You are on page 1of 6

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

KOMUNIKASI, INFORMASI, DAN EDUKASI (KIE) TENTANG BAHAN TAMBAHAN PANGAN KADER POSYANDU KELURAHAN KOJA KECAMATAN KOJA JAKARTA UTARA
(Dibiayai Oleh Kopertis Wilayah III Jakarta No.029/ 003/ 1.2/KU/SK/2010) Retno Mardhiati Adiwiryono, M.Kes Dan Onylinda, M.Kes

Dosen Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka Email : retno_m74@yahoo.co.id / onylinda@yahoo.com / nadiah.azka@yahoo.com Hp. 081519806960/ 081385290553 ABSTRAK Bahan tambahan pangan (BTP) yaitu bahan-bahan yang sengaja ditambahkan ke dalam makanan atau minuman dengan berbagai tujuan misalnya agar lebih tahan lama, lebih renyah, lebih empuk, dan lain-lain. Namun kegunaan bahan tambahan pangan tidak selalu positif. Ada beberapa bahan tambahan pangan yang seringkali digunakan oleh produsen memiliki tingkat bahaya pada kesehatan tubuh manusia. Tujuan kegiatan Pengabdian Masyarakat Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan adalah : Memberikan informasi dan edukasi tentang bahan tambahan pangan yang meliputi pengertian, klasifikasi, dan kegunaannya serta nilai ambang batas penggunaan kepada pengurus PKK dan kader posyandu. Pada tahap ini pelaksanaan kegiatannya dilakukan dalam 2 tahap yaitu tahap pembuatan bahan komunikasi informasi dan edukasi selama 7 hari dan tahap pemberian komunikasi informasi dan edukasi pada kader posyandu di kantor Kelurahan Koja Kecamatan Koja, pada hari senin tanggal 9 Agustus 2010. Kegiatan menghasilkan beberapa hal yang dapat disimpulkan yaitu pemberian KIE pada kader posyandu memberikan peningkatan pengetahuan kader tentang bahan tambahan pangan. Output kegiatan ini disarankan pemberian komunikasi, informasi dan edukasi tentang bahan tambahan pangan diberikan lebih intensif dan sekaligus dengan pemberian pelatihan untuk trainer, sehingga kader posyandu dapat memiliki kemampuan untuk menjelaskan tentang bahan tambahan pangan kepada masyarakat di lingkungannya. Kata Kunci : KIE, BTP, Kader.

A. Latar Belakang emajuan teknologi membuat hampir setiap orang menikmati dampak positifnya, salah satu kemajuan teknologi adalah dibidang pangan. Kemajuan tersebut antara lain kemudahan memperoleh berbagai bentuk makanan dan minuman serba instan yang bersifat praktis, lebih awet, dan lebih mudah cara pengolahannya. Produk pangan awetan yang begitu pesat perkembangannya mulai dari berbagai jenis makanan, minuman, bahkan hingga air putih dalam botol maupun karton tidak terlepas dari tuntutan masyarakat terutama di daerah perkotaan yang identik dengan bekerja menghabiskan waktu diluar rumah. Penyedian berbagai makanan dan minuman di rumah sangat bergantung pada bahan makanan atau minuman awetan yang tersedia dan dijual di pasaran baik di toko-toko, pasar tradisional, maupun di berbagai swalayan. Semua jenis makanan dan minuman awetan tersebut dapat disimpan di suhu kamar tanpa menjadi rusak atau busuk selama berbulan-bulan bahkan hingga tahunan.

Berbagai makanan dan minuman awetan tersebut bisa terjadi diantaranya berkat perkembangan teknologi produksi dan penggunaan bahan tambahan pangan (BTP), yaitu bahan-bahan yang sengaja ditambahkan ke dalam makanan atau minuman dengan berbagai tujuan misalnya agar lebih tahan lama, lebih renyah, lebih empuk, dan lain-lain. Namun kemudahan tersebut sering tidak diikuti dengan pemahaman yang memadai dari konsumen atau bahkan produsen makanan atau minuman mengenai jenis bahan tambahan pangan yang aman dan nilai ambang batas aman pemakaian atau penambahan bahan-bahan pangan tertentu sehingga sering memberikan dampak negatif yang dirasakan oleh konsumen. Misalnya pada kasus pemakaian formalin pada beberapa jenis makanan seperti tahu, mi, ikan asin, dan pasta gigi yang sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh. Selain itu banyak pula produk makanan dan minuman kemasan yang menggunakan penyedap dan/ atau pemanis buatan melebihi batas aman yang ditetapkan.

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Masyarakat di daerah Jakarta Utara merupakan salah satu wilayah yang cukup banyak memanfaatkan produk makanan dan minuman kemasan dengan alasan kesibukan bekerja dan kepraktisan dalam menyiapkan produk-produk tersebut, namun dalam segi pemahaman akan batas aman pemakaian bahan tambahan pangan yang diberikan pada produkproduk itu masih sangat beragam. Bahkan banyak pula yang tidak peduli dengan bahaya yang ada bila pemakaiannya melebihi batas aman. Berawal dari beragamnya pemahaman konsumen mengenai bahan tambahan pangan yang aman ditambahkan pada makanan dan minuman khususnya makanan dan minuman kemasan, maka Tim Pengabdian Masyarakat Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan akan melaksanakan kegiatan berupa Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Tentang Bahan Tambahan Pangan Kader Posyandu di Kelurahan Koja Kecamatan Koja Jakarta Utara.

peserta memahami materi yang disampaikan. Materi bahan tambahan pangan terdiri dari 11 macam bahan tambahan pangan yaitu antioksidan, anti kempal, pengasam, penetral & pendapar, enzim, pemanis buatan, pemutih & pematang, penambah gizi, pengawet, pengemulsi, pemantap & pengental, pengeras, pewarna alami & sintetik, penyedap rasa & aroma, sekuestran, bahan tambahan lain Kegiatan dibagi menjadi tahapan perencanaan, tahapan pelaksanaan, dan tahapan evaluasi. 1. Tahap Perencanaan Tahap perencanaan dilakukan dengan mendesain bahan Pelatihan Komunikasi, Informasi dan Edukasi Bahan Tambahan Pangan untuk Kader Posyandu. Kemudian dilanjutkan dengan pendataan jumlah pengurus kader posyandu. 2. Tahap Pelaksanaan Pada tahap ini pelaksanaan kegiatannya dilakukan dalam 2 macam kegiatan yaitu penyampaian materi bahan tambahan pangan dan demo memeriksa kadar ambang batas aman pada makanan dan minuman instan oleh kader posyandu. Kegiatan ini dilakukan di Kantor Kelurahan Koja Kecamatan Koja, pada hari Senin tanggal 9 Agustus 2010. 3. Tahap Evaluasi Tahap evaluasi meliputi evaluasi perencanaan dan evaluasi acara. Evaluasi perencanaan bertujuan untuk menilai apakah persiapan kegiatan pengabdian masyarakat sudah optimal atau tidak. Evaluasi perencanaan ini dilakukan dengan lembar evaluasi yang berisi pertanyaan terbuka. Tahap evaluasi acara bertujuan untuk menilai target acara terpenuhi atau tidak dengan item penilaian meliputi : ketepatan waktu, keteraturan acara, jumlah peserta, daya tarik peserta, kepuasan peserta terhadap penjelasan pembicara dan ketanggapan panitia. Evaluasi acara menggunakan lembar evaluasi dengan pertanyaan tertutup. Tahap evaluasi ini dilanjutkan dengan kegiatan pembuatan laporan pertanggungjawaban kegiatan.

B. Tujuan Tujuan kegiatan Pengabdian Masyarakat Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dalam kegiatan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Tentang Bahan Tambahan Pangan Kader Posyandu di Kelurahan Koja Kecamatan Koja Jakarta Utara antara lain : 1. Memberikan informasi dan edukasi tentang bahan tambahan pangan yang meliputi pengertian, klasifikasi, dan kegunaannya kepada pengurus PKK dan kader posyandu 2. Memberikan informasi dan edukasi tentang bahan tambahan pangan yang dipakai di beberapa sampel makanan dan minuman kemasan kepada pengurus PKK dan kader

C. Ruang Lingkup Kegiatan Lingkup kegiatan Pengabdian Masyarakat Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dalam kegiatan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Tentang Bahan Tambahan Pangan Kader Posyandu di Kelurahan Koja Kecamatan Koja Jakarta Utara, memiliki sasaran kegiatan yaitu kader posyandu yang berdomosili di Kelurahan koja, Kecamatan Koja Jakarta Utara. Materi kegiatan KIE dibuat dalam bentuk modul pelatihan. Modul pelatihan dirancang dalam bentuk bahan presentasi untuk memudahkan

D. Alur Kegiatan Alur kegiatan Pengabdian Masyarakat Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dalam kegiatan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Tentang

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Bahan Tambahan Pangan Kader Posyandu di Kelurahan Koja Kecamatan Koja Jakarta Utara, dapat digambarkan pada bagan berikut ini : Bagan 1. Alur Kegiatan

Pembuatan Materi Pelatihan : Modul KIE Bahan Tambahan Pangan

D.2. Survei Pengetahuan Bahan Tambahan Pangan Pada Kader Posyandu Survei pengetahuan bahan tambahan pangan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengetahuan awal kader posyandu tentang bahan tambahan pangan. Survei dilakukan dengan pembuatan angket dengan berisi pertanyaan. Kader posyandu menjawab pertanyaan pengetahuan dalam angket. Jawaban kader diberi skor 1 jika menjawab benar, dan diberi skor 0 jika menjawab salah. D.3. Pelatihan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Bahan Tambahan Pangan Pada Kader Posyandu Pelatihan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Bahan Tambahan Pangan diselenggarakan dalam 2 bentuk yaitu pembahasan materi bahan tambahan pangan dan demo memeriksa kadar ambang batas aman pada makanan dan minuman instan oleh kader posyandu. D.4. Survei 2 Pengetahuan Bahan Tambahan Pangan Pada Kader Posyandu Bentuk kegiatan Survei 2 sama dengan bentuk kegiatan Survei 1 yaitu mengukur pengetahuan bahan tambahan pangan. Survei ke 2 ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengetahuan awal kader posyandu tentang bahan tambahan pangan setelah diberikan pelatihan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Bahan Tambahan Pangan. Survei juga dilakukan dengan pembuatan angket dengan berisi pertanyaan. Kader posyandu menjawab pertanyaan pengetahuan dalam angket. Jawaban kader diberi skor 1 jika menjawab benar, dan diberi skor 0 jika menjawab salah.

Survei 1 Pengetahuan Bahan Tambahan Pangan Pada Kader Posyandu

Pelatihan Komunikasi, Informasi, Dan Edukasi Bahan Tambahan Pangan Pada Kader Posyandu

Survei 2 Pengetahuan Bahan Tambahan Pangan Pada Kader Posyandu

D.1.PPembuatan Materi Komunikasi Informasi dan Edukasi Bahan Tambahan Pangan . Materi Komunikasi Informasi dan Edukasi Bahan Tambahan Pangan dilakukan dengan membuat bahan pelatihan yang mudah dipahami oleh Kader Posyandu. Materi pelatihan terdiri dari 11 bahan tambahan pangan yaitu antioksidan, anti kempal, pengasam, penetral & pendapar, enzim, pemanis buatan, pemutih & pematang, penambah gizi, pengawet, pengemulsi, pemantap & pengental, pengeras, pewarna alami & sintetik, penyedap rasa & aroma, sekuestran, bahan tambahan lain. Jenis bahan tambahan pangan yang dibahas dalam modul pelatihan meliputi jenis bahan tambahan yang aman untuk manusia, jenis bahan tambahan yang tidak aman untuk manusia , nilai ambang batas aman penggunaan, dampak bahaya yang akan terjadi jika penggunaan melampaui batas aman.

E. Hasil Kegiatan Hasil kegiatan Pengabdian Masyarakat dengan tema Komunikasi, Informasi, dan Edukasi tentang Bahan Tambahan Pangan. Hasil kegiatan meliputi Pembuatan Modul Komunikasi, Informasi, dan Edukasi tentang Bahan Tambahan Pangan, Survei 1 Pengetahuan Kader Posyandu tentang Bahan Tambahan Pangan, Pelatihan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi tentang Bahan Tambahan Pangan, Survei 2 Pengetahuan tentang Bahan Tambahan Pangan.

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

E.1. Hasil Pembuatan Modul Komunikasi, Informasi, dan Edukasi tentang Bahan Tambahan Pangan. Pembuatan Modul Komunikasi, Informasi, dan Edukasi tentang Bahan Tambahan Pangan dimulai dengan pengumpulan bahan referensi dari Badan Pemeriksaan Obat dan Makanan Kementrian Kesehatan, dan beberapa penelitian yang terkait dengan bahan tambahan pangan. Hasil pembuatan Modul Komunikasi, Informasi, dan Edukasi tentang Bahan Tambahan Pangan menunjukkan modul dapat dipahami oleh kader posyandu. Modul dapat digunakan sebagai panduan kader posyandu untuk memberikan penjelasan tentang bahan tambahan pangan. E.2. Hasil Survei 1 Pengetahuan Kader Posyandu Tentang Bahan Tambahan Pangan Pengukuran pengetahuan kader posyandu dilakukan sebelum pelatihan. Survei 1 pengetahuan kader posyandu tentang bahan tambahan pangan dilakukan dengan angket yang diisi oleh kader posyandu. Angket terdiri dari 10 pertanyaan yang bermaitan dengan definisi BTP, jenis BTP, kegunaan BTP, jenis pemanis buatan, jenis pengawet yang berbahaya, jenis pewarna yang berbahaya, jenis pewarna alami, jenis penyedap rasa dan aroma, dan senyawa dalam penyedap rasa dan aroma. Hasil survei menunjukkan bahwa kader posyandu memiliki pengetahuan bahan tambahan pangan yang masih rendah. Pertanyaan dalam angket yang banyak diketahui oleh kader yaitu tentang jenis pengawet yang dilarang. Semua kader (100 %) menjawab formalin. Selain itu, pertanyaan tentang jenis penyedap rasa dan aroma serta senyawa dalam penyedap rasa dan aroma. Kader (80 %) menjawab vetsin sebagai jenis penyedap rasa dan aroma, sedangkan untuk senyawa yang terkandung dalam penyedap rasa dan aroma, kader posyandu (90 %) menjawab MSG. Kader yang menjawab benar tentang jenis pewarna hanya ada 30 % dari seluruh kader sebagai peserta pelatihan. Kader yang menjawab benar tentang jenis bahan tambahan pangan ada 11 hanya ada 10 %. Sedangkan pertanyaan yang lain dijawab benar berkisar antara 50 % 60 %. E.3. Hasil Pelatihan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi tentang Bahan Tambahan Pangan Pelaksanaan Pelatihan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi tentang Bahan Tambahan

Pangan untuk kader posyandu dilaksanakan dalam 2 bentuk kegiatan yaitu pembahasan materi tentang bahan tambahan pangan dan demo memeriksa kadar ambang batas aman pada makanan dan minuman instan oleh kader posyandu. Pelaksanaan dihadiri oleh 31 kader posyandu dari 13 Rukun Warna yang diundang. Kader posyandu yang menjadi peserta memiliki karakteristik sebagai berikut : Tabel 1. Distribusi Peserta pelatihan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Berdasarkan Umur Umur Peserta F % 23 32 2 6 33 42 2 6 43 52 10 32 53 62 18 56 Jumlah 31 100 Peserta rata-rata berusia 48 tahun, dengan umur termuda 31 tahun dan umur tertua 62 tahun. Peserta paling banyak berumur 53 62 tahun, yaitu 18 orang (56 %). Tabel 2. Distribusi Peserta pelatihan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Berdasarkan Pendidikan Pendidikan Peserta f % Tamat SLTP 8 26 Tamat SLTA 22 71 Tamat PT 1 3 Jumlah 31 100 Peserta pelatihan paling banyak berpendidikan tamat SLTA yaitu 22 orang (71%). Pendidikan terrendah, yang dimiliki peserta pelatihan adalah tamat SLTP, yaitu 8 orang (26 %). Pendidikan tertinggi, yang dimiliki peserta pelatihan adalah tamat Perguruan Tinggi yaitu 1 orang ( 3 %). Tabel 3. Distribusi Peserta pelatihan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan Peserta f % Tidak Bekerja/IRT 24 77 Guru 4 13 Wirausaha 3 10 Jumlah 31 100 Peserta pelatihan paling banyak berstatus pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, yaitu 24 orang (77 %). Peserta pelatihan ada yang bekerja sebagai guru dan wirausaha, yaitu 4 orang (13 %) dan 3 orang (10%). E.4. Hasil Survei 2 Pengetahuan Tentang Bahan Tambahan Pangan Survei 2 pengetahuan tentang bahan tambahan pangan menggunakan angket yang sama dengan survei pertama. Tujuan pengukuran

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

pengetahuan kader posyandu dilakukan sesudah pelatihan adalah untuk menggambarkan ada peningkatan atau tidak ada peningkatan setelah pelatihan. Hasil survei ke 2 menunjukkan bahwa kader posyandu memiliki pengetahuan bahan tambahan pangan yang sudah cukup baik. Pertanyaan dalam angket yang banyak diketahui oleh kader pada survei ke 2 masih sama dengan hasil survei ke 1 yaitu tentang jenis pengawet yang dilarang. Semua kader (100 %) menjawab formalin sebagai jenis pengawet yang berbahaya. Sedangkan pertanyaan tentang jenis penyedap rasa dan aroma serta senyawa dalam penyedap rasa dan aroma mengalami peningkatan. Kader (90 %) menjawab vetsin sebagai jenis penyedap rasa dan aroma, sedangkan untuk pertanyaan senyawa yang terkandung dalam penyedap rasa dan aroma juga mengalami peningkatan, kader posyandu (100 %) menjawab MSG. Kader yang menjawab benar tentang jenis pewarna mengalami peningkatan yaitu 50 % dari seluruh kader sebagai peserta pelatihan. Kader yang menjawab benar tentang jenis bahan tambahan pangan juga mengalami peningkatan yaitu 80 %.

Referensi : 1. Cahyadi, W. 2006. Kajian dan Analisis Bahan Tambahan Pangan. Edisi Pertama. Jakarta:Bumi Aksara 2. 3. Dewi. 2010. Pengawasan Peredaran Air Minum dalam Kemasan & Depo Air Minum. Disampaikan pada Workshop & RTD Peningkatan & Pembinaan Keamanan Pangan Konsumsi Air Minum dalam Rangka Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat, IAKMI Pusat Jakarta, 26--27 Juli 2010. 4. Marudut. 2010. Aspek Gizi & Kesehatan Pemanis Buatan Aspartam. Disampaikan pada seminar Pangan & Gizi, Jakarta, 26 Juni 2010. 5. Syam, Ari Fahrial. 2010. Dampak Penggunaan Aspartam untuk Kesehatan. Disampaikan pada Seminar Pangan & Gizi Jakarta, 26 Juni 2010. 6. Winarno, F.G. & Titi S.R. 1994. Bahan Tambahan untuk Makanan & Kontaminan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

F. Kesimpulan Kesimpulan dari kegiatan Pengabdian Masyarakat dengan tema Komunikasi, Informasi, dan Edukasi tentang Bahan Tambahan Pangan pada Kader Posyandu Kelurahan Koja, Kecamatan Koja yaitu ada peningkatan pengetahuan tentang bahan tambahan pangan pada kader posyandu setelah mengikuti pelatihan.

G. Saran Pengembangan Saran dari kegiatan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi tentang Bahan Tambahan Pangan sebagai berikut : 1. Pengembangan modul pelatihan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi tentang Bahan Tambahan Pangan yang lebih komunikatif bagi peserta pelatihan. 2. Pemberian pelatihan bahan tambahan pangan yang lebih intensif dengan tujuan untuk memberikan kemampuan yang optimal pada kader. 3.Mengembangkan desain poster untuk Komunikasi, Informasi, dan Edukasi bahan tambahan pangan yang dapat digunakan oleh kader untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

You might also like