You are on page 1of 17

KANKER SERVIK/LEHER RAHIM.... Category: Other Kanker Leher Rahim Myspace Comments @ MyNiceSpace.com Dr.

Yohanes Riono Dept of Surgery Holywood Hospital.

Mar 8, '08 1:03 PM for everyone

Tentu anda sudah tak asing lagi dengan istilah kanker servik (Cervical Cancer), atau kanker pada leher rahim. Benar, sesuai dengan namanya, kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada servik uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur, tetapi bukti statistik menunjukan bahwa kanker leher rahim dapat juga menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun. Memang istilah "kanker" sendiri sudah pasti memberi kesan menakutkan dan menyeramkan. Laksana seorang terpidana menerima hukuman mati. Bagaimana pula dengan kanker leher rahim? Apakah juga sama menakutkannya dengan beberapa kanker lainnya? Menurut para ahli kanker, kanker leher rahim adalah salah satu jenis kanker yang paling dapat dicegah dan paling dapat disembuhkan dari semua kasus kanker. Tetapi, biarpun demikian, di wilayah Australia barat saja, tercatat sebanyak 85 orang wanita didiagnosa positif terhadap kanker leher rahim setiap tahun. Dan pada tahun 1993 saja, 40 wanita telah tewas menjadi korban keganasan kanker ini. Bagaimanakah kanker leher rahim terjadi? Layaknya semua kanker, kanker leher rahim terjadi ditandai dengan adanya pertumbuhan sel-sel pada leher rahim yang tidak lazim (abnormal). Tetapi sebelum sel-sel tersebut menjadi sel-sel kanker, terjadi beberapa perubahan yang dialami oleh sel-sel tersebut. Perubahan sel-sel tersebut biasanya memakan waktu sampai bertahun-tahun sebelum sel-sel tadi berubah menjadi sel-sel kanker. Selama jeda tersebut, pengobatan yang tepat akan segera dapat menghentikan sel-sel yang abnormal tersebut sebelum berubah menjadi sel kanker. Sel-sel yang abnormal tersebut dapat dideteksi kehadirannya dengan suatu test yang disebut "Pap smear test", sehingga semakin dini sel-sel abnormal tadi terdeteksi, semakin rendahlah resiko seseorang menderita kanker leher rahim. Memang Pap smear test adalah suatu test yang aman dan murah dan telah dipakai bertahun-tahun lamanya untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel leher rahim. Test ini ditemukan pertama kali oleh Dr. George Papanicolou, sehingga dinamakan Pap smear test. Pap smear test adalah suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari leher rahim dan kemudian diperiksa di bawah mikroskop untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi dari sel tersebut. Perubahan sel-sel leher rahim yang terdeteksi secara dini akan memungkinkan beberapa tindakan pengobatan diambil sebelum sel-sel tersebut dapat berkembang menjadi sel kanker.

Test ini hanya memerlukan waktu beberapa menit saja. Dalam keadaan berbaring terlentang, sebuah alat yang dinamakan spekulum akan dimasukan kedalam liang senggama. Alat ini berfungsi untuk membuka dan menahan dinding vagina supaya tetap terbuka, sehingga memungkinkan pandangan yang bebas dan leher rahim terlihat dengan jelas. Sel-sel leher rahim kemudian diambil dengan cara mengusap leher rahim dengan sebuah alat yang dinamakan spatula, suatu alat yang menyerupai tangkai pada es krim, dan usapan tersebut dioleskan pada obyek-glass, dan kemudian dikirim ke laboratorium patologi untuk pemeriksaan yang lebih teliti. Prosedur pemeriksaan Pap smear test mungkin sangat tidak menyenangkan untuk anda, tetapi tidak akan menimbulkan rasa sakit. Mungkin anda lebih memilih dokter wanita untuk prosedur ini, tetapi pada umumnya para dokter umum dan klinik Keluarga Berencana dapat dimintai bantuan untuk pemeriksaan Pap smear test. Usahakanlah melakukan Pap smear test ini pada waktu seminggu atau dua minggu setelah berakhirnya masa menstruasi anda. Jika anda sudah mati haid, Pap smear test dapat anda lakukan kapan saja. Tetapi jika kandung rahim dan leher rahim telah diangkat atau dioperasi (hysterectomy atau operasi pengangkatan kandung rahim dan leher rahim), anda tidak perlu lagi melakukan Pap smear test karena anda sudah terbebas dari resiko menderita kanker leher rahim. Pap smear test biasanya dilakukan setiap dua tahun sekali, dan lebih baik dilakukan secara teratur. Hal yang harus selalu diingat adalah tidak ada kata terlambat untuk melakukan Pap smear test. Pap smear test selalu diperlukan biarpun anda tidak lagi melakukan aktifitas seksual. Bagaimanakah Tanda-tanda Kanker Serviks? Perubahan awal yang terjadi pada sel leher rahim tidak selalu merupakan suatu tanda-tanda kanker. Pemeriksaan Pap smear test yang teratur sangat diperlukan untuk mengetahui lebih dini adanya perubahan awal dari sel-sel kanker. Perubahan sel-sel kanker selanjutnya dapat menyebabkan perdarahan setelah aktivitas sexual atau diantara masa menstruasi. Jika anda mendapatkan tanda-tanda tersebut, sebaiknya anda segera melakukan pemeriksaan ke dokter. Adanya perubahan ataupun keluarnya cairan (discharge) ini bukanlah suatu hal yang normal, dan pemeriksaan yang teliti harus segera dilakukan walaupun anda baru saja melakukan Pap smear test. Biarpun begitu, pada umumnya, setelah dilakukan pemeriksaan yang teliti, hasilnya tidak selalu positip kanker. Pengobatan Seperti pada kejadian penyakit yang lain, jika perubahan awal dapat dideteksi seawal mungkin, tindakan pengobatan dapat diberikan sedini mungkin. Jika perubahan awal telah diketahui pengobatan yang umum diberikan adalah dengan: 1. Pemanasan, diathermy atau dengan sinar laser. 2. Cone biopsi, yaitu dengan cara mengambil sedikit dari sel-sel leher rahim, termasuk sel yang mengalami perubahan. Tindakan ini memungkinkan pemeriksaan yang lebih teliti untuk memastikan adanya sel-sel yang mengalami perubahan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan oleh ahli kandungan. Jika perjalanan penyakit telah sampai pada tahap pre-kanker, dan kanker leher rahim telah dapat diidentifikasi, maka untuk penyembuhan, beberapa hal yang dapat dilakukan adalah:

1. Operasi, yaitu dengan mengambil daerah yang terserang kanker, biasanya uterus beserta leher rahimnya. 2. Radioterapi yaitu dengan menggunakan sinar X berkekuatan tinggi yang dapat dilakukan secara internal maupun eksternal. Resiko untuk terserang kanker: Setiap wanita yang pernah melakukan hubungan seksual mempunyai resiko terhadap kanker leher rahim. Sel-sel leher rahim mungkin mengalami perubahan sehingga sangat diperlukan melakukan Pap smear test secara teratur (baik yang telah ataupun yang belum pernah mendapatkan Pap smear test). Demikian juga bagi anda yang merokok kemungkinan untuk mendapatkan kanker leher rahim sangat besar. Dijumpainya Human Papilloma Virus (HPV) sering diduga sebagai penyebab terjadinya perubahan yang abnormal dari sel-sel leher rahim. Memiliki pasangan seksual yang berganti-ganti atau memulai aktifitas seksual pada usia yang sangat muda juga memperbesar resiko kemungkinan mendapat kanker leher rahim. Apa yang harus anda lakukan untuk menghindari kanker leher rahim ? Yang pertama, jika anda pernah melakukan hubungan seksual anda harus melakukan Pap smear test secara teratur setiap dua tahun dan ini dilakukan sampai anda berusia 70 tahun. Pada beberapa kasus mungkin dokter menyarankan untuk melakukan Pap smear test lebih sering. Hal yang ke dua adalah melaporkan adanya gejala-gejala yang tidak normal seperti adanya perdarahan, terutama setelah coitus (senggama). Hal yang ke tiga adalah tidak merokok. Data statistik melaporkan bahwa resiko terserang kanker leher rahim akan menjadi lebih tinggi jika wanita merokok. Dengan melakukan beberapa tindakan yang dapat memperkecil resiko tersebut, mudah-mudahan kita dijauhkan dari kejadian kanker leher rahim ini. Semoga. Dapatkah anda membayangkan, bagaimanakah perasaan anda jika mengetahui hasil pemeriksaan 'Pap Smear' anda memberikan hasil abnormal? Tentulah anda akan merasa kuatir dan cemas, manakala anda mendapati bahwa hasil pemeriksaan 'Pap Smear' anda abnormal. Tetapi janganlah terlalu cemas dahulu, karena tidak semua penampakan sel-sel yang abnormal tersebut berarti kanker. Memang 'Pap Smear' dapat mendeteksi kelainan-kelainan perubahan sel-sel leher rahim secara dini. Paradigma yang harus diingat adalah semakin awal ditemukannya kelainan-kelainan pada pemeriksaan 'Pap Smear', maka akan semakin mudah pula diatasi masalahnya. Apakah artinya jika 'Pap Smear' anda abnormal. Hasil 'Pap Smear' dikatakan abnormal jika sel-sel yang berasal dari leher rahim anda ketika diperiksa di bawah mikroskop akan memberikan penampakan yang berbeda dengan sel normal. Kejadian ini biasanya terjadi 1 dari 10 pemeriksaan 'Pap Smear'. Beberapa faktor yang dapat memberikan indikasi diketemukannya penampakan 'Pap Smear' yang abnormal adalah: 1. Unsatisfactory 'Pap Smear' Pada kasus ini, berarti pegawai di Lab tersebut tidak bisa melihat sel-sel leher rahims anda dengan detail sehingga gagal untuk membuat suatu laporan yang komprehensive kepada dokter anda. Jika kasus ini menimpa anda sebaiknya anda datang lagi untuk pemeriksaan 'Pap Smear' pada waktu yang akan ditentukan oleh dokter anda. 2. Jika ada infeksi atau inflamasi Kadang-kadang pada pemeriksaan 'Pap Smear' memberikan penampakan terjadinya inflamasi.

Ini berarti bahwa sel-sel di dalam leher rahims mengalami suatu iritasi yang ringan sifatnya. Memang kadang-kadang inflamasi dapat kita deteksi melalui pemeriksaan 'Pap Smear', biarpun kita tidak merasakan keluhan-keluhan karena tidak terasanya gejala klinis yang ditimbulkannya. Sebabnya bermacam-macam. Mungkin telah terjadi infeksi yang dikarenakan oleh bakteri, atau karena jamur'. Konsultasikan dengan dokter anda mengenai masalah ini beserta pengobatannya jika diperlukan. Tanyakan kapan anda harus menjalani 'Pap Smear' lagi. 3. Atypia atau Minor Atypia Yang dimaksud dengan keadaan ini adalah jika pada pemeriksaan 'Pap Smear' terdeteksi perubahan-perubahan sel-sel leher rahims, tetapi sangat minor dan penyebabnya tidak jelas. Pada kasus ini, biasanya hasilnya dilaporkan sebagai 'atypia'. Biasanya terjadinya perubahan penampakan sel-sel tersebut dikarenakan adanya peradangan, tetapi tidak jarang pula karena infeksi virus. Karena untuk membuat suatu diagnosa yang definitif tidak memungkinkan pada tahap ini, dokter anda mungkin akan merekomendasikan anda untuk menjalani pemeriksaan lagi dalam waktu enam bulan. Pada umumnya, sel-sel tersebut akan kembali menjadi normal lagi. Jadi, adalah sangat penting bagi anda untuk melakukan 'Pap Smear' lagi untuk memastikan bahwa kelainan-kelainan yang tampak pada pemeriksaan pertama tersebut adalah gangguan yang tidak serius. Jika hasil pemeriksaan menghasilkan hasil yang sama maka anda mungkin disarankan untuk menjalani kolposkopi. Apakah kolposkopi itu? Kolposkopi adalah suatu prosedur pemeriksaan vagina dan leher rahims oleh seorang dokter yang berpengalaman dalam bidang tersebut. Dengan memeriksa permukaan leher rahims, dokter akan menentukan penyebab abnormalitas dari sel-sel leher rahims seperti yang dinyatakan dalam pemeriksaan 'Pap Smear'. Cara pemeriksaan kolposkopi adalah sebagai berikut: dokter akan memasukkan suatu cairan kedalam vagina dan memberi warna saluran leher rahims dengan suatu cairan yang membuat permukaan leher rahims yang mengandung sel-sel yang abnormal terwarnai.. Kemudian dokter akan melihat kedalam saluran leher rahims melalui sebuah alat yang disebut kolposkop. Kolposkop adalah suatu alat semacam mikroskop binocular yang mempergunakan sinar yang kuat dengan pembesaran yang tinggi. Jika area yang abnormal sudah terlokalisasi, dokter akan mengambil sampel pada jaringan tersebut (melakukan biopsi) untuk kemudian dikirim ke lab guna pemeriksaan yang mendetail dan akurat. Pengobatan akan sangat tergantung sekali pada hasil pemeriksaan kolposkopi anda. Bagaimanakah dengan aktifitas seksual anda? Pada tahap ini, anda tidak perlu kuatir dengan aktifitas seksual anda. Anda tidak perlu absen melakukan aktifitas seksual hanya karena pemeriksaan 'Pap Smear' anda positip, karena keadaan kanker atau pre-kanker yang anda derita tidak mungkin ditularkan kepada suami anda. Tetapi jika sedang dalam pengobatan penyembuhan, sebaiknya tanyakanlah kepada dokter anda kapan anda dapat melakukan hubungan sanggama lagi dan seberapa seringnya hubungan tersebut. Perlukah dilakukan pemeriksaan lanjutan sesudah selesainya pengobatan? Pemeriksaan lanjutan sesudah selesainya masa pengobatan adalah mutlak diperlukan untuk mendapatkan kepastian bahwa area yang telah diobati telah sembuh sama sekali. Biarpun metode pengobatan yang anda dapatkan sangat efektif, sel-sel yang abnormal kadang-kadang dapat kambuh lagi, bahkan dapat berkembang dengan derajat keparahan yang lebih tinggi. Jadi deteksi

dini adalah hal yang sangat esensial sekali. Selama dua tahun pertama masa pengobatan anda, anda disarankan untuk menjalani pemeriksaan 'Pap Smear' setiap tiga bulan atau enam bulan sekali. Jika setelah tiga kali pemeriksaan berturut-turut hasil 'Pap Smear' anda normal, ini berarti anda telah dapat dinyatakan sembuh, dan anda dapat melakukan pemeriksaan 'Pap Smear' tersebut setiap tahun sekali secara kontinyu. Australia, 21 Desember 1999 Yohanes Riono http://sawungteteh77.multiply.com/reviews/item/5 http://pangandaraninfo.com/2010/04/11/kanker-leher-rahim-penyebab-pencegahan-pengobatangejala-kanker-serviks/ Wed, Aug 19th 2009, 10:21 Klinik Manfaat Asam cuka dalam Diagnosa Kanker Serviks Oleh M. Andalas, dr, SpOG KONTRAS Kanker serviks adalah urutan kedua dari jenis kanker yang paling banyak diderita oleh kaum wanita di seluruh dunia serta menjadi penyebab kematian akibat kanker pada kaum wanita di negara berkembang. Insiden dan angka kematian kanker serviks di negara-negara maju telah menurun dengan drastis dalam 40 tahun terakhir. Namun, di negara-negara berkembang penyakit ini masih menjadi momok yang menakutkan. Meskipun insiden dan angka kematian telah menurun, namun tidak semua wanita penderita kanker serviks di negara maju mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan. Dalam hal ini terjadi perbedaan antara wanita yang kaya dengan yang miskin. Di negara maju dengan perawatan yang sesuai, wanita yang berasal dari golongan menengah ke atas akan lebih baik keadaannya dibandingkan dengan wanita dari golongan ekonomi menengah ke bawah. Salah satu upaya meredam kasus kanker serviks adalah deteksi awal adanya kelainan di masyarakat yang selama ini telah dikenal secara luas dengan pemeriksaan Tes Paps. Ini adalah suatu tes yang relatif ampuh untuk mendeteksi awal kanker serviks, tetapi tes ini sering terkendala dengan pemeriksaan patologi dan biayanya relatif mahal. Sedangkan dengan tes asam cuka yang dikenal dengan tes IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat), relatif mudah, cepat, praktis, dan murah. Tes ini mulai dilirik untuk ditingkatkan penggunaan di perifer melalui pelatihan standar teknik dalam mengusap mulut rahim dan penilaian ada atau tidak lesi bagi tenaga kesehatan, melalui kerja sama Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia (HOGI) dan lembaga donor asing. Alasan penggunaan tes asam cuka adalah selain berbiaya murah juga lebih simpel untuk dimengerti oleh tenaga kesehatan. Dan bila ini ditemui bisa segera dilakukan tindakan selanjutnya, berupa konfirmasi diagnosis lanjutan atau untuk tindakan. Hampir setengah juta

kasus kanker serviks terdiagnosa setiap tahun dan setengah dari jumlah penderita adalah para wanita yang belum pernah menjalani skrining. Di seluruh dunia setiap tahunnya lebih dari seperempat juta wanita meninggal dunia akibat penyakit ini. Insiden angka kematian yang paling tinggi dijumpai di daerah Gurun Sahara, Afrika, Amerika Latin, dan Asia Selatan. Secara keseluruhan angka kematian di negara berkembang mencapai empat kali lipat dari negara maju, sekitar 80-85% dari angka kematian secara global terjadi di negara berkembang. Saat ini diperkirakan ada 630 juta orang di seluruh dunia terinfeksi oleh HPV dan wanita lebih banyak terinfeksi dibandingkan pria. Di Amerika Serikat sekitar 40% wanita muda terinfeksi HPV dalam waktu tiga tahun sejak mereka aktif secara seksual. Kontak pertama biasanya terjadi pada usia remaja dan awal usia tiga puluh. Insiden tertinggi ditemukan pada wanita muda usia 25 tahun dan berkaitan erat dengan aktivitas seksual yang sangat aktif. Lesi prekanker dan kanker biasanya berkembang pada zona transformasi atau transformation zone di serviks, dimana daerah ini akan melebar pada saat pubertas dan kehamilan. Pada kondisi normal, lapisan atas dari epitel serviks akan mati dan terkelupas, bersamaan dengan itu sel-sel baru akan terbentuk. Infeksi HPV yang persisten akan mengganggu proses ini, dimana sel-sel tua akan terus bermultiplikasi. Pada awalnya akan terbentuk sel-sel yang abnormal (prekanker) dan kemudian akan menginvasi lapisan/jaringan yang ada di bawahnya (kanker invasif). Karena proses perkembangan dari infeksi HPV menuju kanker invasif sangat lambat, maka umumnya kanker akan muncul pada usia 40-an dan 50-an. Pencegahan kanker seviks dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan mencegah infeksi atau mendeteksi prekusor kanker serviks dan menyediakan pengobatan. Bentuk pencegahan primer dapat dicapai dengan menghindari keterpaparan terhadap virus dengan mengontrol kehidupan seksual, kebiasaan monogami, serta memastikan pasangan seksual setia/tidak berganti pasangan dan tidak terinfeksi. Visual Inspection with Acetic Acid (VIA) VIA yang juga dikenal dengan cervicoscopy, yang merupakan suatu alternatif untuk uji sitologi yang dapat digunakan bersamaan dengan skrining pap smear. Pada metode VIA digunakan asam asetat 3-5% (cuka) yang dapat disemprotkan atau swab dengan kapas pada serviks. Kemudian serviks diobservasi dengan mata telanjang selama satu menit. Hasil positif tampak sebagai daerah putih di sekitar zona transformasi yang menunjukkan adanya perubahan lesi prekanker atau proses awal suatu kanker invasif. VIA tidak membutuhkan laboratorium atau pelatihan staf secara intensif. Hasil diperoleh dengan cepat, sehingga memungkinkan dilakukan pengobatan pada satu kali kunjungan sehingga menurunkan jumlah pasien yang lolos dari pengawasan. Bila dibandingkan dengan pap smear dan tes DNA HPV, VIA memiliki kelebihan yaitu mampu mengidentifikasi lesi positif yang sangat minimal, dimana pada lesi-lesi seperti ini tidak sesuai untuk dilakukan cryoterapi. Dengan demikian metode ini dapat menjadi acuan pemilihan bentuk pengobatan di daerah-daerah dengan sumber daya terbatas, terutama dalam menentukan apakah

seseorang akan diterapi dengan cryoterapi atau tidak. Sensitivitas VIA lebih baik daripada papsmear, namun inspeksi secara visual bersifat subjektif dan supervisi diperlukan untuk kendali mutu. VIA tidak dapat bekerja dengan baik pada wanita postmenopouse karena pada saat menopouse zona transformasi akan mengalami regresi ke dalam kanalis servikalis. Di negara maju, wanita dengan hasil skrining positif baik dengan pap smear atau DNA HPV, akan menjalani uji diagnostik, misalnya seperti colposcopy. Colposcopy adalah prosedur pemeriksaan vagina dan serviks dengan menggunakan alat magnet dengan sumber cahaya untuk mengidentifikasi daerah abnormal pada serviks dan juga digunakan untuk memandu pengambilan sampel biopsi. Screen-and-treat programs Di negara berkembang kini telah dikembangkan screen-and-treat programs, yaitu dimana para wanita dengan hasil skrining positif tidak lagi menjalani uji diagnostik lebih lanjut, namun segera mendapatkan terapi. Pendekatan screen-and-treat ini terutama dilakukan di daerah dengan sumber daya terbatas dimana transportasi, waktu, dan akses lainnya akan mempersulit dilakukannya kunjungan follow up. Keuntungannya adalah jumlah wanita yang lepas dari pengawasan sebelum diobati akan menurun. Screen-and-treat programs telah dilaksanakan di Thailand, Afrika Selatan, dan Ghana dan evaluasi menunjukkan hasil yang memuaskan. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa VIA dan cryoterapy yang dilakukan pada satu atau dua kali kunjungan tanpa diselingi dengan colposcopy adalah salah satu alternatif yang sangat efektif dalam segi pembiayaan dibandingkan dengan metode konvensional lainnya. Sudah saatnya para wanita aktif melakukan pemeriksaan skrining pada petugas kesehatan reproduksi terutama dalam hal kanker leher rahim, khususnya terhadap kelompok dengan risiko tinggi, karena kanker lehe rahim membutuhkan waktu lama untuk berkembang sehingga dengan diketahui dini akan mendapat pengobatan yang tepat dan cepat. Kanker leher rahim pada stadium awal bisa sembuh bila mendapat terapi. http://www.serambinews.com/news/view/11957/manfaat-asam-cuka-dalam-diagnosa-kankerserviks

Deteksi dini Kanker Serviks.. by Once Upon A Time Mon Jan 03, 2005 9:40 am PENDAHULUAN Kanker serviks merupakan kanker kedua yang terbanyak pada wanita setelah kanker payudara.Angka tertinggi (40/100.000 wanita) ditemukan di Amerika Selatan, Afrika dan beberapa negara Asia, angka yang paling rendah (15/100.000 wanita) di Eropa dan Amerika Utara sedangkan angka yang paling rendah ditemukan di Finlandia dan Israel. Usia rata-rata 52 tahun.

Beberapa faktor resiko seperti menikah pada usia muda (<17 thn), riwayat berganti ganti pasangan, merokok, pemakaian obat-obat imunosupresan atau menderita penyakit yang menurunkan daya tahan tubuh seperti AIDS, infeksi virus Herpes Simpleks tipe 2, infeksi Human Papilloma Virus (HPV) dan sebagainya. Terjadinya kanker serviks tidak terjadi tidak sekonyong-konyong tetapi melalui tahapan perubahan epitel serviks yang disebut displasia. Displasia sendiri dibagi lagi menjadi displasia ringan, sedang dan berat. Proses displasia terjadi pada daerah sambungan skuamo kolumner, yaitu daerah peralihan epitel ektoserviks dan endoserviks yang berbeda bentuknya. Dalam keadaan normal daerah itu terjadi proses metaplasia skuamosa, yaitu perubahan epitel endoserviks yang berbentuk torak menjadi ektoserviks yang berbentuk gepeng. Bila pada proses metaplasia ini terdapat suatu mutagen seperti infeksi HPV, maka perubahan metaplasia ini menjadi displasia dimana sel-sel tersebut berubah bentuk tidak teratur, banyak pembelahan sel(mitosis) yang tidak beraturan dan sebagainya.

SKRINING SITOLOGI Kanker serviks invasif merupakan penyakit yang dapat dicegah karena sebelum mencapai tingkat invasif melalui suatu proses invasif atau displasia seperti yang telah diterangkan di atas. Idealnya penyakit tersebut di diagnosis pada tingkat prainvasif dimana sel-sel tumor ditemukan intraepithelial dalam arti belum menembus kapsul atau pembatas epitelnya. Beberapa kepustakaan menyebutkan untuk menjadi displasia berat dari displasia ringan memakan waktu 7 tahun, sedangkan dari displasia berat menjadi kanker invasif 10 tahun. Skrining sitologi dilakukan dengan cara apusan mulut serviks dan hasil apusan tersebut di sebarkan pada gelas obyek untuk selanjutnya diberi pewarnaan khusus dan diperiksa dibawah mikroskop. Cara tersebut di kenal dengan Pap test atau Pap Smear. Kapan Pap Smear dilakukan? Jawabannya sedini mungkin atau segera setelah kontak senggama pertama kali. Pemeriksaan ini dilakukan secara berkala setiap tahun dan bila ditemukan hal yang mencurigakan maka pemeriksaan menjadi lebih sering seperti diulang 3 bulan atau setelah pengobatan. Bila ditemukan displasia maka pemeriksaan berlanjut dengan kolposkopi dan bila perlu biopsy terarah. KOLPOSKOPI Kolposkopi adalah pemeriksaan permukaan epitel serviks dan vagina dengan menggunakan alat mikroskop berkekuatan lemah dan cahaya yang sangat terang, alat tersebut dinamakan kolposkop. Pada praktek ginekologi modern, kolposkopi merupakan bagian integral dari

pemeriksaan ginekologi secara keseluruhan. Biasanya kolposkopi dikerjakan bersamaan dengan pengambilan sampel sitologi. Setiap gambaran yang divisualisasikan melalui kolposkop merupakan gambaran jaringan yang spesifik. Gambaran kolposkop merupakan cerminan daripada keadaan epitel baik jumlah sel, organisasi epitel, morfologi dan juga menggambarkan keadaan pembuluh darah pada jaringan yang diperiksa. Tujuan pemeriksaan kolposkop adalah menentukan daerah yang kemungkinan abnormal paling besar. Untuk memastikan temuan tersebut dilakukan biopsy terarah pada daerah yang kelihatannya mencurigakan, dibawah tuntunan kolposkop. Jika ditemukan daerah yang mencurigakan menjorok jauh ke dalam saluran serviks(kanalis servikalis) maka dilakukan tindakan kuretase endoserviks di bawah tuntunan kolposkop. Gambaran yang ditemukan pada pemeriksaan kolposkopi:

PERANAN HPV DALAM KANKER SERVIKS Saat ini telah diketahui beberapa subtype HPV(Human Papilloma Virus) memegang peranan penting dalam terjadinya kanker serviks. Pada potongan jaringan HPV menyebabkan lesi kondilomatosa dan sering ditemukan pada lesi displasia dan kanker invasif. Dengan menggunakan tehnik DNA hibridisasi pada lesi displasia, kanker invasif dan kanker insitu ternyata beberapa subtype seperti HPV 6,11,16,18,31,33 dapat terdeteksi. Pada penelitian di Finlandia ditemukan infeksi HPV merupakan penyakit menular seksual, dimana beberapa factor yang ikut meningkatkan kejadian kanker serviks diantaranya adalah aktifitas seksual pada usia muda dan pada wanita pekerja seks komersial dengan atau tanpa displasia. Waktu yang dibutuhkan dari displasia menjadi kanker invasif dipersingkat dengan adanya infeksi HPV. HPV dapat menyebabkan lesi pada penis dan dapat merupakan karsinogenik bagi pasangannya. Saat ini telah ditemukan vaksinasi terhadap HPV 16 yang dapat mencegah infeksi HPV sebanyak 95% dan menurunkan hasil Pap Smear abnormal sebanyak 40-70%. http://www.indocina.net/viewtopic.php?f=28&t=7440 A. Pengertian Servik merupakan bagian terendah dari rahim / uterus yang menonjol ke vagina bagian atas. Bagian atas vagina berakhir di dan mengelilingi leher rahim sehingga leher rahim tersebut terbagi menjadi bagian atas atau bagian supravaginal dan bagian bawah atau bagian vaginal yang biasa disebut porsio. Leher rahim merupakan bagian yang terpisah dari rahim dan biasanya berbentuk silinder dan panjangnya 2,5-3 cm dan mengarah ke belakang dan bawah. Bagian luar dari vagina yang juga disebut ektoserviks dibatasi oleh forniks kanan, kiri, depan, dan belakang ditutupi oleh epitel skwamosa yang terlihat mengkilat dan berwarna merah muda. Di bagian tengah leher rahim terdapat satu lubang yang disebut mulut leher rahim luar yang

seolah-olah membagi leher rahim menjadi bibir depan dan bibir belakang dengan mulut leher rahim dalam, mulut leher rahim luar dihubungkan oleh kanalis servikalis yang ditutupi epitel endoservik. Sesuai dengan namanya, kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada servik uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur, tetapi bukti statistik menunjukan bahwa kanker leher rahim dapat juga menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun. Menurut para ahli kanker, kanker leher rahim adalah salah satu jenis kanker yang paling dapat dicegah dan paling dapat disembuhkan dari semua kasus kanker. Tetapi, biarpun demikian, di wilayah Australia barat saja, tercatat sebanyak 85 orang wanita didiagnosa positif terhadap kanker leher rahim setiap tahun. Dan pada tahun 1993 saja, 40 wanita telah tewas menjadi korban keganasan kanker ini. Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada servik uterus, di mana suatu daerah pada organ reproduksi perempuan yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim dengan liang senggama. B. Etiologi Pada umumnya, kanker bermula pada saat sel sehat mengalami mutasi genetik yang mengubahnya dari sel normal menjadi sel abnormal. Sel sehat tumbuh dan berkembang dengan kecepatan yang teratur. Sel kanker tumbuh dan bertambah banyak tanpa kontrol dan mereka tidak mati. Adanya akumulasi sel abnormal akan membentuk suatu massa (tumor). Sel kanker menginvasi jaringan sekitar dan dapat berkembang dan tersebar di tempat lain di dalam tubuh (metastasis). Kanker serviks paling sering bermula dengan sel datar, tipis yang membentuk dasar selviks (sel skuamosa). Karsinoma sel squamosa merupakan 80% dari kasus kanker serviks. Kanker serviks dapat juga terjadi pada sel kelenjar yang membentuk bagian atas dari serviks. Dapat disebut dengan adenocarcinoma, prevalensi kanker ini yaitu 15% dari kanker serviks. Kadang-kadang kedua tipe sel ditemukan pada kanker serviks. Terdapat kanker lain pada sel lain di serviks namun persentasenya sangat kecil. Apa yang menyebabkan sel skuamos atau sel glandular menjadi abnormal dan berkembang menjadi kanker belum begitu jelas. Namun, telah jelas bahwa Human papiloma virus (HPV) pada infeksi menular seksual berperan. Bukti bahwa HPV ditemukan pada hampir semua kanker serviks. Namun, HPV merupakan virus yang sangat umum dan kebanyakan wanita dengan HPV tidak pernah mengidap kanker serviks. Ini berarti faktor resiko lainnya, seperti faktor genetik, lingkungan, dan gaya hidup, juga menentukan apakah seseorang akan terkena kanker serviks. Infeksi HPV dapat terjadi saat hubungan seksual pertama, biasanya pada masa awal remaja dan dewasa. Prevalensi tertinggi (sekitar 20%) ditemukan pada wanita usia kurang dari 25 tahun.

Pada wanita usia 25-55 tahun dan masih aktif berhubungan seksual berisiko terkena kanker servik sekitar 5-10%. Dari 100 tipe HPV, hanya 30 di antaranya yang berisiko kanker servik. Tipe yang paling berisiko adalah HPV 16, 18, 31, dan 45. Tipe 16 biasa ditemukan di wilayah seperti Eropa, Amerika Serikat, dan tipe 18 lebih banyak di Asia. Kanker servik dapat dicegah dengan menghindari penyebab utamanya, yaitu infeksi HPV. Penggunaan kondom yang benar sangat efektif melawan penyakit menular seksual (PMS), seperti gonorrhea dan HIV yang menyebar melalui cairan tubuh, berbeda dengan PMS yang menyebar melalui kontak antarkulit kelamin seperti herpes dan HPV. Kondom memiliki keterbatasan melindungi area yang bisa menularkan HPV, seperti vulva, anus, perineal, dasar penis, dan skrotum. Penggunaan spermisida juga tidak dapat mencegah penyebaran HIV. Studi lab memperlihatkan, spermisida gagal membunuh HPV. Layaknya semua kanker, kanker leher rahim terjadi ditandai dengan adanya pertumbuhan sel-sel pada leher rahim yang tidak lazim (abnormal). Tetapi sebelum sel-sel tersebut menjadi sel-sel kanker, terjadi beberapa perubahan yang dialami oleh sel-sel tersebut. Perubahan sel-sel tersebut biasanya memakan waktu sampai bertahun-tahun sebelum sel-sel tadi berubah menjadi sel-sel kanker. Selama jeda tersebut, pengobatan yang tepat akan segera dapat menghentikan sel-sel yang abnormal tersebut sebelum berubah menjadi sel kanker. C. Faktor Resiko Faktor-faktor dibawah ini dapat meningkatkan resiko terkena kanker serviks: 1. Banyak partner seks Semakin banyak jumlah partner seks (dan semakin banyak jumlah partner sex dari partner sex pasien), semakin besar kemungkinan untuk terkena HPV. 2. Aktivitas Seks Dini Melakukan hubungan seks sebelum umur 18 tahun meningkatkan resiko untuk terkena HPV. Sel imatur cenderung lebih rentan untuk mendapatkan perubahan pre-kanker yang disebabkan oleh HPV. 3. Infeksi Menular Seksual Lainnya (IMS) Jika pasien memiliki IMS lainnya, seperti chlamydia, gonorrhea, syphilis atau HIV/AIDS pasien akan memiliki kemungkinan yang besar terkena HPV. 4. Kekebalan tubuh sistem menurun Kebanyakan wanita yang terinfeksi HPV tidak terkena kanker serviks. Namun, jika seseorang terkena infeksi HPV dan sistem imunnya menurun akibat keadaan medis lainnya, maka kecenderungan untuk berkembangnya kanker serviks semakin besar. 5. Merokok Mekanisme pasti yang menghubungkan antara rokok dengan kanker serviks juga belum diketahui dengan jelas, namun merokok meningkatkan perubahan pre-kanker dan terjadi pada servik. Merokok dan infeksi HPV dapat membuat kemungkinan kanker serviks semakin meningkat tinggi. D. Pathogenesa

Perubahan awal yang terjadi pada sel leher rahim tidak selalu merupakan suatu tanda-tanda kanker. Pemeriksaan Pap smear test yang teratur sangat diperlukan untuk mengetahui lebih dini adanya perubahan awal dari sel-sel kanker. Pasien mungkin saja tidak mengalami gejala kanker serviks apapun Kanker serviks dini biasanya tidak memberikan gejala dan tanda. Semakin kanker berkembang, semakin terlihatlah tanda dan gejala dari kanker serviks. Gejala tersebut dapat berupa :

Perdarahan vagina setelah berhubungan seks, atau diantara dua periode menstruasi, atau setelah menopause. Sekresi encer, disertai darah dapat berat dan memiliki bau yang busuk. Nyeri pinggang atau nyeri pada saat hubungan seks.

E. Diagnosa Seseorang bisa dinyatakan menderita kanker servik dapat melalui beberapa pemeriksaan yaitu sebagai berikut: 1. Kolposkopi adalah suatu prosedur pemeriksaan vagina dan leher rahim oleh seorang dokter yang berpengalaman dalam bidang tersebut. Dengan memeriksa permukaan leher rahim, dokter akan menentukan penyebab abnormalitas dari sel-sel leher rahim seperti yang dinyatakan dalam pemeriksaan 'Pap Smear'. Cara pemeriksaan kolposkopi adalah sebagai berikut : dokter akan memasukkan suatu cairan kedalam vagina dan memberi warna saluran leher rahims dengan suatu cairan yang membuat permukaan leher rahim yang mengandung sel-sel yang abnormal terwarnai. Kemudian dokter akan melihat kedalam saluran leher rahim melalui sebuah alat yang disebut kolposkop. Kolposkop adalah suatu alat semacam mikroskop binocular yang mempergunakan sinar yang kuat dengan pembesaran tinggi. Jika area yang abnormal sudah terlokalisasi, dokter akan mengambil sampel pada jaringan tersebut (melakukan biopsi) untuk kemudian dikirim ke lab guna pemeriksaan yang mendetail dan akurat. Pengobatan akan sangat tergantung sekali pada hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter melalui metode ini. 2. IVA merupakan inspeksi visual dengan asam asetat. Caranya dengan mengoleskan secara langsung asam asetat atau cuka dapur encer (konsentrasi tiga sampai lima persen) pada leher rahim. Setelah itu ditunggu kurang lebih satu menit lalu akan terlihat bercak putih bila terdapat perubahan pada sel. 3. Mengambil sample sel serviks. Selama prosedur biopsi, dokter mengambil sample dari sel abnormal dari serviks dengan menggunakan alat khusus. Pada punch out biopsy, dokter menggunakan pisau sirkuler khusus untuk mengambil sebagian kecil dari serviks. Biopsi jenis lainnya dapat digunakan tergantung dari lokasi dan ukuran dari area yang abnormal.

4. Pap test. Selama Pap test, dokter mengambil sel dari serviks leher sempit dari uterus- dan mengirim sample tersebut ke lab. Sel ini kemudian diperiksa ada tidaknya abnormalitas. Stadium Jika kanker serviks telah ditentukan, maka pasien akan manjalani pemeriksaan lebih jauh lagi untuk menentukan apakah kanker telah menyebar dan sampai dimana penyebarannya suatu proses yang disebut stadium kanker. Stadium kanker merupakan faktor kunci yang menentukan pengobatan. Pemeriksaan untuk menentukan stadium dapat berupa :

Gambaran Radiologi. Pemeriksaan seperti X-Ray, computerized tomography (CT) Scan atau MRI dapat membantu untuk menentukan apakah kanker telah menyebar di sekitar serviks. Pemeriksaan visual pada kandung kemih atau rektal. Dokter dapat menggunakan alat khusus untuk melihat kandung kemih secara langsung (cystoscopy) dan rektum (proctoskopi).

Stadium dari kanker serviks dibawah ini termasuk antara lain:


Stadium 0. Juga dikatakan carcinoma in situ atau kanker non invasive, kanker dini ini kecil dan hanya terbatas pada permukaan serviks. Stadium I. Kanker hanya terbatas pada serviks. Stadium II. Kanker pada stadium ini termasuk serviks dan uterus, namun belum menyebar ke dinding pelvis atau bagian bawah vagina. Stadium III. Kanker pada stadium ini telah menyebar dari serviks dan uterus ke dinding pelvis atau bagian bawah vagina. Stadium IV. Pada stadium ini kanker telah menyebar ke organ terdekat, seperti kandung kemih atau rectum, atau telah menyebar ke daerah lain didalam tubuh, seperti paru-paru, hati, atau tulang.

F. Kemungkinan Komplikasi Penanganan untuk kanker serviks invasive biasanya membuat seseorang tidak bisa hamil. Pada beberapa wanita terutama wanita yang lebih muda dan yang belum memulai keluargainfertilitas merupakan efek samping yang paling tidak disukai dari penatalaksanaan. Jika pasien mengkhawatirkan tentang kemampuannya untuk dapat hamil, maka dokter perlu memberikan penjelasan tentang untung rugi dari penatalaksanaan tersebut dengan jelas. Untuk beberapa kelompok wanita dengan kanker serviks dini, operasi aman-dari fertilitas merupakan pilihan yang tepat. Prosedur operasi ini yaitu hanya dengan memindahkan serviks dan jaringan limfatik (radikal trachelectomy) dapat mempertahankan uterus. Penelitian mengenai

radical trachlectomy mengatakan bahwa kanker serviks dapat ditangani dengan teknik ini, walaupun tidak semua wanita cocok dan beberapa resiko tambahan pada operasi ini. Kehamilan mungkin dapat terjadi namun terjadi peningkatan resiko yang bermakna terhadap insiden kelahiran premature dan keguguran. G. Pengobatan dan Penatalaksanaan Penatalaksanaan kanker serviks yang terbatas hanya pada lapisan luar dari serviks memerlukan penanganan untuk membuang area abnormal. Pada kebanyakan wanita pada situasi ini, tidak diperlukan penanganan tambahan. Prosedur untuk membuang kanker non invasif termasuk :

Biopsi Cone. Selama operasi ini, dokter menggunakan scalpel untuk mengambil selembar jaringan serviks berbentuk cone dimana abnormalitas ditemukan. Operasi Laser. Operasi ini menggunakan gelombang sempit pada cahaya laser untuk membunuh sel kanker dan sel pre-kanker. Loop electrosurgical excision procedure (LEEP). Teknik ini menggunakan lintasan kabel untuk memberikan arus listrik, yang memotong seperti pisau bedah, dan mengambil sel dari mulut serviks. Cryosurgery. Teknik yaitu dengan membekukan dan membunuh sel kanker dan prekanker. Hysterectomy. Operasi besar ini termasuk membuang jaringan dari area kanker dan prekanker, serviks, dan uterus. Hysterectomy biasanya dilakukan pada kasus yang dipilih dari kasus kanker servikal non invasif.

Kanker invasive. Kanker servikal yang menginvasi lebih dalam dari lapisan luar sel pada serviks disebut sebagai kanker invasive dan membutuhkan lebih banyak penanganan. Penanganan untuk kanker serviks bergantung pada beberapa faktor, termasuk stadium kanker, permasalahan medis lain yang mungkin dimiliki, dan pilihan pasien sendiri. Penatalakasanaan terdiri dari: 1. Operasi Operasi untuk mengambil uterus biasanya dilakukan untuk mengatasi stadium dini dari kanker serviks. Hysterectomy sederhana yaitu dengan membuang jaringan kanker, serviks, dan uterus. Hysterectomy biasanya pilihan hanya jika kanker dalam stadium yang dini Invasi kurang dari 3 milimeter (mm) ke dalam serviks. Hysterectomy radikal Membuang serviks, uterus, bagian vagina, dan nodus limfe pada area tersebut merupakan operasi standar dimana terdapat invasi lebih besar dari 3 mm kedalam serviks dan tidak ada bukti adanya tumor pada dinding pelvis. Hysterectoy dapat mengobati kanker serviks stadium dini dan mencegah kanker kembali lagi,

namun membuang uterus membuat pasien tidak mungkin hamil lagi. Efek samping sementara dari hysterectomy termasuk nyeri pelvis, dan kesulitan dalam pencernaan, dan urinasi. 2. Radiasi Terapi radiasi menggunakan energi tinggi untuk membentuk sel kanker. Terapi radiasi dapat diberikan secara eksternal atau internally (brachytherapy) dengan menempatkan alat diisi dengan material radioaktif yang akan ditempatkan di serviks. Terapi radiasi sama efektifnya dengan operasi pada kanker serviks stadium dini. Bagi wanita dengan kanker serviks yang lebih berat, radiasi merupakan penatalaksanaan terbaik. Kedua metode terapi radiasi ini dapat dikombinasi. Terapi radiasi dapat digunakan sendiri, dengan kemoterapi, sebelum operasi untuk mengecilkan tumor atau setelah operasi untuk membunuh sel kanker lainnya yang masih hidup. Efek samping dari radiasi terhadap area pelcis termasuk nyeri lambung, nausea, diare, iritasi kandung kemih, dan penyempitan vagina, dimana akan menyebabkan hubungan seks lebih sulit dilakukan. Wanita premenopausal dapat berhenti menstruasi sebagai akibat dari terapi radiasi. 3. Kemoterapi Kemoterapi dengan agen tunggal digunakan untuk menangani pasien dengan metastasis extrapelvis sebagaimana juga digunakan pada tumor rekurren yang sebelum telah ditangani dengan operasi atau radiasi dan bukan merupakan calon exenterasi. Cisplatin telah menjadi agen yang paling banyak diteliti dan telah memperlihatkan respon klinis yang paling konsisten. Walaupun ada beberapa penilitan yang bervariasi, terapi cisplatin agen tunggal memberikan hasil dengan respon sempurna pada 24% kasus, dengan tambahan 16% dari terapi ini memperlihatkan respon parsial. Ifosfamide, agen alkylating yang mirip dengan cyclophosphamide, telah memberikan respon total hingga 29% pada pasien kanker serviks; namun, efektivitas belum dapat dikonfirmasi oleh semua peneliti. Agen lainnya yang memberikan paling tidak aktivitas parsial terjadap kanker serviks termasuk carboplatin, doxorubicin hydrochloride, vinblastine sulfate, vincristine sulfate, 5-fluorouracil, methotrexate sodium, dan hexamethyl melamine. Kombinasi paling aktif yang digunakan untuk mengatasi kanker serviks semuanya mengandung cisplatin. Agen tersebut paling sering digunakan bersama bleomycin, 5-fluorouracil, mitomycin C, methotrexate, cyclophosphamide, dan doxorubicin. Penelitian National Cancer Institute Gynecologic Oncology Group sedang dikerjakan untuk membandingkan kemampuan dari berbagai kombinasi kemoterapi. Efek samping kemoterapi tergantung dari obat yang diberikan namun secara umum dapat menyebabkan diare, lelah, mual, dan rambut rontok. Beberapa obat kemoterapi dapat mengakibatkan infertilitas dan menopause dini pada wanita premenopause. 4. Kemoradiasi Pemakaian kemoradiasi telah diketahui secara luas memberikan harapan hidup lebih tinggi dibandingkan pemberian radiasi saja pada penanganan kanker serviks. Kombinasi antara

kemoterapi dan terapi radiasi berdasarkan teori dari pembunuhan sel sinergis efek terapeutik dari dua modalitas terapi digunakan bersamaan lebih besar dibandingkan jika 2 modalitas tersebut digunakan tidak bersamaan. Bila dikombinasikan dengan radiasi, penggunaan mingguan cisplatin mengurangi resiko progresi selama 2 tahun sebesar 43% (harapan hidup 2 tahun = 70%) untuk stadium II B sampai stadium IV A. Pada keadaan ini, cisplatin sepertinya bekerja sebagai radiosensitizer, dapat menurunkan kemungkinan dari rekurensi lokal dan lebih mengurangi jumlah kejadian metastasis jauh. H. Upaya Pencegahan Kanker servik dapat dicegah dengan berbagai cara : 1. Vaksinasi Pengembangan vaksin profilaksis HPV menawarkan harapan baru untuk pencegahan primer dari kanker servik. Vaksin ini dikenal dengan sebutan quadrivalent vaccine, efektif melawan 4 tipe HPV (6, 11, 16, 18) tipe yang menyebabkan 70% kanker servik dan 90% genital wart. Vaksin yang dibuat dari non-infectious particles (VLP) ini direkomendasikan untuk wanita usia 11-12 tahun dan usia 13-26 tahun yang belum menerima vaksin seri penuh. Pemberian vaksin pada gadis usia muda dikarenakan pada usia ini mereka belum aktif secara seksual. Di sini, vaksin akan bekerja paling efektif. Meskipun demikian, bukan berarti pada wanita yang sudah aktif secara seksual pemberian vaksin HPV ini tidak bermanfaat. Pemberian vaksin pada usia dewasa masih tetap bermanfaat meski keuntungannya tidak sebesar jika vaksin diberikan pada usia dini. Pada wanita hamil, pemberian vaksin ini tidak direkomendasikan. Saat ini sudah ada beberapa penelitian tentang pengaruh vaksin terhadap keselamatan wanita hamil dan bayi yang belum lahir. Studi terhadap 11.000 perempuan (usia 9-26 tahun) di banyak negara menyimpulkan, tidak ada pengaruh kesehatan terhadap kehamilan dan infant, efek yang sering ditemukan adalah nyeri pada sisi injeksi. Namun masih perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam. Kendati vaksin ini cukup menjanjikan, bukan berarti program skrining sama sekali dihentikan. Pasalnya, belum semua tipe HPV berhasil dihalangi, hanya pada 4 tipe (16, 18, 6 atau 11), atau sekitar 30% kanker serviks tidak akan dicegah oleh pemberian vaksin. Jadi masih dianjurkan agar seorang wanita terus melakukan skrining terhadap kanker serviks (regular pap test) dan sekitar 10% dari genital wart pada kelamin tidak dapat dicegah dengan pemberian vaksin ini. Petunjuk Pemberian Vaksin HPV:

Vaksin HPV diberikan secara berkala melalui 3 kali suntikan dalam 6 bulan periode, suntikan kedua dan ketiga diberikan 2 dan 6 bulan setelah suntikan pertama. Sebelum pemberian vaksin, tidak perlu dilakukan pemeriksaan skrining seperti HPV Test atau Pap Test karena hal itu tidak dapat mengatakan secara spesifik tipe HPV yang ada.

Vaksin HPV merupakan kontraindikasi bagi individu dengan riwayat hipersensitif/alergi dengan jamur atau komponen vaksin lainnya. Vaksin bisa diberikan bersamaan dengan vaksinasi lain, misalnya T dap, Td, MCV4, dan hepatitis B. Wanita menyusui boleh menerima vaksin HPV. Vaksin HPV tidak direkomendasikan untuk wanita hamil karena tidak adanya data yang ada. Vaksin bisa diberikan pada mereka dengan penyakit akut minor (misalnya diare atau gangguan saluran napas atas ringan, dengan atau tanpa demam). Pemberian vaksin harus ditunda pada mereka dengan penyakit akut sedang atau parah hingga sembuh. Vaksin HPV juga bisa diberikan untuk wanita yang memiliki equivocal atau abnormal Pap Test, positif Hybrid Capture II@ high risk test, atau genital wart. Meski telah divaksinasi, petugas kesehatan harus tetap menyarankan agar dilakukan upaya proteksi dalam berhubungan seksual. Misalnya dengan membatasi jumlah pasangan dan menggunakan kondom.

2. Dengan cara skrining Kanker servik yang merupakan kanker yang dapat dikendalikan jika diketahui sejak dini, maka kanker akan dapat diatasi secara tuntas, yaitu dengan cara:

Pap smear adalah suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari leher rahim dan kemudian diperiksa di bawah mikroskop untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi dari sel tersebut. Perubahan sel-sel leher rahim yang terdeteksi secara dini akan memungkinkan beberapa tindakan pengobatan diambil sebelum sel-sel tersebut dapat berkembang menjadi sel kanker. Inspeksi visual dengan asam asetat (VIA) atau Lugols iodine (VILI), menawarkan skrining yang menjanjikan. Selain mudah dilakukan, hasilnya juga cepat dan efektif untuk mengidentifikasi perubahan prakanker servik. Selain itu juga ada tes yang lebih objektif, yakni HPV DNA. Tes ini lebih baik dibandingkan yang lainnya pada wanita usia 30 tahun ke atas.

http://www.smallcrab.com/kesehatan/699-mengenal-kanker-serviks

You might also like