You are on page 1of 27

PENDIDIKAN ISLAM DI ANDALUSIA DAN SISILIA Oleh: Muh. Dahlan Thalib 1. I. PENDAHULUAN 1. A.

Latar Belakang Pendidikan Islam dikenal dan diyakini oleh penganut agama Islam sebagai suatu kegiatan pendidikan yang bersumber dari dogma ajaran Islam dengan nilai-nilai universal yang terkandung di dalamnya yang senantiasa mempertimbangkan pengembangan fitrah manusia atau potensi-potensi yang dimiliki manusia selaku makhluk[1]. sehingga usaha mempelajari Pendidikan Islam tidak dapat mengabaikan akar sejarah Pendidikan Islam yang merupakan bagian integral dari sejarah Islam itu sendiri. Disebutkan pendidikan Islam bersumber dari ajaran Islam menggambarkan bahwa pendidikan Islam memiliki perbedaan yang sangat esensial dan pokok dengan model pendidikan lain yang cenderung bersifat pragmatis-sekularistik yang hanya terbatas pada sumber dan penyebaran nilai-nilai kemanusian secara universal tanpa pernah mengaitkannya sama sekali dengan nilai-nilai ketuhanan. Atau yang lazim dikenal dengan istilah Ilmu Pengetahuan tanpa Tuhan. Kegiatan keilmuan yang sebagian besarnya mendapat stimulan dari kontak langsung dunia Eropa dengan dunia Islam ternyata melicinkan jalan bagi kebangkitan kembali (renaissance) bangsa Eropa, dan sekaligus mengantarkan Eropa barat secara khusus dan dunia secara umum kepada sejarah umat manusia yang sama sekali baru, yaitu abad modern. Dalam sejarah peradaban Islam, Andalusia dan Sisilia merupakan dua negara yang ditaklukkan oleh pemerintahan Islam dibawah kepemimpinan Bani Umayyah dengan melalui kekuatan angkatan perang. Spanyol lebih banyak dikenal dengan nama Andalusia yang diambil dari sebutan tanah semananjung Iberia, julukan Andalusia berasal dari kata Vandalusia yang artinya negeri bangsa Vandal, karena bagian selatan semananjung ini pernah dikuasai oleh bangsa Vandal sebelum mereka dikalahkan oleh bangsa Ghotia Barat pada abad V. Daerah ini diuasi oleh Islam setelah penguasa Bani Umayyah merebut tanah semenanjung ini dari bangsa Gothi Barat pada masa Khalifah Al-Wlid ibn Abdul Malik.[2] Pada saat itu Andalusia dan Sisilia adalah dua kerajaan yang dikuasai oleh Islam telah mengukir perkembangan ilmu pengetahuan, sehingga keduanya menjadi gudang ilmu pengetahuan di belahan Eropa. Keberhasilan Islam menguasai Andalusia tujuh setengah abad lamanya (711-1492 M) dan Sisilia empat abad lamanya (827-1194 M) dapat mengubah wajah pendidikan Islam ketika itu dengan baik dan sistimatis. 1. B. Rumusan Masalah.

Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi pokok pembahasan adalah bagaimana Perkembangan Pendidikan Islam Di Andalusia dan Sisilia ? agar pembahasan ini lebih terarah, maka yang menjadi fokus pembahasan pada makalah ini adalah : 1. 2. 3. 4. Bagaiman lintas Sejarah Masuknya Islam di Andalusia? Bagaimana Pola Pendidikan Islam di Andalusia? Bagaiman lintas Sejarah Masuknya Islam di Sisilia ? Bagaimana Pola Sistem Pendidikan Islam di Sisilia ? 1. PEMBAHASAN 1. A. Lintas Sejarah Masuknya Islam Di Andalusia

Al-Andalus (Arab: al-andalus) adalah nama dari bagian Semenanjung Iberia (Spanyol dan Portugal) yang diperintah oleh orang Islam, atau orang Moor, dalam berbagai waktu antara tahun 711 dan 1492.Al-Andalus juga sering disebut Andalusia, namun penggunaan ini memiliki keambiguan dengan wilayah administratif di Spanyol modern Andalusia.[3] Kondisi Andalusia pra kedatangan Islam sungguh sangat memprihatinkan, terutama ketika masa pemerintahan raja Ghotic yang melaksanakan pemerintahannya dengan besi. Kondisi ini menyebabkan rakyat Andalusia menderita dan tertekan. Mereka sangat merindukan datangnya kekuatan ratu adil sebagai sebuah kekuatan yang mampu mengeluarkan mereka saat itu, kerinduan mereka akhirnya menemukan momentumnya ketika kedatangan Islam di Andalusia. Ketika Dinasti Umayah dipegang oleh Khalifah al- Walid bin Abdul Malik (al-Walid I ) (naik takhta 86 H 1705 M ), khalifah keenam. la menunjuk Musa bin Nusair sebagai gubernur di Afrika Utara Pada masa kepemimpinan Musa bin Nusair, Afrika sebagian barat dapat di kuasai kecuali Sabtah (Ceuta ) yang pada waktu itu berada di bawah kekuasaan Bizantium. Ketika inilah pasukan Islam mampu menguasai bagian barat sampai Andalusia.[4] Penaklukan Islam di Andalusia tidak terlepas dari kepiawaian tiga heroic Islam, yaitu Tharif Ibn Malik, Thariq bin Ziyad, Musa bin Nushair. Perluasan bani umayyah ke Andalusia diawali oleh rintisan Tharif ibn Malik yang berhasil menguasai ujung paling selatan eropa, upaya ini kemudian dilanjutkan oleh Thariq bin Ziyad yang berhasil menguasai ibu kota Andalusia, Toledo. Kemudian ia juga menguasai Archidona, Elfiro dan Cordova. Bahkan raja Roderick (raja terakhir Vichigothic) berhasil ia kalahkan pada tahun 711 M[5]. Keberhasilan Thariq dalam melumpuhkan penguasa di Andalusia dalam sejarah Islam dicatat sebagai acuan resmi penaklukan Andalusia oleh Islam. Kemudian ekspansi ini dilanjutkan pada waktu yang sama oleh Musa bin Nushair yang akhirnya mampu menguasai Andalusia bagian barat yang belum dilalui oleh Thariq, tanpa memperoleh perlawanan yang berarti. Keberhasilan ekspansi ini akhirnya bermuara dengan dikuasainya seluruh wilayah Andalusia ke tangan Islam. Pada saat itu kekhalifahan dinasti umayyah pada masa pemerintahan Walid bin Abdul Malik hanya menjadikan

daerah Andalusia sebagai sebuah keamiran saja. Ia menunjuk Musa bin Nushair sebagai amir di sana yang berkedudukan di Afrika Utara. Ketika dinasti umayyah di damaskus runtuh, perkembangan Andalusia kemudian dipegang oleh seorang pangeran umayyah Abdurrahman Ibn Muawiyah ibn Hisyam yang berhasil lolos dari buruan bani abbas. Tokoh inilah yang kemudian berhasil mendirikan kembali daulah bani umayyah di Andalusia[6]. Islam masuk ke Spanyol (Cordova) pada tahun 93 H (711 M) dibawah pimpinan Tariq bin Ziayad yang memimpin angkatan perang Islam untuk membuka Andalusia dengan membawa 7000 orang pasukan. Dengan kekuatan tambahan, Thariq yang mengepalai 12.000 pasukan, pada 19 Juli 711 berhadapan dengan pasukan Raja Roderick di mulut Sungai Barbate dipesisir laguna janda[7] dan berhasil mengalahkan tentara Gotik yang merupakan kemenangan penting untuk memudahkan pasukan muslim melintasi dan penaklukan kota-kota Spanyol lainnya tanpa mengalami perlawanan berarti. 1. B. Pola Pendidikan Islam di Andalusia. Berdasarkan literatur-lteratur yang membahas sejarah pendidikan dan sejarah peradaban Islam secara garis besarnya pendidikan Islam di Andalusia terbagi dua bagian yaitu : 1. 1. Kuttab Sejak Islam pertama kali menginjakkan kakinya di Andalusia hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhir dan sekitar tujuh setengah abad lamanya, Islam memainkan peranan yang besar, baik dalam bidang Intelektual (filsafat, sains, fikih, musik dan kesenian, bahasa dan sastra) juga kemegahan bangunan fisik (Cordova dan Granada)[8]. Umat muslim Andalusia telah menoreh catatan sejarah yang mengagumkan dalam bidang intelektual, banyak perestasi yang mereka peroleh khususnya perkembangan pendidikan Islam. Pertumbuhan lembaga-lembaga pendidikan Islam sangat tergantung pada penguasa yang menjadi pendorong utama bagi kegiatan pendidikan. Di Andalusia menyebar lembaga pendidikan yang dinamakan Kuttab selain Masjid. Kuttab termasuk lembaga pendidikan terendah yang sudah tertata dengan rapi dan para siswa mempelajari berabagai macam disiplin Ilmu Pengetahuan diantaranya : 1. Fikhi. Oleh karena umat Islam di Andalusia penganut Mazhab Maliki, maka para siswa mendapatkan materi materi pelajaran fikhi dari Imam Mazhab Maliki. Yang memperkenalkan mazhab ini adalah Ziyad ibn Abd. Al-Rahman, perkembangan selanjutnya dilakukan seorang qadhi pada masa Hisyam ibn abd. Al-Rahman yaitu Ibnu Yahya. Dan masih banyak ahli-ahli fikhi lainnya diantaranya Abu Bakr ibn al-Quthiyah, Munzir ibn Said al-Baluthi dan ibn Hazam.[9] Yang sangat populer saat itu. 1. Bahasa dan Arab

Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Andalusia, hal ini dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non Islam, bahkan penduduk asli menomorduakan bahasa asli mereka, para siswa diwajibkan berdialog dengan melalui bahasa arab, sehingga bahasa ini cepat populer dan menjadi bahasa keseharian. Mereka yang ahli dan mahir bahasa Arab baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa adalah Ibn Sayyidih, Ibn Malik yang mengarang Al-fiyah, Ib Khuruf, Ibn Al-Hajj, Abu Ali alIsybili, Abu al-Hasan Ibn Usfur dan Abu Hayyan al- Gharnathi. Seiring kemajuan di bidang bahasa , muncul banyak karya sastra seperti Al-qd al-Farid karya Ibn Abd. Rabbih, al-Dzakhirah fi Mahasin ahl al-Jazirah oleh Ibn Bassam, Kitab al-Qalaid buah karya al-Fath ibn Khaqan[10] dan banyak lagi yang lain. 1. Seni Musik Dan Seni Suara Dalam bidang musik dan suara, Islam di Andalusia mencapai kecemerlangan dengan tokohnya al-Hasan ibn Nafi yang dijuluki Zaryab. Ia selalu tampil mempertunjukan kebolehannya. Kepawaiannya bermusik dan seni membuat ia menjadi orang termasyhur dikala itu, ilmu yang dimilikinya diajarkan kepada anak-anaknya, baik laki-laki maupun perempuan dan juga kepada para budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas.[11] 2 Pendidikan Tinggi Di kawasan Andalusia yang pernah menjadi pusat pemerintahan Islam, juga banyak dibangun banyak perguruan tinggi terkenal seperti Universitas Cordoba, Sevilla, Malaga, Granada dan yang lainnya. Orang-orang Eropa yang pertama kali belajar sains dan ilmu pengetahuan banyak tertarik untuk belajar di berbagai perguruan tinggi di Andalusia. Sehingga, lahirlah kemudian murid-murid yang menjadi para pemikir dan filosof terkenal Eropa. Sejak itu, dimulailah zaman Renaissance-nya Eropa. Perguruan Tinggi Oxford dan Cambridge di Inggris merupakan tiruan dari lembaga pendidikan di daerah Andalusia yang menggabungkan pendidikan, pusat riset, dan perpustakaan.[12] Sebagaimana halnya siswa belajar pendidikan pada tingkat rendah (Kuttab) juga mempunyai kesempatan seluas-luasnya melanjutkan pendidikan pada tingkat tinggi yaitu Universitas Cordova yang berdiri megah di Andalusia. Unversitas Cordova berdiri tegak bersanding dengan Masjid Abdurrahman III[13] yang akhirnya berkembang menjadi lembaga pendidikan tinggi yang terkenal yang setara dengan Uniersitas Al-Azhar di Cairo dan Universitas Nizamiyah di Bagdad[14]. Unversitas Cordova memiliki perpustakaan yang menampung sekitar empat juta buku dan meliputi buku astronomi, matematika, kedokteran,teologi dan hukum, jumlah muridnya mencapai seribu orang. Selain itu terdapat Universitas Sevilla, Malaga dan Granada[15]. Para mahasiswa diajarkan tiologi, hukum Islam, kedokteran, kima, filsafat dan astronomi. 1. Filsafat Puncak pencapaian intelektual Muslim Spanyol terjadi dalam pemikiran filsafat. Dalam bidang ini, Muslim Andalusia merupakan mata rantai yang menghubungkan antara filsafat Yunani klasik dengan pemikiran Latin-Barat. Perhatian dan minat pada masa

Islam Andalusia baik terhadap filsafat pada khususnya maupun terdapat Ilmu pengetahuan pada umumnya telah mulai dikembangkan pada abad ke-9 M. Selama pemerintahan bani Umayyah yang ke-5, Muhammad ibn Abd. Rahman (832-886 M)[16], sehingga tercatat pada abad ke-12 M Islam di Andalusia mempunyai peran sebagai jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu pengeahuan Yunani Arab ke Eropa. Selain itu, muslim Andalusia juga turut andil besar dalam mendamaikan antara agama dengan ilmu, akal dengan iman yang sekaligus menandai akhir abad kegelapan Eropa. Pada kekhalifahan al-Hakam II (961-976M) ribuan karya ilmiah filosofis di impor dari Timur. Karya-karya tersebut terhimpun dalam perpustakaan pribadinya. Kebijakan alHakam yang mendukung terciptanya lingkungan intelektual inilah yang pada akhirnya turut serta membidani lahirnya folosof-filosof besar sesudahnya, sehingga Cordova dengan perpustakaan dan universitas-universitasnya mampu menyaingi Bagdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan di dunia Islam. Apa ynag dilakukan oleh pemimpin Dinasti Umayyah di Andalusia ini merupakan persiapan untuk melahirkan filosof-filosof besar pada masa sesudahnya. Tokoh utama dalam sejarah filsafat Arab Spanyol adalah Abu Bakar Muhammad ibnu al-Sayigh yang lebih dikenal dengan. ibnu Bajjah, dilahirkan di Saragosa, ia pindah ke Sevilla dan Granad, meninggal kare na keracunan di Fez tahun 1138 M dalam usia yang masih muda. Seperti Al-Farabi dan Ibnu Sina di Timur, masalah yang dikemukakannya bersifat etis dan eskatologis. Ibnu Bajjah banyak menulis tafsir mengenai filsafat Aristoteles. Bukunya yang terkenal adalah Tadbir al- Mutawwahid yang berisi tentang kritik terhadap filsafat al-Gazali yang mengatakan bahwa kebenaran itu dicapai melalui jalan sufi[17]. Tokoh yang lainnya terdapat nama Abu Bakr ibnu Thufil, penduduk asli Wadi Asy, sebuah dusun kecil sebelah timur Granada dan wafat pada usia lanjut pada tahun 1185 M, ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi dan filasafat. Karya folsafatnya yang tekenal adalah Hay ibn Yaqzhan. Pada akhir abad ke-12 M muncul seorang pengikut Aristoteles yang terbesar dalam kalangan filsafat Islam, dia adalah Abu al-Walid Muhammad ibnu Ahmad ibnu Muhammad Ruyd dilahirkan di Cordova, Andalus pada tahun 510 H/1126 M,[18]. Beliau terkenal dengan nama singkat Ibn Rusyd, ia ahli dalam ilmu hukum sehingga diangkat menjadi ketua Mahkamah Agung di Cordova. Meskipun Ibnu Rusyd banyak memusatkan perhatiannya pada filsafat Aristoteles, ia juga menulis beberapa buku. Dalam bidang kedokteran misalnya menulis buku yang berjudul Al-Kulliat, selanjutnya bidang filsafat bukunya berjudul Tahaful al-Tahaful dan filsafat al Naql dan dalam bidang ilmu terdapat Karya besarnya yang termasyhur berjudul Bidayah al- Mujtahid[19]. 1. Sains Membicarakan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Andalusia, tak bisa lepas dari kerja besar pembangunan peradaban yang dilakukan para pembawa risalah Islam ke kawasan Eropa itu. Tak bisa juga dipisahkan dari kajian etika serta syariat

Islam yang didakwahkan para dai. Itulah yang mendorong semangat para ilmuwan Muslim Andalusia: Pengetahuan itu satu karena dunia juga satu, dunia satu karena Allah juga satu. Prinsip tauhid semacam ini yang menjadi koridor berpikir para ilmuwan muslim dalam mengembangkan sains dan teknologi.[20] Perkembangan sains di Andalusia sangat pesat yang ditandai dengan munculnya berbagai macam bidang ilmu pengetahuan diantaranya ilmu kedokteran, matematika, kimia, musik, astronomi dan lain-lainya. Adapun tokoh termasyhur pada saat itu adalah Abbas ibn Farnas dalam ilmu kimia dan astronomi, ia orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu[21]. Dalam bidang astronomi, terkenal nama- nama az- Zarqali (1.1029). Di toledo Abdul Qasim Maslama bin Ahmad al- Farabi al- Habib al- Majriti (w.1007) di Cordoba yang merupakan terkemuka muslim Andalusia angkatan pertama. Selain itu, muncul Jabir bin Aflah Abu Muhammad (w.1204), di Sevilla yang menulis kitab al- Haia , yang membuat angka -angka trigomometrik yang masih di gunakan sampai sekarang, dan Nuruddin Abu Ishaq al- Bitruji (w. 1204 ). yang menulis kitab Al- Haia[22]. Karya- karya para Astronom muslim ini telah banyak menyumbangkan istilah yang berasal dari bahasa Arab ke dalam pembendaharaan ilmu Astronomi dan matematika. 1. C. Lintas Sejarah Masuknya Islam di Sisilia Sisilia adalah sebuah pulau di laut tengan, letaknya berada di sebelah selatan semenanjung Italia, dipisahkan oleh selat Messina. Pulau ini bentuknya menyerupai segitiga dengan luas 25.708 km persegi. Sebelah utara terdapat teluk Palermo dan sebelah timur terdapat teluk Catania. Pulau ini di sebelah barat dan selatannya adalah kawasan laut Mediterranian, sebelah utara berbatasan dengan laut Tyrrhenian dan sebelah timurnya berbatasan dengan laut Ionian[23]. Pulau sisilia bergunung gunung dan sangat indah, iklimnya yang baik, tanahnya subur, dan penuh dengan kekayaan alamnya. Pulau ini di bagi menjadi tiga bagian : Val di Mazara di sebelah barat, Val di Noto di sebelah tenggara dan Val Demone di bagian timur laut . Islam hanya menjadi agama resmi di Val di Mazara sedangkan di bagian yang lainnya mayoritas beragama kristen[24]. Sementara itu penaklukan umat Islam atas kepulauan Sisilia (bahasa Arab, Siqilliyah) merupakan buih terakhir dari gelombang serbuan yang dibawa bangsa Arab ke Afrika Utara dan Andalusia. Karena masuknya Islam di Sisilia sangat terkait dengan masuknya Islam di Andalusia, bahkan disinyalir apa yang dicapai oleh dunia Eropa diabad modern sekarang ini tidak lain adalah warisan umat Islam di Andalusia dan Sisilia[25]. Sisilia adalah sebuah pulau subur di Italia Selatan pernah dikuasai oleh bangsa Yunani, Romawi, Byzantium, Arab dan akhirnya jatuh ke dalam kerajaan Kristen Normandia serta kini menjadi bagian dari Italia.[26] Usaha untuk menjadi wilayah penguasaan Islam atas pulau ini dimulai sejak Khalifah Usman bin Affan dengan mengirim gubernur Muawiyah bin Abi Sufyan pada tahun 652 M, dan pada waktu Muawiyah menjadi Khalifah juga menyerang pulau Sisilia pada tahun 667 M[27], kemudian disempurnakan tahun 827 M, oleh amir Bani Aghlabi yang

bernama Ziyadatullah bin Ibrahim (817-838 M) menyampaikan undangan salah seorang tokoh sisilia yang bernama Ephemius ke pemerintahan pusat di Bagdad d bawah khalifah Al-Mamun[28]. Dan akhirnya amir Ziyadatullah bin Ibrahim berangkat bersama pasukannya menuju Sisilia dengan kekuatan yang sangat besar umlahnya berhasil menduduki Sisilia. Pulau ini selama 189 tahun merupakan satu propinsi daulah bani Aghlabi dengan ibu Kotanya Palermo[29]. Ketika Islam datang penguasa Sisilia melawan dengan gigih dan pantang menyerah, berbeda ketika Islam datang ke Andalusia, tidak sulit ditaklukkan dan memilih damai. Seluruh Sisilia dikuasai oleh kaum muslimin di bawah pimpinan Bani Aghlab dan sejak itu berdiri dinasti Bani Aghlabiyah selama 6 tahun ( 903 909 M ) dan Palermo sebagai ibu kota . kemudian dinasti Fathimiyah selama setengah abad ( 909 965 M ) , dinasti Kalbiyah selama 80 tahun ( 965 1044 M ) dan dinasti Normandia. Dinasti Aghlabiyah mampu memperluas kekuasaan sampai ke Benua Eropa dengan silih berganti tentara Islam berlabuh di pantai selatan Italia di Laut tengah, sampai Italia, Prancis, Sardinia, Malta dan Sisilia. 1. D. Pola Pendidikan Islam di Sisilia Seperti halnya di Andalusia pola pendidikan Islam di Sisilia juga terbagi dua tingkatan yaitu : 1. 1. Kuttab Kuttab adalah lembaga pendidikan tingkat rendah yang banyak terdapat di Sisilia. Oleh Abu Bakar ibnu Arabi dikatakan bahwa pola pendidikan Islam di kuttab adalah anak belajar menulis, berhitung dan bahasa Arab[30]. Di Kota Palermo terdapat 300 orang guru kuttab, dengan banyaknya kuttab-kuttab yang berkembang di Sisilia dapat mewujudkan impiannya sebagai bangsa yang menjunjung tinggi peradaban Islam dan ilmu pengetahuan pada saat itu. Dan terbukti Sisilia sebagai negara Islam independen dengan ibukotanya Palermo yang diperintah oleh dinasti Aglabiyah pada masa dinasti Abbasiyah ini sangat membantu dalam kemajuan peradaban dan kebudayaan Islam karena penguasa di negara tesebut melindungi ilmu pengetahuan. 1. 2. Pendidikan Tinggi Jatuhnya Sisilia ke tangan umat Islam, justru menjadi berkah bagi Eropa, ketika Eropa sedang berada di abad pertengahan yang oleh mereka sendiri disebut dengan era kegelapan, peradaban Islam sedang berada di puncak masa keemasannya. Ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat dan pembangunan disaksikan di mana-mana. Sisilia juga kebagian. Melalui negeri ini, ilmu pengetahuan dan sains mengalir dari dunia Islam ke Eropa. Transfer ilmu pengetahuan Islam ke Eropa ini mulai dilakukan oleh Frederick II (1194 M 1250 M) yang berkuasa di Sicilia. Frederick yang beragama Kristen sangat terpengaruh oleh ajaran dan kebudayaan Islam. Ketika berkuasa, raja ini mendirikan University of Naples pada tahun 1224 M, yang merupakan Universitas

Pertama di Eropa dengan menggunakan sistem pendidikan yang dikembangkan perguruan tinggi Islam[31]. Sililia merupakan salah satu pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam yang ditandai bermunculnya ilmuawan Islam. Hal ini melihat latar belakang sang penakluk sisilia, Asad bin Fhurat yang merupakan ulama besar[32], sehingga pada masa itu banyak didirikan perguruan tinggi dan masjid. Salah satu perguruan tinggi yang didirikan adalah Universitas Kedokteran di Palermo yang menandingi Universitas Cordova. Perkembangan sains dan teknologi serta kehidupan intlektual di Sisilia tidak berbeda dengan gerakan intelektual di Andalusia dan dunia Islam saat itu pada umumnya. Ada dua jalur utama penyebaran sains dan teknologi dari dunia Islam ke Eropa yaitu pertama, melalui jalan Cordova di Andalusia. Melalui Universitas Cordova banyak mahasiswa Kristen terutama dari prancis melakukan alih sains dan teknologi ke negeri mereka yang pada waktu itu terbelakangan. Kedua melalui jalur Palermo pusat peradaban Islam di Sisilia terjadi transformasi sains dan teknologi ke Italia secara besar-besaran. Banyak ilmuan Muslim dibayar mahal untuk mengajar di Universitas ini dan merupakan bahasa pengantar pertama kali digunakan adalah bahasa Arab.[33] Dunia Islam bahkan dikalangan non Muslim telah mengakui kehebatan seorang panglima perang dalam strategi militer yang berasal dari sisilia yaitu Jawhar al-Siqli. Dalam bidang bahasa dan nahwu, ilmu-ilmu al-Qurn dan Hadits dikenal nama Muhammad bin Khurasan ia wafat di Sisilia pada tahun 996 M, juga Ismail bin Khalaf, pengarang Kitab al-Uyun fi al-Qirat, kitab ini masih terhimpun di sebuah perpustakaan di Berlin dan Istambul, ia wafat 1063 M, sedangkan ahli hadist tekenal adalah Abu al-Abbas, abu Bakar Muhammad bin Ibrahim al-Tamimi, ia juga murid al-Junaidi dalam tasawuf. Tokoh lain dalam bidang hadis adalah ibnu al-Farrah dan Musa bin Hasan. Dalam Ilmu Kalam tekenal nama abu al-Haqq bin Muhammad ibnu Zaffar dan Mazari, dalam bidang sastra terkenal nama Ali Hamzah al-Bashri, pengarang al-Mutanabbi sastrawan arab klasik.[34] 1. III. KESIMPULAN Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Masuknya Islam di Andalusia dari tahun 711-1492 M (781 tahun) dan di Sisilia dari tahun 827-1194 M (367 tahun) tidak terlepas dari perluasan wilayah yang dicanangkan oleh khalifah daulah umayyah dengan melalui jalur Afrika Utara yang membuat kedua wilayah itu terkenal di dunia baik dibidang pendidikan maupun dibidang peradaban. 2. Baik di Andalusia maupun di Sisilia pola pendidikan Islam yang diselenggarakan pada dasarnya terdiri dua tingkatan yaitu di Kuttab yang mempelajari pengetahuan dasar dan menengah misalnya Al-Qurn, fikih, bahasa Arab dan kesenian sementara di Perguruan Tinggi mengarah pada disiplin ilmu khusus misalnya agama, sains dan teknologi.

3. Di Andalusia inilah lahir tokoh-tokoh muslim ternama yang menguasai berbagai ilmu pengetahuan, seperti Ilmu Agama Islam, Kedokteran, Filsafat, Ilmu Hayat, Ilmu Hisab, Ilmu Hukum, Sastra, Ilmu Alam, Astronomi, dan lain sebagainya. Oleh karena itu dengan segala kemajuan dalam berbagai ilmu pengetahuan, kebudayaan serta aspek-aspek ke-islaman, Andalusia kala itu boleh dikatakan sebagai pusat kebudayaan Islam dan Ilmu Pengetahuan yang tiada tandingannya setelah Konstantinopel dan Bagdad. Maka tak heran waktu itu pula bangsa-bangsa Eropa lainnya mulai berdatangan ke negeri Andalusia ini untuk mempelajari berbagai Ilmu pengetahuan dari orang-orang Muslim Spanyol, dengan mempelejari buku-buku buah karya cendekiawan Andalusia baik secara sembunyi-sembunyi ataupun terang-terangan. 4. Sisilia yang pernah dikuasai Islam dari tahun 881 M s/d 1091 M. Sebagaimana di Toledo Andalusia, kota Palermo merupakan tempat yang penting bagi kegiatan penterjemahan buku-buku ulama Islam ke dalam bahasa latin. Daftar Pustaka Ali, K, A Studi of Islamic Histry, diterjemahkan oleh Ghufron A. Masadi dengan judul : Sejarah Islam, Tarikh Pramodern, Ed.I, Cet. II, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997. Hasan Asari, Menyingkap Zaman Keemasan Islam, Bandung: Mizan, 1994 M. Hitti, Philip K, History of the Arab, (terbitan Palgrave Macmillan, edisi revisi ke-10, New York, 2002. Http://pdfsearchengine.com/htmljurnaliqro.files.wordpress.com/2008/08/01-nasruddin-19.html. Http://Shofiullah. Blogspot.com/2009/04/peradaban-islam-di-Sisilia-d.. Http://zanikhan.multiply.com/journal/item/1338 disadur pada tanggal, 17 Juli 2009. Karya, Sukarno, Ensiklopedia Mini, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1996 Lewis, Bernard, The Arab in History, di terjemahkan oleh Said Janahuri dengan Judul Bangsa Arab dalam Lintasan Sejarah, Cet. I; Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1998 Mapangganro, Sistem dan Metode Pendidikan Islam dalam Upaya meningkatkan Kualitas Bangsa Indonesia menyongsong Era Industrialisasi, makalah yang disampaikan dalam seminar IKA tanggal 26 Agustus 1995 Maryam, Siti, Sejarah Peradaban Islam : Dari Masa Klasik hingga Modern, Yokyakarta: LESFI, 2004.

Nata, Abuddin, Ilmu Kalam, Filsafat Islam dan Tasawuf, Cet. II, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994. , Sejarah Pendidikan Islam pada Periode Klasik dan Pertengahan, Ed. I, Cet. I, Jakarta: Raja Grafindo Persada,2004. Nasution, Harun, Islam Rasional, Gagasan dan Pemikiran, Cet. IV; Bandumg: Mizan, 1999. Nizar, Samsul, Sejarah Pendidikan Isla: Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah sampai Indonesia, Ed. I, Cet. II, Jakarta: Kencana , 2008. Syalabi, Ahmad, Sejarah Pendidkan Islam, terjemahan Muchtar Yahya dan Sanusi Latief, JakartaBulan Bintang, 1973. Suwito, et al, Sejarah Sosial Pendidikan Islam , ed. I, Cet. II, Jakarta: Kencana, 2008 Sunanto, Musyrifah, Sejarah slam Klasik : Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, Ed. I, Cet. III, Jakarta:Kencana, 2007 Souyb, Yoesoef, Sejarah Daulat Abbasiyah, Jilid. , Cet. I; Jakarta: Bulan Bintang, 1977. Zuhairani, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: t.tp., 1992 M. Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, ed. I, Cet. 16, Jakarta: PT Raja Grafino Persada, 2004. Abd Salim Mukri, Pemikiran Islam antara Wahyu dan Akal, terjemahan (Jakarta: Mediyatma Sarana Perkasa, t.th.) Aboebakar Atjeh, Pengantar Ilmu Tarekat (Solo: PT. Ramadhani, 1992 M.) Ahmad Syalabiy, History of Muslim Education (Beirut: Dar al-Kasysyaf, 1954 M.) A.L. Tibawi, Orig in and Character of Madrasah, tulisan dalam Bulletin of School of Oriental and African Studien, Vol. 25, 1962 M. Arbiyah Lubis, Pemikiran Muhammadiyah dan Muhammad Abduh (Jakarta: Bulan Bintang, 1993 M.) Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Rajawali Press, 1994 M.) Fazlurrahman, Islam and Modernity : Transformation of an Intellectual Tradition (Chicago: The University of Chicago Press, 1984)

____________ Islam (Chicago: The University of Chicago Press, 1984) Hasan Asari, Menyingkap Zaman Keemasan Islam (Bandung: Mizan, 1994 M.) Hasan Langgulung, Asas Pendidikan Islam (Jakarta: Pustaka Alhusna, t.th.) Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya (Jakarta: UI Press, 1985 M.). ___________ Islam Rasional (Bandung: Mizan, 1995 M.) Muhammad Iqbal, The Reconstruction of Religion Though in Islam (New Delhi: Kitab Bhaven, 1974). M.M. Syarif, Para Filosuf Muslim, alih bahasa M. Fachruddin (Bandung; Diponegoro, t.th.) Syahrir Harahap, Al-Quran dan Sekularisasi (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1994 H.) Uka Tjandrasasmita (ed.), Sejarah Nasional Indonesia, Jilid III (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1984 M.) Zainal Abidin Ahmad, Riwayat Hidup Ibn Rusyd ( Jakarta: Bulan Bintang, 1975 M.) Zuhairani, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: t.tp., 1992 M.) Dengan masuknya Islam ke Eropa, Ilmu yang selama ini didominasi dan monopoli dunia Islam mulai bergerak pelan kearah masyarakat Eropa. Merekapun mulai belajar dan mengembangakan pengetahuan itu dengan giat. Kedatangan Islam ke Eropa tidak saja berhasil mengadakan perbaikan-perbaikan dalam sistem ekonomi dan sosial masyarakat Eropa, tetapi Islam juga telah berhasil membebaskan bangsa Eropa dari tekanan-tekanan para kaum imperalis serta menggugah kesadaran mereka bahwa mereka pada saat yang sama telah tertinggal dalam kompetisi Ilmu Pengetahuan dengan dunia lainnya. Dengan terjadinya konflik Perang ini orangorang Eropa mulai mengenal banyak barang-barang material yang telah ada didunia Islam tetapi mereka bangsa Eropa tidak pernah mengenalnya. Kontak Dunia Barat dengan Islam terjadi melalui tiga jalur pokok, yaitu : 1. Andalusia di Spanyol yang banyak mempunyai universitas-universitas yang banyak dikunjungi orang-orang Eropa untuk belajar. Kota Toledo mempunyai peranan yang sangat penting dalam hal ini. 2. Sisilia yang pernah dikuasai Islam dari tahun 881 M s/d 1091 M.. Sebagaimana di Toledo Spanyol, kota Palermo merupakan tempat yang penting bagi kegiatan penterjemahan buku-buku ulama Islam ke dalam bahasa latin;

Perang Salib, tetapi dibandingkan dengan dua jalur tadi, peranan perang salib dalam memindahkan Ilmu Pengetahuan Islam ke Barat tidak sebesar dua kota (Harun Nasution, Islam Rasional (Bandung: Mizan, 1995 M.) hal. 302) [1]Lihat Mapangganro, Sistem dan Metode Pendidikan Islam dalam Upaya meningkatkan Kualitas Bangsa Indonesia menyongsong Era Industrialisasi, makalah yang disampaikan dalam seminar IKA tanggal 26 Agustus 1995, hal.3 yang disadur dari http://pdf-search-engine.com/html jurnal iqro. files.wordpress.com/2008/08/01nasruddin-1-9.html. tgl, 15 Juli 2009. [2]Siti Maryam, Dkk, Sejarah Peradaban Islam : Dari Masa Klasik hingga Modern, (Cet. II; Yokyakarta: LEFSI, 2004), h. 69. [3]http://fotozamiele.blogspot.com/2009/03/al-andalus-andalusia.htmldisadurpada tanggal, 19 Juli 2009 [4]http://alwifaqih.blogspot.com/2008/02/sejarah-peradaban-islam.html disadur pada tanggal, 10 September 2009 [5]http://zanikhan.multiply.com/journal/item/1338 disadur pada tanggal, 17 Juli 2009. [6]Ibid. [7] Lihat Philip K. Hitti, History of the Arab, (terbitan Palgrave Macmillan, edisi revisi ke-10, New York: 2002), h. 628. [8]Suwito, et al, Sejarah Sosial Pendidikan Islam , (Ed. I, Cet. II; Jakarta: Kencana, 2008), h.111. [9]Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Ed. I, Cet.XVI; Jakarta: PT Raja Grafino Persada , 2004), h.103. [10]Ibid [11]Ahmad Syalabi, SejarahPendidkan Islam, (terjemahan), Muchtar Yahya dan Sanusi Latief, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), h. 88. [12]http://caspershaft.blogspot.com/2007/02/islam-dan-pendidikan.html, di sadur pada tangal, 10 September 2009 [13]Nama Masjid Abdurrahman III diambil dari nama Khalifah pertama keturunan Umayyah di Spanyol dengan gelar al-Nasir Lidinillah (penegak agama Allah), pada pemerintahan Abdurrahman III nilah Spanyol mengalami puncak kemajuan peradaban Islam khususnya dalam bidang seni arsetektur, Cordova pada saat itu memiliki 300 Masjid,100 Istana yang megah, 13.000 gedung dan 300 tempat pemandian umum. Lihat

K. Ali, Sejarah Islam, Tarikh Pramodern, (ed.I, Cet. II, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), h. 309-310. [14] Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah sampai Indonesia, (Ed. I, Cet. II; Jakarta: Kencana , 2008), h.99. [15] Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam pada Periode Klasik dan Pertengahan (Ed. I, Cet. I; Jakarta: Raja Grafindo Persada,2004), h. 266. [16]Ibid. h.263 [17]Lihat Badri Yatim, op. cit, h. 101 [18]Lihat Samsul Nizar , op.cit h. 100. [19] Abuddin Nata, Ilmu Kalam, Filsafat Islam dan Tasawuf, (Cet. II; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), h. 104 [20]Lihathttp://www.cybermq.com/index.php?pustaka/detail/10/1/pustaka159. htmlatauhttp://wwwislamuda.com/?imud=rubrik&menu=cetak&kategori=5&id=232 [21] Lihat Abuddin Nata, op.cit. h. 101. [22]http://eramuslim.blogdetik.com/2009/05/12/kenapa-eropa-barat-lebih-maju-darieropa-timur/ [23]Hammond , Headline World Atlas , (New Jersey : Hammond Incorporated Maplewood, 1969), h. 36 [24] Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik : Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, (Cet. III; Jakarta, Kencana Prenada Media Group , 2007) , h.157 [25] Harun Nasution, Islam Rasional, Gagasan dan Pemikiran, (Cet. IV; Bandumg: Mizan, 1999), h. 102. [26] Sukarno Karya, Ensiklopedia Mini, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1996), h. 359. [27]Http://Shofiullah. Blogspot.com/2009/04/peradaban-islam-di-Sisilia-disadur tgl, 3 Juli 2009. [28]Yoesoef Souyb, Sejarah Daulat Abbasiyah, (Jild. , Cet. I; Jakarta: Bulan Bintang, 1977), h. 187. [29]Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik : Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, (Ed. I, Cet. III; Jakarta:Kencana, 2007), h. 227.

[30] Lihat Ahmad Syalabi, op. cit, h.37. [31]http://taghrib.ir/melayu/?pgid=69&scid=153&dcid=42998 disadur pada tanggal, 15 September 2009. [32] Bernard Lewis, The Arab in History, di terjemahkan oleh Said Janahuri dengan Judul Bangsa Arab dalam Lintasan Sejarah, (Cet. I; Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1998), h. 118-119. [33] Lihat Sukarno Karya, op.cit, h.362. [34]Ibid, h.361

Sejarah Perkembangan Islam

POLA DAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM PADA PERIODE ABBASIYAH DAN DI SPANYOL (ANDALUSIA DAN SISILIA) A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Ekspansi islam ke Spanyol merupakan ekspansi wilayah yang paling gemilang dalam catatan searah kemiliteran dan beradaban. Dibidang peradaban, Spanyol islam telah telah membawa peranan penting dalam konteks sejarahperadaban dan kebudayaan islam. Kepesatan perkembangan peradaban dan kebudayaan yang dikembangkan Spanyol islam membawa Spanyol islam sebagai pusat kebudayaan dan peradaban islam di Barat, sebagaimana halnya dengan Baghdad yang menjadi pusat kebudayaan dan peradaban islam di Timur. Kehadiran dan perkembangan kebudayaan dan peradaban yang dikembangkan Spanyol islam bukan saja telah memberikan warna dan ketinggian peradaban dunia islam, bahkan kehadirannya juga telah memainkan peranannya dalam membidangi dan memberikan kontribusi yang besar terhadap kebangkitan Eropa pada abad pertengahan dari tidurnya yang panjang. Kekuasaan islam di Spanyol member pengaruh yang sangat besar terhadap peradaban manusia terutama dalam hal pendidikan dan ilmu pengetahuan. Islam telah berhasil mengubah wajah pendidikan ketik itu, karana pendidikan islam telah terlaksana dengan baik serta sistematis. 2. Rumusan Masalah a. b. Bagaimana pola dan perkembangan pendidikan islam pada periode Abbasiyah? Bagaimana pola dan perkembangan pendidikan islam di Spanyol yang meliputi Andalusia dan Sisilia?

B. Pembahasan 1. Pola dan Perkembangan Pendidikan Islam Pada Periode Abbasiyah

Sebagaimana diuraikan di atas, puncak perkembangan kebudayaan dan pemikiran Islam terjadi pada masa pemerintahan Bani Abbas. Akan tetapi, tidak berarti seluruhnya berawal dari kreativitas penguasa Bani Abbas sendiri. Sebagian di antaranya sudah dimulai sejak awal kebangkitan Islam. Dalam bidang pendidikan, misalnya, di awal Islam, lembaga pendidikan sudah mulai berkembang. Ketika itu, lembaga pendidikan terdiri dari dua tingkat: a. Maktab/Kuttab dan masjid, yaitu lembaga pendidikan terendah, tempat anak-anak mengenal dasar-dasar bacaan, hitungan dan tulisan; dan tempat para remaja belajar dasardasar ilmu agama, seperti tafsir, hadits, fiqh dan bahasa. b. Tingkat pendalaman, dimana para pelajar yang ingin memperdalam ilmunya, pergi keluar daerah menuntut ilmu kepada seorang atau beberapa orang ahli dalam bidangnya masingmasing. Pada umumnya, ilmu yang dituntut adalah ilmu-ilmu agama. Pengajarannya berlangsung di masjid-masjid atau di rumah-rumah ulama bersangkutan. Bagi anak penguasa pendidikan bisa berlangsung di istana atau di rumah penguasa tersebut dengan memanggil ulama ahli ke sana. Lembaga-lembaga ini kemudian berkembang pada masa pemerintahan Bani Abbas, dengan berdirinya perpustakaan dan akademi. Perpustakaan pada masa itu lebih merupakan sebuah universitas, karena di samping terdapat kitab-kitab, di sana orang juga dapat membaca, menulis dan berdiskusi. Perkembangan lembaga pendidikan itu mencerminkan terjadinya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Hal ini sangat ditentukan oleh perkembangan bahasa Arab, baik sebagai bahasa administrasi yang sudah berlaku sejak zaman Bani Umayyah, maupun sebagai bahasa ilmu pengetahuan. Disamping itu, kemajuan itu paling tidak, juga ditentukan oleh dua hal, yaitu : a. Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Pada masa pemerintahan Bani Abbas, bangsa-bangsa non-Arab banyak yang masuk Islam. Asimilasi berlangsung secara efektif dan bernilai guna. Bangsa-bangsa itu memberi saham tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam. Pengaruh Persia, sebagaimana sudah disebutkan, sangat kuat di bidang pemerintahan. Disamping itu, bangsa Persia banyak berjasa dalam perkembangan ilmu, filsafat dan sastra. Pengaruh India terlihat dalam

bidang kedokteran, ilmu matematika dan astronomi. Sedangkan pengaruh Yunani masuk melalui terjemahan-terjemahan dalam banyak bidang ilmu, terutama filsafat. b. Gerakan terjemahan yang berlangsung dalam tiga fase. Fase pertama, pada masa khalifah al-Manshur hingga Harun Ar-Rasyid. Pada fase ini yang banyak diterjemahkan adalah karya-karya dalam bidang astronomi dan manthiq. Fase kedua berlangsung mulai masa khalifah al-Ma'mun hingga tahun 300 H. Buku-buku yang banyak diterjemahkan adalah dalam bidang filsafat dan kedokteran. Fase ketiga berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas. Bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan semakin meluas. Pengaruh dari kebudayaan bangsa yang sudah maju tersebut, terutama melalui gerakan terjemahan, bukan saja membawa kemajuan di bidang ilmu pengetahuan umum, tetapi juga ilmu pengetahuan agama. Dalam bidang tafsir, sejak awal sudah dikenal dua metode, penafsiran pertama, tafsir bi al-ma'tsur, yaitu interpretasi tradisional dengan mengambil interpretasi dari Nabi dan para sahabat. Kedua, tafsir bi al-ra'yi, yaitu metode rasional yang lebih banyak bertumpu kepada pendapat dan pikiran daripada hadits dan pendapat sahabat. Kedua metode ini memang berkembang pada masa pemerintahan Bani Abbas. Akan tetapi jelas sekali bahwa tafsir dengan metode bi al-ra'yi, (tafsir rasional), sangat dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan. Hal yang sama juga terlihat dalam ilmu fiqh dan terutama dalam ilmu teologi. Perkembangan logika di kalangan umat Islam sangat mempengaruhi perkembangan dua bidang ilmu tersebut. Imam-imam madzhab hukum yang empat hidup pada masa pemerintahan Abbasiyah. Imam Abu Hanifah (700-767 M) dalam pendapat-pendapat hukumnya dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi di Kufah, kota yang berada di tengah-tengah kebudayaan Persia yang hidup kemasyarakatannya telah mencapai tingkat kemajuan yang lebih tinggi. Karena itu, mazhab ini lebih banyak menggunakan pemikiran rasional daripada hadits. Muridnya dan sekaligus pelanjutnya, Abu Yusuf, menjadi Qadhi alQudhat di zaman Harun Ar-Rasyid. Berbeda dengan Imam Abu Hanifah, Imam Malik (713-795 M) banyak menggunakan hadits dan tradisi masyarakat Madinah. Pendapat dua tokoh mazhab hukum itu ditengahi oleh Imam Syafi'i (767-820 M), dan Imam Ahmad ibn Hanbal (780-855 M) yang mengembalikan sistim madzhab dan pendapat akal semata

kepada hadits Nabi serta memerintahkan para muridnya untuk berpegang kepada hadits Nabi serta pemahaman para sahabat Nabi. Hal ini mereka lakukan untuk menjaga dan memurnikan ajaran Islam dari kebudayaan serta adat istiadat orang-orang non-Arab. Disamping empat pendiri madzhab besar tersebut, pada masa pemerintahan Bani Abbas banyak para mujtahid lain yang mengeluarkan pendapatnya secara bebas dan mendirikan madzhab-nya pula. Akan tetapi, karena pengikutnya tidak berkembang, pemikiran dan mazhab itu hilang bersama berlalunya zaman. Aliran-aliran yang sudah ada pada masa Bani Umayyah, seperti Khawarij, Murjiah dan Mu'tazilah pun ada. Akan tetapi perkembangan pemikirannya masih terbatas. Teologi rasional Mu'tazilah muncul di ujung pemerintahan Bani Umayyah. Namun, pemikiran-pemikirannya yang lebih kompleks dan sempurna baru mereka rumuskan pada masa pemerintahan Bani Abbas periode pertama, setelah terjadi kontak dengan pemikiran Yunani yang membawa pemikiran filsafat dan rasionalisme dalam Islam. Tokoh perumus pemikiran Mu'tazilah yang terbesar adalah Abu al-Huzail al-Allaf (135-235 H/752-849M) dan al-Nazzam (185-221 H/801-835M). Asy'ariyah, aliran tradisional di bidang teologi yang dicetuskan oleh Abu al-Hasan al-Asy'ari (873-935 M) yang lahir pada masa Bani Abbas ini juga banyak sekali terpengaruh oleh logika Yunani. Ini terjadi, karena al-Asy'ari sebelumnya adalah pengikut Mu'tazilah. Hal yang sama berlaku pula dalam bidang sastra. Penulisan hadits, juga berkembang pesat pada masa Bani Abbas. Hal itu mungkin terutama disebabkan oleh tersedianya fasilitas dan transportasi, sehingga memudahkan para pencari dan penulis hadits bekerja. Pengaruh gerakan terjemahan terlihat dalam perkembangan ilmu pengetahuan umum, terutama di bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia dan sejarah. Dalam lapangan astronomi terkenal nama al-Fazari sebagai astronom Islam yang pertama kali menyusun astrolobe. Al-Farghani, yang dikenal di Eropa dengan nama Al-Faragnus, menulis ringkasan ilmu astronomi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard Cremona dan Johannes Hispalensis. Dalam lapangan kedokteran dikenal nama arRazi dan Ibnu Sina. Ar-Razi adalah tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar dengan measles. Dia juga orang pertama yang menyusun buku mengenai kedokteran anak. Sesudahnya, ilmu kedokteraan berada di tangan Ibn Sina. Ibnu Sina yang juga seorang filosof berhasil menemukan sistem peredaran darah pada manusia.

Diantara karyanya adalah al-Qoonuun fi al-Thibb yang merupakan ensiklopedi kedokteran paling besar dalam sejarah. Dalam bidang optikal Abu Ali al-Hasan ibn al-Haitsami, yang di Eropa dikenal dengan nama Alhazen, terkenal sebagai orang yang menentang pendapat bahwa mata mengirim cahaya ke benda yang dilihat. Menurut teorinya yang kemudian terbukti kebenarannya bendalah yang mengirim cahaya ke mata. Di bidang kimia, terkenal nama Jabir ibn Hayyan. Dia berpendapat bahwa logam seperti timah, besi dan tembaga dapat diubah menjadi emas atau perak dengan mencampurkan suatu zat tertentu. Di bidang matematika terkenal nama Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi, yang juga mahir dalam bidang astronomi. Dialah yang menciptakan ilmu aljabar. Kata aljabar berasal dari judul bukunya, al-Jabr wa al-Muqoibalah. Dalam bidang sejarah terkenal nama al-Mas'udi. Dia juga ahli dalam ilmu geografi. Diantara karyanya adalah Muuruj al-Zahab wa Ma'aadzin al-Jawahir. Tokoh-tokoh terkenal dalam bidang filsafat, antara lain al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Rusyd. Al-Farabi banyak menulis buku tentang filsafat, logika, jiwa, kenegaraan, etika dan interpretasi terhadap filsafat Aristoteles. Ibn Sina juga banyak mengarang buku tentang filsafat, yang terkenal diantaranya ialah asy-Syifa'. Ibnu Rusyd yang di Barat lebih dikenal dengan nama Averroes, banyak berpengaruh di Barat dalam bidang filsafat, sehingga di sana terdapat aliran yang disebut dengan Averroisme. Pada masa kekhalifahan ini, dunia Islam mengalami peningkatan besar-besaran di bidang ilmu pengetahuan. Salah satu inovasi besar pada masa ini adalah diterjemahkannya karyakarya di bidang pengetahuan, sastra, dan filosofi dari Yunani, Persia, dan Hindustan. Banyak golongan pemikir lahir zaman ini, banyak diantara mereka bukan Islam dan bukan Arab Muslim. Mereka ini memainkan peranan yang penting dalam menterjemahkan dan mengembangkan karya Kesusasteraan Yunani dan Hindu, dan ilmu zaman pra-Islam kepada masyarakat Kristen Eropa. Sumbangan mereka ini menyebabkan seorang ahli filsafat Yunani yaitu Aristoteles terkenal di Eropa. Tambahan pula, pada zaman ini menyaksikan penemuan ilmu geografi, matematika, dan astronomi seperti Euclid dan Claudius Ptolemy. Ilmu-ilmu ini kemudiannya diperbaiki lagi oleh beberapa tokoh Islam seperti Al-Biruni dan sebagainya.

2. Pola dan Perkembangan Pendidikan Islam di Spanyol (Andalusia dan Sisilia) Eksistensi perkembangan ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh peradaban Spanyol Islam disegala bidang, telah menjadikannya sebuah negara adikuasa di zamannya. Kehadirannya telah banyak mewarnai perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban manusia. Dengan semangat science for science mereka melakukan serangkaian upaya pengembangan khayanah keilmuwan yang telah dikemukakan oleh pemikir Yunani kuno dengan tanpa melepaskan pada frame religius islami. Semangat inilah yang mereka lakukan dalam melakukan ijtihad keilmuwan. Dari akumulasi dan hubungan yang harmonis inilah kemudian melahirkan ilmu pengetahuan islami yang sangat bermanfaat bagi perkembangan kebudayaan manusia selanjutnya. Di saat perkembangan keilmuwan mencapai zaman keemasan inilah pada waktu yang bersamaan dunia Eropa berda dalam keadaan yang memprihatinkan. Mereka terkekang oleh dogma gerejani yang absolut yang mengharamkan umatnya untuk mengembangkan daya nalarnya. Upaya dalam mengembangkan pendidikan dan peradaban islam pada waktu itu adalah sebagai berikut : a. Mendirikan Lembaga Pendidikan Ketika umat islam berkuasa di Spanyol banyak sekali madrasah-madrasah yang berhasil didirikan, antara lain : di Qurthubah (Cardova), Isybiliah (Seville), Thulaithilah (Toledo), Gharnathah (Granada) dan lain sebagainya. Pada masa khalifah Abdurrohman III, universitas cordova berhasil didirikan. Universitas ini mengambil tempat disebuah Masjid. Pada masa Al Hakam II (961-976 M), universitastersebut diperluas lokasinya, dan bahkan mendatangkan para profesor dari Timur (Al Ahzar dan Nizhamiyah) sebagai dosen undangan untuk memberikan perkuliahan disana. Lembaga pendidikan yang ditawarkan pada masa itu telah memiliki kesamaan stratifikasi dengan pendidikan saat ini. Kesamaan itu adalah dengan diterapkannya tingkatan-tingkatan kelas tertentu (sistem klasikal) dalam proses pendidikannya. Hal ini berarti telah ada pengelolaan administrasi pendidikan yang telah rapi pada saat itu, baik yang menyangkut taraf perkembangan peserta didik, fasilitas, maupun materi yang akan diajarkan.

Untuk sekolah rendah, pendidikan Spanyol islam menitik beratkan pada pendidikan agama yang meliputi : dasar-dasar agama dan sastra. Sedangkan pada taraf berikutnya meningkat pada materi pendidikan ilmu-ilmu akal, seperti : filsafat, matematika, farmasi, kedokteran, pelayaran, fisika, seni, arsitektur, geografis, ekonomi, dan sebagainya, serta pengembangan ilmu-ilmu naqli (ilmu-ilmu yang berkaitan dengan Al Quran dan Hadits). Untuk pengembangan ilmu-ilmu akal, mereka lakukan dengan jalan penerjemahan karya-karya Yunani kuno dan Persia ke dalam bahasa Arab, terutama karya-karya Aristoteles dan Plato. Karya-karya tersebut kemudian mereka analisis dalam framework ajaran islam. Analisa yang komprehensif itu dilakukan dengan jalan melaksanakan serangkaian percobaan diberbagai laboratorium yang telah disediakan oleh penguasa waktu itu. Dari hasil observatorium inilah kemudian mereka sterilkal dan formulasikan sesuai dengan nilai-nilai islami. Hasil yang mereka peroleh tersebut kemudian mereka tulis menjadi buku dan disebarluaskan kepada masyarakat umum, kecuali filsafat dan ilmu nujum yang terbatas pada orang-orang tertentu. Dari sini, dapat dilihat bahwa pengembangan ilmu-ilmu akal dikembangkan oleh para ilmuwan muslim dengan jalan menggunakan metode empiris eksperimental. Sedangkan untuk ilmu-ilmu naql, mereka gunakan pendekatan filosofis dalam memahami ayat-ayat yang masih global, bukan hanya sebatas makna harfiah belaka. Metode yang biasa diterapkan, dapat dibagi kepada dua macam. Pertama, metode bagi pendidikan formal. Pada pendidikan ini, guru (dosen) duduk di atas podium. Ia memberikan materi pelajaran khususnya pendidikan tinggi dengan membacakan manuskrip-manuskrip. Setelah itu, guru menerangkan secara jelas. Kemudian materi itu didiskusikan bersama. Para pelajar diberikan kebebasan untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat, bahkan diperkirakan untuk berbeda pendapat dengan statemen yang diberikan gurunya, asal mereka dapat mengajukan bukti-bukti yang mendukung kebenaran pendapatnya. Kedua, metode pendidikan bagi pendidikan nonformal, baik diistana maupun diluar istana. Model pendidikan ini menggunakan metode halaqah. Posisi guru berada diantara para pengunjung. Guru mendiktekan sejumlah buku, dan kemudian menjelaskannya secara rinci. Diskusi seperti ini merupakan metode pengajaran yang telah membumi di Spanyol islam.

b. Mengembangkan Perpustakaan Kelancaran proses pendidikan sangat tergantung dari prasarana-prasarana yang mendukung. Diantaranya adalah fasilitas perpustakaan. Untuk itulah khalifah-khalifah Umayyah di Spanyol telah berupaya menyisihkan dana dari kas negara untuk membangun berbagai sarana pendukung tersebut secara intensif. Ini dapat dilihat dari upaya Khalifah Abdurrahaman III (912-961 M) membangun perpustakaan di kota Granada hingga mencapai 600.000 jilid buku. Upaya yang sama juga dilakukan oleh bapaknya. Ia juga membangun perpustakaan yang terbesar (Greates Library) diseluruh Eropa pada masa itu dan masa-masa sesudahnya. Besarnya perhatian umat islam di Spanyol dalam penyedian sarana perpustakaan perlu rasanya diacungkan jempol dan ditiru oleh umat islam di daerah lainnya. Ini dapat dilihat dengan berdirinya perpustakaan Khazanahtul Humits-Tsani di Andalusia. Perpustakaan ini memiliki buku sebanyak 400.000 jilid. Di samping perpustakaanperpustakaan lain yang didirikan oleh perorangan untuk dimanfaatkan secara umum, bahkan mereka berlomba-lomba untuk mendirikannya. Para wanita pun tidak ketinggalan, mereka berlomba-lomba untuk mengumpulkan buku-buku, demikian pula para budak. Dengan fenomena ini tidaklah heran jika dalam waktu yang relatif singkat pertumbuhan perpustakaan Spanyol islam laksana jamur. Kondisi ini pula yang ikut mendukung bagi pengembangan ilmu pengetahuan di Spanyol, sehingga dengan sekejap menyulap daerah Spanyol dari negara yang kaya, makmur dan maju, disamping kemerdekaan ilmiah yang dikembangkan. Kondisi ini terlihat dari peraturan yang berlaku saat itu. Ilmu pengetahuan bukan hanya milik orang merdeka, tetapi juga merupakan milik budak. Hubungan yang harmonis ini menjadi daya penggerak tersendiri bagi kemajuan pendidikan yang dikenalkan Spanyol islam.

2.1 Pola Pendidikan Islam di Andalusia a. Kuttab

Sebagaimana yang ditulis dalam sejarah peradaban pendidikan islam, dengan semakin meluasnya wilayah kekuasaan islam, telah ikut memperkaya dan motivasi umat untuk mendirikan lembaga pendidikan seperti kuttab dan Masjid. Begitu pula di Andalusia terdapat banyak kuttab-kuttab yang menyebar sampai ke pinggiran kota. Pada lembaga ini, para siswa mempelajari berbagai macam disiplin ilmu pengetahuan, seperti fikih, bahasa dan sastra, musik, dan kesenian. Kuttab termasuk lembaga pendidikan terendah yang sudah tertata dengan rapi disaat itu, sehingga kuttab-kuttab itu mempunyai banyak tenaga pendidik dan siswa-siswinya. Pada lembaga ini siswa-siswinya mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan di antaranya : Fikih Pemeluk islam di Andalusia menganut mazhab Maliki, maka para ulama memperkenalkan materi-materi fikih dari mazhab Maliki. Tokoh-tokoh yang termasyhur disini diantaranya Ziyad ibnu Abd. Ar Rahman dan dilanjutkan oleh Ibn Abd. Rahman, dan masih banyak nama-nama lain, seperti Abu Bakar ibn al Qutiyah, Muzir ibn Said al Baluthi, dan Ibnu Hazm yang sangat populer di kala itu. Bahasa dan Sastra Bahasa Arab menjadi bahasa resmi umat islam di Spanyol, bahasa ini dapat dipelajari di kuttab, bahkan kepada siswanya diwajibkan untuk selalu melakukan dialog dengan memakai bahasa resmi islam (bahasa Arab), sehingga bahasa ini menjadi cepat populer dan menjadi bahasa keseharian. Tokoh-tokoh bahasa tersebut Ibn Sayidih, Ibn Malik yang mengarang Al Fiyah, Ibn Khuruf, Ibn al Hajj, Abu Ali al Isybili, Abu al Hasan ibn Usfur, dan Abu Hayyan al Gharnathi. Dibidang sastra tersohor Ibn Abd. Rabbih dengan karya Al Iqd Al Farid, Ibn Bassam dengan karyanya Al Dzakhirah fi Mahasin Ahl Al Jazirah, dan Al Fath ibn Khaqan dengan karyanya kitab Al Qalaid, dan lain-lain. Musik dan Seni Di Spanyol berkembang musik-musik yang bernuansa Arab yang merangsang tumbuhnya nilai-nilai kepahlawanan. Banyak tokoh musik dan seni bermunculan ketika itu, diantaranya, Al Hasan ibn Nafi yang dijuluki Ziryab (789-857). Zirzab selalu tampil pada acara-acara penjamuan kenegaraan di Cordova, karena ia merupakan aransemen musik handal dan piawai pula mengubah syair-syair lagu yang

pantas dikomsumtifkan kepada seluruh lapisan dan tingkat umur. Kepiawaiannya bermusik dan seni membuat ia menjadi orang termasyhur di kala itu. Ilmu yang dimilikinya diajarkan kepada anak-anaknya, baik laki-laki maupun perempuan dan juga kepada para budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas sangat cepat. b. Pendidikan Tinggi Tidak dapat dipungkiri bahwa islam di Spanyol merupakan tonggak sejarah peradaban, kebudayaan dan pendidikan pada abad kedelapan dan akhir abad ketiga belas. Universitas Cordova berdiri megah dan menjadi ikon Spanyol, sehingga Spanyol termasyhur ke seluruh dunia. Universitas ini tegak bersanding dengan Masjid Abdurrahman III, yang pada akhirnya berkembang menjadi lembaga pendidikan tinggi yang terkenal yang setara dengan Universitas Al Azhar di Cairo dan universitas Nizamiyah di Baghdad. Perguruan tinggi ini telah menjadi pilihan utama bagi generasi muda yang mencintai ilmu pengetahuan, baik dari belahan Asia, Eropa, Afrika dan belahan dunia lainnya. Selain itu, terdapat juga Universitas Sevilla, Malaga, dan Granada. Pada perguruan ini diajarkan ilmu kedokteran, astronomi, teologi, hukum islam, kimia, dan lain-lain. Pada lembaga ini terdapat para pengajar yang cukup dikenal, diantaranya yaitu Ibnu Qutaibah yang dikenal sebagai ahli tata bahasa, Abu Ali Qali yang ahli dibidang biologi. Namun, secara garis besar pada perguruan tinggi di Spanyol terdapat dua konsentrasi ilmu pengetahuan, yaitu : Filsafat Universitas Cordova mampu menyaingi Baghdad, salah satu diantaranya, karena mampu mengimpor ilmu filsafat dari belahan Timur dalam jumlah besar, sekalipun Baghdad termasuk pusat ilmu pengetahuan islam. Sehingga beberapa waktu sesudahnya melahirkan filosof-filosof besar dengan karya-karya emasnya. Ibnu Bajjah adalah filosof muslim yang pertama dan utama dalam sejarah kefilsafatan di Andalus. Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad Ibnu Al Shaig, yang lebih terkenal dengan nama Ibnu Bajjah. Orang barat menyebutnya Avenpace. Ia dilahirkan di Saragossa (Spanyol) pada akhir abad ke-5 H/ abad ke-11 M. Abu Bakr ibnu Thufail, ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi, dan filsafat. Karya filsafatnya yang sangat terkenal adalah Hay Ibn Yaqzhan. Abu al Walid

Muhammad Ibnu Ahmad Ibnu Muhammad Ruyd yang terkenal dengan Ibn Rusyd. Kepiawaiannya yang luar biasa dalam ilmu hukum sehingga dia diangkat menjadi Ketua Mahkamah Agung di Cordova (Qadhi al Qudhat). Karya besarnya yang termasyhur adalah Bidayah al Mujtahid. Sains Tercatat nama Abbas ibn Farnas termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ia adalah orang pertasma yang menemukan pembuatan kaca dari batu. Perkembangan sains pada daerah ini diikuti pula oleh ilmu kedokteran, matematika, kimia dan musik serta ilmu lainnya, bahkan ada ilmuwan wanita yang ahli kedokteran, yaitu Umm al hasan binti Abi Jafar.

2.2 Pola Pendidikan Islam di Sisilia a. Kuttab Kuttab adalah lembaga pendidikan terendah yang banyak terdapat di Sisilia. Tentang pola pendidikan kuttab di Sisilia ini, dikatakan oleh Abu Bakar Ibnul Arabi, mereka mempunyai cara yang baik dalam mengajar, yaitu bila telah kelihatan gejalagejala kecerdasan pada seorang anak, dikirimlah dia ke Maktab. Di sana anak belajar menulis, berhitumg dan bahasa Arab. b. Science and Technology Kota Palermo merupakan bukti nyata dari kemajuan pendidikan islam di Sisilia, dibuktikan dengan porsi pendidik dan kuttab yang sangat banyak jumlahnya, pada daerah ini kemajuan pendidikan islam tidak jauh berbeda dengan kemajuan pendidikan di Spanyol dan dunia islam pada umumnya. Sisilia telah menorehkan sejarah yang tak dapat didustakan untuk peradaban dan perkembangan ilmu pengetahuan, karena pada daerah ini telah meneteskan ulama-ulama besar yang melahirkan karya-karya besar, diantaranya : a. Muhammad ibn Khurasan dan Ismail ibn Khalaf, dibidang ilmu al Quran dan Qiraat. b. Abu Abbas dan Abu Bakar ibn Muhammad al Yamimi, dalam bidang Hadits.

c. e. f.

Ibnu al Farra dan Musa ibn Hasan, dalam bidang ilmu kalam. Abu Said Ibrahim dan Abu Bakar al Shiqali, dibidang fisika, kimia, dan matematika. Abu al Abbas Ahmad ibn al Slam, dalam bidang kedokteran.

d. Ali Hamzah al Bashri, dalam bidang sastra.

C. Kesimpulan Perkembangan kebudayaan Islam di masa Abbasiyah adalah puncak keemasan pendidikan Islam. Perkembangan yang terjadi bukan hanya pada pendidikan umum saja, akan tetapi pendidikan agama juga berkembang pesat. Hampir semua bidang ilmu pengetahuan mengalami perkembangan pada masa Abbasiyah ini. Banyak sekali tokohtokoh mulim yang terlahir dengan pemikiran-pemikiran yang membawa dunia menjadi modern. Langkah islam untuk memajukan pendidikan di Spanyol adalah dengan mendirikan lembaga-lembaga pendidikan serta menyadiakan perpustakaan sebagai penunjang pelaksanaan pendidikan. Dalam melaksanakan pendidikan, islam telah berhasil melaksanakan kurikulum yang rapi. Hal ini tercermin pada pendidikan yang berbentuk kuttab untuk pendidikan dasar dan dilanjutkan dengan perguruan tinggi.

DAFTAR PUSTAKA Prof. Dr. H. ....... http : //id.wikipedia.org/wiki/Bani_Abbasiyah

You might also like