You are on page 1of 13

MAKALAH TRACHEOTOMY

Disusun oleh : KELOMPOK 2 Bedhi Kuswantoro Devi widiyana Fitria novitasari Furqon adimas y Heri setiawan Isma Prasthani M. Yunan Farid Roosy Margaretha R Silvia Anjar Kusuma Vinda Ayu Viska Marchelen P Awang Yoga P Bornea Pertiwi Putri Galuh Pawestri P Ali Mahsan Vepti ulan suratining ayu Wahyuni Eka S Jordania M. Y 0811310009 0811310013 0811310017 0811310018 0811310022 0811310025 0811310030 0811310033 0811310035 0811310039 0811310040 0811313004 0811313005 0811313012 0811313013 0811313020 0811313022 0811313023

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2011

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Trakeostomi merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengatasi pasien dengan ventilasi yang tidak adekuat dan obstruksi jalan pernafasan bagian atas. Insisi yang dilakukan pada trakea disebut dengan trakeotomi sedangkan tindakan yang membuat stoma selanjutnya diikuti dengan pemasangan kanul trakea agar udara dapat masuk ke dalam paru-paru dengan menggunakan jalan pintas jalan nafas bagian atas disebut dengan trakeostomi. Prosedur trakeostomi dahulu disebut dengan berbagai istilah, antara lain laringotomi atau bronkotomi sampai istilah trakeotomi diperkenalkan. Pada tahun-tahun belakangan ini digunakan istilah yang lebih tepat yaitu trakeostomi. Menurut letak insisinya, trakeostomi dibedakan letak yang tinggi dan letak yang rendah dan batas letak ini adalah cincin trakea ketiga. Jika dibagi menurut waktu dilakukannya tindakan, maka trakeostomi dibagi kepada trakeostomi darurat dan segera dengan persiapan sarana sangat kurang dan trakeostomi elektif dengan persiapan sarana cukup yang dapat dilakukan secara baik. Perbedaan lain dari kedua jenis trakeostomi di atas adalah dari jenis insisinya. Pada trakeostomi darurat, insisi yang dilakukan adalah insisi vertikal yang memberikan keuntungan berupa pembukaan lapangan operasi yang dibutuhkan bagi kontrol jalan nafas secara cepat, sedangkan pada trakeostomi elektif insisi yang dilakukan adalah insisi horizontal karena lebih menguntungkan secara kosmetik. Terdapat berbagai indikasi untuk melakukan tindakan trakeostomi mulai dari yang bersifat darurat maupun elektif. Sejumlah referensi menjelaskan prosedur trakeostomi namun pada dasarnya semua mengharuskan adanya persiapan pasien dan alat yang baik. Menurut Endean et al. (2003), tindakan trakeostomi diindikasikan pada pasien: (1) yang memerlukan ventilasi mekanis dalam jangka panjang, (2) keganasan kepala dan leher yang akan dilakukan reseksi yang sulit dilakukan intubasi, (3) trauma maksilofasial disertai dengan resiko sumbatan jalan nafas, (4) sumbatan jalan nafas akibat dari trauma, luka bakar atau keduanya, (5) gangguan neurologis yang disertai dengan risiko sumbatan jalan nafas, (6) severe sleep apnea yang tidak dapat dilakukan intubasi. Tindakan trakeostomi dapat menimbulkan berbagai komplikasi baik akut maupun kronik.

BAB II PEMBAHASAN

1. Anatomi trakea
Trakea merupakan tabung berongga yang disokong oleh cincin kartilago. Trakea berawal dari kartilago krikoid yang berbentuk cincin stempel dan meluas ke anterior pada esofagus, turun ke dalam thoraks di mana ia membelah menjadi dua bronkus utama pada karina. Pembuluh darah besar pada leher berjalan sejajar dengan trakea di sebelah lateral dan terbungkus dalam selubung karotis. Kelenjar tiroid terletak di atas trakea di sebelah depan dan lateral. Ismuth melintas trakea di sebelah anterior, biasanya setinggi cincin trakea kedua hingga kelima. Saraf laringeus rekuren terletak pada sulkus trakeoesofagus. Di bawah jaringan subkutan dan menutupi trakea di bagian depan adalah otototot supra sternal yang melekat pada kartilago tiroid dan hyoid.

2. Tracheotomy Trakeostomi adalah suatu tindakan dengan membuka dinding depan/anterior trakea untuk mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan memintas jalan nafas bagian atas. Selain itu, Trakeostomi merupakan suatu prosedur operasi yang bertujuan untuk membuat suatu jalan nafas didalam trakea servikal. Perbedaan kata kata yang dipergunakan dalam membedakan ostomy dan otomy tidak begitu jelas dalam masalah ini, sebab lubang yang diciptakan cukup bervariasi dalam ketetapan permanen atau tidaknya. Apabila kanula telah ditempatkan, bukaan hasil pembedahan yang tidak dijahit dapat menyembuh dalam waktu satu minggu. Jika dilakukan dekanulasi (misalnya kanula trakeostomi dilepaskan), lubang akan menutup dalam waktu yang kurang lebih sama. Sudut luka dari trakea yang dibuka dapat dijahit pada kulit dengan beberapa jahitan yang dapat diabsorbsi demi memfasilitasi kanulasi dan, jika diperlukan, pada rekanulasi; alternatifnya stoma yang permanen dapat dibuat dengan jahitan melingkar (circumferential). Kata trakeostomi dipergunakan, dengan kesepakatan, untuk semua jenis prosedur pembedahan ini. Perkataan tersebut dianggap sebagai sinonim dari trakeotomi. Sedangkan pada kuda tracheotomi dilakukan keadaan emergency atau menjadi satusatunya pilihan. Situasi emergency yakni penyumbatan pada pernafasan bagian atas, misalnya kasus yang disebabkan oleh gigitan rattlesnake, abses pada daerah lymphonodule karena infeksi

dari Streptococcus equi, neoplasia nasopharyngeal, adanya edema. Keputusan tracheostomy dilakukan melalui bedah nasal seperti bedah septum nasal, bedah laryngeal atau antisipasi dari obstruksi respirasi pasca operasi. Itu juga diindikasikan pada pharyngoscopy dan endotracheal intubasi yang memburuk, arytenoidectomy atau bedah pada cavum oral, sebaik untuk menyediakan insufflasi oksigen ke dalam trachea selama crisis hypoxic. Tracheotomy biasanya dilakukan saat posisi kuda berdiri. Rambut dicukur lebih dari sepertiga leher. Dan area tersebut diinsisi secara pembedahan. Daerah yang akan dibedah teranastesi dengan anasthesi lokal melalui infus subkutan sepanjang daerah insisi sekitar 10 cm. jika prosedur operasinya telah selesai barulah dilakukan dibawah pengaruh anasthesi umum. Daerah operasi pada kuda bisa bervariasi, tetapi umumnya pada daerah sekitar tengah dan sepertiga bagian atas leher. Dengan operator dalam posisi berdiri di sebelah kanan kuda (dengan arah berlawanan berarti di sebelah kiri operator). Insisi 10cm dilakukan melalui kulit dan jaringan subkutan, cara ini dipermudah dengan menekan kulit yang akan diinsisi pada daerah akhir proximal dengan menggunakan tangan kiri dan membuat insisi dengan menggunakan tangan kanal. insisi dilakukan pada kulit dan jaringan subkutan, kemudian akan nampak muskulus sternothyroideus. Muskulus ini dipisahkan dengan benda tumpul pada bagian tengah dengan gunting atau ujung dari scalpel. kemudian temukan cincin traheanya. Bagian pisau Scalpel yang tajam dimasukkan dijalur tengah antara cincin trachea satu dan yang lainnya. Insisi ini dibuat secara horizontal sekitar 1 cm pada bagian tengah. Jika insisinya sudah selesai, selang tracheotomy bias dimasukkan. Cara ini digunakan ketika selang tracheotomy hanya digunakan dalam jangka waktu yang sebentar. Metode lainnya adalah menghilangkan bentukan elips dari dua cincin kartilago yang berdekatan. Hal ini juga menghilangkan bagian semicircular kartilago dari permukaan cranial cincin kartilago pertama ke permukaan caudal cincin kartilago berikutnya.

3. Sejarah Tracheotomy Pertama kali diketahui berdasarkan buku suci agama Hindu yang ditulis antara tahun 2000 dan 1000 SM yang menjelaskan satu tindakan yang dapat menyatukan kembali pipa udara bila rawan leher dipotong. Asclepiades adalah orang yang pertama melakukan operasi ini. Dari laporan yang ada, dari tahun 1546-1833 hanya 28 tindakan trakeostomi yang dilaporkan. Operasi ini mulai popular di daratan Eropa oleh Trousseau dan Bretonneau sebagai tindakan dalam penatalaksanaan difteri. Lambat laun, mulai berkembang bermacam teknik trakeostomi. Indikasi dari trakeostomi pun semakin banyak seperti pada cedera kepala yang disertai hilangnya kesadaran, cedera dada berat, intoksikasi barbiturat dan membuka jalan nafas pasca operasi. 4. Indikasi traechotomy Indikasi trakeostomi termasuk: Mengatasi obstruksi jalan nafas atas seperti laring.
Mengurangi ruang rugi (dead air space) di saluran nafas bagian atas seperti daerah rongga

mulut, sekitar lidah dan faring. Dengan adanya stoma maka seluruh seluruh oksigen yang dihirupkan akan masuk ke dalam paru, tidak ada yang tertinggal di ruang rugi itu. Hal ini berguna pada pasien dengan kerusakan paru, yang kapasitas vitalnya berkurang. Mempermudah pengisapan sekret dari bronkus pada pasien yang tidak dapat mengeluarkan Untuk memasang respirator (alat bantu pernafasan). Untuk mengambil benda asing dari subglotik, apabila tidak mempunyai fasilitas untuk Cedera parah pada wajah dan leher. Hilangnya refleks laring dan ketidakmampuan untuk menelan sehingga mengakibatkan sekret secara fisiologik, misalnya pada pasien dalam koma.

bronkoskopi.

resiko tinggi terjadinya aspirasi

5. Pembagian trakeostomi Menurut lama penggunaannya, trakeosomi dibagi menjadi penggunaan permanen dan penggunaan sementara, sedangkan menurut letak insisinya, trakeostomi dibedakan letak yang

tinggi dan letak yang rendah dan batas letak ini adalah cincin trakea ke tiga. Jika dibagi menurut waktu dilakukannya tindakan, maka trakeostomi dibagi kepada trakeostomi darurat dengan persiapan sarana sangat kurang dan trakeostomi elektif (persiapan sarana cukup) yang dapat dilakukan secara baik. a. Penggunaan trakeostomi sementara

b. Penggunaan trakeostomi permanent

6. Jenis Tindakan Trakeostomi Jenis-jenis tindakan pada trakeostomi: Surgical trakeostomi, yaitu tipe ini dapat sementara dan permanen dan dilakukan di dalam ruang operasi. Insisi dibuat di antara cincin trakea kedua dan ketiga sepanjang 4-5 cm. Percutaneous trakeostomi, yaitu tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan pada unit gawat darurat. Dilakukan pembuatan lubang di antara cincing trakea satu dan dua atau dua dan tiga. Karena lubang yang dibuat lebih kecil, maka penyembuhan lukanya akan lebih cepat dan tidak meninggalkan scar. Selain itu, kejadian timbulnya infeksi juga jauh lebih kecil. 7. Jenis pipa trakeostomi 1) Cuffed Tubes; Selang dilengkapi dengan balon yang dapat diatur sehingga memperkecil
risiko timbulnya aspirasi.

2) Uncuffed Tubes; Digunakan pada tindakan trakeostomi dengan penderita yang tidak
mempunyai risiko aspirasi. Tabung trakeostomi yang ideal harus mengukur tidak lebih besar dari satu setengah diameter lumen trakea, memperpanjang sekitar enam sampai tujuh cincin trakea, dan terbuat dari bahan autoclavable (misalnya, silikon, perak, atau nilon) yang tidak menyebabkan iritasi pada trakea atau sekali pakai.

Cuffed Tubes

8. Teknik traechotomy Pasien tidur terlentang, bahu diganjal dengan bantalan kecil sehingga memudahkan kepala untuk diekstensikan pada persendian atalantooksipital. Dengan posisi seperti ini leher akan lurus dan trakea akan terletak di garis median dekat permukaan leher. Kulit leher dibersihkan sesuai dengan prinsip aseptik dan antiseptik dan ditutup dengan kain steril. Obat anestetikum disuntikkan di pertengahan krikoid dengan fossa suprasternal secara infiltrasi. Sayatan kulit dapat vertikal di garis tengah leher mulai dari bawah krikoid sampai fosa suprasternal atau jika membuat sayatan horizontal dilakukan pada pertengahan jarak antara kartilago krikoid dengan fosa suprasternal atau kira-kira dua jari dari bawah krikoid. Sayatan jangan terlalu sempit, dibuat kira-kira tiga sampai lima sentimeter. Dengan gunting panjang yang tumpul kulit serta jaringan di bawahnya dipisahkan lapis demi lapis dan ditarik ke lateral dengan pengait tumpul sampai tampak trakea yang berupa pipa dengan susunan cincin tulang rawan yang berwarna putih. Bila lapisan ini dan jaringan di bawahnya dibuka tepat di tengah maka trakea ini mudah ditemukan. Pembuluh darah yang tampak ditarik lateral. Ismuth tiroid yang ditemukan ditarik ke atas supaya cincin trakea jelas terlihat. Jika tidak mungkin, ismuth tiroid diklem pada dua tempat dan dipotong ditengahnya. Sebelum klem ini dilepaskan ismuth tiroid diikat keda tepinya dan

disisihkan ke lateral. Perdarahan dihentikan dan jika perlu diikat. Lakukan aspirasi dengan cara menusukkan jarum pada membran antara cincin trakea dan akan terasa ringan waktu ditarik. Buat stoma dengan memotong cincin trakea ke tiga dengan gunting yang tajam. Kemudian pasang kanul trakea dengan ukuran yang sesuai. Kanul difiksasi dengan tali pada leher pasien dan luka operasi ditutup dengan kasa. Untuk menghindari terjadinya komplikasi perlu diperhatikan insisi kulit jangan terlalu pendek agar tidak sukar mencari trakea dan mencegah terjadinya emfisema kulit. 9. Perawatan pasca trakeostomi Tabung trakeostomi memerlukan perawatan intensif dan monitoring untuk mempertahankan patensi dan mencegah mengancam nyawa komplikasi (misalnya, tabung dislodgment atau oklusi dari darah dan lendir). Pada beberapa pasien, tabung harus disedot setiap 15 menit selama periode langsung pasca operasi sedangkan di lain tabung dapat diperiksa setiap 4 sampai 6 jam. Pemeliharaan melibatkan memindahkan dan membersihkan tabung atau kanula dalam, pengisapan trakea, mempertahankan kelembaban yang tepat dalam saluran udara pasien, dan membersihkan stoma. Pasien harus menjalani preoxygenation untuk setidaknya 2 menit sebelum prosedur dimulai karena penyedotan trakea dapat menyebabkan hipoksemia, yang dapat menyebabkan hipoksemia miokard dan kontraksi ventrikel prematur. Selain itu, karena stimulasi vagal dari trakea iritasi dapat menyebabkan bradikardia, pasien harus dalam pemantauan elektrokardiografi selama pengisapan. Stimulasi vagal juga dapat menyebabkan tersedak atau muntah; Oleh karena itu, trakea tidak harus disedot segera setelah pasien makan. Kucing mungkin memerlukan lebih sering pemantauan tabung karena mereka dilaporkan memiliki lebih banyak masalah dengan pembentukan lendir tebal. Selama penyedotan, cannula batin trakeostomi yang tabung atau tabung tunggal seluruh lumen harus dipindah dan direndam dalam larutan klorheksidin 2% dan setelah penyedotan, dibilas dengan larutan garam steril sebelum diganti. Menggunakan teknik aseptik, kecil, steril kateter suction harus lembut dimasukkan melalui kanula luar. Penyedotan tidak boleh dimulai apabila sampai kateter benar diposisikan dalam lumen trakea dan harus terus tidak lebih dari 10 sampai 12 detik. Kateter kemudian harus diputar dan ditarik dan oksigen segera diberikan kepada

pasien. Prosedur ini dapat diulang jika perlu tetapi harus tidak dilanjutkan pada pasien yang menunjukkan ketidaknyamanan yang berlebihan atau pernapasan atau jantung perubahan. Perban harus diganti setidaknya sekali sehari dan situs diperiksa untuk tanda-tanda infeksi. Daerah ini sekitar tabung harus dibersihkan dengan larutan encer dari povidone-iodine atau chlorhexidine dan perban (kasa gulung lembut) diganti untuk meminimalkan gerakan tabung. 10. Komplikasi akibat tindakan trakeostomi Komplikasi yang melibatkan tabung trakeostomi termasuk obstruksi parsial atau lengkap, tersedak dan muntah selama penyedotan, emfisema subkutan, dan trakea infeksi dan nekrosis. Komplikasi akut juga meliputi perdarahan, kerusakan neurovaskular peritracheal struktur, emfisema subkutan, pneumotoraks, dan pneumomediastinum. Iritasi trakea disebabkan oleh tabung dapat menyebabkan pembentukan trakeo fistula di membran trakea dorsal dan / atau pembuluh darah erosi dan hemoragi.

BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan Trakeostomi ialah operasi membuat jalan udara melalui leher langsung ke trakea untuk mengatasi afiksi jika ada gangguan lalulintas udara pernafasan. Perawatan pasca trakeostomi besar pengaruhnya terhadap keberhasilan tujuan akhir trakeostomi.

DAFTAR PUSTAKA

J. N. Leverment* & s. Rae 1978. cuffed tube tracheostomy in the dog. Laboratory animals (i978) 12,203-206. 21, No. 1 January 1999 F Patricia Colley, DVM Ralph Henderson, DVM, MS, Michael Huber, DVM, MS. 1999. Tracheostomy Techniques and Management. Vol. 21, No. 1 January 1999.

KEY

You might also like