You are on page 1of 38

P2KP Polewali Mandar

Laporan Proses Pelatihan Asuhan Persalinan Normal Bagi Bidan Kabupaten Majene
Polewali, 20-31 Oktober 2009

Kerja Sama P2KP Polewali Mandar, Pemda Majene dan Unicef 1/1/2009

Laporan Proses Pelatihan Asuhan Persalinan Normal Bagi Bidan Kabupaten Majene

2|Page

Diterbitkan Oleh Pusat Pelatihan Klinik Primer (P2KP) Polewali Mandar Observator /dokumentasi Arsad Rahim Ali

Judul Laporan Proses Pelatihan Asuhan Persalinan Normal Bagi Bidan Kabupaten Majene tanggal 20-31 Oktober 2009 Alamat Sekretariat P2KP Polewali Mandar Klinik Mifta Polewali Dicetak Oktober 2009

3|Page

Seluruh Materi dalam Buku ini dapat dikutip tampa izin, dengan menyebut Sumber.

4|Page

DAFTAR ISI
Pengantar 4 Hari pertama 5 Rabu, tanggal 21 Oktober 2009 Hari Kedua Jumat, tanggal 23 Oktober 2009 16

Hari Ketiga 23 Sabtu, tanggal 24 Oktober 2009 Hari Keempat Minggu, tanggal 25 Oktober 2009 Hari Ke Lima Senin, tanggal 26 Oktober 2009 27 Hari Ke Enam . Selasa, tanggal 27 Oktober 2009 Hari Ke Tujuh Rabu, tanggal 28 Oktober 2009 Hari Ke Delapan Kamis, tanggal 29 Oktober 2009 28 28 29 26 27

Hari Ke Sembilan 32 Jumat, tanggal 30 Oktober 2009 The End

5|Page

Pengantar Proses Pelatihan


Telah dilakukan pelatihan Asuhan Persalinan Normal terhadap 15 tenaga bidan yang berasal dari dua wilayah focus yaitu kecamatan BanggaE dan kecamatan Pamboang kabupaten Majene, salah satu wilayah kerja sama dengan Unicef di Wlayah Propinsi Sulawesi Barat. Pelatihan di laksanakan dari tanggal 20-31 Oktober 2009, dengan 10 hari efektif, 5 hari belajar kelas dan 5 hari praktek pada klien, dan 2 hari dating dan pulang peserta. Dilaksanakan oleh P2KP Polewali Mandar didampingi P2KS Makassar, bertempat di Klinik Mifta. Tujuan dan maksud pelatihan di rancang secara fleksibel dengan tujuan akhir pelatihan adalah peserta menerapkan asuhan persalinan di tempat kerja. Metode yang digunakan adalah teori dengan aquisisi pada model dan dilanjutkan dengan praktek pada klien. Walaupun dalam pelatihan ini menggunakan buku rujukan (acuan) Pelatihan klinik Asuhan Persalian Normal (APN), asuhan essensial, pencegahan dan penanggulangan segera komplikasi persalinan dan Bayi Baru Lahir (BBL) yang dikeluarkan JNPK-KR-Depkes RI tahun 2008. Namun dalam penyusunan laporannya lebih menekankan pada proses, dan merupakan bagian yang tidak terpisahkanya dari buku acuannya. Pada Proses Pelatihan Asuhan Persalinan Normal ini, menguraian materi-materi yang diajarkan, penjelasan pelatih, uraian-uraian pengalaman harapan pelatih maupun peserta baik secara teori, praktek model / video dan praktek pada klien termasuk uraian kwesioner awal dan akhir, evaluasi peserta dan Rencana kerja tindak lanjut, pembukaan dan penutupan pelatihan. Semuanya dapat diuraikan dengan lengkap pada Laporan ini. Diharapkan hasil proses pelatihan APN ini dapat menjadi bahan diskusi dan pembahasan lebih lanjut tentang peningkatan kualitas pelatihan yang diselenggarakan oleh P2KP Polewali Mandar dan juga sebagai bahan informasi peningkatan program persalinan tenaga kesehatan di tingkat masyarakat.

6|Page

Laporan Proses Pelatihan Asuhan Persalinan Normal (APN) Kerja Sama Pemda Majene, UNICEF dan P2KP Polewali Mandar 20-31 Oktober 2009
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Hari pertama Rabu, tanggal 21 Oktober 2009 PEMBUKAAN Oleh TIM Jam 08.00-08.20 WITA Pembukaan dimulai dengan penjelasan Agenda Hari pertama Pelatihan Asuhan Persalinan Normal (APN) yang dibawah oleh dr. Anita Yaitu - Pembukaan - Perkenalan (harapan dan kekhawatiran) - Gambaran umum pelatihan - Kwiesioner awal - Lima Benang Merah - ISHOMA - Pencegahan Infeksi - Penatalaksanaan Persalinan Kala I - Pemantaun persalinan dengan Partograf - Review/Ringkasan Dr. Anita menjelaskan, keseluruhan agenda pada hari ini merupakan teori yang harus dapat difahami oleh peserta, disusun sesuai dengan modul pelatihan Asuhan Persalinan Normal (APN), dan akan difasilitasi oleh Tim Pelatih P2KP Polewali Mandar. Tim yang telah dilatih sebagai pelatih APN oleh P2KS Makassar.

7|Page

Setelah selesai penjelasan Agenda, dr. Anita kemudian mempersilakan Direktur P2KP Polewali Mandar dr. Anas Budi Sp. OG MARS, untuk membuka Acara Pelatihan Asuhan Persalinan Normal (APN) bagi 15 Bidan Puskesmas dan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Majene yang bekerja sama dengan Unicef Dalam ceramah dr. Anas Budi menjelaskan; P2KP merupakan salah wadah di Polewali Mandar yang dibentuk Oleh Pemda Polewali Mandar bekerja sama dengan Unicef sebagai Pusat Pelatihan Klinik Primer yang nantinya akan menyelenggarakan pelatihan-pelatihan kebidanan di Polewali Mandar dan juga di kabupaten lainnya di Propinsi Sulawesi Barat. Sebagai tahap awal (uji coba), dilakukan Pelatihan Asuhan Persalinan Normal (APN) bagi Bidan-bidan yang ada di Kabupaten Majene. Harapan lebih Jauh P2KP Kabupaten Polewali Mandar nantinya bisa menjadi P2KS untuk tingkat Propinsi Sulawesi Barat. DirekturP2KP Polewali Mandar juga menjelaskan tujuan dari pelayanan maternal yang harus dilakukan oleh bidan, yaitu dimulai dari proses pelayanan pada ANC, persalinan dan nifas termasuk penanganan bayi baru lahir harus mampu dan terampil dilakukan oleh bidan termasuk juga penanganan rujukan yang harus dilakukan dalam keadaan optimal. Setelah kurang lebih 20 menit ceramah, tepat pukul 08.20 WITA dengan ucapan Bismillahirahmanirrahim acara di buka dengan resmi oleh dr. Anas Budi Sp.OG MARS, Direktur P2KP Polewali Mandar Propinsi Sulawesi Barat, PERKENALAN (HARAPAN dan KEKHAWATIRAN) Oleh dr. Anas Budi Sp. OG Jam 08.20-08.35 Acara perkenalan di pandu oleh Direktur P2KP, bentuk perkenalan dilakukan dengan cara, peserta memperkenalkan temannya yang berada disampingnya, agar prosesnya berjalan dengaan baik, peserta dengan teman di sampingnya diberi kesempatan beberapa menit untuk saling mengenal lebih jauh terutama, identitas diri, harapan, kekhawatiran dan rencana liburan diakhir tahun. Setelah peserta siap, kemudian peserta berdiri memperkenalkan temannya kepada peserta yang lain. Perkenalan juga dilakukan oleh fasilitator, panitia dan pengelola P2KP dengan cara yang sama yang dilakukan peserta. Nama-nama peserta pelatihan tersebut adalah 1. Nurrahmi, Am.Keb berasal dari Puskesmas Banggae I 2. Yuli Purnawanti. Am.Keb berasal dari Polindes Galung Paara
8|Page

3. Maryam AL, Am.Keb yang berasal dari RUSD Majene 4. Derita Yusuf. Yang berasal dari RSUD Majene 5. Suriani. Yang berasal dari Desa Bonde 6. Hj. Roswati yang berasal dari RSUD Majene 7. Hj. Bachira. Berasal dari Desa Bababulo 8. Nurmayanti, Am.Keb. Berasal dari Desa Betteng 9. Kilang Suri, Am.Keb. Berasal dari Puskesmas Pamboang 10. Hamsiah Am.Keb. Berasal dari Poskesdes Coci 11. Dahliah, Am.Keb. Berasal dar Desa Simbong 12. Indah Tri Utami, Am.Keb. berasal dari Puskesmas Banggae I 13. Sukmawati, Am.Keb. Berasal dari Puskesmas Pamboang 14. Adhari. Berasal dari Puskesmas banggae I 15. Hj. Mahusiah. Berasal dari Pustu Rangas. Sedangkan nama-nama fasilitator, panitia dan pengelola P2KP adalah 1. Dr, Tuty sebagai pelatih pendamping dari P2KS Makassar 2. Dr. Anas Budi, Sp. OG, MARS sebagai pelatih 3. Dr. Setia Budi, Sp.OG. sebagai Pelatih 4. Dr. Anita. Sebagai Pelatih 5. Bid. Hj. Kamariah, Sebagai Pelatih 6. Jusma, Am.Keb. Sebagai pelatih 7. Fatmawati, Am.Keb. Sebagai pelatih 8. Hj. Mudra Ilham sebagai pengelola Administrasi 9. Hj. Ramlah sebagai pengelola Administrasi 10. Arsad Rahim Ali sebagai pengelola Administrasi 11. Hj.Sri Ariati. S.Sos sebagai panitia pendamping asal peserta.

Peserta yang terdiri dari 15 orang (bidan) mempunyai harapan terhadap pelatihan Asuhan Persalinan Normal adalah dapat meningkatkan keterampilan, ilmu yang diperoleh dalam pelatihan APN dapat diterapkan di tempat kerja, dapat melakukan pertolongan persalinan normal sesuai dengan standar, aman dan baik, serta adanya kebersamaan sesama bidan juga adanya rasa saling peduli kepada ibu-ibu yang akan bersalin. Kekhawatiran peserta adalah ketidak mampuan menerapkan asuhan persalinan normal di tempat praktek atau tempat kerja, dalam proses pelatihan lambat dalam menerima materi, tidak mampu menyerap dan menyelesaikan pelatihan, tidak mampu bekerja sesuai standard dan kekhawatiran kemampuan yang didapat tidak ditunjang dengan alat yang ada ditempat kerja.
9|Page

Peserta dengan fasilitator juga membuat kontrak belajar yaitu kegiatan pelatihan setiap harinya dimulai jam 08.00 wita, snak 2 x 15 menit, Ishoma satu jam dan pelatihan berhenti jam 16.00 wita serta Hp peserta dan fasilitaor digetarkan. Khusus untuk peserta disepakati juga pembuatan agenda pelatihan (meskipun sudah ada jadwal pelatihan), warning up dan review pelatihan perharinya, yang masing-masing mempunyai tanggung jawab. Disepakati juga dipilih ketua kelas (Kilang Suri) dan wakil ketua Dahlia. LAPORAN KETUA PELAKSANA Hj.Sri Ariati. S.Sos Jam 08.35-.08.40 WITA Hj. Sri Ariati S. Sos adalah Ketua Pelaksana Peserta (bidan) Pelatihan Asuhan Persalinan Normal Kabupaten Majene, melaporkan pelaksanaan kegiatan Pelatihan Asuhan Persalinan Normal (APN) Kabupaten Majene dengan menjelaskan latar belakang perlunya bidan-bidan di kabupaten Majene bekerja sama dengan Unicef mendapatkan Pelatihan Asuhan Persalinan Normal dan mempercayakan P2KP Polewali Mandar (binaan Pemda Polewali Mandar Unicef) sebagai penyelenggara Pelatihan. Ibu Sri Ariati menjelaskan, peningkatan pelayanan kesehatan , utamanya pelayanan kesehatan ibu dan anak sangat tergantung kepada keberhasilan dari pihak-pihak yang bekerja di pelayanan kesehatan, dalam hal ini dokter dan bidan yang merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan di tingkat bawah. Pendarahan, infeksi, eklampsia, partus lama dan komplikasi abostus merupakan penyebab masih ditemukannya kematian ibu di Kabupaten Majene, padahal menurutnya, penyebab kematian ibu ini pada dasarnya dapat dicegah oleh bidan dengan penanganan yang tepat dan cepat serta trampil dengan dukungan fasilitas yang memadai. Oleh karenanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan bidan merupakan salah satu upaya untuk menurunkan kematian ibu di kabupaten Majene. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan itu adalah melalui Pelatihan Asuhan Persalinan Normal (APN) bagi 15 bidan yang terdiri dari 3 bidan RSUD Majene, 12 orang bidan Puskesmas (5 bidan dari Puskesmas Banggae I dan 7 orang bidan dari Puskesmas Pamboang. Harapannya setelah peserta mengikuti pelatihan, bidan-bidan diwilayah Kabupaten Majene terutama focus kerja sama dengan Unicef dapat memiliki kompetensi maksimal untuk dapat menerapkan asuhan persalinan sesuai dengan standar.

10 | P a g e

GAMBARAN UMUM PELATIHAN Oleh dr.Anas Budi Sp.OG Jam 08.40 09.00 WITA Gambaran umum pelatihan APN dimulai dari penjelasan latar belakang pelayanan maternal di Indonesia yaitu Tingginya Angka Kematian Maternal di Indonesia, Sebagian besar tergolong sebagai kematian yang dapat dihindarkan, Berkaitan dengan kesenjangan kinerja petugas kesehatan dan masih besarnya peran dukun/penolong tradisional, Persepsi yang salah menyebabkan rendahnya utilitasi fasilitas kesehatan masyarakat dan Kurangnya peran serta masyarakat. Dr.Anas juga menjelaskan Hubungan antara Penolong Terampil dan Angka Kematian Ibu dan bayi bahwa kematian ibu akan menurun seiring dengan peningkatan keterampilan penolong persalinan dan pemberlakukan teori-teori terbaru yang diakui dan diterima. Dengan dasar-dasar pentingnya keterampilan penolong persalinan maka sangat diperlukan asuhan persalinan normal bagi bidan-bidan yang telah lama berkerja di di desa, puskesmas maupun di Rumah Sakit yaitu sebagai : Pelatihan klinik berbasis kompetensi, baik in-service dan pre-service Materi lengkap dalam format sederhana Akuisisi pada model yang berlanjut pada kompetensi pada klien Ketat dalam menerapkan standar tetapi luwes dalam proses Fokus pada 5 benang merah (Membuat Keputusan Klinik, Sayang Ibu dan Bayi, Pencegahan Infeksi, Dokumentasi/Rekam Medik, Sistem Rujukan) Proses pelatihan 5 hari di kelas dan 5 hari praktek klinik Latihan pada model anatomi dan praktek pada klien Pelatih memfasilitasi proses belajar dan membimbing praktek klinik Peserta harus proaktif agar waktu dan proses pelatihan berjalan efektif Evaluasi obyektif kinerja pada akhir pelatihan diikuti dengan proses kualifikasi pascapelatihan Topik Materi Lima Benang Merah Asuhan Persalinan Normal Pencegahan Infeksi Kala I-IV Persalinan termasuk penggunaan partograf, posisi dan pimpinan meneran, manajemen aktif kala III
11 | P a g e

Asuhan Bayi Baru Lahir Pengenalan Dini dan Penanganan Awal Komplikasi Persalinan Hasil yang diharapkan Petugas pelaksana yang terampil Memahami dan mengaplikasikan konsep sayang ibu dan bayi Patuh terhadap standar pelayanan yang telah ditetapkan dan selalu memperbaiki kinerjanya Menunjukkan profesionalisme yang tinggi dan berperilaku baik (contoh bagi sejawat) Membangun partisipasi dan sahabat masyarakat Dr Anas Budi juga menceritakan pengamalan-pengalaman menangani persalinan di Rumah Sakit Umum Polewali Mandar, misalnya adanya partus macet yang cukup banyak ditemukan dan kasus-kasus lainnya misalnya kejadian pendarahan, terjadinya infeksi, rujukan yang tidak optimal serta kematian Janin Dalam Rahim (KJDR) yang pada dasarnya dapat dicegah dengan penanganan persalinan standar.

KWESIONER AWAL Oleh Tim Jam 09.00 - 10.30 WITA Kwesioner awal atau pretest merupakan alat bantu untuk mengawali kerja sama antara falisitator dan peserta latih Asuhan Persalinan Normal, isinya berupa pertanyaan yang ajukan mengacu pada pengetahuan esensial yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan tindakan atau prosedur yang diperlukan dan berperilaku sesuai dengan baku asuhan persalinan normal. Oleh tim, kwesioner awal di bagikan kepada peserta pelatihan untuk menjawabnya, kemudian tim bersama peserta menjawabnya secara bersama-sama. Kriteria objektifnya dari hasil kwesioner awal (pretest) ini adalah baik bila peserta baik induvidu maupun kelompok dapat menjawab diatas 70 % benar. Dan kurang atau perlu mendapat penekanan pembelajaran bila setiap peserta atau kelompok menjawab dibawah 70% Hasil kwesioner yang diberikan kepada peserta untuk dijawab dalam bentuk Benar (B) dan Salah(S) dibagi dalam 6 (enam) Kelompok materi pertanyaan,
12 | P a g e

yaitu Pertama: kelompok materi pertanyaan pencegahan infeksi mendapat nilai rata-rata 60% menjawab Benar. Menunjukkan pengetahuan tentang pencegahan infeksi masih perlu mendapatkan perhatian dalam pelatihan, terutama hal-hal yang berhubungan dengan larutan dekontaminan, proses pencucian dan pembilasan. Kedua: Kelompok materi persalinan kala I, mendapat nilai rata-rata 55% menjawab benar. Menunjukkan pengetahuan peserta tentang penanganan persalinan Kala Satu sangat kurang atau perlu mendapat perhatian dalam pelatihan Asuhan Persalinan Normal, terutama hal-hal yang berhubungan dengan dua tanda utama dari kala satu persalinan dan factor resiko yang menyertai kehamilan yang dihubungkan dengan partograf karena jawaban dari kwesioner terhadap kedua pertanyaan ini nyaris tidak diketahui atau ditidak dijawab dengan benar oleh peserta (bidan). Ketiga: Kelompok materi Kala Dua Persalinan, mendapatkan nilai rata-rata kelompok sebesar 72%, menunjukkan pengetahuan yang cukup baik tentang penanganan persalinan kala dua. Namun demikian pengetahuan tentang posisi ibu saat meneran yaitu telentang, posisi setengah duduk dan keadaan multigravida masih perlu mendapatkan penekanan karena nilainya yang masih dibawah 70%. Keempat: kelomppk materi Asuhan Bayi Baru Lahir, peserta mempunyai pengetahuan yang cukup baik karena mendapatkan nikai rata-rata kelompok sebesar 75 %. Demikian juga dengan Kelompok materi Resusitasi Bayi Baru Lahir dengan asfiksia pengetahuan peserta telah mencapai 78% dan yang terakhir Kelompok Materi Penanganan Kala tiga dan empat persalinan nilai ratarata mencapai 79%. Secara keseluruhan gambaran pengetahuan peserta (bidan) (hasil kwesioner awal/pretest) dari ke enam kelompok pertanyaan yang diberikan terhadap proses Asuhan Persalinan Normal, pada materi-materi awal yaitu pencegahan infeksi dan persalinan kala 1 adalah kurang dan pada materi akhir yaitu penatalaksanaan persalinan kala III dan IV cenderung baik, artinya setelah sekian lama bidan bekerja tingkat pengetahuan mereka cenderung menurun dan keterampilan cenderung membaik.

13 | P a g e

LIMA BENANG MERAH Oleh dr. Tuty dari P2KS Makassar. Jam. 10.30-11.30 wita Sebelum menjelaskan inti materi Lima Benang Merah, dr Tuty memberikan beberapa pengantar tentang Asuhan Persalinan Normal. Pentingnya memahami partograf dalam mencegah persalinan yang gagal dengan prinsip mencegah sebelum terjadi, hanya 10 persen persalinan mempunyai komplikasi, sebesar 90 % persalinan adalah normal, persalinan normal wajib dilakukan oleh bidan, namun masih banyak terjadi persalinan yang tidak aman, itu karena prinsip mencegah sebelum terjadi dengan menggunakan partograf, oleh bidan tidak menganggapnya penting, sehingga persalinan yang harusnya normal dapat terjadi komplikasi, dan selanjutnya dalam hitungan menit ibu bisa saja meninggal dunia demikian juga dengan bayi baru lahir dengan hitungan detik (bukan menit) dapat juga berakhir dengan kematian, diungkapkan dengan tegas oleh dr Tuty. Sub-sub materi dari Lima Benang Merah yang dijelaskan oleh dr Tuty yang juga merupakan komponen dari kelima benah merah adalah 1. Membuat Keputusan klinik 2. Asuhan Sayang Ibu dan Bayi 3. Pencegahan Infeksi 4. Rekam Medik 5. Sistem Rujukan Yang Efektif Pada benang pertama dari lima benang merah yaitu membuat keputusan klinik, dr Tuty menekankan bahwa; pengambilan keputusan selalu berbeda dari satu petugas ke petugas lainnya, dari satu bidan ke bidan lainnya, demikian juga dengan dokter. Maksudnya adalah setiap bidan harus dapat membuat keputusan klinik, walaupun keputusan ini menunjukkan ketidak mampuan. Pada dasarnya banyak vaktor yang dapat membuat keputusan itu berbeda tetapi akan saling mendukung untuk membuat keputusan yang terbaik. Membuat keputusan klinik adalah problem solving, membuat keputusan juga sangat dipengaruhi oleh pengalaman. Prinsipnya jika standar termasuk tempat sudah terpenuhi maka lakukanlah tindakan. Benang Merah Kedua; Asuhan Sayang Ibu dan Bayi, dr. Tuty mencoba melemparkan konsep sayang ibu dan bayi pada peserta, kemudian peserta mencoba memberikan komentar tentang sayang ibu ketika atau pada saat-saat
14 | P a g e

persalinan akan terjadi, diantaranya memberikan perhatian yang penuh ketika ibu mulai menunjukkan tanda-tanda persalinan. Prinsip dari konsep sayang ibu dan bayi adalah sangat disakiti, mulailah dengan memberitahukan setiap tindakan, walaupun tindakan itu sangat sederhana, tetap harus diberitahukan kepada sang ibu. APN diarahkan untuk dapat kerja mandiri (kerja sendiri) tetapi bidan terdekat bisa diajak untuk melakukan persalinan, itu namanya kemitraan sesama bidan, karena kadang ada kasus yang sifatnya krisis, ada juga yang sifatnya kritis dan ada yang biasa-biasa saja, demikian diungkapkan dr Tuty. Untuk benang merah ketiga; Pencegahan infeksi, dr Tuty lebih menekankan pada pencegahan infeksi yang dimulai dari diri sendiri. Benang Merah ke empat yaitu Rekam medic, lebih diarahkan pada dokumentasi yang harus dipunyai bidan sebagai bahan untuk kepentingan melaksanakan profesi kebidanannya. Dan benang merah yang terakhir yaitu Sistem Rujukan, yang menekankan pada rujukan harus dalam keadaan emergensi, tetapi dalam penanganan yang optimal. Kesimpulannya materi lima benang merah yang dibawahkan oleh dr. Tuty adalah aplikasi system pelayanan komprehensif, merupakan tanggung jawab bersama sesuai dengan tatanannya (komponen-komponen yang terkait) dan dilaksanakan oleh tenaga terampil, menggunakan standar serta dilakukan secara system.

PENCEGAHAN INFEKSI Oleh dr. Tuty Jam 11.30- 13.00 wita Mencegah transmisi silang penyakit berbahaya dan menjaga kualitas pelayanan adalah inti dari materi pencegahan infeksi. Dr. Tuty menjelaskan; pencegahan infeksi adalah bagian dari kualitas pelayanan kesehatan. episiotomy, menyuntik, pemeriksaan dalam, merupakan prosedur-prosedur yang dapat menimbulkan terjadi infeksi. Pencegahan atau menurunkan resiko terjadi penyakit misalnya HIV dan hepatitis adalah hal-hal yang harus mendapatkan perhatian bidan.

15 | P a g e

Secara keseluruhan dr. Tuty menguraikan materi pencegahan infeksi, meliputi pentingnya bahan dan alat yang harus didekontaminasi dimulai pada saat persiapan persalinan maupun sampai dengan berakhir asuhan persalinan normal. Pembilasan harus dilakukan setelah proses dekontaminasi, kemudian masuk pada dua tahap yaitu Sterilisasi dan Deteksi Tingkat Tinggi (DTT) dan selanjutnya bahan dan alat dikeringkan, didinginkan dan siap digunakan. Dr. Tuty sangat menekankan setiap penolong persalinan harus selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan. Pencegahan Infeksi mencegah transmisi, melakukan pencegahan infeksi dengan benar bukan berarti menambah biaya penanganan persalinan normal.

PENANGANAN PERSALINAN KALA SATU Oleh dr. Setia Budi Sp.OG Jam 13.30-14.30 WITA. Dr. Setia Budi memulai pada penjelasan pengertian yang harus difahami oleh bidan yaitu pengertian dari penanganan kala satu, yaitu proses persalinan yang ditandai dengan kontraksi yang teratur (bukan tidak teratur meskipun telah terjadi keluarnya darah dan lendir), adekuat yang menyebabkan perubahan pada serviks hingga mencapai pembukaan lengkap. Penekanan pemahaman ini karena hasil kwesioner peserta untuk pertanyaan penanganan persalinan kala satu nilainya tidak mencapai 70% benar. Dr. Setia Budi juga memberikan penekanan pembahasan pada materi fase laten. Pada fase laten yang harus dilakukan adalah dengan kesabaran. Proses persalinan akan berhasil jika penanganan kala satu dapat difahami dengan baik, banyak kasus yang dirujuk karena tidak dimenej (dikelola) dengan baik. Pada kala satu sering terjadi manipulasi kejadian ----jangan selalu dimanipulasi... harus bisa membaca tanda-tanda awal. Sebelum ada komplikasi selalu ada tanda-tanda awal. Jangan ceroboh melakukan suntikan oksitosin karena jika di beri oksitosin, kontraksi akan cepat, rahim dipaksa kontraksi termasuk bayi benar-benar di pukul, rahim yang dipaksa kontraksi bisa kewalahan dan akhirnya jika terjadi pendarahan sulit untuk berhenti, hingga akhirnya sok dan meninggal. Dari peserta juga mengajukan beberapa pertanyaan pengalaman dalam melakukan persalinan, dalam beberapa kasus kadang bidan melakukan dorongan, dr Setia Budi mengingatkan, jangan melakukan dorongan lebih baik
16 | P a g e

menarik. Penjelasan ditutup dengan memberikan penekanan banyak terjadi partus terlantar karena tidak dimenej (dikelola) pada tahap penanganan persalinan kala satu.

PARTOGRAF Oleh Jusma Am.Keb Jam 14.30-15.45 wita Jusma langsung memberikan penjelasan dan contoh penulisan partograf. Informasi klinik tentang kemajuan persalinan, asuhan yang akan dilakukan, pengenalan atau penulisan penyakit yang menyertai merupakan hal-hal yang dapat diungkapkan di partograf, termasuk yang terpenting adalah membuat keputusan klinik. Lebih lanjut Jusma menjelaskan; data yang ada pada gambar partograf yang disajikan, data-data tersebut adalah informasi tentang ibu dan riwayat kehamilan/persalinan, kondisi janin, kemajuan persalinan, jam dan waktu, kontraksi uterus, obat-obatan dan acairan, kondisi ibu, asuhan dan tatalaksana serta keputusan klinik, semua terdapat dalam partograf, ungkapnya. Dalam penggalian pengalaman peserta terhadap penggunaan partograf, ternyata peserta lebih banyak tidak mengunakan partograf dalam penanganan persalinan, walaupun digunakan kebanyakan hanya untuk memenuhi persyaratan arsip pertanggung jawaban kinerja maupun pertanggungjawaban keuangan teruma keuangan Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin). REVIEW dan RINGKASAN Oleh Fatmawati Am.Keb Jam 15.45-16.00 wita Review dan ringkasan di lakukan oleh fasilitator Fatmawati Am.Keb. mereview dan meringkas gambaran umum Pelatihan yang akan dilaksanakan selama 8 hari, kwiesioner awal yang pencapaian pengetahuan rata-rata 69%, Lima Benang Merah yang dibawahkan oleh dr. Tuty Fasilitator peninjau dari P2KS
17 | P a g e

Makassar, Pentingnya pencegahan infeksi, Penatalaksanaan Persalinan Kala I dan Pemantaun persalinan dengan Partograf. Fatmawati juga menfasilitasi peserta untuk rencana pelaksanaan kegiatan hari kedua yaitu, rencana dan tanggung jawab penjelasan Agenda, Warning Up dan Review yang akan dilakukan sendiri oleh peserta. Hari Kedua Jumat, tanggal 23 Oktober 2009 Sebelum penjelasan materi Penatalaksanaan Kala Dua, terlebih dahulu wakil peserta membacakan agenda kegiatan yang akan dilaksanakan pada hari kedua jumat tanggal 23 Oktober 2009, yang tertulis pada kertaa flipcart Yaitu 1. Warning Up 2. Penatalaksanaan persalinan kala dua 3. Standard dan langkah-langkah persalinan normal 4. Demo pada slide dan model 5. Demo pada model 6. Ishoma 7. Asuhan Bayi Baru Lahir 8. Resusitasi Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia. 9. Praktek pada Model Bayi 10. Review 11. Demo keterampilan pada klien. Setelah pembacaan agenda, peserta yang lain kemudian memimpin temantemannya melakukan warning up, peserta berdiri dan melakukan gerakangerakan satu dua tiga siap untuk mengikuti materi asuhan persalinan normal pada hari kedua. PENANGANAN PERSALINAN KALA DUA Oleh dr. Setia Budi Sp.OG Jam 08.30-10.00 WITA. Dengan materi yang tersaji pada slide power point Penanganan Persalinan Kala Dua, dr Setia Budi mencoba memberikan pemahaman Kala Dua Persalinan. Proses pengeluaran buah kehamilan sebagai hasil pengenalan proses penatalaksanaan kala pembukaan, mencoba mendiskusikan pengalaman-pengalaman peserta dalam melakukan persalinan kala dua.
18 | P a g e

Tinggi fundus, lingkaran perut dan riwayat kehamilan dapat dijadikan ramalan atau perkiraan besar kecilnya bayi yang akan dilahirkan. Demikian juga prediksi dari hasil pemeriksaan dapat dilakukan untuk melihat adanya atau kemungkinan terjadinya ketuban pecah dini. Semua yang akan terjadi pada kala dua, mempunyai sinyal dan tanda-tanda proses terjadi kelahiran. Dr. Setia Budi mencoba memberikan penghayatan dan pendalaman tentang pengalaman-pengalaman peserta, mulai dari menganamnesa, memeriksa, memantau dan menangani partus normal maupun kala partus lama sebagai dasar untuk dapat mengenal sinyal dan tanda-tanda proses terjadinya kelahiran. Fasilitasi yang dilakukan oleh dr Setia Budi, dikolaborasikan juga dengan penjelasan dari dr.Tuty. misalnya saja pertanyaan dari peserta tentang Kapan Pecah Ketuban bisa dilakukan. Kedua dokter spesialis kandungan ini memberikan syarat, bisa dilakukan jika kepala bayi telah masuk injen maksudnya kepala bayi tidak lagi keluar masuk dalam rahim tetapi sudah berada di posisi hendak keluar sementara ketubannya belum pecah. Dokter Setia Budi mengatakan, setiap tahapan persalinan pada kala dua termasuk di dalamnya perlu tidaknya ketuban dipecahkan, tidak ada yang terjadi dengan kebetulan, semuanya dapat diprediksi dengan penghayatan dan pendalaman setiap tahapan yang terjadi. Topic-topik lainnya yang dijelaskan dan diskusikan dr. Setia Budi dengan peserta lainnya adalah 1. Batasan dan diagnose kala dua 2. Persiapan proses pengeluaran buah kehamilan 3. Amniotomi dan indikasinya termasuk resiko 4. Posisi dan cara meneran 5. Menilai kemajuan kala dua 6. Memantau dan menilai kondisi ibu dan janin pada kala dua 7. Proses melahirkan kepala, bahu dan tubuh 8. Mengenali penyakit dan komplikasi kala dua 9. Kemungkinan melakukan rujukan. STANDAR DAN LANGKAH-LANGKAH PERSALINAN NORMAL Oleh Fatmawati Am.Keb Jam 10.00-12.30 wita

19 | P a g e

Standart dan langkah-langkah persalinan normal adalah materi pemutaran video asuhan persalinan normal merupakan alat bantu latih pada asuhan persalinan normal. Fatmawati menjelaskan bahwa; materi ini untuk lebih mendalami teori yang telah didapatkan dan dicoba untuk divisualisasikan pada gambar dengan 58 standar dan langkah-langkah persalinan normal . Setelah pemutaran video asuhan persalinan normal, kemudian dilanjutkan dengan Demo 58 standar dan langkah-langkah persalinan normal yang dilakukan pada model. Dr. Tuty yang mendampingi Fatmawati menjelaskan bahwa teori yang didapat, kemudian divisualisasikan melalui video dan dipraktekan pada model merupakan tahapan kompetensi aquisi. Peserta pelatihan (bidan) pada Asuhan Persalinan Normal harus sudah menguasai kompetensi aquisi ini, caranya dengan melakukan sesering mungkin praktek model, lihat gambarnya dan teorinya sampai benar-benar sesuai dengan standar kompetensi, yang biasanya akan muncul dengan sendirinya, kalau sudah demikian maka praktek pada klien nanti tidak akan mengalami kesulitan, apalagi persalinan yang terjadi adalah persalinan normal. Sebaliknya bila komptensi aquisisi ini tidak terbentuk, maka persalinan normal yang terjadi dapat menjadi persalinan dengan penyulit. 58 standar dan langkah asuhan persalinan normal tersebut adalah 1. Mendengar dan Melihat Adanya Tanda Persalinan Kala Dua. 2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul oksitosin & memasukan alat suntik sekali pakai 2 ml ke dalam wadah partus set. 3. Memakai celemek plastik. 4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dgn sabun & air mengalir. 5. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan digunakan untuk pemeriksaan dalam. 6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin dan letakan kembali kedalam wadah partus set. 7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke perineum. 8. Melakukan pemeriksaan dalam pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban sudah pecah. 9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%. 10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai pastikan DJJ dalam batas normal (120 160 x/menit).

20 | P a g e

11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran. 12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman. 13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran. 14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit. 15. Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 6 cm. 16. Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu 17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan 18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan. 19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 6 cm, memasang handuk bersih untuk menderingkan janin pada perut ibu. 20. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin 21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan. 22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang. 23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas. 24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan ari telinjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin) 25. Melakukan penilaian selintas : a. Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan? b. Apakah bayi bergerak aktif ? 26. Mengeringkan tubuh bayi nulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi atas perut ibu. 27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus. 28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus berkontraksi baik. 29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM (intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
21 | P a g e

30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kirakira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama. 31. Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut. 32. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya. 33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi. 34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva 35. Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat. 36. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah doroskrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur. 37. Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial). 38. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban. 39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras) 40. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam kantong plastik yang tersedia. 41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan. 42. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam. 43. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam. 44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral. 45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterolateral.
22 | P a g e

46. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam. 47. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi. 48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah. 49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan. 50. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik. 51. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi. 52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai. 53. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering. 54. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu ingin minum. 55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%. 56. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% 57. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. 58. Melengkapi partograf.

ASUHAN BAYI BARU LAHIR Oleh dr. Anita Jam 14.00-14.30 wita Materi Asuhan bayi Baru Lahir dibawahkan oleh dr. Anita, setelah menjelaskan tujuan diajarkannya materi asuhan bayi baru lahir, kemudian melemparkan pertanyaan kepada peserta, apa saja yang dilakukan
23 | P a g e

peserta terhadap asuhan bayi baru lahir? Satu persatu peserta menjawab pertanyaan ini, setelah cukup jawaban yang dapat memberikan gambaran asuhan bayi baru lahir yang telah dilakukan peserta, dr. anita kemudian menjelaskan tahapan-tahapan asuhan bayi baru lahir yaitu 1. Pencegahan infeksi 2. Penilaian awal 3. Mencegah kehilangan panas tubuh 4. Rekomendasi untuk memandikan bayi 5. Merawat tali pusat 6. Nasihat bagi ibu dan keluarganya untuk merawat tali pusat 7. Memulai pemberian ASI 8. Pedoman umum menyusui 9. Pemberian ASI secara dini 10. Cara menyusui 11. Perawatan payudarah 12. Tetes mata dan profilaksis Setiap tahapan ini (1-12) dr. Anita, terlebih dahulu menanyakannya pada peserta, apa yang telah dilakukan, setelah mendapat jawaban secukupnya, kemudian diberikan penjelasan secara detail. Ada hal yang menarik pada materi ini yaitu munculnya mitos tentang asuhan bayi baru lahir, mitos tentang bayi, dilarang dilakukan inisiani dini karena belum diazani, bila dilanggar dipercaya bayi tidak akan tekun menjalankan agamanya.

RESUSITASI BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA Oleh dr. Anita dan dr. Tuty Jam 14.30-16.00 wita Pengantar materi resusitasi bayi baru lahir dengan asfiksia dilakukan oleh dr. Anita, kemudian penjelasan secara detail teori dan praktek model dilakukan oleh fasiliator pendamping yaitu dr. Tuty dari P2KS Makassar.
24 | P a g e

Dr. Anita memberikan pengantar pembagian asfiksia (primer dan sekunder), gejala dan tanda, penatalaksanaan dan langkah-langkah resusitasi. Selanjutnya dr. Tuty mempraktekannya pada model. Metode yang digunakan oleh dr Tuty adalah membacakan teori sebagaimana yang ada pada buku pedoman asuhan persalinan normal (dibaca oleh peserta), kemudian dijelaskan maksud praktisnya (yang akan dikerjakan), dan selanjutnya di praktekan pada model. Beberapa penekanan yang diberikan oleh dr.Tuty yang dapat menjadi pintu masuk untuk memahami asuhan asfiksia diantaranya; asfiksia primer terjadi dimana bayi yang dilahirkan sejak lahir telah kesulitan atau mengalami kegagalan bernapas. Asfiksia sekunder terjadi pada bayi yang pernah bernapas tetapi kemudian mengalami kesulitan dan kegagalan. Setiap persalinan selalu saja dihadapkan pada terjadinya asfiksia, oleh karena bidan sudah harus mempersiapkan alat resusitasinya yaitu balon sungkup dan atau tabung sungkup, penggunaannya (balon sungkup) dengan cara/tahapan pompa lepas-lepas, pompa lepas-lepas. REVIEW DAN RINGKASAN Oleh Peserta Jam 16.00-16.10. wita Review dan Ringkasan dilakukan perwakilan peserta dengan mencoba memaknai : Penatalaksanaan persalainan kala dua, Standard dan langkahlangkah persalinan normal, Demo pada slide dan model, Asuhan Bayi Baru Lahir, dan Resusitasi Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia.

Hari Ketiga Sabtu, tanggal 24 Oktober 2009 Agenda hari ketiga 1. Warning up 2. Penatalaksanaan Persalinan kala III dan IV 3. Pelaksanaan Atoni Uteri 4. Demontrasi Penjahitan Laserasi perineium pada model 5. Ishoma
25 | P a g e

6. Praktek pada model 7. Penilaian keterampilan pada model 8. Pengaturan Jadwal Pengantar peserta

PENATALAKSANAAN PERSALINAN KALA III DAN IV Oleh dr. Anas Budi Sp. OG MARS Jam 08.15 Dr. Anas memulai dengan prinsip penatalaksanaan persalinan Kala III dan IV yaitu Pengeluaran plasenta, pemantauan kondisi ibu dan kemungkinan komplikasi pascapersalinan. Kemudian masuk pada penjelasan sub-sub dan tujuan materi yang akan dibahas yaitu Identifikasi kala III dan IV, Tanda-tanda pelepasan plasenta, Manajemen aktif kala III, Memelihara kontraksi uterus melalui rangsangan taktil pada korpus uteri, Permasalahan dan penatalaksanaan Atonia Uteri, Permasalahan laserasi perineum dan penatalaksanaannya, Kompresi bimanual dan aorta, Menentukan jumlah perdarahan dan pemantauan pascapersalinan. Setiap materi (sub Materi) dijelaskan pengertian dan subtansi pokok materi, dikaitkan dengan pengalaman yang didapatkan oleh dr. Anas selama kerja, juga pengalaman peserta dalam menangani setiap materi-materi pokok pembahasan, dikaitkan juga dengan teori terbaru dari penatalaksanaan persalinan Kala III dan IV, pembahasan materi dibantu oleh dr Tuty misalnya perubahan langkah-langkah APN dari 60 langkah kemudian menjadi 58 langkah dan kemudian berubah lagi menjadi 59 langkah. Langkah-langkah yang mengalami perubahan itu adalah Pemberian oksitosin/uterotonika sesegera mungkin, teori sebelumnya dilakukan pemotongan tali pusat kemudian pemberian oksitosin. Melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT) dan Masase fundus setelah plasenta lahir (rangsangan taktil pada dinding uterus atau fundus uteri) sebagai tiga langkah utama manajemen aktif kala III. Dokter Anas mengingatkan Sekitar 60% dari perdarahan pascapersalinan terjadi pada ibu tanpa risiko yang dapat dikenali sebelumnya. Senantiasa siap untuk menghadapi atonia uteri/perdarahan pascapersalinan. Manajemen aktif kala III merupakan upaya profilaksis komplikasi perdarahan. Yang mendapat perhatian
26 | P a g e

juga adalah Bila setelah 15 menit berlalu ternyata plasenta belum lahir, berikan Oksitosin 10 IU dosis kedua. Kosongkan kandung kemih bila penuh. Lakukan PTT ulangan. Bila waktu 30 menit telah terlampaui (jangan mencoba cara lain untuk melahirkan plasenta walaupun tidak terjadi perdarahan) segera rujuk ibu ke fasilitas kesehatan rujukan. Sebelum pembahasan materi diakhiri, dr. Anas kembali mengingatkan kembali Jangan tinggalkan ibu dalam 2 jam pertama pascapersalinan, Pastikan tanda vital dalam batas normal, Berikan asuhan esensial BBL, termasuk pemberian ASI dalam 1 jam pertama, Ajarkan ibu dan keluarganya untuk melakukan rangsangan taktil uterus dan menilai kontraksi atau perdarahan. Dan Pastikan ibu dan keluarganya mengetahui tanda-tanda bahaya atau komplikasi berat. Sebelum ditutup dr. Anas memberikan beberapa pertanyaan evaluasi (quis) langsung kepada peserta untuk dijawab dari tujuan materi yang ingin dicapai. Misalnya pengertian Kala III dan Kala IV dan seterusnya.

PENATALAKSANAAN ATONI UTERI Oleh dr. Anas Budi Sp. OG MARS Jam 08.15 Penjelasan penatalaksanaan otoni uteri dihubungkan dengan pendarahan otonia uteri. Dr, Anas menguraikan prosesnya yang dimulai dari ujung pembuluh darah di tempat implantasi akan terbuka sesaat setelah plasenta dilepaskan. Sekitar 350-500 ml darah per menit akan keluar melalui ujung pembuluh darah tersebut. Penghentian perdarahan dari bekas tempat implantasi plasenta hanya dapat terjadi jika anyaman miometrium menjepit pembuluh darah yang berjalan diantara anyaman tsb. Atonia atau hipotonia membuat mekanisme penjepitan tersebut gagal berfungsi. Materi kemudian di lanjutkan dengan demo plasenta manual yang di pandu oleh Bidan Fatmawati. Langkah-langkahnya (kegiatan) sebagaimana yang terdapat dalam buku acuan asuhan persalinan normal, diperagakan dengan model (phantom) juga dengan beberapa contoh peragaan contoh model lainnya. Langkah-langkah demo plasenta manual tersebut adalah 1. Persiapan sebelum tindakan baik pasien maupun penolong 2. Pencegahan infeksi sebelum tindakan

27 | P a g e

3. Tindakan penetrasi ke vakum uteri 4. Melepas plasenta dari ujung uterus 5. Mengeluarkan plasenta 6. Pencegahan infeksi pasca tindakan 7. Perawatan pasca tindakan. DEMONSTRASI PENJAHITAN LASERASI PERINEUM PADA MODEL Oleh dr. Tuty Jam 11.00- 12.30 wita Demonstrasi penjahitan ini dilakukan oleh dr Tuty dilakukan pada model seakan-akan melakukan penjahitan pada klien, karena yang dijelaskan adalah pengalamannya melakukan penjahitan laserasi perineum dan pengalaman lainnya tentang kegagalan dalam melakukan penjahitan. Secara keseluruhan Langkah-langkahnya dimulai dari Persiapan penjahitan, Anestesi local dan Penjahitan Robekan serta nasehat kepada ibu agar membasuh perineum dengan sabun dan air, terutama setelah buang air besar (arah basuhannya dari bagian muka ke belakang) serta kunjungan tindak lanjut setelah seminggu untuk pemeriksaan jahitan dan rectum. PRAKTEK PADA MODEL DAN PENILAIAN KETERAMPILAN PADA MODEL Oleh Tim Pelatih Jam 13.00-16.00 wita Praktek pada Model dan Penilaian Keterampilan pada model diberikan dengan maksud sebelum peserta melakukan praktek pada klien, peserta telah mempunyai kompetensi yang mumpuni atau sesuai dengan 58 standar dan langkah-langkah asuhan persalinan normal. Pratek pada model dan penilaian ini difasilitasi oleh tim pelatih, setelah semua bahan praktek dan penilaian pada model disiapkan, peserta kemudian dibagi menjadi tiga kelompok peserta, setiap kelompok terdiri atas lima orang(bidan), Kelompok pertama dinilai oleh

28 | P a g e

Fatmawati ,Am.Keb. Kelompok Kedua dinilai oleh Fatmawati, Am.Keb. dan Kelompok ketiga dinilai oleh dr, Anas. Masing-masing peserta kemudian dipersilakan maju pada bahan dan model yang telah disiapkan, untuk memperlancar praktek penilaian peserta yang lain membantu dan memposisikan diri sebagai ibu hamil serta yang lainnya menunggu giliran dan mempelajari 58 standar dan langkah-langkah persalinan normal. Dalam penilaian tim pelatih menggunakan format penilaian penuntun bekajar persalinan normal 58 standar dan langkah-langkah persalinan normal. Ada beberapa peserta yang harus mengulang karena ditemukan beberapa kesalahan/tidak sesuai atau tidak tuntas dalam menyelesaikan semua tahapan yang harus dilakukan/dikerjakan dan tidak berurutan, peserta terlihat cenderung menghafal, keterampilan/tindakan disebutkan tetapi tidak dikerjakan secara utuh dan tuntas serta berurutan. Setelah selesai penilaian pratek pada model semuanya lulus, kemudian dilakukan pengaturan jadwal praktek pada klien. Tempat praktek (lahan praktek) dibagi tiga tempat yaitu RSUD Polewali, Puskesmas bersalin Massenga dan di Klinik Mifta. Hari Keempat Minggu, tanggal 25 Oktober 2009 Difasilitasi oleh tim pelatih, sebelum peserta melakukan praktek pada klien di lokasi yang telah disiapkan, yaitu Klinik Mifta, peserta terlebih dahulu melakukan warning up agar mempunyai kesiapan dalam melakukan pratek pada klien. Ada satu Kasus (ibu yang akan melahirkan) dilakukan oleh dua orang peserta, mempraktekan 58 standar dan langkah-langkah asuhan persalinan normal. Pada sore harinya, karena tidak ada lagi kasus, agenda kemudian dilanjutkan dengan pembahasan kasus partograf pada klien dan kemudian dilanjutkan dengan praktek keterampilan pada model, bagi peserta yang belum menemukan kasus.

29 | P a g e

Hari Ke Lima Senin, tanggal 26 Oktober 2009 Praktek pada klien pada hari kelima dilakukan pada Dua Kasus, satu kasus dtangani oleh dua orang peserta, dan difasilitasi oleh tim pelatih, setelah selesai melakukan pertolongan persalinan dengan menggunakan 58 standar dan langkah-langkah persalinan normal, kemudian dilanjutkan dengan pembahasan kasus partograf klien dan praktek keterampilan pada model sebagai ganti tidak adanya kasus pada klien. Pada praktek keterampilan pada model, bila peserta melakukan kesalahan,maka yang bersangkutan diberi hukuman mendidik yaitu menyanyikan lagu dengan judul pencegahan infeksi dengan lirik lagu layanglayang. Kuambil keputusan klinik Kuberi sayang ibu Ku cegah masuk kumandikan Pencegahan Infeksi Ku jadikan ibu aman Ku catat ku nilai Ku ambil keputusan klinik Ku jaga supaya tidak terjadi patologi persalinan Andai patologi terjadi Ku rujuk dengan cepat Ku antar dengan Ku jaga Dengan ibu Dengan membawah baksoku Hari Ke Enam Selasa, tanggal 27 Oktober 2009 Pada hari ke Enam didapatkan pula Dua Kasus, ditangani masing-masing oleh dua peserta, dan didampingi oleh dr. Anas Budi Sp.OG, setelah peserta selesaikan melakukan pertolongan persalinan, kemudian dilanjutkan dengan diskusi, setelah selesai diskusi kasus klien karena tidak ada lagi kasus agenda kemudian dilanjutkan dengan pembahasan partograf klien dan praktek pada model bagi peserta yang tidak ada kasus klienya, yang difaslitasi oleh Fatmawati dan Jusma.
30 | P a g e

Patograf merupakan Informasi klinik tentang kemajuan persalinan, asuhan, pengenalan penyulit dan membuat keputusan klinik, demikian ditegaskan oleh Jusma.

Hari Ke Tujuh Rabu, tanggal 28 Oktober 2009 Pada hari ketujuh hanya ada Satu Kasus, semua peserta diikutkan namun hanya dua peserta yang melakukan praktek 58 standar dan langkah-langkah asuhan persalinan normal, setelah selesai dilakukan pertolongan persalinan kemudian dilakukan diskusi dan pembahasan kasus partograf klien dan dilanjutkan dengan praktek keterampilan pada model bagi peserta yang tidak ada kasusnya. Seperti pada praktek keterampilan pada model sebelumnya, bila peserta melakukan kesalahan,maka yang bersangkutan diberi hukuman mendidik yaitu menyanyikan lagu dengan judul pencegahan infeksi dengan lirik lagu layanglayang.

Hari Ke Delapan Kamis, tanggal 29 Oktober 2009 Karena hanya ada Satu Kasus pada hari kedelapan, dan waktu persalinan pada malam hari, peserta diarahkan pada praktek pada model dan diskusi kasuskasus persalinan yang ditangani oleh RSUD Polewali, Klinik Mifta dan Puskesmas Massenga dengan 58 standar dan langkah-langkah asuhan persalinan normal Hari Ke Sembilan Jumat, tanggal 30 Oktober 2009 Agenda 1. Warning up 2. Pembahasan kasus partograf pada klien
31 | P a g e

3. 4. 5. 6.

Kwesioner tengah latihan Evaluasi pelatihan RTKL Penutupan

PEMBAHASAN KASUS PARTOGRAF PADA KLIEN Oleh Fatmawati Am.Keb dan Jusma, Am. Keb Jam 08.30-09.30 wita Pembahasan kasus partograf pada klien (kasus terakhir) oleh Fatmawati lebih diarahkan pada pemahaman item-item pada partograf serta simbol-simbol yang ada, hal ini dilakukan karena peserta belum mampu untuk menjelaskan dan mengerjakan partograf dengan baik dan benar, misalnya Partograf yang memperlihatkan kontraksi uterin yang kurang memadai dikoreksi dengan pemberian oxytocin. Partograf yang memperlihatkan fase aktif persalinan yang lama dan lain-lain. KWESIONER TENGAH LATIHAN Oleh Tim Jam 10.00-11.00 wita Hasil kwesioner postest atau kwesioner tengah latihan yang diberikan kepada peserta untuk dijawab dalam bentuk bentuk Pilihan Tepat (A, B, C dan D). Kwesioner pertanyaan dibagi dalam 6 (enam) Kelompok materi pertanyaan, yaitu Pertama: kelompok materi pertanyaan pencegahan infeksi dengan nilai rata-rata didapat 91 %. Kedua: Kelompok materi persalinan kala I, hasil postestnya mendapatkan nilai rata-rata sebesar 92 %. Ketiga: Kelompok materi Kala Dua Persalinan, hasil postestnya didapat nilai rata-rata 95%. Keempat: kelomppk materi Asuhan Bayi Baru Lahir, peserta mempunyai pengetahuan yang sangat baik karena mendapatkan nilai postetsnya rata-rata peserta sebesar 98%. Demikian juga degan Kelompok materi Resusitasi Bayi Baru Lahir dengan asfiksia mendapatkan nilai rata-rata 98 %. Dan yang terakhir Kelompok Materi Penanganan Kala tiga dan empat persalinan mendapatkan nilai rata-rata sebesar 96% Secara keseluruhan Pelatihan perdana Asuhan Persalinan Normal terhadap 15 peserta bidan dari wilayah focus kerja Kabupaten Majene bekerja sama dengan Unicef, yang dipercayakan kepada P2KP Polewali Mandar dan Hasil Pelatihan Asuhan Persalinan Normal dari kwesioner pengetahuan peserta (bidan) dari
32 | P a g e

ke enam kelompok pertanyaan yang diberikan sebelum pelatihan dalam bentuk Salah (S) dan Benar (B) terhadap proses Asuhan Persalinan Normal, rata-rata 69%. Setelah pelatihan tingkat pengetahuan (bahkan keterampilan dan sikap) peserta (bidan) dalam bentuk pertanyaan pilihan tepat (A, B, C dan D) mengalami peningkatan yaitu didapat nilai rata-rata 95%. Ada tambahan dan penyesuaian pengetahuan, sikap dan keterampilan selama proses pelatihan APN berdasarkan 58 standar dan langkah-langkah Asuhan persalinan yang diberikan dan difasilitasi oleh pelatih APN. EVALUASI PELATIHAN Oleh tim Jam 11.00-11.30 wita Evaluasi pelatihan dilakukan oleh peserta, meliputi evaluasi pelatih (fasilitator) dan panitia, fasilitas pelatihan dan inap, konsumsi, proses pelatihan, lahan praktek dan saran-saran perbaikan serta satu pertanyaan apakah harapan/kekhawatiran peserta pada awal pelatihan telah dapat dicapai, secara keseluruhan evaluasi pelatihan dapat diuraikan sebagai berikut Fasilitator - memuaskan, khusus untuk dr, Tuty peserta mengharapkan mengfasilitasi sampai pelatihan berakhir. - Perlu penguasaan materi lebih mendalam - Fasilitator local akan lebih baik kalau seperti dt Tuty - Materi dan bahan pelatihan sudah cukup baik - Pembagian materi pada pelatih belum merata

bisa

Fasilitas - ruang belajar/pelatihan agak sempit, - ruang inap terlalu banyak penghuninya (sebaiknya hanya dua bukan empat) - Pada hal-hal tertentu selama proses pelatihan Kurang memuaskan - Fasilitas inap kurang lengkap terutama bantal - Ruangan inap panas, - Ember untuk mencuci tidak ada dan tempat jemuran tidak ada Konsumsi - Sudah sangat layak - Makanan membosankan, karena hanya satu jenis terutama snaknya
33 | P a g e

Kurang buahnya Lauk semuanya berlemak Makanan cepat habis Sangat baik dan bervariasi

Proses pelatihan - Senang karena berlangsung dengan baik - Semua panitia dalam proses pelatihan diharapkan hadir - Berjalan sesuai jadwal (agenda) - Berjalan dengan baik - Panitia stand by juga di tempat inap untuk koordinasi - Terlalu santai pelatihan sehingga peserta bebas keluar masuk Lahan praktek - Pasien sangat kurang - Alat dan bahan Tidak cukup untuk praktek APN - Pasien kurang terutama di Puskesmas Massenga dan RSUD Polewali

Panitia - Kurang konfirmasi terhadap peserta - Tidak tepat waktu - Kurang disiplin - Dapat bekerja sama dengan peserta Harapan Harapan peserta dapat meningkatkan keterampilan, ilmu yang diperoleh dalam pelatihan APN dapat diterapkan di tempat kerja, dapat melakukan pertolongan persalinan normal sesuai dengan standar, aman dan baik, serta adanya kebersamaan sesama bidan juga adanya rasa saling peduli kepada ibu-ibu yang akan bersalin, dapat terpenuhi karena dalam proses pealatihan peserta mendapatkan kasus persalinan dan dilanjutkan pembahasan partografnya Saran - Peserta mengharapkan Pelatih lebih baik lagi pada pelatihan-pelatihan Asuhan Persalinan Normal berikutnya - Materi-materi presentase dari fasiliator kirahnya dapat diberikan pada peserta pelatihan

34 | P a g e

RENCANA KERJA TINDAK LANJUT Oleh Tim Jam 11.30 -12.00 wita Rencana Kerja Tindak lanjut dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok Rumah Sakit, Kelompok Puskesmas Pamboang dan Kelompok Puskesmas banggae I. Kelompok Rumah Sakit - Melakukan sosialisasi pada petugas bagian Persalinan - Latihan pada model dengan system 58 standar dan langkah-langkah Asuhan Persalinan normal - Koordinasi dengan P2KP Polewali Mandar Kelompok Bangga I dan Pamboang - Melaporkan pada puskesmas - Membenahi tempat persalinan baik di puskesmas maupun di Pustu dan polindes termasuk bila dilakukan dirumah - Sosialisasi pemutaran video dan praktek pada model kepada bidan yang belum mengikuti APN - Konsultasi dan koordinasi dengan P2KP Polewali Mandar PENUTUPAN Oleh dr. Setia Budi Sp. OG Jam. 12.00-12.30 wita Pada acara penutupan dr. Setia Budi Sp. OG mengatakan, Pelatihan Asuhan Persalinan Normal walaupun kasus pada klien hanya ada 7 (tujuh), pengetahuan, keterampilan dan sikap bisa dapat dipastikan ada peningkatan kepada 15 orang (bidan). Diharapkan hasil pelatihan APN jika di praktekkan dengan baik pada masyarakat (ibu-ibu yang akan bersalin) dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir, demikian juga dengan koordinasi dan konsultasi serta jejaring bidan yang telah mengikuti APN harus terus dilanjutkan, sehingga semua bidan nantinya mempunyai kompetensi yang layak untuk dapat melakukan asuhan persalinan normal. Selanjutnya dr, Setia Budi dengan ucapan Alhamdulillah acara ditutup dengan resmi, acara kemudian dilanjutkan dengan foto bersama.

35 | P a g e

The End
Demikian laporan proses pelatihan Asuhan Persalinan Normal yang dipercayakan kepada P2KP Polewali Mandar untuk melatih 15 Bidan yang berasal dari 2 Kecamatan Fokus (5 bidan dari Puskesmas Banggae satu dan 7 bidan dari Puskesmas Pamboang serta 3 bidan RSUD Majene) Kerja sama dengan Unicef Makassar, dibuat sebagai bahan dokumentasi, sebagai laporan pertanggung jawaban kegiatan sekaligus juga sebagai bahan diskusi/pembahasan serta evaluasi untuk penyempurnaan penyelenggaran pelatihan APN, juga sebagai pembanding untuk Pelatihan APN angkatanangkatan berikutnya. Laporan proses ini juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari buku rujukan (acuan) Pelatihan klinik Asuhan Persalian Normal (APN), asuhan essensial, pencegahan dan penanggulangan segera komplikasi persalinan dan Bayi Baru Lahir (BBL), yang dikeluarkan oleh JNPK-KP Depkes RI tahun 2008. Kritik dan saran untuk penyempurnaan laporan ini sangat diharapkan, dapat ditulis pada halaman akhir dalam laporan ini, terima kasih atas segala yang terlibat, Semoga bermanfaat. Observator /dokumentasi Arsad Rahim Ali
36 | P a g e

Catatan

37 | P a g e

Catatan

38 | P a g e

You might also like