You are on page 1of 25

[HOTD] ukhuwah islamiyah

November 20th, 2006

Hadist riwayat Zaid bin Tsabit ra.:


Bahwa Nabi saw. berangkat untuk berperang di bukit Uhud lalu kembalilah sebagian dari
mereka yang ikut bersama beliau sehingga terpecahlah para pengikut Nabi saw. menjadi dua
bagian. Sebagian mereka mengatakan kita akan bunuh mereka dan sebagian lagi berpendapat
tidak. Lalu turunlah ayat: Maka mengapa kamu terpecah menjadi dua golongan dalam
menghadapi orang-orang munafik.

Links:
[indahnya peRsatuan, buRuknya peRpecahan]
http://www.mediamuslim.info/index.php?option=com_content&task=view&id=99&Itemid=11
[ukhuwah pluRalis]
http://mubarok-institute.blogspot.com/2006/07/ukhuwah-pluralis.html
[tentang banyaknya ‘kelompok’]
http://www.syariahonline.com/new_index.php/id/7/cn/2788
[jangan beRsedih indonesia]
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/032006/12/99pekan.htm
[menggagas ukhuwah nisaiyah]
http://www.rahima.or.id/SR/11-04/Dirasah.htm
[hablum minallah]
http://rasuldahri.tripod.com/articles/kka2_sebelas.htm
[kekuatan ukhuwah]
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0404/08/manajemen_qolbu.htm
[hikmah tahun baRu islam : meRancang hidup lebih baik]
http://www.manajemenqolbu.com/cybermq/detail_artikel.php?id=43&noid=2&PHPSESSID=583
9e1da89450debb8b626e607aad679
[istilah ikhwan dan akhawat yang mengalami penyempitan makna]
http://www.syariahonline.com/new_index.php/id/11/cn/4752
[webmasteR muslim beRsatu membela islam memeRangi alkaafiRuun]
http://drupalmalaysia.org/RISALAH-ISLAM/node/14

-perbanyakamalmenujusurga-

http://www.mediamuslim.info/index.php?option=com_content&task=view&id=99&Itemid=11

Indahnya Persatuan, Buruknya Perpecahan

Dikirim oleh Kontributor Special || Jumat, 09 Juni 2006 - Pukul: 13:26 WIB

Di antara keistimewaan ajaran Islam adalah seruan kepada penganutnya untuk


mempertahankan persatuan di antara umat Islam (Ukhuwah Islamiah ) dan cercaan terhadap
perpecahan yang terjadi di tengah umat ini. Sesuai dengan firman Allah yang artinya:"Dan
berpegang eratlah kalian semua dengan tali Allah dan janganlah berpecah belah" . (Ali Imran:
103). Maksud dari kata "tali Allah" adalah Al-Qur'an. Terdapat beberapa hadits yang
menerangkan tentang "berpegang erat dengan tali Allah" antara lain: Abu Sa'id Al-Khudri
berkata: Bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam : "Kitabullah adalah tali Allah yang
memanjang dari langit hingga bumi". (HR. At-Tirmidzi, hasan gharib ).

Abu Syuraih Al-Khuza'i berkata: Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berada di tengah-
tengah kami, beliau bersabda: "Kabar gembira buat kalian, apakah kalian bersaksi bahwa tidak
ada sesembahan yang haq selain Allah dan aku adalah utusanNya?" Para sahabat menjawab:
"Benar". Kemudian Rasulullah ` bersabda: "Sesungguhnya Al-Qur'an ini adalah perantara (tali),
salah satu ujung talinya berada di sisi Allah dan ujung lainnya ada di tengah-tengah kalian,
maka berpegang teguhlah padanya, sungguh kalian tidak sesat dan binasa jika berpegang teguh
padanya (Al-Qur'an)." (Shahih Ibnu Hibban, 12/165).

Zaid bin Arqam berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:"Ketahuilah bahwa
saya meninggalkan bagi kalian dua hal yang berat, salah satunya adalah Kitabullah dan itu
adalah tali Allah, barangsiapa mengikutinya maka dia ada dalam petunjuk Allah dan
barangsiapa meninggalkannya maka ia dalam kesesatan." (HR. Muslim).

Kalimat "jangan kalian berpecah belah" berarti peringatan Allah kepada umat Islam untuk
bersatu dalam persaudaraan Islam dan larangan untuk bergolong-golongan yang menyebabkan
lemahnya umat Islam di hadapan umat lain. Terdapat beberapa hadits yang menerangkan
perintah Allah kepada hambaNya untuk menjaga persatuan umat Islam (Ukhuwah Islamiyah)
antara lain:

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya Allah
menyukai tiga hal dan membenci tiga hal. Tiga hal yang disukai Allah adalah: Menyembah
hanya kepada Allah dan tidak mempersekutukanNya dengan suatu apapun, Berpegang
eratlah kalian semua dengan tali Allah (bersatu) dan jangan berpecah belah, Saling memberi
nasihat terutama antara pemimpin dan rakyat.

Dan tiga hal yang dimurkai Allah adalah:

Dan tiga hal yang dimurkai Allah adalah:

• Mempercayai isu/berita yang tak jelas kebenarannya.


• Bertanya yang tidak pada tempatnya.
• Berbuat mubazir atau berfoya-foya." (Ibnu Katsir, 2/83; Shahih Muslim; 1715).

PENJELASAN PARA ULAMA

Mari kita telusuri pendapat para Imam Yang Sholeh dalam pembahasan ini.

Imam Qurthubi:
Dalam memahami kalimat "berpegang teguhlah pada tali Allah" beliau mengatakan,
'Sesungguhnya Allah memerintahkan kita untuk selalu bersatu dan melarang kita untuk berpecah
belah. Sungguh perpecahan itu adalah suatu kehancuran, sebaliknya persatuan (ukhuwah
Islamiyah) adalah keberhasilan karena berpegang teguh pada tali Allah; maka berpegang
teguhlah dengan taliNya yang kuat ( al-'urwatul wutsqa) yaitu Kitabullah.'

Sementara itu kalimat "jangan kalian berpecah" maksudnya berpecah dalam agama kamu
sebagaimana berpecahnya orang-orang Yahudi dan Nasrani dalam agama mereka. Bisa juga arti
berpecah di sini bergolong-golongan mengikuti hawa nafsu dengan berbagai macam tujuan
duniawi yang menyebabkan banyaknya golongan-golongan dalam agama ini. Oleh karena itu,
satu-satunya jalan menghindari bencana ini adalah bersatunya umat Islam dalam satu ikatan
Allah yaitu Kitabullah. (Al-Qurthubi, 4/159).

Untuk itulah Allah mewajibkan kita agar berpegang teguh pada KitabNya serta sunnah RasulNya
dan menjadikan keduanya sebagai rujukan (referensi) dalam hidup ini, terutama ketika terjadi
perselisihan di antara kita. Allah juga memerintahkan kita untuk selalu berpedoman kepada Al-
Qur'an dan Al-Hadits sebagai keyakinan yang diamalkan. Inilah jalan menuju persatuan umat
Islam untuk kebaikan dunia akhirat. (Al-Qurthubi, 4/164).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah:


Dalam hal ini berkata: "Para pengikut sunnah Rasul shallallahu 'alaihi wasallam (Ahlus Sunnah)
adalah kelompok manusia terbesar yang bersatu dan saling mengasihi. Sebaliknya golongan
mutakallimin dan filsafat adalah kelompok manusia terbesar dalam pertikaian dan
perselisihan." Beliau tambahkan pula: "Sesungguhnya dalam golongan Mu'tazilah banyak terjadi
pertikaian dan perselisihan. Satu sama lain saling mengkafirkan, bahkan ada seorang murid yang
menganggap kafir gurunya karena berselisih faham. Hal ini tak mungkin dan tak akan pernah
terjadi pada umat yang mengikuti perilaku Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang bersumber
dari Al-Qur'an dan Al-Hadits. Jika terjadi perselisihan pada umat Islam dan mengakibatkan
pertikaian bahkan permusuhan maka ketahuilah bahwa hawa nafsu telah berperan di sini dan
bukan lagi kebenaran."

"Para imam mujtahid Islam telah memberi contoh pada kita, walaupun mereka berbeda
pendapat dan berselisih paham dalam masalah kaifiyat (cara) pelaksanaan ibadah tetapi mereka
tetap bersatu dan saling kasih dalam Ukhuwah Islamiyah." Ditambahkan pula oleh beliau:
"Perpecahan yang terjadi pada umat Islam disebabkan banyaknya pengikut umat ini yang
melakukan bid'ah dalam agama mereka. Sementara persatuan (ukhuwah Islamiyah) yang terjadi
di tengah umat ini karena mereka berpegang teguh pada ajaran Islam murni dan otentik yang
disampaikan oleh para Salafus Shalih dari umat ini. Untuk itu para pengikut sunnah Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam pasti bersatu dan ahli bid'ah pasti dalam perpecahan." (Majmu',
4/53).

Ibnu Qutaibah:
Ketika berbicara tentang golongan Mu'tazilah, beliau mengatakan: "Bahwa golongan ini adalah
kelompok manusia terbesar yang selalu berselisih paham dan akhirnya satu sama lain saling
bermusuhan. Jika dua orang pemimpin dari golongan ini bertemu pasti terjadi perselisihan di
antara keduanya. Dan setiap orang dari pemimpin Mu'tazilah pasti mempunyai golongan/aliran
yang berbeda dengan pemimpin lainnya. Sebaliknya para imam mujtahid Ahlus Sunnah walaupun
perselisihan selalu terjadi di antara para sahabat juga tabi'in dalam hal fiqih dan nahwu tapi
mereka tetap dalam satu ikatan dan saling kasih dalam persaudaraan Islam (Ukhwah Islamiah)
dalam beragama." (Lihat kitab Ikhtilafuhum fil Ushul).

Imam Abul Qasim Al-Isbahani:


Beliau berkata: "Kelompok yang selalu merujuk segala sesuatu kepada Al-Qur'an dan Al-Hadits
(Ahlus Sunnah) selalu menjaga persatuan (Ukhuwah Islamiah). Karena mereka selalu menjadikan
Al-Qur'an dan Al-Hadits sebagai rujukan (referensi) segala permasalahan dunia maupun akhirat.
Sebaliknya mereka yang mengerjakan ibadah dengan bersumber kepada pendapat dan logika
saja (pelaku bid'ah) maka kita akan dapatkan mereka selalu dalam perpecahan. Artinya, orang
Islam yang rujukan agamanya tepat dan benar, mereka selalu ada dalam persaudaraan,
walaupun ada perbedaan dalam memahami suatu Hadits yang berbeda kata atau kalimatnya.
Sebaliknya pula bagi mereka yang rujukan agamanya tidak tepat, seperti memahami agama
hanya dengan logika dan pendapat pribadi, kita akan dapatkan mereka selalu ada dalam
perpecahan; karena otak dari setiap individu mem-punyai pandangan berbeda satu dengan
lainnya.

Mari kita kembali telusuri kehidupan para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, tabi'in dan
para mujtahid setelahnya, mereka tetap bersatu meski berbeda pendapat dalam masalah
bersuci, perdagangan, pernikahan, perceraian dan masalah-masalah lainnya yang memang pintu
untuk perbedaan itu terbuka lebar. Walaupun demikian mereka tetap ada dalam suatu barisan
untuk meninggikan kalimat Allah. Hal ini bisa terjadi karena mereka tetap merujuk pada
referensi yang tepat yaitu Al-Qur'an dan Al-Hadits sebagai pedoman.
Perbedaan pendapat seperti ini justru menjadikan kedudukan mereka mulia dan terhormat,
inilah rahmat Allah untuk umat Islam. Dalam berselisih mereka bersaudara dalam perbedaan
mereka tetap saling hormat, oleh karena itu tali persaudaraan mereka semakin kokoh.

Bersabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, artinya: "Janganlah kalian saling hasud/dengki,
saling marah, saling memutuskan (persaudaraan) dan janganlah kalian saling bermu-suhan,
akan tetapi jadilah hamba Allah yang bersau-dara." (HR. Muslim). Demikianlah yang seharusnya
terjadi sesama muslim dan bukan sebaliknya.

Imam Abu Abdillah dalam bukunya Al-Ibanah berkata: "Ketahuilah wahai saudaraku, Allah telah
menunjukkan kepada kita kebaikan dan persatuan, dan telah menghindarkan kita dari
perpecahan melalui kisah-kisah tentang umat yang terdahulu dalam Al-Qur'an. Perpecahan yang
terjadi pada mereka mengakibatkan mereka berani mengingkari Allah dengan berusaha
melanggar ajaranNya yang dibawa para rasul dengan merubah ajaran tersebut. Juga Allah
mengajarkan kepada kita bahwa rasa dengki terhadap sesama disebabkan ditinggalkannya Al-
Qur'an sebagai rujukan dan pedoman hidup dan akhirnya keluarlah mereka dari rel yang
ditetapkan Allah." (Al-Ibanah, 1/270).

Abdullah bin Mas'ud selalu berdo'a dalam dakwahnya: "Ya Allah, perbaikilah sesama kami dan
tunjukkanlah kami jalan damai dan keluarkanlah kami dari kegelapan menuju pada cahaya dan
jauhkanlah kami dari kenistaan, baik yang tampak maupun yang tidak. Dan berkahilah bagi kami
pendengaran kami, penglihatan kami, hati kami, isteri kami, keturunan kami dan ampunilah
kami, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan Maha Penyayang dan jadikanlah kami orang
yang bersyukur atas nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepada kami dan sempurnakanlah
anugerah tersebut bagi kami." ( Shahihul Bukhari fil adabil mufrad, hal. 235).

http://mubarok-institute.blogspot.com/2006/07/ukhuwah-pluralis.html

Wednesday, July 12, 2006


Ukhuwah Pluralis
at 2:39 AM

Sungguh bahwa allah SWT menempatkan manusia keseluruhan sebagai Bani Adam dalam
kedudukan yang mulia, "Walaqad karramna Bani Adam." (Q/17:70). Manusia diciptakan Allah
SWT dengan identitas yang berbeda-beda agar mereka saling mengenal dan saling memberi
manfaat yang satu dengan yang lainnya (Q/49:13). Tiap-tiap umat diberi aturan dan jalan (yang
berbeda), padahal seandainya Tuhan mau, seluruh manusia bisa disatukan dalam kesatuan
umat. Allah SWT menciptakan perbedaan itu untuk memberikan peluang berkompetisi secara
sehat dalam menggapai kebajikan, "fastabiqul khairat."(Q/5:48). Oleh karena itu sebagaimana
dikatakan oleh rasul SAW, agar seluruh manusia itu menjadi saudara antara satu dengan yang
lainnya, "Wakunu 'ibadallahi ikhwana."(Hadist Bukhari).

Dalam bahasa arab, ada kalimat "ukhuwah."(Persaudaraan), ada kalimat "ikhwah"(saudara


seketurunan) dan "ikhwan" (saudara bukan seketurunan). Dalam quran kata "akhu"(saudara)
digunakan untuk menyebut saudara kandung atau seketurunan(Q/4:23), saudara
sebangsa(Q/7:65) saudara semasyarakat walau berselisih faham(Q/38:23) dan saudara
seiman(Q49:10). Quran bukan hanya menyebut persaudaraan kemanusiaan (ukhuwah
insaniyyah) tetapi bahkan menyebut binatang dan burung sebagai umat seperti manusia
(Q/6:38). Sebagai saudara semakhluk (ukhuwah makhluqiyah) Istilah "ukhuwah islamiyah."
bukan bermakna persaudaraan antara orang-orang Islam, tetapi persaudaraan yang didasarkan
pada ajaran Islam atau persaudaraan yang bersifat islami. Oleh karena itu cakupannya
"ukhuwah Islamiyyah"bukan hanya menyangkut sesama orang Islam namun juga menyangkut
dengan non Muslim bahkan makhluk yang lainnya. Misalnya, seorang pemiliki kuda, tidak boleh
membebani kudanya dengan beban yang melampaui batas kewajaran. Ajaran ini termasuk
ajaran ukhuwwah Islamiyyah. bagaimana seorang muslim bergaul dengan kuda miliknya.

Dari ayat-ayat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Quran dan Hadist sekurang-kurangnya
memperkenalkan empat macam ukhuwah yaitu:
1. Khuwah 'ubudiyyah: Persaudaraan karena sesama makhluk yang tunduk kepada Allah SWT.
2. Ukhuwah Insaniyyah atau basyariyyah: Persaudaraan karena sama-sama manusia secara
keseluruhan.
3. Ukhuwah wathaniyyah wa an nasab: Persaudaraan karena keterikatan keturuanan dan
kebangsaan.
4. Ukhuwah diniyyah, persaudaraan karena seagama.

Bagaimana ukhuwah berlangsaung, tak lepas dari faktor penunjang. Faktor penunjang signifikan
membentuk persaudaraan adalah persamaan. Semakin banyak persamaan, baik persamaan rasa
maupun persamaan cita-cita maka semakin kokoh ukhuwahnya. Ukhuwa biasanya melahirkan
aksi solidaritas. Contohnya diantara kelompok masyarakat yang sedang berselisih, segera
terjalin persaudaraan ketika semuanya menjadi korban banjir, karena banjir menyatukan
perasaan, yakni sama-sama merasa menderita. Kesamaan perasaan itu kemudian memunculkan
kesadaran untuk saling membantu.

Petunjuk al-Quran Tentang Ukhuwah


1. Tetaplah berkompetisi secara sehat dalam melakukan kebajikan, meski mereka berbeda
agama, ideologi, status: "fastaqul khairat."(Q/5:48). Jangan berfikir menjadi manusia dalam
kesaragaman, memaksa orang lain untuk berpendirian seperti kita. Misalnya, Allah SWT
menciptakan kita perbedaan sebagai rahmat, untuk menguji mereka siapa diantara mereka
yang memberikan kontribusi terbesar dalam kebajikan

2. Memelihara amanah (tanggung jawab) sebagai khalifah Allah dimuka bumi, dimana manusia
dibebani keharusan menegakkan kebenaran dan keadilan (Q/38:26). Serta memelihara
keseimbangan lingkungan alam (Q/112:4).

3. Kuat pendirian tetapi menghargai pendirian orang lain "lakum dinukum wliyadin." (Q/112:4).
Tidak perlu bertengkar dengan asumsi bahwa kebenaran akan terbuka nanti dihadapan Allah
SWT(Q/42:15).

4. Meski berbeda ideologi dan pandangan tetapi harus berusaha mencari titik temu, "kalimatin
sawa" tidak bermusuhan seraya mengakui eksistensi masing-masing(Q/3:64).

5. Tidak mengapa bekerjasa dengan pihak yang berbeda pendirian dalam hal kemaslahatan
umum, atas dasar saling menghargai eksistensi, berkeadilan, dan tidak saling menimbulkan
kerugian.(Q/60:8) Dalam hal kebutuhan pokok (mengatasi kelaparana, bencana alam, wabah
penyakit). Solidaritas sosial dilaksanakan tanpa memandang agama, etnis dan identitas lainnya
(Q/2:272).

6. Tidak memandang rendah kelompok lain, tidak pula meledek atau membenci mereka
(Q/49:11)

7. Jika ada persilihan diantara kaum beriman, maka islahnya haruslah merujuk kepada
petunjuk al-Quran dan Sunah Nabi SAW. (Q/4:59)

al-Quran menyebut bahwa pada hakekatnya seorang mukin itu bersaudara seperti saudara
sekandung, "innamal mu'minuna ikhwah." (Q/49/10). Hadist nabi bahwa memisalkan hubungan
antara mukmin itu bagaikan hubungan anggota badan dalam satu tubuh dimana jika satu
anggota tubuh sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain juga merasa sakit. Nabi juga
mengingatkan bahwa hendaknya diantara sesama manusia tidak mengembangkan fikiran negatif
(buruk sangka), tidak mencari-cari kesalahan orang lain, tidak saling mendengki, tidak saling
membenci, tidak saling membelakangi tetapi kembangkanlah persaudaraan (HR Abu Hurairah).

Meskipun demikian persaudaraan dan solidaritasnya harus berpijak pada kebenaran, bukan
mentang-mentang saudara lalu buta terhadap masalah. al-Quran mengingatkan kepada orang
mukmin agar tidak tergoda untyuk melakukan perbuatan melampaui batas ketika orang lain
melakukan hal yang sama kepada mereka. Sesama mukmin diperintahkan bekerjasama dalam
hal kebajikan dan taqwa serta dilarang bekerjasama dalam membela perbuatan dosa dan
permusuhan. "Ta'awanu 'alal birri wat taqwa wala ta'awanu 'alal istmi wal 'udwan." (Q5:2)
Wallohu a'lamu bissawab.
posted by : Mubarok institute

http://www.syariahonline.com/new_index.php/id/7/cn/2788

Konsultasi : Sosial Politik

Tentang Banyaknya 'kelompok'

Pertanyaan:

Assalamu'alaikum wr wb
salam kenal, saya adalah seorang mahasiswa baru di kota Depok. sebenarnya saya berasal dari
daerah Jabotabek.
langsung saja....
ini mengenai kebingungan saya di kampus dimana saya kuliah berkenaan dengan adanya
'kelompok-kelompok' Islam. Saya tidak tahu mengapa bisa ada bermacam-macam 'kelompok'
ini....
agar lebih jelas mungkin dapat saya jelaskan diantaranya (yang ada di kampus saya...), yaitu;
Salaf; Jamaah tabligh; Ikhwan; Hizbut tahrir; dlll
saya tidak tahu pembagian-pembagian ini berdasarkan apa...
apakah mahzab yang berbeda, atau aliran, atau apa...tolong dijelaskan tentang keberadaan
mereka.
saaya menanyakan ini karena hal ini mengganggu saya..., banyak senior-senior yang mengajak
masuk/menganjurkan saya untuk gabung di 'kelompok' ini....padahal di tempat asal saya dulu
tidak ada 'kelompok' yang seperti ini....
sebelumnya saya ucapkan terimakasih banyak...
wassalamu'alaikum wr wb

Muhammad Bayuaji

Jawaban:

Assalamu `alaikum Wr. Wb.


Al-Hamdulillahi Rabbil `Alamin, Washshalatu Wassalamu `Alaa Sayyidil Mursalin, Wa `Alaa
`Aalihi Waashabihi Ajma`in, Wa Ba`d

Sebenarnya adanya sekian banyak jamaah itu bisa dilihat sebagai buah dari upaya umay Islam
mengembalikan kekuatannya. Setelah lama tenggelam dalam keterpurukan dan kemunduran.
Dan masing-masing meninggalkan potret cerita yang jujur tentang kondisi dimana pendirinya
pernah hidup dan berinteraksi dengan lingkungannya. Sehingga bila masing-masing memiliki
konsentrasi yang berbeda, kita bisa pahami bahwa permsalahan yang mereka hadapi juga
berbeda. Begitu juga dengan kondisi masyarakat, zaman, wawasan dan juga realitas yang
berbeda. Masing-masing tumbuh di masa dan kondisi yang juga berbeda.

Yang menarik diperhatikan adalah ternyata jamaah-jamaah itu agaknya mencerminkan jamaah-
jamaah dari dunia international. Karena nama-nama jamaah yang Anda sebutkan itu memang
memiliki induk nun jauh disana di luar Indonesia. Ada yang di Saudi Arabia, Mesir, Jordan dan
India/Pakistan. Sedangkan yang bersifat lokal, kelihatan tidak terlalu menggebu. Atau paling
tidak sedikit banyak dipengaruhi oleh jamaah yang lebih besar dan luas pengaruhnya di dunia.

Jamaah-jamaah itu memang bisa dibilang cukup besar dan memiliki pengikut yang lumayan
tersebar di berbagai negara. Tidak terkecuali di Indonesia dan di lingkungan kampus Anda itu.
Tapi sejauh mana keterkaitan dan keterikatan mereka dengan induknya, kami tidak punya data
yang akurat. Yang jelas mereka sering menisbahkan diri atau dinisbatkan oleh orang lain dengan
induk-induk yang besar itu, baik secara eksplisit maupun implisit.

Lepas dari apa dan siapakah mereka yang ada di lingkungan kampus Anda itu, kami hanya hanya
memiliki sedikit literatur tentang mereka, diantaranya kami cuplikkan untuk Anda sebagai
bahan :

1. Salafiyah

Dakwah salafiyah umumnya lebih punya titik tekan pada masalah pembenaran dan pelurusan
aqidah. Sehingga istilah-isitlah yang berkaitan dengan tauhid, aqidah, manhaj ahlussunnah dan
sejenisnya lebih sering terdengar dari kelompok ini. Selain itu mereka juga sering mengangkat
masalah pemberantasan bid`ah-bid`ah yang sering terjadi di tengah masyarakat.

Dalam masalah fiqhiyah umumnya mereka lebih dekat dengan mazhab Imam Ahmad bin Hanbal,
selain itu Imam Ibnu Taimiyah dan muridnya, Ibnul Qayyim adalah dua tokoh yang paling sering
dikutip pendapatnya.

Sedangkan tokoh ulama yang paling sering mereka jadikan rujukan adalah Syeikh Muhammad
ibn Abdul Wahhab, salah seorang pembaharu di hijaz. Sedangkan tokoh-tokoh ulama mereka
kini antara lain adalah Syeikh Abdullah bin Baz, Syeikh Muhammad Nashiruddin Al-Bani, Syeikh
Al-`Utsaimin dan lain-lainnya. Selain itu ada Dr. Rabi`, mantan dosen di Univ. Islam Madinah
dan juga syeikh Muqbil di Yaman yang waktu itu sempat memberi fatwa kepada Ustaz Ja`far
untuk mengeksekusi pezina di Ambon.

Secara fiqih, umumnya pendapat mereka lumayan tegas dan saklek sebagaimana fatwa para
tokoh ulama mereka di Timur Tengah. Sehingga bisa dilihat dari ciri penampilan pisik mereka
yang paling kentara adalah masalah isbal, yaitu meninggikan kain / celana di atas mata kaki
dan jenggot. Sedangkan aktifis wanitanya umumnya mengenakan cadar / niqab. Termasuk
pengharaman gambar makhluq hidup dan photografi pada sebagian mereka.

Namun sebagai sebuah organisasi yang terstruktur, nampaknya mereka tidak terlalu antusias
kalau boleh dibilang tidak setuju untuk membentuk sturktur sebuah jamaah.
Mereka pun umumnya menjauhi dunia politik karena dianggap tidak sesuai dengan manhaj
Rasulullah SAW.

2. Jamaah Tabligh

Kelompok ini bercirikan mengajak orang untuk membersihkan hati, memperbanyak amal ibadah
mahdhah, meramaikan masjid, hidup sederhana dan bersahaja serta menghidupkan praktek
yang mereka yakini sebagai sunnah Nabi SAW.

Diantaranya makan bersama dalam satu wadah dengan tangan, memakai pakaian gaya Arab
(pakistan ?), memakai parfum dan celak mata, memakai kayu `ara` untuk menggosok gigi
(bersiwak) serta memperbanyak zikir dan mengajak orang untuk ibadah.
Mereka tidak terlalu antusias dengan urusan politik suatu negeri, atau memberantas
kemungkaran, bid`ah atau syirik. Mereka lebih senang berkonsentrasi kepada Amar Makrufnya
yaitu mengajak kepada kebaikan saja.

Begitu juga mereka tidak terlalu mempermasalahkan hukum-hukum fiqih dan kajian syariat
Islam. Karena ada anggapan hal itu hanya akan menimbulkan perbedaan dan perselisihan antar
umat Islam. Dalam acara pengajian mereka yang sering disebut dengan �bayan� umumnya
dibahas masalah keutamaan zikir, menghidupkan sunnah, hidup sederhana, meramaikan masjid,
tolong menolong dan persaudaraan Islam.

Mereka punya program jaulah dan khuruj yang bentuknya menginap di masjid dan berpindah
dari satu masijd ke masjid lain. Mereka tidak merasa risih untuk mengetuk pintu rumah orang-
orang muslim dan berziarah serta mengajak anggota keluarga untuk shalat di masjid. Meski
mereka tidak kenal dengan penduduk setempat. Bahkan rute khuruj dan jaulah mereka bisa
sampai ke manca negara dan berhasil mengislamkan banyak orang di negeri non muslim.

Diantara buku rujukan mereka yang utama adalah �Hayatus Shahabah� karya Al-Kandahlawi.
�Riyadhus shalihin� karya Imam An-nawawi dan lainnya.

3. Al-Ikhwan Al-Muslimun

Gerakan Ihkwan sejak awal menyatakan bahwa gerakan mereka adalah gerakan yang integral
dan mencakup semua bentuk aktifitas.

Al-Ikhwan Al-Muslimun didirikan pertama kali di Isma�iliyyah, sebuah wilayah di Mesir oleh Al-
Banna pada tahun 1928 M. Mulai dari ceramah beliau di kedai-kedai kopi hingga menjadi sebuah
gerakan yang besar dan memiliki cabang di berbagai pelosok Mesir bahkan ke berbagai negara
Arab lainnya. Dari segi level dan usia kematangan gerakan, Ikhwan termasuk gerakan Islam
yang paling besar dan senior. Mereka memilik banyak kekuatan sumber daya manusia dari
ulama, tentara, pejabat, ilmuwan, mahasiswa, pedangan, petani, nelayan dan para pemuda.

Meski sempat dibubarkan namun aktifitas gerakan ini semakin hari semakin besar. Para ulama
kaliber dunia semacam Yusuf Al-Qaradawi, Muhammad Al-Ghazali, Dr. Said Ramadhan Al-Buthi,
Dr. Fathi Yakan, Dr. Said Hawwa, As-Sayyid Sabiq, Nasih `Ulwan dan masih banyak lagi adalah
aktifis ikhwan. Buku-buku mereka dibaca hampir oleh semua generasi Islam di berbagai belahan
dunia. Hampir semua jamiah (universitas) di Timur Tengah akrab dengan pengaruh ikhwan.

Salah satu kelebihan gerakan ini adalah kemampuan mereka merekrut pendukung dan
kepiawaian dalam membentuk sturktur yang solid. Sehingga mampu menghimpun sekian banyak
potensi umat menjadi sebuah kekuatan raksasa yang ditakuti lawan dan disegani kawan. Dalam
banyak literatur, mereka menerapkan sistem usroh yang berjalan secara kontiniu untuk semua
anggota mereka.

Secara aqidah mereka adalah bagian dari ahlussunnah wal jamaah. Sedangkan secara
pemahaman fiqih, mereka tidak mewajibkan anggotanya untuk berpegang pada satu mazhab
tertentu, sehingga kita mendapati mereka memiliki mazhab fiqih yang bervariasi.
Secara politik, ikhwan memandang bahwa peluang untuk berdakwah bisa dilakukan dimana
saja, termasuk politik. Sehingga bila kondisi memungkinkan, mereka tidak segan untuk
membuat partai politik dan memperjuangkan syariat Islam melalui parlemen. Meski tujuan
mereka bukan semata-mata kekuasaan. Hal itu tercermin dari peristiwa di Mesir ketika Ihkwan
memberikan suara mereka kepada partai Wafd dengan syarat bila menang Wafd harus
menegakkan syariat Islam. Sayangnya, Wafd ingkar janji dan oleh karena itu dukungan ikhwan
kepada mereka dicabut.

Saat ini gerakan ikhwan telah tersebar di hampir 70 negara arab dan non arab.

4. Hizbut Tahrir

Hizbut Tahrir maknanya adalah partai pembebas, berpijak kepada keharusan mengembalikan
khilafah Islamiyah. Didirikan pertama kali oleh Syeikh Taqiyuddin An-Nabhani seorang tokoh
kelahiran Ijzim Palestina pada tahun 1952.

Hizbut Tahrir berkonsentrasi juga kepada pemikiran dan tsaqafah islamiyah serta
menjadikannya landasan pembentukan pribadi muslim. Untuk itu mereka aktif melakukan
nadwah (seminar), dialog, diskusi, tanya jawab dan sebagainya (lihat kitab mafahim al-asasiyah
hal. 87).

Hizb dalam rangka melakukan perubahan melakukan tiga langkah / tahap. Pertama, tahap
pertarungan pemikiran dengan cara lontaran-lontaran tsaqafah. Kedua, tahap revolusi berpikir
dengan aktifitas masyakarat melalui aktiftas tsaqafi siyasi. Tahap ketiga, tahap pengambil
alihan kekuasaan melalui gerakan massa. Menurut hizb, pada tahap ketiga itu, gerakannya
harus meminta bantuan kepala negara, miiter, pimpinan jamaah, ketua suku, duta besar dan
sebagainya. Mereka juga mengenal semacam pentahapan 13 tahunan dalam pentahapan
dakwah yang kemungkinan besar mengacu dari sirah nabawiyah.

Gerakan hizbut tahrir ini juga lumayan banyak diikuti oleh para aktifis di berbagai belahan
dunia termasuk eropa. Namun informasi lebih jelas dan akurat bisa Anda dapatkan pada kantor
hizbut tahrir indonesia. Karena informasi ini hanya sekilas dan pastilah banyak yang harus di
update lagi.

Harapan

Kita sebenarnya tidak usah terlau pesimis dengan banyaknya kelompok dan jamaah seperti itu.
Pertama, karena adanya banyak jamaah itu tidak otomatis berarti perpecahan dan pertikaian.
Karena sebenarnya masing-masing bisa tetap menjaga ukhuwah, kerjasama dan saling
melengkapi kekurangan masing-masing. Dan sebaiknya para tokoh dari masing-masing jamaah
itu pun tidak menciptakan fanatisme berlebihan sehingga menimbulkan fitnah atau juga tidak
saling menjelekkan dan saling caci.

Kedua, adanya jamaah dengan konsentrasi masing-masing itu bisa menjadi lahan untuk
menajamkan visi dan profesionalitas umat. Karena masing-masing punya bidang garap dan
spesialisasi yang unik. Keunikan masing-masing itu bisa dimanfaatkan untuk saling bersinergi
dalam menegakkan Islam.

Biar bagaimana pun semua itu adalah satu umat dan masing-masing saling bersaudara. Sehingga
Allah SWT tetap akan menolong hambanya selama hambanya tetap menolong saudarnya.

Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,


Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.

http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/032006/12/99pekan.htm
BERAKHIR PEKAN Syekh Dr. Aidh Al-Qarni,
”Jangan Bersedih Indonesia”

MENDENGAR nama Syekh Dr. Aidh Al-Qarni tentu kita akan bertanya-tanya. Siapa kah ulama itu?
Akan Tetapi, apabila disebutkan judul buku karangan Al-Qarni yakni Laa Tahzan (Jangan
Bersedih) rata-rata mengatakan pernah membaca atau melihat sampulnya.

Ya, nama Syekh Aidh Al-Qarni beberapa tahun terakhir ini nyaris menyedot perhatian banyak
kaum Muslimin di seluruh dunia termasuk Indonesia. Karya Aidh Al-Qarni yang berjudul Laa
Tahzan dan diterjemahkan dengan Don't Be Sad atau "Jangan Bersedih", laris manis bak kacang
goreng di pasar pembaca buku Islam seluruh dunia.

Kondisi sama juga terjadi di Indonesia. Buku tersebut bahkan diterbitkan oleh puluhan penerbit
dan umumnya mencapai angka penjualan yang fantastis. Hampir di setiap sampul buku tersebut
dari berbagai penerbit tercantum logo best seller yang menandakan buku itu memang termasuk
golongan buku yang amat disukai pasar.

Buku Laa Tahzan sampai sekarang telah diterjemahkan ke dalam 29 bahasa dunia, dan telah
terjual lebih dari sejuta eksemplar. Dalam edisi Bahasa Arabnya saja Laa Tahzan terjual 120
ribu kopi dan menjadi bacaan wajib bagi aparat pemerintah Arab Saudi.

Syekh Qaidh Al-Qarni telah melahirkan 80 buku hadis, namun namanya baru mencuat ke seluruh
dunia setelah menulis Laa Tahzan. "Saya juga bersyukur kepada Allah dengan meledaknya buku
Laa Tahzan bahkan para pemimpin di Timur Tengah mewajibkan para stafnya untuk membaca
buku ini," katanya saat berada di Masjid Pusdai Jabar, Rabu (8/3) lalu.

Siapa sebenarnya syekh yang memelihara jenggot panjang sedada ini yang kini dijuluki ulama
semiliar umat?

Syaikh al-Qarni adalah ulama kelahiran Saudi pada tahun 1379 H. Dia menuntut ilmu di
madrasah ibtidaiyah/MI (setingkat SD) Ali Salman, selanjutnya belajar di Ma'had Ilmi sejak
bangku mutawassitah (setara SMP), hingga lulus sarjana strata 1 dan magister di tempat yang
sama.

Salah satu karya ilmiahnya adalah Al-Bid'ah wa-Atsaruha fi ad-Diraayah wa ar-Riwayah,


sedangkan disertasi doktornya berkutat pada kajian ilmu hadis yang berjudul Al-Mufahhim ala
Mukhtashar Shahih Muslim. Situs Islamonline.com mencatat kelebihan Syekh Al-Qarni karena
dia adalah orang yang mendalami ilmu syariah dan dakwah.

Syekh yang kini menjadi guru besar di Universitas Riyadh, Arab Saudi, juga seorang hafiz
Alquran dan mendalami ilmu tafsir seperti Ibnu Katsir, At-Thabari, al-Qurthubi, Zaadu al-Masiir
Ibnul Jauzi, al-Kassyaf karya Az-Zamakhsyari, bahkan tafsir Fi Dzilalil Quran karya Sayyid
Quthb. Selain mendalami ilmu Alquran, Dia juga fokus mendalami ilmu hadis sehingga tak heran
Syekh al-Qarni menyelesaikan pembahasan kitab Bulugh al-Maraam sebanyak lebih dari 50 kali.
Dalam pengajian rutin yang dihadiri ribuan jemaah, Syekh Al-Qarni juga mengajarkan pengajian
hadis Mukhtashar Al-Bukhari, Mukhtashar Muslim, al-Muntakhab, al-Lu'lu wa al-Marjan dan
lainnya. Ia juga mengajarkan ilmu akidah, sirah (sejarah) dan fikih dalam pengajian-
pengajiannya di berbagai masjid.

Dalam beberapa bulan terakhir media massa Arab Saudi seperti Koran Asy-Syarq Ausath menulis
syair Syekh Al-Qarni yang bertajuk al-Qaraar al-akhiir atau "keputusan terakhir" untuk
mengundurkan diri pentas dakwah.

Syair yang ditulis Syekh Al-Qarni sepanjang 70 bait itu disebarluaskan secara utuh oleh harian
Al-Madinah terbitan Arab Saudi. Dalam rangkaian syair itu Syekh Al-Qarni menyebutkan
keputusannya untuk mengisolasi diri dari khalayak dan dakwah atau dikenal uzlah.

Syekh yang dalam berceramah suaranya datar namun mantap menegaskan dirinya akan lebih
banyak berdiam di rumah dan mengkaji di perpustakaannya. Ini dilakukan lantaran tekanan dan
respons negatif yang ia terima dari banyak pihak terkait sepak terjang dakwah yang
dilakukannya.

Keputusan ini membuat terhenyak dunia Arab termasuk Gubernur Riyadh, Salman bin Abdel
Azis. Situs Islamonline.com bahkan membuka polling khusus untuk merespons para pengunjung
situsnya, terhadap rencana mundurnya Syekh Al-Qarni dari dunia dakwah. Atas desakan dan
permintaan dari seluruh dunia Syekh Al-Qarni pun lalu mengatakan ingin berpikir dan
menenangkan diri selama sebulan.

Akhirnya, Syekh Aidh Al-Qarni yang kini menginjak usia 46 tahun mengurungkan niatnya mundur
dari dunia dakwah. Bahkan, dari Selasa-Kamis (7-9/3) Syekh Al-Qarni berada di Indonesia
mengunjungi Islamic Book Fair di Jakarta dan "dibajak" untuk berceramah di Kota Kembang.

Berikut petikan wawancara Syekh Al-Qarni yang diterjemahkan Ustaz Abdullah Baharmus ketika
berjumpa dengan ratusan Muslimin di Masjid Pusdai Jabar atas undangan "Qusthi Press" dan PW
Al-Irsyad Al-Islamiyyah Jabar.

Ahlan wasahlan ya Syekh (selamat datang) di Bandung. Bagaimana perasaan Syekh ketika
menginjakkan kaki di Indonesia?

Saya sungguh terkesan dengan negeri Anda. Subhanallah. Indonesia merupakan surga ciptaan
Allah dengan tanah subur, udara segar, pepohonan menghijau, dan kekayaan alam yang amat
besar. Saya sudah berkeliling ke berbagai negara di dunia, tapi kondisinya tidak seperti di sini.

Umat Islam merupakan umat terbaik, khairu ummah, apalagi muslimin Indonesia diberi
kekayaan alam melimpah yang seharusnya bersikap optimistis dalam memandang masa kini dan
mendatang. Optimistis dan tenanglah. Jalani hidup tanpa keluh kesah, bersedih, apalagi
khawatir karena semua itu hanya merugikan kita sendiri.

Bagaimana perasaan Syekh setelah dari Jakarta mengunjungi Bandung?

Saya merasa bukan seperti orang lain. Saya sungguh merasa ibarat berada di dalam keluarga
sendiri. Apalagi menjelang salat Subuh saat istirahat di Jakarta, saya dibangunkan oleh suara
azan yang bersahut-sahutan minimal datang dari lima masjid.
Banyak kalangan di Indonesia yang masih prihatin bahkan berkeluh kesah dengan kondisi krisis
sejak pertengahan 1997 lalu. Pendapat Anda?

Persoalan hidup di dunia seperti krisis adalah hal biasa. Tidak perlu berkeluh kesah apalagi
saling menghujat dan mencaci maki. Permasalahan krisis seperti di Indonesia juga pernah
dialami negara-negara lain termasuk Arab Saudi.

Tetapi, mereka dapat mengatasi krisis karena mengembalikan solusinya kepada ajaran Islam.
Semua unsur pemerintah dan masyarakat kembali kepada pemahaman Islam yang benar
bersumber dari Alquran dan sunah Nabi Muhammad.

Sudah saatnya umat Islam termasuk di Indonesia, untuk kembali melirik isi Alquran sunah Nabi
Muhammad lalu bersatu padu dalam kebersamaan. Allah kita satu. Agama kita satu.

Kembali ke aturan-aturan Alquran bukan sekadar dibaca atau dilombakan. Kita meniru perilaku
Yahudi terhadap kitab sucinya yang tidak pernah meresapi, memahami, apalagi mengamalkan.

Ajaran Islam mengatur semua aspek ibarat jasad dengan rohnya. Mengatur masalah agama juga
negara dan pemerintahan. Alquran menjadi pedoman hidup, tapi sayangnya kita anggap
sekadar bacaan.

Bagaiamana tanggapan Syekh tentang kondisi masyarakat Indonesia yang kini makin materialis
dan hedonis?

Anda lebih tahu kondisi masyarakat di sini, namun menurut saya Muslimin di Indonesia masih
memegang teguh ajaran Islam. Yang perlu dilakukan adalah kembali kepada Alquran dan sunnah
agar kehidupannya lebih baik.

Salah satu kelemahan utama umat Islam adalah kurang bisa bersatu padu sehingga
kekuatannya pun lemah. Apa masalahnya?

Saya berdosa, kalian juga berdosa. Semoga Allah yang Mahapengampun menerima tobat kita
lalu kembali kepada ajaran Islam yang benar. Saya sendiri tidak berafiliasi kepada organisasi
mana pun.

Sesama umat Islam sering saling kritik dan merasa benar sendiri. Padahal, organisasi-organisasi
Islam di dunia baik Hizbut Tahrir, Jamaah Tablig, Hamas, Ikhwanul Muslimin, Wahabi, dan lain-
lain jangan saling menyudutkan. Jangan biarkan musuh-musuh Allah memecah belah umat
Islam.

Kita juga jangan terpengaruh oleh adu domba mereka sehingga kita pecah. Apa manfaatnya
kalau kita mengadu domba sesama muslim? Musuh-musuh Islam tidak akan menyerang umat
Islam dengan rudal, pesawat tempur, tank, atau senjata melainkan dengan penyebaran asusila
dan kemaksiatan. Sayangnya di antara umat Islam sendiri ibarat buih, tidak bisa bersatu dengan
lainnya. Akhirnya umat Islam menjadi lemah.

Perbedaan pendapat di antara umat Islam adalah hal wajar yang seharusnya disikapi dengan
bijak dan saling menasihati dengan bahasa halus. Tidak lantas saling menghujat atau mengolok.
Kalau ada yang salah nasihati dengan bahasa yang baik.

Citra Islam sedang karut-marut terutama di negara-negara Barat dengan mencitrakan Islam
sebagai agama teroris yang disimbolkan dengan pedang dan darah. Bisakah citra ini diperbaiki?
Dari awal Islam adalah agama yang menyebarkan rahmat bagi seluruh alam, wamaa arsalnaaka
illa rahmatan lil-alamin (tidak diutus Nabi Muhammad kecuali memberi rahmat seluruh alam,
red). Umat Islam perlu mengedepankan ajaran Islam yang damai, rahmatan lil-alamin, seperti
dicontohkan para penyebar Islam (para wali).

Ulama yang mendakwahkan Islam ke Indonesia tidak pakai pedang atau kekerasan, tetapi
contoh dan akhlak baik. Mereka datang sebagai pedagang yang membawa ajaran Islam secara
damai bukan dengan peperangan.

Saya menolak keras Islam sebagai agama teroris seperti dilekatkan oleh negara-negara Barat.
Teroris itu merusak, membunuh, merampas, dan menghancurkan. Mereka menuding Islam
teroris, padahal mereka sendiri merampas tanah Palestina, menghancurkan Irak dan Afganistan.
Kita tahu siapa sebenarnya yang teroris.

Tanggapan Syekh dengan maraknya unjuk rasa termasuk di Indonesia yang menentang
pemuatan karikatur Nabi Muhammad oleh media massa Denmark?

Itu lah sikap muslim yang benar. Muslimin seharusnya mencintai Allah dan Rasul-Nya. Pertama
kali mengetahui kartun nabi, saya sendiri menangis. Rasulullah adalah orang yang sangat
dicintai lebih dari diri saya sendiri, istri, anak, maupun lainnya.

Dalam buku Syekh menyebutkan pernah dipenjara oleh pemerintah Arab Saudi. Apa benar?

Saya memang pernah dipenjara malah keluar masuk penjara karena adanya beda pandangan.
Namun, di penjara malah saya bisa produktif menulis buku sehingga Gubernur Riyadh, Salman
bin Abdel Aziz, mengetahui hal itu lalu secara bergurau akan kembali memenjarakan saya.
Kalau lebih produktif menulis di penjara, maka saya akan penjarakan kamu lagi (kata Syekh Al-
Qarni menirukan ucapan gubernur Riyadh, red).

Buku Syekh sudah dicetak berpuluh-puluh kali dengan angka penjualan yang fantastis
termasuk di Indonesia. Bahkan, puluhan penerbit di Indonesia mencetak buku tanpa
sepengetahuan Syekh. Tanggapan Syekh?

Tidak menjadi masalah bagi saya kalau penerbit Indonesia mau mencetak karena karya cipta
hanya milik Allah. Khusus royalti semua buku yang saya buat juga sudah saya serahkan kepada
orang lain bukan lagi milik saya. Lillahi ta'ala saya silakan kalau ada muslimin yang mau
menerjemahkan buku-buku saya. Semoga dapat bermanfaat dan semoga Allah memaafkan kita
semua.

Silakan tulis surat kepada saya untuk meminta izin menerbitkan buku-buku yang diinginkan
karena saya tidak terima apa pun dari penerbitan buku-buku saya. Tetapi, khusus buku Laa
Tahzan izinnya sudah saya serahkan ke Akhmad Bawazier dari Qisthi Press.

Apakah dalam waktu dekat ini ada buku karangan Syekh yang akan diterjemahkan dalam
bahasa Indonesia?

Insya Allah tak lama lagi akan terbit buku berjudul Tafsir Praktis setebal 300 halaman yang
sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Saya minta kepada penerbit di Indonesia agar
tidak menjual mahal buku-buku saya sehingga muslimin bisa membelinya.(Sarnapi/"PR")*

http://www.rahima.or.id/SR/11-04/Dirasah.htm
Menggagas Ukhuwah Nisaiyah

Oleh: Mahrus eL-Mawa

Membangun persaudaraan demi tegaknya keadilan bagi kemanusiaan, sejatinya tidak


membedakan jenis kelamin. Dalam teks al-Quran, Allah SWT. (bahkan) menghendaki umat
manusia itu dapat bersatu tanpa berselisih karena perbedaan satu sama lain karena perbedaan
ras, jenis kelamin, warna kulit ataupun suku bangsa.

“Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka
senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan
untuk itulah Allah menciptakan manusia”. [QS. 11: 118-119]
“Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan (syir’atan) dan jalan (minhaja).
Seandainya Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat, tetapi Allah hendak
menguji kamu mengenal pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat
kebajikan”. [QS. 5: 48].

Dengan menyadari pesan ilahi tersebut, kita juga bisa melihat bagaimana Rasulullah SAW.
sendiri kerap berharap agar manusia sebagai hamba Allah senantiasa dapat bersatu seperti
layaknya sesama saudara. Sebagaimana dalam dua haditsnya, yang diriwayatkan Bukhari dan
Muslim, ”Jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara” (kunu ‘ibad allah ikhwana), “Hamba-
hamba Allah semuanya bersaudara” (al-‘ibad kulluhum ikhwah) [lihat juga ad-Darimi, hadits ke-
25].
Makna teks persaudaraan tersebut memang cukup luas. Pembaharu Islam dari Mesir, Muhammad
Rasyid Ridla dalam al-Wahy al-Muhammady menyebutkan ada delapan hal persaudaraan atau
persatuan untuk perbaikan ummat manusia di bidang sosial, politik, dan kebangsaan; kesatuan
umat, bangsa, agama, perlakukan sama di hadapan pengadilan, persatuan keagamaan,
persatuan kemanusiaan, persatuan keadilan dan persatuan bahasa. Namun, dalam paparan
yang cukup baik tersebut, ternyata hal yang berkaitan dengan hak-hak perempuan ternyata
luput disebutkan. Dari sinilah kemudian penting untuk mengangkat tema mengenai pentingnya
persaudaraan antar perempuan atau persaudaraan untuk perjuangan hak-hak perempuan

Rintisan Awal: Perempuan Islam Menuntut Keadilan


Jika melihat riwayat-riwayat hadits Nabi, upaya penegakan keadilan bagi kaum perempuan dan
sikap solidaritas atas diskriminasi yang diterima kaum perempuan tidak hanya dilakukan oleh
Nabi SAW akan tetapi juga oleh kaum perempuan sendiri. Seperti misalnya yang terjadi dalam
sejarah para sahabat di zaman Nabi SAW. Tuntutan perempuan tersebut adalah representasi
dari komunitas perempuan sendiri. Sebagaimana dikemukakan oleh Istri Nabi. SAW, Aisyah bint
Abi Bakr r.a. kepada kaum perempuan Anshor tentang para perempuan Anshor yang tidak
pernah malu untuk belajar mengenai agama. [Lihat Ibn al-Jauzi, Ahkam an-Nisa’, 4-Bayan dzat
ad-din la tastahy min as-su’al ‘an dinih, edisi takhrij hadits oleh Ibrahim Syams ad-din; 2001].
Bahkan mereka juga berani menuntut kepada Nabi SAW. pada saat dirasakan bahwa hak belajar
mereka tidak terpenuhi bila dibandingkan dengan kesempatan yang diberikan kepada sahabat
lelaki.
Tuntutan keadilan tersebut, seperti ditutur dalam hadits Abi Sa’id al-Khudriy, r.a.;

“Suatu saat beberapa perempuan mendatangi Nabi Muhammad SAW., mereka mengadu:
“Mereka yang laki-laki telah banyak mendahului kami, bisakah kamu mengkhususkan waktu
untuk kami para perempuan? Nabi bersedia mengkhususkan waktu untuk mengajari mereka,
memperingatkan mereka dan menasehati mereka”.
Dalam catatan lain, ada seorang perempuan yang datang menuntut kepada Nabi SAW. ia
berkata;

“Wahai Rasul, para laki-laki telah jauh menguasai pelajaran darimu, bisakah kamu
peruntukkan waktu khusus untuk kami perempuan, untuk mengajarkan apa yang kamu terima
dari Allah? Nabi merespon: “Ya, berkumpullah pada hari ini dan di tempat ini”. Kemudian para
perempuan berkumpul di tempat yang telah ditentukan dan belajar dari Rasulallah tentang
apa yang diterima dari Allah SWT. (HR. Bukhari dan Muslim, lihat Ibn al-Atsir, juz X, hadits ke-
7340)1

Dari hadits-hadits tersebut, dapat dipahami, seandainya tidak ada kebersamaan, persaudaraan
atau nasib yang sama di antara para sahabat perempuan, rasanya tidak mungkin bagi mereka
dapat berkumpul lagi dengan cepat, seperti yang dikehendaki Nabi SAW.

Pada sisi lain, terdapat penghargaan khusus dari Allah SWT. kepada para perempuan yang telah
berperan penting atas perubahan sosial dan peradaban dunia. Mereka itu dalam sejarah Islam
dikenal sebagai tokoh-tokoh kunci “penyatu”, bukan sekedar membantu kaum lelaki. Hal itu
sangat berarti bagi keberadaan perempuan, dimana pada saat yang sama perempuan masih
dipinggirkan oleh budaya dan kepercayaannya. Sekurangnya, Rasulullah SAW. menyebut empat
perempuan yang mendapat tempat khusus, setelah di alam baqa’, yakni Khadijah bint
Khuwailid (konglomerat Arab, orang pertama masuk Islam, isteri Rasulallah SAW. dan pembela
agama), Fathimah az-Zahra bint Muhammad (isteri ‘Ali ibn Abi Thalib), Maryam bint ‘Imran
(Ibunya Nabi Isa, a.s.), dan Asiah bint Mazahim (isteri Fir’aun yang beriman kepada Nabi Musa
a.s.). Sesuai dengan konteks zamannya, mereka merupakan representasi kaum perempuan yang
aktif dalam penegakkan misi keadilan, ataupun persatuan keagamaan. Karena itu, mereka
menjadi “perempuan utama ahli syurga”, sabda Nabi SAW.

“Dari Ibn ‘Abbas r.a. berkata; Rasulullah SAW. bersabda, “perempuan ahli surga yang paling
utama adalah Khadijah bint Khuwailid, Fathimah bint Muhammad, Maryam bint ‘Imran, dan
Asiah bint Mazahim”. [HR. Ahmad dalam al-Musnad I/322. Lihat, Ibn al-Jauzi, Ahkam an-Nisa’,
Dzkr Jama’ah min al-Qudama’, 2-Asiah bint Mazahim, edisi takhrij hadits oleh Ibrahim Syams
ad-din; 2001]

Menggagas Ukhuwah Nisa’iyah, Mungkinkah?


Perkembangan perempuan sekarang, kelihatannya berbeda dengan sejarah perempuan Islam di
atas. Dewasa ini telah banyak muncul, bukan saja figur perempuan, tapi juga berbagai
organisasi perempuan, baik yang bersifat sosial keagamaan, kebangsaan, profesi, dst. Pelbagai
kegiatannyapun bermacam-macam, ada yang bersifat koalisi, jaringan, ataupun dalam bentuk
konsorsium untuk perjuangan penegakkan keadilan perempuan, seperti pendidikan politik (civic
education), ulama perempuan, dst. Semuanya itu, mencerminkan sebuah persaudaraan antar
perempuan (ukhuwah nisaiyah). Hanya saja, seperti laiknya ukhuwah islamiyah, ukhuwah
nisaiyah belum menjadi “kesepakatan dan gerakan bersama” Lalu, apakah ide ukhuwah
nisaiyah akan menafikan “peran” ukhuwah islamiyyah, ataupun ukhuwah dalam bentuk lain,
yang ada di Indonesia, saat ini? Tentu saja, hemat penulis, ukhuwah nisaiyah tetap relevan dan
penting bagi satu sama lain, jika bukan dapat saling berkonstribusi untuk gerakan masing-
masing. Sebab, nyata-nyatanya, organisasi, persaudaraan atau persatuan-persatuan yang ada
itu masih belum mampu membawa aspirasi atau perspektif keadilan perempuan. Begitupun
dengan para pemimpinnya. Di sinilah kemudian, ukhuwah nisaiyah menjadi sesuatu yang
penting. Ia bersifat universal dan lintas kultural. Tetapi, memang, akan menghadapi “masalah
baru” atau menjadi kendala seperti ukhuwah-ukhuwah yang ada, bila ukhuwah nisaiyah hanya
sekedar slogan dan menjadi organisasi yang eksklusif (tidak terbuka).

Menggagas ukhuwah nisaiyah sebenarnya dapat menjadi “kekuatan dan semangat baru” bagi
persoalan-persoalan perempuan saat ini. Sebab, dalam nama-dirinya tidaklah ada diskrimimasi
(membedakan-bedakan), baik dari struktur sosial, keagamaan, ataupun isu-isu yang digagasnya.
Maka dari itu, dalam ukhuwah nisaiyah sesungguhnya juga akan tercakup semua unsur ukhuwah
atau persatuan-persatuan lainnya, asalkan berperspektif (keadilan bagi) perempuan.

Perspektif keadilan perempuan, tampaknya belum menjadi bagian integral dari setiap individu
atau organisasi bukan-perempuan. Dalam konteks itu dibutuhkan persaudaraan yang
berperspektif perempuan, bukan sekadar wadah organisasi perempuannya. Ukhuwah nisaiyah
sejatinya menawarkan secara langsung kepentingan perempuan dan lelaki, dalam pelbagai soal-
soal kemasyarakatan dan kamanusiaan. Semoga dengan gagasan ukhuwah nisaiyah yang relatif
baru dapat menjadi sebuah kanal atau jalan keluar alternatif atas persoalan-persoalan
kemanusiaan, khususnya persoalan perempuan,. Mungkinkah? ]

Wallahu a’lam

http://rasuldahri.tripod.com/articles/kka2_sebelas.htm

Hablum Minallah

Kertas kerja ini pernah dikulliahkan dibeberapa buah masjid di Negeri Perlis, di Persatuan al-
Islah Perlis dan di Singapura.

Mudah-mudahan kertas kerja ini dapat memberi manfaat kepada para pembaca serta
para pencinta ilmu agama dan kebenaran. Doa dari penulis, semoga kita semua sentiasa
dirahmati Allah Subhanahu wa-Ta’ala serta dipelihara ketaatan dan keimanan kita dengan
taufik dan hidayahNya. Amin!

ِ‫حيْم‬
ِ ‫ن ال ّر‬
ِ ‫ل ال ّرحْ َم‬
ِ ‫بِسْـمِ ا‬

. ِ‫ن َتبِ َعهُمْ ِالَى َيوْ ِم ال ّد ْين‬


ْ ‫صحَابِ ِه وَ َم‬
ْ ‫علَى آلِ ِه وَا‬
َ ‫ن َن ِب ّينَا ُمحَ ّم ٍد َو‬
َ ‫سِل ْي‬
َ ِ‫شرَفِ ا َل ْن ِبيَاءِ وَالْ ُمر‬
ْ َ‫علَى ا‬
َ ‫سلَ ُم‬
ّ ‫صلَ ُة وَال‬
ّ ‫ وال‬، َ‫َا ْلحَ ْم ُد لِ رَبّ العَالَ ِم ْين‬

HABLUM MINALLAH

Allah Subhanahu wa-Ta’ala melalui firmanNya dan melalui RasulNya Muhammad


sallallahu 'alaihi wa-sallam berulang kali meyeru kepada setiap orang yang beriman agar tidak
bercerai-berai (tidak berpecah-belah), kerana diwajibkan kepada mereka agar berpegang teguh
kepada agamaNya atau kepada kitabNya (yang menyeru kepada perpaduan - pent.),[1] kerana
bersatu padu merupakan perjanjian (perintahnya)Nya di dalam al-Quran. Sekalian mereka yang
beragama Islam diseru agar sentiasa bersatu atau berjamaah. Diharamkan dari berpecah-belah
kerana perpecahan adalah kehancuran dan berjamaah adalah kejayaan.[2] Jelasnya al-Quran
mewjibkan orang-orang beriman agar sentiasa berjamaah di atas kalimah i'tisam (‫" )اعتصـام‬Al-
Quran" yang hak dan berserah diri kepada Allah.[3] Al-Quran dengan jelas mengharamkan
perpecahan sebagaimana berpecahnya golongan Ahli al-Kitab serta orang-orang jahiliyah. Allah
menyeru agar setiap mukmin sentaisa bersatu sebagaimana firmanNya:

‫ل جَ ِميْعًا وَ َل َت َف ّرقُوْا‬
ِ ‫ح ْبلِ ا‬
َ ‫ع َتصِ ُموْا ِب‬
ْ ‫وَا‬

"Dan berpegng teguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai-berai". Ali Imran, 3:103.
Tajuk yang diberikan kepada saya untuk dibincangkan dalam kulliah ini ialah
tentang hablullah (‫ )حبــل ال‬yang antara maksud dan ertinya: "Tali Allah/Perjanjian Allah"
sebagaimana yang terdapat di dalam ayat selanjutnya:

ِ‫ن النّاس‬
َ ‫ح ْبلٍ ّم‬
َ ‫ل َو‬
ِ ‫ح ْبلٍ ّمنَ ا‬
ِ ‫عَليْهِ ُم ال ّذلّةُ َا ْينَ مَا ُثقِ ُفوْا ِا ّل ِب‬
َ ‫ت‬
ْ َ‫ض ِرب‬
ُ

"Mereka diliputi kehinaan di mana sahaja mereka berada, kecuali jika


mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan
manusia". Ali Imran, 3:112.

Hablullah (‫ )حبل ال‬di dalam ayat ini dan di ayat sebelumnya selain bermakna perjanjian
ia dimaksudkan juga sebagai "Al-Quran". Ia memberi maksud bahawa kekuatan berjamaah
tercipta setelah kembali kepada al-Quran, kerana al-Quran memandu ke jalan yang lurus
sebagaimana terdapat dalilnya dari hadis Nabi Muhammad sallallahu 'alihi wa-sallam:

ُ‫س َتقِيْم‬
ْ ُ‫صرَاطُهُ ا ْلم‬
ِ ‫ح ْبلُ الِ ا ْل َم ِت ْينُ َو‬
َ ‫ُه َو‬

"Ia (al-Quran) ialah tali Allah yang kuat dan jalanNya yang lurus".
.ٍ‫س َتقِيْم‬
ْ ‫صرَاطٍ ُم‬
ِ ‫ع َتصَ َم بِهِ هدى ِالَى‬
ْ ‫ وَ َمنِ ا‬، ‫صدَق َوعَ َم َل بِ ِه رَشَد‬
َ ‫ن قَا َل بِ ِه‬
ْ ‫ َم‬، ُ‫ح ْبلُ الِ ا ْل َم ِت ْين‬
َ ‫ن‬
َ ‫ِانّ َهذَا َا ْلقُرْآ‬

"Al-Quran adalah tali Allah yang kukuh, sesiapa yang berkata dengannya
benar, beramal dengannya mengikut petunjuk dan sesiapa berpegang kepadanya
mendapat hidayah ke jalan yang lurus".
ِ‫ح ْبلُ الِ ا ْلمَ ْم ُد ْودُ ِمنَ السّمَآءِ ِالَى ْا َل ْرض‬
َ ‫سلّمَ ِكتَبُ الِ ُه َو‬
َ ‫علَيْ ِه َو‬
َ ‫ل‬
ُ ‫صلّى ا‬
َ ‫ل‬
ِ ‫س ْولُ ا‬
ُ َ‫ قَا َل ر‬: َ‫عنْ َابِيْ سَ ِع ْيدٍ قَال‬
َ

"Dari Abi Sa'ied berkata: Telah bersabda Rasulullah sallallahu 'alaihi wa-
sallam: Kitab Allah (al-Quran) ia adalah tali Allah yang mengikat (menghubung)
dari langit ke bumi".

.ُ‫ َو َنجَاةٌ ِل َمنِ ا ّتبَعَه‬، ِ‫ك ِبه‬


َ‫س‬ّ َ‫ن تَم‬
ْ ‫عصْ َم ٌة لِ َم‬
ِ ، ُ‫شفَاءُ النّافِع‬
ّ ‫ وَ ُهوَ ال‬، ُ‫ وَ ُه َو ال ّن ْورُ الْ ُم ِب ْين‬، ُ‫ح ْبلُ الِ ا ْل َم ِت ْين‬
َ ‫ِانّ َهذَا ا ْلقُرْآنُ ُه َو‬

"Sesungguhnya al-Quran ini adalah tali Allah yang kukuh, ia cahaya Allah
yang menyinar, ia pengubat yang mujarab, selamat sesiapa yang berpegang
dengannya dan berjaya sesiapa yang mengikutinya (berittiba' dengannya)".

ِ‫ح ْبلِ ال‬


َ ّ‫ح ْبلِ الِ َفِان‬
َ ‫عتَصِ ُموْا ِب‬
ْ ‫ق فَا‬
ِ ْ‫طرِي‬
ّ ‫ َهلّمَ ِالَى ال‬، ُ‫ع ْبدَ الِ َهذَا الطّ ِريْق‬
َ ‫ يَا‬. ُ‫طيْن‬
ِ ‫شيَا‬
ّ ‫حضُرُهُ ال‬
ْ ‫ض ٌر َي‬
ِ َ‫حت‬
ْ ‫صرَاطَ ُم‬
ّ ‫ِانّ هّذا ال‬
.ُ‫ا ْل ُقرْآن‬

"Sesungguhnya jalan itu adalah tempat lalu lalang, syaitan-syaitan selalu


datang kepadanya. Wahai Abdullah! Ambillah jalan ini, kemarilah, tempuhlah
jalan ini. Maka mereka berpegang kepada tali Allah kerana sesunguhnya tali
Allah itu adalah al-Quran".

Dalam ayat yang mulia ini, dengan jelas Allah Subhanahu wa-Ta’ala menyeru agar para
hambanya yang beriman sentiasa bersatu dengan berpegang teguh kepada tali Allah ( ‫) حبل ال‬.
Maka tali Allah yang dimaksudkan antaranya ialah:

(1). Hablullah: Bermaksud: “al-Jamaah” sebagaimana dapat difahami dari


penafsirannya oleh Abdullah bin Masoud bahawa beliau berkata: "Hablullah ialah al-
Jamaah"[4]. Maka dengan penafsiran ini menunjukkan bahawa berjamaah itu wajib dan
berpecah-belah adalah haram dan berdosa besar.
(2). Hablullah: Bermaksud: “Islam”[5] sebagai agama Allah yang mana manusia
dipersaudarakan oleh Allah dengan agama yang mulia ini.
(3). Hablullah: Dari Ibn Abbas beliau berkata: "Hablullah ialah al-Quran".[6]
Dimaksudkan al-Quran[7] kerana ia dapat merawat penyakit hati (penyakit rohani).
Diseru agar berpegang kepada al-Quran kerana ia menjadi penunjuk jalan yang lurus,
cahaya yang terang, penyelamat di dunia-akhirat dan dijamin mendapat kejayaan bagi
sesiapa yang mengikutinya.

(4). Hablullah: Bermaksud” “Sirat al-Mustaqim” (‫" )صـراط المسـتقيم‬Petunjuk atau jalan
yang lurus". Yang mana manusia akan bersatu jika mengikut satu jalan yang lurus ini
sahaja.

(5). Hablullah: Bermakksud” “Ikhlas”, sebagaimana yang dijelaskan oleh Abul 'Aliyah
rahimahullah ( ‫" ) بالخلص ل وحده‬Dengan penuh keikhlasan semata-mata kerana Allah Yang
Esa".

(6). Hablullah: Bermaksud: “Perjanjian dan perintah Allah”, sebagaimana dari


Qatadah: "Dengan perjanjian dan suruhanNya (perintahNya)".

Terdapat di dalam ayat-ayat yang mulia di atas ini, seruan Allah Subhanahu wa-Ta’ala
kepada setiap hambanya yang beriman agar bersatu melalui al-Quran dengan penuh keikhlasn,
mengikut jalan yang satu iaitu jalan yang lurus, beristiqamah dalam berjamaah dan menjauhi
setiap perkara atau unsur-unsur yang boleh menyebabkan berlakunya cerai-berai (perpecahan).

Setelah al-Quran terdapat banyak hadis-hadis sahih yang mengharamkan orang-orang


yang beriman dari berpecah-belah. Tafsiran ayat di atas ini juga terdapat di dalam kitab Sahih
Muslim melalui hadis Suhail bin Abu Soleh, dari ayahnya, dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah
bersabda:

‫شرِ ُكوْا بِهِـ‬


ْ َ‫ َي ْرضَى لَكُمْـ اَنْـ تَ ْع ُب ُدوْهُـ َو َل ت‬، ‫لثًا‬َ ‫ط لَكُمْـ َث‬ُ‫خ‬َ ‫لثًا َويَسْـ‬
َ ‫ ِانّ الَ َي ْرضَى لَكُمْـ َث‬: َ‫عَليْهِـ وَسَـلّ َم قَال‬ َ ُ‫ِانّ رَسُـ ْولَ الِ صَـلّى ال‬
، ِ‫سؤَال‬ ّ ‫ وَ َك ْث َرةَ ال‬، َ‫ ِق ْيلَ َوقَال‬: ‫لثًا‬ َ ‫خطُ َث‬
َ‫س‬ْ َ‫ن وَ ّلهُ الُ اَ ْمرَكُ ْم َوي‬
ْ ‫حوْا َم‬ ُ ِ‫ن ُتنَاص‬
ْ ‫ج ِميْعًا وَ َل َت َت َفرّ ُقوْا وََا‬
َ ‫ل‬
ِ ‫ح ْبلِ ا‬
َ ‫ن تَ ْع َتصِ ُموْا ِب‬
ْ ‫ وََا‬، ‫ش ْيئًا‬
َ
.ِ‫وَِاضَ َعةَ الْمَال‬

"Dari Abi Hurairah radiallahu 'anhu berkata: Sesungguhnya Rasulullah


sallallahu 'alaihi wa-sallam bersabda: Sesungguhnya Allah meredhai tiga perkara
dan memarahi (murka) tiga perkara: Allah redha kepada kamu apabila kamu
mengibadahiNya dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu, berpegang teguh
kepada tali Allah dan tidak bercerai-berai, dan kamu sentiasa menasihati pemimpin
yang diangkat Allah menguruskan urusanmu. Dan Allah marah (murka) kepada kamu
tiga perkara: Memperkatakan itu dan ini (banyak berdebat), banyak bertanya dan
boros (menyia-nyiakan) harta".

Jika umat Islam hidup bersatu atau berjamaah, Allah Subhanahu wa-Ta’ala menjamin
mereka dari kekeliruan sebagaimana yang warid dari hadis-hadis sahih. Namun perpecahan
akan berlaku juga sebagaimana kenyataan yang berlaku ke atas ummah Islam sekarang ini, ia
telah dijelaskan oleh Rasulullah sallallahu 'alaihi wa-sallam dalam hadis iftiraq (hadis
perpecahan) bahawa umat Islam akan berpecah kepada 73 golongan, hanya satu berjaya ke
syurga dan selamat dari api neraka, iaitu mereka (yang mengikut jejak berjamaah) yang
menyerupai jamaah Nabi sallallahu 'alaihi wa-sallam dan jamaah para sahabat baginda.[8]

Imam Syaukani pula menafsirkan yang dinukil dari Abu al-'Aliyah:

ُ‫ل َوحْ َده‬


ِ ‫ص‬
ِ َ‫خل‬
ْ ‫ بِا ِل‬: ‫ح ْبلِ ال‬
َ ‫ع َتصِ ُموْا ِب‬
ْ ‫ وَا‬: َ‫عنْ َابِى الْعَا ِليَة قَال‬
َ
"Dari Abi al-'Aliyah berkata: Berpeganglah kamu kepada tali Allah
(bersatu) dengan keikhlasan semata-mata kerana mengEsakanNya".[9]
Dikeluarkan dari Ibn Abi Hatim dari al-Hasan berkata:

"(Berpegang kepada tali Allah) ialah dengan mentaatiNya".

Dan dari Qatadah pula berkata:

"Dengan perjanjian dan suruhanNya (perintahNya)".[10]


Ayat di atas ditafsirkan oleh Ibn Jarir at-Tabari:

"Berpeganglah kamu sekalian kepada agama Allah sebagaimana yang


telah diperintahkan, dan perjanjianNya yang Ia telah janjikan kepadamu di
dalam kitabNya agar bersatu atas kalimah yang hak dan menerimanya kerana
perintah Allah"[11]

Dengan penjelasan di atas, dapat difahami bahawa antara tanda-tanda bid'ah ialah
berpecah, (bercerai-berai), keluar dari jamaah dan dan tidak memperdulikan seruan Allah
Subhanahu wa-Tal’ala agar sentiasa bersatu malah melakukan yang sebaliknya.

Semoga sekalian umat Islam mendengar seruan Allah Subhanahu wa-Ta’ala dan
memperteguhkan lagi perpaduan dan kasih sayang antara sesama mereka agar dirahmati dan
diberkati oleh Allah Azza wa Jalla.

[1]. Lihat: ‫تفسير ابى السّعود‬jld. 1. hlm. 66.


[2]. Lihat: ‫ الجامع لحكام القرآن‬Juz. 4. hlm 159. Al-Qurtubi.
[3]. Lihat: ‫ جامع البيان‬Jld. 3. hlm. 42.
[4]. Lihat: ‫ جامع البيان‬Jld 3 hlm 42 Lihat: ‫ الجامع لحكام القرآن‬Juz 1 hlm 159.
[5]. Lihat: ‫ فتح القدير‬Jld. 1. hlm. 369.
[6]. Lihat: ‫الجامع لحكام القرآن‬Juz. 4. hlm.159. al-Qurtubi.
[7]. Lihat: ‫ فتح القدير‬Jld. 1. hlm. 368.
[8]. Teks ini dinukil dari tafsir Ibn Kathir jld 1 hlm 516-517.
[9]. Lihat: ‫فتح القدير‬Jld 1 hlm 369 Asy-Syaukaniy. Lihat: ‫ جامع البيان‬At-Tabary. Jld. 3. hlm. 44.
[10]. Ibid. Hlm. 369.
[11]. Lihat: ‫ جامع البيان‬Jld. 3 hlm. 42. Ibn Jarir at-Tabary.

http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0404/08/manajemen_qolbu.htm

Kekuatan Ukhuwah
Oleh K.H. ABDULLAH GYMNASTIAR

DALAM suatu riwayat, Rasulullah saw. pernah bertanya kepada para sahabatnya, "Maukah kalian
aku tunjukkan amal yang lebih besar pahalanya daripada salat dan saum?" Sahabat menjawab,
"Tentu saja!" Rasulullah pun kemudian menjelaskan, "Engkau damaikan yang bertengkar,
menyambungkan persaudaraan yang terputus, mempertemukan kembali saudara-saudara yang
terpisah, menjembatani berbagai kelompok dalam Islam, dan mengukuhkan ukhuwah di antara
mereka, (semua itu) adalah amal saleh yang besar pahalanya. Barang siapa yang ingin
dipanjangkan usianya dan dibanyakkan rezekinya, hendaklah ia menyambungkan tali
persaudaraan." (H.R. Bukhari-Muslim)

Saudaraku, dari hadis di atas dapat kita renungkan bahwa betapa besar nilai sebuah jalinan
persaudaraan. Karenanya, memperkokoh pilar-pilar ukhuwah Islamiyah merupakan salah satu
tugas penting bagi kita.
Lalu, bagaimanakah agar ruh ukhuwah tetap kokoh? Rahasianya ternyata terletak pada sejauh
mana kita mampu bersungguh-sungguh menata kesadaran untuk memiliki kalbu yang bening
bersih dan selamat. Karena, kalbu yang kotor dipenuhi sifat iri, dengki, hasud, dan buruk
sangka, hampir dapat dipastikan akan membuat pemiliknya melakukan perbuatan-perbuatan
tercela yang justru dapat merusak ukhuwah. Mengapa? Sebab bila di antara sesama Muslim saja
sudah saling berburuk sangka, saling iri, dan saling mendengki, maka bagaimana mungkin akan
tumbuh nilai-nilai persaudaraan yang indah?

Sekali lagi saudaraku, adakah rasa persaudaraan dapat kita rasakan dari orang yang tidak
memiliki kemuliaan akhlak? Tentu saja tidak! Kemuliaan akhlak tidak akan pernah berpadu
dengan hati yang penuh iri, dengki, ujub, riya, dan takabur. Di dalam kalbu yang kusam dan
busuk inilah justru tersimpan benih-benih tafarruq (perpecahan) yang mengejawantah dalam
aneka bentuk permusuhan dan kebencian terhadap sesama Muslim.

Dengan demikian, bila ada dua bangsa yang berperang, maka sekurang-kurangnya salah satu di
antara mereka adalah sekumpulan manusia bejat akhlak, tamak, dan terbius oleh gejolak nafsu
untuk melemahkan pihak yang lain. Bila dua suku berseteru, setidaknya satu di antara mereka
adalah manusia bermental rendah dan hina, karena (mungkin) merasa sukunya lebih tinggi
derajat kemuliaannya. Bila dua keluarga tak bertegur sapa, sekurang-kurangnya salah satunya
telah terselimuti hawa nafsu, sehingga menganggap permusuhan adalah satu-satunya langkah
yang bisa menyelesaikan masalah.

Selanjutnya, tanyakanlah kepada diri masing-masing. Adakah kita saat ini tengah merasa tidak
enak hati terhadap adik, kakak, atau bahkan ayah dan ibu sendiri? Adakah kita saat ini masih
menyimpan kesal kepada teman sekantor karena ia lebih diperhatikan oleh atasan?

Bila demikian halnya, bagaimana bisa terketuk hati ini ketika mendengar ada seorang Muslim
yang teraniaya, ada sekelompok masyarakat Muslim yang diperangi? Bagaimana mungkin kita
mampu bangkit serentak manakala hak-hak Muslim dirampas oleh kaum yang zalim? Bagaimana
mungkin kita akan mampu menata kembali kejayaan umat Islam?

Nah, dari sinilah seyogianya memulai langkah untuk merenungkan dan mengkaji ulang sejauh
mana kita telah memahami makna ukhuwah Islamiyah. Karena, justru dari sini pula Rasulullah
saw. mengawali amanah kerasulannya. Betapa Rasul menyadari bahwa menyempurnakan akhlak
pada hakikatnya adalah mengubah karakter dasar manusia. Karakter akan berubah seiring
munculnya kesadaran setiap orang akan jati dirinya. Maka, menumbuhkan kesadaran adalah
jihad karena kesadaran merupakan sebutir mutiara yang hilang tersapu berlapis-lapis hawa
nafsu.

Manakala kesadaran telah tersemai, maka jangan heran kalau Umar bin Khathab yang
pemberang adalah manusia paling pemaaf kepada musuhnya yang telah menyerah di medan
perang. Seorang sahabat menempelkan pipinya di tanah dan minta diinjak kepalanya oleh
sahabat bekas budak hitam yang telah dihinanya. Para sahabat yang berhijrah bersama Rasul ke
Madinah, dipertautkan dalam tali persaudaraan yang indah dengan kaum Anshar, sementara
kaum Muslimin Madinah ini rela berbagi tanah dan tempat tinggal dengan saudara-saudaranya
seiman seakidah tersebut.

Saudaraku, kekuatan ukhuwah memang hanya dapat dibangkitkan dengan kemuliaan akhlak.
Oleh karena itu, nampaknya kita amat merindukan pribadi-pribadi yang menorehkan keluhuran
akhlak. Pribadi-pribadi yang aneka buah pikirannya, sesederhana apapun, adalah buah pikiran
yang sekuat-kuatnya dicurahkan untuk meringankan atau bahkan memecahkan masalah-
masalah yang menggelayut pada dirinya sendiri maupun orang-orang di sekelilingnya. Sehingga
berdialog dengannya selalu membuahkan kelapangan.
Tatapan matanya adalah tatapan bijak bestari, sehingga siapa pun niscaya akan merasakan
kesejukan dan ketenteraman. Wajahnya adalah cahaya cemerlang yang sedap dipandang lagi
mengesankan, karena menyemburatkan kejujuran itikad. Sementara senyum yang tak pernah
lekang menghias bibirnya adalah sedekah yang jauh lebih mahal nilainya daripada intan
mutiara. Tak akan pernah terucap dari lisannya, kecuali untaian kata-kata yang penuh hikmah,
menyejukkan, membangkitkan keinsyafan, dan meringankan beban derita siapapun yang
mendengarkannya.

Jabat tangannya yang hangat adalah jabat tangan yang mempertautkan seerat-eratnya dua hati
dan dua jiwa yang tiada terlepas, kecuali diawali dan diakhiri dengan ucapan salam. Kedua
tangannya teramat mudah terulur bagi siapa pun yang membutuhkannya. Sementara bimbingan
kedua tangannya, tidak bisa tidak, selalu akan bermuara di majelis-majelis yang diberkahi Allah
Azza wa Jalla.

Dengan demikian, umat Islam harus menghindarkan keberpecahbelahan menuju ukhuwah


Islamiyah, seraya menepis remah-remah jahiliyah dari hati ini. Memiliki kalbu yang bersih dan
selamat harus di atas segala-galanya agar kita mampu mengevaluasi diri dengan sebaik-baiknya
dan menatap jauh ke depan agar Islam benar-benar dapat termanifestasikan menjadi rahmatan
lil 'alamiin dan umat pemeluknya benar-benar menjadi "sebaik-baik umat" yang diturunkan di
tengah-tengah manusia. Wallahu a'lam.***

http://www.manajemenqolbu.com/cybermq/detail_artikel.php?id=43&noid=2&PHPSESSID=583
9e1da89450debb8b626e607aad679

Artikel
Perempuan
Hikmah Tahun Baru Islam : Merancang Hidup Lebih Baik
Oleh : ASM Romli*
"Keindahan ukhuwah Islamiyah kaum Muslimin generasi awal itu, antara Anshar dan
Muhajirin, seakan tampak di pelupuk mata ketika kita memasuki Tahun Baru Islam 1426
Hijriyah, hari kamis kemarin (10 Februari 2005 M). "

Setiap memasuki tahun baru Islam, kita hendaknya memiliki semangat baru untuk merancang
dan melaksanakan hidup ini secara lebih baik. ''Saudaraku, aku adalah penduduk Madinah yang
kaya raya.'' Kalimat itu diucapkan seorang sahabat Rasulullah, Sa'ad bin Rabi, kepada sahabat
lainnya, Abdurrahman bin 'Auf. Sa'ad tak bermaksud pamer dan sombong, tapi hendak
meyakinkan Abdurrahman agar mau menerima tawarannya.

''Silakan pilih separuh hartaku dan ambillah,'' tegas Sa'ad. Tidak hanya itu, Sa'ad menambah
penawarannya. ''Aku pun mempunyai dua orang istri, coba perhatikan yang lebih menarik
perhatian Anda, akan kuceraikan ia hingga Anda dapat memperistrinya.'' Abdurrahman menolak
halus tawaran tulus nan menggiurkan itu. Malah ia minta ditunjukkan letak pasar. Ia menolak
ikan, tapi mau kail agar bisa memancing sendiri.

''Semoga Allah memberkati Anda, istri, dan harta Anda. Tunjukkanlah letak pasar agar aku dapat
berniaga.'' jawabnya. Rekaman peristiwa dan dialog antara Sa'ad dan Abdurrahman itu,
sebagaimana diriwayatkan Anas bin Malik, terjadi saat Rasulullah SAW mempersaudarakan kaum
Muhajirin dan Anshar di Madinah. Sa'ad adalah penduduk Madinah, sedangkan Abdurrahman
termasuk kaum Muhajirin. Sa'ad bukan satu-satunya kaum Anshar yang menjadi penolong kaum
Muhajirin.
Dengan semangat persaudaraan Islam, saat umat Islam Makkah hijrah ke Madinah bersama
Rasulullah, umat Islam Madinah dengan suka-cita menyambut kaum pendatang, memberi
bantuan, dan bersama-sama membangun negeri Islam Madinah. Keindahan ukhuwah Islamiyah
kaum Muslimin generasi awal itu, antara Anshar dan Muhajirin, seakan tampak di pelupuk mata
ketika kita memasuki Tahun Baru Islam 1426 Hijriyah, hari kamis kemarin (10 Februari 2005 M).

Kita pun seyogianya menggali kembali hikmah yang terkandung di balik peristiwa hijrah yang
dijadikan momentum awal perhitungan Tahun Hijriyah ini. Tahun hijriyah mulai diberlakukan
pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Sistem penanggalan Islam itu tidak mengambil nama
'Tahun Muhammad' atau 'Tahun Umar'. Artinya, tidak mengandung unsur pemujaan seseorang
atau penonjolan personifikasi, tidak seperti sistem penanggalan Tahun Masehi yang diambil dari
gelar Nabi Isa, Al-Masih (Arab) atau Messiah (Ibrani).

Tidak juga seperti sistem penanggalan Bangsa Jepang, Tahun Samura, yang mengandung unsur
pemujaan terhadap Amaterasu O Mi Kami (dewa matahari) yang diproklamasikan berlakunya
untuk mengabadikan kaisar pertama yang dianggap keturunan Dewa Matahari, yakni Jimmu
Tenno (naik tahta tanggal 11 pebruari 660 M yang dijadikan awal perhitungan Tahun Samura).
Atau penangalan Tahun Saka bagi suku Jawa yang berasal dari Raja Aji Saka.

Menurut dongeng atau mitos, Aji Saka diyakini sebagai raja keturunan dewa yang datang dari
India untuk menetap di Tanah Jawa. Penetapan nama Tahun Hijriyah (al-Sanah al-Hijriyah)
merupakan kebijaksanaan Khalifah Umar. Seandainya ia berambisi untuk mengabadikan
namanya dengan menamakan penanggalan itu dengan Tahun Umar sangatlah mudah baginya
melakukan itu. Umar tidak mementingkan keharuman namanya atau membanggakan dirinya
sebagai pencetus ide sistem penanggalaan Islam itu.

Ia malah menjadikan penanggalan itu sebagai jaman baru pengembangan Islam, karena
penanggalan itu mengandung makna spiritual dan nilai historis yang amat tinggi harganya bagi
agama dan umat Islam. Selain Umar, orang yang berjasa dalam penanggalan Tahun Hijriyah
adalah Ali bin Abi Thalib. Dialah yang mencetuskan pemikiran agar penanggalan Islam dimulai
penghitungannya dari peristiwa hijrah, saat umat Islam meninggalkan Makkah menuju Yatsrib
(Madinah).

Dalam buku Kebangkitan Islam dalam Pembahasan (1979), Sidi Gazalba, cendekiawan Islam asal
Malaysia, menuliskan, ''Dipandang dari ilmu strategi, hijrah merupakan taktik. Strategi yang
hendak dicapai adalah mengembangkan iman dan mempertahankan kaum mukminin.'' Hijrah
adalah momentum perjalanan menuju Daulah Islamiyah yang membentuk tatanan masyarakat
Islam, yang diawali dengan eratnya jalinan solidaritas sesama Muslim (ukhuwah Islamiyah)
antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar.

Jalinan ukhuwah yang menciptakan integrasi umat Islam yang sangat kokoh itu telah membawa
Islam mencapai kejayaan dan mengembangkan sayapnya ke berbagai penjuru bumi. Kaum
Muhajirin-Anshar membuktikan, ukhuwah Islamiyah bisa membawa umat Islam jaya dan
disegani. Bisa dimengerti, jika umat Islam dewasa ini tidak disegani musuh-musuhnya, menjadi
umat yang tertindas, serta menjadi bahan permainan umat lain, antara lain akibat jalinan
ukhuwah Islamiyah yang tidak seerat kaum Mujahirin-Anshar.

Dari situlah mengapa konsep dan hikmah hijrah perlu dikaji ulang dan diamalkan oleh umat
Islam. Setiap pergantian waktu, hari demi hari hingga tahun demi tahun, biasanya
memunculkan harapan baru akan keadaan yang lebih baik. Islam mengajarkan, hari-hari yang
kita lalui hendaknya selalu lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Dengan kata lain, setiap
Muslim dituntut untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari. Hadis Rasulullah yang sangat
populer menyatakan, ''Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari kemarin, adalah orang yang
beruntung.
Bila hari ini sama dengan kemarin, berarti orang merugi, dan jika hari ini lebih jelek dari
kemarin, adalah orang celaka.'' Oleh karena itu, sesuai dengan QS 59:18, ''Hendaklah setiap diri
memperhatikan (melakukan introspeksi) tentang apa-apa yang telah diperbuatnya untuk
menghadapi hari esok (alam akhirat).'' Pada awal tahun baru hijriyah ini, kita bisa merancang
hidup agar lebih baik dengan hijrah, yakni mengubah perilaku buruk menjadi baik,
melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

''Muhajir adalah orang yang meninggalkan segala larangan Allah,'' sabda Rasulullah. Kita ubah
ketidakpedulian terhadap kaum lemah menjadi sangat peduli dengan semangat zakat, infak,
dan sedekah. Selain itu juga mengubah permusuhan dan konflik menjadi persaudaraan dan
kerjasama, mengubah pola hidup malas-malasan menjadi giat bekerja, mengubah hidup
pengangguran dan peminta-minta menjadi pekerja mandiri, dan tidak bergantung pada belas
kasih orang lain.

Lihat saja teladan Abdurrahman bin Auf dengan semangat wirausahanya. Ia memilih berdagang
untuk mencari nafkah hidupnya ketimbang menerima belas kasihan orang lain. Tidak kalah
pentingnya, tahun ini kita harus hijrah pilihan politik, dari parpol dan politisi busuk kepada
parpol dan politisi harum, dari rezim korup dan zalim kepada pembentukan pemerintahan
Islami yang bersih.

Dengan kekuatan iman dan keeratan ukhuwah Islamiyah seperti kaum Muhajirin dan Anshar,
umat Islam bisa kuat dan bahu-membahu memenangkan partai Allah (hizbullah) yang
menegakkan syiar Islam berasaskan tauhid dan ukhuwah, bukan memenangkan partai setan
(hizbusy syaithon) yang mengibarkan bendera kebatilan. Wallahu a'lam. Selamat Tahun Baru
Islam 1 Muharram 1426 Hijriyah.

*Ketua BATIC (Balai Jurnalistik ICMI) Jawa Barat

http://www.syariahonline.com/new_index.php/id/11/cn/4752

Konsultasi : Masalah Umum


Istilah Ikhwan dan Akhawat Yang Mengalami Penyempitan Makna

Pertanyaan:

Secara bahasa, kita mengetahui kata "ikhwan" berarti saudara-saudara laki-laki. Akan tetapi
saat ini sepertinya terjadi penyempitan makna kata tersebut, dimana "ikhwan" lebih diartikan
sebagai suatu ciri dari seseorang atau sekelompok orang yang memiliki kriteria tertentu.
Kenapa bisa terjadi penyempitan makna seperti itu dan apa serta bagaimana kriteria seseorang
bisa disebut sebagai seorang ikhwan ataupun akhwat pada saat ini?

Dinny

Jawaban:

Assalamu `alaikum Wr. Wb.


Al-Hamdulillahi Rabbil `Alamin, Washshalatu Wassalamu `Alaa Sayyidil Mursalin, Wa `Alaa
`Aalihi Waashabihi Ajma`in, Wa Ba`d

Penyempitan makna seperti yang Anda maksud sebenanrya bersifat lokal saja dan pada
komunitas terbatas sekali. Tidak terjadi pada seluruh kawasan dunia Islam dan juga tidak
berlaku di setiap wadah.
Adalah para aktifis tarbiyah yang sering kali menggunakan istilah ini untuk saling menyapa di
antara mereka. Meski pun sebenarnya isilah ini tidak terlalu resmi untuk membedakan mana
yang aktifis aktif dan mana yang tidak, namun memang benar bahwa secara umum, yang
disebut oleh mereka sebagai ikhwan atau akhwat adalah mereka yang secara aktif ikut dalam
kegiatan dan ikut dalam halaqah secara formal.

Memang sering ada ungkapan di antara mereka bahwa si A itu ikhwan kita sedangkan si B bukan
atau belum jadi ikhwan. Sebenarnya ungkapan ini maknanya adalah bahwa si A itu adalah
anggota yang aktif dan si B tidak aktif melainkan hanya simpatisan saja.

Namun ungkapan itu sama sekali tidak bermakna bahwa siA itu lebih Islami dari pada siB, juga
tidak bermakna bahwa siB itu saudara dalam Islam. Maka istilah bukan ikhwan sama sekali
bukan bermakna bukan saudara secara Islam, tetapi bukan anggota yang aktif.

Tapi sekali kami jelaskan bahwa penyempitan istilah itu hanya terjadi pada sebuah komunitas
saja dan sama sekali tidak berlaku di luar komunitas itu. Selain itu pembedaan antara ikhwan
dan bukan ikhwan sama sekali bukan untuk membedakan ukhuwah atau persaudaraan sebagai
muslim, tetapi hanya untuk membedakan mana yang anggota atau bukan.

Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,


Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.

http://drupalmalaysia.org/RISALAH-ISLAM/node/14

WEBMASTER MUSLIM BERSATU MEMBELA ISLAM MEMERANGI ALKAAFIRUUN


Oleh Muslim pada Thu, 14/09/2006 - 9:15pm. Aqidah

*Webmasters Muslim bersatu! Pertahankan Islam, pertingkatkan seruan Islam, perbanyakkan


bahan Islam, sediakan hujjah dan maklumat memperkasakan Islam, jangan beri peluang Kuffar
di Internet menyerang Islam, mereka biadap dan kurang ajar

*Webmasters Muslim! Jangan buang masa atau membuang masa orang lain membaca atau leka
dengan perkara tidak bermanfaat! Internet dan laman web adalah alat dan medan perjuangan
Islam - jadi sertailah, atau sekurang-kurangnya beri sokongan moral.

*Ambil Sedutan bahan `Islaam' -


http://drupalmalaysia.org/Islam/node/feed
http://drupalmalaysia.org/RISALAH-ISLAM/node/feed
http://drupalmalaysia.org/WANITA/rss.xml
http://drupalmalaysia.org/SYABAB/rss.xml

*Paparkan video ini dan video Islami di laman web anda:

VIDEO - Perhimpunan Umat, Forum Syariah & Isu Semasa

http://www.malaysia-today.net/videos/2006/07/perhimpunan-umat-forum-syariah-isu.htm
Forum Shariah dan Isu Semasa yang berlangsung pada 23 Julai 2006 di Masjid Wilayah, Kuala
Lumpur mendapat sambutan luar dugaan dan melebihi ruang dewan yang disediakan oleh pihak
penganjur. Berikut adalah RESOLUSI FORUM tersebut:

Resolusi Masjid Wilayah 23 Julai 2006 / 26 Jamadilthani 1427H

VIDEO PERSIDANGAN

VIDEO - 24 - Cikgu Hj Azmi - Teras Pengupayaan Melayu Malaysia

You might also like