You are on page 1of 6

1.

Bagan Proses Sosial

PROSES SOSIAL

Kontak

Antar Individu

Individu dengan Kelompok

Kelompok dengan Kelompok

Komunikasi

Primer

Sekunder

Interaksi

Asosiatif

Disosiatif

2. Delapan Bentuk Akomodasi : 1. Pemaksaan (Coercian), adalah proses akomodasi yang berlangsung melalui cara pemaksaan sepihak dan dilakukan dengan mengancam saksi. Pemaksaan seperti ini tentu saja han ya mungkin terjadi apabila kedua belah pihak yang tengah berakomodasi itu memiliki kekuatan dan kedudukan yang tidak

seimbang dimana salah satu pihak berada dalam keadaaan yang lemah bila dibandingkan dengan pihak lawan. Pelaksanaannya dapat dilakukan secara fisik (yaitu secara langsung), maupun secara psikologis (yaitu secara tidak langsung). Misalnya perbudakan adala suatu pemaksaan, dimana interaksi sosialnya didasarkan pada penguasaan majikan atas budak-budaknya, dimana yang terakhir dianggap sama sekali tidak mempunyai hak-hak apapun juga. Pada Negara otoriter, pemaksaan juga dijalankan, manakala msuatu kelompok minoritas yang berada di dalam masyarakat memegang kekuasaan. Hal ini sama sekali tidak berarti bahwa dengan pemaksaan akan dapat dicapai hasilhasil yang baik bagi masyaraka. 2. Kompromi (compromise), adalah proses akomodasi yang berlangsung dalam bentuk usaha pendekatan oleh kedua belah pihak yang sadar menghendaki akomodasi, kedua belah pihak bersedia mengurangi tuntutan masing-masing sehingga dapat diperoleh kata sepakat mengenai titik tengah penyelesaian. Sikap dasar untuk dapat melaksanakan kompromi adalah bahwa salah satu pihak bersedia untuk merasakan dan memahami keadaan pihak lainnya dan begitu pula sebaliknya. Misalnya traktat antara beberapa Negara, akomodasi antar bebrapa partai politik, karena sadar bahwa kekuatan masing-masing adalah sama dalam suatui pemilihan umum dan seterusnya. 3. Penggunaan jasa perantara (mediation), ialah suatu usaha komponen yang tidak dilakukan sendiri secara langsung melainkan dengan bantuan pihak ketiga, yang dengan sikapnya tidak memihak, mencoba mempertemukan dan mendamaikan pihak-pihak yang bersengketa atas dasar iktikad kompromi kedua belah pihak itu. Tugas utamanya adalah mengusahakan suatu penyelesaian secara damai. Kedudukan pihak ketiga hanyalah sebagai penasehat belaka, dia tak mempunyai wewenang untuk memberi keputusankeputusan penyelesaian penyelisihan tersebut.

4. Penggunaan jasa penengah (arbitrate), ialah suatu cara untuk mencapai kompromi apabila pihak-pihak yang berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri. Penyelesaian sengketa ini dilakukan oleh pihak ketiga atau oleh suatu badan yang berkedudukan lebih tinggi dari pihak-pihak yang bertentangan dan dipilih oleh kedua belah pihak yang bersengketa. Penengah ini menyelesaikan sengketa dengan membuat keputusan-keputusan penyelesaian atas dasar ketentuan-ketentuan yang ada. Sebagai contoh dapat ditunjukkan dalam penyelesaian masalah perselisihan perburuhan. 5. Peradilan (Adjudication), ialah suatu usaha penyelesaian sengketa yang dilakukan oleh pihak ketiga yang memang mempunyai wewenang sebagai penyelesai sengketa atau yang biasa disebut dengan pengadilan. Pengadil atau hakim tidaklah dipilih oleh pihak-pihak yang bersengketa seperti apa yang terjadi pada proses akomodasi lewat penengah. Akan tetapi, seperti halnya para penengah, para pengadil (khususnya hakim) itu selalu menggunakan atauran-aturan tertentu sebagai pangkal beranjak penyelesaian sengketa. 6. Pertenggangan (Toleration) atau sering dinamakan toleran participation. Ini merupakan suatu bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal bentuknya. Pertenggangan ini terjadi karena individu-individu bersedia menerima perbedaan-perbedaan yang ada sebagai suatu kenyataan dan dengan kerelaan membiarkan perbedaan itu serta menghindari diri dari perselisihanperselisihan yang mungkin timbul. Toleration timbul secara tidak sadar dan tanpa direncanakan, hal ini disebabkan karena adanya watak orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia untuk sedapat mungkin menghindarkan diri dari suatu perselisihan. 7. Stalemate, merupakan suatu akomodasi dimana pihak-pihak yang

bertentangan sama-sama memiliki kekuatan yang seimbang. Hal ini disebabkan oleh karena bagi kedua belah pihak sudah tidak ada kemungkinan lagi baik untuk maju atau untuk mundur. Stalemate adalah suatu situasi kemacetan yang mantap sehingga beberapa pihak mengatakan bahwa

stalemate bukanlah proses akomodasi melainkan resultant suatu proses akomodasi. Misalnya terjadi antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet Rusia dibidang nuklir. 8. Conciliation adalah suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama. Conciliation bersifat lebih lunak daripada coercion dan membuka kesempatan bagi pihak-pihak yang bersangkutan untuk mengadakan asimilasi. Suatu contoh dari conciliation adalah, adanya panita-panitia tetap di Indonesia yan khusus bertugas untuk menyelesaikan persoalan-persoalan perburuhan, dimana duduk wakil-wakil dari buruh, wakil-wakil departemen tenaga kerja dan seterusnya khusus bertugas menyelesaikan persoalan-persoalan jam kerja, upah, hari-hari liur, dan lain sebagainya. Bentuk Akomodasi yang Paling Ideal. Menurut saya, bentuk akomodasi abritasi yaitu usaha penyelesaian dengan bantuan pihak ketiga,dan pihak ketiga mempunyai kewenangan membuat keputusan. Ini dianggap paling ideal karena biasanya orang yang saling bertikai atau bersengketa mempunyai sifat egois yang tinggi, sehingga sulit untuk menemukan penyelesaian. Contoh kita ambil dari konflik pssi dengan kelompok 78,mereka sulit menemukan jalan kluar untuk menyelesaikan masalah, sehingga dibentuk panitia normalisasi

3. Dampak positif terjadinya persaingan dan konflik a. Konflik dapat memperjelas aspek-aspek kehidupan yang belum jelas atau masih belum tuntas ditelaah. Sebagai contoh perbedaan pendapat

tentang suatu permasalahan dalam diskusi atau seminar biasanya bersifat positif. Perbedaan pendapat untuk dapat memperjelas dan mempertajam seminar tersebut. b. Konflik memungkinkan adanya penyesuaian kembali norma-norma, nilai-nilai, serta hubungan-hubungan sosial dalam kelompok

bersangkutan dengan kebutuhan individu atau kelompok. c. Konflik meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok atau ingroup solidarity yang sedang mengalami konflik dengan kelompok lain. William F. Ogburn dan Mayer Nimkof mengatakn bahwa semakin besar permusuhan terhadap kelompok luar semakin besar pula integrasi atau solidaritas internal kelompok. Anggota-anggota kelompok akan bersatu untuk menghadapi musuh bersama mereka. d. Konflik merupakan jalan untuk mengurangi ketergantngan antar individu dan kelompok. e. Konflik dapat membantu menghidupkan kembali norma-norma lama dan menciptakan norma-norma baru. f. Konflik dapat berfungsi sebagai sarana untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan-kekuatan yang ada didalam masyarakat. g. Konflik memunculkan sebuah kompromi baru apabila pihak yang berkonflik berada dalam kekuatan yang seimbang. Contohnya kedua pihak yang berkonflik dapat memutuskan untuk tidak melanjutkan konflik karena menyadari bahwa konflik tidak akan pernah berakhir. h. Dapat menimbulkan kemampuan intropeksi diri. Konflik dapat dirasakn oleh pihak lain dan kereka dapat mengambil keuntungan untuk melakukan intropeksi diri dengan berusaha mencari sebab-sebab konflik.Mendorong individu untuk lebih maju. i. Pemacu kreativitas ( dalam pencaarian solusi yang baru dan kreatif terhadap permasalahan yang muncul). j. Konflik dapat menjadi alat pembelajar

k. Memfokuskan pada tugas (konflik merangsangpara pelaku bekerjaa lebih keras). l. Mendorong individu untuk lebih maju.

4. Dampak Negatif terjadinya persaingan dan konflik 1. Keretakan hubungan antar individu dan persatuan kelompok. 2. Kerusakan harta benda dan hilangnya nyawa manusia. 3. Berubahnya kepribadian para individu. Sebagai contoh konflik memunculkan rasa benci, curiga, atau menjadikan perkelahian sebagai solusi atas sebuah permasalahan dalam kelompok remaja dan anak-anak. 4. Munculnya dominasi kelompok yang menang atas kelompok yang kalah. 5. Menimbulkan ketegangan dan kecemasan. 6. Saling menjatuhkan , artinya konflik yang berkepanjangan dapat mendorong para pelaku melakukan tindakan kurang terpuji. 7. Menimbulkan frustasi bagi pelaku konflik. 8. Menciptakan suasana kurang nyaman dan aman. 9. Menimbulkan perpecahan.

You might also like