You are on page 1of 5

Sumber pencemaran udara

Secara umum, terdapat 2 sumber pencemaran udara, yaitu pencemaran akibat sumber alamiah (natural sources), seperti letusan gunung berapi, dan yang berasal dari kegiatan manusia (anthropogenic sources), seperti yang berasal dari transportasi, emisi pabrik, dan lain-lain. Di dunia, dikenal 6 jenis zat pencemar udara utama yang berasal dari kegiatan manusia (anthropogenic sources), yaitu Karbon monoksida (CO), oksida sulfur (SOx), oksida nitrogen (NOx), partikulat, hidrokarbon (HC), dan oksida fotokimia, termask ozon.

Sebab pencemaran udara


Di Indonesia, kurang lebih 70% pencemaran udara disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang dapat menimbulkan dampak negatif, baik terhadap kesehatan manusia maupun terhadap lingkungan, seperti timbal/timah hitam (Pb), suspended particulate matter (SPM), oksida nitrogen (NOx), hidrokarbon (HC), karbon monoksida (CO), dan oksida fotokimia (Ox). Kendaraan bermotor menyumbang hampir 100% timbal, 13-44% suspended particulate matter (SPM), 71-89% hidrokarbon, 34-73% NOx, dan hampir seluruh karbon monoksida (CO) ke udara Jakarta. Sumber utama debu berasal dari pembakaran sampah rumah tangga, di mana mencakup 41% dari sumber debu di Jakarta. Sektor industri merupakan sumber utama dari sulfur dioksida. Di tempattempat padat di Jakarta konsentrasi timbal bisa 100 kali dari ambang batas.

PENCEMARAN UDARA Pencemaran udara boleh didefinasikan sebagai terdapatnya gas, cecair atau zarah yang terkandung di udara sehingga berlakunya perubahan dan menjejaskan kehidupan atau bahan-bahan lain. Bahan-bahan tersebut terampai di udara dan memberi kesan negatif kepada manusia, tumbuh-tumbuhan dan haiwan. Ini sebabkan bahan-bahan ini akan masuk ke tubuh manusia melalui pernafasan dan berupaya menyekat pengaliran oksigen ke dalam salur-salur darah. Ini boleh menimbulkan pelbagai penyakit seperti penyakit kekejangangan, barah, asma, kekejangan dan anemia. Habuk, asap, kabus, wap atau bahan-bahan lain yang boleh menghalang penglihatan mata merupakan pelbagai bentuk pencemaran udara. Klasifikasi Pencemaran Udara Pencemaran udara dibahagikan kepada dua bahagian, iaitu: Pencemaran Udara Primer Penghasilan sulfur monoksida dan karbon monoksida akibat daripada proses pembakaran yang tidak lengkap adalah punca pencemaran udara primer. Proses ini menyebabkan zarah-zarah yang halus terampai-ampai di udara dan memberi kesan sampingan kepada kesihatan kita. Kebanyakan pencemaran udara primer ini dilepaskan melalui ekzos kenderaan, kawasan industri dan penggunaan dapur arang atau kayu. Pencemaran Udara Sekunder Pencemaran udara sekunder pula adalah tindak balas sulfur dioksida yang bergabung dan membentuk dengan gas-gas yang tidak diperlukan oleh benda hidup. Sulfur dioksida memerlukan gas seperti karbon monoksida dan sufur monoksida (pencemar primer) untuk membentuk gas-gas lain. Sebagai contoh, gabungan sulfur dioksida, sulfur monoksida dan wap air akan menghasilkan asid sulfurik. Tindakbalas antara pencemar primer dengan gas-gas terampai di atmosfera akan menghasilkan peroksid asetil nitrat (PAN). Jenis-jenis Bahan Pencemar Antara jenis-jenis bahan pencemar adalah seperti berikut : Sulfur dioksida Karbon monoksida Nitrogen dioksida dan ozon Alergen Plumbum dan logam-logam lain

Punca Pencemaran Pencemaran udara boleh berpunca daripada : Pelepasan asap kenderaan Proses industri - penghasilan bahan pencemaran oleh kilang-kilang asbestos/ simen/ bateri kereata Pembakaran di tempat pelupusan - pembakaran terbuka di bandar

Pembakaran hutan Pelepasan habuk - pembakaran sisa kayu/ sekam padi Bahan-bahan sisa bandaran - sampah-sarap , sisa-sisa makanan Aktiviti Masyarakat - membakar sampah, memasak menggunakan arang/ kayu, merokok

Kesan Pencemaran Kesan-kesan pencemaran udara : Kesihatan terjejas Pertanian yang tidak produktif Kemalangan mudah berlaku - akibat penglihatan yang kabur Mengotorkan persekitaran - habuk

Pengendalian Pencemaran Udara


5/1/2007

Secara nasional program pengendalian pencemaran udara adalah Program Langit Biru (PLB) yang dicanangkan pada tanggal 6 Agustus 1996 di Semarang oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup. Pendekatan yang dilakukan dalam pelaksanaan Program Langit Biru difokuskan pada: 1. Pengendalian pencemaran udara dari sumber bergerak 2. Pengendalian pencemaran udara dari sumber tidak bergerak Upaya penanggulangan pencemaran udara pada dasarnya ditujukan pada peningkatan mutu udara untuk kehidupan, meliputi kegiatan: 1. Pencegahandan penanggulangan pencemaran. 2. Pemulihan mutu udara dengan melakukan inventarisasi mutu udara ambien dan pencegahan dari sumber-sumber pencemar. 3. Penanggulangan keadaan darurat akibat pencemaran udara. Pencemaran udara di lingkungan perkotaan maupun industri semakin meningkat dan merupakan salah satu isu strategis lingkungan hidup secara nasional. Kegiatan yang masuk dalam rangka ini antara lain: 1. Penghapusan bensin bertimbal (Pb). 2. Penggunaan energi ramah lingkungan.

3. Pengembangan dan penerapan sistem insentif dan disinsentif untuk industri dan kendaraan bebas polusi. 4. Pemantauan kualitas udara ambien. 5. Penandatanganan Surat Pernyataan (Super) dari kalangan industri peserta PLB. 6. Penggunaanalat pengendalian pencemaran udara.

Tujuan Program Langit Biru


1. Terciptanya mekanisme kerja dalam pengendalian pencemaran udara yang berdaya guna dan berhasil guna. 2. Terkendalinya pencemaran udara. 3. Tercapainya kualitas udara ambien yang memenuhi standar kesehatan manusia dan mahluk hidup lainnya. 4. Terwujudnya perilaku manusia sadar lingkungan.

Dalam rangka mengatasi pencemaran udara dan untuk tercapainya PLB, berbagai upaya pengendalian telah dilakukan baik oleh pemerintah maupun masyarakat yaitu:

1. Pemantauan Kualitas Udara Ambien


Program pemantauan di Indonesia telah dilakukan, ditandai dengan pembangunan stasiun pemantau kualitas udara kontinu yaitu pembangunan 33 Stasiun Pemantau Kualitas Udara Permanen dan sembilan Stasiun Pemantau Kualitas Udara Bergerak yang dilakukan pada tahun 1999-2002

2. Pengendalian pencemaran udara dari sarana transportasi kendaraan bermotor meliputi:


1. 2. 3. 4. 5. 6. Pengembangan perangkat peraturan. Penggunaan bahan bakar bersih. Penggunaan bahan bakar alternatif. Pengembangan manajemen transportasi. Pemantauan emisi gas buang kendaraan bermotor. Pemberdayaan peran masyarakat melalui komunikasi massa.

3. Pengendalian pencemaran udara dari industri


Penaatan peraturan perundangundangan bagi industri yang mengeluarkan emisi gas buang udara. Peningkatan peran industri untuk mentaati Baku Mutu Emisi melalui penandatanganan SUPER (Surat Pernyataan). Relokasi industri (pencemar udara) ke kawasan-kawasan industri atau zona industri.

You might also like