Professional Documents
Culture Documents
May 3, 2010 :: 20 Jumada al-Ula 1431AH Filed underOpini & Kajian Posted by admin
Oleh Ust. H. Taufik Hamim, Lc. MA. Mengajak manusia untuk melakukan kebaikan atau menyeru orang lain untuk melaksanakan perintah Allah SWT adalah pekerjaan amat mulia. Bahkan, dalam Al-Quran Allah SWT meyebutkan, orang yang melakukan aktivitas tersebut adalah orang yang perkataannya paling baik (Ahsanu Qaulan). Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang menyerah diri? (Q.S. Fushshilat/41 : 33). Isi atau materi dakwah yang disampaikan seorang dai adalah ajaran Islam itu sendiri. Islam adalah agama yang penuh rahmat, bukan saja bagi para pemeluknya, tetapi juga bagi penganut agama lain, bahkan bagi seluruh alam semesta beserta isinya. Namun, seringkali kita dapati di masyarakat dai yang menyerukan Islam kepada manusia, baik secara pribadi maupun kolektif, berdakwah dengan cara yang membuat objek dakwah bukannya menerima dakwah, tetapi malah sebaliknya, menolaknya bahkan menentang dan memusuhinya. Yang demikian itu disebabkan lantaran ajaran sang dai tersebut menyimpang dari ajaran Islam itu sendiri, namun bisa jadi karena dai tersebut tidak faham medan dakwanya, tidak memahami watak, kultur dan latar belakang masyarakat yang sedang didakwahi atau karena sebab-seba yang lainnya. Kita dapati sebagian para dai saat ini lebih suka untuk menvonis dan menghakimi masyarakat dengan menyebut mereka kafir, musyrik, fasiq, ahli bidah, dan kalimat yang sejenisnya yang barangkali sebagaian perbuatan yang dilakukan oleh masyarakatnya itu masih dalam hal-hal yang masih dalam bingkai khilafiyah (perbedaan pandangan di kalangan para ulama) padahal seorang dai seharusnya harus lebih dekat kepada masyarakatnya itu, dengan demikian dia akan dapat memperlakukan objek dakwahnya itu secara baik, santun, lemah lembut, penuh kasih
saying, arif dan bijaksana. Walaupun tidak bisa dipungkiri bahwa sikap keras dan tegas juga dibutuhkan, namun harus sesuai dengan kondisi dan situasi. Bukankah Allah SWT telah menggambarkan bagaimana Rasulullah SAW mendakwahi kaumnya. Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orangorang yang bertawakkal kepada-Nya ( Q.S. Ali Imran/3 : 159).
Namun demikian harus ada suatu perkumpulan, wadah atau organisasi atau apapun bentuk dan namanya dalam rangka menyeru seruan kepada kebaikan, memerintah kepada yang makruf dan melarang kemungkaran. Harus ada kekuatan dan kekuasaan dalam melakukan itu semua.
Allah berfirman (setelah ayat itu) : Sesungguhnya kami Telah sediakan bagi orang orang zalim (Orang yang kafir kepada Allah, Rasul dan kitab-Nya ) itu neraka. Al-Qurthubi dalam kitab tafsirnya Al-Jaami Li Ahkaamil Quran mengatakan : Makna ayat diatas adalah : Katakanlah hai Muhammad kepada orang-orang yang yang telah Kami lalaikan hati-hati mereka dari mengingat Kami : Wahai manusia, Siapakah gerangan Tuhanmu yang haq ?, kepada-Nya jualah kembali taufik dan kehinaan, ditangan-Nya lah pentunjuk dan kesesatan, Dia memberikan petunjuk kepada siapa yang dikehendaki lalu dia beriman, dan Dia menjadikan seseorang itu sesat dengan kehendak-Nya lalu dia kafir , Allah SWT memberika yang haq kepada orang yang dikehendaki walaupun dia orang lemah, dan tidak memberikan yang haq itu kepada orang dikehendaki walaupun dia orang kuat dan kayaApabila kalian ingin (beriman) maka berimanlah kalian, dan apabila kalian ingin (kafir) maka jadilah kalian kafir. Yang demikian ini bukanlah sebuah keringanan ataupun pilihan antara beriman dan kafir,apabila kalian kafir maka telah disiapkan untuk kalian neraka dan apabila kalian beriman maka bagi kalian adalah surga. Akan tetapi perlu diketahui bahwa seorang dai harus selalu menyampaikan risalah Islam yang penuh rahmat ini kepada masyarakat dengan cara yang rahmat pula sehingga mereka dapat menerima Islam dengan tidak ada keterpaksa dalam mengamalkan ajaran agama yang mulia ini.
Siapa saja yang mencontohkan tuntunan yang baik, maka dia akan mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang mengamalkannya sampai hari kiamat, dan siapa saja yang mencontohkan tuntunan yang buruk, maka dia akan menanggung dosanya dan dosa orang yang mengamalkannya sampai hari kiamat . . Demi Allah, yang dengan perantara kamu, Allah berikan petunjuk kepada seseorang, itu lebih baik dari pada kamu memiliki onta yang terbaik
Demikian semoga para dai selalu istiqamah dalam mengemban tugas dakwah ini, tugas mulia yang pernah dilakukan oleh para hamba Allah SWT pilihan. Wallahul Mustaan.* Taufik Hamim, Ketua Umum Muntada Ahlil Quran (The Quranic Community Forum) Jati Cempaka Pondok Gede Bekasi. Website: www.taufik-hamim.com & www.muntadaquran.net
Referensi :
-Al-Quran Al-Karim -Al-Hadits Asy-Syarif -Tafsir Ibnu Katsir -Tafsir Al-Qurthubi -Tafsir fathul Qadir -Fizhilali Quran -Al-Madkhal Ila Ilmiddakwah -Titik Tolak, Landasan Gerakan Aktifis Dakwah -Kepribadian Dai