You are on page 1of 25

[HOTD] tayamum

Hadist riwayat Abul Juhaim bin Harits bin Shimmah Al-Anshari ra., ia berkata:
Rasulullah saw. pernah datang dari sumur Jamal dan bertemu dengan seorang lelaki yang
mengucapkan salam kepada beliau. Namun beliau tidak menjawabnya. Ketika beliau tiba di
suatu dinding, beliau mengusap wajah dan kedua tangan beliau, kemudian menjawab salam.

Links:
[mensucikan diRi]
http://www.dzikir.org/b_shalat1.htm
[tayamum]
http://www.geocities.com/mimbarkedah/tayamum.html
[musim dingin bOleh tayamum?]
http://www.syariahonline.com/new_index.php/id/16/cn/5307
[tayamum]
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=208315&kat_id=105&kat_id1=147&kat_id2=
[aiR hanya 5 liteR : wudhu atau tayamum?]
http://www.syariahonline.com/new_index.php/id/2/cn/5916
[kOleksi sOalan: tayamum]
http://www.e-ulama.org/tanya/Default.asp?mode=0&ID=3675
[tayamum kaRena meRiang : bOlehkah ?]
http://www.syariahonline.com/new_index.php/id/2/cn/5483
[mandi junub di musim dingin]
http://www.kafemuslimah.com/article_detail.php?id=232
[tayamum di keReta]
http://www.syariahonline.com/new_index.php/id/16/cn/20744
[tayammum atau wuduk? / bila ayam sudah berkOkOk]
http://www.geocities.com/Athens/Forum/8108/tayamum.html
[kOnsepsi ibadah dalam islam]
http://harokah.blogspot.com/2005/12/konsepsi-ibadah-dalam-islam.html

-perbanyakamalmenujusurga-

http://www.dzikir.org/b_shalat1.htm

Mensucikan Diri

Bersuci adalah membersikan diri, Pakaian dan tempat dari segala hadas dan najis. Untuk
bersuci dari hadas haruslah melakukan Wudhu, Mandi wajib atau Tayammum. Sedangkan agar
suci dari najis haruslah menghilangkan kotoran yang ada di badan, pakaian dan tempat yang
bersangkutan.

Perintah bersuci ini tersurat pada bagian akhir ayat 222 dari surat Al-Baqarah yang artinya
:"sesungguhnya Allah SWT menyukai orang - orang yang bertaubat dan orang - orang yang
mensucikan diri.".

Air yang dapat dipakai bersuci adalah air bersih dari laut atau air yang keluar dari bumi dan
belum dipakai, yaitu air sumur, air sungai, air telaga, air hujan, air embun dan air salju.
Ditinjau dari hukumnya, air dibagi menjadi empat :
1. Air Mutlak, yaitu air suci yang dapat dipakai mensucikan, karena belum berubah sifat
(warna, rasa dan bau) nya.
2. Air Musyammas, yaitu air suci yang dapat dipakai mensucikan, namun makruh
digunakan. Misalnya air bertempat dilogam yang bukan emas, karena terkena panas
matahari.
3. Air Musta'mal, yaitu air suci tetapi tidak dapat dipakai untuk mensucikan karena sudah
dipakai untuk bersuci, meskipun air tersebut tidak berubah warna, rasa dan baunya
4. Air Mutanajis, yaitu air yang terkena najis, dan jumlahnya kurang dari dua kullah (216
liter). Karenanya air tersebut tidak suci, dan tidak dapat dipakai mensucikan. Akan
tetapi jika lebih dari dua kullah serta tidak berubah warna, rasa dan baunya, maka bisa
digunakan untuk bersuci.

Ada satu macam air lagi yang suci dan dapat digunakan untuk mensucikan, namun haram
dipakai yaitu air yang diperoleh dengan cara ghasab (yakni mengambil tanpa ijin pemiliknya
atau mencuri).

A. Hadast

Hadas menurut kamus Istilah Agama karya Drs. Shodiq SE adalah suatu keadaan tidak suci
yang tidak dapat dilihat, tetapi wajib disucikan untuk sahnya ibadah :

Hadas dibagi dua yaitu :

1. Hadas kecil. Penyebabnya antara lain keluar sesuatu dari dubur atau qubul,
menyentuh lawan jenis yang bukan muhrimnya dan tidur nyeyak dalam keadan
tidak tetap. Cara membersihkan hadis ini ialah berwudhu.
2. Hadas besar/Jenabat/junub. Penyebanya antara lain : keluar air mani, bersetubuh,
wanita habis melahirkan dan lain sebagainya. Cara mensucikan hadas besar ini
adalah mandi wajib.

B. Najis

Najis adalah suatu benda kotor menurut syara' (hukum agama). Benda - benda najis
meliputi :

1. Darah
2. Nanah
3. Bangkai, kecuali bangkai manusia, ikan laut, dan belalang
4. Anjing dan babi
5. Segala sesuatu yang keluar dari dubur dan qubul
6. Minuman keras, seperti arak dan sebagainya
7. Bagian anggota binatang yang terpisah karena dipotong dan sebagainya sewaktu
masih hidup.

Najis menurut tingkatannya dibagi tiga yaitu :

1. Najis Mukhaffafah (ringan) adalah air kencing bayi laki-laki yang belum berumur
dua tahun, dan belum makan sesuatu kecuali air susu ibunya. Cara
menghilangkannya cukup diperciki air pada tempat yang terkena najis tersebut.
2. Najis Mutawashitha (Sedang) adalah segala sesuatu yang keluar dari dubur/qubul
manusia atau binatang, barang cair yang memabukkan, dan bangkai (kecuali
bangkai manusia, ikan laut dan belalang) serta susu, tulang dan bulu dari hewan
yang haram dimakan, najis dibagi dua yaitu : Najis 'ainiyah yaitu najis yang
berwujud (tampak dan dapat dilihat), misalnya kotoran manusia atau binatang.
yang kedua Najis hukmiyah yaitu najis yang tidak berwujud (tidak tampak dan
tidak terlihat), seperti bekas air kencing dan arak yang sudah mengering. Cara
membersihkan Najis Muthawashithah cukup dibasuh tiga kali agar sifat-sifat najis
(yakni warna, rasa dan bau) nya hilang.
3. Najis Mughalladhah (Berat) adalah najis anjing dan babi. Cara menghilangkannya
harus dibasuh sebanyak tujuh kali dan salah satu diantaranya dengan air yang
bercampur tanah.

Selain tiga macam najis diatas, masih terdapat satu najis lagi yaitu : Ma'fu (Najis yang
dima'afkan) antara lain Nanah atau darah yang cuma sedikit, debu atau air dari lorong-lorong
yang memercik sedikit dan sulit dihindarkan.

C. Istinja'

Bersuci setelah buang air kecil atau air besar dinamakan istinja'. Dalam hal ini boleh
memakai air atau dengan tiga buah batu. Tiga buah batu yang dimaksud, bisa berupa tiga buah
batu atau satu batu yang memiliki tiga buah sisi (segi tiga). Dan yang dimaksud batu adalah
benda padat yang kesat dan suci. Benda licin seperti kaca tidak sah dipakai untuk Istinja'.

Hukum istinja' adalah wajib. Bagi yang tidak melakukannya maka berdosa. hal itu
disandarkan pada sebuah hadist. Ketika Rasulullah melewati dua kubur, bersabda, "Dua orang
yang ada dalam kubur ini disiksa. Yang seorang disiksa karena mengau-adu orang, dan yang
seorang lagi karena tidak bersuci dari kencingnya." (sepakat ahli hadis).

D. Wudhu

Wudhu adalah salah satu cara bersuci dari hadas kecil sebelum mengerjakan ibadah shalat
atau membaca Al-Qur'an. Perintah wajib wudhu ini memang turun bersamaan dengan perintah
wajib shalat. Firman Allah SWT, "Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak
mengerjakan shalat maka basuhlah mukamu, kedua tanganmu sampai siku dan sapulah
kepalamu serta basuhlah kedua kakimu sampai mata kaki."(Q.S. Al-Maidah : 6). Sabda
rasulullah saw. "Allah SWT tidak akan menerima shalat seseorang yang berhadas sehingga ia
berwudhu." (H.R. Abu Daud).

Syarat Wudhu ada 5 (lima)

1. Islam
2. Sudah Baliqh
3. Tidak berhadas besar
4. Memakai air yang mutlak (suci dan dapat dipakai mensucikan)
5. Tidak ada yang menghalangi sampainya kekulit

Rukun Wudhu ada 6 (Enam)

1. Niat Kemudian dilanjutkan dengan bacaan :

"Nawaitul wudluua liraf'il hadatsil ashghari fardlallillaahi ta'aalaa" artinya : "aku niat
berwudlu' untuk menghilangkan hadats kecil fardu karena Allah"
2. Membasuh muka sebatas dari tempat tumbuh rambut dikepala sampai kedua tulang
dagu dan dari batas telingga kanan sampai batas telinga kiri.
3. Membasuh kedua tanggan sampai kedua mata siku.
4. Mengusap sebagian kepala dengan air.
5. Membasuh kedua kaki sampai mata kaki.
6. Tertib (berurutan).

Sunnah Wudhu ada 12 (dua belas)

1. Diawali membaca Basmallah dalam hati.


2. Membasuh telapak tangan sampai pergelangan.
3. Berkumur
4. Menggosok gigi (bersiwak)
5. Membersihkan lobang hidung dengan air
6. Mengusap seluruh kepala dengan air
7. Mengusap kedua telinga bagian luar dan dalam
8. Menselai-selai jemari tangan dan jemari kaki
9. tidak berbicara
10. mendahulukan membasuh anggota badan bagian kanan
11. Membasuh anggota wudhu sampai tiga kali
12. membaca doa sesudah berwudhu.

Tatacara Mengambil Wudhu

1. Membasuh kedua telapak tangan 2. Berkumur tiga kali, serta


sampai kedua buku pergelangan mengosok gigi
dengan membaca "Bismillaa
hirrachmanirrachiim"

3. Membersihkan lobang hidung 4. Membasuh muka tiga kali,


dengan air sebanyak tiga kali. serta niat didalam hati dan
bantulah dengan ucapan :

"Nawaitul wudluua liraf'il


hadatsil ashghari
fardlallillaahi ta'aalaa"
artinya : "aku niat berwudlu'
untuk menghilangkan hadats
kecil fardu karena Allah"

5. Membasuh tangan kanan sampai 6. Menyapu sebagian dari kepala


siku tiga kali kemudian tangan atau keseluruhannya yakni dari
kiri sebanyak tiga kali muka sampai belakang
sebanyak tiga kali.

7. Menyapu telinga kanan baik luar 8. Membasuh kaki kanan sampai


maupun dalam sebanyak tiga kali mata kaki tiga kali kemudian
kemudian telinga kiri kaki kiri.

Setelah selesai berwudlu' kita disunnatkan membaca do'a yang berbunyi sebagai berikut :
"Asshadu allaa ilaaha illallaahu wachdahuu laa syariika lahuu wa asyhadu anna
muchammadan 'abduhuu warasuuluh. Allahummaj'alnii minattawwaabiina waj'alni min "

Artinya :"Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah yang esa, tidak ada sekutu bagiNya.
Dan saya bersaksi bahwa Muhamad adalah hamba dan pesuruhNya. Wahai Allah jadikanlah saya
termasuk orang-orang yang bertaubat dan jadikanlah saya termasuk orang-orang yang suci"
serta jadikanlah saya termasuk golongan hamba-hambaMu yang shalih"

Perkara yang dapat membatalkan Wudhu ada 5 (lima)

1. Keluar sesuatu dari dua pintu (kubul dan dubur) atau salah satu dari keduanya baik berupa
kotoran, air kencing , angin, air mani atau yang lainnya.
2. Hilangnya akal, baik gila, pingsan ataupun mabuk.
3. Bersentuhan kulit laki-laki dengan kulit perempuan kecuali mereka itu masih muhrim.
4. Menyentuh kemaluan atau pintu dubur dengan bathin telapak tangan, baik milik sendiri
maupun milik orang lain. Baik dewasa maupun anak-anak.
5. Tidur, kecuali apabila tidurnya dengan duduk dan masih dalam keadaan semula (tidak
berubah kedudukannya).

E. Tayammum

Apabila kita didalam perjalanan atau kita mendapatkan air ataupun sedang sakit yang
menurut dokter tidak boleh menggunakan air, maka sebagai pangganti wudlu' atau mandi kita
boleh tayamum (yaitu menyapukan debu yang suci kemuka dan dua tangan sampai siku-siku
disertai dengan niat). Tayamum baru dianggap sah apabila syarat-syarat dibawah ini terpenuhi.

Syarat-syarat tayammum

1. Sudah masuk waktu shalat


2. Tidak ada air dan sudah diusahakan mencarinya (syarat ini tidak berlaku untuk orang sakit)
3. Sakit, sehingga jika memakai air takut penyakitnya bertambah parah.
4. Sedang dalam perjalanan. Firman Allah SWT : "... Jika kamu sakit atau dalam perjalanan
atau sehabis buang air atau menyentuh wanita lalu kamu tidak memperoleh air, maka
bertayammumlah dengan tanah/debu yang baik (bersih dan suci). Sapulah mukamu dan
tangganmu dengan tanah itu."(Q.S. Al-Maidah : 6)
5. Memakai Tanah suci dan berdebu.

Rukun Tayammum ada 4 (empat)

1. Niat
2. Menyapu muka dengan tanah
3. Menyapu kedua tangan sampai siku dengan tanah
4. Tertib atau berurutan

Sunnah Tayammum ada 2 (dua)

1. Mengawali dengan bacaan Basmallah dalam hati.


2. Mendahulukan anggota badan sebelah kanan.

Hal-hal yang membatalkan tayammum sama dengan yang membatalkan wudhu.

F. Mandi wajib atau Sunnah


Mandi wajib adalah keharusan mandi sebagai suatu cara untuk bersuci bagi seseorang yang
menanggung hadas besar atau sedang junub. Firman Allah SWT. "Apabila kamu junub, maka
mandilah / bersuci" (Q.S. Al-Maidah : 6)

Perbuatan yang mengharuskan kita mandi

1. Bersetubuh, baik mengeluarkan mani atau tidak.


2. Keluar air mani baik disengaja atau tidak.
3. Meninggal dunia harus dimandikan, kecuali mati syahid
4. Sehabis masa haid / Menstruasi bagi wanita
5. Nifas, yaitu mengeluarkan darah setelah melahirkan.

Rukun Mandi ada 3 (tiga)

1. Niat
2. Menghilangkan kotoran dan najis pada badan
3. Membasuh seluruh tubuh.

Sunnah Mandi ada 5 (lima)

1. Diawali membaca basmallah dalam hati


2. mengosok seluruh tubuh dengan tangan
3. Mendahulukan bagian yang kanan dari yang kiri
4. Berwudhu sebelum mandi
5. Tertib atau berturut-turut.

Selain mandi wajib, ada juga mandi-mandi sunnah, yaitu :

1. Mandi bagi orang yang akan melaksanakan shalat Jum'at


2. Mandi pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha
3. Mandi bagi orang yang baru sembuh dari gila
4. Mandi menjelang Ihram haji dan Umrah
5. Mandi sehabis memandikan mayat
6. Mandi bagi orang kafir yang baru masuk Islam.

http://www.geocities.com/mimbarkedah/tayamum.html

TAYAMUM Tayamum adalah gerakan menyapukan tanah yang berdebu dengan tapak tangan ke
seluruh muka dan kepada kedua tangan. Ia adalah sebagai pengganti wudhu ataupun mandi
junub, hanya semata-mata untuk mengerjakan solat sahaja dengan sebab waktu solat telah
tiba sedangkan air tidak dijumpai. Kalau air sudah dijumpai, maka kita tidak boleh lagi
bertayamum. Orang yang bertayamum untuk mengganti mandi junub, hendaklah mandi semula
apabila sudah mendapat air, sebagaimana mestinya sebelum bersolat.

Bertayamum hendaklah dengan tanak suci yang berdebu. Boleh juga bertayamum dengan pasir
halus atau batu yang telah dihancurkan menjadi tepung (seperti tepung atau debu yang kita
yakin tidak kotor)

Boleh juga bertayamum dengan menekankan kedua telapak tangan kita ke bumi lalu dihembus
kerana bumi itu dijadikan Tuhan suci bagi kita.
Sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, mengatakan:

Dari Huzaifah bin Yaman, bahawa sanya Rasulullah s.a.w. pernah berkata: "Dijadikan Tuhan
bagiku bumi sebagai barang yang bersih dan suci dan untuk tempat bersujud".

Ada lagi hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muuslim sebagai berikut:

Dari 'Imar bin Yasir r.a. berkata ia: Pernah aku junub, maka aku gosokkan tanganku ke tanah
lalu aku ceritakan hal itu kepada Nabi s.a.w. Rasulullah s.a.w. berkata: "Sesungguhnya sudah
cukuplah begini untukmu", lalu Rasulullah memukul kedua telapak tangannya ke bumi
kemudian dihembusnya kedua telapak tangannya itu lalu disapunya mukanya dengan kedua
telapak tangannya dan begitu pula disapunya dua daun tangannya.

1. Sebab-sebab bertayamum

2. Perkara-perkara yang membatalkan tayamum

3. Cara-cara bertayamum

Sebab-Sebab Bertayamum

Tayamum itu dikerjakan oleh kerana adanya berapa halangan ke atas diri kita yang
menyebabkan kita tidak boleh mengambil wudhu seperti:
Kita dalam perjalanan atau uzur kerana sakit.Kalau anggota badan terkena air, ia akan
bertambah sakit ataupun akan lambat sembuh menurut nasihat doktor. Kerana tidak ada
air.Setelah berusaha mencarinya tetapi tidak dapat diperolehi. Sudah masuk waktu solat.Dan
air masih juga belum didapati.

Perkara-Perkara yang Membatalkan Tayamum

Tayamum itu akan batal apabila sudah perolehi air semula. Selain dari itu, perkara-perkara
yang membatalkan tayamum adalah sama seperti perkara-perkara yang membatalkan wudhu
iaitu:

Buang air kecil/besar, buang angin atau keluar sesuatu zat dari salah satu lubang kemaluan
Tidur nyenyak sehingga tidak sedar apa-apa yang berlaku ke atas diri kita
Hilang akal kerana mabuk, gila, pitam dan sebagainya
Bersetubuh ataupun mengeluarkan mani
Menyentuh, sengaja atau tidak sengaja, kemaluan atau dubur dengan telapak tangan sebelah
dalam
Menyentuh, sengaja atau tidak sengaja, sesiapa yang bukan muhrim
Peringatan
Bagi orang yang sedang junub, kalau akan mengerjakan solat sedangkan air belum diketemui
ataupun dilarang menyentuhnya, maka hendaklah ia bertayamum DUA KALI. Tayamum yang
pertama adalah untuk pengganti junub dan yang kedua untuk pengganti wudhu ! Selagi
tayamum tidak batal maka dengan tayamum yang satu kali itu kita boleh mengerjakan
beberapa kali solat wajib.

Cara-Cara Bertayamum
Sebelum membuat sesuatu, disunatkan membaca Bismillahirrahmanirrahim; yang bermaksud
Dengan nama Allah yang Pengasih Penyayang.

Langkah 1: Niat di dalam hati " Sahaja aku bertayamum pengganti wudhu' untuk solat fardhu
kerana Allah Ta'ala", sambil menekankan kedua telapak tangan ke atas tanah atau debu yang
bersih.

Langkah 2: Sapukan kedua telapak tangan yang sudah ditekan ke atas tanah atau debu tadi
keseluruh muka. Sebelum menyapukannya ke muka, hendaklah dihembus kedua telapak tangan
itu terlebih dahulu supaya debu atau tanahnya tidak terlalu banyak.

Langkah 3: Tekankan kedua telapak tangan sekali lagi ke atas tanah atau debu.

Langkah 4: Sapukan telapak tangan kiri kepada tangan kanan. Paling sedikit mesti sampai
sehingga pergelangan tangan.

Langkah 5: Sapukan telapak kanan kepada tangan kiri. Paling sedikit mesti sampai sehingga
pergelangan tangan.

http://www.syariahonline.com/new_index.php/id/16/cn/5307

Konsultasi : Thaharah Musim Dingin Boleh Tayamum?

Pertanyaan:

Ustadz YTH,

Saya mengalami kesulitan untuk sholat shubuh tepat waktu. Saat musim dingin, waktu shubuh
berada antara jam 5.30 sampai jam 7 (sebelum matahari terbit). Sebenarnya saya sudah
bangun jam 6 dan sudah berniat untuk sholat shubuh. Namun karena dinginnya suhu di dalam
rumah membuat saya tidak sanggup bangun untuk keluar dari kamar, pergi ke kamar mandi dan
berwudhu. Karena dinginnya suhu, wudhu dengan air hangat pun tetap akan membuat tubuh
saya menggigil kedinginan. Akhirnya saya hanya bisa berlindung di bawah selimut dan akhirnya
tertidur lagi sampai suhu agak hangat (sekitar jam 8). Ketika bangun itu, saya sangat menyesal
karena tidak bangun sholat shubuh karena begitu inginnya saya sholat shubuh tepat waktu.
Dalam kondisi yang demikian, apakah saya dibolehkan tayamum menggantikan wudhu untuk
sholat shubuh?

Terima kasih.

Ismail

Jawaban:

Assalamu `alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh

Alhamdulillahi rabbil `alamin, washshalatu wassalamu `ala sayyidil mursalin, wa ba`du,

Anda termasuk orang yang dibolehkan untuk bertayammum, sebab diantara hal-hal yang
membolehkan tayammum adalah bila kondisi udara sangat dingin dan seseorang tidak tahan
untuk bisa berwudhu dengan air. Bahkan air yang panas pun juga tidak bisa.
Sesungguhnya agama Islam adalah agama yang penuh dengan kemudahan, asalkan untuk itu
perlu juga diperhatikan bagaimana sisi kemudahan itu diberikan. Tentu tidak asal memudah-
mudahkan, padahal tidak sesuai dengan apa yang telah digariskan dalam syariat Islam.

Dan buat ummat Islam, kemudahan-kemudahan yang Allah SWT berikan antara lain adalah
disyaraitkannya tayammum sebagai pengganti wudhu? bila tidak ada air atau kondisi yang tidak
memungkinkan bagi seseorang untuk berwudhu dengan menggunakan air.

Rasulullah SAW terlah bersabda bahwa salah satu kenikmatan yang Allah SWT berikan kepada
ummat ini adalah tayammum.

Dari Jabir ra. Bahwa Rasulullah SAW bersabda,?Aku telah diberikan 5 perkara yang tidak
diberikan kepada nabi lain sebelumku. ?Dan dijadikan tanah ini sebagai masjid dan media
untuk bersuci. Sehingga siapapun yang mendapatkan waktu shalat, dia bisa segera
melakukannya dimanapun?(HR. Al-Bukhari : 335 dan Muslim 21)

Dari Abi Umamah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,?Telah dijadikan tanah ini seluruhnya
sebagai masjid dan media pensucian (tayammum). Diamana pun ummatku mendapati waktu
shaalt, maka dia bisa bersuci dengan tanah itu.(HR.)

Diantara kondisi yang membolehkan tayammum antara lain adalah :

1. Ketiadaan air
Baik berupa kekeringan secara umum maupun tidak bisa mendapatkan air. Artinya, bisa
jadi ada air tapi tidak bisa mencapainya. Atau bila air yang Anda hanya cukup untuk
menyambung hidup, sehingga bila digunakan untuk wudhu? dikhawatirkan akan
memperkecil kemungkinan kelangsungan kehidupan.

Maka maka pada saat itu dibolehkan untuk bertayammum.

2. Sakit
Orang yang sakit adalah orang yang sedang mendapatkan uzur syar?i, sehingga bila
kondisi sakitnya itu tidak memungkinkannya untuk berwudhu dengan air, maka dia
dibolehkan untuk bertayammum.

Bahkan meski seseorang yang sakit itu tidak terlalu menderita karena berwudhu,
namun diprediksikan bahwa bila dia memaksakan untuk berwudhu, sakitnya akan
terlambat untuk dipulihkan, sebaiknya dia bertayammum saja.

3. Cuaca Yang Sangat Dingin


Di beberap tempat di dunia ini memang terdapat daerah yang lumayan dingin, sehingga
menghalangi seseorang untuk berwudhu menggunakan air. Dalam hal ini Islam
memberikan keringanan untuk bertayammum saja.

Hal itu pernah terjadi pada diri seorang shahabat Rasulullah SAW yaitu Amru bin Al-?Ash
ra. Beliau pada suatu malam dalam perangan Zdatus Salasil bermimpi hingga berjunub
dan ternyata pagi harinya udara sangat dingin menusuk. Maka beliau bertayammum dan
shalat shubuh sebagai imam bagi shahabat lainnya. Ketika berita itu sampai kepada
Rasulullah SAW dan ditanya kenapa shalat shubuh dalam keadaan junub, beliau
menjawab dengan membacakan firman Allah SWT ,?Dan janganlah kamu
mencelakakan dirimu sendiri, sedangkan Allah itu maha kasih kepadamu? .?. Maka
tertawalah Rasulullah SAW dan tidak berbicara apa-apa.

Kisah ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari, Abu Daud, Ahmad, Ad-Daruquthy, Al-Baihaqi dan
Al-Hakim.

Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,


Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.

http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=208315&kat_id=105&kat_id1=147&kat_id2=

Jumat, 05 Agustus 2005


Ensiklopedia Islam
Tayamum

Tayamum menurut bahasa artinya bermaksud. Sedang menurut istilah artinya menyampaikan
(meratakan) debu ke muka dan kedua tangan dengan syarat tertentu.

Tayamum diperbolehkan sebagai pengganti wudhu atau mandi dengan syarat-syarat sebagai
berikut: pertama, adanya halangan seperti tidak mendapatkan air, sakit, dan lain-lain. Firman
Allah dalam surat Al Maidah ayat 6: ''Lalu kamu tidak mendapatkan air, maka tayamumlah
dengan tanah yang baik.''

Syarat kedua, sudah masuk shalat, tidak mendapat air. Dan ketiga, debu (yang dipakai harus
suci. Tidak sah tayamum kecuali dengan debu yang suci, baik debu itu merah, hitam, ataupun
putih. Jelas ditunjukkan keharusan dengan debu, maka tidak boleh tayamum dengan benda-
benda lain seperti batu, tambang dan lain-lain.

Rukun tayamum ada empat, yaitu niat, mengusap muka, mengusap kedua tangan sampai siku,
dan tertib. Dalam bertayamum tidak cukup berniat menghilangkan hadats saja, sebab tayamum
tidak menghilangkan hadats. Dalam tayamum, harus berniat untuk diperbolehkan shalat. Ada
hadis Rasulullah SAW yang disampaikan kepada Amr bin Ash yang kala itu sedang junub dan
shalat bersama teman-temannya. Nabi SAW bersabda: ''Apakah kamu shalat bersama sahabatmu
sedang kamu junub.'' (HR Ahmad dan Abu Dawud).

Sunah tayamum ada tiga, yaitu membaca basmalah; mendahulukan anggota kanan dari yang
kiri; dan berurutan. Sedangkan yang membatalkan tayamum juga ada tiga, yaitu semua hal
yang membatalkan wudhu, melihat air, dan riddah.

Melihat air sebelum mengerjakan shalat, membatalkan tayamum. Nabi SAW bersabda: ''Debu
yang bersih itu mensucikan orang Islam, walau tidak mendapatkan air sepuluh tahun. Apabila
telah mendapat air, maka basuhlah kulitnya.'' (HR Tarmizi).

Tayamum hanya bisa digunakan untuk shalat wajib sekali, sedang untuk shalat sunah boleh
beberapa kali. Pendapat ini berdasar pada kata-kata Ibnu Abbas: ''Termasuk sunnat Nabi, tidak
shalat dengan tayamum kecuali satu kali untuk shalat wajib.'' Perkataan Ibnu Abbas ini
berdasarkan pada riwayat dari Nabi yang menyebutkan: ''Hendaklah bertayamum tiap-tiap
shalat walau belum hadats.'' (HR Baihaqi). disarikan dari buku kunci ibadah dan tuntunan
shalat lengkap/dam

(dam )

http://www.syariahonline.com/new_index.php/id/2/cn/5916

Konsultasi : Ibadah Air Hanya 5 Liter : Wudhu Atau Tayamum?

Pertanyaan:

Assalaamualaikum wr. wb.

Pak Ustad yang dirahmati Allah SWT, saya ingin bertanya mengenai masalah air untuk
berwudhu. Pada suatu hari listrik di tempat saya bekerja mati dan ini bertepatan dengan waktu
maghrib. Sedangkan air yang ada di kamar mandi (di dalam ember) hanya sedikit (tidak lebih
dari 5 liter) dan air itu boleh dikatakan sisa setelah digunakan untuk yang lain. Apakah boleh
saya menggunakan air tersebut untuk berwudhu dalam keadaan darurat seperti ini dan
bagaimana sholat saya sahkah? atau saya harus bertayamum? Dan berapakah banyak air yang
seharusnya digunakan untuk berwudhu atau apakah memang harus menggunakan air yang
mengalir? lalu apakah air yang terkena sabun bisa digunakan untuk berwudhu? Sekian
pertanyaan dari saya atas jawaban ustad saya ucapkan terima kasih.

Wassalaamualaikum wr. wb.

Akhwat

Jawaban:

Assalamu `alaikum Wr. Wb.


Al-Hamdulillahi Rabbil `Alamin, Washshalatu Wassalamu `Alaa Sayyidil Mursalin, Wa `Alaa
`Aalihi Waashabihi Ajma`in, Wa Ba`d

Air yang jumlahnya hanya 5 liter itu tetap bisa digunakan untuk wudhu. Jangankan yang 5 liter,
yang hanya satu gelas pun bisa digunakan.

Kalau pun ada mazhab yang mengatakan bahwa jumlah air itu harus dua qullah, maka tidak
berarti kita tidak boleh menggunakan air 5 liter untuk wudhu�. Sebab pengertian dua qullah
itu adalah jumlah air yang bila kemasukan najis atau air yang musta�mal, tidak membuatnya
berubah hukum.

Maka sesuai mazhab yang mengharuskan air dua qullah, selama cara penggunaan air di kolam
itu tidak membuat ada najis atau air musta�mal jatuh ke dalamnya, tetap boleh untuk
digunakan untuk berwudhu.

Misalnya, Anda bisa mengambil air satu gayung, lalu tuangkan ke telapan tangan Anda dan
basuhlah muka. Setelah tuangkan lagi dan basuhlah kedua tangan. Setelah itu tuangkan lagi
dan ucaplah kepada dan dua telinga. Setelah itu tuangkan lagi dan cucilah kaki Anda dari air di
gayung itu. Dan selesailah wudhu� Anda.

Sesuai dengan mazhab ini, maka Anda tidak boleh mencelupkan tangan yang basah oleh air
bekas wudhu ke dalam kolam yang airnya tidak sampai dua qullah. Sebab menurut mazhab ini,
bila jumlah air tidak mencapai dua qullah dan kemasukan air musta�mal, yaitu air bekas
wudhu, maka hukum air di kolam itu ikut jadi musta�mal juga.. Dan air musta�mal menurut
mazhab ini, tidak bisa digunakan untuk berwudhu�.

Tapi ini hanyalah pandangan satu mazhab saja, sedangkan mazhab lainnya tidak mengenal
istilah air musta�mal seperti itu. Juga tidak mengenal isitilah minimal haurs dua qullah.

Sehingga dalam pandangan semua mazhab, Anda tetap bisa berwudhu dan tidak perlu
tayammum.

Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,


Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.

http://www.e-ulama.org/tanya/Default.asp?mode=0&ID=3675

Tayamum Tarikh: 10/1/2005

1.Adakah sah tayamum seseorang pesakit, dengan cara menepuk tangannya di atas bantal
atau dinding yang tiada dedu tanah.

2. Bagaimanakah cara bertayamum bagi pesakit yang bersimen kaki atau tangannya.

Jawapan:
1. bertayamum tanpa menggunakan debu tanah adalah tidak sah, seperti berwudu' tanpa
menggunakan air.

2. anggota tayamum hanya muka dan tangan sahaja. maka jika kaki atau anggota lain selain
dari muka dan tangan, ianya bukan anggota untuk bertayamum dan tidak perlu dikuatiri. tetapi
sekiranya muka dan/atau tangan tertutup, maka dibolehkan menyapu di atas balutan atau
simen yang menutup anggota tersebut.

wallahu'alam
Oleh: cahaya agama
Tarikh Dijawab: 2/8/2006 5:56:27 PM

http://www.syariahonline.com/new_index.php/id/2/cn/5483

Konsultasi : Ibadah Tayamum Karena Meriang : Bolehkah ?

Pertanyaan:

pak kalau kita sakit (meriang), apakah kita boleh mengganti


wudhu dengan air menjadi tayamum
terimakasih

Bambang Widodo

Jawaban:
Assalamu `alaikum Wr. Wb.
Al-Hamdulillahi Rabbil `Alamin, Washshalatu Wassalamu `Alaa Sayyidil Mursalin, Wa `Alaa
`Aalihi Waashabihi Ajma`in, Wa Ba`d

Ya, boleh. Sebab tayammum itu memang berfungsi sebgai pengganti wudhu� saat sedang
sakit. Apabila sakitnya itu membuat tidak mungkin seseorang untuk menyentuh air dengan
alasan bisa memperparah atau memperpanjang sakitnya.

Selain karena sakit, tayammum juga boleh dilakukan oleh sebab ketiadaan air.

Dalilnya adalah firman Allah SWT :

Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau
kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka
bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik ; sapulah mukamu dan tanganmu.
Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha Pengampun. (QS. An-Nisa : 43)

Di ayat lain Alah juga berfirman :

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah
mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan kakimu sampai
dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau
dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air atau menyentuh perempuan, lalu
kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik ; sapulah
mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia
hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan ni'mat-Nya bagimu, supaya kamu
bersyukur. (QS. Al-Maidah : 6)

Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,


Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.

http://www.kafemuslimah.com/article_detail.php?id=232

Mandi Junub di Musim Dingin


Uneq-Uneq - Wednesday, 03 March 2004

Tanya:
Assalamu'alaikum,
Hai lagi mbak yg baek,

mau tanya nih, apa aja syarat wajib mandi junub? Apa wudhu bisa ganti
kalo pas musim dingin, ihhh mana tahan harus mandi berkali-kali. Apa
harus nolak kalo 'diajak' suami? tolong dong!

wassalam,
--

Jawab:
Assalamu‚€™alaikum Warahmatullahi Wabakarakatuh

Cara Mandi Janabah:


a. Niat (yaitu menghilangkan hadats besar melalui mandi, Selanjutnya membasuk kedua
telapak tangan tiga kali.
b. Setelah itu beristinja‚€™ dan membersihkan segala kotoran yang terdapat pada kemaluan.
c. Berwudhu‚€™ seperti ketika hendak mengerjakan shalat.
d. Membasuh kepala dan kedua telinga sebanyak tiga kali.
e. Selanjnutnya menyiramkan air ke seluruh tubuh. Sebagaimana yang diriwayatkan dari Aisyah
ra, dimana dia pernah menceritakan:

‚€œApabila Rasulullah saw hendakmandi jenabat beliau memulai dengan membasuh kedua
telapak tangan sebelum beliau memasukkannya ke dalam bejana, Kemudian beliau membasuh
kemaluan dan berwudhu‚€™ sebagaimana hendak melaksanakan shalat. Lalu beliau menyela-
nyela rambutnya dengan air. Setelah itu, belaiu menyiram kepalanya tiga kali dan menyiramkan
air ke seluruh tubuhnya.‚€ (HR Tirmidzi dan beliau menshahihkannya).

Dalam mandi jenabat, dimungkina bagi seorang muslimah membaca basmalah dan berniat, lalu
membasuh kedua tangan dan kemaluannya. Kemudian mengguyur seluruh tubuhnya dengan air
disertai berkumur dan istinsyaq.
Ketika mandi, wanita muslimah diwajibkan memperhatikan bagian ketiak, lutut dan pusar,
sehingga bagian-bagian tersebut benar-benar terkena air. Demikian juga dengan kulit kepala.

Hal-hal yan gdimakruhkan dalam mandi:

a. Mandi di tempat yang mengadung najis. Karena, dikhawatirkan najis tersebut akan mengenai
tubuhnya.
b. Mandi di air yang tidak mengalir. Hal ini didasarkan pada sabda Rasulullah:
‚€œJanganlah salah seorang di antara kalian mandi dalam air yang tidak mengalir, sementara
pada saat itu ia dalam keadaan junub.‚€ (HR Muslim)
c. Diwajibkan mandi di balik tabir. Sebagaimana sabda Rasulullah:
‚€œSesungguhnya Allah Azza wa Jalla itu Maha Malu dan Dia sangat mencintai rasa malu.
Karena itu, apabila salah seorang di antara kalian mandi, maka hendaklah ia menutup diri dari
pandangan orang lain.‚€ (HR Abu Dawud)
d. Dimakruhkan berlebih-lebihan dala penggunaan air, sebagaimana sabda Rasulullah saw:

‚€œJanganlah kalian berlebih-lebihan di dalam menggunakan air,meskipun pada saat itu


berada di sungai yang airnya mengalir.‚€ Meski begitu, diperbolehkan mandi dengan
menggunakan empat bejana air. Karena, Rasulullah saw pernah mandi dengan menggunakan
aiar sebanyak satu sha‚€™, yaitu empat mud (ember).

Hal-hal yang disunnatkan dalam mandi:


1. Membasuh kedua tangan sebanyak tiga kali.
2. Membasuh kemaluan.
3. Berwudhu‚€™ secara sempurna seperti hendak melakukan shalat.
4. Menyiramkan air ke kepala sebanyak tigakali disertai penyelaan terhadap rambut.
5. Mengguyurkan air ke seluruh tubuh, yang dimulai dari setengah bagian sebelah kanan dan
kemudian setengah bagian sebelah kiri.
6. Membasuh kedua ketiak, pusar dan kedua lutut.

DI musim dingin, dimana air yang memancar dari kran (ledeng) terasa sangat dingin, kita
diperbolehkan menggunakan air panas (yang berasal dari heater/mesin pemanas air). Hanya
saja, campurlah air panas tersebut dengan air dingin sehingga suhunya menjadi suhu
normal/suhu tubuh.

‚€œPendapat paling shahih dari Syafi‚€™I: air panas karena terkena sinar matahari
hukumnya adalah makruh. Sementara itu, pendapat yang dipilih oleh para pengikutnya yang
kemudian adalah pendapat yang mengatakan bawhahalitu tidak makruh. Demikian juga
menurut tiga imam yang lain ‚€“yaitu, Hanafi, Maliki dan Hambali.
Air yang dimasak hukumnya tidak makruh, demikian menurut kesepakatan para ulama.
Diriwayatkan dari Mujahid bahwa ia memakruhkannya. Sementara itu, Hanbali
memakruhkannya jika ia dipasankan dengan api.‚€ (Dikutip dari buku Fiqih Empat Madzab,
Syaikh Al-Allamah Muhammad bin Abdurrahman ad-Dimasyqi), bab. Thaharah).‚€

Pada kondisi lain, dimana seseorang samasekali tidak dapat menggunakan air, maka
diperbolehkan bertayamum (saya sendiri, alergi udara dingin dan air dingin, dimana kulit saya
akan pecah-merekah karena bengkak dan mengeluarkan darah jika terkena kombinasi air dingin
dan udara dingin sebagaimana yang saya peroleh di musim dingin. Untuk itu, jika berwudhu di
malam hari saya bertayamum).

Sebab-sebab diperbolehkannya tayamum:


a. Diperbolehkannya tayamum adalah sebagai ganti wudhu, apabila tidak ditemukan aiar atau
karena sakit atau karena tidak ada kemampuan bergerak serta tidak ada orang yang
membawakan air untuknya. Hal ini didasarkan pada hadits riwayat dari Imran bin Hashin, ia
menceritakan:

‚€œKami pernah bersama Rasulullah dalam suatu perjalanan. Lalu beliau mengerjakan shalat
bersama para shahabat. Kemudian beliau mendekati seorang sahabat yang menyendiri seraya
berkata: Apa yang menyebabkan kamu tidak mengerjakan shalat? Shahabat tersebut menjawab:
Aku sedang dalam keadaan junub dan aku tidak mendapatkan air untuk mandi. Lalu beliau
bersabda: Pergunakanlah debu, karena sesungguhnya itu telah cukup bagimu.‚€ (HR Bukhari
dan Muslim)

Tayamum juga diperbolehkan apabila seorang wanita muslimah terserang penyakit yang
melarang dirinya menggunakan air atau karena ada luka yang dikhawatirkan penggunaan air
akan menambah rasa sakit atau menghambat kesembuhannya. Hal ini didasarkan pada sebuah
hadits yang diriwayatkan dari jabir ra, dimana ia bercerita:

‚€œKami pernah keluar dalam suatu perjalanan, lalu salah seorang di antara kamu tertimpa
batu pada bagian kepalanya hingga terluka. Kemudian orang ini bermimpi dan junub. Maka ia
pun bertanya kepada shahabatnya: Apakah kalian melihat adanya keringanan bagiku untuk
bertayamum? Shahabatnya menjawab: Tidak, karena kamu masih bisa memakai air. Kemudia ia
mandi dan ternyata setelah itu ia meninggal dunia. Ketika kami menghadap Rasulullah dan
menceritakan peristiwa itu, maka beliau berkata: Mengapa mereka tidak bertanya jika tidak
mengerti? Sesungguhnya obat kebodohan itu adalah bertanya. Sebenarnya ia cukup
bertayamum saja dan membalutkan kain perban pada lukanya, lalu mengusap bagian di atas
perban itu. Kemudian membasuh seluruh anggota tubuhnya.‚€ (HR Abu Dawud, Abu Majah,
Daruquthni dan dishahihkan oleh Ibnu Sakan).

b. Wanita yang pergi ke tempat kerja ‚€“disertai dengan muhrimnya‚€”seperti bertani,


berburu, mencari kayu bakar atau pekerjaan lainnya, dimaan tidak memungkinkan baginya
membawa air untuk wudhu. Kemudian waktu shalat tiba dan tidak ada air padanya. Selain itu
tidak dimungkinkan baginya kembali ke rumah untuk berwudhu, kecuali dengan membatalkan
keperluannya itu, maka ia boleh mengerjakan shalat dengan bertayamum serta tidak perlu
mengulang shalatnya pada saat telah mendapatkan air. Karena, ia dianggap sama seperti
musafir yang pergi ke kampung lain.
c. Apabila ia membawa sedikit air, yang jika itu dipergunakan berwudhu, maka ia tidak akan
memiliki air untuk kebutuhan minumnya. Dalam kondisi seperti ini, ia diperbolehkan
bertayamum. Atau jika air tersebut tidak cukup untuk hewan tungganannya, maka
diperbolehkan baginya bertayamum. Menurut kesepakatan para ulama, tidak perlu baginya
mengulangi shalat. Yang demikian itu karena kepentingan manusia lebih dudahulukan daripada
shalat. Dengan dalil, apabila seorang wanita muslimah melihat kebakaran atau mendengar
orang yang dalam kesulitan meminta tolong bersamaan ketika ia sedang mengerjakan shalat,
maka ia harus membatalkan shalatnya. Sebagaimana hadits tentang pelacur yang menolong
anjing kehausan yang diriwayatkan dari Abu Hurairan, dimana Rasulullah pernah bersabda:

‚€œKetika seekor anjing mengelilingi sebuah sumur dalam kondisi hampir mati karena
kehausan, tiba-tiba seorang wanita pelacur dari Bani Israel melihatnya. Lalu wanita itu
menanggalkan terompahnya dan memberi minum anjing tersebut dengan terompahnya itu,
sehingga ia diberikan ampunan oleh Allah.‚€ (HR Muslim)

Jika hal itu diberlakukan bagi seekor anjing, maka terhadap manusia adalah lebih diutamakan.

d. Apabila seorang wanita muslimah merasa takut terhadap bahaya yang akan menimpanya,
seperti jika air yang ada dikuasai oleh laki-laki jahat, maka ia berada pada posisi tidak
mendapatkan air, sehingga diperbolehkan baginya bertayamum dan tidak perlu mengganti
shalatnya. Dalam hal ini karena ia mengkhawatirkan dirinya terjatuh dalam perbuatan yang
akan merusak kehormatannya. Atau apabila ia mengkhawatirkan harata kekayaannya jika
ditinggalkan untuk mengambil air, maka ia diperbolehkan bertayamum. Atau apabila ia
mengkhawatirkan hewannya akan lari atau dicuri jika ditinggal untuk mengambil air, maka
diperbolehkan baginya bertayamum. Demikian juga apabila ia mengkhawatirkan anaknya akan
diculik atau dibunuh, maka ia boleh bertayamum.
e. Apabila di sekitar tempat aira terdapat binatang buas, maka diperbolehkan baginya untuk
bertayamum. Atau apabila ia melihat adanya sumur yang lain, akan tetapi kesulitan untuk
mengambil air darinya, maka diperbolehkan baginya membasahi kain suci, lalu mengusapkan ke
bagian yang harus dibasuk dalam wudhu‚€™.
f. Wanita musafir yang tidak mendapatkan air. Hal ini didasarkan pada firman Allah SWT:

‚€œApabila kalian sakit atau perjalanan atau kembali dari tempat buang air atau menyentuh
wanita, lalu kalian tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik
(suci).‚€ (qs Al-maidah:6)

Cara bertayamum:
Tayamum itu dilakukan dengan cara menepuk kedua tangan ke tanah yang suci dengan satu kali
tepukan, kemudian mengusapkannya ke wajah dan kedua tangan, sebagaimana sabda
Rasulullah dalam sebuah hadits tentang kisah Ammar:

“Sebenarnya cukup bagimu begini, seraya menepuk kedua telapak tangannya ke tanah
dan mengusapkan ke wajah serta kedua tangannya.” (HR Muttafaqun‚€™Alaih).

Apabila seorang wanita muslimah bertayamum lebih dari satu kali tepukan atau usapan, maka
insya Allah hal itu diperbolehkan. Sedangkan bagi wanita muslimah yang mengusap tangan lebih
dari batas pergelangannya, maka tayamumnya tetap dibenarkan.

Demikian; Wallahu‚€™alam
Semoga bermanfaat
Wassalamu‚€™alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ade Anita

Sumber:
Syaikh Kamil Muhammad Uwaidah, ‚€œFiqih Wanita‚€ edisi lengkap, penerbit: A-Kautsar,
jakarta.
Syaikh al-Allamah Muhammad bin Abdurrahman ad-Dimasyqi, ‚€œFiqih Empat Madzab‚€,
penerbit: hasyimi Press.
Drs. H. Syahminan Zaini & H. Masturah Wanzhik, ‚€œTuntunan Wudhu, Tayyamum dan
Shalat.‚€, penerbit: Kalam Mulia.
http://www.syariahonline.com/new_index.php/id/16/cn/20744

Konsultasi : Thaharah Tayamum di kereta

Pertanyaan:

Assalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh

Ustadz, apakah dibolehkan tayamum pada saat perjalanan menggunakan kereta? Perjalanan
tersebut dari jawa timur ke Jakarta. Mungkin di kereta ada air tapi dari segi kenajisan, untuk
berhati-hati, apakah diperbolehkan tayamum? Karena kamar mandi di kendaraan digunakan
oleh banyak orang. Sebelumnya terima kasih atas jawabannya.

Wassalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh

Uli

Jawaban:

Assalamu alaikum wr.wb.


Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya kepada kita semua.
Saudari Uli, bertayammum baru diperbolehkan ketika kita memang benar-benar tidak
mendapatkan air atau air yang ada hanya cukup untuk minum di mana kalau kita tidak minum
akan bahaya atau bahkan mati.
Allah befirman dalam surat al-Maidah ayat 6: "Jika kalian tidak mendapatkan air, maka
bertayammumlah!"

Dengan demikian, jika anda berada dalam kereta dan melihat air yang ada di dalamnya
dikhawatirkan bernajis, maka Anda bisa mengantisipasinya dengan membawa air dari rumah
atau bahkan memakai air aqua. Selain itu, Anda bisa menjama shalat Anda karena perjalanan
yang Anda lakukan sudah memenuhi jarak safar yang diperbolehkan untuk menjamak shalat.

Wallahu a'lam bish-shawab.


Wassalamu alaikum wr.wb.

http://www.geocities.com/Athens/Forum/8108/tayamum.html

From: Ramzi (aramzi@sc.soficom.com.eg)

Tayammum atau wuduk? / bila ayam sudah berkokok

Date: Tuesday, April 21, 1998 12:09 AM

Assalamuaikum ,

Saya ada 2 persoalan yang saya rasa penting dan mungkin ada diantara kita yang masih
kurang jelas mengenainya disamping saya.

Persoalan 1: Tayammum atau wuduk (ambil air sembahyang)


Sahkah tayammum kita jika tempat kita tiada air, sedangkan dikawasan yang berhampiran
ada air? Ramai yang keliru sebab hujjah mereka ialah tayammum hanya dibolehkan jika
keadaan air kritikal (tiada air langsung).

Persoalan ke 2: Bila hampir syuruk (matahari terbit), manakah lebih afdhal kita berwuduk
lalu bersembahyang subuh atau pun lebih baik kita mandi , bersugi lalu sembahyang subuh
(waktu ini subuh pasti sudah luput).

Sekian, wassalam.

=====================================================================

assalamualaikum wrh.

izinkan saya menjawab soalan2 yang ditanya.

Persoalan 1.

Memang sah bersolat dengan bertayammum tetapi sebelum itu adalah elok diperhatikan
sama ada kita layak untuk bertayammum dan arif akan perkara2 berkaitan dengannya.

SEBAB2 YANG MEMBOLEHKAN TAYAMMUM

1. Ketiadaan air

i) tiada air - seperti di dalam musafir kemudian tidak kedapatan air.


ii) tiada air segi syarak - iaitu ada air tetapi air itu terlalu diperlukan untuk minum.

2. Jauh dari tempat ada air

apabila sesebuah kawasan ketiadaan air dan kawasan itu dengan kawasan yang ada air
berjarak lebih daripada 2.5 km, maka dibolehkan bertayammum dan tidaklah wajib utk
berusaha mencari air kerana masyaqqah (kesusahan). ada ulama berpendapat jika ia
mencari juga sekira2 akan luput waktu solat, maka ketika ini boleh tayammum.

3. Uzur utk menggunakan air

i) air ada dalam jarak yang dekat tetapi terhalang utk mendapatkannya seperti ada musuh
berdekatan dengan kawasan air itu.

ii) uzur syarak - tidak boleh menggunakan air kerana bimbang terkena sakit, bertambah
sakit atau lambat sembuh jika kena air. maka dalam keadaan ini dibolehkan bertayammum
dan tidak wajib menggunakan air berdasarkan hadis Rasulullah s.a.w ttg seorang yang
berpenyakit di kepala kemudian ia mandi lalu mati.

adapun si sakit hendaklah tahu bahawa ia benar2 sakit dan disahkan oleh doktor muslim
yang baligh dan adil kerana Allah mewajibkan wuduk utk solat, maka tidaklah boleh
diterima kata2 orang yang Allah tidak terima kata2nya seperti orang (Dr) kafir atau fasiq.

4. Keadaan yang terlampau sejuk

keadaan ini membimbangkan dia jika menggunakan air dan dia tidak mampu
memanaskannya. ini berdasarkan hadis Rasulullah s.a.w tentang Amru Al-As yang
bertayammum kerana janabah kerana bimbang dirinya ditimpa kemudharatan jika ia mandi.
perbuatannya ini dibenarkan oleh Rasulullah s.a.w. akan tetapi hendaklah ia mengqada
solatnya (jika ia berjanabah) apabila didapati ada air.

SYARAT2 TAYAMMUM

1. Tahu akan masuknya waktu solat


2. Air itu dikehendaki selepas masuknya waktu solat
3. Debu2 tanah (turab) itu hendaklah bersih dan suci
4. Hendaklah menghilangkan najis terlebih dahulu
5. Hendaklah ia tahu arah qiblat sebelum bertayammum

* satu tayammum adalah untuk satu solat sahaja sekalipun ia tidak berhadas
* tayammum hendaklah dilakukan selepas masuk waktu solat

RUKUN2 TAYAMMUM

1. Niat tayammum utk mengharuskan solat.


2. Menyapu keseluruhan muka dan kedua2 tangan sehingga ke siku dengan dua kali tepuk.
Tepukan pertama ke muka dan tepukan kedua utk kedua2 tangan. Hendaklah kesemua
anggota2 tadi tidak terhalang dari kena debu tayammum.
3. Tertib.

(utk kaifiat selanjutnya harap rujuk ustaz berdekatan anda)

PERKARA2 MEMBATALKAN TAYAMMUM

1. Semua perkara yang membatalkan wudhuk.


2. Ada air selepas ketiadaannya. Jika air didapati selepas selesai menunaikan solat, sah
solatnya dan tidak perlu qadha. Jika air didapati semasa sedang solat, pendapat yang sahih
adalah terus menyempurnakan solatnya, tetapi jika ia memberhentikan solat dan
berwudhuk kemudian solat maka itu lebih afdhal.
3. Mampu untuk menggunakan air seperti si sakit yang telah sembuh.
4. Murtad (nauzubillah)

Rujukan - Al-fiqhul Manhaji ala Mazhab Al-Imam as-Syafie - Dr. Mustafa al-Bugha

Fiqhul Muyassar - Ahmad Isa Asyur.

Persoalan 2.

menangguh2kan solat sehingga luput waktunya adalah tercela. antara amalan2 yang afdhal
adalah bersolat di awal waktunya. jika kita memahami perkara ini tahulah kita membezakan
mana yang afdhal dari perkara2 yang dimusykilkan.

segala yang baik dari Allah, yang tidak dari kelemahan hamba Allah. segala kesilapan harap
perbetulkan bersama.

wallahu a'lam

Ramzi
http://harokah.blogspot.com/2005/12/konsepsi-ibadah-dalam-islam.html

KONSEPSI IBADAH DALAM ISLAM

BY : UKKI UNSOED TEAM

DEFINISI & RUANG LINGKUP IBADAH


Ibadah dalam bahasa Arab berarti kehinaan atau ketundukan. Dalam terminologi syariat, ibadah
diartikan sebagai sesuatu yang diperintahkan Alloh sebagai syariat, bukan karena adanya
keberlangsungan tradisi sebelumnya, atau karena tuntutan logika, atau akal manusia. Namun
definisi yang lebih konkret dari ibadah dapat dilihat dari definisi yang diberikan oleh Ust.
Ibrahim Muhammad Abdullah al Buraikan dalam bukunya Pengantar Studi Aqidah Islam, yaitu : “
Ibadah adalah nama yang merangkum segala sesuatu yang dicintai dan diridloi Alloh SWT, baik
berupa perkataan, perbuatan yang tampak dan tidak tampak, dengan kecintaan, kepasrahan,
dan ketundukan yang sempurna, serta membebaskan diri dari segala yang bertentangan dan
menyalahinya.
Jadi, ruang lingkup ibadah adalah seluruh aktifitas manusia yang diniatkan semata-mata untuk
mencari ridlo Alloh SWT selama apa yang dilakukan sesuai dengan syariat yang Alloh tentukan.

URGENSI IBADAH
1. Ibadah merupakan tujuan yang dicintai dan diridhoi Alloh dan sebagai tujuan penciptaan Jin
dan Manusia / MakhlukNya (QS. 51:56)
2. Alloh mengutus para Rasul dengan Risalah Ibadah (QS. 7:59, 16:36)
3. Alloh mencela orang-orang yang enggan melakukan ibadah (QS. 40:60)

DASAR-DASAR IBADAH
1. Cinta, maksudnya cinta kepada Alloh dan Rasul-Nya yang mengandung makna mendahulukan
kehendak Alloh dan Rasul-Nya atas yang lainnya. Adapun tanda-tandanya :
a. Mengikuti sunnah Rasulullah SAW
b. Jihad di jalan Alloh (berusaha sekuat tenaga untuk meraih segala sesuatu yang
dicintai Alloh ).
2. Takut, maksudnya tidak merasakan sedikitpun ketakutan kepada segala bentuk dan jenis
makhluk melebihi ketakutannya kepada Alloh SWT (QS 3:175)
3. Harapan, maksudnya seorang hamba dituntut untuk selalu berharap kepada Alloh dengan
harapan yang sempurna tanpa pernah merasa putus asa.

TUJUAN IBADAH
Mengapakah kita beribadah menyembah Allah ? Kenapakah Allah mewajibkan kita beribadah
dan menaatiNya ? Adakah faedah diperolehiNya dari perasaan khusyuk dan ikhlas kita yang
patuh kepada perintah dan meninggalkan laranganNya ? Kiranya ada manfaat maka apakah
hakikatnya manfaat itu ? Apakah sasarannya semata – mata perintah Allah yang kita mesti
melaksanakannya ?
“ Aku tidak berhajatkan rezeki sedikitpun dari mereka itu dan Aku tidak menghendaki mereka
memberi Aku makan. “ Adz-dzaariyaat 57
“ Hai manusia, kamulah yang berkhendak kepada Allah, dan Allah Dialah Yang Maha Kaya lagi
Maha Terpuji.” Faathir 15
“ Barangsiapa yang mengerjakan amal yang sholeh maka ( pahalanya ) untuk dirinya sendiri.”
Fussilat 46
“ Dan barangsiapa yang mensucikan diri mereka, sesungguhnya ia mensucikan diri untuk
kebaikan diri sendiri.”Faathir 18
“ Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya untuk dirinya sendiri.” Al
Ankabut 6

Adapun tujuan yang mendasar (pokok) di dalam Ibadah adalah Tawajjuh (menghadap) kepada
Yang Mahaesa, Tuhan yang disembah, dan mengesakan-Nya dengan niat ibadah dalam setiap
keadaan, hal itu diikuti tujuan penyembahan guna memeperoleh kedudukan di akhirat, atau
agar menjadi seorang di antara wali-wali Alloh atau yang serupa dengannya. Termasuk dalam
tujuan-tujuan yang mengikuti ibadah adalah untuk perbaikan jiwa dan mencari anugerah.
Seluruh ibadah mempunyai fungsi ukhrawiyah, termasuk memperoleh keberuntungan dengan
surga dan selamat dari azab neraka. Jadi, hal ini termasuk dalam arti Ar-Rajaa’ (harapan)
memperoleh pahala dari Alloh, takut siksa-Nya, dan merupakan bagian dari ibadah yang tertuju
kepada Tuhan semesta alam. Al-Khauf (takut) dan Ar-Rajaa’ dalam arti ini tidak tercela, selama
ikhlas karena Alloh.

SYARAT-SYARAT IBADAH
1.Amalan yang dilakukan hendaklah diakui Islam dan bersesuaian dengan hukum syara’.
2.Amalan hendaklah dikerjakan dengan niat yang baik, memelihara kehormatan diri,
menyenangkan keluarga, memanfaatkan ummat dan memakmurkan bumi Allah.
3.Amalan hendaklah dibuat dengan sebaik-baiknya, “ Bahwa Allah suka apabila seseorang dari
kamu membuat sesuatu kerja dengan memperelokkan kerjanya. “ Al-hadist.
4.Ketika melakukan kerja hendaklah senantiasa mengikut hukum-hukum syariat dan batasnya,
tidak menzalimi orang, tidak khianat, tidak menipu dan tidak menindas atau merampas hak
orang lain.
5.Dalam mengerjakan sesuatu ibadah, tidak lalai dari ibadah wajib.

PERANAN IBADAH KHUSUS


Ibadah yang khusus seperti Shalat, puasa, zakat, haji adalah untuk mempersiapkan individu
menghadapi ibadah yang umum yang mesti dilakukan di sepanjang kehidupan.
1.Shalat mengingatkan kita lima kali sehari bahwa sesungguhnya kita adalah hamba Allah dan
hanya kepadaNya tempat pengabdian kita untuk mengeratkan hubungan kita dengan Allah.
2.Puasa menimbulkan perasaan taqwa kepada Allah sehingga kita tidak membatalkannya
walaupun bersendirian.
3.Zakat mengingatkan kita bahwa harta yang kita peroleh adalah manah dari Allah, di dalam
harta kita ada hak-hak orang lain yang mesti ditunaikan.
4.Haji menimbulkan perasaan cinta dan kasih kepada Allah di dalam hati dan kesediaan untuk
berkorban karenaNya.

Fiqh Ibadah
1.WUDHU’
Dasar disyariatkannya wudhu, adalah :
a.Kitab Suci Al-quran dala QS. Al Maidah : 6)
b.Sunnah dari abu Hurairah r.a. bahwa Nabi SAW. Bersabda :
“ Alloh tidak menerima sholat salah seprang diantaramu bila ia berhadats, sampai ia berwudhu
lebih dahulu.” (H.R. Bukhori & Muslim).
Fardhu atau rukun wudhu ada 6, bila gugur satu maka wudhu-nya tidak sah. Urutan rukun
wudhu tersebut :
1.Niat (perbuatan hati) boleh diucapkan boleh tidak
2.Membasuh muka satu kali. Batasnya ialah puncak kening sampai dagu & pinggir telinga yang
satu sampai pinggir telinga yang lain.
3.Membasuh kedua tangan sampai dengan kedua siku
4.Menyapu kepala, yaitu menyapu seluruh kepala (H.R. Jama’ah)
5.Membasuh kedua kaki serta kedua mata kaki (H.R. Jama’ah)
6.Tertib, berurutan, karena Alloh SWT

SunnahSunah Wudhu
1.memulai dengan basmalah
2.menggosok gigi (H.R. Malik)
3.mencuci kedua telapak tangan (h.R. Ahmad & Nasa’I)
4.berkumur-kumur tiga kali (H.R. Abu Daud & Baihani)
5.memasukan air kedalam hidung dan mengeluarkannya tiga kali( H.R. Bukhori, muslim)
6.menyilang-nyilangi anak-anak jari ( H.R. ahmad & Turmuzi)
7.membasuh tiga kali
8.membasuh yang kanan kemudian yang kiri
9.meggosok/mengusap tangan ke atas anggota wudhu bersama air
10.berturut-turut membasuh anggota wudhu tanpa menyela pekerjaanlain
11.menyapu kedua telinga, baigan dalam dengan telunjuk, bagian luar degan ibu jari dengan
memakai air untuk kepala
12.membasuh melebihi yang fardhu wudhu
13.sederhana, tidak boros
14.berdo’a selesai wudhu
“Asyhadu alla ilaaha ilaaha wahdahu laasyarikallah, wa asthaduanna Muhammadan ‘abduhu
warasuluh”.
Allohumma a ja’alni minat tawwabina waj’alni minal mutathahirin
15.sholat dua rakkat : Niat sunnat sebelum wudhu

2.TAYAMUM & MANDI


A.TAYAMUM

Definisi : Menyengaja tanah untuk menghapus muka dan kedua tangan degan maksud
melakukan sholat dan lain-lain
Dasar disyariatkannya tayamum adalah :
a.Firma Alloh Ta’ala :
“jika kamu sal\kit atau dalam perjalanan atau salah seorangn diantaramu buang air besar atau
campur baur dengan peempuan dan tiada beroleh air, maka hendaklah bertayamum dengan
tanah yan baik yaknisapulah muka dan kedua tanganmu (An-Nisa :43).
b.sum\nah Rosululloh SAW :
“bahwa Rosulullah SAW bersabda : seluruh bumi diajdikan bagiku dan bagi umatku sebagai
mesjid dan alat bersuci. Maka dimana juga sholat tu menemui salah seorang diantara umatku ,
disisinya terdapat alat untuk bersuci itu”

sebab-sebab Boleh Bertayamum :


1.jika seorang tiada beroleh air, atau tiada air untuk bersuci
2.jika seseorang terluka atau ditimpa sakit yang bila terken aair akan \fatal akibatnya
3.jiak air amatdingin dan didi\uga menimbulkan bahaya

Kaifiat cara Bertayamum “


1.berniat tayamum lalu membaca basmallah
2.menempelakn kedua telapak tangan ke tanah yan suci lalu menyapu ke muka
3.menempelkan lagi kedua telapak tangan ke tanah yang suci lalu menyapukan tanah ke lengan
hingga ke pergelangan (kanan dulu)
karena teyamum merupakan pengganti wudhu dan mandi ketiaktidak ada air, maka dibolehkan
dengan tayamum itu apa yang dibolehkan dengna wudhu dan mandi seperti sholat, menyentuh
Al-Qur;an dan lain-lain

B.MANDI
Mandi ialah meratakan air ke seluruh tubuh. Disyariatkanya berdasarkan firma Alloh Ta’ala :
“Dan jika kamu junub hendaklah bersuci (Al Maidah : 6)
Wajib mandi disebabkan lima hal, yaitu :
1.keluar mani disertai syahwat, diwaktu tidur atau bangun baik laki-laki maupun perempuan.
Bila tanpa syahwat tetepi karena sakit atau dingin tidak wajib mandi
2.hubungan kelamin, masuknya alat kelamin pria ke dalam alat kelamin wanita, walau tidak
sampai keluar sperma
3.terhentinya haid dan nifas
4.amti
5.orang kafir masuk islam, wajib mandi

Rukun Mandi ada dua (2) perkara, yaitu :


1.berniat
2.membasuh seluruh anggota tubuh

Sunah –Sunah Mandi :


1.berniat
2.kemudian membasuh kemaluan
3.kemufdain berwudhu
4.menuangkan air keatas kepala seanyak tiga kali sambil menyelang-nyelangi rambut agar air
sampai membasahi urat-uratnya
5.mengalirkan air keseluruh badan dengan memulai sebelah kanan lalu sebelah kiri tanpa
mengabaikan ketiak, bagian dalam telinga pusat dan jari-jari serta menggosok anggota tubuh
yang dapat digosok
Mandi bagi wanita :
Sama dengan mandi laki-laki, hanya wanita tidak wajib menguraikan jalinan rambutnya, asal
air sampai ke urat rambut. Disunahkan bagi wanita yang mandi karna haid atau nifas, untuk
membubuhkan munyak wangi pada kapas dan menggosokannya pada kemauluan agar tempat
tersebut menjadi harum dan lenyap baru darah busuk

3.SHOLAT
Sholat ialah ibadah yang terdiri dari perkataan dan perbuatan tertentu yag dimulai dengan
takbir bagi Alloh Ta’ala dan disudahi dengan salam.
Sholat adalah tiang agama, diaman islam tidak tegak kecuali dengan adanya. Rosululloh SAW
bersabda : “amalan yang mula-mula dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat ialah sholat.
Jika ia baik, baiklah seluruh amalannya, sebaliknya jika jelek maka jelek semua amalannya.
(H.R. Tabrani).
Rosululloh besabda : “Pokok urusan ialahh islam, sedangkan tangnya adalah shoalt, dan
puncaknya adalah berjuang di jalan Alloh”

Kaifat atau Tata Cara Sholat :


1.niat (dilafalkan dalam hati ketika takbir)
niat yang dilafalkan terdiri dari shoalt apa, waktunya, berapa raka’atnya, sendiri, sebagai
imam atau amkmum dan Lillahi Ta’ala
contoh : Aku niat sholat fadhu subuh dua raka’at karena Alloh Ta’ala.a taud alam bahsa arab :
“usholi fardhu subhi rok’ataini adaan ma’muman lillahi ta’ala”
2.takbiratul ihram
3.berdiri bagi yang orang yang kuasa/mampu berdiri
4.membaca Al-Fatihah sehingga surat Al-fathah harus betul-betul dikuasai bacaanya degna
benar
5.ruku’ dengan thuma’minah artinya berhenti dengan tenang
6.dangkit dari ruku dan berdiri lurus 9I’tidal) dengan thuma’minah)
7.sujud dengan thuma’minah (waktunya sekurang-kurangnya membaca satu kali tasbih)
8.duduk diantara dua sujud dengan thum’minah
9.duduk akhir
10.membaca tasyahud akhir
11.membaca sholawat atas nabi
12.salam yang pertama
13.tertib
bacaan yang merupakan rukun adalah : takbir, Al-Fatihah, tasyahud, Sholawat serta Salam

4. SHOLAT II (Sunnah Sholat I)


Sunah-sunah sholat adalah sebagai berikut :
1.mengangkat kedua tangan ketika takbir
2.bersedekap tangan kanan diatas tangan kiri
3.membaca doa iftitah
4.istiazah sebelum al-fatihah
5.membaca amin
6.membaca surat pendek sari Al-Quran setelah Alfatihah
7.membaca takbir waktu berpindah
8.tata cara ruku :
menyamaratakan kepala dengan tulang pinggul, bertekan dengan dua tangan pada lutut degna
merenggangkannya dari pinggang, menembangkan jdari-jdari atas lutu dan pangkal betis serta
mendatarkan punggung
9.membaca sewaktu ruku
10.bacaan-bacaan sewaktu bangkit dari ruku’ (I’tidal)
11.tata cara turun kebawah untuk sujud “
disunatkan meletakkan kedua lutut ke lantai sebelum kedua tangan dengan merenggangkannya
kening dan hidung
12. tata cara sujud :
merapatkan hidung, kening dan kedua talapaktangan ke lantai dengan merenggangkannya dari
pinggang
kedua tepalak tangan sejajar dengan kedua telinga atau kedua bahu
merapatkan jari-jari dan mengahdapkan ujung-ujung jari kearah kiblat
14.bacaan sewaktu sujud
15.duduk diantara dua sujud
16.duduk beristirahat
17. tata tertib duduk waktu tasyahud
18.tasyahud pertama
19.do’a selelah tasyahud akhir dan sebelum salam
20.dizikir dan do’a-do’a setelah memberikan alam

4.SHALAT III
A.SUJUD SAHWI (KARENA LUPA)
Rasulullah SAW bersabda:
“ Jikalau shalat seseorang terlebih atau terkurang, maka hendakl;ah ia sujud dua kali” (H.R.
Muslim)
Sujud sahwi dilakukan dengan dua kali sujud sebelum salam atau sesudahnya oleh seseorang
yang sedang shalat apabila terlupa mengerjakan tasyahud awal, kelebihan raka’at, kekurangan
raka’at & ragu-ragu. Cara melakukannya :
1.Sebelumsalam sujud 1 x sambil membaca do’a : “Subhanllaha manlayanamu walayashu” 3 x.
2.Lalu duduk & membaca do’a apa saja
3.Sujud lagi seperti yang pertama
4.Duduk tahiyat akhir & membaca salam.
Bila kekurangan sejumlah raka’at maka wajib menambah sejmlah rakaat dulu sejumlah yang
kurang, bary melakukan sujud sahwi.
B.SHALAT JAMAAH
“Sholat berjamaah itu lenih utama dari sholat sendirian sebanyak dua puluh tujuh derajat”
(H.R. Bukhari & Muslim).
Sholat berjamaah terdiri dari imam & makmumnya. Yang paling berhak menjadi imam adalah :
1.Terpandai dalam bacaan Al-Quran (banyak hafalannya)
2.Bila sama, terpandai dalam hadits Nabi SAW
3.Orang yang menjadi pemimpin di suatu lingkungan (Kepala Keluarga , Ketua RT)
Seorang imam hendaknya meringankan dalam sholat fardhu berjama’ah. Makmum wajib
mengikuti imam & haram mendahuluinya. Hal ini diteghaskan RasulullahSAW :
“ Imam itu diadakan ialah agar diikuti, maka jangan sekali-kali kamu menyalahinya.” (H.R.
Bukhari & Muslim)
“ Tidakkah kamu takut seandainya mengangkat kepala terdahulu dari imam, bahwa Alloh akan
menguibah kepalmu menjadi kepala keledai, & mengubahmu seperti rupa keledai?”(H.R.
Jama’ah).
Untuk menghindari hal tersebut cara terbaiknya adalah :
1.Tidak bergerak sebelum imam selesai mengucapkan “Allohu Akbar”
2.Tidak bergerak sebelum imam sempurna gerakannya.
Sehingga diharapkan makmum tidak menyamai imam, & dapat bergerak serempak dengan
makmumlainnya.
Imam disunnahkan memerintahkan makmumagar meratakan shaf.
Rasulullah bersabda :
“ Ratakan shafmu, rapatkan bahu-bahumu, lunakkan tangan berdampingan dengan saudaramu
& tutuplah sela-sela shaf itu. Karena sesungguhnya setan out memasuki sela-sela itu tak
ubahnya anak kambing kecil. (H.R. Ahmad & Thabrani).
Dianjurkan shalat di shaf pertama serta shaf sebelah kanan.

REFERENSI :
Kaderisasi UKKI Unsoed 2002. Silabus Materi PPAI Unsoed 2002
Forum Pendamping PAI MIPA 2002. Silabus Materi PAI MIPA 2002
Dr. Yusuf Qardhawi, Konsep Ibadah Dalam Islam
Ibnu Taimiyah, Al-Ubudiyah

You might also like