You are on page 1of 6

1

Oleh :
Drs. M. Munir Salham, MA, dr. Ferry Baan, M.Kes, Arianto, S.Sos. M.Si, Dra.Nurhayati Mansyur, Drs. Isbon Pageno.

Kerjasama Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah dengan


Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako

Abstract masih mengandalkan kepiawian Dukun Bayi dalam


menolong persalinan, sekalipun secara medis berisiko
The program of placing the village medically- tinggi terhadap kematian ibu hamil, bayi dan balitanya.
trained midwives (obstetricians) in Central Sulawesi is not .
successful yet as the placement has not been equally Upaya meminimalisasi dan menurunkan tingkat
distributed yet. This is the main problem in terms of both kematian ibu hamil, bayi dan balita, maka semua
the quantity and the facilities. There are several villages persalinan yang ditangani oleh dukun bayi, harus beralih
that still have high level of babies and maternal mortality ditangani oleh BDD, kecuali hal-hal yang berhubungan
because many childbirths are still done bay traditional dengan adat dan kebiasaan masyarakat setempat,
midwives, who have not been trained medically. The dengan menjalin hubungan kemitraan antara keduanya.
villages still need and expect the midwives though their Hasil temuan dilapangan menunjukkan bahwa
practices are medically risky towards babies and maternal kemitraan BDD dengan Dukun bayi sudah menampakkan
mortality. tanda-tanda yang menggembirakan, masih berjalan
To minimalize and reduce the level of babies lancar, saling mendukung tanpa menimbulkan image
and maternal mortality, the childbirths should be handled persaingan, pasaran kerja, dan mengurangi status dukun
by village obstetricians except things related to the custom bayi sebagai tokoh masyarakat.Tetapi kemitraan yang
and traditions of the community or to establish partnership sementara berjalan sekarang ini masih dalam batas
relation. pemaknaan transfer knowledge, masih dalam bentuk
The finding in the field showed that the pembinaan cara-cara persalinan yang higiens BDD
partnership between obstetricians and traditional midwives kepada Dukun Bayi, berarti belum ada dalam bentuk
worked cooperatively, However, the type of partnership at kesepekatan uraian tugas dan fungsi masing-masing, juga
the moment is in the form of training or knowledge transfer belum mengarah pada alih peran pertolongan persalinan
on how to do hyginous childbirths. In addition to the secara optimal. Namun dikhawatirkan di masa mendatang,
training, the should be an agreement in terms of job pembinaan yang dilakukan oleh BDD justru memberikan
descriptions and functions of each. In other words, in the peran baru Dukun Bayi, menambah prestasenya, dan
future the village midwives can work as obstetricians. This menaikkan status mereka, bahkan semakin menambah
means that role transfer is successful. kepercayaan mereka menjalankan profesinya secara
The improvement done by the village sendiri-sendiri. Bagaimana upaya yang dilakukan
obstetricians might concern us as they can give keduanya dalam menurunkan angka kematian ibu hamil,
unexpected new roles to the village midwives, prestigious bayi dan balitanya, Apakah kemitraan BDD dengan dukun
positons, increased status, even overconfidence in doing bayi tidak terjadi tumpang tindih ataukah justru
their professions. The questions are how do both parties memperkuat kembali kerjasama antara keduanya dalam
make efforts to reduce babies and maternal mortality, is menangani persalinan sesuai tugas dan fungsi masing-
the partnership not overlapping or might in strengthen the masing, agaknya harus menjadi kajian dalam penelitian ini
partnership according to their respective tasks and .
functions. All this have to be studied in this research. Kata Kunci : Pertolongan dan Alih Peran Persalinan,
Kemitraan BDD dengan Dukun Bayi
Keywords : Partnership between obstericians and
village midwives, helping childbirths and
childbirth task transfer.
A. Latar Belakang
Isu pengembangan dan penyebaran bidan
Abstrak yang tidak merata di beberapa daerah di Sulawesi
Tengah, merupakan masalah utama bagi daerah-daerah
Program penempatan Bidan Di desa (BDD) yang itu sendiri, terutama penempatan bidan yang tidak merata
belum merata di daerah Sulawesi Tengah merupakan jumlahnya serta fasilitas pelayanan kesehatan reproduksi
masalah utama bagi daerah itu sendiri, baik dari segi seperti Pondok Bersalin Desa (Polindes.) Data
jumlahnya maupun dari segi sarana fisiknya. Di satu sisi menunjukkan bahwa jumlah desa di Sulawesi Tengah
masih ada beberapa desa yang mempunyai masalah 1.524 desa, sedangkan jumlah bidan 1.119 orang yang
kesehatan yang tingkat kematian ibu hamil, bayi dan tersebar di 9 (sembilan) kabupaten dan 1 (satu) kota.
balitanya masih tinggi, di sisi lain program penempatan Sedangkan jumlah Polindes tercatat 1.051 tahun 2003,
BDD yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kematian meningkat menjadi 1.159 tahun 2004, dan menurun
ibu hamil, bayi dan balita belum menunjukkan hasil yang menjadi 901 pada tahun 2005 (Sumber data: Profil UKBM
optimal, karena masih banyak persalinan yang terjadi di Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, tahun 2005).
beberapa daerah dilakukan oleh dukun bayi, berarti Dukun Gambaran data tersebut mengisyaratkan bahwa di
Bayi masih dibutuhkan oleh masyarakat setempat, dan Sulawesi Tengah masih membutuhkan 405 bidan, tidak
2
termasuk bidan yang pindah wilayah kerja dan tujuan tertentu. Dalam kerjasama tersebut ada
ditempatkan di Puskesmas setelah diangkat menjadi kesepakatan tentang komitmen dan harapan masing-
pegawai negeri sipil (PNS), dan 623 Polindes, tidak masing tentang peninjauan kembali terhadap
termasuk Polindes yang tidak layak huni, karena alasan kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat, dan saling
rusak, dibongkar atau tidak dapat ditempati lagi. berbagi, baik dalam resiko maupun keuntungan yang
Dalam buku panduan Bidan Tingkat Desa tahun diperoleh. (Notoatmodjo, 2003:105). Dari batasan ini ada
1990, menunjukkan bahwa tujuan utama penempatan tiga kata kunci dalam kemitraan yakni: a) kerjasama
bidan di desa adalah meningkatkan mutu pelayanan antara kelompok, organisasi, dan individu 2) bersama-
kesehatan dalam rangka menurunkan angka kematian ibu, sama mencapai tujuan tertentu (sesuai kesepakatan) 3)
bayi dan balitanya, dan angka kelahiran serta saling menanggung resiko dan keuntungan. Membangun
meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperilaku sebuah kemitraan, harus didasarkan pada hal-hal berikut:
hidup sehat. Sasaran penempatan BDD yaitu desa yang 1) kesamaan perhatian (common interest) atau
mempunyai masalah kesehatan yang lebih besar seperti kepentingan 2) saling mempercayai dan saling
tingkat kematian ibu, bayi dan anak balita yang tinggi serta menghormati, 3) tujuan yang jelas dan terukur 4)
angka kelahiran yang tinggi. Namun, masih ada diantara kesediaan untuk berkorban baik waktu, tenaga, maupun
BDD yang telah ditempatkan di desa, ternyata tidak sumber daya lain.
bekerja secara penuh di desa dan bersedia tinggal di Konsep kemitraan yang diuraikan di atas,
wilayah kerjanya, karena alasan pernikahan harus senantiasa diperhadapkan berbagai tangtangan atau
mengikuti suami yang bekerja di desa lain atau di ibukota hambatan dalam hal ini pelaku medis tradisional yaitu
kabupaten. Oleh karena itu, ibu hamil yang akan dukun bayi, salah satu penolong persalinan dan warga
melahirkan harus berhubungan dengan dukun bayi pada masyarakat yang banyak berperan dalam pertolongan
saat bersalin, dengan alasan bidan tidak ada di tempat. persalinan (Kalangie, 1987, Foster 1969).
Sedangkan adat kebiasaan yang berlaku pada masyarakat
di desa, pada umumnya persalinan dilakukan di rumah. - Pengertian Dukun Bayi
Sebaliknya dukun bayi mudah dihubungi karena mereka Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa
hidup dan tinggal ditengah-tengah masyarakat, bahkan masyarakat sudah mengenal dukun bayi atau dukun
mereka tidak mau diukur dengan nilai uang setiap beranak sebagai tenaga pertolongan persalinan yang
melakukan persalinan, tidak pernah menetapkan standar diwariskan secara turun temurun. Dukun bayi yaitu mereka
harga sesuai keikhlasan pasien. yang memberi pertolongan pada waktu kelahiran atau
Namun, peranan Bidan Di desa sangat besar dalam hal-hal yang berhubungan dengan pertolongan
dalam persalinan, bahkan sebagian besar masyarakat kelahiran, seperti memandikan bayi, upacara menginjak
masih menggantungkan harapan penyembuhan atas tanah, dan upacara adat serimonial lainnya. Pada
berbagai penyakit yang dialami oleh seorang ibu hamil, kelahiran anak dukun bayi yang biasanya adalah seorang
dan masih banyak bidan di desa tidak dapat memenuhi wanita tua yang sudah berpengalaman, membantu
dan memuaskan semua kebutuhan kesehatan komunitas, melahirkan dan memimpin upacara yang bersangkut paut
terutama seringnya terlambat penanganan pasien rujukan, dengan kelahiran itu (Koentjaraningrat, 1992:205).
obat-obatan sering terlambat, sehingga kematian tidak
bisa juga dihindari. Oleh karena itu, upaya-upaya yang - Pengertian Bidan
harus dilakukan dalam membangun kemitraan antara Bidan adalah seseorang dengan persyaratan
BDD dengan Dukun Bayi yaitu kesamaan persepsi tertentu telah mengikuti dan menyelesaikan program
antara Bidan Di desa dengan Dukun Bayi dalam pendidikan yang diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai
persalinan, kesetaraan dalam menjalankan professi dengan persyaratan yang berlaku. Pengertian Bidan ini
sebagai penolong persalinan, dan saling menguntungkan mengisyaratkan bahwa bidan tenaga yang baru, relative
dari sisi ekonomi, sehingga Dukun Bayi tidak ada image sangat muda, dan pengalaman mereka juga belum banyak
negatif bahwa lahan kerjanya diambil alih oleh Bidan Di dan masih kurang dewasa. Sedangkan dukun bayi tenaga
desa. yang cukup berpengalaman dalam menolong persalinan,
. Berdasarkan uraian-uraian pada latar belakang di masih diterima oleh masyarakat, maka tidak mustahil jika
atas, maka dirumuskan beberapa masalah yaitu, masyarakat lebih percaya menggunakan dukun bayi
bagaimana persepsi dukun bayi tentang kemitraan dengan dibanding dengan bidan, dalam hal memeriksa kehamilan
BDD. Apakah kemitraan yang dilakukan BDD terhadap dan menolong persalinan.
dukun bayi dapat menciptakan alih peran pertolongan
persalinan? dan Faktor-faktor apa yang menjadi - Pengertian Alih Peran
hambatan dalam pelaksanaan kemitraan antara BDD Tugas Bidan Di desa (BDD) adalah melakukan
dengan dukun bayi . kerjasama dengan Dukun Bayi agar dapat mengambil alih
persalinan yang semula ditangani oleh dukun bayi beralih
B. Tinjauan Pustaka ditangani BDD. Alih peran dimaksudkan dalam penelitian
ini adalah pengalihan dan efektifitas dalam melakukan
- Pengertian Kemitraan persalinan dan keselamatan bayi lahir yang pada
Di Indonesia istilah kemitraan masih relative baru, umumnya telah dilakukan oleh tenaga kesehatan (nakes)
namun dalam prakteknya istilah ini sudah lama dikenal
oleh masyarakat dengan istilah gotong royong yang C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
sebenarnya esensinya adalah kemitraan, yakni kerjasama Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
dari berbagai pihak, baik secara individual maupun persepsi dukun bayi terhadap BDD dan BDD terhadap
kelompok. Selanjutnya gotong royong sebagai “praktek dukun bayi dalam pertolongan persalinan dan upaya-
individual” ini berkembang menjadi koperasi, koalisi, upaya yang dilakukan oleh BDD dalam menjalin
aliansi, jejaring (net working), dan sebagainya. Istilah- kemitraan serta mengidentifikasi
istilah ini sebenarnya sebagai perwujudan dari kerjasama masalah-masalah yang menjadi hambatan dalam menjalin
antar individu atau kelompok yang saling membantu, kemitraan antara BDD dengan dukun bayi, serta langkah-
saling menguntungkan dan secara bersama-sama langkah stretegis dalam menjalin kemitraan dikalangan
meringankan pencapaian suatu tujuan yang telah mereka masyarakat pada umumnya dan pelaku pertolongan
sepekati bersama. persalinan BDD dan Dukun Bayi pada khususnya.
Pengertian kemitraan menurut Robert Davies,
adalah suatu kerjasama formal antara individu-individu,
kelompok-kelompok atau organisasi untuk mencapai suatu
3
rumahnya, termasuk bidan desa yang tidak menetap di
D. Metode Penelitian wilayah kerjanya, bahkan sering meninggalkan tugas dan
pekerjaannya.
Lokasi penelitian yaitu Kabupaten Banggai, Dukun bayi yang turut serta membantu tugas-
Kabupaten Tojo Una-Una, Kabupaten Toli-Toli dan tugas kebidanan dalam persalinan, seyogiyanya
kabupaten Donggala. Penelitian ini dilakukan bulan Juli diberdayakan pada peran-peran tertentu dan dilibatkan
s/d Agustus 2006, dengan tiga tahapan yakni, Penelitian secara langsung sebagai ”key person” sekaligus dapat
lapangan pertama dilakukan di kabupaten Banggai dan berperan sebagai ”public opini” yakni pemberi informasi
Kabupaten Tojo Una-Una dari tanggal 7 s/d 20 Juli 2006, awal ke BDD bagi ibu hamil yang akan melahirkan,
Penelitian lapangan kedua dilakukan di kabupaten Toli- terutama kehamilan yang menunjukkan tanda-tanda
Toli dari tanggal 21 s/d 28 Juli 2006, dan penelitian berisiko atau gejala penyakit lainnya. Sikap kerjasama
lapangan ketiga dilakukan di kabupaten Donggala dari yang ditunjukkan oleh dukun bayi seperti ini, dimaknai
tanggal 2 s/d 9 Agustus 2006. sebagai dukun bayi yang cukup memahami kelebihan dan
Populasi dalam penelitian ini adalah BDD kemampuan bidan dalam mendeteksi kehamilan dan
sebanyak 681 orang, dengan penentuan sampel yaitu kelahiran, termasuk penanganan ibu yang melahirkan
”Simple Random Sampling” sebanyak 70 orang, dengan karena pendarahan, sedangkan dukun bayi memahami
distribusi 30 BDD di kabupaten Donggala, 20 BDD di kelemahan dan ketidakmampuannya menangani pasien
kabupaten Banggai, 10 BDD di Kabupaten Tojo Una-Una, seperti ini.
dan 10 BDD di kabupaten Toli-Toli, karena penelitian ini
difokuskan mengenai kemitraan, maka praktisi yang juga
banyak berperan menolong persalinan di komunitas desa 2. Persepsi Bidan Terhadap Dukun Bayi
adalah Dukun Bayi, maka dalam penelitian ini diambil juga
sampel Dukun Bayi, secara ”purposive sampling” Persepsi merupakan proses kerja melalui
sebanyak 40 orang dengan distribusi 20 orang di perantaraan pikiran sehat yang muncul pada seseorang,
kabupaten Donggala, 9 orang di kabupaten Banggai, 5 mencakup paling tidak dua proses kerja yang saling
orang di kabupaten Tojo Una-Una, dan 6 orang di berkaitan yaitu pertama menerima kesan melalui
kabupaten Toli-Toli. penglihatan dan sentuhan inderawi lainnya, kedua,
Pengumpulan data bersumber dari data penafsiran dan penetapan arti dan makna atas kesan-
sekunder kantor Dinas Kesehatan kabupaten, kesan inderawi yang melahirkan pandangan-pandangan
Puskesmas/Pustu dan Polindes, dan data primer melalui seseorang terhadap sesuatu objek.
wawancara mendalam (indept interview) ke rumah-rumah Hasil temuan membuktikan bahwa pertama,
Bidan Desa dan Dukun Bayi, dan pengamatan tidak tanggapan bidan terhadap dukun bayi pada umumnya
terlibat (observasi non partisipant) difokuskan segmen (70%) mengatakan sebaiknya sudah harus
yang relevan dengan aktifitas Bidan Desa dan Dukun dikurangi/dihentikan aktivitasnya, sekitar (18.57%) sudah
Bayi, dan Kuestioner, serta dilengkapi dokumentasi, foto- tidak cocok lagi diberi peluang menolong persalinan, dan
foto, dan dokumen penting lainnya. (11.43%) mengatakan dukun bayi layak mendapat reward
Teknik analisis data adalah deskriftif kualitatif, (penghargaan) atau lapangan kerja lainnya, terutama
dengan menggabungkan pendekatan kualitatif dan dukun bayi yang aktif membantu bidan dalam persalinan.
kuantitaf. Analisis kualitatif digunakan untuk pemaknaan Alasan bidan dapat dibenarkan jika praktek
data rekaman hasil wawancara mendalam dengan dukun bayi itu harus dihentikan karena di samping ada
memakai pedoman wawancara, dan observasi non penekanan bahwa semua persalinan harus ditangani oleh
partisipant, sedangkan analisis kuantitatif menggunakan nakes (tenaga kesehatan), ternyata masih ada juga
rumus statistik yakni Chi-Kuadrat, dengan alpha =0.05. diantara dukun bayi menggunakan cara-cara tradisional
dalam menangani persalinan, seperti memotong palacenta
dan menaburkan serbuk tempurung kelapa yang sudah
Hasil Dan Pembahasan dihaluskan ke pusar bayi dengan maksud cepat kering dan
jatuh. Menurut beberapa pasien yang diwawancarai
1. Penerimaaan Masyarakat mengatakan bahwa apapun yang dikerjakan Dukun Bayi
itu seperti meniup-niup air diiringi dengan doa-doa ”jampe-
Keberadaan BDD dalam wilayah kerjanya jampe” hanya tindakan psikologis-sosiologis agar ibu
mendapat respons yang berbeda-beda dari masyarakat yang melahirkan itu merasa aman dan tidak was-was
setempat, temuan dilapangan menunjukkan bahwa untuk melahirkan, dan rasa sakit waktu melahirkan bisa
sebagian besar responden (85%) setuju menerima hilang.
kehadiran bidan dalam membantu persalinan, hanya (15 Menanggapi sikap seperti ini, maka bidan harus
%) yang kurang/tidak setuju, pada umumnya yang tidak melakukan pendekatan persuasif dan empati agar tidak
setuju adalah dukun bayi yang tidak terlatih, yaitu dukun menimbulkan konflik dalam membangun kerjasama
bayi yang menerima professi ini sebagai pewarisan secara dengan dukun bayi, demikian juga kepada pasien agar
turun temurun. Dukun Bayi seperti ini merasa posisinya diberi pemahaman atau pengetahuan bahwa persalinan
tergeser dengan kehadiran bidan di desa, sementara yang dilakukan oleh bidan lebih aman dibandingkan
professi ini merupakan salah satu sumber penghasilan dsengan cara-cara persalinan oleh dukun bayi.
mereka. Keadaan ini menyebabkan mereka mengambil Kedua, tanggapan bidan tentang kesetaran
jarak dengan bidan, sehingga tidak terjadi komunikasi dengan dukun bayi, (80%) menyatakan setuju professi
diantara mereka. dukun bayi tetap diberikan kesempatan dalam
Berbeda halnya dengan Dukun Bayi yang telah menjalankan professinya selama masih menunjukkan
menerima kehadiran Bidan karena mereka memahami sikap saling menghargai professi masing-masing. Terbukti
tugas-tugas Bidan Di Desa, maka dalam waktu yang tidak Bidan di Desa (BDD) tetap intens melakukan
lama sudah terjalin komunikasi, saling membantu dan pembimbingan dan pengawasan terhadap praktek-praktek
dapat bekerjasama dalam pertolongan persalinan. persalinan Dukun Bayi,dan secara ekonomi menghindari
Hubungan ini dilanjutkan dengan saling berinteraksi dan jangan sampai Bidan Desa dianggap sebagai saingan
saling berkunjung satu dengan lainnya (27.50%), bahkan dalam menolong persalinan dan (20%) yang menyatakan
bidan desa intens melakukan kunjungan ke rumah dukun tidak/kurang setuju, karena dari sisi pengetahuan dan
(57.50%) saling memberi informasi terutama kalau ada praktek medis, diakui bahwa Bidan desa memiliki
pasien yang akan melahirkan, dan (15 %) dukun bayi kemampuan menggunakan peralatan dan obat-obatan,
mengatakan bidan desa tidak pernah berkunjung ke tetapi harus diketahui juga bahwa Dukun Bayi itu memiliki
4
kemampuan dan pengetahuan proses kondisi hamil: Hasil temuan dilapangan menunjukkan bahwa ada
terjadinya kehamilan, pertumbuhan janin dan waktu 3 (tiga) typologi model persalinan yang berlaku pada suatu
selama kehamilan, tanda-tanda dan saatnya persalinan. komunitas, berdasarkan tingkat pengetahuan dan
Dengan demikian tidak ada perbedaan yang pengalaman mereka dalam bersalin pada masyarakat
mendasar dan komplikasi tertentu sasaran pekerjaan, setempat, yaitu:
karena kedua praktisi ini memiliki kesamaan pengetahuan 1) Persalinan dilakukan oleh dukun bayi, tanpa
dalam memahami tanda-tanda kehamilan dan persalinan, kehadiran bidan
hanya yang berbeda sebatas pada penggunaan peralatan Pada umumnya berlaku pada masyarakat yang
medis, dan obat-obatan, serta etiologi penyakit. Oleh masih kuat adat dan kebiasaan yang berlaku pada
karena itu merupakan peluang bagi bidan melakukan komunitas setempat, sesuai keyakinan dan
upaya-upaya kemitraan secara sinergitas, dan saling pengalaman mereka, dan selama ini dukun bayi
menguntungkan, agar keduanya tidak terjadi komplik yang dinilai berhasil dalam menolong orang-orang yang
bisa menjadi kendala dalam membangun kemitraan. bersalin. Hasil wawancara dan observasi bahwa
Saling menguntungkan antara bidan dengan dukun bayi cara-cara persalinan seperti ini, hanya berlaku
dalam persalinan membuktikan bahwa persepsi bidan pada desa-desa terpencil sulit dijangkau
kepada dukun bayi positif, dengan prinsip tidak ada yang transportasi darat dan laut, dan belum tersentuh
dirugikan. program penempatan BDD dan sarana kesehatan
Faktor mendasar dan langsung dalam melakukan lainnya seperti, Polindes (Pondok Bersalin Desa).
kerjasama antara Bidan di Desa dengan Dukun Bayi, Kondisi seperti ini tampaknya menjadi hambatan
karena dukun bayi masih dibutuhkan tenaga, pengaruh bagi BDD melakukan komunikasi dan kemitraan
dan kewibawaannya sebagai tokoh masyarakat, agar dengan dukun bayi.
dapat membantu bidan dalam hal memberi informasi awal 2) Persalinan dilakukan oleh dukun bayi dan Bidan
jika ada pasien yang akan melahirkan, pasien yang Di Desa (BDD)
beresiko atau pasien yang memerlukan perawatan Pada umumnya dikelompokkan pada masyarakat
berkelanjutan, sebagai upaya mencegah dan transisional, yaitu sistem medis modern telah
menurunkan tingkat kematian ibu, bayi dan balitanya. menyebar dan diterima sebagai suatu inovasi
Ketiga : Pandangan dukun bayi terhadap cara-cara pelayanan kesehatan berbasis masyarakat,
yang dipraktekkan oleh BDD pada umumnya (85.%) karena di daerah itu sudah ada Posyandu dan
mengatakan tidak bertentangan dengan kebiasaan Polindes, tetapi masih ada sebagian warga
yang dilakukan oleh dukun bayi, kesamaan yang komunitas yang masih tetap mempertahankan
dimaksud seperti, tanda-tanda kehamilan dan periode sistem medis tradisional sampai sekarang ini,
waktunya, tanda-tanda melahirkan, cara-cara karena itu praktek-praktek penyembuhan dengan
menolong persalinan. sekalipun pandangan dukun cara-cara tradisional masih dijumpai di beberapa
bayi sangat positif kepada bidan, tetapi dalam hal daerah dan etnis. Hasil wawancara dan observasi
persalinan tetap memiliki perbedaan-perbedaan bahwa di satu sisi masyarakat (kerabat dekat ibu
mendasar, karena masih ada dukun bayi melahirkan) memanggil dukun bayi terlebih
menggunakan cara-cara tradisional (jampe-jampe) dahulu, kemudian menyusul BDD. Persalinan
sementara bidan tetap menggunakan peralatan dilakukan oleh dukun bayi, sesudah itu BDD yang
persalinan sesuai perkembangan teknologi kesehatan. memotong palacenta, memberi obat dan suntikan
Dukun yang mengatakan tidak ada perbedaan, kepada ibu melahirkan serta vitamin penambah
terutama dukun yang sering hadir bersama-sama darah (Fe). Di sisi lain menunjukkan bahwa BDD
membantu bidan dalam persalinan, sehingga mereka tetap memberikan kesempatan kepada dukun bayi
memiliki pengetahuan minimal, dapat menggunakan dan memahami serta menghargai adat dan tradisi
peralatan persalinan yang diberikan bidan seperti yang berlaku pada keluarga yang melahirkan,
gunting, sehingga ke depan timbul rasa percaya diri sehingga komunikasi dan kemitraan antara BDD
yang dikhawatirkan akan bekerja sendiri dan tidak dengan dukun bayi berjalan dengan lancar dan
memberi kesempatan bidan menggeser sinergis.
kedudukannya, termasuk dalam bermitra., sekitar 3) Persalinan yang dilakukan oleh Bidan Di Desa
(15.%) yang mengatakan bertentangan dengan (BDD)
kebiasaan yang dilakukan oleh dukun, terutama dukun Pada umumnya adalah masyarakat yang
bayi tidak terlatih yang menolong persalinan tanpa berperilaku sadar akan pentingnya persalinan
bantuan bidan, karena di wilayah kerjanya tidak ada yang dilakukan oleh BDD baik higienitasnya
bidan, terutama daerah yang terisolasi sulit dijangkau maupun tindakan lanjutan perawatan lainnya,
oleh bidan yang ditempatkan pada desa lain. karena dianggap lebih tepat, aman dan murah
biaya.

3. Upaya-Upaya Kemitraan Dan Manfaat Yang


diharapkan 1. Alih Peran Pertolongan Persalinan

Konsep kemitraan yang dimaksudkan dalam Alih peran yang dimaksudkan dalam penelitian ini
penelitian ini adalah suatu kerjasama antara bidan di desa adalah bidan desa mengambil alih peran dukun sebagai
dengan dukun bayi dalam melaksanakan tugas-tugas penolong persalinan, dimulai pemeriksaan kehamilan,
persalinan. Dalam kerjasama ada kesepekatan tentang persalinan dan pasca persalinan sampai pada tindakan
komitmen dan harapan masing-masing, dan saling berbagi perawatan. Upaya alih peran ini tidak semudah yang kita
baik dalam menghadapi resiko maupun keuntungan yang bayangkan karena terkait dengan faktor-faktor sosial
diperoleh, dengan prinsip persamaan (equity), kultural masyarakat setempat, sehingga gagasan tentang
keterbukaan (transparansi) dan saling menguntungkan alih peran masih memerlukan beberapa tahapan. Hasil
(mutual benefit). Selain itu, upaya-upaya yang dilakukan temuan di lapangan menunjukkan bahwa responden
oleh BDD adalah : dukun bayi mengatakan sangat setuju (22.50%), setuju
(32.50%) dan tidak setuju (45%).
a. saling membantu (44.29%), Pandangan tidak setuju berasal dari dukun bayi
b. saling mengisi kelemahan dan kelebihan (8.57%), yang tidak terlatih, masih mengandalkan kepopuleran
c. saling transparansi (keterbukaan) (47.14%). nama dan ketokohannya, serta pengalamannya dalam
menolong orang-orang yang melahirkan. Selain itu, mudah
5
dihubungi, tidak ada standar harga yang tetap, tidak 2. Saran-Saran
dalam bentuk uang, tetapi biasanya bentuk barang (barter)
berupa beras, kelapa, ubi dan hasil kebun lainnya. Dalam upaya melakukan alih peran praktek
Pandangan tersebut merupakan kondisi riil bagi secara tradisonal oleh dukun bayi, maka beberapa saran
masyarakat yang masih mengandalkan kepiawiyan dukun yang harus dilakukan oleh BDD sebagai berikut :
bayi yang selama ini banyak memberi bantuan si ibu yang
bersalin. a. Menyusun suatu pembagian tugas yang lebih
Dalam upaya BDD melakukan alih peran kongkrit antara BDD dengan dukun bayi dalam
persalinan maka upaya yang harus dilakukan oleh BDD praktek persalinan, disaksikan oleh Kepala Desa dan
adalah, komunikasi interaksi berwawasan budaya, tokoh masyarakat lainnya, seperti dukun bayi
memahami bahasanya, memahami adat dan kebiasaan bertugas memimpim upacara-upacara ceremonial
dalam persalinan, dan melakukan kunjungan rumah ke yang ada kaitannya adat dan kebiasaan masyarakat.
dukun bayi secara intensif (47.14%), sama-sama hadir b. Mengeluarkan 10% jasa persalinan dari pendapatan
dalam persalinan (20%), bantuan peralatan persalinan yang diterima oleh BDD kepada dukun bayi, sebagai
(20%), dan cara penggunaan dan pemanfaatannya salah satu langkah awal meminimalisasi praktek-
(4.29%). praktek tradisional dukun bayi dalam persalinan
. c. Memberdayakan tenaga Dukun Bayi sebagai ”Agent
Of Change” dan ”Publik Opini” dalam
5. Hambatan Dalam Bermitra mengkampanyekan cara-cara persalinan medis
modern dan memanfaatkan sarana kesehatan yang
Hasil wawancara dan pengamatan di lokasi tersedia seperti Polindes dan Posyandu.
penelitian ditemukan beberapa hambatan dalam bermitra d. Daerah-daerah yang belum tersentuh kehadiran BDD
antara BDD dengan Dukun Bayi: dan Polindes, maka dibutuhkan sarana kesehatan
a) Belum ada pembagian tugas yang jelas dan kongkrit lainnya seperti Polkesdes (Pos Kesehatan desa).
tentang kemitraan antara BDD dengan Dukun Bayi. Tetapi
yang berlangsung selama ini adalah memberi bimbingan
dalam bentuk mengajarkan cara-cara persalinan higines.
sekalipun pengetahun dan keterampilan dari BDD belum
tentu mampu diadopsi oleh dukun bayi, seperti menyuntik, DAFTAR PUSTAKA
memberi obat dan vitamin penambah darah atau
mendeteksi resiko penyakit yang dapat membahayakan Abramson. 1997, “Metode Survei dalam Kedokteran
bayi dan ibunya. Komunitas” judul asli ”Survey Methods in
b) Pada umumnya Bidan PTT, masih berusia muda, Community Medicine” diterjemahkan oleh Akhid, Gadjah
kurang berpengalaman, kurang menguasai adat dan Mada University Press, Yokyakarta
tradisi masyarakat, serta bahasa komunitas di wilayah
kerjanya. Alwisol 1989, “Pandangan Masyarakat Aceh Mengenai
c) Perilaku dukun bayi untuk tidak melakukan praktek- Kesehatan” dalam “Dukun Mantera, dan Kepercayaan
praktek persalinan secara tradisional dengan Masyarakat, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Pustaka Karya,
menggantikan cara-cara yang lebih higiens (medis Jakarta
modern) belum tentu dapat melaksanakan dengan baik,
karena bisa saja terbentur biaya untuk membeli alkohol Bennet, F.J 1987 “Diagnosa Komunitas: dan Program
dan betadine. Kesehatan” Judul AslI Community Diagnosis and Health
d) Masih ada daerah-daerah yang belum tersentuh Action a Manual For Tropical and Rural Areas,
kehadiran BDD dan fasilitas pelayanan kesehatan seperti penerjemah Andi Hartono, Yayasan Assentia Medica,
Polindes dan Posyandu. Jakarta

Binol, Kartini, MD, MPH, 2005 “ Maternal, Neonatal And


Kesimpulan Dan Saran-Saran Child Health (MNCH) “Kajian Kematian Ibu dan Anak Di
Indonesia, dan Kebijakan Memperkuat Komponen
Kesehatan Ibu, Anak dan Neonatal, Proyek DHS-
1. Kesimpulan ADBProvinsi Sulawesi Tengah, Juli 2005, Palu

a. Terdapat perbedaan persepsi antara BDD dengan Chamber, Robert, 1983 “Pembangunan Desa Mulai Dari
dukun bayi dalam hal pertolongan persalinan., Belakang” judul asli “Rural Development Putting The Last
terutama persepsi tentang praktek persalinan, First” diterjemahkan oleh Pepep Sudrajat, LP3ES, Jakarta.
yaitu di satu sisi dukun bayi masih ada
menggunakan cara-cara tradisional dan di sisi lain Depertemen Kesehatan RI, 2001 “Pedoman Umum
BDD menggunakan cara-cara medis modern. Revitalisasi Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Depkes
Pengetahuan dukun bayi tentang persalinan Dan Otonomi Daerah Dirjen Bina Pemberdayaan. Jakarta.
diterima secara turun temurun, sedangkan BDD
dibekali pengetahuan melalui pendidikan formal, 2004 “ Pedoman Posyandu” Dirjen Bina Kesehatan
dan kemampuan menggunakan peralatan Masyarakat Direktorat Kesehatan Komunitas, Jakarta
persalinan yang sesuai dengan standar
kesehatan yang berlaku 2004 “ Kajian Kematian Ibu Dan Anak Di Indonesia
b. Tidak ada perbedaan kemitraan antara BDD “(Tim Kajian AKI-AKA, Badan Penelitian Dan
dengan Dukun Bayi, sehingga dapat berjalan Pengembangan Kesehatan) Jakarta
dengan baik, dan dapat dilanjutkan selama
keduanya bersedia kerjasama dalam persalinan. 2006 “ Pedoman Pengembangan Desa Siaga, Panduan
Tetapi kemitraan yang dilakukan bidan masih Bagi Petugas” Jakarta
dalam batas pemaknaan transfer knowledge, dan
belum mengarah pada ”Alih Peran” pertolongan Effendy, Nasrul 2005 “Dasar-Dasar Keperawatan
persalinan secara optimal. Kesehatan Masyarakat” Penerbit Buku Kedokteran
(EGC), Jakarta
6
Foster, George M dan Anderson Gallatin Barbara 1986
“Antropologi Kesehatan” judul asli “Medical Anthropology”
diterjemahkan oleh Meutia dkk, UI Press, Jakarta.

Gani, Ascobat, 1989 “Konsep Kemandirian Dalam


Posyandu” Disampaikan pada Seminar Posyandu,
IAKMI, Jakarta, 27 Mei 1989.

Hendry Mosley & C. Chen, 1985 “Suatu Kerangka Analisis


Untuk Mengkaji Tahap Hidup Anak di Negara Sedang
Berkembang” dalam “Ilmu-Ilmu Sosial Dalam
Pembangunan Kesehatan” , Gramedia, Jakarta.

Kalangie, S. Nico, 1985“Makanan sebagai Suatu Sistem


Budaya, beberapa Pokok Perhatian Antropology Gizi”
dalam “Ilmu-Ilmu Sosial Dalam Pembangunan Kesehatan”
, Gramedia, Jakarta
1994, “Kebudayaan Dan Kesehatan: Pengembangan
Pelayanan Kesehatan Primer Melalui Pendekatan
Sosiobudaya” Megapon, Jakarta

Katy Gardner & David Lewis, 2005 “Antropologi Modern


dan Tantangan Pascamodern” judul asli Anthropology,
Development and The PostModern Challenge”
diterjemahkan oleh Yusuf M. Florisan, Ladalero, Maumere

Lexy J. Moleong, 1989 “Metodologi Penelitian Kualitatif”


Remaja Rosda Karya, Bandung

Lubis, Firman et al 1974 “Cara Pendekatan Antropologis


Dalam Masalah Dukun Bayi di Kecamatan Serpon,
dalam Berita Antropologi Nomor 14 Tahun VI, Jakarta

Meutia Swasono, et.al, 1998 “Kehamilan, Kelahiran,


Perawatan Ibu dan Bayi Dalam Konteks Budaya, UI
Press, Jakarta

Notoatmodjo, Soekidjo, 2005 “Promosi Kesehatan: Teori


dan Aplikasi” Rineka Cipta Jakarta

Raharto, Aswatini, 1999 “Bidan di Desa Dalam Sistem


Pelayanan Kesehatan Nasional”, LIPI, Jakarta

Setiawan Bayu “Pondok Bersalin Desa (Polindes) :


Keberadaan Sarana Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
Di Desa”, LIPI, Jakarta

Spradley, James, 1997 “Metode Etnografi” Judul Asli, The


Etnografie Interview, penerjemah Misbah Zulfa Elisabeth,
Tiara Wacana, Yogyakarta

Soemantri, et.al, 2004 “Kajian Kematian Ibu dan Anak di


Indonesia” Depkes Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Jakarta

Sutopo, HB, 1998 “Penelitian Kualitatif: Sebuah


Pendekatan Interpretatif Bagi Pengkajian Proses dan
Makna Antar Subyek, Surakarta

Yusuf, Musnawir, 1989 “Dukun Bayi Di Pedesaan Gayo


dalam Dukun, Mantra, Kepercayaan Masyarakat,
Pustaka Karya Grafikatama, Jakarta

Wasisto, Broto, 1989 “Pola Pelayanan Kesehatan Di


Indonesia”, disampaikan pada Sarasehan Sehari Pola
Pelayanan Kesehatan di RS Swasta, 3 Mei 1989, Jakarta,
halm 222-229.

Widayatmo, 2001 “Keselamatan Ibu dan Kelangsungan


Hidup Anak, Bagaimana Partisipasi Laki-Laki?” dalam
Majalah Penduduk dan Pembangunan, LIPI, Jakarta

2004 “Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah” Dinas


Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, di Palu

You might also like