You are on page 1of 13

PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI Kebutuhan eliminasi terdiri atas dua, yakni eliminasi urine dan eliminasi alvi.

Eliminasi urine adalah kebutuhan buang air kecil. Dimana pengeluaran cairan dari kandungan kemih yang dikenal dengan istilah miksi. Sedangkan eliminasi ali adalah kebutuhan buang air besar. Dimana kebutuhan ini merupakan proses pembuangan sisa metabolisme tubuh yang tidak terpakai yang dikenal dengan istilah fekal atau defekasi. 1. KEBUTUHAN ELIMINASI URINE 1) Organ yang berperan dalam eliminasi urine a. Ginjal Ginjal berperan sebagai pengatur komposisi dan volume cairan dalam tubuh b. Kandung kemih Kantung yang berfungsi sebagai penampung air seni (urine) c. Uretra Merupakan organ yang berfungsi untuk menyalurkan urine ke bagian luar 2) Faktor yang mempengaruhi eliminasi urin a. Diet dan asupan Semakin banyak intake cairan maka miksi akan semakin lebih banyak. Protein dapat menetukan jumlah urine yang keluar. b. Faktor psikologis Ansietas dan stres emosional mempengaruhi miksi untuk lebih banyak c. Kondisi penyakit Kondisi penyakit dapat mempengaruhi produksi urine, seperti diabetes melitus. d. Kebiasaan seseorang Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di toilet, biasanya akan mengalami kesulitan untuk berkemih melaluui urineal/pot urine bila dalam keadaan darurat. e. Pembedahan Pembedahan berefek menurunkan filtrasi glomelurus sebagai dampak dari pemberian obat ansietas sehingga menyebabkan penurunan jumlah produksi urine. f. Pengobatan Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak peningkatan atau penurunan proses perkemihan. pada terjadinya

g. Pemeriksaan diagnostik Pemeriksaan diagnostik juga dapat mempengaruhi kebutuhan eliminasi urine, khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran kemih seperti intra enus pyelogram (IVP) h. Tingkat aktivitas Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi sphincter. Kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktivitas. Hilangnya tonus otot vesika urinaria dapat menyebabkan kemampuan pengontrolan berkemih menurun.

i. Tingkat perkembangan Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat mempengaruhi pola perkemihan. Hal tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih mengalami kesulitan untuk mengontrol miksi. Namun dalam mengontrol miksi meningkat dengan bertambahnya usia. 3) Tindakan mengatasi masalah eliminasi urine a. Pengumpulan Urine untuk Bahan Pemeriksaan Mengingat tujuan pemeriksaan dengan bahan urine tersebut berbeda-beda, maka dalam pengambilan atau pengumpulan urine juga dibedakan sesuai dengan tujuannya. Cara pengambilan urine tersebut antara lain o Pengambilan urine biasa, merupakan pengambilan urinedengan mengeluarkan urine secara biasa, yaitu buang air kecil.Pengambilan urine biasa ini biasanya digunakan untuk pemeriksaan kadar gula dalam urine, pemeriksaan kehamilandan lain-lain o Pengambilan urine steril merupakan pengambilan urine denganenggunakan alat steril, dilakukan dengan kateterisasi ataufungsi suprapubis ayng bertujuan mengetahui adanya infeksi pada uretra, ginjal, atau saluran kemih lainnya. o Pengambilan urine selama 24 jam merupakan pengambilanurine yang dikumpulkan dalam waktu 24 jam, bertujuan untuk mengetahui jumlah urine selama 24jam dan mengukur berat jenig, asupan dan output, serta mengetahui fungsi ginjal. o o Persiapan alat dan bahan : Botol penampung beserta tutup Etiket khusus

Prosedur kerja (pasien yang kesulitan buang air kecil) : o Cuci tangan o Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan o Bagi pasien yang tidak mampu buang air kecil sendiri, maka bantu untuk baung air kecil (lihat prosedur menolong buang air kecil). Keluarkan urine, kemudian tampung ke dalam botol. o Bagi pasien yang mampu baung air kecil sendiri, makaanjurkan pasien untuk buang air kecil dan biarkan urine yang pertama keluar dahulu. Kemudian anjurkan manampung urineke dalam botol o Catat nama pasien dan tanggal pengambilan bahan pemeriksaan o Cuci tangan b. Menolong buang air kecil dengan menggunakan urineal Tindakan membantu pasien yang tidak mampu buang air kecil sendiri di kamar mandi dilakukan dengan menggunakan alat penampung (urineal), hal tersebut dilakukan untuk menampungurine dan mengetahui kelainan dari urine (warna dan jumlah). o Persiapan alat dan bahan : Urineal

o o o o o o o o o o

Pengalas Tisu

Prosedur kerja : Cuci tangan Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan Pasang alas urineal di bawah glutea Lepas pakaian bawah pasien Pasang urineal dibawah glutea/pinggul atau diantara kedua paha Anjurkan pasien untuk berkemih Setelah selesai, rapikan alat Cuci tangan, catat warna, dan jumlah produksi urine

c. Melakukan katerisasi Kateterisasi merupakan tindakan memasukkan kateter (Memasukkan selang karet atau plastik) kedalam kandung kemih melalui uretra yang bertujuan untuk Menghilangkan distensi kandung kemih, Mendapatkan spesimen urine dan Mengkaji jumlah residu urine, jika kandung kemih tidak mampu sepenuhnya dikosongkan. Dalam pelaksanaannya, kateterisasi terbagi menjadidua tipe indikasi yaitu : Tipe Intermitent : o Tidak mampu berkemih 8-12 jam setelah operasi o Retensi akut setelah trauma uretra o Tidak mampu berkemih akibat obat sedative atau analgesik o Cedera tulang belakang o Degenerasi neuromuscular secara progesif o Untuk mengeluarkan urine residualTipe o o o o o o o o o o o o o o o Tipe Indwelling : Obstruksi aliran urine Post op uretra dan struktur disekitarnya (TUR-P) Obstruksi uretra Inkontinensia dan disoreintasi berat Persiapan alat dan bahan : Sarung tangan steril Kateter steril (sesuai dengan ukuran dan jenis) Duk steril Minyak pelumas/jelly Larutan pembersih antiseptik (kapas sublimat) Spuit yang berisi cairan Perlak dan alasnya Pinset anatomi Bengkok Urineal bag Sampiran

Prosedur kerja : o o yang akan dilakukan o o o

Cuci tangan Jelaskan pada pasien mengenai prosedur Atur ruangan Pasang perlak/alas Gunakan sarung steril

o Pasang duk steril o Bersihkan vulva dengan kapas sublimas dari atas ke bawah ( 3kali hingga bersih) o Buka labia mayor dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri.Bersihkan bagian dalam o Kateter diberi minyak pelumas / jelly pada ujungnya, laluasupan pelan-pelan-pelan sambil anjuran untuk tarik napas,asupan (2,5 5 cm) atau hingga urine keluar. o Setelah selesai, isi balon dengan cairan akuades

d. Penggunaan pispot pada klien Membantu pasien wanita yang hendak buang air besar dan buang air kecil diatas tempat tidur. Tujuan o Membantu pasien dalam upaya pemenuhan kebutuhan eliminasi o Mengurangi pergerakan pasien o Mengetahui adanya kelainan feses maupun urin secara visual. o o o o o o o o o Persiapan alat dan bahan : Pispot Air dalam botol Kapas cebok/toilet tissue dalam tempatnya Sarung tangan bersih, masker dan celemek Bengkok Selimut/kain penutup Perlak dan alasnya Sampiran Bel bila tersedia

Prosedur kerja o Pintu ditutup atau pasang sampiran o Pasang perlak dan alasnya o Cuci tangan, pasang celemek, masker, sarung tangan bersih dan berdiri disisi klien o Pakaian bagian bawah klien ditanggalkan kemudian bagian badan yang terbuka ditutup dengan selimut atau kain penutup yang tersedia o Klien dianjurkan menekuk lututnya dan mengangkat bokong (jika perlu dibantu oleh perawat lain) o Pispot diatur sampai terletak dibawah bokong klien, jika klien tidak dapat melakukannya sendiri, perawat membantu dengan mengangkat bokong klien menggunakan tangan kanan dan tangan kiri mengatur pispot sampai terpasang tepat dan nyaman o Bila klien sudah selesai, kakinya direnggangkan dan selimut dibuka. Anus dan daerah genitalia dibersihkan dengan kapas cebok (tangan kanan menyiram dan tangan kiri membersihkan). Kapas cebok dibuang kedalam pispot. Angkat pispot dan tutup kembali o Bila klien ingin membersihkan sendiri, perawat membantu menyiramkan air o Keringkan bokong klien dengan pengalas o Klien dirapihkan o Alat dirapihkan o Pintu dan sampiran dibuka o Mencuci tangan

2. KEBUTUHAN ELIMINASI ALVI 1) Organ yang berperan dalam eliminasi alvi a. Usus besar Usu besar terbentang dari katub ileocecal antara usu halus dan usus besar sampai anus. Panjangnya 125 150 cm yang berfungsi sebagai absorbsi air dan zat zat makanan, melindungi mukosa sinsing usus dari trauma asam dan aktivitas bakteri dan Eliminasi alvi.

b. Rektum dan anus Raktum ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Mengembangnya dinding rektum dikarenakan penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbuklkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tisdak terjadi maka sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, dimana penyerapan air akan kembali di lakukan. 2) Faktor yang mempengaruhi eliminasi alvi a. Usia Setiap tahap perkembangan/usia memiliki kemampuan pengontrolan proses defekasi yang berbeda. b. Diet Pola atau jenis makanan yang dikonsumsi dapat mempengaruhi proses defekasi c. Asupan cairan Pemasukan cairan yang kurang dalam tubuh membuat defekasi menjadi keras. Oleh karena itu, proses absorbsi air yang kurang menyebabkan kesulitan proses defekasi. d. Aktivitas Aktivitas dapat mempengaruhi proses defekasi karena melalui aktiitas tonus otot abdomen, pelvis, dan diagfragma dapat membantu kelancaran proses defekasi. e. Pengobatan Pengobatan juga dapat mempengaruhinya proses penggunaan laksantif, atau antasida yang terlalu sering. defekasi, speerti

f. Gaya hidup Kebiasaan atau gaya hidup dapat mempengaruhi proses defekasi. Hal ini dapat terlihat pada seseorang yang memiliki gaya hidup sehat/ kebiasaan melakukan kebiasaan melakukan defekasi ditempat yang bersih atau toilet, ketika orang tersebut buang air besar di tempat terbuka atau tempat kotor, maka akan mengalami kesulitan dalam proses defekasi. g. Penyakit Beberapa penyakit dapat mempengaruhi proses defekasi, biasanya penyakit penyakit tersebut berhubungan langsung dengan sistem pencernaan, seperti gastroenteristis atau penyakit infeksi lainnya. h. Nyeri Adanya nyeri dapat mempengaruhi kemampuan/ keinginan untuk defekasi seperti nyeri pada kasus hemorrhoid atau episiotomi i. Kerusakan sensoris dan motoris Kesrusakan pada sistem sensoris dan motoris dapat mempengaruhi proses defekasi karena dapat menimbulkan proses penurunan stimulasi sensoris dalam melakukan defekasi. 3) Masalah dalam eliminasi alvi Konstipasi Konstipasi berhubungan dengan jalan yagn kecil, kering, kotoran yang keras, atau tidak ada lewatnya kotoran di usus untuk beberapa waktu. Ini terjadi ketika pergerakan feses melalui usus besar lambat, hal ini ditambah lagi dengan reabsorbsi cairan di usus besar. Konstipasi berhubungan dengan pengosongan

kotoran yang sulit dan meningkatnya usaha atau tegangan dari otot-otot volunter pada proses defekasi.

Impaksi feses Impaksi feses dapat didefenisikan sebagai suatu massa atau kumpulan yang mengeras, feses seperti dempul pada lipatan rektum. Impaksi terjadi pada retensi yang lama dan akumulasi dari bahan-bahan feses. Pada impaksi yagn gawat feses terkumpul dan ada di dalam colon sigmoid. Impaksi feses ditandai dengan adanya diare dan kotoran yagn tidak normal Diare Diare berhubungan dengan pengeluaran feses yang cair dan meningkatnya frekuensi dari proses defekasi. Ini adalah lawan dari konstipasi dan dampak dari cepatnya perjalanan feses melalui usus besar. Cepatnya perjalanan chyme mengurangi waktu untuk usus besar mereabsorbsi air dan elektrolit. Sebagian orang mengeluarkan kotoran dengan frekuensi yang meningkat, tetapi bukan diare, dikatakan diare jika kotoran tidak berbentuk dan cair sekali. Pada orang dengan diare dijumpai kesulitan dan ketidakmungkinan untuk mengontrol keinginan defekasi dalam waktu yang lama. Fecal inkontinentia Inkontinen berhubungan dengan berkurangnya kemampuan voluntar untuk untuk mengontrol feses dan keluarnya gas melalui spinkter ani. Inkontinen bisa juga terjadi pada waktu yagn spesifik, seperti setelah makan, atau bisa juga terjadi ireguler. Fecal inkontinen secara umum berhubungan dengan terganggunya fungsi spinkter ani atau suplai syarafnya, seperti pada beberapa penyakit neuromuskular, trauma sumsum tulang belakang, dan tumor pada otot spinkter ani external. Flatulence Menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding usus merengang dan distented, merasa penuh, nyeri dan kram. Biasanya gas keluar melalui mulut (sendaewa) atau anus (flatus). Hal hal yang menyebabkan peningkatan gas di usus adalah pemecahan makanan oleh bakteri yang menghasilkan gas metan, pembusukan di usus yang menghasilkan CO2 Hemorhoid Hemorhoid sering juga disebut wasir, yaitu adanya pelebaran pembuluh darah vena di anus, dapat terjadi secara internal dan eksternal. Internal terjadi pada canal anus, dimana venanya berada. Eksternal hemorhoid prolapsus melalui pembukaan anus dan dapat dilihat di sana. Hemorhoid dapat terjadi dari dampak meningkatnya tekanan pada daerah anus, sering terjadi karena konstipasi kronik, peregangan selama defekasi, kehamilan dan obesitas. 4) Tindakan mengatasi masalah eliminasi alvi a. Menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan Menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan merupakan tindakan yang dilakukan untuk mengambil feses sebagai bahan pemeriksaan. Pemeriksaan tersebut yaitu pemeriksaan lengkap dan pemeriksaan kultur (pembiakan) Pemeriksaan feses lengkap merupakan feses yang terdiri ata pemeriksaan warna, bau, konsistensi, lendir, darah dan lain lain. Pemeriksaan feses kultur merupakan pemeriksaan feses melalui biakan dengan cara toucher (pengambilan feses dengan menggunakan tangan) o Persiapan alat dan bahan : Tempat penampungan atau botol penampungan beserta tutup Etiket khusus

mengambil feses. o

Dua batang lidi kapas sebagai alat untuk

Prosedur kerja : Cuci tangan Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan Anjurkan untuk buang air bnesar lalu ambil feses melalui lidi kapas yang telah dikeluarkan. Setelah selesai, anjurkan untuk membersihkan daerah sekitar anus. Asupan bahan pemeriksaan kedalam botol yang telah disediakan Catat nama pasien dan tanggal pengambilan bahan pemeriksaan Cuci tangan

b. Membantu pasien buang air besar dengan pispot Membantu pasien buang air besar dengan psipot ditempat tidur mewrupakan tindakan pada pasien yang tidak mampu buang air besar secara sendiri dikamar kecil. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan eliminasi alvi. o o o o o o Perisiapan alat dan bahan : Alas/perlak/linen Pispot Air bersih Tisu Sampiran apabila tempat pasien di bangsal umum Sarung tangan

Prosedur kerja : o Cuci tangan o Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan o Pasang sampiran kalau dibangsal umum o Gunakan sarung tangan o Pasang pengalas dibawah glutea o Tempatkan pispot diantara pengalas tepat dibawah glueta dwngan posisi bagian lubang pispot tepat dibawah rektum o Setelah pispot dibawah glutea, tanyakan pada pasien apakah sudah nyaman atau belum. Kalau belum, atur kembali sesuai kebutuhan pasien. o Anjurkan pasien buang air besar pada pispot yang telah disediakan o Setelah selesai, siram dengan air bersih, kemudian keringkan dengan tisu o Catat tanggal, jam defekasi dan karakteristiknya o Cuci tangan

c. Memberikan huknah rendah Memberikan nuknah rendah merupakan tindakan memasukkan cairan hangat kedalam kolon desenden dengan kanula rekti melalui anus. Tindakan tersebut bertujuan untuk mengosongkan usus pada proses para bedah agar dapat mencegah terjadinya obtruksi makanan sebagai dampak dari pascaoperasi dan merangsang buang air besar bagi pasien yang mengalami kesuliutan buang air besar.

Persiapan alat dan bahan : o Pengalas o Irigator lengkap dengan kanula rekti o Cairan hangat 700 1000 ml dengan suhu 40,5 430 C pada orang dewasa o Bengkok o Jelly o Pispot o Sampiran o Sarung tangan o Tisu

Prosedur kerja : o Cuci tangan o Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan o Atur runagn dengan meletakkan sampiran apabila di bangsal umum atau menutup pintu apabila diruangan sendiri o Atur posisi sim miring kekiri pada pasien o Pasang pengalas dibawah glutea o Irigator diisi cairan hangat sesuai dengan suhu badan (40,5 430 C) dan hubungkan dengan kanula rekti. Kemudian cek aliran dengan membuka kanula dan keluarkan air ke bengkok serta berikan jelly pada ujung kanula. o Gunakan sarung tangan dan asupan nkanula kira kira 15 cm ke dalam rektum kearah kolon desenden sambil pasien diminta untuk bernafas panjang dan memegang irigator setinggi 50 cm dari tempat tidur. Buka klemnya dan air alirkan sampai pasien menunjukan keinginan untuk buang air besar. o Anjurkan pasien untuk menahan sebentar bila mau buang air besar dan pasang pispot atau anjurkan ke toilet. Jika pasien tidak mampu mebilisasi jalan, bersihkan daerah disekitar rektum hingga bersih o Cuci tangan o Catat jumlah feses yang dikeluarkan, warna, konsistenti, dan respon pasien.

d. Memberikan huknah yang tinggi Memberikan nuknah tinggi merupakan tindakan memasukkan cairan hangat kedalam kolon desenden dengan kanula usus. Hal tersebut dilakukan untuk pengosongan usus pada pasien para bedah atau untuk prosedur diagnostik Persiapan alat dan bahan : o Pengalas o Irigator lengkap dengan kanula usus o Cairan hangat o Bengkok o Jelly o Pispot o Sampiran o Sarung tangan o Tisu Prosedur kerja : o Cuci tangan o Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan o Atur runagn dengan meletakkan sampiran apabila di bangsal umum atau menutup pintu apabila diruangan sendiri o Atur posisi sim miring kekiri pada pasien o Gunakan sarung tangan o Irigator diisi cairan hangat sesuai dengan suhu 0 badan (40,5 43 C) dan hubungkan dengan kanula usus. Kemudian cek aliran dengan membuka kanula dan keluarkan air kearah bengkok sderta berikan jelly pada ujung kanula. o Masukan kanula kedalam rektum kearah kolon desenden kira kira 15 20 cm sambiul pasien diminta untuk bernafas panjang dan memegang irigator setinggi 30 cm dari tempat tidur. Buka

klemnya dan air alirkan sampai pasien menunjukan keinginan untuk buang air besar. o Anjurkan pasien untuk menahan sebentar bila mau buang air besar dan pasang pispot atau anjurkan ke toilet. Jika pasien tidak mampu mebilisasi jalan, bersihkan daerah disekitar rektum hingga bersih o Cuci tangan o Catat jumlah feses yang dikeluarkan, warna, konsistenti, dan respon pasien. e. Memberikan gliserin Memberikan gliserin merupakan tindakan memasukkan cairan gliserin kedalam poros usus dengan spuit gliserin. Hal ini dilakukan untuk merangsang peristaltik usus, sehingga pasien dapat buang air besar (khususnya pasien yang mengalami sembelit). Selain itu, tindakan ini juga dapat digunakan untuk persiapan operasi. o o o o o o o Persiapan alat dan bahan : Spuit gliserin Gliserin dalam tempatnya Bengkok Pengalas Sampiran Sarung tangan Tisu

Prosedur kerja : o Cuci tangan o Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan o Atur runagn dengan meletakkan sampiran apabila di bangsal umum atau menutup pintu apabila diruangan sendiri o Atur posisi pasien (miringkan kekiri), dan berikan pengalas di bawah glutea serta buka pakaian bawah pasien o Gunakan sarung tangn, kemudian spuit diisi gliserin 10 20 cc dan cek kehangatan cairan gliserin o Masukkan gliserin perlahan lahan kedalam anus dengan tangan kiri mendorong peregangan daerah rektum, sedangkan tangan kanan memasukkan spuit kedalam anus sampai pangkal kanula dengan ujung spuit diarahkan kedepan. Anjurkan pasien napas dalam. o Setelah selesai, cabut dan masukkan kedalam bengkok, anjurkan pasien untuk menahan sebentar rasa ingin defekasi dan pispot. Apabila pasien tidak mampu ke toilet, bersihkan dengan air hingga bersih lalu keringkan dengan tisue. o Pasang pispot atau anjurkan ketoilet o Cuci tangan o Catat jumlah feses yang dikeluarkan warna, konsistenti dan respon pasien.

f. Mengeluarkan feses dengan jari. Mengeluarkan feses dengan jari merupakan tindakanmemasukkan jari ke dalam rektum pasien utnuk mengambil ataumenghancurkan massa feses sekalligus mengeluarkannya. Indikasitindakan ini adalah apabila massa feses terlalu keras dan dalam pemberian enema tidak berhasil, maka terjadi konctipasi serta pengerasan feses yang tidak mampu dikeluarkan oleh manula. Persiapan alat dan bahan :

o o o o

Sarung tangan Minyak pelumas/jelly Alat penampung atau pispot Pengalas

Prosedur kerja : o Cuci tangan o Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan o Gunakan sarung tangan dan beri minyak pelumas (jelly) pada jari telunjuk o Atur posisi miring dengan lutut refleksi o Masukkan jari ke dalam rektum dan dorong perlahan-lahansepanjang dinding rektum kea rah umbilicus (ke arah massafeses yang impaksi) o Secara perlahan-lahan, lunakkan massa dengan massage daerahfeses yang impaksi (arahakan jari pada inti yang keras) o Gunakan pispot bila ingin buang air besar atau bantu ke toilet o Lepaskan sarung tangan, kemudia catat jumlah feses yangkeluar, warna, kepadatan, dan respons pasien o Cuci tangan

You might also like