You are on page 1of 29

Hadith of the Day

[HOTD] aRti mimpi

Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebahagian


kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebahagian ta’bir mimpi. (Ya Tuhan)
Pencipta langit dan bumi. Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat,
wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang
saleh.
(Doa nabi Yusuf a.s., QS. Yusuf, 12 : 101)

Hadist riwayat Bukhari ra., ia berkata:


Dari Abu Sa`id Al-Khudri, bahwa sesungguhnya dia mendengar Nabi saw. bersabda:
“Apabila seorang dari kamu melihat suatu mimpi yang menyenangkan maka
sesungguhnya mimpi itu hanyalah dari Allah, maka hendaklah ia memuji Allah
(bertahmid) atas mimpinya itu dan hendaklah ia memberitakannya. Dan apabila ia
melihat (bermimpi) tidak demikian dari yang tidak menyenangkannya maka
sesungguhnya mimpi itu hanyalah dari syaitan, maka hendaklah ia memmohon
perlindungan (ta`wwudz kepada Allah) dari keburukaannya dan janganlah
menuturkannya kepada seseorang, maka mimpi itu tidak membahayakannya
(madharat)”.

Links:
[mimpi]
http://www.percikan-iman.com/mapi/index.php?option=content&task=view&id=248
[sejauh mana kita bOleh mempercayai mimpi]
http://syariahonline.com/new_index.php/id/1/cn/1999
[beRlebihan dalam mengangungkan guRu-guRu meReka dan beRhujjah dengan mimpi-
mimpi]
http://www.almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1921&bagian=0
[peRbedaan antaRa Ramalan dan mimpi]
http://syariahonline.com/new_index.php/id/1/cn/11992
[psikOlOgi mimpi]
http://www.mail-archive.com/milis-muslim@yahoogroups.com/msg00229.html
[ingin melihat Rosulullah lewat mimpi]
http://syariahonline.com/new_index.php/id/11/cn/2322
[Mimpi Rasulullah S.A.W]
http://mavourneen.wordpress.com/2007/01/15/mimpi-rasulullah-saw/
[mimpi kepada Rasullullah dan Nabi lainnya seRta mimpi haRi kiamat beRulang kali]
http://syariahonline.com/new_index.php/id/11/cn/3596
[apakah Nabi melihat Allah?]
http://www.mediamuslim.info/index.php?option=com_content&task=view&id=153&Ite
mid=22
[apakah mimpi bisa dijadikan Referensi?]
http://syariahonline.com/new_index.php/id/5/cn/3774
[mimpi melihat Nabi]
http://syariahonline.com/new_index.php/id/11/cn/1737
[peRnah mimpi : sudah baligh atau belum ?]
http://syariahonline.com/new_index.php/id/2/cn/4892

-perbanyakamalmenujusurga-

http://orido.wordpress.com 1
Hadith of the Day

Point Rangkuman:
• Mimpi bisa jadi isyarat yang diberikan oleh Allah kepada hambanya berupa
berita baik atau buruk dan mimpi ada yang memiliki makna dan ada pula yang
berupa mimpi kosong sekadar permainan setan kepada manusia.
• Mentakwilkan mimpi dibenarkan dalam ajaran Islam, namun kriteria seorang
penakwil mimpi sangat jauh dari mudah
• Manusia biasa sama sekali tidak dibenarkan bila mengaku mendapat perintah
dari Allah melalui mimpi
• Hujjah yang paling lemah adalah hujjah suatu kaum yang menyandarkan
kepada mimpi-mimpi untuk melaksanakan atau meninggalkan suatu amalan -->
harus dikembalikan kepada hukum-hukum syari’at yang ada
• Suatu hukum tidak bisa diambil dari mimpi-mimpi sebelum dicocokkan terlebih
dahulu dengan dalil, karena gambaran yang ada dalam mimpi kemungkinan
tercampur dengan kebatilan
• Bagi para nabi dan rasul, mimpi mereka umumnya adalah sarana wahyu dari
Allah SWT
• Bila salah seorang diantaramu mengalami mimpi buruk yang tidak disukainya,
maka hendaknya meludah ke kiri tiga kali dan mohonlah perlindungan kepada
Allah dari keburukannya.
• Bila seseorang bertemu dalam mimpi bertemu dengan Rasulullah SAW, maka
memang benar itu adalah Rasulullah SAW dan bukan makhluk yang menyamar.

http://www.percikan-iman.com/mapi/index.php?option=content&task=view&id=248

Mimpi

April 2006
Mimpi merupakan sebuah keadaan ketika manusia mengalami suatu kejadian yang
memberikan gambaran kehidupan lain yang terkadang bisa memberikan makna dalam
kehidupan sesungguhnya.
Mimpi bisa jadi isyarat yang diberikan oleh Allah kepada hambanya berupa berita baik
atau buruk dan mimpi ada yang memiliki makna dan ada pula yang berupa mimpi
kosong sekadar permainan setan kepada manusia.

Banyak ayat Al Quran dan riwayat Nabi yang bercerita tentang mimpi. Misalnya, dalam
Surat Ash-Shaaffaat (37) ayat 102 yang mengisahkan mimpi Ibrahim ketika ia
diharuskan menyembelih putranya, Ismail. Juga dalam Surat Al Fath (48) ayat 27
mengenai mimpi Rasulullah sebelum terjadinya Perjanjian Hudaibiyah.

Tak hanya para nabi, para sahabat pun pernah mengalami mimpi yang pada akhirnya
terbukti kebenarannya. Tak seperti mimpi nabi yang sangat terang dan tak perlu
ditakwilkan lagi karena merupakan wahyu dari Allah, mimpi para sahabat ada yang
perlu ditakwilkan –seperti mimpi Abu Bakar yang menaiki tangga bersama Rasulullah,
tetapi mereka berselisih dua anak tangga. Dalam takwilnya, Abu Bakar menyatakan
bahwa kematiannya akan datang dua tahun setelah Rasulullah, dan itu benar-benar
terjadi— dan mimpi yang tidak perlu ditakwilkan –seperti mimpi Bilal yang melafazkan
bacaan-bacaan azan. Ketika melaporkannya kepada Rasulullah saw., beliau
mengatakan bahwa mimpinya adalah benar. Rasulullah saw. bersabda, “Jika masa

http://orido.wordpress.com 2
Hadith of the Day

semakin dekat, mimpi seorang muslim nyaris tidak pernah dusta. Muslim yang paling
benar mimpinya adalah yang paling jujur perkataannya. Mimpi seorang mukmin
merupakan satu bagian dari 46 bagian kenabian....” (Muttafaq ‘alaih). Ini berarti
mimpi seorang mukmin memiliki pertimbangan 1/46 karena 45/46 diberikan pada nabi.

Khalid al-Anbari dalam bukunya Kamus Tafsir Mimpi menyebutkan bahwa tanda mimpi
yang benar adalah sebagai berikut.
1. Bersih dari mimpi kosong, bayangan-bayangan yang meresahkan dan
menakutkan.
2. Dapat dipahami ketika terjaga.
3. Tidur dalam keadaan pikiran jernih, tidak disibukkan oleh persoalan apa pun.
4. Mimpi tersebut dapat ditakwilkan sesuai dengan apa yang ada di Lauh Mahfuzh.

"Raja berkata (kepada orang-orang terkemuka dari kaumnya), 'Sesungguhnya aku


bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor
sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan tujuh bulir
lainnya yang kering. Hai orang-orang yang terkemuka, terangkanlah kepadaku tentang
takbir mimpiku itu jika kamu dapat menakbirkan mimpi.’” (Q.S. Yusuf 12: 43) Ayat di
atas merupakan salah satu contoh ayat yang menjelaskan mengenai sahnya mimpi
seorang kafir, jika isi mimpinya berkaitan dengan orang mukmin.

Ada juga mimpi yang dianugerahkan Allah kepada yang dikehendakinya agar ia
mendapatkan hidayah. Ini berdasarkan riwayat al-Hakim mengenai keislaman seorang
seorang sahabat, Khalid bin Sa’id bin ‘Ash. Keislaman ini terjadi setelah Khalid
mengalami mimpi yang sangat menyeramkan. Dalam mimpinya, dia melihat seakan-
akan ayahnya hendak mendorongnya ke neraka, sementara Rasulullah saw. berusaha
memegang pinggangnya agai ia tidak terjatuh. Juga atas dasar tafsiran Ibn Hasyirin
ketika ia didatangi seseorang yang bermimpi jari-jari tangannya yang ketiga dan
keempat buntung. Ia menakwilkan bahwa mimpi tersebut sebagai peringatan pada
orang itu karena shalatnya bolong-bolong. Sepulangnya dari bertemu Ibn Hasyirin, ia
pun bertobat.

Seorang yang merasa telah mengalami mimpi yang benar, janganlah bertindak
sembrono meminta sembarang orang untuk menakwilkan mimpi yang dialaminya.
Janganlah ia menceritakannya kepada orang yang dengki dan dendam dan kepada
orang yang jahil yang ucapannya tertolak tetapi ceritakanlah kepada orang yang
berilmu, para ulama yang memiliki keutamaan, orang-orang yang dalam pemahaman
terhadap dien Islam.

Macam Mimpi
Rasulullah saw. bersabda, “Mimpi itu ada tiga. Mimpi yang baik merupakan
kabar gembira dari Allah. Mimpi yang menyedihkan berasal dari setan, dan mimpi
yang datang dari obsesi seseorang. Jika salah seorang di antara kalian mimpi yang
menyedihkan maka hendaklah dia bangun lalu shalat dan tidak menceritakannya pada
orang lain.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah saw. bersabda, “Mimpi yang baik adalah dari Allah. Sedangkan mimpi
yang menakutkan berasal dari setan. Barangsiapa mimpi yang tidak menyenangkan
maka hendaklah dia meludah ke sebelah kirinya tiga kali dan berlindung diri kepada
Allah dari setan, maka mimpi tersebut tidak akan membahayakannya” (H.R. Bukhari
dan Muslim)

http://orido.wordpress.com 3
Hadith of the Day

Bertolak dari hadis-hadis di atas, menurut Aam Amiruddin dalam bukunya


Menelanjangi Strategi Jin, kita bisa membuat sejumlah kesimpulan.
1. Mimpi bisa terjadi karena suatu obsesi. Obsesi tersebut begitu kuat dalam
memori kita sehingga muncul dalam mimpi. Misalnya, seorang pemuda yang
terobsesi menikahi Dian Sastro, sangat mungkin dia bermimpi menikah atau
bertemu dengannya. Ini adalah mimpi yang bersifat fitriah atau alamiah.
2. Bermimpi yang baik. Mimpi ini datangnya dari Allah, kita wajib mensyukurinya
dan boleh menceritakannya pada orang lain sebagai wujud rasa syukur.
3. Mimpi buruk atau menakutkan. Mimpi ini datangnya dari setan. Kita wajib
berlindung diri pada Allah, bahkan kalau memungkinkan meludah tiga kali ke
sebelah kiri dan jangan menceritakannya pada orang lain –kecuali kalau ingin
mengetahui takwil mimpi tersebut. Sebab kalau kita menceritakannya, setan akan
merasa senang kalau gangguannya itu menjadi bahan pembicaraan manusia.

Berhati-hatilah jika kita bermimpi bertemu dengan orang yang sudah meninggal,
misalnya bertemu dengan ayah atau ibu kita yang sudah wafat, sebab dikhawatirkan
setan menyerupainya. Jadi, kalau kita bermimpi bertemu dengan orang yang sudah
wafat, sebaiknya bersegeralah berlindung kepada Allah.

Tafsir Mimpi
Bolehkah kita menakwilkan mimpi? Mari kita becermin pada sejarah. Nabi Yusuf a.s.
pernah menakwilkan mimpi dua orang tahanan ketika ia dipenjara bersama mereka
dan juga mimpi seorang Raja Mesir. Abu Bakar merupakan orang yang pandai
menakwilkan mimpi, salah satunya dengan takwilnya dalam peristiwa di atas. Ini
membuktikan bahwa menakwilkan mimpi dibenarkan dalam ajaran Islam, namun
kriteria seorang penakwil mimpi sangat jauh dari mudah.

Seorang penakwil mimpi haruslah orang yang jujur (shidiq), cerdas, cerdik, dan suci
dari perbuatan keji. Ia harus mengerti tentang Kitab Allah dan sunah Rasulullah dan ia
pun harus paham benar ilmu mentakwilkan mimpi. Ini sejalan dengan apa yang
diungkapkan Imam al-Gazali yang menyatakan bahwa fungsi roh sebagai penangkap
isyarat Ilahi bagaikan cermin. Dia bisa memantulkan cahaya. Orang yang sidiq
merupakan cermin yang paling bersih dan paling bening di mana cahayanya tidak
terdistorsi sama sekali. Jadi, dia bisa menangkap isyarat tersebut.

Untuk menjadi seorang penafsir mimpi, ada beberapa etika yang harus diperhatikan, di
antaranya adalah menggembirakan saudaranya ketika ia menceritakan mimpinya; tidak
menyebarkan mimpi tersebut karena itu merupakan amanah; tidak menakwilkannya
dengan tergesa-gesa; jika tidak memungkinkan dirinya menakwilkan mimpi tersebut,
jangan ragu untuk melimpahkan kepada orang yang lebih tahu (berilmu) dan jangan
merasa berat melakukannya; memperlakukan pelaku mimpi secara berbeda,
maksudnya tidak menakwilkan mimpi raja seperti menakwilkan mimpi rakyat, sebab
mimpi itu berbeda karena perbedaan kondisi pelakunya; dan sebagainya.

Sangat disayangkan, dewasa ini terlalu banyak orang yang secara sembarangan
menakwikan mimpi. Di antara alasan keberanian mereka adalah adalah (1) lemahnya
keimanan; (2) lalai dari kehidupan akhirat; (3) cinta kemayhuran; dan (4) kurangnya
ilmu.

http://orido.wordpress.com 4
Hadith of the Day

Dari syarat-syarat yang dikemukakan di atas, tak heran jika ada sebagian masyarakat
yang mengharamkan penafsiran mimpi karena dikhawatirkan akan terjebak pada
kemusyrikan. Pun dalam buku-buku takwil mimpi, tidak disebutkan secara gamblang
tafsiran tersebut. Dalam satu mimpi saja, seorang penakwil bisa megartikan mimpi
tersebut menjadi beberapa arti dan tidak ada jaminan mana yang benar. Bahkan
mereka pun menganalogikan mimpi tersebut sebagai ramalan cuaca. Kita bisa
mengantisipasi cuaca, namun tidak pasti karena Allah yang menentukan. Wallahu
a’lam

Adab-adab Tidur
Agar kita tetap berada dalam lindungan Allah swt., bahkan di saat tidur, perhatikanlah
beberapa adab yang dinukil dari hadis-hadis yang tidak diragukan lagi kesahihannya.
Adab-adab sebelum tidur tersebut adalah:
1. memadamkan lampu, mengunci pintu, mengikat gerabah (tempat air), dan
menutup makanan
2. mematikan api (kompor)
3. wudlu. Wudlu tak hanya dilakukan ketika akan shalat, tetapi bisa dilakukan
kapan saja. Bahkan, Rasulullah saw. selalu dalam keadaan suci dari hadas, alias
selalu mempunyai wudlu.
4. shalat witir. Shalat witir adalah salat yang dilakukan antara ba’da Isya hingga
menjelang subuh dengan jumlah rakaat yang ganjil misalnya satu, tiga, lima,
bahkan tujuh rakaat.
5. membaca Al Quran. Adapun ayat yang dianjurkan di antaranya adalah Surat Al
Baqarah ayat 285-286, Surat Al Ikhlas, Al Falaq, An-Nas, dan ayat-ayat kursi.
6. membersihkan kasur, berbaring ke arah kanan dan meletakkan tangan di bawah
kepala, dan berdoa, "Maha Suci Engkau, ya Allah Tuhanku, karena Engkaulah
aku membaringkan tubuhku dan karena Engkau pulalah aku mengangkatnya.
Apabila Engkau mencabut jiwaku, maka ampunilah ia dan apabila Engkau
melepaskannya (menghidupkan) maka jagalah ia sebagaimana Engkau menjaga
hamba-hamba-Mu yang saleh."

Sedangkan adab bangun tidur adalah sebagai berikut.


1. berdoa
2. istintsar (mengeluarkan air dari hidung) tiga kali
3. membasuh tangan tiga kali
4. membasuh wajah dan kedua tangan
5. berwudlu dan shalat

Ada beberapa waktu tidur yang dibenci Rasulullah, yaitu:


1. antara Shalat Subuh dan terbitnya matahari
2. setelah Shalat Ashar
2. sebelum Shalat Isya

Janganlah kita menjadikan alasan mabit untuk membalaskan dendam nafsu tidur.
Karena itu, meskipun para ahli ibadah telah melewatkan sepanjang malamnya untuk
berkhalwat dengan Allah, mereka tidak tidur pada waktu-waktu tersebut. Karenanya,
tidur pada waktu-waktu ini hendaknya karena benar-benar sangat terpaksa.

http://syariahonline.com/new_index.php/id/1/cn/1999

http://orido.wordpress.com 5
Hadith of the Day

Konsultasi : Aqidah

Sejauh Mana Kita Boleh Mempercayai Mimpi

Pertanyaan:

assalamu'alaikum

saat ini ana sedang dalam kebingungan


beberapa hari yang lalu ana bermimpi, yang sebenernya ana gak percaya tentang
mimpi itu, tapi ana jadi mikirin terus.
hati ana jadi dag dig dug.

dalam mimpi itu ana ketemu dengan seorang akhowat yang ana kenal lewat mirc. ana
tidak pernah kletemu sebe;lumnya dengan akhowat itu di alam nyata. tapi disana ana
ketemu dengannya (akhowat itu). dan ana deket banget sama dia didalam mimpi
itu,ana banyak ana ngobrol banyak sama dia. dan sampai dia memberi tahu nama
aslinya. yang sebenarnya yang ana tahu sebelumnya hanya nick name saja. ana tahu
ciri fisiknya lewat mimpi itu.

pertanyaanya:
1.apa ana boleh percaya dengan mimpi itu?

2.apa benar mimpi bisa menjadi pertanda sesuatu?

Arrosyad

Jawaban:

Assalamu `alaikum Wr. Wb.

Al-Quran menerangkan bahwa sebagian mimpi itu memang ada yang bermakna dan
memiliki nilai informasi. Meski tidak semua mimpi seperti itu. Mimpi yang memiliki
makna dan bernilai informasi hanya bisa dibaca atau diterjemahkan oleh mereka yang
memiliki ilmu tersebut.

Diantara mereka yang secara pasti dan tegas diberi ilmu seperti itu adalah Nabi Yusuf
as. Tercatat dalam Al-Quran Nabi Yusuf mengartikan mimpi. Yang pertama mimpi
melihat sebelas bintang, matahari dan bulan bersujud kepadanya. Dan yang kedua
adalah mimpi sang Raja.

Allah SWT berfirman :

�Ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku , sesungguhnya aku bermimpi
melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku.
Ayahnya berkata: "Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-
saudaramu, maka mereka membuat makar mu. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh
yang nyata bagi manusia." Dan demikianlah Tuhanmu, memilih kamu dan diajarkan-Nya
kepadamu sebahagian dari ta'bir mimpi-mimpi dan disempurnakan-Nya ni'mat-Nya

http://orido.wordpress.com 6
Hadith of the Day

kepadamu dan kepada keluarga Ya'qub, sebagaimana Dia telah menyempurnakan


ni'mat-Nya kepada dua orang bapakmu sebelum itu, Ibrahim dan Ishak. Sesungguhnya
Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS. Yusuf : 4-6)

�Raja berkata : "Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang
gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir
yang hijau dan tujuh bulir lainnya yang kering." Hai orang-orang yang terkemuka :
"Terangkanlah kepadaku tentang ta'bir mimpiku itu jika kamu dapat mena'birkan
mimpi." Mereka menjawab : " adalah mimpi-mimpi yang kosong dan kami sekali-kali
tidak tahu menta'birkan mimpi itu." Dan berkatalah orang yang selamat diantara
mereka berdua dan teringat sesudah beberapa waktu lamanya: "Aku akan
memberitakan kepadamu tentang mena'birkan mimpi itu, maka utuslah aku ." : "Yusuf,
hai orang yang amat dipercaya, terangkanlah kepada kami tentang tujuh ekor sapi
betina yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus
dan tujuh bulir yang hijau dan lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-
orang itu, agar mereka mengetahuinya." Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh
tahun sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan
dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh
tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk
menghadapinya , kecuali sedikit dari yang kamu simpan. Kemudian setelah itu akan
datang tahun yang padanya manusia diberi hujan dan dimasa itu mereka memeras
anggur."� (QS. Yusuf :43-49).

Mimpi sebagai metode pemberian wahyu dan syariat

Sebagian dari mimpi bahkan bisa merupakan wahyu dan pensyariatan suatu hukum.
Namun itu terbatas pada para Nabi dan Rasul saja. Sedangkan manusia biasa sama
sekali tidak dibenarkan bila mengaku mendapat perintah dari Allah melalui mimpi.

Allah SWT memberi perintah kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih anaknya, Ismail
as.

�Maka tatkala anak itu sampai berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai
anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka
fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang
yang sabar".� (QS. Ash-Shaaffaat : 012).

Mimpi sebagai kabar gembira

Rasulullah SAW pun pernah mendapat mimpi yang menggembirakan di saat-saat sulit.
Yaitu mimpi bahwa beliau dan pasukannya bisa masuk kota Mekkah dan menjadi
pemenang atas peperangan melawan seterus bebuyutan mereka, kafir Quraisy.

�Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya, tentang kebenaran


mimpinya dengan sebenarnya bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil
Haram, insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan
mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang

http://orido.wordpress.com 7
Hadith of the Day

tiada kamu ketahui dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat .� (QS.
Al-Fath : 27)

Mimpi orang-orang shalih

Orang-orang yang shalih bisa saja diberi informasi berita dari Allah akan peristiwa yang
akan terjadi. Namun sifatnya sebagai isyarat saja dan bukan informasi yang detail.
Lagi pula tidak dibenarkan mimpi mendapat perintah bentuk ibadah tertentu dari
Allah, karena Islam ini sudah lengkap semenjak Rasulullah SAW wafat 1400 tahun yang
lalu.

Mimpi Anda

Anda boleh saja percaya kepada mimpi itu sebagai salah satu bentuk kabar gembira.
Tapi kami ingatkan bahwa mimpi orang-orang awam juga tidak lepas dari pengaruh
syetan yang kerjanya suka menipu dan menghiasai perbuatan kotor seolah-olah baik.
Waspadai mimpi itu karena Anda berkelanalan lewat chatting dengan seorang wanita
non mahram. Bisa saja syetan seang sibuk meniupkan bisikannya ke hati Anda dan
memancing Anda berbuat lebih jauh yang pada akhirnya melanggar batas-batas syar`i.
Paling tidak, sekarang ini Anda jadi lumayan terganggu dengan sosok bayangan dalam
mimpi itu.

Tapi bukan berarti kami bersu`uzhan dengan mimpi Anda, kami sarankan Anda lebih
waspada, jangan sampai mimpi itu mendorong Anda untuk bertindak terlalu jauh dan
bertabrakan dengan batas syar`i.

Wallahu a`lam bis-shawab.

Wassalamu `alaikum Wr. Wb.

http://www.almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1921&bagian=0

Berlebihan Dalam Mengangungkan Guru-Guru Mereka Dan Berhujjah Dengan Mimpi-


Mimpi

Minggu, 20 Agustus 2006 14:54:49 WIB


Kategori : Bid'ah Dan Bahayanya

CARA AHLUL BID’AH BERARGUMENTASI

Peringkas
Syaikh Alawi bin Abdul Qadir As-Saqqaf
Bagian Terakhir dari Dua Tulisan 2/2

[6]. Ada Diantara Mereka Yang Menetapkan Perkara-Perkara Syar’i Berdasarkan Takwil
Yang Tidak Bisa Diterima Akal.
Mereka mendakwakan (hasil penetapannya itu) bahwa itulah yang dimaksud dan yang
diinginkan oleh syari’at. Sementara mereka tidak (memahami dalil-dalil syar’I) seperti

http://orido.wordpress.com 8
Hadith of the Day

yang dipahami oleh orang Arab. Mereka berkata: “Setiap apa yang terdapat dalam
syari’at, baik menyangkut hal-hal yang harus dilakukan oleh manusia, masalah
dikumpulkannya manusia dan membeberkannya amalan-amalan mereka (pada hari
kiamat), serta perkara-perkara yang terkait dengan penyembahan (kepada Allah),
maka itu adalah contoh-contoh urusan yang ghaib.”

[7]. Berlebihan Dalam Mengangungkan Guru-Guru Mereka


Mereka mendudukkan guru-guru mereka itu pada tempat yang tidak selayaknya. Kalau
tidak karena berlebih-lebihan dalam beragama, berlebihan membela madzhab, dan
berlebihan dalam mencintai pelaku bid’ah, tentu tidak akan ada pada pikiran
seseorang untuk mengagungkan guru seperti itu. Akan tetapi Rasulullah telah
bersabda.

"Artinya : Sungguh kalian akan mengikuti jalannya orang-orang sebelum kalian


sejengkal demi sejengkal, dan sehasta demi sehasta" [HR.Bukhari no. 3456 dan Muslim
no. 2669 dan yang lainnya dari hadist Abu Sa’id Al-Khudri]

Jadi, mereka itu berlebih-lebihan (terhadap guru-guru mereka) seperti halnya orang-
orang Nasrani berlebih-lebihan terhadap ‘Isa bin Maryam, yang berkata,
“Sesungguhnya Allah itu adalah Al-Masih Ibnu Maryam". Maka, Allah berfirman:

"Artinya : Katakanlah (Wahai Muhammad), ”Wahai Ahli Kitab, janganlah kalian


berlebih-lebihan dalam agama kalian dengan cara yang tidak benar. Dan janganlah
kalian mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sejak dahulu telah sesat (sebelum
kedatangan Muhammad) ; dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia) dan
mereka pun tersesat dari jalan yang lurus" [Al-Ma’idah : 77]

Rasulullah Bersabda:

“Artinya : Janganlah kalian berlebih-lebihan (memuji)ku, sebagaimana orang-orang


Nasrani berlebih-lebihan (memuji) ‘Isa Putera Maryam, tetapi katakanlah : (Aku ini)
Hamba Allah dan Rasul-Nya". [HR. Bukhari no. 6830 dari Umar bin Al-Khathab]

Barangsiapa memperhatikan orang-orang (yang melakukan tindakan seperti di atas)


niscaya akan menemukan banyak perbuatan bid’ah yang mereka lakukan dalam
cabang-cabang syari’at. Karena, memang, yang namanya Bid’ah bila telah masuk ke
dalam perkara pokok (ushul), maka akan mudah masuk kedalam cabang-cabangnya
(furu’).

[8]. Berhujjah Dengan Mimpi-Mimpi


Hujjah yang paling lemah adalah hujjah suatu kaum yang menyandarkan kepada
mimpi-mimpi untuk melaksanakan atau meninggalkan suatu amalan. Mereka biasanya
berkata, “Kami bermimpi bertemu dengan si fulan, -biasanya seseorang yang shalih-,
lalu dia berkata kepada kami, ‘Tinggalkan amalan itu, dan lakukan amalan ini!”
Sebagian yang lain berkata, “Aku bermimpi (berjumpa) Rasulullah di waktu tidur, lalu
beliau berkata begini dan memerintahkan begitu,”kemudian mengamalkan atau
meninggalkan suatu amalan berdasarkan mimpinya itu, berpaling dari batasan-batasan
yang telah dibuat oleh syari’at.”

Jelas itu suatu kesalahan. Karena, menurut syari’at, selain mimpi para nabi sama

http://orido.wordpress.com 9
Hadith of the Day

sekali tidak bisa diambil sebagai hukum. Mimpi-mimpi tersebut harus dikembalikan
kepada hukum-hukum syari’at yang ada. Kalau cocok dengan hukum syari’at, maka
mimpi tersebut boleh diamalkan, namun bila tidak cocok, maka wajib ditinggalkan dan
dijauhi. Mimpi bisa kita jadikan sebagai kabar gembira atau peringatan saja ; tidak
bisa dijadikan ketetapan hukum. Dan tidak bisa kita berkata, “Mimpi adalah satu
bagian dari kenabian yang tidak boleh diabaikan. Bisa jadi yang mengabarkan dalam
mimpi itu adalah Rasulullah, karena beliau bersabda:

"Artinya : Barangsiapa melihatku di waktu tidur maka dia benar-benar telah melihatku,
karena syetan tidak dapat menyerupaiku.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 6993,
Muslim no. 2266 dari Abu Hurairah. Diriwayatkan juga oleh Al-Bukhari no. 6994 dari
Anas no. 6997 dan dari Abu Said Al-Khudri ; serta Muslim no. 2268 dari Jabir]

Jadi pengabaran beliau pada saat tidur (mimpi) sama seperti pengabaran beliau pada
saat terjaga.

(Tidak bisa kita berkata seperti perkataan di atas), karena:


[1]. Jika mimpi adalah salah satu bagian dari kenabian, maka mimpi tersebut bukan
merupakan wahyu secara keseluruhan, melainkan hanya sebagiannya saja. Sedangkan
satu bagian itu tidak bisa menduduki tempat secara keseluruhan dalam segala sisi,
melainkan hanya mendudukinya pada beberapa sisi saja. Mimpi bisa dipakai sebagai
bentuk kabar gembira (bisyarah) dan peringatan (nidzarah) saja, tidak menjangkau
aspek hukum.

[2]. Mimpi merupakan bagian dari kenabian di antara syaratnya adalah harus
merupakan mimpi yang benar dari seorang yang shalih. Padahal terpenuhinya syarat-
syarat tersebut jelas membutuhkan penelitian, sehingga bisa jadi terpenuhinya dan
bisa pula tidak.

[3]. Mimpi sendiri terbagi-bagi. Ada mimpi yang merupakan mimpi biasa yang
datangnya dari syetan; ada yang merupakan khayalan; dan ada juga yang merupakan
rekaman peristiwa yang terjadi sebelum tidur. Kapan kita bisa menentukan mimpi yang
benar sehingga bisa diambil sebagai patokan hukum dan mana mimpi yang tidak benar
untuk kita tinggalkan?

Mimpi yang menggambarkan Rasulullah mengabarkan tentang suatu hukum pun perlu
dilihat. Bila (di dalam mimpi orang tersebut) beliau mengabarkan tentang suatu hukum
yang sesuai dengan syari’at, maka (pada hakekatnya) hukum yang dipegang adalah
hukum yang telah ada (dalam syari’at) tersebut. Dan jika beliau mengabarkan tentang
sesuatu yang menyelisihi (syari’at), maka itu mustahil. Karena setelah Rasulullah
wafat, syari’at yang telah ditetapkan semasa hidupnya tidak akan manshukh (diganti
dengan yang lainnya). Sebab agama Islam ini, meskipun Rasulullah telah wafat,
ketetapan hukumnya tidak akan berubah dengan sebab mimpi seseorang. Karena hal
itu suatu kebatilan menurut ijma’. Jadi barang siapa yang bermimpi (mendapati
Rasulullah mengabarkan suatu hukum yang bertentangan dengan syari’at yang telah
ada) itu, maka tidak boleh diamalkan. Dan pada saat tersebut kita katakana: Mimpi
orang tersebut tidak benar. Karena kalau dia benar-benar (bermimpi) melihat
Rasulullah, tentu beliau tidak akan mengabarkan sesuatu yang menyelisihi syari’at.

Sekarang, mari kita bicarakan makna sabda Rasulullah

http://orido.wordpress.com 10
Hadith of the Day

“Artinya : Barangsiapa yang melihatku di waktu tidur, berarti ia telah melihatku.”

Dalam hal ini ada dua penafsiran, yaitu.

Pertama.
Makna hadist tersebut (adalah):
"Barangsiapa(bermimpi) melihatku sesuai bentuk di mana aku diciptakan maka ia telah
melihatku; karena syetan tidak bisa menyerupaiku.”

Karena beliau tidak mengatakan, “Barang siapa yang berpendapat bahwa dia
melihatku (dalam mimpi), maka dia telah melihatku”, tetapi mengatakan,
“Barangsiapa melihatku (dalam mimpi) maka dia telah melihatku”. Darimana orang
yang berpendapat bahwa dirinya melihat Rasulullah itu memastikan kalau yang dia
lihat dalam mimpinya itu betul-betul wujud beliau? Jika dia tetap (bersikeras) telah
melihat beliau, padahal dia tidak bisa memastikan kalau yang dilihatnya itu adalah
betul-betul wujud beliau, maka ini adalah sesuatu yang sulit untuk dipercaya.

Kesimpulannya: Apa yang dilihat dalam mimpi seseorang bisa saja bukan Rasulullah,
meskipun orang yang bermimpi meyakini bahwa itu adalah beliau.

Kedua.
Para ahli ta’bir mimpi berkata, “sesungguhnya syetan bisa mendatangi seseorang yang
sedang tidur dalam bentuk tertentu, seperti dalam bentuk orang yang dikenal oleh
yang bermimpi tersebut atau yang lainnya. Lalu (syetan) menunjukkannya kepada
orang lain (sambil berkata): ‘Fulan ini adalah Nabi!’ Cara seperti itulah yang ditempuh
syetan dalam menjalankan tipu dayanya terhadap orang yang bermimpi. Padahal,
sosok Nabi mempunyai tanda-tanda tertentu. Kemudian, sosok yang ditunjukkan oleh
syetan tersebut menyampaikan perintah atau larangan yang tidak sesuai dengan
syari’at kepada orang (yang bermimpi). Orang yang bermimpi itu mengira kalau itu
dari Rasulullah, padahal bukan, sehingga ucapan, perintah, atau larangan yang
disampaikan dalam mimpi itu tidak boleh kita percaya.”

Jadi, jelaslah sudah permasalahan ini. Yaitu, bahwa suatu hukum tidak bisa diambil
dari mimpi-mimpi sebelum dicocokkan terlebih dahulu dengan dalil, karena gambaran
yang ada dalam mimpi kemungkinan tercampur dengan kebatilan.

Hanya orang-orang yang lemah hatinya sajalah yang berdalil dengan mimpi dalam
masalah hukum-hukum (syar’i). Memang, bisa saja orang yang dilihat (dalam mimpi)
itu datang dengan membawa pemberitahuan, kabar gembira, maupun peringatan
secara khusus, akan tetapi para ahli ta’bir mimpi itu tidak menjadikannya sebagai
pedoman dalam menentukan hukum dan membangun suatu kaidah. Memang sikap yang
benar dalam menyikapi apa yang terlihat dalam mimpi adalah dengan selalu
berpatokan dengan syari’at yang ada, wallahu a’lam.

Barangsiapa yang memperhatikan cara ahli bid’ah dalam berdalil, niscaya dia akan
mengetahui bahwa mereka itu tidak memiliki alasan yang mapan. Karena alasan-alasan
mereka itu terus saja mengalir berubah-ubah, tidak akan pernah berhenti pada satu
alas an tertentu. Dan berdasarkan alasan-alasan itulah, orang-orang yang menyimpang
dan orang-orang kafir mendasarkan penyimpanmgan dan kekufurannya, serta

http://orido.wordpress.com 11
Hadith of the Day

menisbatkan ajarannya itu kepada syari’at.

Barangsiapa yang tidak ingin terperosok ke dalam tindakan semacam itu, hendaknya
mencari kejelasan jalan mana yang lurus baginya. Karena siapa yang berani
meremehkan (hal ini), niscaya tangan-tangan hawa nafsu akan melemparkan kedalam
berbagai kebinasaan yang tiada seorang pun dapat membebaskannya, kecuali bila Allah
menghendaki lain.

[Disalin dari “Kutaib Muhtashar Al-I’tisham, Peringkas Syaikh Alawi bin Abdul Qadir As-
Saqqaf, Penulis Abu Ishaq Ibrahim bin Musa ASy-Syathibi, Edisi Indonesia Ringkasan Al-
I'tishom Imam Asy-Syathibi, Penerjemah Arif Syarifuddin, Penerbit Media Hidayah]

http://syariahonline.com/new_index.php/id/1/cn/11992

Konsultasi : Aqidah
Perbedaan Antara Ramalan Dan Mimpi

Pertanyaan:

Assalamualaikum wr wb
Apakah perbedaan antara ramalan dengan tabir mimpi ? Bukankah Nabi Yusuf a.s
mengartikan mimpi seorang Raja, Ibunda Nabi Muhammad SAW pun juga pernah
bermimpi pada saat kehamilan Beliau, dan masih banyak lagi tentang mimpi-mimpi
yang diartikan. Apakah mengartikan mimpi itu bukan suatu ramalan ? Bagaimana
dengan ramalan cuaca ?
Wassalam

Hasanah

Jawaban:

Assalamu `alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh

Alhamdulillahi rabbil `alamin, washshalatu wassalamu `ala sayyidil mursalin, wa


ba`du,

Istilah ramalan cuaca memang kurang tepat, sebab sama sekali tidak terjadi ramalan.
Yang terjadi justru perhitungan matematis dan terukur secara pisik dan menggunakan
ilmu dan teknologi. Istilah yang tepat adalah prakiraan cuaca, bukan ramalan.

Sedangkan mimpi, hukumnya bisa beragam. Bagi para nabi dan rasul, mimpi mereka
umumnya adalah sarana wahyu dari Allah SWT. Meski tidak selalu bisa dipastikan
demikian. Bukankah dahulu ketika Nabi Ibrahim bermimpi menyembelih anaknya,
beliau pun masih perlu melakukan konfirmasi kepada Allah SWT. Sebab beliau masih
takut jangan-jangan mimpi itu hanya datang dari syetan.

Maka tatkala anak itu sampai berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai
anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka

http://orido.wordpress.com 12
Hadith of the Day

fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang


diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang
yang sabar".Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya
atas pelipis, Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah
membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada
orang-orang yang berbuat baik.(QS. As-Shaaffaat : 102)

Sebagian dari mimpi manusia pun bisa menjadi ilham atau petunjuk yang bersifat
subjektif bagi dirinya atau orang lain. Misalnya seseorang melakukan shalat istikharah
untuk mendapatkan petunjuk dari Allah SWT atas pilihan yang ada. Bisa saja Allah SWT
memberikan petunjuk melalui mimpi-mimpi.

Namun sama sekali tidak mungkin bila manusia biasa bermimpi yang materinya berupa
aturan baku yang formal tentang syariat. Sebab yang berhak mendapatkan mimpi
berupa syariat hanyalah para nabi dan rasul saja. Karena manusia yang dipilih Allah
untuk menyampaikan syariat hanyalah nabi dan rasul. Bahkan ketika Umar bin Al-
Khattab bermimpi tentang azan untuk memanggil manusia untuk shalat, azan tidak
lantas begitu saja disyahkan sebagai syariat sebelum Rasulullah SAW memastikannya
dan meresmikannya.

Dan sebagian mimpi lainnya tidak lebih dari bunga tidur, bahkan mungkin saja datang
dari syetan. Misalnya mimpi buruk. Oleh Rasulullah SAW, bila seseorang mendapatkan
mimpi buruk, hendaknya berta`awuz, membaca surat Al-Falaq dan An-Nas serta
berlindung kepada Allah SWT.

Sedangkan ramalan itu biasanya dilakukan oleh dukun, tukang tenung atau ahli sihir
yang mendapat bisikan halus dari syetan atau jin. Sumbernya adalah informasi yang
mereka curi dari langit lalu ditambahkan dengan kebohongan.

kecuali syaitan yang mencuri-curi yang dapat didengar lalu dia dikejar oleh semburan
api yang terang.(QS. Al-Hijr : 18)

Mendatangi peramal tanpa mempercayainya sudah termasuk perbuatan musyrik, meski


hanya main-main. Apalagi mempercayainya. Jelas lebih berat dosa syiriknya.

Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,


Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.

http://www.mail-archive.com/milis-muslim@yahoogroups.com/msg00229.html

[MM ] Psikologi Mimpi-1

agussyafii
Wed, 18 Oct 2006 01:07:12 -0700

Psikologi Mimpi-1
(Berwisata Dalam Mimpi)

http://orido.wordpress.com 13
Hadith of the Day

Bahwa setiap manusia pernah mengalami mimpi tidak seorangpun yang membantah,
tetapi mimpi itu apa tidak pernah ada definisi yang secara empirik bisa dibuktikan
kebenarannya. Analisis tentang mimpi bisa ilmiah, mistis, bisa juga sufistik.
Pembicaraan tentang mimpi bukan saja dilakukan oleh dukun, peramal, orang tua,
psikolog dan failasuf, tetapi Al Qur'an sebagai wahyupun membicarakannya.

Mimpi Menurut al Qur'an

Al Qur'an menyebut mimpi dalam dua term, yaitu ru'ya dan adghats ahlam). Term
ru'ya disebut sebanyak duabelas kali, berhubungan dengan mimpi yang dialami oleh
Nabi dan oleh orang biasa. Dalam surat Yusuf/12:4 (juga ayat 5 dan 100) misalnya
dikisahkan bahwa Yusuf ketika masih kanak-akan bermimpi melihat sebelas bintang,
matahari dan bulan tunduk kepadanya. Ayat 43 surat yang sama mengisahkan bahwa
Fir'aun bermimpi melihat tujuh sapi gemuk dimakan oleh tujuh sapi kurus. Demikian
juga Nabi Muhammad dalam surat al Fath/48:27 dikisahkan bermimpi memasuki
Masjid Haram dengan aman, dan pada surat al Isra/17:60 dikisahkan Nabi bermimpi
tentang perang Badar. Nabi Ibrahim juga menerima perintah menyembelih Isma'il
melalui mimpi130 Dua orang pegawai Fir'aun yang dipenjara bersama Yusuf juga
dikisahkan dalam surat Yusuf/12: 36 bermimpi, yang satu kembali bekerja melayani
raja, dan yang satu bermimpi membawa roti di atas kepala, tapi rotinya dimakan
burung .

Sedangkan term ahlam disebut Al-Qur'an sebanyak lima kali , dua kali term al hulum
(dari halama yahlumu) dalam arti mimpi "pertama" 131 satu kali ahlam (dari haluma
yahlumu hilm) disebut dalam arti fikiran-fikiran dan dua kali disebut adghas
ahlam, dalam arti mimpi-mimpi kalut, yakni pada surat Yusuf/12:44 dan Q/21:5. Pada
surat al Anbiya/21:5, disebutkan bahwa kaum musyrikin menilai ayat-ayat Qur'an itu
tak lebih dari produk mimpi kalut () . Bawahan Fir'aun yang tidak sanggup
menta`birkan mimpi Fir'aun, yaitu mimpi melihat tujuh sapi gemuk dimakan tujuh sapi
kurus, seperti yang dikisahkan surat Yusuf/12:44 juga memandang mimpi Fir'aun
sebagai mimpi kalut

Dari ayat-ayat tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa manusia dengan
kapasitas dan kualitas nafs tertentu, baginya tidur lebih bersifat fisik, karena nafsnya
masih bisa menerima stimulus dari luar dirinya dalam bentuk ilham atau wahyu
seperti yang dialami oleh Nabi Ibrahim ketika menerima perintah untuk menyembelih
puteranya sebagai kurban, atau oleh Nabi Muhammad ketika diberi tahu lebih dahulu
oleh Tuhan bahwa kaum muslimin akan berhasil menziarahi Makkah secara aman. Jadi,
impian bisa merupakan isyarat dari apa yang telah, sedang atau akan terjadi, disebut
(ru'ya al haqq) seperti yang dikisahkan surat al Fath/48:27 tersebut di atas.

Yusuf seperti yang dikisahkan surat Yusuf/12: 4 ketika masih kanak-kanak bermimpi
melihat sebelas bintang, bulan dan matahari tunduk kepadanya , suatu impian yang
mengisyaratkan tentang perjalanan hidup dan nasib baiknya di belakang hari , satu
hal yang dapat membuat saudara-saudaranya iri hati sehingga Nabi Ya'qub, ayah
Yusuf seperti yang dikisahkan dalam lanjutan dari ayat itu (ayat 5) melarangnya untuk
menceriterakan mimpinya itu kepada orang lain .Di belakang hari, menurut sebagian

http://orido.wordpress.com 14
Hadith of the Day

mufassir 40 tahun kemudian,133 impian itu, seperti yang dikisahkan dalam surat Yusuf
ayat 100 menjadi kenyatan

Mimpi yang benar tidak mesti dialami oleh orang mukmin. Fir`aun pun seperti yang
dikisahkan dalam surat Yusuf/12: 43 pernah bermimpi melihat tujuh ekor sapi germuk
dimakan tujuh ekor sapi kurus yang kemudian dita'wil oleh Yusuf seperti yang
dikisahkan dalam surat Yusuf/12: 47-49 sebagai isyarat akan datangnya musim
paceklik dan cara-cara mengantisipasinya, sebagaimana juga dua teman Yusuf di
penjara bermimpi masing-masing memperoleh keberuntungan dan nasib buruk.134

Adapun orang yang jiwanya sedang gelisah, mimpi yang dialami dalam tidurnya lebih
merupakan adghats ahlam , yakni mimpi kalut. Tentang mimpi, banyak sekali hadis
Nabi yang membicarakannya. Menurut kebanyakan hadis, mimpi dibagi menjadi dua
yaitu ru'ya dan al hulm. Yang pertama berasal dari Allah dan yang kedua berasal dari
syaitan. Salah satu hadis yang diriwayatkan dari Abi Qatadah misalnya berbunyi :

artinya : Ru'ya itu datangnya dari Allah dan al hulm itu


datangnya dari syaitan. Maka bila salah seorang diantaramu mengalami mimpi kalut
yang tidak disukainya, maka hendaknya meludah ke kiri tiga kali dan mohonlah
perlindungan kepada Allah dari keburukannya, maka sesungguhnya mimpi buruk itu
tidak akan membahayakannya (HR Muslim)

Dalam hadis Abu Hurairah yang dihimpun oleh Muslim disebutkan pula tiga jenis ru'ya,
yaitu (1) mimpi baik yang merupakan khabar gembira dari Allah ) (2) mimpi yang
menyusahkan yang datang dari syaitan dan mimpi yang disebabkan oleh perhatian
manusia terhadap sesuatu atau hal-hal yang telah berada di alam bawah sadarnya.135
Dalam hadis itu juga disebut bahwa mimpi seorang mukmin merupakan 1/46 bagian
dari kenabian

Jadi, dari keterangan Al-Qur'an dan hadis tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
manusia dengan kondisi tertentu, meski matanya tertidur, tetapi qalb tidak ikut
tertidur.

Salah satu bait pujian kepada Nabi Muhammad antara lain menyebutkan bahwa meski
mata Rasul telah mengantuk tetapi hatinya tidak tertidur

Wassalam,
agussyafii
http://mubarok-institute.blogspot.com

http://syariahonline.com/new_index.php/id/11/cn/2322

Konsultasi : Masalah

Umum Ingin Melihat Rosulullah Lewat Mimpi

Pertanyaan:

http://orido.wordpress.com 15
Hadith of the Day

1. Apakah kita bisa memohon untuk melihat Rosulullah lewat


mimpi ?

2. Apakah dalam mimpi melihat Rosulullah itu benar-benar sosok Rosulullah atau
rekayasa syetan ?

Erus

Jawaban:

Assalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh,

Al-hamdulillahi Rabbil `Alamin, Washshalatu Wassalamu `Ala Sayyidil Mursalin, Wa


`Alaa Aalihi Wa Ashhabihi Wa Man Tabi`ahu Bi Ihsanin Ilaa Yaumiddin, Wa Ba`d,

1.Kami belum mendapatkan hadis yang melarang permohonan doa seperti yang Anda
tanyakan. Hanya saja pertanyaannya adalah untuk apa Anda meminta hal tersebut ?
Karena mimpi bertemu dengan Rasulullah SAW tidak menjamin bahwa orang tersebut
adalah orang yang sholih. Sedangkan hadis yang menyatakan "Barangsiapa yang
melihatku dalam mimpinya, maka aku telah mengharamkan baginya api neraka"
merupakan hadis yang tidak jelas asal ushulnya, sehingga tidak bisa menjadi pegangan.

2. Jika yang terlihat dalam mimpi tersebut memiliki shifat-shifat seperti Rasulullah
SAW sebagaimana yang dijelaskan oleh hadis-hadis yang shohih, maka yang dilihat
dalam mimpi tersebut memang benar-benar Rasulullah SAW, karena beliau bersabda:
"Barang siapa yang melihatku dalam mimpinya maka ia telah melihatku, karena syetan
tidak bisa berwujud seperti diriku" (HR Bukhori dan Muslim)

Tetapi, jika kita tidak mengetahui bagaimana shifat-shifat Rasulullah SAW sebagaimana
yang dijelaskan oleh hadis-hadis yang shohih, maka apa yang kita lihat belum tentu
merupakan sosok Rasulullah SAW. Karena bisa saja itu adalah syetan yang mengaku-aku
sebagai Rasulullah SAW.

Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,

Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.

http://mavourneen.wordpress.com/2007/01/15/mimpi-rasulullah-saw/

Mimpi Rasulullah S.A.W

Daripada Abdul Rahman Bin Samurah ra berkata, Nabi Muhammad saw bersabda:

“Sesungguhnya aku telah mengalami mimpi- mimpi yang menakjubkan pada malam aku
sebelum di Israqkan……..”

http://orido.wordpress.com 16
Hadith of the Day

1. Aku telah melihat seorang dari umatku telah didatang oleh malaikatul maut dengan
keadaan yang amat mengerunkan untuk mengambil nyawanya, maka malaikat itu
terhalang perbuatannya itu disebabkan oleh KETAATAN DAN KEPATUHANNYA KEPADA
KEDUA IBUBAPANYA.

2. Aku melihat seorang dari umatku telah disediakan azab kubur yang amat
menyiksakan, diselamatkan oleh berkat WUDUKNYA YANG SEMPURNA.

3. Aku melihat seorang dari umatku sedang dikerumuni oleh syaitan-syaitan dan iblis-
iblis lakhnatullah, maka ia diselamatkan dengan berkat ZIKIRNYA YANG TULUS IKHLAS
kepada Allah.

4. Aku melihat bagaimana umatku diseret dengan rantai yang diperbuat daripada api
neraka jahanam yang dimasukkan dari mulut dan dikeluarkan rantai tersebut ke
duburnya oleh malaikut Ahzab,tetapi SOLATNYA YANG KHUSUK DAN TIDAK MENUNJUK-
NUNJUK telah melepaskannya dari seksaan itu.

5. Aku melihat umatku ditimpa dahaga yang amat berat, setiap kali dia mendatangi
satu telaga dihalang dari meminumnya,ketika itu datanglah pahala PUASANYA YANG
IKHLAS KEPADA ALLAH SWT memberi minum hingga dia merasa puas.

6. Aku melihat umatku cuba untuk mendekati kumpulan para nabi yang sedang duduk
berkumpulan-kumpulan, setiap kali dia datang dia akan diusir, maka menjelmalah
MANDI JUNUB DENGAN RUKUN YANG SEMPURNANYA sambil ke kumpulanku seraya
duduk disebelahku.

7. Aku melihat seorang dari umatku berada di dalam keadan gelap gelita
disekelilingnya,sedangkan dia sendiri di dalam keadaan binggung, maka datanglah
pahala HAJI DAN UMRAHNYA YANG IKHLAS KEPADA ALLAH SWT lalu mengeluarkannya
dari kegelapan kepada tempat yang terang-menderang.

8. Aku melihat umatku cuba berbicara dengan golongan orang mukmin tetapi mereka
tidakpun membalas bicaranya,maka menjelmalah SIFAT SILATURRAHIMNYA DAN TIDAK
SUKA BERMUSUH-MUSUHAN SESAMA UMATKU lalu menyeru kepada mereka agar
menyambut bicaranya,lalu berbicara mereka dengannya.

9. Aku melihat umatku sedang menepis-nepis percikan api ke mukanya,maka segeralah


menjelma pahala SEDEKAHNYA YANG IKHLAS KERANA ALLAH SWT lalu menabir muka
dan kepalanya dari bahaya api tersebut.

Buat renungan bersama…

http://syariahonline.com/new_index.php/id/11/cn/3596

Konsultasi : Masalah Umum

http://orido.wordpress.com 17
Hadith of the Day

Mimpi Kepada Rasullullah Dan Nabi Lainnya Serta Mimpi Hari Kiamat Berulang Kali

Pertanyaan:

assallammualaikum ustads, saya pernah mimpi rasullullah beberapa kali dan disaat
saya mau bersalaman dengan beliau,maka beliau pertama tidak mau bersalaman
dengan saya kemudian beliau mau, dan pada malam berikutnya saya bermimpi nabi
Ibrahim As,kemudian nabi Sulaiman,dan hampir semua nabi pernah saya bermimpi
serta penderitaan yang mereka alami saya pun ikut merasakannya didalam mimpi
tersebut, apakh hikma semua mimpi ini ustadz.....? Wassallammualaikum Wr. Wb

Ridwan Bin Ditan

Jawaban:

Assalamu `alaikum Wr. Wb.


Al-Hamdulillahi Rabbil `Alamin, Washshalatu Wassalamu `Alaa Sayyidil Mursalin, Wa
`Alaa `Aalihi Waashabihi Ajma`in, Wa Ba`d

Mimpi yang dialami oleh seorang muslim bisa benar dan bisa tidak. Bisa menjadi
petunjuk dan juga bisa penyesatan.

Tapi yang jelas, tidak ada mimpi seorang muslim sepeninggal Rasulullah SAW yang
boleh dijadikan dasar pijakan hukum syariah. Kalau dimasa Rasulullah SAW, barangkali
ada satu dua mimpi para shahabat yang memberi isyarat untuk sebuah landasan
ibadah. Dan apabila hal itu dibenarkan oleh Rasulullah SAW, maka bisa diamalkan.
Misalnya dalam kasus mimpinya sebagian shahabat atas syariat azan. Saat itu umat
Islam berbea pendapat tentang bagaimana cara memanggil orang shalat. Ada yang
mengusulkan dengan menggunakan lonceng atau alat lainnya. Tapi sebagian umat Islam
ada yang mimpi tentang azan. Ketika ditanyakana kepada Rasulullah SAW, beliau
membenarkan. Maka jadilah azam sebagai bagian dari syariat Islam.

Sedangkan sepeninggal beliau, tidak ada mimpi yang boleh dijadikan dasar ibadah dan
syaraih. Karena whahyu telah terputus dan risalah telah sempurna.

Sedangkan mimpi yang bisa jadi semacam petunjuk / ilham yang bersifat pribadi,
maka hal itu bisa dibenarkan. Misalnya saat orang dalam keadaan bimbang atas sebuah
pilihan, maka bila setelah shalat istikharah dia bermimpi dan mendapat semacam
isyarat petunjuk yang ditafsirkan dari mimpinya itu, bolehlah dia melaksanakannya.
Selama intinya tidak bertentangan dengan aqidah dan syariah.

Tapi kalau isi mimpi itu menyuruh mengerjakan bid�ah, kesesatan apalagi tindakan
syirik, sudah bisa dipastikan bahwa syetanlah yang muncul di dalam mimpi itu, bukan
hidayah dari Allah SWT.

Khusus masalah pengakuan Anda mimpi bertemu dengan nabi dan juga siapapun yang
mengaku bermimpi bertemu dengan nabi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan.

http://orido.wordpress.com 18
Hadith of the Day

Pertama, hanya para shahabat Rasulullah SAW yang bisa dipercaya bila berkata mimpi
bertemu dengan nabi. Mengapa ? Karena selama hidup mereka memang telah kenal
dengan sosok Rasulullah SAW. Sehingga bila sepeninggal Rasulullah SAW, mereka mimpi
bertemu dengan beliau, bisa dipastikan tidak salah orang.

Kedua, hanya mereka yang secara serius telah memperlajari sirah nabawiyah terutama
dalam masalah kondisi pisik Rasulullah SAW yang berhak mengaku telah mimpi
bertemu dengan Rasulullah SAW. Inipun masih dalam tanda tanya. Benarkah sosok yang
dilihatnya di dalam mimpi itu memang benar Rasulullah SAW. Bagaimana dengan
kemungkinan salah orang. Karena meski sudah membaca berkali-kali riwayat tentang
wujud pisik Rasulullah SAW, yang jelas mereka belum pernah bertemu sebelumnya.
Bagaimana dia bisa sampai pada kesimpulan bahwa yang dilihatnya memang benar-
benar Rasulullah SAW ? Siapa yang memberi tahu bahwa sosok itu memang benar-benar
Rasulullah SAW ?

Ketiga, kalau pun bisa dipertanggung-jawabkan bahwa sosok itu memang benar
Rasulullah SAW, tentu sama sekali tidak ada syariat baru yang disampaikannya. Kalau
sekedar tersenyum, melambai atau hal-hal lain selain masalah tasyri`, barangkali
masih bisa diterima. Asal prinsip dan intinya memang tidak bertentangan dengan apa
yang kita dapat idari warisan beliau yaitu Al-Quran Al-Karim dan sunnah.

Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,


Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.

http://www.mediamuslim.info/index.php?option=com_content&task=view&id=153&Ite
mid=22

Apakah Nabi Melihat Allah?

Dikirim oleh Kontributor || Ahad, 02 Juli 2006 - Pukul: 07:05 WIB

Sebelum menjawab judul di atas, alangkah baiknya menjawab pertanyaan berikut,


"Mungkinkah Allah dapat dilihat dalam kehidupan dunia ini?" Jawabannya,
"Mungkin." Mengapa? Sebab tidak mungkin Nabiyyullah Musa akan meminta kepada
Allah permintaan untuk dapat melihatNya, bila hal itu suatu kemustahilan.
Meskipun kemudian Allah menjawab, Musa tidak akan melihatNya (di dunia).

Allah berfirman mengisahkan permintaan Musa tersebut dan jawabanNya, "Dan tatkala
Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan
Rabb telah berfirman (langsung kepadanya), berkatalah Musa,"Ya Rabbku,
nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau." Rabb
berfirman,"Kamu sekali-kali tak sanggup untuk melihatKu, tapi lihatlah ke bukit itu,
maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihatKu."
Tatkala Rabbnya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu
hancur luluh dan Musapun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia
berkata,"Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang pertama-
tama beriman" (QS Al A'raf : 143).

http://orido.wordpress.com 19
Hadith of the Day

Segi pendalilan ayat di atas tentang kemungkinan Allah dapat dilihat di dunia ini,
antara lain ialah :
Pertama. Mustahil bagi Musa -seorang Rasul Allah dan orang yang paling 'alim pada
zamannya- meminta sesuatu yang tidak mungkin terjadi.

Kedua. Allah tidak mengingkari permintaan Musa (yaitu permintaan agar Allah
menampakkan diri kepadanya). Allah hanya menjawab,

‫َلنْ َترَانِي‬

Kamu sekali-kali tak sanggup untuk melihatKu

Jawaban yang menunjukkan tentang kemungkinan Allah dapat dilihat, namun Musa
tidak akan sanggup melihatNya. Allah tidak menjawab, "Saya tidak bisa dilihat".

Bandingkan dengan pengingkaran Allah kepada Nabi Nuh ketika meminta sesuatu yang
tidak semestinya, yaitu meminta agar anaknya yang kafir (tidak mau beriman kepada
Nuh) diampuniNya. Pada kasus ini Allah mengingkari permintaan Nuh dengan
berfirman,

َ‫عظُكَ أَن تَكُونَ ِمنَ الْجَاهِلِين‬


ِ َ‫ِإنّي أ‬

Sesungguhnaya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-


orang yang bodoh. (QS Hud : 46).

Dan pengingkaran itu tidak dilakukan kepada Musa .

Ketiga. Ternyata Allah menampakkan diri kepada gunung, meskipun gunung tersebut
menjadi luluh lantak karenanya. Namun jelas bahwa, Allah menampakkan diri kepada
gunung. Jika kepada benda-benda mati saja Allah memungkinkan menampakkan diri,
apalagi jika kepada para RasulNya, makhluk-makhlukNya yang mulia. Hanya karena
kelemahan manusialah, maka Allah tidak menampakkan diri kepada mereka. Tetapi
bukan berarti hal itu tidak mungkin jika Allah menghendaki.

Keempat. Dan alasan-alasan lain.

Berkaitan dengan alasan di atas dapat dilihat keterangan Imam Ibnu Abi Al Izz dalam
Syarh Al Aqidah Ath Thahawiyah halaman 197 dan halaman 191-192, 1)[1) Tahqiq
Jama'ah Min Al Ulama, Takhrij Syeikh Al Albani, Cet. IX-1408 H/1988 M Al Maktab Al
Islami] dan Imam Nawawi dalam Syarh Muslim III/8-9. 2) [Tahqiq Khalil Ma'mun Syiha,
Daar Al Ma'rifah]

Sungguhpun demikian, para ulama tidak berselisih pendapat tentang tidak adanya
seseorangpun di dunia yang melihat Allah dengan mata kepala sendiri, kecuali Nabi .
Mereka memperselisihkannya. 3)[Lihat Syarh Al Aqidah Ath Thahawiyah halaman 196]

Nabi melihat Allah?

http://orido.wordpress.com 20
Hadith of the Day

Jika ditanyakan, apakah mungkin Nabi melihat Allah dengan mata kepala beliau
sendiri? Berdasarkan keterangan di muka, jawabannya,"Mungkin."

Tetapi betulkah beliau melihat Allah saat bermi'raj?

Tentang hal ini, telah terjadi perbedaan pendapat di kalangan sahabat .


Ada pendapat yang disandarkan kepada Ibnu Abbas , bahwa Nabi melihat Rabb dengan
mata kepala sendiri. (Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dalam At Tauhid. Lihat Syarh
Al Aqidah Ath Thahawiyah halaman 197)
Sementara menurut Atha yang riwayatnya juga disandarkan kepada Ibnu Abbas , bahwa
Nabi melihat Allah dengan mata hatinya. Di sisi lain A'isyah menentang keras bila
dikatakan, bahwa Nabi melihat Allah dengan mata kepalanya sendiri. 4)[ Lihat Syarh Al
Aqidah Ath Thahawiyah halaman 196, juga Zaadal Ma'ad III/33, Cet. III-1421 H/2000,
tahqiq Syu'aib dan Abdul Qadir Al Arna'uth]

Dalam hadits muttafaq alaih, dari Masruq, ketika bertanya kepada A'isyah , ia
menjawab,

َ‫ َمنْ حَدّ َثكَ َأنّ مُحَمّدًا صلى ال عليه وسلم رَأَي رَبّهُ فَقَدْ كَ َذب‬.َ‫شعْرِي مِمّا قُ ْلت‬
َ ّ‫ َلقَدْ َقف‬،ِ‫سُ ْبحَانَ ال‬

Subhanallah, sungguh-sungguh bulu kudukku meremang mendengar apa yang kamu


katakan. Barangsiapa yang menceritakan kepadamu bahwa Muhammad melihat
RabbNya, maka sesungguhnya ia dusta. (Riwayat gabungan dari Shahih Bukhari/Fathul
Bari XIII/361 no. 7380 dan Muslim/Syarh Nawawi, Tahqiq Khalil Ma'mun Syiha III/13 no.
440. Lihat pula Syarh Al Aqidah Ath Thahawiyah dan catatan kaki Syeikh Al Albani t
halaman 196)

Ada riwayat yang shahih dari Ibnu Abbas tentang firman Allah ,

ِ‫وَمَا جَ َعلْنَا الرّءْيَا الّتِي َأرَيْنَاكَ ِإلّ فِتْنَةً لِلنّاس‬

Dan Kami tidak menjadikan penglihatan (terhadap hal-hal) yang telah Kami
perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia. (QS Al Isra' : 60).

Ibnu Abbas berkata, "Yang dimaksudkan ialah penglihatan dengan mata kepala
terhadap hal-hal yang telah ditunjukan oleh Allah pada malam isra'." (Shahih
Bukhari/Fathul Bari VIII/398, hadits no. 4716)

Ibnu Hajr t menjelaskan, riwayat Ibnu Abbas tersebut tidak secara tegas menerangkan
apa yang dilihat oleh Nabi dengan mata kepala beliau. Selanjutnya Ibnu Hajar t
menjelaskan lagi, dengan menukil riwayat dari Sa'id bin Manshur dari jalan Abu Malik,
"Yang dimaksudkannya ialah segala apa yang diperlihatkan kepada Nabi dalam
perjalanannya ke Baitul Maqdis." 5) [5) Lihat Fathul Bari VIII/398].
Riwayat ini tidak secara tegas menerangkan, bahwa Ibnu Abbas berpendapat, Nabi
melihat Allah dengan mata kepala beliau.

Pada sisi lain, riwayat yang menegaskan bahwa Ibnu Abbas berpendapat, Nabi melihat
Allah dengan mata kepala beliau sendiri (terdapat pada riwayat Ibnu Khuzaimah),

http://orido.wordpress.com 21
Hadith of the Day

dinyatakan dha'if oleh Al 'Allamah Al Albani t .6)[6) Lihat catatan kaki Syarh Al Aqidah
Ath Thahawiyah hal. 197]

Yang justeru shahih ialah riwayat 'Atha' dari Ibnu Abbas c , bahwa Nabi melihat Allah
dengan mata hatinya. 7)[7) Lihat Shahih Muslim Syarh Nawawi III/8, Tahqiq Khalil
Ma'mun Syiha]

Pendapat yang Kuat

Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim 8)[8) Lihat juz III/9-10 tahqiq Khalil Ma'mun
Syiha] tampaknya cenderung memihak pada pendapat yang menyatakan, Nabi melihat
Rabbnya dengan mata kepala beliau sendiri pada malam isra'. Beliau cenderung
membenarkan riwayat Ibnu Abbas tentang Nabi melihat Allah dengan mata kepalanya
sendiri.
Sedangkan riwayat A'isyah , menurut beliau hanya ijtihad pribadi belaka, bukan
berasal dari Nabi . Sementara Ibnu Abbas sebagai penerjemah ulung Al Qur'an,
dianggapnya tidak mungkin berbicara tanpa ada sandaran riwayat dari Nabi .

Tetapi pendapat Imam Nawawi di atas terbantahkan dengan beberapa keterangan


sebelumnya. Ibnu Abi Al Izz, Ibnu Taimiyah maupun Ibnu Al Qayyim menguatkan
pendapat, Nabi tidak melihat Rabbnya pada malam isra' dengan mata kepala.
Ibnu Abi Al Izz menukil pernyataan Al Qadhi 'Iyadh, "Sejumlah jama'ah ulama
berpendapat seperti pernyataan A'isyah , dan itulah yang masyhur dari Ibnu Mas'ud …"
9)[9) Syarh Al Aqidah Ath Thahawiyah hal. 196]

Bahkan Imam Ibnu Al Qayim dalam Zaad Al Ma'ad 10)[10) Juz III/33] menukil cerita
Utsman bin Sa'id Ad Darimi yang menyatakan adanya kesepakatan para sahabat, bahwa
Nabi tidak melihat Allah.

Pada kitab yang sama, Imam Ibnu Al Qayyim t juga menukil pernyataan Syeikhul Islam
Ibnu Taimiyah t, "Perkataan Ibnu Abbas , bahwa Nabi melihatNya." Begitu pula
perkataannya, "Nabi melihatNya dengan mata hatinya", tidak bertentangan dengan ini
(Nabi tidak melihatNya dengan mata kepala). Sebab memang ada riwayat yang shahih,
bahwa Nabi bersabda,

‫رَأَ ْيتُ رَبّي تَبَارَكَ وَ َتعَالَي‬

Aku melihat Rabbku Tabaraka wa Ta'ala (Hadits yang merupakan cuplikan dari hadits
shahih yang panjang riwayat Ahmad dan Tirmidzi dari Ibnu Abbas, juga dari Mu'adz bin
Jabal. 11)[11) Lihat Zaad Al Ma'ad, catatan kaki Syu'aib dan Abdul Qadir al-Arna'uth
III/33-34]

Tetapi hal itu terjadi di luar isra'. Yaitu pada suatu hari di Madinah, ketika beliau
terlambat mengimami shalat subuh. Lalu beliau menceritakan kepada mereka, bahwa
pada malam harinya beliau bermimpi melihat Allah . Dari sanalah Imam Ahmad
kemudian mengatakan, "Ya, Nabi memang benar-benar pernah melihat Allah. Sebab
mimpi para nabi pasti benar." Namun Imam Ahmad tidak pernah mengatakan,
"Sesungguhnya Nabi melihat Allah dengan mata kepala beliau dalam keadaan bangun…"
12)[12) Lihat Zaad Al Ma'ad, Tahqiq Syu'aib dan Abdul Qadir Al Arna'uth III/33-34 dengan
ringkas dan bahasa bebas]

http://orido.wordpress.com 22
Hadith of the Day

Artinya, bisa saja maksud Ibnu Abbas -jika riwayat itu benar-, bahwa Nabi melihat
Allah dalam keadaan mimpi.

Kesimpulan

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan, pendapat yang kuat, bahwasannya Nabi
tidak melihat Rabbnya pada malam isra' dengan mata kepala beliau.

Apalagi ternyata terdapat riwayat shahih, diriwayatkan oleh Imam Muslim dengan
sanadnya, sesungguhnya Abu Dzar pernah bertanya kepada Rasulullah . Beliau
menjawab,

‫ُنوْرٌ أَنّى أَرَاهُ؟‬

Hanya cahaya. Bagaimana mungkin aku dapat melihat Allah?. 13)[13) Syarh Nawawi
tahqiq Khalil Ma'mun Syiha III/15 no.442 dan juga no. 443]

Jadi yang beliau lihat hanyalah cahaya yang menghalangi antara dirinya dengan Allah .
Wallahu a'lam

http://syariahonline.com/new_index.php/id/5/cn/3774

Konsultasi : Nikah

Apakah Mimpi Bisa Dijadikan Referensi?

Pertanyaan:

Assalamu'alaikum wr. wb

Saya berdo'a semoga ustadz diberi kelapangan oleh Allah SWT dan mengampuni kita
semua.

Ustadz,

Saya sekarang dalam keraguan besar tentang perkawinan saya, hingga untuk
berhubungan dengan istri sangat takut karena saya sudah bertaubat dan ingat akan
beratnya siksa yang menimpa. Sayapun berjanji tidak akan menggauli istri saya sampai
saya mempunyai ketetapan hati tentang masalah ini tetapi masalah ini tidak saya
beritahukan kepada istri.

Ada beberapa perkataan saya kepada istri yang membuat saya ragu apakah itu thalaq
atau bukan, beberapa ustadz ditempat saya mengatakan tidak jatuh thalaq karena
tidak absolut (2 orang), ada juga yang mengatakan tidak jatuh kalau tidak dengan niat
thalaq didalam hati (2 orang) tetapi seorang teman yang aktif di sebuah organisasi
mengatakan kalau itu thalaq tetapi saya lihat dia tidak punya ilmu yang cukup dlm
menjabarkan pendapatnya.

http://orido.wordpress.com 23
Hadith of the Day

Karena kejadiannya sudah lama sayapun tidak ingat 100% apa yang terbetik dalam hati
saya waktu itu tetapi untuk beberapa perkataan rasanya besar kemungkinan tidak
degan niat thalaq tapi kata-katanya menyerempet kesana dan bernada menggertak
tetapi tidak menggunakan kata2 syarih yang sering dimuat disini (cerai, thalaq, firaq,
dll). Walau begitu, saya masih ragu-ragu juga.

Andai jatuh thalaq saya waktu itu tetapi sebenarnya saya tidaklah ingin benar-benar
untuk menthalaqnya walaupun kondisi RT kami waktu itu sangat tidak enak sekali
(karena kami tetap bersama setelah kejadian2 itu), apakah kebersamaan itu sudah
bisa dianggap rujuk? (misalnya waktu saya menggaulinya karena saya merasa dia masih
istri saya yang syah dan tidak merasa kami telah bercerai).

Bila saya masih ragu, kemudian saya shalat Istikharah lalu saya bermimpi apakah
mimpi itu bisa dijadikan pegangan untuk membuat suatu kesimpulan karena saya ragu2
(cerai atau tetap bersama, misalnya). Tapi saya takut sekali jika syaitan ikut andil
dalam mimpi saya. Karena masalah ini menyangkut akhirat kami, sayapun sangat
khawatir sekali.

Saya pernah memuat pertanyaan tentang hal tsb disini tapi hati saya masih takut,
terutama jika ingat akan hari kiamat atau waktu hisab amal-amal saya. Saya takut apa
yang saya anggap halal ternyata disisi Allah suatu perbuatan hina. Toh, saya bersyukur
dengan kejadian ini saya melihat dosa-dosa saya dan bertaubat kepada Allah swt.

Semoga Allah SWT memberikan jalan yang terbaik buat akhirat dan dunia kami.

Wassalam

Hamba Allah

Jawaban:

Assalamu `alaikum Wr. Wb.


Al-Hamdulillahi Rabbil `Alamin, Washshalatu Wassalamu `Alaa Sayyidil Mursalin, Wa
`Alaa `Aalihi Waashabihi Ajma`in, Wa Ba`d

1. Mencari Rujukan Dalam Masalah Nikah

Masalah hukum syariah dan termasuk di dalamnya masalah hukum nikah, talaq dan
ruju` haruslan ditentukan berdasarkan syariat Islam, bukan berdasarkan mimpi.

Karena nikah, talaq dan rujuk itu adalah masalah hukum yang zahir, sehingga untuk
memutuskannya haruslah digunakan cara-cara yang zhahir. Bila Anda tidak punya ilmu
dalam masalah ini, maka kewajiban Anda adalah bertanya kepada ahlinya. Dalam hal
ini Anda harus bedakan antara aktifis pengajian dengan ulama ahli syariah.

Benar bahwa aktifis organisasi Islam itu sering bergelut dengan masalah keislaman,
tapi tidak ada jaminan bahwa dia punya kafa�ah syar�iyah. Berapa banyak diantara
aktifis ormas Islam yang sebenarnya tidak punya ilmu apa-apa tentang hukum Islam.
Buta bahasa arab dan tidak mampu memahami kitab-kitab fiqih. Walhasil, jawabannya

http://orido.wordpress.com 24
Hadith of the Day

biasanya selalu ngambang, tidak pasti dan juga hanya perkiraan saja.

Jadi yang harus Anda jadikan rujukan adalah ahli syariah yang menguasai detail dari
hukum-hukum syariah. Bukan dari aktifis ormas Islam, apalagi dari mimpi Anda.
Bahkan meski mimpi itu tidak dikotori oleh syetan sekalipun, tetap saja bukan sumber
rujukan dalam masalah syariat.

Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri
wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan
jika kamu tidak mengetahui,(QS. An-Nahl : 43)

2. Penjelasan Hukum Talak Anda

Lafaz cerai itu ada dua macam. Pertama lafaz yang sharih (jelas/eksplisit) dan kedua
lafaz yang majazi (tidak jelas/implisit).

Lafaz yang sharir misalnya,�Aku ceraikan kamu�. Atau �Perinkahan kita sudah
selesai� dan lainnya. Bila lafaz itu diucapkan oleh seorang suami kepada istrinya,
maka jatuhlah talaq satu. Bahkan meski itu dilakukan dengan main-main.

Sedangkan lafaz tidak sharih adalah lafaz yang bisa bermakna ganda. Misalnya adalah
apa yang anda sebutkan di atas. Lafaz ini baru bisa mengandung hukum bila
disesuaikan dengan niatnya atau `urf (kebiasaan) yang umumnya disepakati di suatu
masyarakat.

Misalnya, kata-kata,�pulanglah ke rumah orang tuamu�. Apakah lafaz ini berarti


thalaq atau bukan ?. Jawabannya tergantung niat atau kebiasaan yang terjadi di
masyarakat. Bila kebiasaannya lafaz itu yang digunakan untuk mencerai istri, maka
jatuhlah thalak itu. Bila tidak, maka tidak.

Begitu juga dengan niat, apakah ketika mengucapkan itu dia berniat menceraikan atau
tidak ?

Sedangkan talaq tiga itu tidak terjadi sebelum jatuhnya talak satu dan dua. Memang
ada sebagian ulama yang mengatakan talaq tiga bisa dijatuhkan sekaligus, namun
pendapat yang kuat mengatakan bahwa thalaq itu jatuhnya satu persatu.

Bila sekali menthalaq istri, maka jatuhlah thalaq satu. Selama masa waktu tiga kali
masa suci dari haidh. Bila selama itu terjadi rujuk yang bentuknya bisa dengan lafaz
atau bisa juga dengan perbuatan langsung, maka ruju` telah terjadi dan masih tersisa
dua thalaq untuk sampai ke tahalq tiga. Selama masa iddah itu, maka istri masih
merupakan hak suami untuk merujuknya dan dia tidak boleh menerima lamaran dari
orang lain apalagi menikah dengan orang lain.

Namun bila masa iddah telah habis, bila ingin kembali harus dengan akad nikah baru
lagi dengan lamaran dan mahar baru.

Barulah bila sudah dua kali kejadian yang sama, jatuhlah thalaq dua. Ini adalah batas
terakhir bisa rujuk. Bila menjatuhkan lagi thalaq, maka jatuhlah thalaq tiga yang
dengan ini putuslah hubungan suami istri tanpa ada masa iddah atau masa rujuk.

http://orido.wordpress.com 25
Hadith of the Day

Bahkan untuk menikah dari baru pun sudah tidak boleh.

Kecuali bila ada laki-laki lain yang menikahinya dengan nikah yang sah dan sesuai
syariah, bukan sekedar menjadi muhallil saja. Bila suatu hari istri dicerai oleh suami
barunya itu atau ditinggal mati, barulah boleh suami yang lama itu kembali
menikahinya.

Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,


Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.

http://syariahonline.com/new_index.php/id/11/cn/1737

Konsultasi : Masalah Umum

Mimpi Melihat Nabi

Pertanyaan:

Assalamu'alaikum.
Afwan Ustadz. ana mau nanya :

1. Apakah benar ada hadits yang menyebutkan bahwa Rasulullah itu tidak dapat
diserupai?

2. Bagaimana kita menanggapi orang yang mengaku bermimpi bertemu Nabi (seperti
AAGYM- dan ada salah satu Ustadz yang Kutbah dimasjid tempat ana tinggal itu juga
mengaku bermimpi bertemu Nabi Muhammad tapi dia menyebutkan ciri-ciri nabi itu
mempunyai jenggot yang lebat) apa benar mimpi orang itu?

Syukron.

Rustam

Jawaban:

Assalamu `alaikum Wr. Wb.

Bismillahirrahmanirrahiem. Alhamdulillahi Rabbil `Alamin. Wash-shalatu Was-Salamu


`alaa Sayyidil Mursalin. Wa ba`d,

Benar bahwa Rasulullah SAW itu tidak dapat diserupakan oleh makhluq seperti jin dan
lainnya. Sehingga bila seseorang bertemu dalam mimpi bertemu dengan Rasulullah
SAW, maka memang benar itu adalah Rasulullah SAW dan bukan makhluk yang
menyamar.

Namun perlu diketahui bahwa hanya ada dua orang yang bisa dibenarkan perkataannya
bila mengaku bermimpi bertemu Rasulullah SAW.

http://orido.wordpress.com 26
Hadith of the Day

Pertama, para shahabat Rasulullah SAW, yaitu orang yang pernah bertemu dengan
Rasulullah SAW walaupun hanya sekali saja dan dia dalam keadaan muslim saat
bertemunya hingga matinya. Bila pengakuan itu datang dari para shahabat, maka 100
% hal itu bisa diterima, karena selain mereka memang mengenal persis sosok
Rasulullah SAW , mereka juga adalah orang yang diridhai oleh Allah SWT.

Kedua, orang yang telah mempelajari, mengkaji dan mendalami sirah nabawiyah
dengan sumber-seumber yang shahih dari Al-Quran dan As-Sunnah bahkan sampai
detail-detail ciri pisik Nabi Muhammad SAW.

Bila seseorang mengaku bermimpi bertemu Rasulullah SAW tapi bukan shahabat dan
juga bukan orang memenuhi kriteria nomor dua di atas, maka bisa dikatakan bahwa
apa yang dikatakannya itu tidak benar. Karena bisa saja dia menganggap bahwa orang
dalam mimpinya itu sebagai Rasulullah SAW, padahal dia tidak pernah mengetahui
seperti apa sosok Rasulullah SAW itu sendiri. Jadi dari mana dia bisa tahu bahwa itu
adalah Rasulullah SAW ? Sebenarnya orang yang dilihat itu bukan Rasulullah SAW, tapi
karena dia awam dengan sirah nabawiyah, maka dengan mudah terpedaya oleh
perasaannya atau oleh syetan untuk mengatakan bahwa itu adalah Rasulullah SAW.

Apalagi bila dalam cerita mimpinya itu dia bercakap-cakap dengan Rasulullah SAW,
padahal dia tidak bisa bahasa Arab dan Rasulullah SAW hanya bisa bahasa Arab saja.
Tentu saja semua itu menjadi sumber pertanyaan yang harus dijawab.

Jadi ketidak-benaran pengakuan itu bisa ada pada dua titik. Pertama, pengakuan itu
salah duga, karena dia menganggap orang dalam mimpinya itu Rasulullah SAW padahal
bukan dan hal itu bisa dibuktikan setelah dibandingkan dengan ciri-ciri beliau dalam
kitab-kitab sirah nabawiyah. Kedua, bisa saja orang tersebut memang tahu ciri-ciri
Rasulullah SAW namun dia berbohong untuk kepentingan tertentu.

Tapi yang paling pokok yang harus dipahami adalah bahwa mimpi itu bukan sarana
untuk mendapatkan hukum syariat baru. Sehingga bila seseorang mengaku bermimpi
bertemu Rasulullah SAW lalu bercerita bahwa Rasulullah SAW memerintahkan ini dan
itu yang berkaitan dengan hukum syariat, jelas itu adalah dusta. Karena setelah beliau
wafat, syariat Islam telah lengkap dan tidak ada lagi wahyu yang turun, termasuk
�anggapan� bahwa Rasulullah SAW masih kembali ke dunia untuk meneruskan
dakwahnya.

Tapi bila pengakuan itu datang dari orang yang shalil, berilmu (minimal tentang sirah
nabawiyah dan pernik-perniknya), dan isi mimpinya tidak mengandung hukum syariat,
kita boleh percaya atas perkataannya. Asal sekali lagi apa yang diceritakan dalam
mimpi itu tidak berkaitan dengan petunjuk syariat.

Wallahu A`lam Bish-Showab,

Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.

http://syariahonline.com/new_index.php/id/2/cn/4892

Konsultasi : Ibadah

http://orido.wordpress.com 27
Hadith of the Day

Pernah Mimpi : Sudah Baligh Atau Belum ?

Pertanyaan:

Assalamu'alikum Wr. Wb

Pak Ustadz yang dimuliakan oleh Allah SWT, saya mau bertanya pak Ustadz..saya
pernah melakukan Onani dibulan Ramadhan sewaktu SMP dulu. Pertanyaan saya
adalah:

1. apakah saya sudah termasuk baligh atau belum pak Ustadz sewaktu smp dulu,
sedangkan salah satunya ciri-ciri laki-laki yang sudah baligh yaitu mimpi (mimpi
basah), padahal mimpi itu terjadi sewaktu saya sudah SMA.

2. Sewaktu bulan puasa, saya pernah juga melakukan onani pak Ustadz, tapi waktu itu
saya belum tahu bahwa onani itu dapat membatalkan puasa seseorang.bagaimana cara
membayarnya Pak Ustadz sedangkan saya lupa berapa yang harus saya bayarkan.
Apakah setiap senin dan kamis boleh saya membayarnya? Kalau kelebihan jumlahnya
bagaimana Pak Ustadz.

3. Pertanyaan yang lain yang tidak ada hubungannya dengan nomor 1 dan 2. selama ini
saya niat puasa sunnat dengan menggunakan bahasa Indonesia biasa dan bukan bahasa
arab. Saya nggak tahu niat dengan menggunakan bahasa arabnya, karena yang saya
tahu Cuma niat puasa ramadhan saja. Apakah ada niat puasa sunnat itu dalam bahasa
arab seperti puasa qadha, puasa senin dan kamis dll, karena saya tidak tahu niat
puasanya dalam bahasa Arab, kalau memang ada saya mohon diberi tahu niat puasa
sunnatnya itu.

Terima kasih Pak Ustadz

Assalamu'alikum Wr. Wb

Hamzah

Jawaban:

Assalamu `alaikum Wr. Wb.


Al-Hamdulillahi Rabbil `Alamin, Washshalatu Wassalamu `Alaa Sayyidil Mursalin, Wa
`Alaa `Aalihi Waashabihi Ajma`in, Wa Ba`d

1. Kapan Seseorang Menjadi Baligh ?

Dalam hukum syariah, batasan seseorang dianggap sudah masuk baligh adalah bila
telah bermimpi yang mengeluarkan mani, baik karena disengaja dengan melakukan
hal-hal yang membuatnya terbawa mimpi, maupun oleh sebab-sebab yang diluar
kesengajaan.

Namun bila hanya sebatas mimpi misalnya melakukan percumbuan dengan wanita,

http://orido.wordpress.com 28
Hadith of the Day

namun tidak sampai keluar maninya, maka mimpi itu sendiri bukanlah ukuran atau
batas ke-balihg-an seseorang. Karena yang menjadi batas adalah keluarnya mani itu
snediri. Baik karena sebab mimpi maupun bukan.

Dalam masalah pada usia berapakah seseorang itu baligh, tentu sangat relatif.
Tergantung dari banyak faktor. Yang jelas bulan ukuran usia, karena bisa saja berbeda-
beda antara satu dan lain orang.

2. Puasa Melakukan Onani

Onani diharamkan hukumnya oleh sebagian ulama dan sebagian yang lain
membolekannya dengan catatan dan persyaratan. Dan beronani sehingga
mengakibatkan keluarnya mani, akan membatalkan puasa seseorang. Karena itu wajib
baginya untuk mengganti puasa dihari lain.

Dan onani meski diharamkan oleh sebagian ulama, namun bukanlah zina yang
diharamkan secara mutlak oleh Al-Quran dan sunnah.

Beronani di siang hari bulan puasa membatalkan puasa. Cukup mengganti dengan
berpuasa di hari lainnya. Tapi tidak sama dengan orang yang berhubungan seksual
dengan istrinya di siang hari bulan puasa. Buat mereka, tidak cukup sekedar mengganti
puasa di hari lain, teapi wajib membayar kaffarat, yaitu membebaskan budak, atau
puasa 2 bulan berturut-turut atau memberi makan 60 orang miskin.

Sebagian ulama mengatakan bahwa bila menyengaja berbuka puasa di siang hari di
bulan ramadhan selain wajib mengganti maka wajib pula membayar fidyah, yaitu
memberi makan satu orang miskin.

3. Niat Puasa Dengan Bahasa Indonesia : Syahkah ?

Pada dasarnya melafalkan niat bukanlah syarat atau rukun dalam ibadah. Karena
sebagaimana yang Rasulullah SAW sabdakan bahwa niat itu adanya di dalam hati.
Bahkan lafaz saja tanpa kesadaran di dalam hati bukan dikatakan niat melainkan
mengigau. Karena dia tidak tahu apa yang diucapkan atau tidak sadar makna yang
dilafazkan.

Sehingga bila di dalam hati Anda sudah ada keinginan atau ketetapan untuk melakukan
puasa pada esok harinya, sudah cukuplah sebagai niat. Bahkan sebagian pendapat
mengatakan bahwa niat untuk puasa Ramadhan boleh dilakukan sekaligus untuk 1
bulan lamanya.

Namun bila Anda tidak bisa melafazkan niat dalam bahasa arab lalu menggunakan
bahasa Indonesia, silahkan saja, karena yang penting adalah penyengajaan di dalam
hati itu sendiri.

Wallahu a`lam bishshowab. Wassalamu `alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

http://orido.wordpress.com 29

You might also like