You are on page 1of 16

PENGERTIAN SEKULARISME

Menurut Ensiklopedi Britania, menyebutkan bahwa sekularisme adalah sebuah gerakan kemasyarakatan yang bertujuan memalingkan dari kehidupan akhirat dengan semata-mata berorientasi kepada dunia. Gerakan ini dilancarkan karena pada abad-abad pertengahan, orang sengat cenderung kepada Allah dan hari akhirat dan menjauhi dunia. Sekularisme tampil untuk menghadapinya dan untuk mengusung kecendrungan manusiayang pada abad kebangkitan, orang menampakkan ketergantungan yang besar terhadap aktualisasi kebudayaan dan kemanusiaan dan kemungkinan terealisasinya ambisi mereka terhadap dunia. Lalu orientasi kepada sekularisme yang merupakan gerakan perlawan terhadap agama dan ajaran Masehi terus berlanjut di celah-celah sejarah modern seluruhnya. Di Kamus Dunia Baru oleh Wipster merinci makna Sekularisme dengan menyebutkan sebagai berikut, Yaitu: Semangat Keduniaan atau orientasi duniawi dan sejenisnya. Secara khusus adalah undangundang dari sekumpulan prinsip dan prakterk (practices) yang menolak setiap bentuk keimanan dan ibadah. Keyakinan bahwa agama dan urusan-urusan gereja tidak ada hubungannya sama sekali dengan soal-soal pemerintahan, terutama soal pendidikan umum. Di Kamus Oxford menyebutkan sebagai berikut, Sekularisme artinya bersifat keduniaan atau materialisme, bukan keagamaan atau keruhaniaan. Seperti pendidikan sekuler, seni atau musik sekuler pemerintahan sekuler, pemerintahanyang bertentangan dengan gereja. Sekularisme adalah pendapat yang mengatakan bahwa agama tidak layak menjadi fondasi ahlak dan pendidikan. Sementara di Kamus Internasional Modern ketiga menyebutkan: Sekularisme ialah suatu pandangan dalam hidup atau dalam satu masalah yang berprinsip bahwa agama atau hal-hal yang bernuansa agama tidak boleh masuk ke dalam pemerintahan, atau pertimbangan-pertimbangan keagamaan harus dijauhkan darinya. Maksudnya adalah: Politik sekuler murni dalam pemerintahan, misalnyayang terpisah sama sekali dari agama. Sekularisme juga adalah undang-undang akhlak sosial yang berlandaskan pemikiran yang mewajibkan ditegakkannya nilai-nilai prilaku dan moral menurut kehidupan modern dan solidaritas sosial tanpa memangdang kepada agama. Adapun seorang orientalis bernama Arberriy dalam bukunya, Ad-Dien fi Asy-Syarqi Al-Awsath, mengatakan berkenaan dengan sekularisme sebagai berikut, Materialisme sekuler dan humanistik serta aliran naturalisme semuanya merupakan bentuk dari sekularisme sebagai ciri khas Eropa dan Amerika yang fenomenanya tampak di Timur tengah. Ia tidak membuat satu model pun dalam filsafat atau etika tertentu? Contoh utamanya adalah pemisahanagama dari pemerintahan pada Republik Turki. Kesimpulan Sekularisme ialah memisahkan agama dari kehidupan individu atau sosial dalam artian agama tidak boleh ikut berperan dalam pendidikan, kebudayaan maupun dalam hukum.
1

Dengan kata lain: Sekularisme ialah memisahkan Allah Taala dari hukum dan undang-undang mahluk-Nya. Allah tidak boleh ikut mengatur mereka seakan-akan tuhan mereka adalah diri mereka sendiri, berbuat sesukanya dan membuat hukum sesuai seleranya.

Latar Belakang Sejarah Sekulerisme


Kira-kira abad Enam belas adalah transisi antara post Middle Ages dan era liberalisasi pemikiran tentang berbagai konsep; kemanusiaan, agama, ekonomi, politik, dan realisasi indrawinya antara lain wujud kebudayaan. Tokoh-tokoh motor dalam konteks ini antara lain, Spinoza, Moses Mendelsson, George Fox, Martin Luther King, John Lock, Montesque, Muhammad Abduh, Syeh Muhammad Rasyid Ridlo, Jamaluddin Al-Afghoni, dll. Dalam konteks perkembangan sekte-sekte pada komunitas yahudi yang ada di zaman sekarang; orthodox Judaism, reform Judaism, conservative Judaism, reconstructionints, kabbalistic, dll -yang sebelumnya tidak ada sekte-sekte ini- adalah tidak terlepas dari hasil perhelatan transformasi pemikiran berawal di abad enam belas, yang berembrio dari revolusi pemikiran seorang akademisi Yahudi, judeokomunism, Baruch Spinoza of the Netherland (1632 1677), kemudian dikembangkan oleh tokoh Modern Orthodox Jew, Moses Mendelsson di Jerman, ditambah dengan akulturasi kebudayaan pemikiran setempat di Eropa. Maka muncullah identifikasi kolompok-kelompok, antara lain Askenazi Jewry Mainly di German. Sephardim jewry yaitu ex jews of spain yang tinggal di daratan northen Africa seperti tunis, aljazair, morocco, juga di Italia. Khasidic jewry yaitu group jews yang memertahankan traditional culture seperti jenggot panjang, rambut di atas telinga tidak boleh dipotong dan kelihatan kliwir-kliwir. Sementara di eastern part of Europe dan Russia dimana terdapat mayoritas Yahudi di dunia pada saat itu adalah umatnya nabi Spinoza, nabi komunis, seperti yang di Hungaria, Romania Polandia, Ukraina dll. Tokoh yang menyebarkannya di daratan Russia, Spinoza mengajarkan sikap skeptis kepada Tanach (Torah Neviim u Ktuvim),
2

istilah kitab suci yahudi yaitu Perjanjian lama menurut orang Kristen, di kemudian hari. Lantas Spinozas ideology seolah mendapatkan angin dari para akademisi lainnya seperti sang hypotheticiant, Darwin dengan teori evolusinya, dan para sekuler lainnya yang itu berakibat nyata terhadap perkembangan teologi sekular di berbagai komunitas penganut agama-agama. Spinoza semangat mengajarkan ideologinya karena terinspirasi untuk mereformasi internal jewish tradition yang dianggapnya jumud (kaku), tidak tegar, sehingga Yahudi kerap dianggap kelas nomor dua di negeri perantauan, khususnya di tanah Eropa. Pada prinsipnya Spinoza bermaksud membuat rekonstruksi internal teologi dikomunitas yahudi yang menurutnya sangat kondusif dengan perjuangan Jews emancipation di tengah komunitas Eropa. Di kemudian hari disebut era enlightenment atau dalam bahasa popular orang Yahudi disebut era haskalah (bahasa ibrani). Lahirnya istilah Emansipasi atau Khalachah (syariahnya orang yahudi) pada dasarnya telah terbangun secara evolutif melalui waktu yang berabad-abad sejak biblical era jauh sebelum masehi, berlanjut dengan codification era di akhir pra masehi sampai kira-kira tahun 200 M, oleh Tannaim Rabbis. Selanjutnya Khalachah berkembang pesat di era talmudic oleh Amoraim Rabbis, sampai kira-kira tahun 500 M, kemudian Khalachah berakulturasi dengan syariahnya orang Islam sejak abad tujuh masehi hingga terkodifikasi buahnya di kitab Misneh Torah oleh Rabi Maimonides (Musa Bin Maimun) of Spain di abad 13 yang later menjadi dokter istana di pemerintahan Jendral Sholahuddin al-Ayubi di mesir pada masa perang salib. Khalachah ini selanjutnya dimusnahkan tradisinya oleh komunitas Yahudi komunis di bagian timur Eropa. Sedangkan Di bagian barat, Reformasi Judaism lahir sebagai respon traditional Judaism pada ajaran Khalachah yang sudah berabad-abad. Salah satu indikasinya antara lain; Saturday prayer congregation dilaksanakan dengan bahasa Jerman yang menurut tradisinya, berbahasa Ibrani, seperti orang Islam sholat berbahasa Arab. Bagi yang tidak ikut trend reform Judaism selanjutnya diidentifikasikan sebagai ortodoks.

Adapun bagi mereka yang tercap sebagai kaum ortodoks pun tidak merasa keberatan dan malah bangga, dari tengah-tengah mereka lahirlah cikal bakal Orthodox Judaism yang amat memertahankan tradisi. Sedangkan pihak-pihak yang tergabung di reform community, namun tidak puas dengan sekularisasi di dalamnya, walaupun sudah kadung bersitegang dengan kamu orthodoks, lalu memisahkan diri dan membuat kubu yang menamakan diri mereka grup konservatif. Conservative Judaism pun lahir. Antara abad 16 dan 20, Yahudi Eropa dan Rusia berimigrasi ke Israel, demikian pula yang berasal dari Amerika Serikat, Argentina, dan negara-negara yang berada di daratan benua Amerika lainnya. Proses akulturasi bertambah luas.Tragedi Holocaust di abad 20 yang menimpa Jews, the chosen people, the special people of God menjadi preseden yang benar-benar menguncang konsep teologi Judaism, Yahudi semakin manggut-manggut kepada nabi Spinoza. What a God. How could, we as the chosen people has been exterminated nor the Bad people as what Hitlers did was a victorious. Semua konsep tradisional pada masa awal para Rabi Judaism dikoreksi habis-habisan. Mosi tidak percaya. Segala sejarah masa lalu yang parallel dengan kisah Jews vs Hitler; seperti pengusiran Yahudi dari Spanyol oleh Kristen di tahun 1492 enam bulan setelah pengusiran umat Islam, Pemaksaan pemindahan agama oleh misi kristenisasi di tahun 300 - 400an, dan pada abad 12-13 di masa Gereja, diungkit semuanya secara detail di kampus-kampus, perpustakaan-perpustakaan, penelitian, Koran, dan media lainnya. Hasilnya antara lain kampanye kultur dereligiousisasi semua institusi yang dianggap potensi mengulang sejarah pahit akibat religious fanatism. Bibit sekulerism pun muncul. Semua sekolahan di Amerika disekulerkan dari tingkat Kindergarthen (TK) sampai perguruan tinggi. Sistem negara diharamkan terkait dengan urusan agama, imbasnya juga kepada blue print peta politik international. Semua yang berbau religious diseluruh dunia didevinisikan sebagai ancaman. Fenomena khomaini naik mengalahkan boneka Pahlevi di tahun 1979 dan kemenangan partai Islam di Al-Jazair benar-benar dianggap ancaman yang bisa mentrigger lahirnya
4

kekuatan keagamaan di seluruh dunia, begitu juga dalam dunia Islam. Sementara pada konteks lain berkembang di waktu yang sama ego kaum wanita yang merasa tereliminasi oleh kaum pria ketika menuliskan kembali sejarah, bangkit ikut meramaikan keruwetan dunia yang sedang berlangsung. Literatur-literatur para Rabi (Rahib orang Yahudi) yang bersifat maskulin atau yang ditulis para Rabi laki-laki, -dan memang tidak pernah ada rabbi perempuan dalam sejarah sebelum modern, dimusnahkan. Karena perempuan menurut literatur sejarah dan ajaran khalachah adalah in state of peripheral dan marginal. Kebangkitan kaum perempuan pun juga ikut didengungkan. Istilah Emansipasi yang dulunya applicable untuk perjuangan pensetaraan kaum yahudi di tengah masyarakat eropa di era haskalah, sekarang istilah ini diadopsi kaum perempuan, dan ditambahi embel-embel wanita. Lahirlah bayi Emansipasi Wanita. Noticeable event yang mengakomodasi perjuangan Emansipasi Wanita antara lain konferensi international tentang wanita diadakan di China, di Copenhagen, Den Mark. ICPD, International Conference on Population and Development yang diadakan di Kairo, Mesir. Norwegia adalah diantara yang paling vocal memerjuangkan kebebasan seks, kawin lesbian dan homosexual. Sementara Muhammad Ali Jaddul Haq, Syaikhul Azhar Ell-Syalthout (al-marhum) tetap berkomitmen dengan Paus Paulus of Roma, mengoposisi sikap arogan pihak Norwegia. Sejalan pada era koreksi terhadap semua classical rabbinic literature yang sangat masculinist itu, para feminis Yahudi menggrupkan diri dalam sebuah sekte bernama reconstructionist Judaism. Fenomena baru bermunculan; Rabi wanita, bertugas memimpin doa di sinagog-sinagog, konsultan masalah-malah personal umatnya, dan sebagainya. Seperti layaknya Kiai. Di lain pihak sebagian Yahudi Amerika mendaur ulang dogma Spinoza dan menginstitusikan diri dalam sebuah agama baru Amerika, agama tanpa tuhan, dan tanpa konsep akhirat, yaitu the Ethical Society yang cabangnya ada seluruh kota di Amerika Serikat, dan berpusat di New York, The Ethical Union. Ajaran inilah yang sampai sekarang menjadi backbone dari invasi dan hegemoni

politik dan budaya Amerika Serikat, masihkah Islam berdiam diri? Jika kita mampu membebaskan penjajahan ini dengan Islam, mengapa tidak?

Suatu proses yang tidak terhindarkan dan meresahkan para tokoh dan kalangan agamawan dalam proses modernisasi di bidang kehidupan beragama dan kepercayaan adalah sekularisasi. Kata sekularisasi berasal dari kata saeculum yang artinya dunia dalam konteks waktu, yaitu sekarang. (Dunia dalam konteks ruang dalam kata Latin adalah mundus). Lawannya saeculum adalah eternum yang artinya keabadian. Dari kata saeculum tersebut terbentuklah istilah sekularisasi dan sekularisme. Di Indonesia idea tentang sekularisasi diperkenalkan oleh seorang tokoh pembaruan pemikirian Islam, yakni Nurcholish Madjid pada tahuan 1970-an. Bagi Nurcholish Madjid, sekularisasi tidak sama dengan sekularisme. Sekularisasi adalah proses dan sekularisme adalah faham. Sekularisasi merupakan proses menuju kepada kehidupan beragama yang rasional, yakni proses pembebasan diri dari belenggu takhayul (superstition) atau memberikan wewenang kepada ilmu pengetahuan dan teknologi dalam membina dan menyelesaikan urusanurusan duniawi. Di dalamnya tercakup sikap objektif dalam menelaah hukum-hukum yang menguasai dunia dan alam pada umumnya. Sedangkan sekularisme merupakan faham keduniawian, yakni suatu faham yang mengesampingkan agama. Ada dua macam sekularisme, yakni: (1) sekularisme moderat dan (2) sekularisme mutlak. Sekularisme moderat merupakan pandangan yang mengakui keberadaan Tuhan untuk urusan-urusan yang berhubungan dengan kehidupan abadi (eternum) saja, sedangkan untuk urusan dunia adalah mutlak urusan manusia. Sedangkan sekularisme mutlak merupakan faham yang tidak mengakui adanya Tuhan, puncaknya adalah atheisme. Namun demikian kenyataannya tidak dapat dihindarkan pengertian sekularisasi sebagai proses menuju atau penerapan faham sekularisme dalam kehidupan masyarakat. Di sinilah timbulnya perbedaan pendapat dan kontroversi tentang sekularisasi. Untuk menghindari kontrovesi demikian ini, Dr. Kuntowijoyo menggunakan istilah objektivikasi untuk fenomena kehidupan beragama yang lebih rasional.

BAHAYA SEKULARISME (Dari Pengalamam Perancis)


Parlimen Perancis telah menyetujui usul rang undang-undang tentang larangan jilbab. Setelah dilakukan undian yang dilakukan pada hari Selasa (11/02/2004), 494 anggota majelis rendah menyetujui usul rang undang-undang tersebut, sedangkan 36 anggota menolak. Dukungan tersebut berasal dari partai berkuasa pimpinan Presiden Jacques Chirac dan partai pembangkang, Parti Sosialis. Selanjutnya, usul rang undang-undang ini akan diserahkan kepada majelis tertinggi parlimen (Senat) yang dikuasai oleh Parti UMP pimpinan Chirac, pembawa usul rang undang-undang itu. Meskipun tidak merincikan benda-benda yang dilarang, menurut para pakar,

hal tersebut bukan hanya dimaknai sebagai jilbab dan janggut, tetapi juga dapat dimaknai tutup kepala Yahudi, salib besar, dan sorban kaum Sikh. Islam Sasaran Utama Usul rang undang-undang ini sebenarnya lebih ditujukan pada Islam dan umatnya. Hal ini ditunjukkan oleh beberapa hal. Pertama, penyebab disusunnya usul rang undang-undang ini merupakan reaksi terhadap meningkatnya penggunaan jilbab di kalangan umat Islam negeri tersebut yang jumlahnya mencapai lima juta orang, bukan reaksi terhadap pemakaian tutup kepala Yahudi atau salib. Jelas sekali, yang terjadi sejak beberapa tahun terakhir adalah pelarangan jilbab di sekolah. Barulah pada 11 Disember 2003, Presiden Perancis Jacques Chirac mengumumkan penubuhan jawtankuasa beranggotakan 20 orang untuk menyusun usul rang undang-undang dan pada 17 Disember 2003 menyatakan sokongannya secara terbuka terhadap usul rang undang-undang yang akhirnya dipersetujui oleh 93,2% anggota parlimen tersebut. Supaya tidak nampak sebagai penghinaan keatas keyakinan kaum Muslim, dalam usul rang undang-undang tersebut dipakai kalimat umum: penggunaan pakaian atau simbol-simbol yang menunjukkan pada suatu agama adalah illegal, termasuk jilbab. Pelarangannya bukan hanya di sekolah melainkan di institusi-institusi awam dan tempat umum. Kedua, dalam al-Quran dan as-Sunnah, jilbab bukanlah sekadar simbol, melainkan kewajiban. Jilbab dan khimar (penutup kepala hingga dada) merupakan pakaian yang diperintahan Allah SWT. Allah SWT berfirman:

Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak padanya. Hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dada-dada mereka. (QS an-Nur [24]: 31).

Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang Mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbab mereka ke seluruh tubuh mereka. (QS al-Ahzab [33]: 59).
Sejak ayat ini turun, yang boleh dilihat pada diri wanita adalah wajah dan kedua telapak tangan. Berdasarkan hal ini, pelarangan jilbab merupakan penentangan terhadap kewajiban dari Allah SWT sekaligus merupakan pencabulan terhadap hak kaum Muslim untuk menaati Penciptanya. Bahaya Sekularisme Dasar dari keluarnya usul rang undang-undang pelarangan jilbab adalah sekularisme. Pada 17 Disember 2003, Presiden Perancis Jacques Chirac menegaskan bahwa pelarangan tersebut didasarkan pada prinsip sekularisme (pemisahan agama dengan kehidupan bermasyarakat dan negara) yang menjamin kemerdekaan (liberty), persamaan (equality), dan persaudaraan

(fraternity). Hal ini memberikan penegasan bahwa usul rang undang-undang itu lahir dari sekularisme, sekaligus menjelaskan hakikat dari sekularisme tersebut. Di antara hakikat sekularisme yang nampak nyata dalam kes usul rang undang-undang tersebut antara lain: Pertama, kebebasan yang dimaksudkan dalam sekularisme adalah kebebasan yang dasarnya bukan agama, sedangkan dalam penampakkan keyakinan agama, kebebasan tidak ada. Menutup aurat di sekolah dan tempat-tempat awam dilarang, sebaliknya membuka aurat di tempat-tempat tersebut bebas. Mengapa? Sebab, mempamerkan atau menjajakan aurat tidak lahir dari keyakinan agama, sementara menutup aurat lahir dari keyakinan agama. Mengapa pula janggut termasuk yang dilarang, sementara kumis atau bentuk rambut tidak? Alasannya sama, janggut itu lahir dari kepercayaan bahwa itu diajarkan oleh Islam (sekalipun ulama berbeda pendapat tentang hukumnya; ada yang menyatakan mubah, ada pula yang menyatakan sunnah), sementara kumis dan rambut tidak. Jelaslah, kebebasan yang ada dalam sekularisme adalah kebebasan yang anti-agama. Kedua, sekularisme tidak konsisten. Secara rasional, jika membuka aurat bebas semestinya menutupnya pun boleh. Akan tetapi, kenyataannya tidaklah demikian; membuka aurat bebas sedangkan menutupnya dilarang. Ini menunjukkan ketidak-seragaman sekularisme. Berbeda dengan Islam. Islam mengajarkan bahwa menutup aurat adalah wajib dan mempertontonkannya adalah haram. Sekularisme juga menempatkan agama hanya sebagai urusan peribadi dalam masalah spiritual, etika, dan moral. Negara, kata mereka, tidak boleh mencampuri urusan agama. Akan tetapi, ketika keyakinan agama itu dimunculkan oleh umat Islam dalam sikapnya, justru negara turut campur-tangan; bahkan melalui perundang-undangan. Lantas ketidak-seragaman pun berlaku. Ketika agama itu sebatas ritual, ia dibiarkan. Sebaliknya, jika agama yang dimaksud adalah Islam sebagai keyakinan hidup, maka prinsip sekularisme pun dilanggar. Bukankah ini menunjukkan bahwa jargon negara tidak mencampuri agama tidak berlaku untuk menghadapi keimanan kaum Muslim? Ketiga, hak asasi manusia (HAM) juga tidak berlaku untuk Islam. Salah satu yang digembargemborkan tentang HAM dalam sekularisme adalah kebebasan beragama. Akan tetapi, kenyataan menunjukkan bahwa penampakkan yang didasarkan pada keyakinan agama, khususnya Islam, justru dilarang. Apalagi jika dihubungkan dengan sikap double-standard negara-negara yang mengelarkan dirinya sebagai pejuang HAM terhadap Dunia Islam seperti dalam kes Palestine, Bosnia, Chechnya, Afganistan, Irak, kes Timor Timur, dan sebagainya. Dari sini teranglah bahwa kebebasan beragama dalam sekularisme sebatas pada bebas menganut agama atau tidak menganut agama, tetapi tidak bebas mengimplementasikan keyakinannya itu. Padahal, Islam mengajarkan bahwa iman dan amal harus menyatu; keyakinan harus dibuktikan dalam perbuatan. Dengan demikian, sekularisme sesungguhnya tidak akan pernah memberikan kebebasan kepada umat Islam untuk menjalankan keyakinannya, kecuali hanya sebatas dalam masalah ritual semata.

Keempat, pengambilan keputusan dalam sekularisme dengan sistem politik demokratisnya terbukti sering mengubahkan hukum Islam. Dalam kes pelarangan jilbab, hal ini tegas sekali. Dalam keyakinan Mukmin, jilbab adalah perintah yang diwajibkan Allah SWT. Akan tetapi, dalam aturan demokrasi, penetapan hukum tersebut diambil dengan undian. Hasilnya, kerana lebih banyak anggota parlimen (93,2%) yang menyetujui pelarangan, hijab/jilbab yang asalnya wajib menjadi terlarang. Inilah penetapan hukum demokrasi, yang telah menjadikan manusia sebagai penetap halal-haram. Padahal, Allah SWT menegaskan:

Keputusan (hukum) itu hanyalah kepunyaan Allah. (QS Yusuf [12]: 40). Itulah sekularisme. Siapapun yang mengkaji akidah sekularisme tersebut akan melihat bahwa hal tersebut bersifat umum, bukan hanya khas bagi Perancis. Berdasarkan kenyataan ini, kaum Muslim sayugianya semakin memahami bahaya sekularisme terhadap akidah umat dan kehidupannya; juga memahami ketidaklayakan sekularisme sebagai dasar kehidupan. Sekularisme terbukti telah menghalangi kaum Muslim menaati Allah SWT dan menghalang setiap usaha penerapan syariat Islam secara total. Dalam sistem sekularisme umat Islam tidak akan pernah dapat menerapkan Islam secara kaffh. Bukankankah ikan itu hanya akan dapat hidup dengan bebas, tenang, tenteram dan semestinya di dalam air? Begitu pula kaum Muslim; mereka hanya akan hidup dengan bebas, tenang, dan tenteram dalam ketaatan kepada Allah SWT secara total jika lingkungan dan sistem hidupnya adalah Islam. Sebaliknya, jika keadaannya tetap sekular seperti sekarang, kebebasan, ketenangan, dan ketenteraman dalam menjalankan ketaatan secara total kepada Allah SWT hanyalah angan-angan yang sulit diwujudkan. Karena itu, sudah saatnya sistem kehidupan sekular diganti dengan sistem kehidupan Islam yang menerapkan syariat Islam. Wahai kaum Muslim, Ingatlah, Allah Yang Maha Gagah telah berfirman:

Mereka tidak akan henti-hentinya memerangi kalian sampai mereka dapat mengembalikan kalian dari agama kalian (pada kekufuran)seandainya mereka sanggup. (QS. Al-Baqarah [2]: 217).
Ayat tersebut memberitahu kepada kita untuk memiliki kepekaan terhadap usaha yang akan membawa kita dan anak cucu kita pada kekufuran. Kelalaian terhadap masalah ini menyebabkan kita berdosa di sisi Allah SWT. Karena itu, Rasulullah saw. mengajarkan agar kita menjadi penjaga setiap celah-celah Islam pada posisi masing-masing. Wahai kaum Muslim, Hanya dengan Islamlah hidup akan bahagia di dunia dan di akhirat. Hanya dengan Islamlah manusia, baik Muslim maupun non-Muslim dihargai kedudukannya, termasuk terjamin
9

pelaksanaan agamanya. Kita, kaum Muslim, diperintahkan oleh Allah SWT untuk membangun kehidupan ini atas dasar Islam dan ketakwaan. Sebaliknya, kita dilarang membangun kehidupan ini di atas selainnya. Allah SWT mengisyaratkan hal ini:

Apakah orang-orang yang mendirikan bangunannya di atas dasar takwa kepada Allah dan keridhaan-Nya itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengannya ke dalam neraka Jahannam? (QS at-Taubah [9]: 109).

Definisi Belajar dan Mengajar?


BELAJAR Robert. M. Gagne dalam bukunya : The Conditioning of learning mengemukakan bahwa : Learning is a change in human disposition or capacity, wich persists over a period time, and wich is not simply ascribable to process of growth ; Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Gagne berkeyakinan, bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalam diri dan keduanya saling berinteraksi. Dalam teori psikologi konsep belajar Gagne ini dinamakan perpaduan antara aliran behaviorisme dan aliran instrumentalisme. Pengertian Belajar Cronbach (1954) berpendapat : Learning is shown by a change in behaviour as result of experience ; belajar dapat dilakukan secara baik dengan jalan mengalami. Menurut Spears : Learning is to observe, to read, to imited, to try something themselves, to listen, to follow direction ; pengalaman dapat diperoleh dengan menggunakan panca indra. Lester.D. Crow and Alice Crow mendefinisikan : Learning is the acuquisition of habits, knowledge and attitudes ; Belajar adalah upaya untuk memperoleh kebiasaankebiasaan, pengetahuan dan sikap-sikap. Hudgins Cs. (1982) berpendapatHakekat belajar secara tradisional belajar dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan dalam tingkah laku, yang mengakibatkan adanya pengalaman . Jung , (1968) mendefinisikan bahwa belajar adalah suatu proses dimana tingkah laku dari suatu organisme dimodifikasi oleh pengalaman. Ngalim Purwanto, (1992 : 84) mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.

10

MENGAJAR Arifin (1978) mendefinisikan bahwa mengajar adalah suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Tyson dan Caroll (1970) mengemukakan bahwa mengajar ialah : a way working with students A process of interaction . The teacher does something to student, the students do something in return ; sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan. Nasution (1986) berpendapat bahwa mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya danmenghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi proses belajar. Tardif (1989) mendefinisikan, mengajar adalah . any action performed by an individual (the teacher) with the intention of facilitating learning in another individual (the learner), yang berarti mengajar adalah perbuatan yang dilakukan seseorang (dalam hal ini pendidik) dengan tujuan membantu atau memudahkan orang lain (dalam hal ini peserta didik) melakukan kegiatan belajar. Biggs (1991), seorang pakar psikologi membagi konsepmengajar menjadi tiga macam pengertian yaitu 1. Pengertian Kuantitatif dimana mengajar diartikan sebagai the transmission of knowledge, yakni penularan pengetahuan. Dalam hal ini guru hanya perlu menguasai pengetahuan bidang studinya dan menyampaikan kepada siswa dengan sebai-baiknya. Masalah berhasil atau tidaknya siswa bukan tanggung jawab pengajar. 2. Pengertian institusional yaitu mengajar berarti . the efficient orchestration of teaching skills, yakni penataan segala kemampuan mengajar secara efisien. Dalam hal ini guru dituntut untuk selalu siapmengadaptasikan berbagai teknik mengajar terhadap siswa yang memiliki berbagai macam tipe belajar serta berbeda bakat , kemampuan dan kebutuhannya. 3. Pengertian kualitatif dimana mengajar diartikan sebagai the facilitation of learning, yaitu upaya membantu memudahkan kegiatan belajar siswa mencari makna dan pemahamannya sendiri. Nah.. dari berbagi definisi di atas, saya paling setuju dengan pendapat Cronbach dan Spears. Cronbach (1954) berpendapat bahwa belajar dapat dilakukan secara baik dengan jalan mengalami. Spears berpendapat bahwa pengalaman dapat diperoleh dengan menggunakan panca indra. Berdasarkan dua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar dilakukan dengan menggunakan panca indera dalam semua hal yang kita alami. Sedangkan dalam definisi mengajar, saya lebih setuju denga pendapat Arifin (1978) yaitu, mengajar adalah suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu.

11

Silahkan berkomentar, definisi siapa yang sejalan dengan pemikiran anda?. Atau mungkin anda memiliki pendapat pribadi mengenai definisi belajar dan mengajar.

9 jenis kecerdasan manusia


1.Kecerdasan Linguistik Kecerdasan dalam mengolah kata-kata secara efektif baik bicara ataupun menulis (jurnalis, penyair, pengacara) Ciri-ciri : - Dapat berargumentasi, meyakinkan orang lain, menghibur atau mengajar dengan efektif lewat kata-kata - Gemar membaca dan dapat mengartikan bahasa tulisan dengan jelas 2. Kecerdasan Matematis-Logis Kecerdasan dalam hal angka dan logika (ilmuwan, akuntan, programmer) Ciri-ciri : - Mudah membuat klasifikasi dan kategorisasi - Berpikir dalam pola sebab akibat, menciptakan hipotesis - Pandangan hidupnya bersifat rasional 3. Kecerdasan Visual-Spasial Kecerdasan yang mencakup berpikir dalam gambar, serta mampu untuk menyerap, mengubah dan menciptakan kembali berbagai macam aspek visual (arsitek, fotografer, designer, pilot, insinyur) Ciri-ciri : - Kepekaan tajam untuk detail visual, keseimbangan, warna, garis, bentuk dan ruang - Mudah memperkirakan jarak dan ruang - Membuat sketsa ide dengan jelas 4. Kecerdasan Kinestetik-Jasmani Kecerdasan menggunakan tubuh atau gerak tubuh untuk mengekspresiakan gagasan dan perasaan (atlet, pengrajin, montir, menjahit, merakit model) Ciri-ciri : - Menikmati kegiatan fisik (olahraga) - Cekatan dan tidak bias tinggal diam - Berminat dengan segala sesuatu 5. Kecerdasan Musikal Kecerdasan untuk mengembangkan, mengekspresikan dan menikmati bentuk musik dan suara (konduktor, pencipta lagu, penyanyi dsb) Ciri-ciri : 12

- Peka nada dan menyanyi lagu dengan tepat - Dapat mengikuti irama - Mendengar music dengan tingkat ketajaman lebih 6. Kecerdasan Interpersonal Kecerdasan untuk mengerti dan peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak dan temperamen orang lain (networker, negotiator, guru) Ciri-ciri : - Menghadapi orang lain dengan penuh perhatian, terbuka - Menjalin kontak mata dengan baik - Menunjukan empati pada orang lain - Mendorong orang lain menyampaikan kisahnya 7. Kecerdasan Intrapersonal Kecerdasan pengetahuan akan diri sendiri dan mampu bertidak secara adaptif berdasar pengenalan diri (konselor, teolog) Ciri-ciri : - Membedakan berbagai macam emosi - Mudah mengakses perasaan sendiri - Menggunakan pemahamannya untuk memperkaya dan membimbing hidupnya - Mawas diri dan suka meditasi - Lebih suka kerja sendiri 8. Kecerdasan Naturalis Kecerdasan memahami dan menikmati alam dan menggunakanya secara produktif dan mengembangkam pengetahuan akan alam (petani, nelayan, pendaki, pemburu) Ciri-ciri : - Mencintai lingkungan - Mampu mengenali sifat dan tingkah laku binatang - Senang kegiatan di luar (alam) 9. Kecerdasan Eksistensial Kecerdasan untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam eksistensi atau keberadaan manusia (filsuf, teolog,) Ciri-ciri : - Mempertanyakan hakekat segala sesuatu - Mempertanyakan keberadaan peran diri sendiri di alam/ dunia

Tujuan Pendidikan
Selasa, April 19, 2011 | Label: data 13

1.

Undang-undang No.4 tahun 1950 Tujuan Pendidikan dan pengajaran ialah untuk membentuk manusia susila yang cakap dan warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air.

2. Kepres RI No. 145 tahun 1965 Tujuan Pendidikan Nasional kita baik yang diselenggarakan oleh pihak Pemerintah maupun oleh pihak Swasta, dari Pendidikan Prasekolah sampai Pendidikan Tinggi, supaya melahirkan warga negara Sosialis Indonesia yang susila, yang bertanggung jawab atas terselenggaranya Masyarakat Sosialis Indonesia, adil dan makmur baik spiritual maupun materiil dan yang berjiwa Pancasila, yaitu: (a) Ke-Tuhan-an Yang Maha Esa, (b) Perikemanusiaan yang adil dan beradab, (c) Kebangsaan, (d) Kerakyatan, (e) Keadilan Sosial, seperti dijelaskan dalam Manipol/Usdek.

3. Tap MPRS No. XXII/MPRS/1966 Tujuan Pendidikan adalah membentuk manusia Pancasilais sejati berdasarkan ketentuanketentuan seperti dikehedaki oleh Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan isi UndangUndang Dasar 1945.

4. Ketetapan MPR RI No. IV/MPR/1973 (GBHN) Tujuan Pendidikan sebagai berikut: Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

5. Tap MPR No 4/MPR/1975, Tujuan Pendidikan adalah membangun di bidang pendidikan didasarkan atas falsafah negara pancasila dan diarahkan untuk membentuk manusia-manusia pembangun yang berpancasila dan untuk membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohaninya, memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dapat mengembangkan kreatifitas dan tanggung jawab dapat menyuburkan sikap demokratis dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya dan mencintai sesama manusia sesuai dengan ketentuan yang termaktub dalam UUD 1945. 6. Ketetapan MPR No. IV/MPR/1978 Pendidikan nasional berdasarkan atas Pancasila dan bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

7. Tap MPR-RI No IV/MPR/1983 Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila, bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan
14

terhadap Tuhan yang Maha Esa, kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memeprkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air.

8. Tap MPR No I MPR/1988. Tujuan Pendidikan adalah berdasarkan pancasila, bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yaitu manusia yang budiman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti yang luhur, berkepribadian, berdisiplin bekerja keras, tanggung, tanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani. Pendidikan nasional juga harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta pada tanah air, mempertebal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial sejalan dengan itu dikembangkan iklim belajar mengajar yang dapat menimbulkan rasa percaya diri sendiri serta sikap dan perilaku yang inovatif dan kreatif.

9. UU No 2 tahun 1989 Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan

10. UU No 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan GBHN 1993, Tujuan Pendidikan Nasional adalah menghasilkan yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani, berjiwa patriotik, cinta tanah air, mempunyai semangat kebangsaan, kesetiakawanan sosial, kesadaran pada sejarah bangsa, menghargai jasa pahlawan, dan berorientasi pada masa depan

11. Tap MPR No 2/MPR/1993 Tujuan Pendidikan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berbudi pekerti yang luhur, profesional, bertanggung jawab dan produktif serta sehat jasmani dan rohani pendidikan nasional juga harus menumbuhkan jiwa patriotic dan mempertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan dan kesetiakawanan serta kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap menghargai jasa para pahlawan, serta berorientasi masa depan iklim berat dan mengajar dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan budaya belajar dikalangan masyarakat terus dikembangkan agar tumbuh sikap dan perilaku yang kreatif, inovatif dan keinginan untuk maju.

12. Tap MPR-RI No II/MPR/1998 Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila, bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia
15

indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkeprinadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggungjawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.

13. UU No 20 tahun 2003 (Sisdiknas) Tujuan Pendidikan nasional, yaitu bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, serta berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab (pasal 3).

14. UU No. 14 tahun 2005 Tujuan Pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

16

You might also like