You are on page 1of 6

TINJAUAN PUSTAKA KESUBURAN TANAH

Tanah Alfisols Tanah Alfiols adalah tanah dimana terdapat penimbunan liat dihorison bawah (argilik) dan mempunyai kejenuhan basa (berdasarkan jumlah kation) yang tertinggi yaitu lebih dari 35% pada kedalaman 150 cm dari permukaan tanah. Liat yang tertimbun dari horison bawah ini berasal dari horison diatasnya dan tercuci ke bawah bersama dengan gerakan air (Hardjowigeno, 2003). Alfisol ditemukan banyak di zona iklim, tetapi yang utama adalah di daerah beriklim sedang yang bersifat humid atau subhumid, dengan bahan induk relative muda dan stabil paling sedikit selama beberapa ribu tahun. Oleh karena itu, alfisol adalah tanah yang relative muda, masih banyak mengandung mineral tanah yang mudah lapuk, mineral liat Kristal ini kaya akan unsure hara (Darmawijaya. 1990). Alfisol merupakan tanah yang relatif muda masih banyak mengandung mineral primer yang mudah lapuk, mineral liat kristalin dan kaya unsur hara. Tanah ini mempunyai kejenuhan basa tinggi, KTK dan cadangan unsur hara tinggi. Alfisol merupakan tanah-tanah dimana terdapat penimbunan liat di horison bawah. Liat yang tertimbun di horison bawah ini berasal dari horison diatasnya dan tercuci kebawah bersama gerakan air perkolasi (Foth, H. D.1994) Daya menahan air dan permeabilitas sedang, kepekaan terhadap erosi sedang sampai besar, serta air pada keadaan ini merupakan faktor pembatas secara umum sifat fisiknya sedang sampai baik, sifat kimianya baik, sehingga nilai prokduktivitas tanahnya sedang samapai tinggi. Pada umumnya Alfisols adalah tanah yang sangat produktif. kandungan basa yang sedang sampai yang besar itu umumnya menghasilkan tanaman yang cukup besar (Sarief, 1986). Tanah Inceptisols Beberapa Inceptisol terdapat dalam keseimbangan dengan lingkungan dan tidak akan matang bila lingkungan tidak berubah. Beberapa inceptisol yang lain telah dapat diduga arah perkembangannya apakah ke ultisol, alfisol, atau tanah-tanah yang lain (Hardjowigeno, 2003) Inceptisol adalah tanah-tanah yang kecuali dapat memilki epipedon okrik dan horizon albik seperti yang dimilki tanah entisol juga mempunyai beberapa sifat penciri lain (misalnya horizon kambik) tetapi belum memenuhi syarat bagi ordo tanah yang lain (Hardjowigeno, 2007). Salah satu penciri terpenting bagi inceptisol adalah ditemukannya horizon kambik pada kedalaman kurang lebih 100 cm. Apabila horizon kambik tidak ditemukan, tanah dapat diklasifikasikan juga sebagai inceptisol bila mempunyai horizon klasik, petroklasik, duripan (Munir, M.1996). Tanah Alluvial Tanah Alluvial meliputi lahan yang dipengaruhi oleh aktivitas sungai atau mengalami banjir, sehingga dapat dianggap masih muda dan belum ada diferinsiasi horizon. Endapan Alluvial

yang sudah tua dan menampakkan akibat pengaruh iklim dan vegetasi tidak termasuk Inceptisols, mungkin lebih berkembang. Kebanyakan tanah ini disepanjang aliran sungai merupakan campuran mengandung cukup banyak hara tanaman, sehingga umumnya dianggap tanah subur sejak dulu. Tekstur tanahnya sangat variabel, baik vertikal maupun horizontal, jika banyak mengandung lempung tanahnya sukar diolah dan menghambat drainase tanah (Munir. M, 1996) Tanah Alluvial proses pembentukannya sangat tergantung dari bahan induk asah tanah itu dan topografinya punya tingkat kesuburan yang bervariasi dari rendah sampai tinggi, tekstur dari sedang hingga kasar, kandungan bahan organic dari rendah hingga tinggi, strukturnya bervariasi, pH tanah berkisar asam hingga alkalis (Indranada, 1995.). Pada tanah Alluvial yang berasosiasi dengan tanah gurun (Desert Soils) rupanya juga mengalami kekurangan unsur Zn dan Fe yang perlu diperbaiki. Jika melihat genesa tanahnya, kurang dipengaruhi iklim dan vegetasi, tetapi yang paling nampak pengaruhnya pada ciri dan sifat tanahnya ialah bahan induk dan topografi akibat waktu terbentuknya yang masih muda. Berdasarkan bahan induknya, maka tanah Alluvial terbagi atas: pasir, lempung, kapur. Memperhatikan cara terbentuknya maka fisiografi untuk terbentuknya tanah ini terbatas pada (a) lembah sungai, (b) dataran pantai, (c) bekas danau. Semuanya mempunyai relief datar atau cekungan datar (Munir, 1996) Pupuk Anorganik 1. Pupuk Nitrogen Bersama unsur fosfor (P) dan kalium (K), nitogen (N) merupakan unsure hara yang mutlak dibutuhkan oleh tanaman. Bahan tanaman kering mengandung sekitar 2 sampai 4 % N; jauh lebih rendah dari kandungan C yang berkisar 40%. Namun hara N merupakan komponen protein (asam amino) dan khlorofil. Bentuk ion yang diserap oleh tanaman umumnya dalam bentuk NO3- dan NH4+ bagi tanaman padi sawah (Russell, 1973). Nitrogen dapat dikatakan sebagai salah satu unsur hara yang bermuatan. selain sangat mutlak di butuhkan , ia dengan mudah dapat hilang atau menjadi tidak tersedia bagi tanaman. Ketidak tersediaan N dari dalam tanah dapat melalui proses pencucian/terlindi (leaching) NO3-, denitrifikasi NO3-menjadi N2, volatilisasi NH4+ menjadi NH3-, terfiksasi oleh mineral liat atau dikonsumsi oleh mikroorganisme tanah. Sebagaimana yang dikemukakan sebelumnya, bahwa larutan hara yang di dalam tanah bergerak melalui proses difusi dan aliran massa (konveksi). Walaupun mekanismenya berbeda, namun berlangsung secara bersama-sama. Pergerakan N di dalam tanah cukup sulit untuk diamati, karena adanya proses transformasi yang tidak dapat dikendalikan, seperti amonifikasi dan nitrifikasi (Nkurumah, et al. 1989). Bila dibandingkan dengan NO3-, maka pergerakan NH4+ justru jauh lebih lambat. Keadaan ini dikarena oleh beberapa sebab, antara lain: a. Ion NH4+ merupakan kation yang dapat teradsorbsi di permukaan koloid tanah, sehingga gerakan difusinya akan lebih kecil dibandingkan NO3- yang senantiasa bebas di larutan tanah (Wild, 1981). b. Ion NH4+ di tanah sawah yang jenuh air lebih kecil aliran massa yang terjadi, karena aliran (flux) berbanding terbalik dengan kadar air tanah, sebagaimana persamaan kecepatan ratarata aliran (Hillel, 1980).

Begitu besarnya peranan N bagi tanaman, maka penyediaannya sangat diperhatikan sekali oleh para petani. Surnber N utama tanah adalah dari bahan organik melalui proses mineralisasi NH4+ dan NO3-. Selain itu N dapat juga bersumber dan atmosfir (78 % N melalui curah hujan (8 -10 % N tanah), penambatan (fiksasi) oleh mikroorganisme tanah baik secara sembiosis dengan tanaman maupun hidup bebas. Walaupun sumber ini cukup banyak secara alami, namun untuk memenuhi kebutuhan tanaman maka diberikan secara sengaja dalam bentuk pupuk, seperti Urea, ZA, dan sebagainya maupun dalam bentuk pupuk kandang ataupun pupuk hijau (Sanchez, 1976). Sumber utama nitrogen di alam adalah N2 atmosfer yang menempati 78% dari volume total udara. Walaupun tersedia melimpah namun N atmosfer ini terdapat dalam bentuk ikatan kovelen rangkap 3 yang bersifat sangat stabil dan inert. Meskipun tanaman dapat menyerap sejumlah N dari atmosphere melalui dedaunan, tetapi sebagian besar kebutuhan tanaman akan nitrogen dipenuhi dari perakaran di dalam tanah yang diperoleh dalam bentuk nitrat dan ammonium. Dibawah kondisi normal, N masuk dalam lingkungan tanah sebagai hasil dari penambatan biologi dan atau decomposisi dari hewan atau residu tanaman. Sebagian besar dari N dalam tanah terdapat dalam bentuk bahan organic, dimana bersifat relative stabil dan tidak tersedia secara langsung untuk tanaman. Oleh karena itu agar dapat diasimilasi oleh tumbuhan tingkat tinggi maka N2 atmosfer harus di transformasikan ke dalam bentuk yang dapat diserap oleh tumbuhan yaitu NH4+ dan NO3-.( B.J. Miin, 1974). 2. Pupuk Fosfor Fosfor berupa berbagai jenis senyawa logam transisi atau senyawa tanah langka seperti zink sulfida (ZnS) yang ditambah tembaga atau perak, dan zink silikat (Zn2SiO4)yang dicampur dengan mangan. Kegunaan fosfor yang paling umum ialah pada ragaan tabung sinar katoda (CRT) dan lampu fluoresen, sementara fosfor dapat ditemukan pula pada berbagai jenis mainan yang dapat berpendar dalam gelap (glow in the dark). Fosfor pada tabung sinar katoda mulai dibakukan pada sekitar Perang Dunia II dan diberi lambang huruf P yang diikuti dengan sebuah angka (Anonim 1; 2009) Perbedaan utama diantara siklus nitrogen dan fosfor dalam tanah adalah bahwa bentuk tersedia nitrogen ( ammonium dan nitrat) adalah ion-ion relative stabil yahng tetap tersedia untuk digunakan tanaman. H2PO4- sebaliknya bereaksi cepat dengan ion-ion lainnya dalam larutan tanah supaya menjadi tidak begitu mudah larut atau tidak tersedia bagi tanaman. Reaksi dengan kalium, besi dan alumunium umumnya terjadi. Fosfat juga diadsorbsi kuat pada permukaan liat oleh penempatan kembali OH dari liat ( pertukaran ligand) suatu keseimbangan dimantapkan di antara konsentrasi H2PO4- dalam larutan tanah dan bentuk mineral yang tetap. konsentrasi fosfor dalam larutan terutama merupakan suatu fungsi kelarutan bentuk fosfor yang tetap. Pada umumnya, terjadi penurunan kelarutan dan ketersediaan dalam ordo kalsium fosfat, fosfat yang diadsorbsi liat, dan besi serta alumunium fosfat (Foth, 1998). Bentuk fosfat dominan yang tersedia bagi tanaman adalah H2PO4-.Keberadaan air penting untuk penyerapan fosfor dalam tanah. Di dalam larutan tanah, ion merupakan fungsi pH. Bila pH turun sampai di bawah 5,5, besi dan aluminium yang terlarut meningkat sekali. Hal ini menyebabkan peningkatan fosfor sebagai besi fosfat dan aluminium fosfat. Persediaan fosfor yang terbaik adalah pada kisaran 6 dan 7. Kadar fosfor yang sangat rendah dalam lautan tanah pada suatu saat berarti bahwa pencucian memindahakan sedikit fosfor dari dalam tanah. Pengaruh fosfor yang terlalu sedikit atau terlalu banyak pada pertumbuhan tanaman kurang menyolok dibandingkan dengan pengaruh nitrogen dengan kalium. Tampaknya fosfor lebih

mempercepat kedewasaan daripada sebagian besar hara lainnya, karena stimulasi yang berlebihan mendorong kedewasaa yang lebih awal. (Notohadiprawiro; 1999). Gejala kekurangan unsur P akan menyebabkan,warna hijau daun lebih gelap dari yang normal. Selain itu, daun di bagian bawah sering berwarna keunguan, terutama diantara tulang-tulang daun. Parahnya, di tahap kritis daun akan terlihat rapuh dan mudah layu, seperti tak mempunyai kekuatan untuk berdiri dan akhirnya menghambat pertumbuhan daun baru tanaman (Anonim 2; 2009). Fosfor di dalam tanah dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu P-organik dan Panorganik.Kandungannya sangat bervariasi tergantung pada jenis tanah, tetapi pada umumnya rendah , Gambar 20 menunjukkan bagian dunia yang kekuranagn P (Handayanto dan Hairiyah,2007) Fospor merupakan unsur hara esensial makro yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Tanaman memperoleh unsur P seluruhnya berasal dari tanah atau dari pemupukan serta hasil dekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Jumlah P total dalam tanah cukup banyak, namun yang tersedia bagi tanaman jumlahnya rendah hanya 0,01 0,2 mg/kg tanah (Handayanto dan Hairiyah,2007). Fospor yang diserap tanaman tidak direduksi, melainkan berada di dalam senyawa organik dan organik dalam bentuk teroksidasi. Fospor organik banyak terdapat di dalam cairan sel sebagai komponen sistim penyangga tanaman. Dalam bentuk anorganik, P terdapat sebagai fosfolipid yang merupakan komponen membran sitoplasma dan kloroplas. Fitin merupakan simpanan fospat dalam biji, gula fospat merupakan senyawa antara dalam berbagai proses metabolisme tanaman. Nukleoprotein merupakan komponen utama DNA dan RNA inti sel. ATP, ADP dan AMP merupakan senyawa berenergi tinggi untuk metabolisme. Peranan P pada tanaman penting untuk pertumbuhan sel, pembentukan akar halus dan rambut akar, memperkuat tegakan batang agar tanaman tidak mudah rebah,pembentukan bunga , buah dan biji serta memperkuat daya tahan terhadap penyakit. Tanaman jagung menghisap unsur P dalam bentuk ion sebanyak 17 kg/ha untuk menghasilkan berat basah tanaman 4200 kg/ha (Premono,2002). Kekurangan P pada tanaman akan mengakibatkan berbagai hambatan metabolisme, diantaranya dalam proses sintesis protein, yang menyebabkan terjadinya akumulasi karbohidrat dan ikatan-ikatan nitrogen. Kekurangan P tanaman dapat diamati secaa visual, yaitu daun-daun yang lebih tua akan berwarna kekuningan atau kemerahan karena terbentuknya pigmen antisianin. Pigmen ini terbentuk karena akumulasi gula di dalam daun sebagai akibat terhambatnya sintesa protein. Gejala lain adalah nekrotis atau kematian jaringan pada pinggir atau helai daun diikuti melemahnya batang dan akar terhambat pertumbuhannya. Kekurangan p dalam tanah menyebabkan : Tanaman kerdil Daun-daun kecil Daun berwarna hijau tua Daun tua menunjukkan gejala klorosis dan gugur sebelum waktunya

Pembentukan bunga dan buah terhambat dan biji kecil Pembentukan akar kurang baik dan bintik akar sering tidak terbentuk (Anonim 2; 2009) 3. Pupuk Kalium Kalium dibutuhkan oleh tanaman jagung dalam jumlah paling banyak dibanding N dan P. Pada fase pembungaan, akumulasi hara K telah mencapai 60-75% dari kebutuhannya. Jika K kurang, gejalanya sering terlihat sebelum pembungaan yaitu pinggiran dan ujung daun menguning sampai kering. Hal ini terlihat terutama pada daun bawah. Pembentukan tongkol terpengaruh ujung tongkol bagian atas tidak penuh berisi biji tidak melekat secara kuat pada tongkol (Anonim, 2009) Tanaman menyerap kalium dalam bentuk K+ (umumnya pada tanaman muda). Kalium dijumpai dalam tanah dengan jumlah yang sangat kecil. Berbeda dengan unsur lainnya kalium tidak dijumpai dalam bahan atau bagian tanaman seperti protoplasma, lemak dan glukosa. Kemampuan tanah untuk menyediakan kalium dapat diketahui dari susunan mineral yang terdapat dalam tanah. Namun, umumnya mineral leusit dan biotit yang merupakan sumber langsung dalam kalium bagi tanaman (Soepardi, 1998) Unsur kalium berhubungan erat dengan kalsium dan magnesium. Ada sifat antagonisme antara kalium dan kalsium. Dan juga antara kalium dan magnesium. Sifat antagonism ini menyebabkan kekalahn salah satu unsure untuk diserap tanaman jika komposisinya tidak seimbang. Unsur kalium diserap lebih cepat oleh tanaman dibandingkan kalsium dan magnesium. Jika unsure kalium berlebih gejalanya sama dengan kekurangan magnesium. Sebab sifat antagonism antara kalium dan magnesium lebih besar daripada sifat antagonism antara kalium dan kalsium. Kendati demikian, pada beberapa kasus, kelebihan kalium gejalanya mirip tanaman kekurangan kalsium (Sutedjo, 2002).
http://wahyuaskari.wordpress.com/literatur/tinjauan-pustaka-kesuburan-tanah/ (270911)

You might also like