.

Jangan meremehkan waktu tidur dan pemberian gizi. Jangan kurang dari 8 jam tidur setiap malam. Kurangi gula dan kafein.

2.

Bicara, bicara, dan bicara. Atur waktu teratur mengobrol dengan anak soal teman-temannya, sekolah dan keluarga. Bahkan jika Anda tidak setuju dengan pikiran dan perasaan mereka, cukuplah menjadi pendengar. Inti utama dari obrolan adalah mengeluarkan perasaan anak yang mungkin tidak terungkapkan. Bila tidak, maka ini adalah sumber utama stres.

3.

Perbolehkan anak melakukan aktivitas fisik. Masuk dalam sebuah tim olahraga atau bersepeda dan berjalan adalah suatu keharusan untuk keberhasilan pengelolaan stres.

4.

Persiapkan anak untuk situasi stres. Misalnya, persiapkan anak untuk menanti hari masuk sekolah setelah liburan panjang dengan mengajak mereka membeli buku baru dll.

5.

Jangan berlebihan dalam memberikan anak berbagai kegiatan. Anak-anak juga membutuhkan waktu untuk bersantai, menikmati waktu bermain. Ini dapat menghindari stres anak.

6.

Ingat bahwa kita tidak bisa sepenuhnya melindungi anak dari stres. Membantu anak stres ketika mereka mengalami kesulitan adalah hadiah yang luar biasa untuk mengurangi beban mereka.

7. 8. 9. Dr Anne McMunn mengatakan, ibu yang bekerja lebih cenderung memiliki kualifikasi pendidikan yang lebih tinggi, hidup dalam pendapatan rumah tangga yang lebih tinggi, dan kemungkinan memiliki depresi yang kecil dibandingkan ibu yang tidak bekerja.

Jadi, baik ibu yang bekerja ataupun tidak, tahun pertama bagi anak-anak akan sangat menentukan perkembangan mereka, di tahun-tahun berikutnya.

Share

Temukan Waktu Berkualitas Bersama Anak


M Baitul Alim Jumat, 22 Jul 2011 12:56 WIB

Ilustrasi

Bila Anda seperti kebanyakan orangtua, waktu adalah komoditas berharga yang sering tidak ingin terlewatkan. Apakah kita memiliki pekerjaan baru, bayi baru, atau kita hanya perlu membuat kopi atau merapikan tempat tidur, kita sepertinya selalu berharap mendapatkan lebih banyak waktu. Tapi sering kita merasa tidak memiliki banyak waktu, bahkan untuk anak. Apakah itu berarti kita tidak mencintai anak? Tentu saja tidak bukan.

Menghabiskan waktu berkualitas dengan anak-anak kita sangat penting bagi perkembangan dan kebahagiaan mereka. Banyak anak bukan menginginkan berapa banyak waktu yang dihabiskan dengan mereka, tetapi bagaimana kualitas yang diberikan. Kita harus mencari cara mencari waktu yang dapat memberikan kenangan yang akan membuat anak-anak kita tahu, bahwa kita menyayangi dan perhatian pada mereka.

Anak, ternyata juga memberikan isyarat bila mereka tidak mendapatkan perhatian yang mereka butuhkan. Mereka mungkin akan menarik diri ataupun tidak mendekati Anda. Banyak dari mereka juga ingin mendapatkan perhatian dengan melakukan tindakan negatif, misalnya, berkelahi, membanting mainan, bersikap nakal dan lain-lain.

Pemikiran yang bisa saja muncul pada anak-anak adalah, bila saya tidak mendapatkan perhatian dengan cara baik, maka saya akan melakukan dengan tindakan buruk. Pasti kita sebagai orangtua tidak menginginkan hal itu, bukan.

Jadi bagaimana Anda bisa menemukan waktu ketika Anda merasa Anda tidak memiliki waktu untuk dihabiskan dengan mereka? Simak tips dari Life Hack berikut ini.

Saling bergiliran

Ayah dan ibu dapat saling bertukar peran dalam satu waktu, misalnya ayah dapat bertukar untuk mengasuh adik bayi, sedangkan sang ibu turut menemani anak yang lain untuk bermain atau sekedar menemani mereka belajar. Bagaimana pengelolaan pergantian peran ini terserah kesepakatan Anda dan pasangan.

Bagi anda seorang single parent dapat memilih untuk menghabiskan waktu berkualitas pada akhir pekan. Habiskanlah waktu berkualitas sebagai sebuah keluarga.

Menandai tanggal di atas kalender adalah ide bagus, sekaligus menunjukkan pada anak-anak Anda waktu yang tepat itu.

Mengintegrasikan Waktu Bersama dalam Jadwal Harian Anda

Anak-anak senang untuk membantu. Apakah Anda memiliki surat untuk dikirimkan? Mintalah mereka meletakkan perangko pada amplop. Perlu untuk pergi berbelanja? Ajak mereka berbelanja yang menyenangkan. Perlu untuk membuat makan malam? Biarkan mereka membantu Anda dengan membantu persiapan piring.

Walaupun mungkin pada awalnya akan terganggu, namun lambat laun Anda akan melihat anak-anak ternyata bisa menjadi penolong terbesar Anda.

Gunakan waktu tak terduga

Bila memang Anda sibuk mulai pagi hingga malam hari dan tidak sempat menghabiskan waktu dengan anak, Anda masih dapat memberikan isyarat bahwa Anda menyayangi mereka. Buatlah sebuah catatan kecil dalam kotak makannya, bahwa anda sangat menyayangi mereka. Biarkan ide kreatif anda muncul dan tunjukkan kasih sayang Anda.

Menghabiskan waktu dengan anak Anda memberikan mereka kesempatan untuk belajar dan didengar. Manfaat dari itu semua adalah untuk membuat sebuah ikatan erat antara orangtua dan anak. Hubungan ini akan membuat anak merasa dicintai. Jadi ambil momen-momen ekstra untuk menghabiskannya dengan anak Anda. Ketika Anda melihat ke belakang kelak, Anda akan bersyukur dengan semua kenangan itu.

Share Tags: temukan waktu berkualitas bersama anak, temukan waktu bersama anak, tidak punya waktu untuk anak, waktu berkualitas bersama anak, waktu bersama anak

Visi & Misi


2009-06-10 15:38:31

VISI Tahun 2030 FIK UI menjadi pusat riset keperawatan yang merupakan unggulan IPTEK yang peka budaya dalam merespon kebutuhan kesehatan masyarakat secara nasional, regional, dan global.

MISI

1. Menyiapkan peserta didik menjadi perawat profesional yang mampu bersaing secara nasional, regional, maupun global 2. Menemukan dan mengembangkan IPTEK keperawatan yang peka budaya untuk kesejahteraan masyarakat Mengembangkan evidence-based practice (praktik berdasarkan pembuktian ilmiah) dalam bidang keperawatan

Seminar Sains Keperawatan


Oleh: Wastu Adi Mulyono

Sains Keperawatan merupakan dasar praktik keperawatan profesional. Hal tersebut


dapat dipahami karena salah satu ciri profesi adalah memiliki dasar keilmuan (pohon ilmu). Meskipun demikian ternyata

sains keperawatan masih belum populer dalam dunia keperawatan

di Indonesia, bahkan mungkin di seluruh dunia, karena beberapa literatur sendiri mengatakan bahwa sains

keperawatan hanya diminati oleh kaum scholar saja.

sains keperawatan kepada seluruh perawat di Indonesia, hari Jumat tanggal 19 Desember 2008, mahasiswa Program Magister Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia angkatan 2008, menyelenggarakan seminar dengan tema aplikasi model konseptual keperawatan untuk untuk menyongsong praktik mandiri keperawatan.
Berinisiatif ingin menyebarluaskan Tema tersebut diusung sebagai bentuk action kecil untuk sedikit menimbulkan riak gelombang pada lautan energi keperawatan agar dapat ditangkap sensor potensial energi yang lebih besar sebagai amplifier agar dapat menggema ke seluruh ruang jagad raya. Maksudnya adalah untuk memicu demam sains tidak hanya bagi kalangan pendidikan tapi juga kalangan praktisi keperawatan. Dihadiri kurang lebih tigaratus tamu dari berbagai lapangan praktik keperawatan dan pendidikan keperawatan yang berasal dari wilayah Jabodetabek, Jawa Barat dan bahkan dari Jawa Tengah. Maklum saja topik seminar ini sangat menarik dan langka, gratis lagi, jadi, kalau ada yang melihat dan kebetulan punya kesempatan pasti akan menyediakan diri mengikutinya. Seminar yang membedah teori-teori keperawatan level middle range seperti tidal care, cronic sorrow,

caring, peacefull end of live, becoming a mother, dan comfort disajikan dengan variatif dan menarik. Topiknya disesuiakan dengan 6 kekhususan Magister Keperawatan yang ada di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia yaitu: Maternitas, Jiwa, Anak, Medikal Bedah, Komuitas dan Manajemen-Kepemimpinan. Metode bervariasi mulai dari diskusi panel, live role play dan pemutaran clip video singkat sangat menggugah peserta untuk menanggapi maupun untuk menikmati sampai akhir sesi diskusi menjelang shalat jumat pukul 12:00. Improvisasi dan permainan watak para pemain sangat mengesankan, bahkan dalam pemutaran video akhir yang merupakan topik terakhir disajikan dengan menggugah emosi, beberapa sempat menitikkan air mata. Rugi sekali rasanya jika tidak menghadirinya. Sayang sekali, dokumentasi diskusi maupun permainan roleplay mungkin tidak akan seindah tampilan aslinya. Meskipun demikian panitia telah menyediakan kopi materi dalam bentuk cde jika ada yang menghendaki memilikinya.

Sains keperawatan memang sangat menantang untuk digali dan diterapkan.


Harapannya setiap perawat dapat menerapkan teori ini dalam kehidupan sehari-hari atau menerapkan dalam bentuk praktis disertai riset-riset berkesinambungan yang akhirnya akan mendorong praktik keperawatan mandiri yang evident based proven. Dengan demikian jati diri keperawatan akan semakin jelas dan kemandiriannya dapat terukur. Sebuah tantangan bagi para perawat untuk mulai praktik keperawatan secara mandiri. Kami yakin sekali sebentar lagi praktik keperawatan akan menjadi trend dalam pelayanan kesehatan di Indonesia. Tinggal kita semua, yang mengaku sebagi

ners profesional mau jadi inovator, early adapter, late

majority, late adopter atau bahkan menjadi kelompok laggard. Semua bergantung pada siapa anda dan memilih sebagai kelompok yang mana. Tetapi sebagai nurse consultant tentu kami merekomendasikan jadi INOVATOR. Sebab para guru sukses telah menyatakan ada 9 kunci sukses. Kunci no 1 adalah Action. Kunci no.2 action, no 3 action no 4 action no 5 action no 6 action no 7 action no 8 action no 9 action. Selamat berjuang Fellow. Diposkan oleh Ns. Wastu di 18:40 Label: keperawatan, sains dan praktik keperawatan 0 komentar:

Poskan Komentar
Link ke posting ini

Buat sebuah Link Manajemen Keperawatan: Manajemen Konflik


Posted on 8 Juli 2011 by andaners

PENDAHULUAN Setiap kelompok dalam satu organisasi, dimana didalamnya terjadi interaksi antara satu dengan lainnya, memiliki kecenderungan timbulnya konflik. Dalam institusi layanan kesehatan terjadi kelompok interaksi, baik antara kelompok staf dengan staf, staf dengan pasen, staf dengan keluarga dan pengunjung, staf dengan dokter, maupun dengan lainnya yang mana situasi tersebut seringkali dapat memicu terjadinya konflik. Konflik sangat erat kaitannya dengan perasaan manusia, termasuk perasaan diabaikan, disepelekan, tidak dihargai, ditinggalkan, dan juga perasaan jengkel karena kelebihan beban kerja. Perasaan-perasaan tersebut sewaktu-waktu dapat memicu timbulnya kemarahan. Keadaan tersebut akan mempengaruhi seseorang dalam melaksanakan kegiatannya secara langsung, dan dapat menurunkan produktivitas kerja organisasi secara tidak langsung dengan melakukan banyak kesalahan yang disengaja maupun tidak disengaja. Dalam suatu organisasi, kecenderungan terjadinya konflik, dapat disebabkan oleh suatu perubahan secara tiba-tiba, antara lain: kemajuan teknologi baru, persaingan ketat, perbedaan kebudayaan dan sistem nilai, serta berbagai macam kepribadian individu. Baca selebihnya Filed under: CATATAN KULIAH, Emergency Nurse, info perawat, Manajemen Keperawatan | Ditandai: konflik, manajemen, manajemen keperawatan, manajemen konflik | Tinggalkan sebuah Komentar

KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN


Posted on 24 Juni 2011 by andaners

KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN

Pendahuluan Manajemen keperawatan pada dasarnya berfokus pada perilaku manusia. Untuk mencapai tingkat tertinggi dari produktivitas pada pelayanan keperawatan, pasien membutuhkan manajer perawat yang terdidik dalam pengetahuan dan ketrampilan tentang perilaku manusia untuk mengelola perawat profesional serta pekerja keperawatan non profesional. Mc. Gregor menyatakan bahwa setiap manusia merupakan kehidupan individu secara keseluruhan yang selalu mengadakan interaksi dengan dunia individu lainnya. Apa yang terjadi dengan orang tersebut merupakan akibat dari perilaku orang lain. Sikap dan emosi dari orang lain mempengaruhi orang tersebut. Bawahan sangat tergantung pada pimpinan dan berkeinginan untuk diperlakukan adil. Suatu hubungan akan berhasil apabila dikehendaki oleh kedua belah pihak. Bawahan memerlukan rasa aman dan akan memperjuangkan untuk melindungi diri dari ancaman yang bersifat semu atau yang benar benar ancaman terhadap tidak terpenuhinya kebutuhan dalam situasi kerja.

Atasan / pimpinan menciptakan kondisi untuk mewujudkan kepemimpinan yang efektif dengan membentuk suasana yang dapat diterima oleh bawahan, sehingga bawahan tidak merasa terancam dan ketakutan. Untuk dapat melakukan hal tersebut di atas, baik atasan maupun bawahan perlu memahami tentang pengelolaan kepemimpinan secara baik, yang pada akhirnya akan terbentuk motivasi dan sikap kepemimpinan yang profesional.

1.

Pengertian Kepemimpinan

Ada beberapa batasan tentang kepemimpinan , antara lain : a. Kepemimpinan adalah perpaduan berbagai perilaku yang dimiliki seseorang sehingga orang tersebut mempunyai kemampuan untuk mendorong orang lain bersedia dan dapat menyelesaikan tugas tugas tertentu yang dipercayakan kepadanya ( Ordway Tead ). b. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas seseorang atau sekelompok orang untuk mau berbuat dan mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan ( Stogdill ). c. Kepemimpinan adalah hubungan yang tercipta dari adanya pengaruh yang dimiliki seseorang terhadap orang lain sehingga orang lain tersebut secara sukarela mau dan bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan ( Georgy R. Terry ). d. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan dalam suatu situasi tertentu ( Paul Hersay, Ken Blanchard ).

Dapat dipahami dari empat batasan di atas bahwa kepemimpinan akan muncul apabila ada seseorang yang karena sifat sifat dan perilakunya mempunyai kemampuan untuk mendorong orang lain untuk berpikir, bersikap, dan ataupun berbuat sesuatu sesuai dengan apa yang diinginkannya. Kepemimpinan dalam konteks organisasi utamanya menekankan pada fungsi pengarahan yang meliputi memberitahu, menunjukkan, dan memotivasi bawahan. Fungsi manajemen ini sangat terkait dengan faktor manusia dalam suatu organisasi, yang mencakup interaksi antar manusia dan berfokus pada kemampuan seseorang dalam mempengaruhi orang lain. Di dalam keperawatan kepemimpinan merupakan penggunaan ketrampilan seorang pemimpin ( perawat ) dalam mempengaruhi perawat perawat lain yang berada di bawah pengawasannya untuk pembagian tugas dan tanggung jawab dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan sehingga tujuan keperawatan tercapai. Setiap perawat mempunyai potensi yang berbeda dalam

kepemimpinan, namun ketrampilan ini dapat dipelajari sehingga selalu dapat diterapkan dan ditingkatkan. Baca selebihnya Filed under: ASUHAN KEPERAWATAN | Ditandai: kDK, Kepemimpinan, kepemimpinan dalam keperawatan, KEPERAWATAN | 1 Komentar

HARI PERAWAT SEDUNIA


Posted on 12 Mei 2011 by andaners

Tema Hari Perawat Sedunia Tahun 2011 adalah Closing the gap: Increasing access and equity. Sebagaimana kita sadari bersama bahwa akses terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas masih menjadi problem di semua negara di dunia termasuk di Indonesia. Selain akses, persoalan keadilan yaitu pelayanan kesehatan yang cenderung diskriminatif juga menjadi hal yang sangat nyata dirasakan oleh masyarakat kita saat ini, khususnya bagi masyarakat yang berasal dari kelompok miskin. Indonesia masih sedang mencari formula yang tepat untuk mengatasi kedua problem kesehatan ini, baik dari sisi memperluas akses pelayanan kesehatan maupun dari aspek menjamin keadilan sosial bagi seluruh lapisan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Perawat merupakan tenaga kesehatan dalam jumlah terbesar di Indonesia, yaitu hampir mencapai 60%. Dibandingkan dengan dokter, tenaga perawat merupakan tenaga kesehatan yang saat ini hampir terdistribusi secara merata di setiap desa di seluruh wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke

MODEL DAN KONSEP KEPERAWATAN


Posted on 14 April 2011 by andaners

MODEL DAN KONSEP KEPERAWATAN

Model adalah contoh, menyerupai, merupakan pernyataan simbolik tentang fenomena, menggambarkan teori dari skema konseptual melalui penggunaan symbol dan diafragma. Konsep adalah suatu keyakinan yang kompleks terhadap suatu obyek, benda, suatu peristiwa atau fenomena berdasarkan pengalaman dan persepsi seseorang berupa ide, pandangan atau keyakinan. Kumpulan beberapa konsep ke dalam suatu kerangka yang dapat dipahami membentuk suatu model atau kerangka konsep. Konsep dapat dianalogikan sebagai batu bata dan papan untuk membangun sebuah rumah dimana rumah yang dibangun diibaratkan sebagai kerangka konsep. Jenis konsep :
1. Empirical concept : observable concept : konsep yang dapat diamati dalam kehidupan seharihari, misalnya meja, kursi 2. Inferential concept : non observable concept : konsep yang sulit diamati dalam kehidupan sehari-hari, contoh tekanan darah 3. Abstract concept

Model konsep adalah rangkaian konstruksi yang sangat abstrak dan berkaitan yang menjelaskan secara luas fenomena-fenomena, mengekspresikan asumsi dan mencerminkan masalah Model konsep keperawatan berfungsi untuk :
1. 2. 3. 4. Mengklarifikasi ide/pola pikir tentang keperawatan dan kaitannya dengan praktek keperawatan Meningkatkan pola pikir kreatif perawat untuk membantu mengembangkan profesi Memberi arahan bagi pelayanan klien Memberi corak/warna pada pelayanan yang diberikan

TEORI KEPERAWATAN Teori adalah hubungan beberapa konsep atau suatu kerangka konsep atau definisi yang memberikan suatu pandangan sistematis terhadap gejala-gejala atau fenomena fenomena dengan menentukan hubungan spesifik antara konsep tersebut dengan maksud untuk menguraikan, menerangkan, meramalkan dan atau mengendalikan suatu fenomena. Teori dapat

diuji, diubah atau digunakan sebagai suatu pedoman dalam penelitian. Teori dapat dikembangkan melalui dua metode dasar, yaitu metode induktif dan metode deduktif. Jenis teori :
1. Scientific theory : merupakan metode yang valid dan reliabel, diuji berulang kali melalui riset, generalisasi empiris 2. Substantive theory : menjelaskan fenomena penting suatu disiplin ilmu, dikembangkan oleh disiplin ilmu lain, beberapa pernyataan telah diuji 3. Tentative theory, baru diusulkan, sedikit atau belum diuji coba, belum banyak dikritik oleh disiplin ilmu tersebut

Teori Keperawatan Teori keperawatan didefinisikan oleh Stevens (1981) sebagai usaha untuk menguraikan dan menjelaskan berbagai fenomena dalam keperawatan. Teori keperawatan berperan dalam membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu lainnya dan bertujuan untuk menggambarkan, menjelaskan memperkirakan dan mengontrol hasil asuhan keperawatan yang dilakukan. Karakteristik dasar teori keperawatan Torrest (1985) dan Chinn & Jacob (1983) menegaskan terdapat lima karakteristik dasar teori keperawatan :
1. Teori keperawatan mengidentifikasikan dan mendefinisikan sebagai hubungan yang spesifik dari konsep-konsep keperawatan seperti hubungan antara konsep manusia, konsep sehat-sakit, konsep lingkungan dan keperawatan 2. Teori keperawatan bersifat ilmiah, artinya teori keperawatan digunakan dengan alasan atau rasional yang jelas dan dikembangkan dengan menggunakan cara berpikir yang logis 3. Teori keperawatan bersifat sederhana dan umum, artinya teori keperawatan dapat digunakan pada masalah sederhana maupun masalah kesehatan yang kompleks sesuai dengan situasi praktek keperawatan 4. Teori keperawatan berperan dalam memperkaya body of knowledge keperawatan yang dilakukan melalui penelitian 5. Teori keperawatan menjadi pedoman dan berperan dalam memperbaiki kualitas praktek keperawatan

Perkembangan teori keperawatan :


Tahun 1952 Nama Hildergerad E. Peplau Penekanan Proses interpersonal merupakan dorongan pendewasaan kepribadian Masalah pasien menentukan perawatan yang dibutuhkan

1960

Faye G. Abdellah

1961 1964

Ida Jean Orlando Ernestine Weidenbach

Proses interpersonal menghilangkan distress Proses pemberian bantuan untuk memenuhi kebutuhan dengan menggunakan seni perawatan individu Asuhan keperawatan sebagai pengarahan orang untuk dapat mencintai diri sendiri Pemahaman tentang arti sakit menentukan bagaimana orang merespon Manusia-lingkungan merupakan medan energi yang menghasilkan kondisi negentropi Perawatan diri mempertahankan keseluruhan/ keutuhan Transaksi memberikan kerangka untuk mencapai tujuan Penekanan Hubungan stimulus dengan system adaptif Keperawatan merupakan pengalaman dalam mempedulikan orang/nurthuring Caring bersifat universal dan bervariasi secara budaya Caring sebagai moral ideal : akal, pikiran, jia terkait satu sama lain Penyakit sebagai bukti bagi pola hidup yang belum terjadi Subsistem berada pada stabilitas yang dinamis Manusia dan lingkungan sehat yang konkrit

1966

Lydia E. Hall

1967

Joyce Travelbee

1970

Martha E. Rogers

1971

Dorothea E. Orem

Imogine M. King

Tahun 1974 1976

Nama Sister Calista Roy Josephine G. Paterson

1978 1979

Madeline M. Leininger Jean Watson

Margaret A. Newman

1980 1981

Dorothy E. Johnson Rosemarie Rizzo Parse

Share this:

StumbleUpon Digg Reddit

TEORI MODEL BETTY NEUMAN


Posted on 31 Maret 2011 by andaners

TEORI MODEL BETTY NEUMAN

A. Konsep Dasar Konsep utama yang terdapat pada model Neuman, meliputi: stresor, garis pertahanan dan perlawanan, tingkatan pencegahan, lima variabel sistem klien, struktur dasar, intervensi dan rekonstitusi (Fitzpatrick & Whall, 1989). Berikut ini akan diuraikan tentang masing-masing veriabel 1. Stressor Stressor adalah kekuatan lingkungan yang menghasilkan ketegangan dan berpotensial untuk menyebabkan sistem tidak stabil. Neuman mengklasifikasi stressor sebagai berikut : a. Stressor intrapersonal : terjadi dalam diri individu/keluarga dan berhubungan dengan lingkungan internal. Misalnya : respons autoimmun b. Stressor interpersonal : yang terjadi pada satu individu/keluarga atau lebih yang memiliki pengaruh pada sistem. Misalnya : ekspektasi peran c. Stressor ekstrapersonal : juga terjadi diluar lingkup sistem atau individu/keluarga tetapi lebih jauh jaraknya dari sistem dari pada stressor interpersonal. Misalnya : sosial politik.

2. Garis pertahanan dan perlawanan Garis pertahanan menurut Neumans terdiri dari garis pertahanan normal dan garis pertahanan fleksibel. Garis pertahanan normal merupakan lingkaran utuh yang mencerminkan suatu keadaan stabil untuk individu, sistem atau kondisi yang menyertai pengaturan karena adanya stressor yang disebut wellness normal dan digunakan sebagai dasar untuk menentukan adanya deviasi dari keadaan wellness untuk sistem klien. Selain itu ada berbagai stressor yang dapat menginvasi

garis pertahanan normal jika garis pertahanan fleksibelnya tidak dapat melindungi secara adekuat. Jika itu terjadi. maka sistem klien akan bereaksi dengan menampakan adanya gejala ketidakstabilan atau sakit dan akan mengurangi kemampuan sistem untuk mengatasi stressor tambahan. Garis pertahanan normal ini terbentuk dari beberapa variabel dan perilaku seperti pola koping individu, gaya hidup dan tahap perkembangan. Garis pertahanan normal ini merupakan bagian dari garis pertahanan fleksibel. Garis pertahanan fleksibel berperan memberikan respon awal atau perlindungan pada sistem dari stressor. Garis ini bisa menjauh atau mendekat pada garis pertahanan normal. Bila jarak antara garis pertahanan meningkat maka tingkat proteksipun meningkat. Oleh sebab itu untuk mempertahankan keadaan stabil dari sistem klien, maka perlu melindungi garis pertahanan normal dan bertindak sebagai buffer. Kondisi ini bersifat dinamis dan dapat berubah dalam waktu relatif singkat. Disamping itu hubungan dari berbagai variabel (fisiologi, psikologis, sosiokultur, perkembangan dan spiritual) dapat mempengaruhi tingkat penggunaan garis pertahanan diri fleksibel terhadap berbagai reaksi terhadap stressor. Untuk lebih jelasnya tentang garis pertahanan ini, dapat dilihat dari gambar 2.1. Gambar 2.1. Aplikasi Model Sistem Neuman dalam Keluarga (Stepans & Knight. 2002) Sedangkan garis perlawanan menurut Neumans merupakan serangkaian lingkaran putus-putus yang mengelilingi struktur dasar. Artinya garis resisten ini melindungi struktur dasar dan akan teraktivasi jika ada invasi dari stressor lingkungan melalui garis normal pertahanan (normal line of defense). Misalnya mekanisme sistem immun tubuh. Jika lines of resistance efektif dalam merespon stressor tersebut, maka sistem depan berkonstitusi, jika tidak efektif maka energi berkurang dan bisa timbul kematian. 3. Tingkatan pencegahan Tingkatan pencegahan ini membantu memelihara keseimbangan yang terdiri dari pencegahan primer, sekunder dan tersier. a. Pencegahan primer : terjadi sebelum sistem bereaksi terhadap stressor, meliputi : promosi kesehatan dan mempertahankan kesehatan. Pencegahan primer mengutamakan pada penguatan flexible lines of defense dengan cara mencegah stress dan mengurangi faktor-faktor resiko. Intervensi dilakukan jika resiko atau masalah sudah diidentifikasi tapi sebelum reaksi terjadi. Strateginya mencakup : immunisasi, pendidikan kesehatan, olah raga dan perubahan gaya hidup. b. Pencegahan sekunder. Meliputi berbagai tindakan yang dimulai setelah ada gejala dari stressor. Pencegahan sekunder mengutamakan pada penguatan internal lines of resistance, mengurangi reaksi dan meningkatkan faktor-faktor resisten sehingga melindungi struktur dasar melalui tindakan-tindakan yang tepat sesuai gejala. Tujuannya adalah untuk memperoleh kestabilan sistem secara optimal dan memelihara energi. Jika pencegahan sekunder tidak berhasil dan rekonstitusi tidak terjadi maka struktur dasar tidak dapat mendukung sistem dan intervensiintervensinya sehingga bisa menyebabkan kematian. c. Pencegahan Tersier Dilakukan setelah sistem ditangani dengan strategi-strategi pencegahan sekunder. Pencegahan tersier difokuskan pada perbaikan kembali ke arah stabilitas sistem klien secara optimal. Tujuan utamanya adalah untuk memperkuat resistansi terhadap stressor untuk mencegah reaksi timbul kembali atau regresi, sehingga dapat mempertahankan energi. Pencegahan tersier cenderung untuk kembali pada pencegahan primer. 4. Sistem klien

Model Sistem Neuman merupakan suatu pendekatan sistem yang terbuka dan dinamis terhadap klien yang dikembangkan untuk memberikan suatu kesatuan fokus definisi masalah keperawatan dan pemahaman terbaik dari interaksi klien dengan lingkungannya. Elemen-elemen yang ada dalam sistem terbuka mengalami pertukaran energi informasi dalam organisasi kompleksnya. Stress dan reaksi terhadap stres merupakan komponen dasar dari sistem terbuka. Klien sebagai sistem bisa individu, keluarga, kelompok, komunitas atau sosial issue (Tomey & Alligood, 1998). Klien sebagai suatu sistem memberikan arti bahwa adanya keterkaitan antar aspek yang terdapat dalam sistem tersebut. Kesehatan klien akan dipengaruhi oleh keluarganya, kelompoknya, komunitasnya, bahkan lingkungan sosialnya. Neuman meyakini bahwa klien adalah sebagai suatu sistem, memiliki lima variabel yang membentuk sistem klien yaitu fisik, psikologis, sosiokultur, perkembangan dan spiritual. Selanjutnya juga dijelaskan oleh Neuman bahwa klien merupakan cerminan secara wholistik dan multidimensional (Fawcett, 2005). Dimana secara wholistik klien dipandang sebagai keseluruhan yang bagian-bagiannya berada dalam suatu interaksi dinamis. Pernyataan tersebut membuktikan bahwa setiap orang itu akan memiliki keunikan masing-masing dalam mempersepsikan dan menanggapi suatu peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari- hari. Perubahan istilah dari Holistik menjadi Wholistik untuk meningkatkan pemahaman terhadap orang secara keseluruhan. Disamping itu klien atau sistem dapat menangani stressor dengan baik, sehingga sakit atau kematian.tan atau stabilitasasi system. perubazhan dapat mempertahankan kesehatan secara adekuat. Keseimbangan fungsional atau harmonis menjaga keutuhan integritas sistem. Apabila bagian-bagian dari klien berinteraksi secara harmonis, maka akan terwujud jika kebutuhankebutuhan sistem telah terpenuhi. Namun apabila terjadi ketidakharmonisan diantara bagianbagian dari system, hal ini disebabkan karena adanya kebutuhan yang tidak terpenuhi. 5. Struktur dasar Struktur dasar berisi seluruh variable untuk mempertahankan hidup dasar yang biasa terdapat pada manusia sesuai karakteristik individu yang unik. Variabel-variabel tersebut yaitu variabel sistem, genetik, dan kekuatan/kelemahan bagian-bagian sistem. 6. Intervensi Merupakan tindakan-tindakan yang membantu untuk memperoleh, meningkatkan dan memelihara sistem keseimbangan, terdiri dari pencegahan primer, sekunder dan tertier. 7. Rekonstitusi Neuman (1995) mendefinisikan rekonstitusi sebagai peningkatan energi yang terjadi berkaitan dengan tingkat reaksi terhadap stressor. Rekonstitusi dapat dimulai menyertai tindakan terhadap invasi stressor..Rekonstitusi adalah suatu adaptasi terhadap stressor dalam lingkungan internal dan eksternal. Rekonstitusi bisa memperluas normal line defense ke tingkat sebelumnya, menstabilkan sistem pada tingkat yang lebih rendah, dan mengembalikannya pada tingkat semula sebelum sakit. Yang termasuk rekonstitusi adalah faktor-faktor interpersonal, intrapersonal, ekstrapersonal dan lingkungan yang berkaitan dengan variabel fisiologis, psikologis, sosiokultural, perkembangan dan spiritual. Model Sistem Neuman ini sangat sesuai untuk diterapkan pada pengkajian di masyarakat, karena pendekatan yang dipergunakan adalah pada komunitas sebagai sistem klien.

Share this:

StumbleUpon Digg Reddit

Like this:
Suka Be the first to like this post.

Filed under: ASUHAN KEPERAWATAN Ditandai: | BETTY NEUMAN, konsep keperawatan, nursing, nursing science, nursing theory, TEORI MODEL BETTY NEUMAN
APLIKASI MODEL HEALTH PROMOTION NOLA J. PENDER MODEL DAN KONSEP KEPERAWATAN

Teori Filosofi Keperawatan Jean Watson


Posted on 18 Maret 2011 by andaners

TEORI FILOSOFI KEPERAWATAN JEAN WATSON A. Dasar Pemikiran 1. Filosofi / Keyakinan Keperawatan menurut Jean Watson adalah .Human science of person and human health-illness experiences that are mediated by professional, personal, scientific, esthetic, and ethical human are transaction.. Keperawatan sebagai sains tentang human care didasarkam pada asumsi bahwa human science and human care merupakan domain utama dan menyatukan tujuan keperawatan. Sebagai human science keperawatan berupaya mengintegrasikan pengetahuan empiris dengan estetika, humanities, dan kiat/art (Watson, 1985). Sebagai pengetahuan tentang human care fokusnya untuk mengembangkan pengetahuan yang menjadi inti keperawatan, seperti yang dinyatakan oleh Watson (1985) human care is the heart of nursing. Pandangan tentang keperawatan sebagai science tentang human care adalah komprehensif. Ini termasuk pengembangan pengetahuan sebagai basis dalam area: 1. Pengkajian terhadap kondisi manusia 2. Implikasi dari pengalaman manusia dan responnya terhadap kondisi sehat sakit. 3. Telaah terhadap pengelolaan kondisi-kondisi yang menyertainya

4. Deskripsi dari atribut-atribut caring relationship 5. Studi tentang sistem bagaimana human care harus diwujudkan.

Dalam pandangan keperawatan Jean Watson, manusia diyakini sebagai person as a whole, as a fully functional integrated self. Jean Watson mendefinisikan sehat sebagai kondisi yang utuh dan selaras antara badan, pikiran, dan jiwa, ini berkaitan dengan tingkat kesesuaian antara diri yang dipersepsikan dan diri yang diwujudkan. Dari beberapa konsep sehat sakit di atas dapat dikemukakan beberapa hal prinsip, antara lain: 1. Sehat menggambarkan suatu keutuhan kondisi seseorang yang sifatnya multidimensional, yang dapat berfluktuasi tergantung dari interrelasi antara faktor-faktor yang mempengaruhi. 2. Kondisi sehat dapat dicapai, karena adanya kemampuan seseorang untuk beradaptasi terhadap lingkungan baik internal maupun eksternal. 3. Sehat tidak dapat dinyatakan sebagai suatu kondisi yang terhenti pada titik tertentu, tetapi berubah-ubah tergantung pada kapasitasnya untuk berfungsi pada lingkungan yang dinamis.

Fokus keperawatan ditujukan pada promosi kesehatan dan penyembuhan penyakit dan dibangun dari sepuluh factor carativ, yang meliputi : a. Pembentukan sistem humanistic dan altruistic. Pembentukan sistem nilai humanistic dan altruistic dalam diri seseorang dapat dinilai pada usia dini. Dimana nilai-nilai ini didapatkan dari orang tua. Sistem nilai humanistic altruiistic ditingkatkan melalui pengalaman hidup seseorang, proses pembelajar dan paparan terhadap nilainilai kemanusiaan. b. Penanaman (melalui pendidikan) faith-Hope Merupakan hal yang sangat penting dalam caratif dan curatif. Perawat perlu selalu memiliki positif thingking sehingga dapat menularkan kepada klien yang akan membantu meningkatkan kesembuhan dan kesejahteraan klien. c. Pengembangan sensisitifitas atau kepekaan diri kepada orang lain, karena pikiran dan emosi seseorang adalah jendela jiwa. d. Pengembangan hubungan yang bersifat membantu dan saling percaya (a helping trust relationship)

Sebuah hubungan saling percaya digambarkan sebagai hubungan yang memfasilitasi untuk penerimaan perasaan positif dan negatif yang termasuk dalam hal ini, kejujuran, empati, kehangatan dan komunikasi efektif. e. Meningkatkan dan saling menerima pengungkapan ekspresi perasaan, baik ekpresi perasaan positif maupun negatif. f. Menggunakan metode ilmiah dan menyelesaikan masalah dan pengambilan keputusan, g. Meningkatkan dan memfasilitasi proses belajar mengajar yang bersifat interpersonal. h. Menciptakan lingkungan yang mendukung, melindungi dan meningkatkan atau memperbaiki keadaan mental, sosial, kultural dan lingkungan spiritual. i. Membantu pemenuhan kebutuhan dasar manusia dengan antusias (kebutuhan-kebutuhan survival, fungsional, integratif dan grup) j. Mengembangkan kekuatan faktor excistensial phenomenologic Dalam praktek keperawatan caring ditujukan untuk perawatan kesehatan yang holistik dalam meningkatkan kontrol, pengetahuan dan promosi kesehatan. 2. Asumsi dasar Asumsi dasar teori watson terletak pada 7 asumsi dasar yang menjadi kerangka kerja dalam pengembangan teori; yaitu: a. Caring dapat dilakukan dipraktekkan secara interpersonal b. Caring meliputi faktor-faktor caratif yang dihasilkan dari kepuasan terhadap pemenuhan kebutuhan dasar manusia. c. Caring yang efektif akan menigkatkan status kesehatan dan perkembangan individu dan keluarga. d. Respon caring adalah menerima seseorang tidak hanya sebagai seseorang berdasarkan saat ini tetapi seperti apa dia mungkin akan menjadi dimasa depannya. e. Caring environment, menyediakan perkembangan potensi dan memberikan keluasan memilih kegiatan yang terbaik bagi diri seseorang dalam waktu yang telah ditentukan. f. Caring bersifat healthogenic daripada sekedar curing. Praktek caring mengitegrasikan pengetahuan biopisikal dan perilaku manusia untuk meningkatkan kesehatan. Dan untuk membantu pasien yang sakit, dimana caring melengkapi curing. g. Caring merupakan inti dari keperawatan.

B. Komponen Model Nilai-nilai yang mendasari konsep caring menurut Jean Watson meliputi: 1. Konsep tentang manusia Manusia merupakan suatu fungsi yang utuh dari diri yang terintegrasi (ingin dirawat, dihormati, mendapatkan asuhan, dipahami dan dibantu) Manusia pada dasarnya ingin merasa dimiliki oleh lingkungan sekitarnya merasa dimiliki dan merasa menjadi bagian dari kelompok atau masyarakat, dan merasa dicintai dan merasa mencintai. 2. Konsep tentang kesehatan Kesehatan merupakan kuutuhan dan keharmonisan pikiran fungsi fisik dan fungsi sosial. Menekankan pada fungsi pemeliharaan dan adaptasi untuk meningkatkan fungsi dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Kesehatan merupakan keadaan terbebas dari keadaan penyakit, dan Jean Watson menekankan pada usaha-usaha yang dilakukan untuk mencapai hal tersebut. 3. Konsep tentang lingkungan Berdasarkan teori Jean Watson, caring dan nursing merupakan konstanta dalam setiap keadaan di masyarakat. Perilaku caring tidak diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya, akan tetapi hal tersebut diwariskan dengan pengaruh budaya sebagai strategi untuk melakukan mekanisme koping terhadap lingkungan tertentu.

4. Konsep tentang keperawatan Keperawatan berfokus pada promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan caring ditujukan untuk klien baik dalam keadaan sakit maupun sehat.

Teori keperawatan Menurut Jean Watson


Posted on 18 Maret 2011 by andaners

MANUSIA sebagai FOKUS SENTRAL Keperawatan sebagai sains tentang human care didasarkan pada asumsi bahwa human science

and human care merupakan domain utama dan menyatukan tujuan keperawatan. Sebagai human science keperawatan berupaya mengintegrasikan pengetahuan empiris dengan estetia, humanities dan kiat/art (Watson,1985). Sebagai pengetahuan tentang human care fokusnya untuk mengembangkan pengetahuan yang menjadi inti keperawatan, seperti dinyatakan oleh Watson (1985) human care is the heart of nursing. Pandangan tentang keperawatan sebagai sains tentang human care adalah komprehensif. Ini termasuk pengembangan pengetahuan sebagai basis dalam area-area : 1. Pengkajian terhadap kondisi manusia 2. Eksplikasi dari pengalaman manusia dengan, dan responnya terhadap berbagai kondisi sehatsakit 3. Telaah terhadap pengelolaan kondisi-kondisi yang menyertainya 4. Deskripsi dari atribut-atribut caring relationship 5. Studi tentang sistem untuk bagaimana human care mesti diwujudkan Dalam eksplikasi sains tentang human care pencarian harus termasuk beragam metoda untuk memperoleh pemahaman utuh dari human phenomena. Pencarian ini harus memfasilitasi integrasi pengetahuan dari biomedical,perilaku,sosiokultural, seni dan humaniora untuk menemukan pengetahuan keperawatan baru. Melalui strategi integrasi dan analisis, dunia objektifitas dapat dihubungkan dengan dunia subjektif dari pengalaman manusia untuk mencapai linkage ini. Perspektif tentang human science memberi kesempatan bagi pemikir/peneliti keperawatan untuk melakukan telaah terhadap keilmuan keperawatan dan arahnya, guna meletakkan dasar-dasar subject matter serta tanggung jawab ilmiah dan sosialnya. Melalui perspektif ini, kajian terhadap makna,nilai etika tentang manusia, kesehatan dan keperawatan dapat dilakukan. Dalam pandangan keperawatan manusia diyakini sebagai person as a whole, as a fully functional integrated self. Dalam konsep holism ini, manusia dilihat sebagai sosok yang utuh, ..the human is viewed as greater than, and different from, the sum of his or her parts . (Watson,1985:14) yang bermakna bahwa keberadaan berbagai aspek dari diri seorang manusia, secara bersama-sama berfungsi dan berespon untuk mewujudkan keutuhannya. Karena keutuhan ini maka manusia itu unik, berbeda dari manusia lain. Manusia juga diyakini sebagai sistem terbuka (openned system), yang berinteraksi dengan manusia lain dan lingkungannya secara dinamis, berkesinambungan dan itu semua penting untuk perkembangan personalnya. Pandangan dasar tentang manusia ini, yang dalam paradigma keperawatan merupakan fokus sentral pada saatnya memberi arah pada eksplorasi tentang human science , human responses (to health and illness) dan human care serta menuntun perawat untuk memahami dan memperlakukan manusia lain (klien) secara utuh, unik dan manusiawi. SEHAT/KESEHATAN Watson (1985:48) menyatakan sehat sebagai unity and harmony within the mind,body and soul. Its also associated with the degree of congruence between the self as perceived and the self as experienced, Such a viewed of health focuses on the entire nature of the individual in his or her physical,social.esthetic and moral realms-instead of just certain aspects oh human behavior and physiology. Definisi tersebut mengungkap bahwa sehat merupakan kondisi yang utuh dan selaras antara badan,pikiran dan jiwa; dan ini berkaitan dengan tingkat kesesuaian antara diri yang dipersepsikan dan diri yang diwujudkan. Pandangan tentang kesehatan berfokus pada individu secara utuh meliputi hal-hal yang bersifat fisik,sosial,etis dan moral, tidak sekedar berfokus pada aspek-aspek perilaku dan fisiologi manusia semata. Dari beberapa konsep sehat (dan

sakit/illness) diatas dapat dikemDari beberapa konsep sehat (dan sakit/illness) diatas dapat dikemukakan beberapa hal prinsip antara lain : Sehat menggambarkan suatu keutuhan kondisi seseorang yang sifatnya multidimensional, yang dapat berfluktuasi tergantung dari interrelasi antara faktor-faktor yang mempengaruhi. Kondisi sehat dapat terwujud bila kebutuhan dasar manusiawinya terpenuhi . Kondisi sehat dapat dicapai karena adanya kemampuan seseorang untuk beradaptasi terhadap lingkungan baik internal maupun eksternal. Sehat tidak dapat dinyatakan sebagai suatu kondisi yang berhenti pada titik tertentu, tetapi berubah-ubah tergantung pada kapasitasnya untuk berfungsi pada lingkungan yang dinamis. Sehat sebagai suatu kondisi keseimbangan yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh (manusia) karena keberhasilannya menyesuaikan diri terhadap pengaruh-pengaruh yang dapat mengganggu (agent,environment). Carative factor menurut Watson adalah mencoba menghargai dimensi manusia dalam perawatan dan pengalaman-pengalaman subjektif dari orang yang kita rawat. A.Carrative factor Elemen-elemen yang terdapat dalam carative factor adalah: 1. Nilai-nilai kemanusiaan dan Altruistik(Humanistic-Altruistic System Value ) 2. keyakinan dan harapan(Faith and Hope) 3. Peka pada diri sendiri dan kepada oran lain(Sensitivity to self and others) 4. Membantu menumbuhkan kepercayaan,membuat hubungan dalam perawatan secara manusiawi 5. Pengekspresian perasaan positif dan negative 6. Proses pemecahan masalah perawatan secara kreativ (creative problem-solving caring process) 7. Pembelajaran secara transpersonal(transpersonal teaching learning) 8. Dukungan,perlindungan,perbaikan fisik,mental,social dan spiritual. 9. Bantuan kepada kebutuhan manusia(Human needs assistance) 10. Eksistensi fenomena kekuatan spiritual. Dari kesepuluh carrative factors diatas, Caring dalam keperawatan menyangkut upaya memperlakukan klien secara manusiawi dan utuh sebagai manusia yang berbeda dari manusia lainnya (Watson,1985) ini berkenaan dengan proses yang humanitis dalam menentukan kondisi terpenuhi tidaknya kebutuhan dasar manusia dan melakukan upaya pemenuhannya melalui berbagai bentuk intervensi yang bukan hanya berupa kemampuan teknis tetapi disertai warmth, kindness, compassion. Watson kemudian memperkenalkan clinical caritas process(CCP),untuk menempatkan carative factor nya,yang berasal dari bahasa yunani cherish,yang berarti memberi cinta dan perhatian khusus.Jadi clinical caritas process adalah suatu praktek perawatan pasien dengan sepenuh hati kesadaran,dan cinta. Clinical caritas process,adalah sebagai berikut: Merawat pasien dengan penuh kesadaran,sepenuh hati dan cinta. hadir secara jiwa dan raga,supportif dan mampu mengekspresikan perasaan negative dan positif dari dasar-dasar nilai spiritual diri dalam hubunganya dengan pasien sebagai one-beingcared-for. Budidaya nilai spiritual dan transpersonal,melampaui diri sendiri dan supaya lebih terbuka peka dan iba.

kreatif menggunakan diri dan segala cara dalam proses perawatan,secara artistk,sebagai bagian dari caring-healing-practice. menciptakan lingkungan penyembuhan di semua level,fisik dan non fisik,dengan penuh kesadaran dan keseluruhan,yang memperhatikan keindahan,kenyamanan,kehormatan dan kedamaian. Terlibat dalam proses pengalaman belajar mengajar,yang dihadirkan sebagai kesatuan menjadi dan berarti(being and meaning),dan mencoba melihat dan mengacu pada kerangka berfikir orang lain. B. Transpersonal caring relationship Menurut Watson(1999),transpersonal caring relationship itu berkarakteriskkan hubungan khusus manusia yang tergantung pada: Moral perawat yang berkomitmen melindungi dan meningkatkan martabat manusia seperti dirinya atau lebih tinggi dari dirinya. Perawat merawat dengan kesadaran yang dikomunikasikan untuk melestarikan dan menghargai spiritual ,oleh karena itu tidak memperlakukan seseorang sebagai sebuah objek. Perawatan berkesadaran bahwa mempunyai hubungan dan potensi untuk menyembuhkan sejak,hubungan,pengalaman dan persepsi sedang berlangsung. Hubungan ini menjelaskan bagaimana perawat telah melampaui penilain secara objektif,menunjukkan perhatian kepada subjektifitas seseorang, dan lebih mendalami situasi kesehatan diri mereka sendiri.Kesadaran perawat menjadi perhatian penting untuk keberlanjutan dan pemahaman terhadap persepsi orang lain. Pendekatan ini menyoroti keunikan dari kedua belah pihak,yaitu perawat dan pasien,dan juga hubungan saling mneguntungkan antara dua individu,yang menjadi dasar dari suatu hubungan.Oleh karena itu,yang merawat dan yang di rawat keduanya terhubung dalam mencari makna dan kesatuan,dan mungkin mampu merasakan penderitaan pasien. Istilah transpersonal berarti pergi keluar diri sendiri dan memungkinkan untuk menggapai kedalaman spiritual dalam meningkatkan kenyamanan dan penyembuhan pasien.Pada akhirnya,tujuan dari transpersonal caring relationship adalah berkaitan dengan melindungi,meningkatkan dan mempertahankan martabat ,kemanusiaan,kesatuan dan keselarasan batin. C. CARING OCCATION/MOMENT CARING OCCATION menurut Watson(1988, 1999) adalah kesempatan (mengenai tempat dan waktu) pada saat perawat dan orang lain datang pada saat human caring dilaksanakan , dan dari keduanya dengan phenomena tempat yang unik mempunyai kesempatan secara bersama datang dalam moment interaksi human to human . Bagi Watson (1988 b, 1999) bidang yang luar biasa yang sesuai dengan kerangka refensi seseorang atau perasaan-perasaan yang dialami seseorang , sensasi tubuh, pikiran atau kepercayaan spiritual , tujuan-tujuan, harapan-harapan pertimbangan dari lingkungan, arti persepsi seseorang kesemuanya berdasar pada pengalaman hidup yang dialami seseorang , sekarang atau masa yang akan . Watson (1999) menekankan bahwa perawat dalam hal ini sebagai care giver juga perlu memahami kesadaan dan kehadiranya dalam moment merawat dengan pasienya , lebih lanjut dari kedua belah pihak perawat maupun yang dirawat dapat dipengaruhi oleh perawatan dan tindakan yang dilakukan keduanya , dengan demikian akan menjadi bagian dari pengalaman hidupnya sendiri Caring occation bisa menjadi tranpersonal bilamana memungkinkan adanya semangat dari

keduanya(perawat dan pasien) kemudian adanya kesempatan yang memungkinkan keterbukaan dan kemampuan kemampuan untuk berkembang. (Watson 1999 , pp. 116-117)

3.

You might also like