You are on page 1of 5

Beberapa Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Penyimpangan pada Remaja

Masa remaja adalah masa yang penuh gejolak, masa pencarian jati diri, dan masa perkembangan kejiwaan yang menentukan sosok seseorang di masa yang akan datang. Dalam proses mempersiapkan diri menuju kedewasaannya seorang remaja sangat memungkinkan sekali untuk mengembangkan potensi-potensi positif yang ada dalam dirinya. Namun, tidak menutup kemungkinan ia pun akan rentan terhadap pengaruh-pengaruh negatif dari luar yang dikarenakan kondisi jiwanya yang belum matang dan sebagian pikiran remaja yang belum stabil (labil) dan seringkali mengalami kebimbangan dalam hidupnya. Sesungguhnya faktor yang memicu terjadinya penyimpangan yang terjadi di lingkungan remaja sangatlah beraneka ragam sehingga tidak jarang pula kita menyaksikan banyak peristiwaperistiwa penyimpangan yang terjadi. Pada fase ini manusia mengalami perkembangan fisik, daya pikir, dan akal yang sangat cepat. Oleh karena itu, sangat penting bagi seorang remaja penyediaan faktor yang mampu meredam dan mengekang kebinalan jiwa untuk membimbingnya ke jalan yang lurus. Beberapa faktor yang penyebab terjadinya penyimpangan pada remaja, yaitu: 1. Bacaan Yang Merusak Media cetak melahirkan banyak produk mulai dari majalah, ensiklopedi, komik, tabloid, surat kabar, dll. Beberapa diantaranya ada yang berisi ilmu pengetahuan, hiburan, berita, biografi, opini, dan masih banyak lainnya yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Namun di sisi lain, ada pihak yang menyalahgunakan keberadaan media cetak yang berkembang luas ini menjadi salah satu upaya dalam menjatuhkan moral masyarakat dengan menghadirkan bacaan-bacaan yang dapat merusak dan meracuni otak, bahkan ditambah dengan gambar-gambar yang tidak pantas di didalamnya. Apalagi peminat dalam membaca didominasi oleh golongan muda, dan hal inilah yang membahayakan bagi masa depan bangsa. Dampak yang ditimbulkan dari adanya bacaan-bacaan tersebut bagi kalangan remaja adalah rusak dan terganggunya pikiran dan jiwa seorang remaja yang dapat mengubah pola pikir dan menghambat remaja dalam berkreativitas. Peran remaja sebagai penerus bangsa sangatlah penting bagi negeri pertiwi. Karena dengan semangat kreativitas dan ide-ide segar yang dilahirkan mereka dapat membentuk kepribadian bangsa menjadi lebih baik serta mendukung pembangunan negeri yang sedang dalam masa perkembangan ini.

Hadirnya bacaan-bacaan yang berpotensi mengeruhkan pikiran ini dapat memengaruhi kepribadian dan mematikan kreativitas generasi muda. Dalam mengatasi hal ini perlu diadakan berbagai tindakan bersama yang tegas dan terarah untuk mencapai tujuan demi mempertahankan harkat dan martabat bangsa kita. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah pemerintah hendaknya dapat melakukan filtering terhadap perusahaan-perusahaan percetakan, dan menghimbau agar berhati-hati dan menyiasati bagaimana caranya agar golongan muda sulit menjangkau bacaan-bacaan yang seharusnya hanya diperbolehkan oleh orang-orang yang sudah cukup usia. Dan hendaknya remaja juga dapat memilah mana yang patut dibaca oleh mereka dan mana yang harus dihindari serta menahan diri untuk tidak membaca bacaan-bacaan yang tingkatannya belum sampai pada batas usianya walaupun keingintahuan yang besar senantiasa menyelimuti diri seorang remaja. Dalam hal ini orang tua juga harus ambil peran dalam pengawasannya agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. 2. Kondisi Jiwa Yang Kosong Kondisi ini merupakan penyakit yang sangat mematikan. Mematikan kekuatan akal pikiran dan potensi-potensi jasmani manusia, khususnya bagi remaja yang sedang mengalami perkembangan kejiawaan. Sebab kondisi jiwa manusia harus aktif dan bergerak. Karena jika tidak begitu, maka akan menjadi bebal dan stagnan yang berikutnya segala pikiran jahat dan was was syaithaniyah akan dihembuskan ke dalam jiwa remaja yang hampa sehingga menimbulkan keinginankeinginan jahat dalam dirinya. Sangat menghawatirkan sekali apabila seorang remaja tidak mampu mengolah jiwanya menjadi jiwa yang sehat. Untuk itu perlu diadakan pencegahan agar hal ini tidak terjadi dan menjadi beban di dalam jiwanya. Karena banyak di luar sana kejadiankejadian penyimpangan yang diduga karena factor kekosongan jiwa dalam diri seorang remaja yang berakibat terbangkalainya waktu mereka dan memudahkan setan untuk merasuki jiwanya sehingga memicu keinginan-keinginan buruk yang dinyatakan dalam bentuk perilaku penyimpangan. Dalam menanggulangi masalah ini seorang remaja hendaknya memiliki aktivitas rutin yang positif seperti: ibadah, membaca, menulis, berdagang, olah raga, berorganisasi dan lain sebagainya yang sesuai dengan keinginan atau kemampuan yang tentunya bermanfaat. Aktivitas rutin dilakukan agar jiwa seorang remaja tidak mengalami kekosongan sehingga menjadikannya anggota masyarakat yang berguna bagi dirinya sendiri dan orang lain di sekitarnya. Kegiatan rohani juga dapat meminimalisasi kekosongan jiwa. Karena dengan sentuhan agama setidaknya hati seorang remaja tergerak untuk lebih memerhatikan jalan hidup dan berhati-hati dalam mengambil langkahnya juga dapat menghindarkan dirinya dari godaan-godaan setan apabila ia meyakininya. Tidak akan rugi jika seorang remaja memiliki aktivitas rutin sebab ia dapat mengisi waktunya dengan tidak sia-sia, mendapatkan pengalaman dan pelajaran, dan hidupnya pun akan menjadi lebih berarti serta menjadi bekal untuk masa depannya kelak. 3. Kesenjangan Kaum Tua dan Kaum Remaja Hubungan kaum tua dan kaum remaja di dalam lapisan masyarakat haruslah seimbang dan selaras agar kelangsungan hidup manusia dapat berjalan dengan harmonis. Namun tidak jarang kita melihat kaum tua yang tidak mampu meluruskan kaum remaja, bahkan ada sebagian yang putus asa dalam menghadapinya, yang pada akhirnya menimbulkan kebencian dan rasa antipati

juga tidak peduli terhadap keadaan mereka baik atau buruk. Sebaliknya, sebagian kaum remaja seringkali memandang sinis dan remeh terhadap kaum tua, bahkan menunjukkan sikap yang menentang sebagai bentuk kekecewaan mereka. Hal inilah yang menimbulkan keretakan di tengah masyarakat dan menjadi bahaya besar yang mengancam keutuhan masyarakat. Problema ini dapat ditangani dengan syarat kaum tua dan kaum remaja harus meyakini dan menyadari bahwa masyarakat dengan adanya mereka ibarat satu tubuh. Yang apabila salah satu anggota tubuh rusak, maka akan berakibat rusaknya seluruh bagian tubuh, yaitu seluruh masyarakat sehingga perpecahan akan terjadi diantara kedua golongan ini. Kaum tua hendaknya memiliki rasa tanggung jawab dan kepedulian terhadap kaum remaja baik atau buruknya, menghilangkan rasa putus asa dan bersabar dalam menghadapi mereka. Remaja perlu bimbingan dalam menjalani hidupnya dan mengambil banyak pelajaran dari orang-orang yang kedudukannya lebih tinggi dari mereka, siapa lagi kalau bukan kaum tua. Oleh karena itu, kaum tua hendaknya dapat mencerminkan sikap dan sifat yang bijaksana dalam mengambil tindakan agar kaum remaja dapat memandang positif kaum tua, khususnya para pemimpin yang seharusnya dapat dijadikan sebagai idola kaum muda. Itulah alasan mengapa kaum muda lebih sering mengidolakan selebritis dibandingkan para pemimpin negeri. Karena di zaman ini jarang sekali ada pemimpin yang dapat mencerminkan sikap pemimpin yang sesungguhnya, pemimpin yang arif, pemimpin yang memiliki keintelektualan yang baik, yang dapat dijadikan contoh oleh para generasi muda. Keadaan kini berbalik, pemimpin yang seharusnya bisa dijadikan contoh berubah menjadi sosok yang membuat para kaum remaja menunjukkan sikap antipatinya terhadap mereka. Kaum remaja yang sama-sama menginginkan yang terbaik bagi kehidupannya hendaknya dapat menaruh rasa hormat terhadap kaum tua dan mau menerima bimbingan dan arahan mereka selama masih di jalan yang benar. Juga diiringi dengan rasa ikhlas dan sungguh-sungguh untuk senantiasa berada di jalan yang diridhai Allah swt. tanpa mengadakan perlawanan, penentangan, dan penolakan secara keras yang dapat menghambat proses menuju kebahagiaan. 4. Pergaulan Dan Interaksi Dengan Kelompok Yang Menyimpang Remaja yang bergaul dengan kelompok yang menyimpang akan sangat memengaruhi pola pikir, perilaku, dan kepribadiannya. Pemandangan seperti ini sering ditemukan pada remaja yang kurang mendapat perhatian dari orang tua dan lingkungan yang kurang mendukung dalam membentuk kepribadiannya. Dewasa ini banyak kelompok remaja yang menyimpang berkeliaran di tengah kota, mereka biasa menyebut kelompok mereka dengan sebutan gangster yang berkonotasi negatif pada sebagian besar pandangan masyarakat karena perilaku para anggota gangster yang seringkali menunjukkan sikap berontak dan tidak mau diatur. Dalam mengatasi permasalahan ini remaja hendaknya dapat memilih teman bergaul yang baik dalam berpikir dan berperilaku agar dapat diteladani sikap dan akhlak mulianya. Sekiranya memiliki akhlak yang baik, agama yang lurus, dan nama yang harum, maka merekalah yang pantas dipergauli. Sebaliknya, remaja juga harus berhati-hati dan jangan mudah tertipu oleh perkataan manis dan penampilan yang memesona. Karena itu merupakan tipuan dalam upaya penyesatan yang dilakukan oleh orang-orang yang bermoral rendah, sehingga kelompok mereka

semakin banyak, dan tertutuplah kejahatan-kejahatan mereka. Namun, peribahasa mengatakan bahwa sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga, begitu pun dengan keburukan-keburukan yang mereka perbuat, cepat atau lambat keburukan itu akan terungkap. Pemerintah juga harus lebih membuka mata dan prihatin atas kondisi remaja masa kini yang sebagian tidak dapat mengikuti prosedur untuk menjadi anggota masyarakat yang baik dan dapat diandalkan atas kehadirannya dengan memberdayakan mereka yang menemui jalan buntu dalam hidupnya agar tidak sia-sia demi mewujudkan masyarakat yang madani, karena negara akan maju bersama dengan masyarakatnya yang maju.

Sosialisasi Diri Remaja dan Efeknya terhadap Perilaku


Manusia dilahirkan dalam kondisi tak berdaya. Ia akan tergantung pada orang tua dan orangorang yang berada di lingkungannya sampai waktu tertentu. Seiring dengan perkembangan waktu, seorang anak perlahan-lahan akan melepaskan diri dari ketergantungannya pada orang tua atau orang lain di sekitarnya untuk belajar mandiri. Sebagai proses awal pembelajarannya adalah bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Mereka yang mulai beranjak remaja, terlebih dalam pencarian identitas diri, akan mengalaminya, karena hal ini merupakan proses alamiah. Sosialisasi diri yaitu proses seseorang memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukannya agar dapat berfungsi sebagai pemeran aktif dalam satu kedudukan atau peranan tertentu di masyarakatnya. Sosialisasi dapat juga diartikan sebagai pengalaman sosial sepanjang hidup yang memungkinkan seseorang mengembangkan potensi kemanusiaannya dan mempelajari pola-pola kebudayaan yang ada di lingkungannya. Sosialisasi diri dibedakan menjadi dua, yaitu sosialisasi sempurna dan sosialisasi tidak sempurna. Sosialisasi sempurna terjadi bilamana pelaku atau remaja bisa memilah dan memilih mana yang baik atau yang buruk baginya, baik tindakan yang salah maupun yang benar yang harus dilakukannya. Dengan begitu, remaja tersebut dapat berkembang dengan kondisi fisik dan psikis yang baik sesuai dengan usianya. Namun, sedikit sekali di era globalisasi ini kita temui remaja yang bekembang dengan baik dan sempurna seperti tersebut di atas. Sosialisasi sempurna sangat banyak manfaatnya bagi perkembangan remaja. Misalnya, remaja tersebut memiliki banyak teman, sehingga banyak pengalaman pula yang akan ia dapatkan. Dengan memiliki banyak kemampuan untuk memilah baik buruknya tindakan yang ia temui dalam sosialisasi, maka ia dapat mengembangkan kepribadian yang baik. Hal ini dapat terjadi karena lingkungan yang ia pilih untuk bersosialisasi pun merupakan lingkungan yang sehat dan baik. Adanya sikap saling mengingatkan (care) antarsesamalah yang paling berpengaruh dalam terbentuknya kepribadian yang baik dalam sosialisasi ini. Selain itu, orang tua juga tidak akan resah terhadap sosialisasi yang dilakukan anaknya, karena mereka akan melihat sisi positif dari sosialisasi sang anak melalui sikapnya, baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat. Bahkan, orang tua akan cenderung bangga dan mendukung tindakan-tindakan sang anak selanjutnya. Sebaliknya, sosialisasi yang tidak sempurna akan terjadi pada remaja yang selalu menelan mentah-mentah apa yang ia temui dalam bersosialisasi. Ia tidak memedulikan akibat yang terjadi jika ia melakukan tindakan sesuai dengan usianya. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Sudah bukan wacana baru lagi seorang remaja bertindak lebih dewasa dari yang seharusnya. Bahkan, merupakan suatu keharusan remaja saat ini bertindak jauh

lebih dewasa. Dampak sosialisasi ini sangat buruk bagi perkembangan remaja. Disam itu, juga sangat meresahkan orang tua dan masyarakat sekitar. Proses sosialisasi yang berjalan tidak sempurna ini dapat membentuk kepribadian yang menyimpang. Telah kita ketahui bersama bahwa remaja yang mencari identitas dirinya akan melakukan apa saja demi sesuatu yang belum ia ketahui. Rasa keingintahuan yang besar dan sikap yang selalu menelan mentah-mentah apa yang ia temui dalam bersosialisasi inilah yang membuat ia melakukan tindakan yang menyimpang. Banyak sekali tindakan-tindakan yang diseabkan adanya sosialisasi yang tidak sempurna, antara lain terlibat tawuran dan pergaulan bebas. Pergaulan bebas yang semakn marak di kalangan remaja saat ini sangat meresahkan berbagai pihak. Hampir setiap hari kita dengar berbagai kasus tentang pergaulan remajayang semakin tidak bermoral di media massa. Bahkan free sex, minuminuman keras dan keterlibatan dalam jaringan pemakai dan pengedar narkoba semakin menghantui masyarakat. Mengatasi sosialisasi yang berjalan dengan tidak sempurna ini, dapat kita lakukan dengan berbagai cara, diantaranya yaitu tingginya peran keluarga sehingga seorang anak bisa mendapat perhatian dan dukungan moril yang besar dari keluarga. Dengan adanya hal tersebut, dimaksudkan sosialisasi anak akan lebih baik dan terarah, sehingga baik-buruk tindakan yang akan ia lakukan bisa dipikirkan secara masak. Karena ia tidak ingin membuat keluarganya kecewa akan apa yang ia lakukan. Selain itu pendekatan diri pada Tuhan Yang Maha Esa juga sangat diperlukan. Hal ini dapat menjadikan remaja berpikir ulang untuk melakukan suatu tindakan yang buruk, karena ia tahu bahwa tindakan yang tidak benar atau menyimpang tersebut adalah dosa yang yang kelak harus ia pertanggung jawabkan. Pendekatan kepada Tuhan Yang Maha Esa ini seharusnya diajarkan oleh orang tua sejak dini. Sehingga dalam perkembangan menuju kedewasaannyam seorang anak sudah memiliki pegangan hidup, yakni tebalnya iman yang melekat pada dirinya. Keselektifan dalam mencari teman juga memegang peranan yang sangat penting. Bagaimanapun juga, ketidaksempurnaan maupun kesempurnaan remaja dalam bersosialisasi sangat dipengaruhi oleh seorang teman. Baik buruknya teman kita, itulah yang menjadikan siapa kita nanti. Maka dari itu, kita harus benar-benar selektif dalam memilih siapa yang akan kita jadikan teman. Melihat semakin parahnya penyimpangan perilaku remaja akibat dari sosialisasi yang tidak sempurna, kita sebagai warga masyarakat yang peduli terhadap perkembangan generasi muda, diharapkan lebih peka terhadap apa yang terjadi di lingkungan sekitar kita. Terutama yang berhubungan dengan sosialisasi yang akjan dilakukan remaja dan dampaknya tehadap perilaku. Tidak lepas dari semua itu, peran otang tualah yang sangat penting. Semakin besarnya perhatian dan penanaman nilai-nilai yang diberikan orang tua terhadap perkembangan sang anak terutama dalam tahap sosialisasi, akan menjadikan sang anak memiliki kepribadian yang semakin baik pula.

You might also like