You are on page 1of 6

www.forumdesa.

org

ARAH KEBIJAKAN PEMBARUAN DESA


Oleh: E.B. Sitorus *)

PENDAHULUAN:
Mau dibawa kemana Desa..? Inilah ungkapan yang selalu muncul dalam tiap diskusi, selanjutnya kita hanya bisa terenyuh karena setelah mendapatkan penjelasan (walaupun kadangkala tidak setuju), sipenanya tetap tidak berbuat apa-apa, kacian deh lu desa!!!? 1. Desa memiliki posisi sangat strategis sehingga memerlukan perhatian yang seimbang terhadap penyelenggaraan otonomi daerah. Karena dengan kuat dan mantapnya Desa akan mempengaruhi secara langsung perwujudan otonomi daerah. 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah yang telah ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa secara mendasar mengakui otonomi yang dimiliki oleh Desa. Pengakuan terhadap otonomi yang dimiliki Desa lebih ditegaskan melalui pengertian Desa itu sendiri. Kemudian untuk melaksanakan otonominya, Desa memiliki kewenangan dan untuk melaksanakan kewenangan mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, Desa mempunyai sumber pendapatan. 3. Pemerintahan Desa merupakan unit terdepan dalam pelayanan kepada masyarakat dan merupakan tonggak utama untuk keberhasilan semua program. Karena itu, pemberdayaan Desa merupakan suatu keharusan dalam rangka mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat sebagai tujuan otonomi daerah.

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA


Pemerintahan Desa dalam menyelenggarakan kewenangannya dibidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan untuk mewujudkan kemandirian serta kesejahteraan masyarakat belum dapat optimal karena terdapat berbagai permasalahan, seperti; (1) terlalu cepatnya perubahan berbagai peraturan perundang-undangan sehingga menimbulkan kebingungan ditingkat pelaksana dan terkadang peraturan perundang-undangan yang dibutuhkan kurang lengkap dan memadai; (2) fasilitasi oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah masih sering terlambat; (3) terbatasnya tingkat kesejahteraan para penyelenggaran pemerintahan desa; (4) sebagian kualitas aparat pemerintahan desa masih terbatas dalam menggalang partisipasi masyarakat, menumbuhkan keswadayaan dan kemandirian dalam membangun, memanfaatkan, memelihara serta mengembangkan hasil-hasil pembangunan; (5) sangat terbatasnya sarana dan prasarana pemerintahan desa (6) belum terdapat kepastian mengenai kewenangan dan sumber pendapatan (7) dan lain sebagainya (silahkan nambahin permasalahan..). Bertolak dari permasalahan diatas, Pemerintah menetapkan berbagai kebijakan untuk memberdayakan, memantapkan, menguatkan Pemerintahan Desa. Kebijakan dimaksud antara lain: (a) Pemantapan kerangka aturan;(b) Penataan kewenangan dan standar pelayanan minimal Desa; (c) Pemantapan kelembagaan; (d) Pemantapan administrasi dan keuangan Desa; (e) Peningkatan sumber daya manusia penyelenggara pemerintahan desa dan (f) peningkatan kesejahteraan para penyelenggara pemerintahan desa.

www.forumdesa.org
Untuk melaksanakan kebijakan sebagaimana diurai diatas, program prioritas yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah meliputi:

1. Pemantapan kerangka aturan:


Lingkup kegiatannya yaitu; mempercepat penyelesaian Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah, Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa dan Tata Tertib Badan Permusyawaratan Desa yang sesuai dengan prinsip keanekaragaman, demokratisasi, otonomi, partisipasi dan pemberdayaan masyarakat.

2. Penataan organisasi dan kewenangan:


Lingkup kegiatannya yaitu; penataan organisasi Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Lembaga Kemasyarakatan Desa beserta kewenangan yang harus dimilikinya;

3. Pemantapan sumber pendapatan dan kekayaan desa:


Lingkup kegiatannya yaitu; penataan manajemen perimbangan keuangan antara Kabupaten/Kota dengan Desa terutama mengenai alokasi dana desa, upaya peningkatan pendapatan asli desa, upaya penga-daan bantuan dari pemerintah dan pemerintah provinsi kepada desa, pembentukan badan usaha milik desa serta peningkatan dayaguna dan hasil guna aset yang dimiliki maupun yang dikelola oleh desa.

4. Penataan sistem informasi dan administrasi pemerintahan desa yang mudah, cepat, dan murah
terutama yang berkaitan dengan kebutuhan dasar.

5. Pemantapan dan pengembangan kapasitas:


Lingkup kegiatannya yaitu; meningkatkan kapasitas Kepala Desa, Perangkat Desa, anggota Badan Permusyawaratan Desa agar lebih mampu menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat secara demokratis, transparan dan akuntabel berdasarkan nilai-nilai sosial budaya setempat.

6. Pengadaan sarana dan prasarana:

Lingkup kegiatannya yaitu; penyediaan sarana dan prasarana pemerintahan desa yang memadai dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pelayan masyarakat yang terdepan.

ARAH KEBIJAKAN PEMBARUAN DESA


Untuk lebih memberdayakan pemerintahan desa dalam melayani masyarakat menuju kesejahteraan sebagai tujuan otonomi daerah, Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa sebagai tindaklanjut amanat UU 32/2004. Proses penyusunan PP Nomor 72/2005 secara mendasar mengikuti proses penyusunan suatu produk peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004, karena itu pada saat penyusunan pokok-pokok pikiran dan substansi pengaturannya melibatkan berbagai lintas pelaku (Pemerintahan Desa, Camat, Pemda, Perguruan Tinggi, LSM, Asosiasi dan lembaga donor) yang betul-betul berkompeten untuk itu. Pokok-pokok pikiran untuk menyusun substansi PP Nomor 72/2005 antara lain; hal-hal yang berkaitan dengan proses-proses pembagian kewenangan, perwujudan kedaulatan rakyat, keanekaragaman, demokratisasi, partisipasi, transparansi, akuntabilitas, efisiensi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, ekonomi kerakyatan, adat-istiadat, sistim nilai masyarakat dan kesejahteraan yang kesemuanya itu dalam rangka memberdayakan desa dan memperkuat otonomi desa.

www.forumdesa.org
Secara garis besar substansi pengaturan tentang desa dalam PP Nomor 72/2005 antara lain: 1. Pembentukan dan Perubahan Desa (Pasal 2-6): Pada dasarnya Desa dibentuk adalah untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan. Proses pembentukan Desa dan/atau pemekaran dari satu menjadi dua desa atau lebih dilakukan atas prakarsa masyarakat. Jika akan ada perubahan status desa menjadi kelurahan maka perubahan itu dapat terjadi atau dapat dilakukan apabila disetujui paling sedikit dua pertiga penduduk desa bersangkutan yang mempunyai hak pilih. Proses pembentukan, penggabungan, pemekaran, penghapusan dan perubahan status menjadi kelurahan semuanya terpusat kepada prakarsa dan kehendak masyarakat itu sendiri. Kewenangan Desa (Pasal 7-10): Selain urusan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul, Desa mempunyai kewenangan yang bersumber dari urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kab/Kota yang diserahkan pengaturannya kepada Desa. Urusan pemerintahan Kab/Kota yang diserahkan pengaturannya kepada Desa adalah urusan pemerintahan yang merupakan kewenangan wajib dan/atau kewenangan pilihan Kab/Kota yang secara langsung dapat meningklakan pelayanan dan pemberdayaan masyarakat dengan memperhatikan kebutuhan, efisiensi pelaksanaan dan kemampuan desa. Pelaksanaan kewenangan Kabupaten/Kota yang diserahkan kepada desa, disertai dengan pembiayaan yang bersumber dari APBD Kabupaten/Kota bersangkutan. Disamping itu Desa mempunyai kewenangan berdasarkan tugas pembantuan dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah dan Desa berhak menolak tugas pembantuan tersebut apabila tidak disertai dengan pembiayaan, prasarana dan sarana serta sumberdaya manusia. Selanjutnya, Desa juga mempunyai urusan pemerintah lainnya yang oleh peraturan perundang-undangan diserahkan kepada desa. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (Pasal 11-54) a. Pemilihan Kepala Desa bersifat langsung, umum, bebas, rahasia adil dan jujur. Proses pemilihan Kepala Desa dimulai dengan pendaftaran calon, penjaringan, penyaringan, pengumuman calon, kampanye dan pemungutan suara. Untuk melaksanakan pemilihan Kepala Desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) membentuk Panitia Pemilihan yang terdiri dari unsur perangkat desa, pengurus lembaga kemasyarakatan, tokoh adat, tokoh agama, tokoh wanita, tokoh pemuda dan pemuka masyarakat lainnya sesuai kebutuhan dan dalam melaksanakan tugasnya panitia pemilihan bertanggungjawab kepada BPD. Calon Kepala Desa yang dinyatakan terpilih adalah yang mendapatkan suara terbanyak. b. Pemilihan Kepala Desa dan masa jabatan kepala desa dalam kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan yang diakui keberadaannya berlaku ketentuan hukum adat setempat. c. Kepala Desa pada dasarnya bertanggungjawab kepada rakyat yang prosedur pertanggungjawabannya disampaikan kepada Bupati/Walikota melalui Camat. Kepada BPD, Kepala Desa wajib memberikan keterangan laporan pertanggungjawaban dan kepada rakyat menyampaikan informasi pokok-pokok pertanggungjawabannya, namun tetap memberikan peluang kepada masyarakat melalui BPD untuk menanyakan dan/atau meminta keterangan lebih lanjut hal-hal yang berkaitan dengan pertanggungjawaban dimaksud. d. Kepala Desa memiliki kewajiban untuk bersifat non partisan dan netral terhadap semua partai politik serta tidak diskriminatif dalam pengambilan keputusan dan memberikan pelayanan pada masyarakat, khususnya berkenaan dengan kegiatan dan dinamika politik termasuk pelaksanaan pemilihan presiden dan pemilihan Kepala Daerah. Karena itu Kepala Desa Tidak terlibat dalam kegiatan kampanye, tidak terlibat baik secara formal maupun tidak formal dalam memberikan penyuluhan-penyuluhan untuk kepentingan calon tertentu. Tidak menjadi penghubung antara calon tertentu dengan masyarakat. Kepala Desa dilarang membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye. e. Untuk menjaga dinamika sirkulasi kepemimpinan ditingkat desa dan supaya tidak muncul Kepala Desa seumur hidup dengan alasan-alasan tertentu maka Kepala Desa harus mempunyai periode kepempinan. Karena itu salah satu persyaratan untuk menjadi Kepala
3

2.

3.

www.forumdesa.org
Desa adalah belum pernah menjabat sebagai Kepala Desa paling lama 10 (sepuluh) tahun atau dua kali masa jabatan. Pemerintah Desa terdiri dari Kepala Desa dan Perangkat Desa. Perangkat Desa terdiri dari Sekretaris Desa dan Perangkat Desa lainnya. Perangkat Desa lainnya terdiri dari Sekretariat Desa, Pelaksana Teknis Lapangan seperti Kepala Urusan dan unsur kewilayahan seperti Kepala Dusun. Perangkat Desa bertugas membantu Kepala Desa dan dalam melaksanakan tugasnya bertanggung-jawab kepada Kepala Desa. Perangkat Desa lainnya diangkat oleh Kepala Desa dari penduduk desa bersangkutan. Pengangkatan Perangkat Desa ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa. Sekretaris Desa di isi dari Pegawai Negeri Sipil, Sekretaris Desa yang ada selama ini yang bukan Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat diangkat secara bertahap menjadi Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan Peraturan perundang-undangan. Penetapan Sekretaris Desa dari pegawai negeri sipil atau menjadi pegawai negeri sipil tidaklah dimaksudkan untuk merusak tatanan pemerintahan ditingkat desa ataupun memperpanjang tangan birokrasi sehingga memporak porandakan kehidupan demokrasi diaras akar rumput. Tujuan mempegawai negerikan sekretaris desa adalah untuk meningkatkan manajemen perkantoran, administrasi umum termasuk administrasi keuangan. Dengan adanya Alokasi Dana Desa yang bersumber dari bagian dana perimbangan antara pusat dan daerah yang diterima oleh Kab/Kota, mengharuskan pengelolaan keuangan negara yang ada di desa lebih professional dan akuntabel sejalan dengan peraturan perundangan yang mengatur tentang keuangan negara dan perbendaharaan. Dalam hal inilah sekretaris desa akan membantu Kepala Desa. Kepala Desa dan Perangkat Desa diberikan penghasilan tetap setiap bulan dan/atau tunjangan lainnya paling sedikit sama dengan Upah Minimum Regional Kabupaten/Kota dengan tetap memperhatikan kemampuan keuangan desa. Sekretaris Desa yang berstatus sebagai pegawai negeri sipil tidak termasuk dalam hal ini. Badan Perwakilan Desa diganti namanya menjadi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) atau sebutan lain dan berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. Fungsi BPD adalah menetapkan peraturan desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Dalam melaksakan fungsinya, BPD mempunyai wewenang membahas rancangan peraturan desa bersama kepala desa, melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan peraturan kepala desa, mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala desa, menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyarakat serta menyusun tata tertib BPD. Berkaitan dengan kewenangan melaksanakan pengawasan, BPD tidak dalam kapasitas untuk menolak ataupun menerima laporan penyelenggaraan pemerintahan desa yang disampaikan oleh Kepala Desa namun memberikan penilaian dalam rangka meningkatkan kinerja pemerintah desa. Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat. Yang bermusyawarah dan bermufakat untuk menetapkan anggota BPD terdiri dari Ketua Rukun Warga, Pemangku Adat, Golongan profesi, Pemuka Agama dan Tokoh atau Pemuka masyarakat lainnya (tidak termasuk pemerintah desa). Masa jabatan anggota BPD adalah 6 (enam) tahun dan dapat diangkat/diusulkan kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya. Anggota BPD mempunyai hak untuk memperoleh tunjangan penghasilan dan untuk kegiatan BPD disediakan biaya operasional sesuai kemampuan keuangan desa. Mengingat proses penetapan calon anggota BPD berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2004 diproses melalui musyawarah mufakat sedangkan berda-sarkan UU Nomor 22 Tahun 1999 diproses melalui pemilihan secara langsung oleh masyarakat maka bagi para anggota BPD yang pada saat berlaku UU Nomor 32 Tahun 2004 telah berakhir masa jabatannya, yang bersangkutan tetap melaksanakan tugas sampai dengan terpilihnya para anggota BPD yang diproses melalui mekanisme sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan sebagai pe-laksanaan dari UU Nomor 32 Tahun 2004.

f.

g.

h.

i.

j.

k. l. m.

www.forumdesa.org
4. Peraturan Desa dan Perencanaan Pembangunan Desa (psl 55-66) a. Peraturan Desa ditetapkan oleh Kepada Desa bersama BPD, untuk melaksanakan peraturan desa, Kepala Desa menetapkan Peraturan Kepala Desa dan/atau Keputusan Kepala Desa. Peraturan Kepala Desa dan/atau Keputusan Kepala Desa tidak boleh bertentangan dengan peraturan desa. Dalam setiap menyusun perturan desa (termasuk peraturan daerah) masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan atau tertulis dalam rangka penyiapan atau pembahasan rancangan. b. Rancangan peraturan desa tentang APBDesa yang telah disetujui bersama sebelum ditetapkan oleh Kepala Desa disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota untuk dievaluasi. Yang dimaksud dievaluasi dalam hal ini bertujuan untuk tercapainya keserasian antara kebijakan desa dan kebijakan daerah, keserasian antara kepentingan publik dan kepentingan aparatur desa. Demikian juga halnya dengan APBD Kabupaten/Kota. Rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan Bupati/Walikota tentang penjabaran APBD sebelum ditetapkan oleh Bupati/ Walikota disampaikan kepada Gubernur untuk dievaluasi. Pemaknaan dievaluasi dalam hal ini adalah termasuk melihat apakah Alokasi Dana Desa dialokasikan secara benar sesuai peraturan perundangundangan. c. Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa disusun perencanaan pembangunan desa sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan daerah. Perencanaan pembangunan desa disusun secara partisipatif dan wajib melibatkan RT,RW, Karang Taruna, PKK, LPM. Keuangan Desa (pasal 67-81) Dalam upaya peningkatan pelayanan dasar dan pemberdayaan masyarakat, pemerintahan desa sebagai unit pemerintahan terdepan yang berhubungan langsung dengan masyarakat didukung dana dalam melaksanakan tugas-tugasnya. a. Disamping pendapatan asli desa, bantuan dari pemerintah dan pemerintah daerah serta hibah dan sumbangan, Desa mempunyai hak memperoleh bagi hasil pajak daerah paling sedikit 10 % (sepuluh per seratus) dan retribusi daerah kabupaten/kota diluar upah pungut. Kemudian Desa juga mendapatkan bagian paling sedikit 10 % (sepuluh per seratus) dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota yang pembagiannya untuk setiap desa secara proporsional yang merupakan alokasi dana desa (yang dimaksud dengan bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah adalah terdiri dari dana bagi hasil pajak dan sumber daya alam ditambah dana alokasi umum setelah dikurangi belanja pegawai). b. Berkaitan dengan Tanah Kas Desa yang pernah dikenal dengan sebutan Tanah Bengkok, tidak dibenarkan dikelola langsung oleh Kepala Desa dan Perangkat Desa. Hasil Tanah Kas Desa merupakan pendapatan desa yang tercatat dalam pos penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. Penggunaan hasil tanah kas desa untuk membiayai operasional pemerintahan desa, tunjangan/gaji Kepala Desa dan Perangkat Desa serta pemberdayaan masyarakat. c. Untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan Desa, pemerintah desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa. Kerjasama Desa (pasal 82-88) Desa dapat mengadakan kerjasama antar Desa dan kerjasama dengan pihak ketiga. Kerjasama dilakukan dengan tujuan untuk kepentingan desa dan setiap kerjasama yang membebani masyarakat harus mendapat persetuan BPD. Dalam hal pembangunan kawasan perdesaan, Kabupaten/Kota atau pihak ketiga yang akan melakukannya wajib mengikutsertakan pemerintah desa dan BPD. Kemudian, dalam perencanaan, pelaksanaan pembangunan, dan pendayagunaan kawasan perdesaan wajib mengikutsertakan masyarakat sebagai upaya pemberdayaan masyarakat. Lembaga Kemasyarakatan (pasal 89-97) Di desa dapat dibentuk lembaga kemasyarakatan sebagai mitra pemerintahan desa dalam pemberdayaan masyarakat dan ditetapkan melalui peraturan desa. Pengurus lembaga kemasyarakatan dipilih secara musyawarah dari anggotanya.
5

5.

6.

7.

www.forumdesa.org
Tiap lembaga kemasyarakatan yang ada di desa bersifat mandiri dan bukan sub ordinasi dari lembaga kemasyarakatan lainnya yang ada di desa bersangkutan. Dalam pengaturan lebih lanjut tiap lembaga kemasyarakatan dipertegas berdasarkan fungsi yang diemban, sedangkan lembaga lainnya yang dibentuk untuk kepentingan pelaksanaan program tertentu yang bersifat sementara tidak termasuk dalam pengertian lembaga kemasyarakatan sebagaimana dimaksud oleh PP 72/2005.

PROGRAM AKSI
Pemerintah secara terus menerus bertekad menyempurnakan peraturan perundang-undangan mengenai Desa yang sesuai dengan prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik dan bersih dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berkaitan dengan itu, dalam tahun anggaran 2006 akan dilakukan perintisan awal penyusunan Undang-Undang Tentang Desa. Kemudian dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa dan Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005, akan dilakukan kegiatan-kegiatan; (1) sosialisasi PP 72 dan 73 Tahun 2005, (2) fasilitasi penyusunan Peraturan Daerah mengenai Desa, (3) pengkajian terhadap kewenangan dan keuangan Desa, (4) pengkajian terhadap kesatuan masyarakat hukum adat dan lembaga adat (5) fasilitasi peningkatan pengetahuan dan kemampuan para penyelenggaran pemerintahan desa (6) penyusunan berbagai pedoman yang berkaitan dengan administrasi desa, penetapan dan penegasan batas desa, tata naskah dinas dilingkungan pemerintahan desa, aset dan kekayaan desa, badan usaha milik desa, asosiasi/paguyuban/forum pemerintah desa dan BPD serta (7) evaluasi terhadap peraturan daerah kabupaten/kota yang berkaitan dengan desa.

PENUTUP
Demikian beberapa hal yang dapat disampaikan pada Lokakarya Renstra FPPD ini dan terima kasih kepada panitia penyelenggara karena saya diberi kesempatan menyampaikan berbagai informasi dalam rangka pemantapan penenyelenggaraan pemerintahan desa. Melalui panitia saya menitipkan permohonan maaf untuk disampaikan kepada semua peserta karena secara pribadi tidak bisa hadir, sebab dalam waktu yang bersamaan saya sedang melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan gampong di provinsi Nanggro Aceh Darusalam dan tidak diduga saudara Najib (LGSP) juga melakukan hal yang sama. Selanjutnya pada kesempatan yang berharga ini, ijinkan kami menyampaikan ucapan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada saudara-saudaraku yang telah memberikan berbagai pandangan dan masukan sewaktu saya bersama tim menyusun PP 72 dan PP 73 Tahun 2005. Khusus kepada Bapak Sukirman Wakil Bupati Serdang Bedagai (tempat kelahiran saya) kami dan masyarakat menunggu karya nyatanya. Kita memang harus terus bekerja keras dan memikirkan bagaimana menuju Desa yang ideal.

Wassalam. E.B. Sitorus. HP. 0813 104 66666 *). Direktorat Pemerintahan Desa dan Kelurahan, Ditjen PMD DEPDAGRI *). SC.FPPD *). Pusat Study Otonomi Desa

You might also like