You are on page 1of 15

[HOTD] puasa enam haRi

November 2nd, 2006

Hadist Riwayat Muslim,


Dari Abu Ayub al-Ansari r.a., bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda: “Barangsiapa berpuasa
Ramadhan, kemudian ia mengiringinya dengan puasa enam hari di bulan Syawal, adalah
puasanya itu seperti puasa sepanjang masa.

Links:
[puasa enam haRi dalam bulan syawal]
http://hadisjakim.islam.gov.my/Display.asp?ID=282&URL=patr30048.htm
[benaRkah puasa syawal haditsnya dha’if ?]
http://www.syariahonline.com/new_index.php/id/2/cn/4015
[apakah puasa enam haRi syawal dihaRuskan teRus meneRus ?]
http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1639&bagian=0
[apakah fadhilat puasa enam haRi bulan syawal?]
http://www.sukns.gov.my/mufti/index.php?option=com_content&task=view&id=191&Itemid=16
4
[puasa syawal dulu atau qadha` dulu ?]
http://www.syariahonline.com/new_index.php/id/15/cn/11443
[puasa enam teRbaik - tunaikan secaRa beRasingan]
http://www.mail-archive.com/mymasjid@yahoogroups.com/msg00421.html
[puasa di bulan syawal]
http://www.syariahonline.com/new_index.php/id/2/cn/11399
[puasa enam haRi di bulan syawal]
http://www.jaring.my/weblog/comments.php?id=1326
[mengganti puasa wajib di bln syawal]
http://www.syariahonline.com/new_index.php/id/2/cn/4191
[bagaimana menjalankan puasa enam haRi bulan syawal ?]
http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1657&bagian=0

-perbanyakamalmenujusurga-

http://www.syariahonline.com/new_index.php/id/15/cn/11443
Puasa Syawal Dulu Atau Qadha` Dulu ?

Pertanyaan:

Assalamu'alaikum wr wb......

Mau tanya, lebih utama mana puasa Syawal atau puasa bayar (kalah puasa di bulan Ramadhan
karena haidh)?

Jazakillah

Wassalamu'alaikum wr wb.......

Ukhti

Jawaban:
Assalamu `alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh

Alhamdulillahi rabbil `alamin, washshalatu wassalamu `ala sayyidil mursalin, wa ba`du,

Pada dasarnya waktu yang tersedia untuk membayar puasa qadha` Ramadhan itu terbentang
luas hingga menjelang Ramadhan tahun depan (berikutnya). Sedangkan kesempatan untuk
puasa sunnah Syawwal hanya terbatas pada bulan Syawwal saja.

Dan seiring dengan kenyataan itu, juga tidak ada larangan untuk melakukan puasa sunnah
syawwal meski masih punya hutang puasa wajib Ramadhan.

Disisi lain, menggabungkan dua niat dengan satu amal, yaitu berpuasa di bulan Syawwal dengan
niat puasa sunnah sekaligus membayar qadha`, bukanlah pilihan yang dibenarkan oleh
kebanyakan ulama. Karena masing-masing memliki dasar hukum dan landasan yang berbeda.

Tetapi bila bisa mengqadha` terlebih dahulu di bulan syawwal dan kemudian masih ada
kesempatan berpuasa 6 hari di bulan Syawwal, tentu lebih utama.

Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,


Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.

http://www.syariahonline.com/new_index.php/id/2/cn/11399

Puasa Di Bulan Syawal

Pertanyaan:

Mohon penjelasan puasa dibulan syawal dan pelaksanaannya ?


Bila dilaksanakan pada hari senin dan kamis selama 3 minggu apa ini juga diperkenankan,
dalam konteks pertanyaan di atas ?

Rudi Prayogo

Jawaban:

Assalamu `alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh

Alhamdulillahi rabbil `alamin, washshalatu wassalamu `ala sayyidil mursalin, wa ba`du,

Puasa-puasa sunnah itu adalah ibadah sunnah yang masing-masing berdiri sendiri. Masing-
masing punya ketentuan, hikmah, waktu pelaksanaan, tujuan dan jenis pahala sendiri-sendiri.

Terkadang bisa jadi dalam pelaksanaannya jatuh di hari yang sama. Misalnya puasa 6 hari bulan
Syawwal bisa saja jatuh pada hari Senin dan Kamis, atau jatuh pada tanggal 13, 14 dan 15
bulan Hijriyah (Puasa Ayyamul Biidh). Kalau kita sengaja menjatuhkan puasa 6 hari Syawwal
pada hari Senin dan Kamis, tentu tidak ada larangannya. Namun yang perlu dipasitkan adalah
niatnya. Sebab puasa itu harus dengan niat, bila tidak ada niat yang pasti, tentu puasanya tidak
syah.

Kami cenderung berpendapat bahwa hanya ada satu niat untuk satu ibadah puasa. Sehingga
tidak pada tempatnya bila kita melakukan satu hari ibadah puasa dengan tiga niat sekaligus.
Misalnya pada hari Senin di bulan Syawwal kita berniat puasa Senin Kamis, sekaligus berniat
puasa 6 hari Syawwal dan sekaligus juga berniat puasa ayyamul Biidh. Secara nalar, tiga niat
untuk satu hari puasa sulit diterima.

Meskipun demikian, tentu tidak ada larangan untuk menjatuhkan hari puasa Syawwal pada
setiap hari Senin dan Kamis saja. Sebab diantara penjelasan tentang pilihan Rasulullah SAW
berpuasa pada hari Senin dan Kamis adalah bahwa pada hari itu catatan amal manusia sedang
dilaporkan ke langit. Dan beliau SAW ingin bila pada hari itu beliau sedang dalam keadaan
puasa. Kalau pada hari itu Anda sedang berpuas meski bukan secara khusus puasa senin kami,
tentu saja tidak ada larangan.

Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,


Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.

http://www.syariahonline.com/new_index.php/id/2/cn/4191

Mengganti Puasa Wajib Di Bln Syawal

Pertanyaan:

Assalamu'alaikum wr.wb.
seorang rekan wanita di kampung saya,mempunyai masalah ,beliaunya bingung ingin mengganti
puasa wajib di bulan syawal tetapi ingin berpuasa sunah 6 hari dibulan syawal.
menurutnya dia tdk ingin kehilangan ibadah puasa sunah di bulan syawal.sedangkan niat
mengganti puasa ramadhannya diluar bulan syawal.... jadi mana dulu yang didahulukan.sekian.
wassalam.

Namlih

Jawaban:

Assalamu `alaikum Wr. Wb.


Al-Hamdulillahi Rabbil `Alamin, Washshalatu Wassalamu `Alaa Sayyidil Mursalin, Wa `Alaa
`Aalihi Waashabihi Ajma`in, Wa Ba`d

Pada dasrnya tidak ada larangan untuk melakukan puasa sunnah syawwal meski masih punya
hutang puasa wajib Ramadhan.

Hal ini disebabkan waktu yang tersedia untuk membayar puasa qadha` Ramadhan itu
terbentang luas hingga menjelang Ramadhan tahun depan (berikutnya). Sedangkan kesempatan
untuk puasa sunnah Syawwal hanya terbatas pada bulan Syawwal saja.

Disisi lain, menggabungkan dua niat dengan satu amal, yaitu berpuasa di bulan Syawwal dengan
niat puasa sunnah sekaligus membayar qadha`, bukanlah pilihan yang dibenarkan oleh
kebanyakan ulama. Karena masing-masing memliki dasar hukum dan landasan yang berbeda.
Tetapi bila bisa mengqadha` terlebih dahulu di bulan syawwal dan kemudian masih ada
kesempatan berpuasa 6 hari di bulan Syawwal, tentu lebih utama.

Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,


Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.

http://www.syariahonline.com/new_index.php/id/2/cn/4015

Benarkah Puasa Syawal Haditsnya Dha�if ?

Pertanyaan:

Ass wr wb,
Yth Pak Ustadz,
Saya ingin menanyakan tentang hadits puasa sawal,sebab saya pernah dengar bahwa puasa
sawal hadistnya lemah apa betul Pak Ustadz,mohon penjelasan.
Wasslam Wr Wb
Tarmizi

Tarmizi Abdullah

Jawaban:

Assalamu `alaikum Wr. Wb.


Al-Hamdulillahi Rabbil `Alamin, Washshalatu Wassalamu `Alaa Sayyidil Mursalin, Wa `Alaa
`Aalihi Waashabihi Ajma`in, Wa Ba`d

Ketentuan tentang masyru`iyah puasa sebanyak 6 hari di bulan syawwal didasarkan pada
Rasulullah SAW yang shahih riwayat Imam Muslim.

Dari Abi Ayyub Al-Anshari ra bahwa orang yang puasa ramadhan lalu dilanjutkan dengan puasa 6
hari Syawwal, maka seperti orang yang berpuasa setahun(HR. Muslim).

Juga ada hadits lainnya yang juga menguatkan masyru�iyah puasa syawwal, yaitu hadits
Tsauban berikut ini :

Dari Tsauban ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,�Puasa ramadhan pahalanya seperti
puasa 10 bulan. Dan puasa 6 hari setelahnya (syawwal) pahalanya sama degan puasa 2 bulan.
Dan keudanya itu genap setahun).

Sebagian kalangan Al-Hanafiyah tidak menganggapnya sunnah

Kalau pun ada yang mengatakan tidak ada kesunnahan puasa 6 hari bulan syawwal, maka
itu adalah pendapat menyendiri dari kalangan mazhab Al-Hanafiyah. Diriwayatkan bahwa
Al-Imam Abu Hanifah mengkarahahkan puasa 6 hari syawwal baik berturut-turut maupun
tidak berturutan. Sedangkan Abu Yusuf, salah seorang ulama dari mazhab Al-Hanafiyah
mengatakan bahwa karahahnya hanyalah bila puasa 6 hari syawwal itu dilakukan dengan
cara berturut-turut. Sedangkan bila dilakukan dengan tidak berturut-turut, maka tidak
makruh.

Namun para ulama Al-Hanafiyah dari kalangan mutaakhirin tidak berpendapat sebagaimana
pendapat Al-Imam Abu Hanifah. Mereka sebagaimana pendapat dari mazhab lainnya
menyatakan bahwa puasa 6 hari di bulan syawwal itu memang hukumnya sunnah.

Dan sebagaimana kami katakan, bahwa jumhurul fuqaha baik dari kalangan Al-Malikiyah,
Asy-Syafi'iyah mapun Al-Hanabilah semua sepakat mengatakan bahwa puasa 6 hari di bulan
Sawwal itu hukumnya sunnah. Meskipun mereka berbeda pendapat tentang cara
melakukannya.

Haruskah dilakukan berturut-turut atau tidak ?

a. Asy-Syafi'iyah dan sebagian Al-Hanabilah

Al-Imam Asy-Syafi'i dan sebagian fuqaha Al-Hanabilah mengatakan bahwa afdhalnya puasa 6
hari Syawwal itu dilakukan secarar berturut-turut selepas hari raya �Iedul fithri. Yaitu
tanggal 2 hingga tanggal 7 Syawwal. Dengan alasan agar jangan sampai timbul halangan bila
ditunda-tunda.

b. Mazhab Al-Hanabilah

Tetapi kalangan resmi mazhab Al-Hanabilah tidak membedakan apakah harus berturut-turut
atau tidak, sama sekali tidak berpengaruh dari segi keutamaan. Dan mereka mengatakan
bahwa puasa 6 hari syawwal ini hukumnya tidak mustahab bila yang melakukannya adalah
orang yang tidak puasa bulan ramadhan.

c. Mazhab Al-Hanafiyah

Sedangkan kalangan Al-Hanafiyah yang mendukung kesunnahan puasa 6 hari syawwal


mengatakan bahwa lebih utama bila dilakukan dengan tidak berturut-turut. Mereka
menyarankan agar dikerjakan 2 hari dalam satu minggu.

d. mazhab Al-Malikiyah

Adapun kalangan fuqaha Al-Malikiyah justru mengatakan bahwa puasa itu menjadi makruh
bila dikerjakan bergandengan langsung dengan bulan ramadhan. Yaitu bila langsung
dikerjakan mulai pada tanggal2 syawwal selepas hari �Iedul fithri. Bahkan mereka
mengatakan bahwa puasa 6 hari itu juga disunnahkan di luar bulan syawwal, seperti 6 hari
pada bulan Zulhijjah.

Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,


Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.

http://www.mail-archive.com/mymasjid@yahoogroups.com/msg00421.html

Puasa enam terbaik - Tunaikan secara berasingan

Oleh ZUARIDA MOHYIN

MENURUT Pensyarah Fakulti Syariah dan Undang-undang, Kolej Universiti Islam Malaysia (KUIM),
Wan Abdul Fatah Wan Ismail, ibadat puasa mengandungi fadilat yang amat besar tanpa mengira
sama ada ia wajib ataupun sunat.

Kenyataan ini, di sandarkan kepada sabda Rasulullah s.a.w. dalam sebuah hadis Qudsi riwayat
Imam Bukhari bermaksud: Setiap amalan anak Adam (manusia) adalah untuknya (dapat
diperiksa sendiri dan dinilai baik buruknya), melainkan amalan puasa, maka sesungguhnya
puasa itu untuk-Ku (Aku sendiri yang dapat memeriksa dan menilainya) dan oleh sebab itu Aku
sendiri akan menentukan berapa banyak balasan yang perlu diberikan kepada mereka yang
berpuasa.

"Hakikatnya, hadis ini menyebut secara umum, tanpa mengira puasa itu sunat ataupun wajib.
Di antara fadilat paling besar yang terdapat di dalam puasa enam dan puasa yang lain, iaitu
Allah s.w.t. menjauhkan orang yang melakukannya daripada api neraka dengan jarak tujuh
puluh tahun.

"Sabda Rasululullah s.a.w. dalam sebuah hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim bermaksud:
Sesiapa yang berpuasa semata-mata mencari keredhaan Allah s.w.t., nescaya akan Allah
menjauhkannya daripadanya api neraka sejauh tujuh puluh tahun.

"Maka jelaslah di sini, dengan berpuasa kita akan dapat menyelamatkan diri daripada azab
Allah s.w.t., walaupun ia hanya puasa sunat," kata Wan Abdul Fatah sewaktu ditemui di
pejabatnya, baru-baru ini.

Tambah beliau, mereka yang melaksanakan puasa enam juga akan diberi ganjaran seperti
berpuasa setahun. Ini dijelaskan di dalam sebuah hadis riwayat Imam Muslim, Rasulullah
bersabda yang bermaksud: Sesiapa yang berpuasa pada bulan Ramadan, diikuti enam hari pada
bulan Syawal, maka pahalanya seperti ia berpuasa selama setahun genap.

Para ulama menghuraikan rahsia di sebalik ganjaran tersebut dengan mendatangkan dalil
daripada sabda Rasulullah dalam sebuah hadis yang riwayat Imam an-Nasai bermaksud:
"Berpuasa pada bulan Ramadan seolah-olah berpuasa selama sepuluh bulan dan puasa enam
pada bulan syawal seperti berpuasa dua bulan."

Manakala di dalam kitab Sabila al-Muhtadin pula, dinyatakan bahawa setiap amalan kebaikan
manusia akan diganjari sebanyak 10 kali ganda. Puasa 30 hari pada bulan Ramadan diganjari
sebanyak 300 hari, manakala puasa enam hari pada bulan Syawal pula diganjari dengan 60 hari.
Jika dikira jumlahnya ialah 360 hari, ia menyamai jumlah hari di dalam setahun sebanyak 360
hari.

Selain itu kata beliau, sebagai manusia yang menjadi hamba kepada Allah, alangkah baiknya
seandainya amalan puasa yang diwajibkan ke atas kita pada bulan Ramadan ini kita teruskan
juga pada bulan Syawal, walaupun sekadar enam hari.

Ini seolah-olah menunjukkan bahawa kita tidak melakukan ibadat puasa semata-mata kerana
terpaksa atau kewajipan semata-mata tetapi kita melakukannya kerana rasa diri kita sebagai
seorang hamba yang benar-benar bersungguh-sungguh untuk taqarrub kepada Tuhannya.
Semuanya bertujuan membersihkan diri dan menundukkan hawa nafsu.

Malah dari sudut kesihatan, terang Wan Abdul Fatah lagi, pada bulan Ramadan sistem
pencernaan kita berehat selama sebulan pada siang hari, iaitu tanpa menerima sebarang
makanan ataupun minuman.

Kedatangan Syawal pula menyebabkan seolah-olah ia mengalami kejutan dengan tugas


mencerna pelbagai makanan pada hari raya dan hari-hari selepasnya, apatah lagi amalan
masyarakat kita suka mengadakan rumah terbuka.

"Oleh itu, puasa enam ini memberikan ruang kembali kepada sistem pencernaan badan untuk
berehat dan bertugas secara beransur-ansur untuk kebaikan jasmani manusia itu sendiri.

Menjawab waktu yang terbaik untuk berpuasa enam, kata Wan Abdul Fatah secara amnya waktu
untuk seseorang itu berpuasa enam ialah bermula pada 2 Syawal sehingga tamat Syawal.
"Namun berdasarkan pendapat para ulama, waktu yang terbaik, ialah memulakan puasa enam
pada 2 Syawal. Walau bagaimanapun, tidaklah disyaratkan berbuat demikian, bahkan tetap
akan mendapat pahala sekiranya melakukannya pada hari-hari lain pada bulan Syawal," katanya
yang terbaik puasa enam hendaklah dilaksanakan secara berturut-turut tetapi sekiranya
dilakukan secara berselang-seli juga tidak menjadi satu kesalahan. Ini sebagaimana dinyatakan
oleh Imam Khatib Syarbini dalam kitabnya, Mughni Muhtaj.

Menjelaskan beberapa salah faham yang sering kali wujud berkaitan puasa enam, akui beliau
persoalan yang sering timbul sekitar puasa enam di antaranya ialah; Adakah harus
menggabungkan dua puasa, iaitu puasa qada dan puasa sunat enam hari pada bulan Syawal?
Manakah yang lebih afdal, sama ada digabungkan kedua-duanya ataupun dibuat berasingan?

Dalam hal ini, kata Wan Abdul Fatah, di kalangan para ulama mempunyai beberapa pandangan
di antaranya;

i. Sudah cukup bagi seseorang yang ingin melakukan puasa qada dan puasa enam dengan
berniat puasa qada pada bulan Syawal, dan ia akan diganjari dengan dua ganjaran, sekali gus
seandainya dia bertujuan demikian dengan syarat dia perlu mendahulukan niat puasa qada
terlebih dahulu. Ini kerana puasa qada adalah wajib dan puasa enam adalah sunat.

ii. Ada yang berpendapat bahawa ganjaran puasa enam tetap akan diperoleh apabila seseorang
berpuasa qada sekalipun ia tidak berniat menggabungkan kedua-duanya, namun pahala yang
diperoleh kurang daripada orang yang berniat kedua-duanya.

iii. ada yang menyatakan bahawa jika seseorang berpuasa qada yang tertinggal pada bulan
Ramadan atau bulan selainnya, atau puasa nazar atau puasa sunat yang lain pada bulan Syawal,
maka ia akan tetap diganjari dengan pahala puasa enam, sekalipun ia tidak berniat bahkan jika
ia tidak mengetahui sekalipun tentang puasa enam. Ini kerana ia telah mencapai maksud hadis
Rasulullah s.a.w. agar berpuasa pada bulan Syawal.

"Sebenarnya, bagi mereka yang mengqada puasa pada bulan Syawal dan berniat melakukannya
bersama puasa enam, sememangnya telah mendapat pahala. Namun pahala yang diperoleh
tentulah kurang daripada orang yang melakukannya secara berasingan, iaitu melakukan puasa
qada terlebih dahulu. Setelah selesai qada, baru dilakukan pula puasa enam.

"Ini kerana kita berbalik kepada hadis yang dinyatakan sebelum ini, iaitu mereka berpuasa
sebulan penuh dalam bulan Ramadan dan diikuti enam hari pada bulan Syawal, menyamai
puasa selama setahun.

"Kemudian diperjelaskan lagi oleh hadis yang lain, iaitu berpuasa sebulan Ramadan sama
dengan sepuluh bulan dan berpuasa enam hari pada bulan Syawal sama dengan dua bulan. Maka
gabungan antara kedua-duanya menyamai setahun.

"Tapi bagi mereka yang meninggalkan puasa, sekalipun kerana uzur syarie dan tidak cukup
bilangan hari seperti yang dinyatakan di dalam hadis, iaitu sebulan Ramadan dan enam hari
Syawal, sudah tentulah tidak menyamai mereka yang berpuasa cukup bagi bilangan tersebut.

"Maka yang terbaik dilaksanakan ialah secara berasingan," kata Wan Abdul Fatah ini kerana
sebagai seorang hamba yang tunduk kepada Allah s.w.t., memperbanyakkan amalan taqarrub
dengan memisahkan antara yang menjadi kewajipan dengan yang menjadi galakan, sebagai
seorang hamba mencari keredhaan Allah.

Beliau turut mengambil contoh lain seperti solat tahiyatul masjid. Jika seseorang memasuki
masjid dan terus melakukan solat fardu bersama jemaah atau berseorangan, maka dia akan
diganjari dua pahala sekali gus, iaitu bersama pahala solat tahiyatul masjid. Namun ia tidak
menyamai dengan mereka yang terlebih dahulu solat tahiyatul masjid kemudian solat
berjemaah.

Manakala dalam kes-kes yang pernah berlaku, iaitu seseorang telah meninggalkan puasa
Ramadan yang besar bilangannya sehingga Syawal tersebut tidak memberikan kesempatan
untuknya melakukan dua puasa yang berasingan. Maka yang manakah patut diutamakan, sama
ada qada atau puasa enam.?

Kata Wan Abdul Fatah, menurut pendapat ulama dalam kitab Sabila al-Muhtadin, sekiranya
masa tidak mencukupi untuk berpuasa enam dalam bulan Syawal kerana mengqada puasa
Ramadan, maka dia boleh mengqadanya dalam bulan Zulkaedah.

"Namun, kebanyakan ulama berpendapat bahawa, sekalipun pahala puasa enam bersama puasa
qada akan diganjari bersama-sama puasa yang satu, seseorang yang melakukan kedua-duanya
secara berasingan tetap akan mendapat kelebihan yang banyak di sisi Allah s.w.t," tegas beliau
jelas.

http://www.jaring.my/weblog/comments.php?id=1326

Monday, December 1, 2003, 10:36 pm Print


PUASA ENAM HARI DI BULAN SYAWAL.....

Rasulullah SAW bersabda (yang bermaksud) : “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan
dan meneruskannya dengan enam hari di bulan Syawwal, maka (pahalanya) seolah-olah
berpuasa selama setahun” (Hadis riwayat Imam Muslim. Kitab Puasa). Hadis ini menjadi hujjah
kepada para ulama khususnya dan umat Islam seluruhnya untuk mengamalkan puasa sebanyak
enam hari di bulan Syawwal selepas berjaya menempuhi bulan Ramadhan dengan berpuasa
sebulan penuh.

Sebenarnya puasa enam hari ini mempunyai beberapa hikmah yang tertentu dari sudut
kesihatan manusia itu sendiri. Puasa selama sebulan penuh di bulan Ramadhan antaranya
menyebabkan sistem percernaam di dalam badan berehat seketika di waktu siang selama
sebulan. Kedatangan bulan Syawwal pula menyebabkan seolah-olah ia mengalami kejutan
dengan diberikan tugas mencerna pelbagai makanan pada hari raya dan hari-hari selepasnya,
apatah pula amalan masyarakat kita suka mengadakan kenduri pada musim-musim perayaan.
Pada hari raya, ia mencerna pelbagai jenis makanan bermula dari ketupat rendang sehinggalah
kepada nasi minyak. Oleh kerana itulah, puasa enam ini memberikan ruang kembali kepada
sistem pencernaan badan untuk berehat dan bertugas secara beransur-ansur untuk kebaikan
jasmani manusia itu sendiri.

Selain dari itu, sebagai manusia yang menjadi hamba kepada Allah SWT, alangkah baiknya
seandainya amalan puasa yang diwajibkan ke atas kita di bulan Ramadhan ini kita teruskan juga
di bulan Syawwal walaupun sekadar enam hari. Ini seolah-olah menunjukkan bahawa kita tidak
melakukan ibadat puasa semata-mata kerana ia menjadi satu kewajipan tetapi kerana rasa diri
kita sebagai seorang hamba yang benar-benar bersunguh-sungguh untuk taqarrub kepada
tuhannya. Bukankah ibadat puasa ini mengikut hadis sebenarnya mengekang nafsu syahwat?

Di dalam hadis tadi, Rasulullah SAW menyatakan bahawa puasa enam hari selepas bulan
Ramadhan akan diganjari pahala seolah-olah berpuasa selama setahun. Para ulama
menghuraikan rahsia di sebalik ganjaran tersebut dengan mendatangkan dalil bahawa setiap
amalan kebaikan manusia akan diganjari sebanyak 10 kali ganda. Puasa 30 hari di bulan
Ramadhan diganjari sebanyak 300 hari, manakala puasa 6 hari di bulan Syawwal pula diganjari
dengan 60 hari. Jika dikira jumlahnya ialah 360 hari, ia hampir menyamai jumlah hari di dalam
setahun sebanyak 360 hari! Subhanallah. Dan sesungguhnya Allah berhak untuk memberikan
ganjaran sebanyak mana yang dikehendakiNya.

Di antara persoalan yang sering timbul sekitar puasa enam ialah adakah harus menggabungkan
di antara dua puasa iaitu puasa qadha’ dan puasa enam hari di bulan Syawwal. Adakah diganjari
dengan kedua-dua pahala tersebut dengan pausa yang satu? Syeikh Atiyyah Saqr, mantan Ketua
Lajnah Fatwa Al-Azhar ketika ditanya tentang persoalan ini menyatakan bahawa sudah cukup
bagi seorang yang ingin melakukan puasa qadha’ dan puasa enam dengan berniat puasa qadha’
dibulan Syawwal, dan ia akan diganjari dengan dua ganjaran sekaligus seandainya dia bertujuan
demikian dengan syarat dia perlu mendahulukan niat puasa qadha’ terlebih dahulu. Ini adalah
kerana puasa qadha’ adalah wajib dan puasa enam adalah sunat.

Kebanyakan ulama Syafi’iyyah berpendapat bahawa ganjaran puasa enam tetap akan diperolehi
apabila seseorang berpuasa qadha’ sekalipun ia tidak berniat menggabungkan kedua-duanya,
namun pahala yang diperolehi kurang daripada seorang yang berniat kedua-duanya. Di dalam
kitab As-Syarqawi ‘Alat Tahrir yang dikarang oleh Syeikh Zakaria Al-Ansori dinyatakan bahawa
jika seseorang berpuasa qadha’ yang tertinggal di bulan Ramadhan atau bulan selainnya, atau
puasa nazar atau puasa sunat yang lain di bulan Syawwal, maka ia akan tetap diganjari dengan
pahala puasa enam sekalipun ia tidak berniat bahkan jika ia tidak mengetahui sekalipun
tentang puasa enam. Ini adalah kerana ia telah mencapai maksud hadis Rasulullah SAW agar
berpuasa di bulan Syawwal. Namun, pahala yang diperolehi tentulah kurang daripada orang
yang benriat kedua-duanya sekaligus. Beliau mengambil contoh solat tahiyyatul masjid, jika
seseorang memasuki masjid dan terus melakukan solat fardhu bersama jemaah atau
berseorangan, maka dia akan diganjari dengan dua pahala sekaligus iaitu bersama pahala solat
tahiyyatul masjid. Ini adalah kerana maksud solat tahiyyatul masjid ialah seseorang bersolat
selepas memasuki masjid sebelum ia duduk.

Namun, kebanyakan ulama berpendapat bahawa sekalipun pahala puasa enam bersama puasa
qadha’ akan diganjari bersama-sama puasa yang satu, seseorang yang melakukan kedua-duanya
secara berasingan tetap akan mendapat kelebihan yang banyak di sisi Allah SWT. Ini adalah
kerana sebagai seorang hamba yang tunduk kepada Allah SWT, memperbanyakkan amalan
taqarrub dengan memisahkan di antara yang menjadi kewajipan dengan yang menjadi galakan
tentulah lebih menunjukkan kesungguhan diri sebagai seorang hamba mencari redha tuhannya.

Persoalan seterusnya, bagaimanakah jika seseorang khususnya wanita ingin berpuasa secara
berasingan di antara puasa enam dan puasa qadha’, yang manakah yang sewajarnya
didahulukan? Adakah di dalam kes ini kaedah mendahulukan yang wajib dipakai? Syeikh Jaafar
Ahmad Tolhawi iaitu salah seorang ulama AL-Azhar menyatakan, puasa enam seharusnya
didahulukan kerana ia hanya boleh diamalkan di dalam bulan Syawwal sahaja. Adapun puasa
qadha’, seseorang itu bebas melakukan di dalam tempoh 10 bulan berikutnya sebelum tibanya
bulan Ramadhan yang akan datang. Ini bertepatan dengan amalan Ummul Mukmin Aisyah RA
yang berpuasa qadha’ di bulan Sya’ban dan diperakui oleh Rasulullah SAW dan dikira sebagai
sunnah taqririyyah. Namun, jika ia menggabungkan kedua-duanya sekaligus, ia juga diharuskan.

Sebagai kesimpulan, marilah kita sama-sama melakukan ibadat puasa enam yang digalakkan
oleh Rasulullah SAW ini. Samada ingin menggabungkan puasa enam dengan puasa yang lain atau
ingin melakukannya secara berasingan, itu terpulanglah kepada diri kita sendiri berdasarkan
kemampuan yang ada pada diri kita. Apa yang penting ialah kita ingin ia menjadi saksi di
hadapan Allah SWT nanti sebagai tanda bahawa diri ini benar-benar ingin mencari dan memburu
keredhaanNya. Semoga kita dimasukkan di dalam golongan yang mendapat kejayaan dunia dan
akhirat. Amin.

http://hadisjakim.islam.gov.my/Display.asp?ID=282&URL=patr30048.htm
Puasa Enam hari Dalam Bulan Syawal

Ini diterangkan dalam hadith yang berikut:

ِ‫صيَام‬
ِ َ‫ن ك‬
َ ‫ل كَا‬
ٍ ‫شوّا‬
َ ْ‫ستّا مِن‬
ِ ُ‫ن ثُمّ َأتْ َبعَه‬
َ ‫ل مَنْ صَامَ َرمَضَا‬
َ ‫صلّى الُّ عََليْ ِه وَسَلّمَ قَا‬
َ ِّ‫عنْهُ أَنّ رَسُولَ ال‬
َ ُّ‫لْنْصَارِيّ َرضِيَ ال‬ َ -48
َ ‫عنْ َأبِي َأيّوبَ ا‬
)‫ (رواه مسلم‬.ِ‫الدّهْر‬

48- Dari Abu Ayub al-Ansari r.a., bahawa Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa
berpuasa Ramadhan, kemudian ia mengiringinya dengan puasa enam hari dari bulan Syawal,
adalah puasanya itu seperti puasa sepanjang masa. "(1)

(Hadith Sahih - Riwayat Muslim)

Menurut huraian ulama' rahimahullah, "puasa enam" ini lebih afdhal dilakukan berturut-turut,
mulai dari 2 Syawal.

Dalam pada itu, boleh juga dilakukan dengan berselang, asalkan dapat disempurnakan dalam
bulan Syawal.

_______________________

1. Sahih Muslim bi Syarh al-Nawawi (8:56).

http://www.sukns.gov.my/mufti/index.php?option=com_content&task=view&id=191&Itemid=16
4

Apakah fadhilat puasa enam hari bulan Syawal?


__________________________________________________________________________

Sunat puasa enam ini berdasarkan sabda Baginda yang maksudnya :

‫صيَامِ الدّهْر‬
ِ َ‫شوّال كَانَ ك‬
َ ْ‫ستّا مِن‬
ِ ُ‫مَنْ صَامَ َرمَضَانَ ثُمّ َأتْ َبعُه‬

" Sesiapa yang berpuasa Ramadan kemudian diikuti dengan puasa enam hari pada bulan Syawal,
seolah-olah dia berpuasa sepanjang tahun." (Hadis riwayat Muslim).

Mengerjakan puasa sunat sebanyak enam hari dalam bulan Syawal setelah berpuasa Ramadan
sebulan penuh diibaratkan oleh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam sebagai berpuasa
sepanjang tahun kerana sebulan puasa Ramadan itu menyamai puasa sepuluh bulan dan puasa
enam pula menyamai dengan 60 hari atau dua bulan. Jika dicampurkan sepuluh bulan dengan
dua bulan, maka genaplah ia setahun, itulah yang dimaksudkan dengan puasa sepanjang tahun.
Perkara ini dijelaskan lagi dalam sebuah hadis, sabda Baginda yang maksudnya :

"Berpuasa sebulan (disamakan) dengan sepuluh bulan puasa, dan berpuasa enam hari
selepasnya (disamakan) dengan dua bulan puasa, maka kedua-duanya itu (jika dicampurkan)
genap setahun."

(Hadis riwayat Al-Darimi).


Berdasarkan hadis di atas juga, sebahagian ulama menjelaskan bahawa puasa enam hari dalam
bulan Syawal diberikan ganjaran yang sama dengan ganjaran puasa di bulan Ramadan, kerana
setiap kebajikan itu dibalas atau diberikan dengan sepuluh kali ganda. Sebagaimana juga
mereka mengatakan : "Membaca Surah Al-Ikhlas itu sama dengan membaca sepertiga Al-Quran.

Sabda Rasulullah saw,

ُ‫شوّال خَ َرجَ مِنْ ُذنُوبِهِ كَ َيوْم وُلِ َدتْهُ ُأمّه‬


َ ْ‫ستّا مِن‬
ِ ُ‫مَنْ صَامَ َرمَضَانَ ثُمّ َأتْ َبعُه‬

Yang bermaksud, " Sesiapa yang berpuasa Ramadan kemudian diikuti dengan puasa enam hari
pada bulan Syawal, keluar (dihapus) dosanya seolah-olah dia baru dilahirkan oleh ibunya.

• Seseorang mukmin yang mengqada'kan puasa fardhu dalam bulan Syawal untuk tujuan dapat
fadhilat puasa enam hari dalam bulan Syawal, bagaimana pandangan Islam tentang perkara ini?
__________________________________________________________________________

Bagi sesiapa yang mengqada'kan puasa fardhu dalam bulan Syawal akan mendapat puasa enam
hari dalam bulan Syawal sekalipun dengan niat qada' sahaja. Sekiranya dia berniat qada'
berasingan dengan niat puasa enam hari bulan Syawal itu adalah Afdhal.

Hal ini ditasybihkan dengan pendapat tentang solat sunat Tahiyyat al-Masjid. Seseorang itu
memperolehinya sama ada dengan solat fardhu atau solat sunat yang lain sekalipun tidak
berniat solat Tahiyyat al-Masjid Tahiyyat al-Masjid.

• Seseorang muslim yang sedang berpuasa sunat enam hari di bulan Syawal pada waktu yang
sama dia meraikan Aidil Fitri (ziarah atas undangan atau menyambut tetamu) dalam keadaan
dirinya berpuasa, bagaimana penyelesaian yang Islam anjurkan untuk dua keadaan ini?
__________________________________________________________________________

Sebagai maklumat awal:

• i. Haram berpuasa pada awal Syawal. Sehubungan dengan itu, kebanyakan orang mengambil
peluang pada hari tersebut untuk memenuhi undangan dan berziarah.

• ii. Puasa sunat enam hari bulan Syawal boleh dilakukan secara berturut-turut atau berasingan
dalam bulan Syawal.

• iii. Ia merupakan puasa sunat dan bukannya wajib.

• iv. Bagi seorang isteri perlu mendapatkan keizinan daripada suaminya.

Sekiranya dia didatangi tetamu hendaklah dia meraikan tetamunya. Sunat dia berbuka puasa
sunat tersebut. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah,

ُ‫ض ْيفَه‬
َ ْ‫مَنْ كَانَ ُي ْؤمِنُ بِال وَال َيوْمِ الخِرِ فَ ْلُيكْرِم‬

Yang bermaksud, Sesiapa beriman dengan Allah dan Hari Qiamat maka muliakanlah tetamunya.

Ini kerana tetamu yang datang membawa rezeki kepada tuan rumah. Sabda Rasulullah,

ِ‫حلَ رَحَلَ بِ ُذُن ْوبِ أَهْلِ ال َمنْـزِل‬


َ َ‫ وَإِذَا ر‬،ِ‫ضيْف فَـِإنّهُ إِذَا نَزَلَ نَزَلَ بِرِزْ ِقه‬
ّ ‫َأيّهَا النّاس لَ َتكْرَ ُهوْا ال‬
Yang bermaksud, Wahai manusia! Janganlah kamu membenci kehadiran tetamu. Sesungguhnya
mereka datang membawa rezeki dan apabila keluar (pulang) membawa dosa ahli rumah
tersebut keluar.

Dikemaskini ( Friday, 20 October 2006 )

http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1657&bagian=0

Bagaimana Menjalankan Puasa Enam Hari Bulan Syawal ?

Selasa, 8 Nopember 2005 06:54:30 WIB


Kategori : Puasa : Fiqih Puasa

BAGAIMANA MENJALANKAN PUASA ENAM HARI BULAN SYAWAL ?

Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Pertanyaan.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Apa cara yang paling baik dalam
menjalankan puasa enam hari bulan Syawal ?

Jawaban
Cara yang paling utama adalah berpuasa pada enam hari awal bulan syawal sesudah hari Idul
Fithri secara langsung, berturut-turut sebagaimana yang ditetapkan oleh para ulama, karena
cara itu lebih maksimal dalam mewujudkan pengikutan seperti yang dituturkan dalam hadits,
“Kemudian mengikutinya”, dan karena cara itu termasuk bersegera menuju kebajikan
yang diperintahkan oleh dalil-dalil yang menganjurkannya dan memuji orang yang
mengerjakannya, juga hal itu termasuk keteguhan hati yang merupakan bagian dari
kesempurnaan seorang hamba Allah, sebab kesempatan tidak selayaknya dibiarkan lewat
percuma ; karena seseorang tidak tahu apa yang dihadapkan kepadanya di kesempatan yang
kedua atau akhir perkara.

Inilah yang saya maksudkan dengan bersegera dalam beramal dan cepat-cepat mengambil
kesempatan, sebaiknya seseorang menjalankannya dalam segala urusannya di kala kebenaran
telah jelas nampak padanya.

PUASA ENAM HARI BULAN SYAWAL BAGI ORANG YANG PUNYA HUTANG PUASA WAJIB.

Pertanyaan.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Bagaimana pendapat anda tentang puasa
enam hari bulan Syawal bagi orang yang berkewajiban membayar hutang puasa wajib ?

Jawaban
Jawaban terhadap pertanyaan ini adalah sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“Artinya : Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian mengikutinya dengan enam hari
dari bulan Syawal, seolah-olah dia berpuasa sepanjang masa”[1]

Adapun jika seseorang masih menanggung hutang puasa lalu dia puasa enam hari, apakah dia
boleh mengerjakannya sebelum pelunasan hutang Ramadhan ataukah harus sesudahnya ?

Misalnya : Seorang laki-laki berpuasa Ramadhan sebanyak dua puluh empat hari, masih
terhutang atasnya enam hari, apabila dia berpuasa enam hari di bulan Syawal sebelum
mengerjakan enam hari puasa pengganti Ramadhan, maka tidak bisa dikatakan : Sesungguhnya
dia berpuasa Ramadhan, dan dia mengikutinya dengan enam hari bulan Syawal ; sebab dia tidak
dianggap berpuasa Ramadhan kecuali bila dia menyempurnakannya, atas dasar ini maka tidak
ditetapkan pahala puasa enam hari bulan Syawal bagi orang yang mengerjakannya padahal dia
masih punya tanggungan hutang puasa Ramadhan.

Masalah ini bukanlah termasuk hal diperselisihkan ulama tentang bolehnya puasa nafilah
(sunah) bagi orang yang masih memiliki tanggungan puasa wajib, karena perselisihan itu terjadi
pada puasa selain enam hari tersebut, sedangkan tentang enam hari yang mengikuti Ramadhan
tidak mungkin ditetapkan pahalanya kecuali bagi orang yang telah menyempurnakan puasa
Ramadhan.

[Disalin dari kitab Majmu’ Fatawa Arkanil Islam, edisi Indonesia Majmu Fatawa Solusi
Problematika Umat Islam Seputar Akidah dan Ibadah, Penulis Syaikh Muhammad bin Shalih Al-
Utsaimin, Penerbit Pustaka Arafah]
_________
Foote Note
[1]. Diriwayatkan oleh Muslim, Kitab Shiyam, Bab Disukainya puasa enam hari bulan Syawal
(1164)

http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1639&bagian=0

Apakah Puasa Enam Hari Syawal Diharuskan Terus Menerus ? Hukum Mengqadha Enam Hari
Puasa Syawal ?

Jumat, 28 Oktober 2005 21:42:16 WIB


Kategori : Puasa : Fiqih Puasa

HUKUM MENGQADHA ENAM HARI PUASA SYAWAL

Oleh
Syaikh Abdul Aziz bin Baaz

Pertanyaan
Syaikh Abdul Aziz bin Baaz ditanya : Seorang wanita sudah terbiasa menjalankan puasa enam
hari di bulan Syawal setiap tahun, pada suatu tahun ia mengalami nifas karena melahirkan pada
permulaan Ramadhan dan belum mendapat kesucian dari nifasnya itu kecuali setelah habisnya
bulan Ramadhan, setelah mendapat kesucian ia mengqadha puasa Ramadhan. Apakah
diharuskan baginya untuk mengqadha puasa Syawal yang enam hari itu setelah mengqadha
puasa Ramadhan walau puasa Syawal itu dikerjakan bukan pada bulan Syawal ? Ataukah puasa
Syawal itu tidak harus diqadha kecuali mengqadha puasa Ramadhan saja dan apakah puasa
enam hari Syawal diharuskan terus menerus atau tidak ?

Jawaban
Puasa enam hari di bulan Syawal, sunat hukumnya dan bukan wajib berdasarkan sabda
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

"Artinya : Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan kemudian disusul dengan puasa enam hari
di bulan Syawal maka puasanya itu bagaikan puasa sepanjang tahun" [Dikeluarkan oleh Imam
Muslim dalam kitab Shahihnya]

Hadits ini menunjukkan bahwa puasa enam hari itu boleh dilakukan secara berurutan ataupun
tidak berurutan, karena ungkapan hadits itu bersifat mutlak, akan tetapi bersegera
melaksanakan puasa enam hari itu adalah lebih utama berdasarkan firman Allah Subhanahu wa
Ta'ala.

"Artinya : ..Dan aku bersegera kepada-Mu. Ya Rabbku, agar supaya Engkau ridha (kepadaku)"
[Thaha : 84]

Juga berdasarakan dalil-dalil dari Al-Kitab dan As-Sunnah yang menunjukkan kutamaan
bersegera dan berlomba-lomba dalam melakukan kebaikan. Tidak diwajibkan untuk
melaksanakan puasa Syawal secara terus menerus akan tetapi hal itu adalah lebih utama
berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

"Artinya : Amalan yang paling dicintai Allah adalah yang terus menerus dikerjakan walaupun
sedikit"

Tidak disyari'atkan untuk mengqadha puasa Syawal setelah habis bulan Syawal, karena puasa
tersebut adalah puasa sunnat, baik puasa itu terlewat dengan atau tanpa udzur.

MENGQADHA ENAM HARI PUASA RAMADHAN DI BULAN SYAWAL, APAKAH MENDAPAT PAHALA PUASA
SYAWAL ENAM HARI

Oleh
Syaikh Abduillah bin Jibrin

Pertanyaan
Syaikh Abduillah bin Jibrin ditanya : Jika seorang wanita berpuasa enam hari di bulan Syawal
untuk mengqadha puasa Ramadhan, apakah ia mendapat pahala puasa enam hari Syawal ?

Jawaban
Disebutkan dalam riwayat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda.

"Artinya : Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan kemudian diikuti dengan puasa enam
hari bulan Syawal maka seakan-akan ia berpuasa setahun"

Hadits ini menunjukkan bahwa diwajibkannya menyempurnakan puasa Ramadhan yang


merupakan puasa wajib kemudian ditambah dengan puasa enam hari di bulan Syawal yang
merupakan puasa sunnah untuk mendapatkan pahala puasa setahun. Dalam hadits lain
disebutkan.

"Artinya : Puasa Ramadhan sama dengan sepuluh bulan dan puasa enam hari di bulan Syawal
sama dengan dua bulan"

Yang berarti bahwa satu kebaikan mendapat sepuluh kebaikan, maka berdasarkan hadits ini
barangsiapa yang tidak menyempurnakan puasa Ramadhan dikarenakan sakit, atau karena
perjalanan atau karena haidh, atau karena nifas maka hendaknya ia menyempurnakan puasa
Ramadhan itu dengan mendahulukan qadhanya dari pada puasa sunnat, termasuk puasa enam
hari Syawal atau puasa sunat lainnya. Jika telah menyempurnakan qadha puasa Ramadhan,
baru disyariatkan untuk melaksanakan puasa enam hari Syawal agar bisa mendapatkan pahala
atau kebaikan yang dimaksud. Dengan demikian puasa qadha yang ia lakukan itu tidak
bersetatus sebagai puasa sunnat Syawal.
[Disalin dari buku Al-Fatawa Al-Jami'ah Lil Mar'atil Muslimah, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa
Tentang Wanita 1, penyusun Amin bin Yahya Al-Wazan, terbitan Darul Haq, Penerjemah Amir
Hazmah Fakhruddin]

You might also like