You are on page 1of 28

Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid

Aqiqah - Rakhy Syahidan Farid

30Apr08

alhamdulillah..
tadi malem udh aqiqah.. walo sempet ngaret
karena ustadz nya terlambat gara-gara lupa..
heheh..
tiga point penting dalam melaksanakan aqiqah
udh terlewati..

Potong kambing, alhamdulillah beres, dengan


mengandalkan lembaga penyedia jasa pemotongan
kambing utk aqiqah, dua kambing jadi sate, gule,
dan tongseng. Enak nih masakannya..
Mencukur rambut, tadi malam baru potong
rambut secara simbolik oleh ustadz dan tamu
undangan. Tinggal di cukur habis dan bersedekah
sesuai berat timbangan rambut si bayi.
Memberi nama, setelah bbrp hari ini cari nama
buat anak ku yang kedua ini, sempet juga istri ku
gak sreg dengan bbrp pilihan nama yang aku buat, sampai di menit2 terakhir di hari
aqiqah, akhirnya aku dan istri sepakat utk memberi nama anak ku yang ke dua itu
dengan nama “Rakhy Syahidan Farid”, panggilannya.. FARID
Rakhy, dari kata Raki yang berarti Ruku’ (shalat), kata Rakhy ini juga di ambil
dari nama bulan di lahirkan, yaitu Rabiul Akhir
Syahidan, aku ambil dari kata “‘isy kariiman aumut syahidan” Hidup mulia
atau mati syahid. cukup berat.. tapi kami sebagai orang tua akan senang sekali
apabila anak ku bisa syahid..
Farid, berarti satu-satunya atau tidak ada bandingannya.
jadi.. “Rakhy Syahidan Farid” kurang lebih berarti “satu-satunya yang
syahid dalam Ruku/shalat”, atau “orang yang ruku/shalat dan syahid nya tidak
ada bandingannya”… ya tentunya pada masa/jamannya.. pastinya tidak sedikit
orang-orang yang syahid dalam keadaan shalat.. dan pastinya tidak sedikit
orang-orang yang shalat dan syahid nya membuat kita berdecak kagum

aRtikelteRkait:

• aku datang…
• [HOTD] aRti sebuah nama
• [DOA] dijadikan khusnul khatimah
• [HOTD] anak shOleh
• ZamdiAhmadMajid
• yeeeeeeeeeeeeee…

Links:
[Aqiqah]
http://id.wikipedia.org/wiki/Aqiqah

http://orido.wordpress.com 1
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid

[Aqiqah Sesuai Sunnah Rasulullah SAW ]


http://yadisyahid.web.id/?p=18
[Aqiqah]
http://dida.vbaitullah.or.id/islam/buku/aqiqah/aqiqah.html#toc3
[Adab dan Doa Aqiqah]
http://syamsuri149.wordpress.com/2008/03/30/adab-dan-doa-aqiqah/
[Syariat 'Aqiqah]
http://www.pesantrenvirtual.com/index.php?option=com_content&task=view&id=953
&Itemid=1
[Pembagian Jenis Syahid]
http://www.arrahmah.info/blog/pembagian-jenis-syahid/
[Tanda-tanda Husnul Khatimah]
http://www.mail-archive.com/jamaah@arroyyan.com/msg03635.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Aqiqah

Aqiqah
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.

Langsung ke: navigasi, cari

Aqiqah berasal dari kata ‘Aqq yang berarti memutus dan melubangi, dan ada
yang mengatakan bahwa aqiqah adalah nama bagi hewan yang disembelih,
dinamakan demikian karena lehernya dipotong, dan dikatakan juga bahwa ia
adalah rambut yang dibawa si bayi ketika lahir. Adapun maknanya secara
syari’at adalah hewan yang disembelih untuk menebus bayi yang dilahirkan.[1]

Hukum aqiqah menurut pendapat yang paling kuat adalah sunnah muakkadah,
dan ini adalah pendapat Jumhur Ulama, berdasarkan anjuran Rasululloh
Shallallaahu alaihi wa Sallam dan praktek langsung beliau Shallallaahu alaihi wa
Sallam. “Bersama anak laki-laki ada aqiqah, maka tumpahkan (penebus)darinya
darah (sembelihan) dan bersihkan darinya kotoran (Maksudnya cukur
rambutnya).” (HR: Ahmad, Al Bukhari dan Ashhabus Sunan)

Perkataannya Shallallaahu alaihi wa Sallam, yang artinya: “maka tumpahkan


(penebus)darinya darah (sembelihan),” adalah perintah, namun bukan bersifat
wajib, karena ada sabdanya yang memalingkan dari kewajiban yaitu:
“Barangsiapa di antara kalian ada yang ingin menyembelihkan bagi anak-nya,
maka silahkan lakukan.” (HR: Ahmad, Abu Dawud dan An Nasai dengan sanad
yang hasan).

http://orido.wordpress.com 2
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid

Perkataan beliau Shallallaahu alaihi wa Sallam, yang artinya: “ingin


menyembelihkan,..” merupakan dalil yang memalingkan perintah yang pada
dasarnya wajib menjadi sunnah.

Hikmah Aqiqah[2]

Menghidupkan sunnah Nabi Ibrahim alaihissalam tatkala Alloh Subhanahu wa


Ta’ala menebus putra Ibrahim yang tercinta Ismail alaihissalam.

Dalam aqiqah ini mengandung unsur pengusiran syaithan dari meng-ganggu


anak yang terlahir itu, dan ini sesuai dengan makna hadits, yang artinya:
“Setiap anak itu tergadai dengan aqiqahnya.” (Hadits shahih riwayat Ahmad,
Abu Dawud, At Tirmidzi, An Nasai, Dan Ibnu Majah)

Maksudnya bahwa lepasnya dia dari syaithan tergadai oleh aqiqahnya,


sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Al Qayyim. Imam Ahmad mengatakan:
Dia tergadai dari memberikan Syafaat bagi kedua orang tuanya (dengan
aqiqahnya).

Merupakan bentuk taqarrub kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala dari si anak di


saat awal dia keluar di dunia, dan si anak sangat mengambil manfaat darinya
sebagaimana dia mengambil manfaat dengan doa. Dan sebagai ungkapan syukur
nikmat atas dikaruniakan anak.

Hewan Sembelihannya[3]

Hewan yang dibolehkan disembelih untuk aqiqah adalah sama seperti hewan
yang dibolehkan disembelih untuk qurban, dari sisi usia dan kriteria.

Imam Malik berkata: Aqiqah itu seperti layaknya nusuk (sembeliah denda
larangan haji) dan udhhiyah (qurban), tidak boleh dalam aqiqah ini hewan yang
picak, kurus, patah tulang, dan sakit. Imam Asy Syafiiy berkata: Dan harus
dihindari dalam hewan aqiqah ini cacat-cacat yang tidak diperbolehkan dalam
qurban.

Ibnu Abdul Barr berkata: Para ulama telah ijma bahwa di dalam aqiqah ini tidak
diperbolehkan apa yang tidak diperbolehkan di dalam udhhiyah, (harus) dari Al
Azwaj Ats Tsamaniyyah (kambing, domba, sapi dan unta), kecuali pendapat
yang ganjil yang tidak dianggap.

Namun di dalam aqiqah tidak diperbolehkan berserikat sebagaimana dalam


udhhiyah, baik kambing/domba, atau sapi atau unta. Sehingga bila seseorang
aqiqah dengan sapi atau unta, itu hanya cukup bagi satu orang saja, tidak boleh
bagi tujuh orang.

http://orido.wordpress.com 3
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid

Kadar Jumlah Hewan[4]

Kadar aqiqah yang mencukupi adalah satu ekor baik untuk laki-laki atau pun
untuk perempuan, sebagaimana perkataan Ibnu Abbas rahimahulloh:
“Sesungguh-nya Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam mengaqiqahi Hasan dan
Husain satu domba satu domba.” (Hadits shahih riwayat Abu Dawud dan Ibnu Al
Jarud)

Ini adalah kadar cukup dan boleh, namun yang lebih utama adalah mengaqiqahi
anak laki-laki dengan dua ekor, ini berdasarkan hadits-hadits berikut ini:

1. Ummu Kurz Al Ka’biyyah berkata, yang artinya: “Nabi Shallallaahu alaihi wa


Sallam memerintahkan agar dsembelihkan aqiqah dari anak laki-laki dua ekor
domba dan dari anak perempuan satu ekor.” (Hadits sanadnya shahih riwayat
Imam Ahmad dan Ashhabus Sunan)
2. Dari Aisyah Radhiallaahu anha berkata, yang artinya: “Nabi Shallallaahu alaihi
wa Sallam memerintahkan mereka agar disembelihkan aqiqah dari anak laki-
laki dua ekor domba yang sepadan dan dari anak perempuan satu ekor.” (Shahih
riwayat At Tirmidzi)

Dan karena kebahagian dengan mendapatkan anak laki-laki adalah berlipat dari
dilahirkannya anak perempuan, dan dikarenakan laki-laki adalah dua kali lipat
wanita dalam banyak hal.

Waktu Pelaksanaannya[5]

Pelaksanaan aqiqah disunnahkan pada hari yang ketujuh dari kelahiran, ini
berdasarkan sabda Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam, yang artinya: “Setiap
anak itu tergadai dengan hewan aqiqahnya, disembelih darinya pada hari ke
tujuh, dan dia dicukur, dan diberi nama.” (HR: Imam Ahmad dan Ashhabus
Sunan, dan dishahihkan oleh At Tirmidzi)

Dan bila tidak bisa melaksanakannya pada hari ketujuh, maka bisa dilaksanakan
pada hari ke empat belas, dan bila tidak bisa, maka pada hari ke dua puluh
satu, ini berdasarkan hadits Abdullah Ibnu Buraidah dari ayahnya dari Nabi
Shallallaahu alaihi wa Sallam, beliau berkata yang artinya: “Hewan aqiqah itu
disembelih pada hari ketujuh, ke empat belas, dan ke dua puluh satu.” (Hadits
hasan riwayat Al Baihaqiy)

Namun setelah tiga minggu masih tidak mampu maka kapan saja
pelaksanaannya di kala sudah mampu, karena pelaksanaan pada hari-hari ke
tujuh, ke empat belas dan ke dua puluh satu adalah sifatnya sunnah dan paling
utama bukan wajib. Dan boleh juga melaksanakannya sebelum hari ke tujuh.

http://orido.wordpress.com 4
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid

Bayi yang meninggal dunia sebelum hari ketujuh disunnahkan juga untuk
disembelihkan aqiqahnya, bahkan meskipun bayi yang keguguran dengan syarat
sudah berusia empat bulan di dalam kandungan ibunya.

Aqiqah adalah syari’at yang ditekan kepada ayah si bayi. Namun bila seseorang
yang belum di sembelihkan hewan aqiqah oleh orang tuanya hingga ia besar,
maka dia bisa menyembelih aqiqah dari dirinya sendiri, Syaikh Shalih Al Fauzan
berkata: Dan bila tidak diaqiqahi oleh ayahnya kemudian dia mengaqiqahi
dirinya sendiri maka hal itu tidak apa-apa menurut saya, wallahu ‘Alam.

Pembagian daging Aqiqah[6]

Adapun dagingnya maka dia (orang tua anak) bisa memakannya,


menghadiahkan sebagian dagingnya, dan mensedekahkan sebagian lagi. Syaikh
Utsaimin berkata: Dan tidak apa-apa dia mensedekahkan darinya dan
mengumpulkan kerabat dan tetangga untuk menyantap makanan daging aqiqah
yang sudah matang. Syaikh Jibrin berkata: Sunnahnya dia memakan
sepertiganya, menghadiahkan sepertiganya kepada sahabat-sahabatnya, dan
mensedekahkan sepertiga lagi kepada kaum muslimin, dan boleh mengundang
teman-teman dan kerabat untuk menyantapnya, atau boleh juga dia
mensedekahkan semuanya. Syaikh Ibnu Bazz berkata: Dan engkau bebas
memilih antara mensedekahkan seluruhnya atau sebagiannya dan memasaknya
kemudian mengundang orang yang engkau lihat pantas diundang dari kalangan
kerabat, tetangga, teman-teman seiman dan sebagian orang faqir untuk
menyantapnya, dan hal serupa dikatakan oleh Ulama-ulama yang terhimpun di
dalam Al lajnah Ad Daimah.

Sumber Rujukan
• Subulussalam (4/189, 4/190, 4/194)
• Al Asilah Wal Ajwibah Al Fiqhiyyah (3/33-35, 3/39-40)
• Mukhtashar Al Fiqhil Islamiyy 600
• Tuhfatul Wadud Fi Ahkamil Maulud, Ibnu Al Qayyim 46-47
• Al Muntaqaa 5/195-196
• Mulakhkhash Al Fiqhil Islamiy 1/318
• Fatawa Islamiyyah 2/324-327; Irwaul Ghalil (4/389, 4/405)
• Minhajul Muslim, Abu Bakar Al Jazairiy 437

http://yadisyahid.web.id/?p=18

Aqiqah Sesuai Sunnah Rasulullah SAW

http://orido.wordpress.com 5
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid

Hari ini mungkin hari yang berbahagia bagi keluargaku tapi bagi
diriku ada sedikit kesedihan. Tepat 21 hari kelahiran putri
pertamaku Nabila Nur Zahra. Disaat istri dan keluarga sedang
melaksanakan prosesi aqiqahan dibandung, diriku nggak bisa hadir.
Hari ini ada ujian akhir semester di kampus yang harus aku ikuti.
Tapi yang jelas semuanya sudah diatur beberapa hari sebelum hari
H, sehingga walaupun diriku nggak hadir acaranya tetap jalan dan kambing
aqiqahan bisa dibagikan ketetangga dan fakir miskin yang ada disekitar rumah.
Kebetulan karena tidak ingin merepotkan ayah dan mama, aku harus pesan
kambing yang sudah siap disajikan ( dijadikan sate dan gulai siap saji ) dari
Dompet Sosial Ummul Quro Bandung.

Saya ingin sedikit sharing mengenai pentingnya aqiqahan bagi sebuah keluarga
muslim dengan kehadiran buah hatinya, baik itu laki-laki maupun perempuan.
14 abad yang lalu Rasulullah SAW sudah memberi contoh bagaimana prosesi
aqiqahan dilaksanakan.

1. Makna Aqiqah

Aqiqah adalah sebuah kegiatan menyembelih hewan


ternak yaitu kambing/domba sebagai rasa kesyukuran kita
kepada Alloh SWT atas karunia anak laki-laki atau
perempuan. Hukumnya adalah Sunnah bagi orang tua atau
wali dari anak tersebut. dalam hadits dinyatakan
Rasulullah SAW bersabda: “Setiap yang dilahirkan tergadai
dengan aqiqahnya yang disembelih pada hari ketujuh dari kelahirannya dan
dicukur rambutnya serta diberi nama” (HR. Ahmad dan Ashabus Sunan)
Pelaksanaannya bisa dihari ketujuh, empat belas dan dua puluh satu atau pada
hari-hari yang lainnya yang memungkinkan. Nah kemudian muncul pertanyaan,
gimana kalau mengaqiqahi orang yang sudah dewasa, karena saat kecil belum
ada dana atau tidak sempat untuk menyelenggarakannya ?

Satu ketika al-Maimûni bertanya kepada Imam Ahmad, “Jika ada orang yang
belum diaqiqahi apakah ketika besar ia boleh mengaqiqahi dirinya sendiri?”
Imam Ahmad menjawab, “Menurutku, jika ia belum diaqiqahi ketika kecil,
maka lebih baik melakukannya sendiri saat dewasa. Aku tidak menganggapnya
makruh.”
Para pengikut Imam Syafi’i juga berpendapat demikian. Menurut mereka, anak-
anak yang sudah dewasa yang belum diaqiqahi oleh orang tuanya, dianjurkan
baginya untuk melakukan aqiqah sendiri.” [1]

Kemudian mengenai jumlahnya adalah kita bisa menyitir hadits Rasullullah


“Dari Ummi Kurz Al-Ka’biyyah, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW
bersabda: “Untuk anak laki-laki dua ekor kambing yang berdekatan umurnya
dan untuk anak perempuan satu ekor kambing” (HR. Ahmad 6/422 dan At-
Tirmidzi 1516)

http://orido.wordpress.com 6
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid

Aqiqah memiliki tujuan untuk meningkatkan jiwa sosial dan tolong-menolong


sesama tetangga di lingkungan sekitar, menanamkan jiwa keagamaaan pada
anak, sebagai tanda syukur kita kepada Allah SWT atas segala nikmat dan rejeki
yang diberikan kepada kita selama ini. [2]

Dalam pelaksanaan aqiqah sebaiknya dilakukan sendiri oleh orang tua bayi.
Kalau ingin menitipkannya kepada orang lain, kita harus yakin bahwa hal
tersebut dilakukan sesuai dengan tuntutan syari’ah. Jangan sampai kita
menitipkan sejumlah uang kepada suatu lembaga atau perorangan, kemudian
uang tersebut dibagikan langsung sebagai pengganti daging. Praktek yang
demikian tentunya tidak sesuai dengan tuntunan sunnah yang mensyaratkan
adanya penyembelihan hewan dalam pelaksanaan aqiqah. [3]

2. Mencukur Rambut

Mencukur rambut bayi merupakan sunah Mu’akkad, baik untuk bayi laki-laki
maupun bayi perempuan yang pelaksanaannya dilakukan pada hari ketujuh dari
kelahiran dan alangkah lebih baik jika dilaksanakan berbarengan dengan
aqiqah.

Faedah dari mencukur rambut bayi tersebut, Ibnu Al-Qoyyim berkata:


“Mencukur rambut adalah pelaksanaan perintah Rasulullah SAW untuk
menghilangkan kotoran. Dengan hal tersebut kita membuang rambut yang
jelek/lemah dengan rambut yang kuat dan lebih bermanfaat bagi kepala dan
lebih meringankan untuk si bayi. Dan hal tersebut berguna untuk membuka
lubang pori-pori yang ada di kepala supaya gelombang panas bisa keluar
melaluinya dengan mudah dimana hal tersebut sangat bermanfaat untuk
menguatkan indera penglihatan, penciuman dan pendengaran si bayi” (Athiflu
Wa Ahkamuhu, hal 203-204)

Kemudian rambut yang telah dipotong tersebut ditimbang dan kita disunahkan
untuk bersedekah dengan perak sesuai dengan berat timbangan rambut bayi
tersebut. Ini sesuai dengan perintah Rasulullah SAW kepada puterinya fatimah
RA :

“Hai Fatimah, cukurlah rambutnya dan bersedekahlah dengan perak sesuai


dengan berat timbangan rambutnya kepada fakir miskin” (HR Tirmidzi 1519 dan
Al-Hakim 4/237)

Dalam pelaksanaan mencukur rambut, perlu diperhatikan larangan Rasulullah


SAW untuk melakukan Al-Qaz’u, yaitu mecukur sebagian rambut dan
membiarkan yang lainnya (HR. Bukhori Muslim). Ada sejumlah gaya mencukur
rambut yang termasuk Al-Qaz’u tersebut :

Mencukur rambut secara acak di sana-sini tak beraturan.

http://orido.wordpress.com 7
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid

Mencukur rambut bagian tengahnya saja dan membiarkan rambut di sisi


kepalanya.
Mencukur rambut bagian sisi kepala dan membiarkan bagian tengahnya
Mencukur rambut bagian depan dan membiarkan bagian belakan atau
sebaliknya.

3. Pemberian Nama

Nama bagi seseorang sangatlah penting. Ia bukan hanya merupakan identitas


pribadi dirinya di dalam sebuah masyarakat, namun juga merupakan cerminan
dari karakter seseorang. Rasululloh SAW menegaskan bahwa suatu nama (al-
ism) sangatlah identik dengan orang yang diberinama (al-musamma)

Dari Abu Hurairoh Ra, dari Nabi SAW beliau bersabda: “Kemudian Aslam semoga
Alloh menyelamatkannya dan Ghifar semoga Alloh mengampuninya” (HR.
Bukhori 3323, 3324 dan Muslim 617)

Ibnu Al-Qoyyim berkata: “Barangsiapa yang memperhatikan sunah, ia akan


mendapatkan bahwa makna-makna yang terkandung dalam nama berkaitan
dengannya sehingga seolah-olah makna-makna tersebut diambil darinya dan
seolah-olah nama-nama tersebut diambil dari makna-maknanya. Dan jika anda
ingin mengetahui pengaruh nama-nama terhadap yang diberi nama (Al-
musamma) maka perhatikanlah hadis di bawah ini:

Dari Said bin Musayyib dari bapaknya dari kakeknya Ra, ia berkata: Aku datang
kepada Nabi SAW, beliau pun bertanya: “Siapa namamu?” Aku jawab: “Hazin”
Nabi berkata: “Namamu Sahl” Hazn berkata: “Aku tidak akan merobah nama
pemberian bapakku” Ibnu Al-Musayyib berkata: “Orang tersebut senantiasa
bersikap keras terhadap kami setelahnya” (HR. Bukhori 5836) (At-Thiflu Wa
Ahkamuhu/Ahmad Al-’Isawiy hal 65)

Oleh karena itu, Rasululloh SAW memberikan petunjuk nama apa saja yang
sebaiknya diberikan kepada anak-anak kita. Antara lain:

Dari Ibnu Umar Ra ia berkata: Rasululloh SAW telah bersabda: “Sesungguhnya


nama yang paling disukai oleh Alloh adalah Abdulloh dan Abdurrahman” (HR.
Muslim 2132)

Dari Jabir Ra dari Nabi SAW beliau bersabda: “Namailah dengan namaku dan
jangnlah engkau menggunakan kun-yahku” (HR. Bukhori 2014 dan Muslim 2133)

Mengenai pelaksanaannya kita bisa mengundang para tetangga dalam syukuran


aqiqahan ini atau membagi-bagikan daging aqiqah kepada mereka. Dengan
sendirinya ini juga merupakan proses memperkenalkan jabang bayi yang baru
lahir kepada tetangga.

http://orido.wordpress.com 8
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid

Mungkin ini sekilas pengetahuan tentang aqiqah dan tatacara pelaksanaannya,


semoga bisa menjadi wawasan bagi yang akan melaksanakan aqiqahan. saya
juga berharap keluarga dibandung dan proses aqiqah anak saya diridhoi dan
diberkahi Alloh SWT.

Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,


Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.

Referensi :

1. www.syariahonline.com

2. www.organisasi.org

3. Athiflu Wa Ahkamuhu

http://dida.vbaitullah.or.id/islam/buku/aqiqah/aqiqah.html#toc3

Aqiqah
Abu Muhammad 'Ishom bin Mar'i

17 Maret 2003
Disalin ringkas kembali dari kitab Ahkamul Aqiqah karya Abu Muhammad 'Ishom bin Mar'i, terbitan
Maktabah as-Shahabah, Jeddah, Saudi Arabia, dan diterjemahkan oleh Mustofa Mahmud Adam al-
Bustoni, dengan judul Aqiqah terbitan Titian Ilahi Press, Yogjakarta, 1997. Tanggal yang tertera adalah
tanggal pembuatan file ini ke dalam format PDF dan html oleh Adinda Praditya

1. Pengertian Aqiqah

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitabnya Tuhfatul Maudud hal.25-26,


mengatakan bahwa: Imam Jauhari berkata : Aqiqah ialah "Menyembelih hewan
pada hari ketujuhnya dan mencukur rambutnya". Selanjutnya Ibnu Qayyim
berkata: "Dari penjelasan ini jelaslah bahwa aqiqah itu disebut demikian karena
mengandung dua unsur diatas dan ini lebih utama."

Imam Ahmad dan jumhur ulama berpendapat bahwa apabila ditinjau dari segi
syar'i maka yang dimaksud dengan aqiqah adalah makna berkurban atau
menyembelih (an-nasikah).

2. Dalil-dalil Syar'i Tentang Aqiqah

1. Hadist no.1: Dari Salman bin Amir Ad-Dhabiy, dia berkata: Rasulullah Shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Aqiqah dilaksanakan karena kelahiran bayi, maka

http://orido.wordpress.com 9
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid

sembelihlah hewan dam hilangkanlah semua gangguan darinya." [Shahih HR


Bukhari (5472), untuk lebih lengkapnya lihat Fathul Bari (9/590-592), dan
Irwaul Ghalil (1171), Syaikh Albani] Makna menghilangkan gangguan adalah
mencukur rambut bayi atau menghilangkan semua gangguan yang ada [Fathul
Bari (9/593) dan Nailul Authar (5/35), Cetakan Darul Kutub Al-'Ilmiyah, pent]
2. Hadist no.2: Dari Samurah bin Jundab dia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda : "Semua anak bayi tergadaikan dengan aqiqahnya yang
pada hari ketujuhnya disembelih hewan (kambing), diberi nama dan dicukur
rambutnya." [Shahih, HR Abu Dawud 2838, Tirmidzi 1552, Nasa'i 7/166, Ibnu
Majah 3165, Ahmad 5/7-8, 17-18, 22, Ad Darimi 2/81, dan lain-lainnya]
3. Hadist no.3: Dari Aisyah dia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Bayi laki-laki diaqiqahi dengan dua kambing yang sama dan bayi
perempuan satu kambing." [Shahih, HR Ahmad (2/31, 158, 251), Tirmidzi
(1513), Ibnu Majah (3163), dengan sanad hasan]
4. Hadist no.4: Dari Ibnu Abbas bahwasannya Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Mengaqiqahi Hasan dan Husain dengan satu kambing dan
satu kambing." [HR Abu Dawud (2841) Ibnu Jarud dalam kitab al-Muntaqa
(912) Thabrani (11/316) dengan sanadnya shahih sebagaimana dikatakan
oleh Ibnu Daqiqiel 'Ied]
5. Hadist no.5: Dari 'Amr bin Syu'aib dari ayahnya, dari kakeknya, Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa diantara kalian yang ingin
menyembelih (kambing) karena kelahiran bayi maka hendaklah ia lakukan
untuk laki-laki dua kambing yang sama dan untuk perempuan satu kambing."
[Sanadnya Hasan, HR Abu Dawud (2843), Nasa'i (7/162-163), Ahmad (2286,
3176) dan Abdur Razaq (4/330), dan shahihkan oleh al-Hakim (4/238)].
6. Hadist no.6: Dari Fatimah binti Muhammad ketika melahirkan Hasan, dia
berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Cukurlah rambutnya
dan bersedekahlah dengan perak kepada orang miskin seberat timbangan
rambutnya." [Sanadnya Hasan, HR Ahmad (6/390), Thabrani dalam Mu'jamul
Kabir 1/121/2, dan al-Baihaqi (9/304) dari Syuraiq dari Abdillah bin
Muhammad bin Uqoil]

Dari dalil-dalil yang diterangkan di atas maka dapat diambil hukum-hukum


mengenai seputar aqiqah dan hal ini dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu
'alaihi wasallam para sahabat serta para ulama salafusholih.

3. Hukum-Hukum Seputar Aqiqah

Hukum Aqiqah Sunnah Al 'Allamah Imam Asy-Syaukhani rahimahullah berkata


dalam Nailul Authar (6/213):

• Aqiqah adalah Sunnah Nabi shallallahu alaihi wasallam

"Jumhur ulama berdalil atas sunnahnya aqiqah dengan hadist Nabi ..."
berdasarkan hadist no.5 dari 'Amir bin Syu'aib. Bantahan Terhadap Orang yang
Mengingkari dan Membid'ahkan Aqiqah Ibnul Mundzir rahimahullah membantah
mereka dengan mengatakan bahwa: "Orang-orang Aqlaniyyun (orang-orang yang
mengukur kebenaran dengan akalnya, saat ini seperti sekelompok orang yang
menamakan sebagai kaum Islam Liberal, pen) mengingkari sunnahnya aqiqah,

http://orido.wordpress.com 10
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid

pendapat mereka ini jelas menyimpang jauh dari hadist-hadist yang tsabit
(shahih) dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam karena berdalih dengan
hujjah yang lebih lemah dari sarang laba-laba." [Sebagaimana dinukil oleh
Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam kitabnya Tuhfatul Maudud hal.20, dan Ibnu
Hajar al-Asqalani dalam Fathul Bari (9/588)].

• Waktu Aqiqah Pada Hari Ketujuh Berdasarkan hadist no.2 dari Samurah
bin Jundab.

Para ulama berpendapat dan sepakat bahwa waktu aqiqah yang paling utama
adalah hari ketujuh dari hari kelahirannya. Namun mereka berselisih pendapat
tentang bolehnya melaksanakan aqiqah sebelum hari ketujuh atau sesudahnya.

Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata dalam kitabnya Fathul Bari (9/594):

"Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam pada perkataan 'pada hari


ketujuh kelahirannya' (hadist no.2), ini sebagai dalil bagi orang yang
berpendapat bahwa waktu aqiqah itu adanya pada hari ketujuh dan orang yang
melaksanakannya sebelum hari ketujuh berarti tidak melaksanakan aqiqah
tepat pada waktunya. Bahwasannya syariat aqiqah akan gugur setelah lewat
hari ketujuh. Dan ini merupakan pendapat Imam Malik. Beliau berkata: "Kalau
bayi itu meninggal sebelum hari ketujuh maka gugurlah sunnah aqiqah bagi
kedua orang tuanya"."

Sebagian membolehkan melaksanakannya sebelum hari ketujuh. Pendapat ini


dinukil dari Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam kitabnya Tuhfatul Maudud hal.35.

• Sebagian lagi berpendapat boleh dilaksanakan setelah hari ketujuh.

Pendapat ini dinukil dari Ibnu Hazm dalam kitabnya al-Muhalla 7/527.

Sebagian ulama lainnya membatasi waktu pada hari ketujuh dari hari
kelahirannya. Jika tidak bisa melaksanakannya pada hari ketujuh maka boleh
pada hari ke-14, jika tidak bisa boleh dikerjakan pada hari ke-21. Berdalil dari
riwayat Thabrani dalam kitab As-Shagir (1/256) dari Ismail bin Muslim dari
Qatadah dari Abdullah bin Buraidah:

"Kurban untuk pelaksanaan aqiqah, dilaksanakan pada hari ketujuh atau hari
ke-14 atau hari ke-21." [Penulis berkata: "Dia (Ismail) seorang rawi yang lemah
karena jelek hafalannya, seperti dikatakan oleh al-Hafidz Ibnu Hajar dalam
Fathul Bari (9/594)." Dan dijelaskan pula tentang kedhaifannya bahkan hadist
ini mungkar dan mudraj]

• Bersedekah dengan Perak Seberat Timbangan Rambut

Syaikh Ibrahim bin Muhammad bin Salim bin Dhoyyan berkata :

http://orido.wordpress.com 11
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid

"Dan disunnahkan mencukur rambut bayi, bersedekah dengan perak seberat


timbangan rambutnya dan diberi nama pada hari ketujuhnya. Masih ada ulama
yang menerangkan tentang sunnahnya amalan tersebut (bersedekah dengan
perak), seperti: al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani, Imam Ahmad, dan lain-lain."

Adapun hadist tentang perintah untuk bersedekah dengan emas, ini adalah
hadit dhoif.

Tidak Ada Tuntunan Bagi Orang Dewasa Mengaqiqahi Dirinya Sendiri Sebagian
ulama mengatakan : "Seseorang yang tidak diaqiqahi pada masa kecilnya maka
boleh melakukannya sendiri ketika sudah dewasa."

Mungkin mereka berpegang dengan hadist Anas yang berbunyi :

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam mengaqiqahi dirinya sendiri setelah


beliau diangkat sebagai nabi. [Dhaif mungkar, HR Abdur Razaq (4/326) dan
Abu Syaikh dari jalan Qatadah dari Anas]

Sebenarnya mereka tidak punya hujjah sama sekali karena hadistnya dhaif dan
mungkar. Telah dijelaskan pula bahwa nasikah atau aqiqah hanya pada satu
waktu (tidak ada waktu lain) yaitu pada hari ketujuh dari hari kelahirannya.
Tidak diragukan lagi bahwa ketentuan waktu aqiqah ini mencakup orang
dewasa maupun anak kecil.

• Aqiqah untuk Anak Laki-laki Dua Kambing dan Perempuan Satu Kambing
Berdasarkan hadist no.3 dan no.5 dari Aisyah dan 'Amr bin Syu'aib.

Setelah menyebutkan dua hadist diatas, al-Hafidz Ibnu Hajar berkata dalam
Fathul Bari (9/592): "Semua hadist yang semakna dengan ini menjadi hujjah
bagi jumhur ulama dalam membedakan antara bayi laki-laki dan bayi
perempuan dalam masalah aqiqah."

Imam Ash-Shan'ani rahimahullah dalam kitabnya Subulus Salam (4/1427)


mengomentari hadist Aisyah tersebut diatas dengan perkataannya: "Hadist ini
menunjukkan bahwa jumlah kambing yang disembelih untuk bayi perempuan
ialah setengah dari bayi laki-laki."

Al-'Allamah Shiddiq Hasan Khan rahimahullah dalam kitabnya Raudhatun


Nadiyyah (2/26) berkata: "Telah menjadi ijma' ulama bahwa aqiqah untuk bayi
perempuan adalah satu kambing."

Penulis berkata: "Ketetapan ini (bayi laki-laki dua kambing dan perempuan satu
kambing) tidak diragukan lagi kebenarannya."

• - Boleh Menaqiqahi Bayi Laki-laki dengan Satu Kambing Berdasarkan


hadist no.4 dari Ibnu Abbas.

http://orido.wordpress.com 12
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid

Sebagian ulama berpendapat boleh mengaqiqahi bayi laki-laki dengan satu


kambing yang dinukil dari perkataan Abdullah bin 'Umar, 'Urwah bin Zubair,
Imam Malik dan lain-lain mereka semua berdalil dengan hadist Ibnu Abbas
diatas.

Tetapi al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata dalam kitabnya Fathul Bari
(9/592): ..meskipun hadist riwayat Ibnu Abbas itu tsabit (shahih), tidaklah
menafikan hadist mutawatir yang menentukan dua kambing untuk bayi laki-
laki. Maksud hadist itu hanyalah untuk menunjukkan bolehnya mengaqiqahi
bayi laki-laki dengan satu kambing.

Sunnah ini hanya berlaku untuk orang yang tidak mampu melaksanakan aqiqah
dengan dua kambing. Jika dia mampu maka sunnah yang shahih adalah laki-laki
dengan dua kambing.

4. Aqiqah Dengan Kambing

4.1 Tidak Sah Aqiqah Kecuali dengan Kambing

Telah lewat beberapa hadist yang menerangkan keharusan


menyembelih dua ekor kambing untuk laki-laki dan satu ekor kambing
untuk perempuan. Ini menandakan keharusan untuk aqiqah dengan
kambing.

Dalam Fathul Bari (9/593) al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah


menerangkan: "Para ulama mengambil dalil dari penyebutan syaatun
dan kabsyun (kibas, anak domba yang telah muncul gigi gerahamnya)
untuk menentukan kambing buat aqiqah." Menurut beliau: "Tidak sah
aqiqah seorang yang menyembelih selain kambing".

Sebagian ulama berpendapat dibolehkannya aqiqah dengan unta,


sapi, dan lain-lain. Tetapi pendapat ini lemah karena:

Hadist-hadist shahih yang menunjukkan keharusan aqiqah dengan


kambing semuanya shahih, sebagaimana pembahasan sebelumnya.
Hadist-hadist yang mendukung pendapat dibolehkannya aqiqah
dengan selain kambing adalah hadist yang talif saqith alias dha'if.

4.2 Persyaratan Kambing Aqiqah Tidak Sama dengan Kambing Kurban (Idul

Penulis mengambil hujjah ini berdasarkan pendapat dari Imam As-


Shan'ani, Imam Syaukani, dan Iman Ibnu Hazm bahwa kambing aqiqah
tidak disyaratkan harus mencapai umur tertentu atau harus tidak

http://orido.wordpress.com 13
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid

cacat sebagaimana kambing Idul Adha, meskipun yang lebih utama


adalah yang tidak cacat.

Imam As-Shan'ani dalam kitabnya Subulus Salam (4/1428) berkata :

"Pada lafadz syaatun (dalam hadist sebelumnya) menunjukkan


persyaratan kambing untuk aqiqah tidak sama dengan hewan kurban.
Adapun orang yang menyamakan persyaratannya, mereka hanya
berdalil dengan qiyas."

Imam Syaukhani dalam kitabnya Nailul Authar (6/220) berkata :

"Sudah jelas bahwa konsekuensi qiyas semacam ini akan menimbulkan


suatu hukum bahwa semua penyembelihan hukumnya sunnah, sedang
sunnah adalah salah satu bentuk ibadah. Dan saya tidak pernah
mendengar seorangpun mengatakan samanya persyaratan antara
hewan kurban (Idul Adha) dengan pesta-pesta (sembelihan) lainnya.
Oleh karena itu, jelaslah bagi kita bahwa tidak ada satupun ulama
yang berpendapat dengan qiyas ini sehingga ini merupakan qiyas yang
bathil."

Imam Ibnu Hazm dalam kitabnya Al-Muhalla (7/523) berkata :

"Orang yang melaksanakan aqiqah dengan kambing yang cacat, tetap


sah aqiqahnya sekalipun cacatnya termasuk kategori yang dibolehkan
dalam kurban Idul Adha ataupun yang tidak dibolehkan. Namun lebih
baik (afdhol) kalau kambing itu bebas dari catat."

4.3 Bacaan Ketika Menyembelih Kambing

Firman Allah Ta'ala:

"Maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu dan sebutlah


nama Allah" (QS. Al-Maidah : 4)

Firman Allah Ta'ala:

"Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut


nama Allah ketika menyembelihnya, sesungguhnya perbuatan
semacam itu adalah suatu kefasikan." (QS. Al-An'am : 121)

Adapun petunjuk Nabi tentang tasmiyah (membaca bismillah) sedah


masyhur dan telah kita ketahui bersama (lihat Irwaul Ghalil 2529-
2536-2545-2551, karya Syaikh Al-Albani). Oleh karena itu, doa

http://orido.wordpress.com 14
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid

tersebut juga diucapkan ketika meyembelih hewan untuk aqiqah


karena merupakan salah satu jenis kurban yang disyariatkan oleh
Islam. Maka orang yang menyembelih itu biasa mengucapkan:
"Bismillahi wa Allahu Akbar".

Mengusap Darah Sembelihan Aqiqah di Atas Kepala Bayi Merupakan


Perbuatan Bid'ah dan Jahiliyah

Dari Aisyah berkata: Dahulu ahlul kitab pada masa jahiliyah, apabila
mau mengaqiqahi bayinya, mereka mencelupkan kapas pada darah
sembelihan hewan aqiqah. Setelah mencukur rambut bayi tersebut,
mereka mengusapkan kapas tersebut pada kepalanya! Maka
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jadikanlah
(gantikanlah) darah dengan khuluqun (sejenis minyak wangi)."
[Shahih, diriwayatkan oleh Ibnu Hibban (5284), Abu Dawud (2743),
dan disahihkan oleh Hakim (2/438)]

Al-'Allamah Syaikh Al-Albani dalam kitabnya Irwaul Ghalil (4/388)


berkata : "Mengusap kepala bayi dengan darah sembelihan aqiqah
termasuk kebiasaan orang-orang jahiliyah yang telah dihapus oleh
Islam."

Al-'Allamah Imam Syaukani dalam kitabnya Nailul Aithar (6/214)


menyatakan: "Jumhur ulama memakruhkan (membenci) at-tadmiyah
(mengusap kepala bayi dnegan darah sembelihan aqiqah)."

Sedangkan pendapat yang membolehkan dengan hujjah dari Ibnu


Abbas bahwasannya dia berkata : "Tujuh perkara yang termasuk
amalan sunnah terhadap anak kecil: ...dan diusap dengan darah
sembelihan aqiqah." [HR Thabrani], maka ini merupakan hujjah yang
dhaif dan mungkar.

4.4 Boleh Menghancurkan Tulangnya (Daging Sembelihan Aqiqah) Sebagaimana

Inilah kesepekatan para ulama, yakni boleh menghancurkan


tulangnya, seperti ditegaskan Imam Malik dalam Al-Muwaththa
(2/502), karena tidak adanya dalil yang melarang maupun yang
menunjukkan makruhnya. Sedang menghancurkan tulang sembelihan
sudah menjadi kebiasan disamping ada kebaikannya juga, yaitu bisa
diambil manfaat dari sumsum tersebut untuk dimakan.

Adapun pendapat yang menyelisihinya berdalil dengan hadist yang


dhaif, diantaranya adalah :

http://orido.wordpress.com 15
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid

Bahwasannya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:


"Janganlah kalian menghancurkan tulang sembelihannya." [Hadist
Dhaif, karena mursal terputus sanadnya, HR. Baihaqi (9/304)]

Dari Aisyah dia berkata: " ...termasuk sunnah aqiqah yaitu tidak
menghancurkan tulang sembelihannya... " [Hadist Dhaif, mungkar
dan mudraj, HR. Hakim (4/283]

Kedua hadist diatas tidak boleh dijadikan dalil karena keduanya tidak
shahih. [lihat kitab Al-Muhalla oleh Ibnu Hazm (7/528-529)].

Disunnahkan Memasak Daging Sembelihan Aqiqah dan Tidak


Memberikannya dalam Keadaan Mentah

Imam Ibnu Qayyim rahimahullah dalam kitabnya Tuhfathul Maudud


hal.43-44, berkata :

"Memasak daging aqiqah termasuk sunnah. Yang demikian itu, karena


jika dagingnya sudah dimasak maka orang-orang miskin dan tetangga
(yang mendapat bagian) tidak merasa repot lagi. Dan ini akan
menambah kebaikan dan rasa syukur terhadap nikmat tersebut. Para
tetangga, anak-anak dan orang-orang miskin dapat menyantapnya
dengan gembira. Sebab orang yang diberi daging yang sudah masak,
siap makan, dan enak rasanya, tentu rasa gembiranya lebih dibanding
jika daging mentah yang masih membutuhkan tenaga lagi untuk
memasaknya... Dan pada umumnya, makanan syukuran (dibuat dalam
rangka untuk menunjukka rasa syukur) dimasak dahulu sebelum
diberikan atau dihidangkan kepada orang lain."

4.5 Tidak Sah Aqiqah Seseorang Kalau Daging Sembelihannya Dijual

Imam Ibnu Qayyim rahimahullah dalam kitabnya Tuhfathul Maudud


hal.51-52, berkata :

"Aqiqah merupakan salah satu bentuk ibadah (taqarrub) kepada Allah


Ta'ala. Barangsiapa menjual daging sembelihannya sedikit saja maka
pada hakekatnya sama saja tidak melaksanakannya. Sebab hal itu
akan mengurangi inti penyembelihannya. Dan atas dasar itulah, maka
aqiqahnya tidak lagi sesuai dengan tuntunan syariat secara penuh
sehingga aqiqahnya tidak sah. Demikian pula jika harga dari
penjualan itu digunakan untuk upah penyembelihannya atau upah
mengulitinya" [lihat pula Al-Muwaththa (2/502) oleh Imam Malik].

http://orido.wordpress.com 16
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid

Orang yang Aqiqah Boleh Memakan, Bersedekah, Memberi Makan, dan


Menghadiahkan Daging Sembelihannya, Tetapi yang Lebih Utama Jika
Semua Diamalkan

Imam Ibnu Qayyim rahimahullah dalam kitabnya Tuhfathul Maudud


hal.48-49, berkata :

"Karena tidak ada dalil dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam


tentang cara penggunaan atau pembagian dagingnya maka kita
kembali ke hokum asal, yaitu seseorang yang melaksanakan aqiqah
boleh memakannya, memberi makan dengannya, bersedekah
dengannya kepada orang fakir miskin atau menghadiahkannya kepada
teman-teman atau karib kerabat. Akan tetapi lebih utama kalau
diamalkan semuanya, karena dengan demikian akan membuat senang
teman-temannya yang ikut menikmati daging tersebut, berbuat baik
kepada fakir miskin, dan akan memuat saling cinta antar sesama
teman. Kita memohon taufiq dan kebenaran kepada Allah Ta'ala".
[lihat pula Al-Muwaththa (2/502) oleh Imam Malik].

4.6 Jika Aqiqah Bertepatan dengan Idul Qurban, Maka Tidak Sah Kalau

Penulis berkata: "Dalam masalah ini pendapat yang benar adalah tidak sah
menggabungkan niat aqiqah dengan kurban, kedua-duanya harus dikerjakan.
Sebab aqiqah dan adhiyah (kurban) adalah bentuk ibadah yang tidak sama jika
ditinjau dari segi bentuknya dan tidak ada dalil yang menjelaskan sahnya
mengerjakan salah satunya dengan niat dua amalan sekaligus. Sedangkan
sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam
dan Allah Ta'ala tidak pernah lupa."

4.7 Tidak Sah Aqiqah Seseorang yang Bersedekah dengan Harga Daging
Sembelihannya Sekalipun Lebih Banyak

Al-Khallah pernah berkata dalam kitabnya: Bab Maa yustahabbu minal


aqiqah wa fadhliha 'ala ash-shadaqah:

"Kami diberitahu Sulaiman bin Asy'ats, dia berkata Saya mendengar


Ahmad bin Hambal pernah ditanya tentang aqiqah: 'Mana yang kamu
senangi, daging aqiqahnya atau memberikan harganya kepada orang lain
(yakni aqiqah kambing diganti dengan uang yang disedekahkan seharga
dagingnya)?' Beliau menjawab: 'Daging aqiqahnya'." [Dinukil dari Ibnul
Qayyim dalam Tuhfathul Maudud hal.35 dari Al-Khallal]

Penulis berkata: "Karena tidak ada dalil yang menunjukkan bolehnya


bershadaqah dengan harga (daging sembelihan aqiqah) sekalipun lebih
banyak, maka aqiqah seseorang tidak sah jika bershadaqah dengan

http://orido.wordpress.com 17
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid

harganya dan ini termasuk perbuatan bid'ah yang mungkar! Dan sebaik-
baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam"

5. Adab Menghadiri Jamuan Aqiqah

Diantara bid'ah yang sering dikerjakan khususnya oleh ahlu ilmu adalah
memberikan ceramah yang berkaitan dengan hokum aqiqah dan adab-adabnya
serta yang berkaitan dengan masalah kelahiran ketika berkumpulnya orang
banyak (undangan) di acara aqiqahan pada hari ketujuh.

Jadi saat undangan pada berkumpul di acara aqiqahan, mereka membuat suatu
acara yang berisi ceramah, rangkaian do'a-do'a, dan bentuk-bentuk seperti
ibadah lainnya, yang mereka meyakini bahwa semuanya termasuk dari amalan
yang baik, padahal tidak lain hal itu adalah bid'ah, (pen).

Perbuatan semacam itu tidak pernah dicontohkan dalam sunnah yang shahih
bahkan dalam dhaif sekalipun!! Dan tidak pernah pula dikerjakan oleh Salafush
Sholih rahimahumulloh. Seandainya perbuatan ini baik niscaya mereka sudah
terlebih dahulu mengamalkannya daripada kita. Dan ini termasuk dalam hal
bid'ah-bid'ah lainnya yang sering dikerjakan oleh sebagian masyarakat kita dan
telah masuk sampai ke depan pintu rumah-rumah kita, (pen) !!

Sedangkan yang disyariatkan disini adalah bahwa berkumpulnya kita di dalam


acara aqiqahan hanyalah untuk menampakkan kesenangan serta menyambut
kelahiran bayi dan bukan untuk rangkaian ibadah lainnya yang dibuat-buat.

Sedang sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shallallahu 'alaihi


wasallam. Semua kabaikan itu adalah dengan mengikuti Salaf dan semua
kejelekan ada pada bid'ahnya Khalaf.

Wallahul Musta'an wa alaihi at-tiklaan.

http://www.pesantrenvirtual.com/index.php?option=com_content&task=view&id=953
&Itemid=1

Syariat 'Aqiqah
Oleh: Dewan Asatidz

Bisa kita simpulkan bahwa jika seseorang berkemampuan untuk menyembelih 2


ekor kambing bagi 'Aq ‫أ‬qah anak laki-lakinya, maka sebaiknya ia melakukannya,

http://orido.wordpress.com 18
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid

namun jika tidak mampu maka 1 ekor kambing untuk 'Aq ‫أ‬qah anak laki-lakinya
juga diperbolehkan dan mendapat pahala. Wall ‫أ‬¢hu A'lam.

Kata 'Aqiqah berasal dari bahasa arab. Secara etimologi, ia berarti 'memutus'.
'Aqqa wi¢lidayhi, artinya jika ia memutus (tali silaturahmi) keduanya. Dalam
istilah, 'Aqiqah berarti "menyembelih kambing pada hari ketujuh (dari kelahiran
seorang bayi) sebagai ungkapan rasa syukur atas rahmat Allah swt berupa
kelahiran seorang anak".

'Aqiqah merupakan salah satu hal yang disyariatkan dalam agama islam. Dalil-
dalil yang menyatakan hal ini, di antaranya, adalah Hadits Rasulullah saw,
"Setiap anak tertuntut dengan 'Aqiqah-nya'?. Ada Hadits lain yang menyatakan,
"Anak laki-laki ('Aqiqah-nya dengan 2 kambing) sedang anak perempuan
('Aqiqah-nya) dengan 1 ekor kambing'?. Status hukum 'Aqiqah adalah sunnah.
Hal tersebut sesuai dengan pandangan mayoritas ulama, seperti Imam Syafi'i,
Imam Ahmad dan Imam Malik, dengan berdasarkan dalil di atas. Para ulama itu
tidak sependapat dengan yang mengatakan wajib, dengan menyatakan bahwa
seandainya 'Aqiqah wajib, maka kewajiban tersebut menjadi suatu hal yang
sangat diketahui oleh agama. Dan seandainya 'Aqiqah wajib, maka Rasulullah
saw juga pasti telah menerangkan akan kewajiban tersebut.

Beberapa ulama seperti Imam Hasan Al-Bashri, juga Imam Laits, berpendapat
bahwa hukum 'Aqiqah adalah wajib. Pendapat ini berdasarkan atas salah satu
Hadits di atas, "Kullu ghuli¢min murtahanun bi 'aqiqatihi'? (setiap anak
tertuntut dengan 'Aqiqah-nya), mereka berpendapat bahwa Hadits ini
menunjukkan dalil wajibnya 'Aqiqah dan menafsirkan Hadits ini bahwa seorang
anak tertahan syafaatnya bagi orang tuanya hingga ia di-'Aqiqah-i. Ada juga
sebagian ulama yang mengingkari disyariatkannya (masyri»'iyyat) 'Aqiqah,
tetapi pendapat ini tidak berdasar sama sekali. Dengan demikian, pendapat
mayoritas ulama lebih utama untuk diterima karena dalil-dalilnya, bahwa
'Aqiqah adalah sunnah.

Bagi seorang ayah yang mampu hendaknya menghidupkan sunnah ini hingga ia
mendapat pahala. Dengan syariat ini, ia dapat berpartisipasi dalam
menyebarkan rasa cinta di masyarakat dengan mengundang para tetangga
dalam walimah 'Aqiqah tersebut.

Mengenai kapan 'Aqiqah dilaksanakan, Rasulullah saw bersabda, "Seorang anak


tertahan hingga ia di-'Aqiqah-i, (yaitu) yang disembelih pada hari ketujuh dari
kelahirannya dan diberi nama pada waktu itu'?. Hadits ini menerangkan kepada
kita bahwa 'Aqiqah mendapatkan kesunnahan jika disembelih pada hari
ketujuh. Sayyidah Aisyah ra dan Imam Ahmad berpendapat bahwa 'Aqiqah bisa
disembelih pada hari ketujuh, atau hari keempat belas ataupun hari
keduapuluh satu. Sedangkan Imam Malik berpendapat bahwa sembelihan
'Aqiqah pada hari ketujuh hanya sekedar sunnah, jika 'Aqiqah disembelih pada

http://orido.wordpress.com 19
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid

hari keempat, atau kedelapan ataupun kesepuluh ataupun sesudahnya maka hal
itu dibolehkan.

Menurut hemat penulis, jika seorang ayah mampu untuk menyembelih 'Aqiqah
pada hari ketujuh, maka sebaiknya ia menyembelihnya pada hari tersebut.
Namun, jika ia tidak mampu pada hari tersebut, maka boleh baginya untuk
menyembelihnya pada waktu kapan saja. 'Aqiqah anak laki-laki berbeda dengan
'Aqiqah anak perempuan. Ini merupakan pendapat mayoritas ulama, sesuai
Hadits yang telah kami sampaikan di atas. Sedangkan Imam Malik berpendapat
bahwa 'Aqiqah anak laki-laki sama dengan 'Aqiqah anak perempuan, yaitu sama-
sama 1 ekor kambing. Pendapat ini berdasarkan riwayat bahwa Rasulullah saw
meng-'Aqiqah- i Sayyidina Hasan dengan 1 ekor kambing, dan Sayyidina Husein
'“keduanya adalah cucu beliau saw'” dengan 1 ekor kambing.

***

Bisa kita simpulkan bahwa jika seseorang berkemampuan untuk menyembelih 2


ekor kambing bagi 'Aqiqah anak laki-lakinya, maka sebaiknya ia melakukannya,
namun jika tidak mampu maka 1 ekor kambing untuk 'Aqiqah anak laki-lakinya
juga diperbolehkan dan mendapat pahala. Wallahu A'lam.

Mungkin akan timbul pertanyaan, mengapa agama Islam membedakan antara


'Aqiqah anak laki-laki dan anak perempuan, maka bisa kita jawab, bahwa
seorang muslim, ia berserah diri sepenuhnya pada perintah Allah swt, meskipun
ia tidak tahu hikmah akan perintah tersebut, karena akal manusia terbatas.
Barangkali juga kita bisa mengambil hikmahnya yaitu untuk memperlihatkan
kelebihan seorang laki-laki dari segi kekuatan jasmani, juga dari segi
kepemimpinannya (qawwamah) dalam suatu rumah tangga. Wallahu A'lam.

Dalam penyembelihan 'Aqiqah, banyak hal yang perlu diperhatikan, di


antaranya, sebaiknya tidak mematahkan tulang dari sembelihan 'Aqiqah
tersebut, dengan hikmah tafa'™ul (berharap) akan keselamatan tubuh dan
anggota badan anak tersebut. 'Aqiqah sah jika memenuhi syarat seperti syarat
hewan Qurban, yaitu tidak cacat dan memasuki usia yang telah disyaratkan
oleh agama Islam. Seperti dalam definisi tersebut di atas, bahwa 'Aqiqah
adalah menyembelih kambing pada hari ketujuh semenjak kelahiran seorang
anak, sebagai rasa syukur kepada Allah. Tetapi boleh juga mengganti kambing
dengan unta ataupun sapi dengan syarat unta atau sapi tersebut hanya untuk
satu anak saja, tidak seperti kurban yang mana dibolehkan untuk 7 orang.
Tetapi, sebagian ulama berpendapat bahwa 'Aqiqah hanya boleh dengan
menggunakan kambing saja, sesuai dalil-dalil yang datang dari Rasulullah saw.
Wallahu A'lam.

Ada perbedaan lain antara 'Aqiqah dengan Qurban, kalau daging Qurban dibagi-
bagikan dalam keadaan mentah, sedangkan 'Aqiqah dibagi-bagikan dalam
keadaan matang. Kita dapat mengambil hikmah syariat 'Aqiqah. Yakni, dengan

http://orido.wordpress.com 20
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid

'Aqiqah, timbullah rasa kasih sayang di masyarakat karena mereka berkumpul


dalam satu walimah sebagai tanda rasa syukur kepada Allah swt. Dengan
'Aqiqah pula, berarti bebaslah tali belenggu yang menghalangi seorang anak
untuk memberikan syafaat pada orang tuanya. Dan lebih dari itu semua,
bahwasanya 'Aqiqah adalah menjalankan syiar Islam. Wallahu A'lam.

Referensi utama : Tarbiyatul Awlid, DR. Abdullah Nashih Ulwan.

http://www.arrahmah.info/blog/pembagian-jenis-syahid/

Rabu, Nopember 01, 2006

Pembagian Jenis Syahid


Pembagian Jenis Syahid

Sesungguhnya segala puji adalah kepunyaan Allah, kami memuji-Nya, memohon


pertolongan-Nya, dan memohon perlindungan-Nya dari keburukan diri-diri
kami, dari kejelekan amal-amal perbuatan kami. Barangsiapa yang Allah beri
dia hidayah, maka tiada siapapun yang mampu menyesatkannya.Barangsiapa
yang Allah telah sesatkan dia, maka tiada siapapun yang mampu memberinya
hidayah. Dan aku bersaksi bahwa tiada Ilah (Tuhan) selain Allah Dia Yang Maha
Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba
dan Rasul-Nya.

Definisi:

Diantara beberapa definisi syahid terdapat seperti berikut:

”Syahid ialah orang yang meninggal, tetapi jenazahnya tidak dimandikan dan
tidak disholatkan: Ini disebabkan karena terbunuh ketika memerangi kafir, baik
terbunuh oleh kafir, atau terkena senjata nyasar kaum muslimin, atau bahkan
terkena senjatanya sendiri, atau terjatuh dari kendaraannya, atau disengat
binatang berbisa lalu mati, atau tergilas kendaraan perang kaum Muslimin atau
selainnya, atau terkena senjata nyasar yang tidak diketahui apakah itu senjata
Muslim atau senjata kafir, atau orang yang didapati terbunuh seusai peperangan
dan tidak diketahui sebab kematiannya, baik pada tubuhnya terdapat darah

http://orido.wordpress.com 21
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid

atau tidak, baik kematiannya saat itu atau setelah itu, kemudian meninggal
dengan sebab-sebab tersebut sebelum pertempuran usai “ (Lihat Al-Majmu'
Syarhul Muhadzdzab 1/261). Adapun pengertian syahid secara umum, orang
yang disebut sebagai syahid ialah mereka yang hilang nyawanya demi
meninggikan (memperjuangkan) kalimat Allah[1].

Mengapa dikatakan syahid?

Ulama berbeda mengenai ini.

Diantara mereka ada yang mengatakan dikatakan syahid karena dia


disaksikan/diperlihatkan kepadanya jannah (syurga). Dikatakan juga bahwa
sebab dinamakan syahid ialah ruh-ruh mereka menyaksikan jannah, dan berada
di Daarus Salaam (Jannah,syurga) dan mereka hidup disisi Rabb (Tuhan)
mereka.

Jadi makna syahid (assyahiid) adalah Syaahid (Asy-Syaahid), yaitu berarti saksi,
dan juga hadir (berada) di jannah. Imam Al-Qurthubi berkata: “Inilah pendapat
yang benar” [2].

Diantara pengertian 'syahid' yang lebih kuat menurut Abu Ibrahim Al-Mishri
ialah:

“Karena dia memiliki saksi (syahid) atas kematiannya. Saksi itu adalah
darahnya sendiri, karena di hari kiamat nanti ia akan dibangkitkan oleh Allah
dengan lukanya yang mengalirkan darah” (Lihat Al-Majmu' An-Nawawi 1/277).
Tetapi ia juga menyebutkan bahwa adakalanya orang yang syahid lukanya tak
memancarkan darah. Wallahu A'lam. [3]

Jenis-jenis Syahid:

Pembagian ini menentukan aplikasi hukum dunia terhadap orang yang


meninggal, yaitu memberlakukan hukum secara zhahir terhadap orang yang
dikategorikan syahid atau tidak.

Dalam Shahih Bukhari disebutkan:

“Menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf, menceritakan kepada kami


Malik dari Sumyyin dari Abu Shalih dari Abu Hurairah r.a : bahwa Rasulullah
s.a.w bersabda: Syuhada itu ada lima,yaitu Orang yang mati terkena cacar,
orang yang mati karena diare, orang yang mati tenggelam, orang yang mati
tertimpa runtuhan (longsor), dan orang yang syahid di jalan Allah” (Al-Bukhari,
Kitab As-Sayru Wal-Maghazi: 2617)

http://orido.wordpress.com 22
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid

Sedangkan dalam Shahih Muslim disebutkan pula:

“Dari Abu Hurairah r.a, katanya, Rasulullah s.a.w bersabda: Apa yang kalian
ketahui tentang syahid?” Sahabat r.a menjawab: Barangsiapa yang terbunuh di
jalan Allah maka dia syahid” Lalu Rasulullah s.a.w bersabda: “Kalau begitu
syahid di kalangan ummat ku sedikit”, Sahabat r.a berkata lagi, kalau begitu
siapakah mereka ya Rasulullah ? Rasulullah s.a.w bersabda: Barangsiapa yang
terbunuh di jalan Allah maka dia syahid, barang siapa yang mati di jalan Allah,
maka dia syahid, barangsiapa yang mati karena cacar maka dia syahid, siapa
yang mati terkena diare dia syahid “ (Shahih Muslim, Kitaabul Imaarah:3539)

Dua hadits diatas menerangkan syahid secara umum dan secara khusus. Imam
Nawawi dalam syarah hadits Muslim diatas menyebutkan:

Para ulama berkata : “Yang dimaksudkan syahid diatas adalah selain syahid Fie
sabilillah (terbunuh ketika berperang di jalan Allah), mereka itu di akhirat
memperoleh pahala para syuhada. Adapun di dunia, mereka dimandikan dan
dishalatkan.Dalam kitab Al-Iman telah dijelaskan masalah ini. Adapun syuhada,
terbagi kedalam Tiga jenis: Syahid dunia dan akhirat, yaitu yang terbunuh
ketika berperang melawan kafir, dan syahid akhirat , hukum dunia terhadapnya
tidak diperlakukan sebagaimana layaknya orang yang terbunuh di jalan Alah,
mereka inilah yang dimaksudkan syahid (secara umum) dalam hadits ini, dan
syahid dunia, yaitu orang yang berperang karena mencari ghanimah dan
berpaling dari peperangan.

1.Syahid Dunia Akhirat

Yang dimaksud syahid dunia akhirat adalah orang yang terbunuh ketika
berperang di jalan Allah dengan niat yang ikhlas, tidak ada unsure riya, tidak
juga berbuat ghulul (mencuri harta rampasan perang). Jenis inilah yang
merupakan syahid yang sempurna dan syahid yang paling utama, baginya
pahala dari sisi Allah Yang Maha Agung. Soal niat ikhlas atau tidaknya, hanya dia
yang bersangkutan dan Allah yang tahu. Manusia hanya menghukumi secara
zhahir bahwa dia mati terbunuh di jalan Allah. Sehingga dia layak disebut
sebagai syahid. Karenanya jenazahnya tidak perlu dimandikan,tidak perlu
dikafankan, tidak perlu disholatkan, ia hanya dikuburkan dengan pakaian
lengkap tatkala ia terbunuh syahid.

2.Syahid Dunia

Yaitu orang yang terbunuh ketika dia berperang, tetapi dia tidak ikhlas karena
Allah, bukan demi menegakkan kalimat Allah (Islam). Soal niatnya, manusia
selain dirinya tidak ada yang tahu. Akan tetapi ketika jasadnya ditemukan
terbunuh ketika berperang melawan kafir, maka ia dihukumi sebagai

http://orido.wordpress.com 23
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid

syahid.Untuk syahid jenis pertama dan kedua ini, terdapat beberapa pendapat.
Menurut pendapat Al-Ahnaf (Hanafiyah), mereka tidak dimandikan, tidak
dikafani tetapi disholatkan. Menurut Hanabilah (pengikut mazhab Hanbali)
mereka tidak dimandikan, tidak dikafankan dan tidak disholatkan. Menurut
Malikiyah : Mereka tidak dimandikan, tidak dikafankan, tidak juga di sholatkan.
Dan, menurut Syafi'iyah, bahwa mereka tidak dimandikan, tidak dimandikan
dan tidak pula disholatkan”

3.Syahid akhirat saja

Yaitu orang-orang yang mati karena tenggelam atau terbakar dan semisalnya,
sebagaimana terdapat dalam hadits-hadits Nabi. Orang yang termasuk kategori
ini dimandikan, dikafani juga disholatkan.[4]

Penyebutan nama Syahid

Mengatakan “si fulan syahid” bukan berarti menghukumi bahwa dia masuk
jannah (syurga), akan tetapi dimaksudkan untuk menentukan proses
pengurusan jenazah, bagaimana jenazah itu diperlakukan. Jika ternyata
memang syahid maka berlakulah ketentuan seperti disebutkan terdahulu.

Karena itu diperbolehkan menyebut si fulan syahid, dan hal ini telah menjadi
sesuatu yang biasa (dan diterima) di kalangan Ahlus Sayru Wal-Maghazi (para
pelaku Jihad sejak zaman awal) begitu pula ini berlaku di kalangan para penulis
kitab dan ilmu rijal (salah satu cabang dalam ilmu hadits), mereka menghukumi
bahwa orang-orang saat kematiannya memenuhi sebab-sebab kesyahidan, maka
dia disebut sebagai Syahid.[5]

Wallaahu A'lam Bish-Shawab

Al-faqir Wal-Haqir IlaLlaah

Referensi:
• Ensiklopedia Sembilan kitab Hadits (Kutubut Tis'ah).
• Tahdzib Masyaari'ul Asywaaq Ilaa Mashaa-ri'il UsySyaaq Fi Fadhaa-ilil Jihaad,
Syaikh Asy-Syahid Ibnu Nuhas Asy-Syafi'I.
• Aljihaadu Sabiiluna, Syaikh Abdul Baqi Ramdhun
• Ats-Tsamratul Jiyaad Fii Masaa-ili Fiqhil Jihaad, Abu Ibrahim Al-Mishri

Catatan Kaki:
[1] Ats-Tsamratul Jiyaad Fii Masaa-ili Fiq-hil Jihaad, hal 172.
[2] Tahdzin Masyaari'ul Asywaq Ilaa Mashaa ri'il Usy-Syaaq, hal 259.
[3] Ibid, hal 173.
[4] Aljihaadu Sabiiluna, Abdul Baqi Ramdhun, hal 155-156.
[5] Ats-Tsamratul Jiyaad Fii Masaa-ili Fiqhil Jihaad, hal 176.

http://orido.wordpress.com 24
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid

http://www.mail-archive.com/jamaah@arroyyan.com/msg03635.html

[Ar-Royyan-4776] Tanda-tanda Husnul Khatimah

agus rasidi
Fri, 01 Sep 2006 02:07:30 -0700

Tanda-tanda Husnul Khatimah


Written by Ummu Raihanah

Monday, 14 August 2006

Setiap hamba Allah yang berjalan diatas manhajnya yang lurus yang berusaha meneladani
kehidupan Rasulullah dan para sahabatnya ajmain tentu sangat mengharapkan akhir kesudahan
yang baik. Allah telah menetapkan tanda-tandanya dintara tanda-tanda husnul khatimah itu
adalah:

Pertama,mengucapkan kalimah syahadat ketika wafat


Rasulullah bersabda :"barangsiapa yang pada akhir kalimatnya mengucapkan "La ilaaha illallah"
maka ia dimasukkan kedalam surga" (HR. Hakim)

kedua, ketika wafat dahinya berkeringat


Ini berdasarkan hadits dari Buraidah Ibnul Khasib adalah Buraidah dahulu ketika di Khurasan,
menengok saudaranya yang tengah sakit, namun didapatinya ia telah wafat, dan terlihat pada
jidatnya berkeringat, kemudian ia berkata,"Allahu Akbar, sungguh aku telah mendengar
Rasulullah bersabda: Matinya seorang mukmin adalah dengan berkeringat dahinya" (HR. Ahmad,
AN-Nasai, at-Tirmidzi, Ibnu MAjah, Ibnu Hibban, Al-Hakim dan ath-Thayalusi dari Abdullah bin
Mas'ud)

ketiga, wafat pada malam jum'at


Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah "Tidaklah seorang muslim yang wafat pada hari jum'at
atau pada malam jum'at kecuali pastilah Allah menghindarkannya dari siksa kubur" (HR. Ahmad)

keempat, mati syahid dalam medan perang


Mengenai hal ini Allah berfirman:
"Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur dijalan Allah itu mati, bahkan mereka
hidup disisi Tuhan-Nya dengan mendapat rezeki, mereka dalam keadaan gembira disebabkan
karunia Allah yang diberikanNya kepada mereka dan mereka bergirang hati terhadap orang-
orang yang masih tinggal dibelakang yang belum menyusul mereka bahwa tidak ada
kekawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Mereka bergirang hati
dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahal
orang-orang yang beriman" (Ali Imraan:169-171) Adapun hadits-hadits Rasulullah shalallahu
alaihi wassalam yang berkenaan dengan masalah ini sangat banyak dijumpai diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Rasulullah bersabda:

http://orido.wordpress.com 25
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid

"Bagi orang yang mati syahid ada 6 keistimewaan yaitu: diampuni dosanya sejak mulai pertama
darahnya mengucur, melihat tempatnya didalam surga, dilindungi dari adzab kubur, dan
terjamin keamanannya dari malapetaka besar, merasakan kemanisan iman, dikawinkan dengan
bidadari, dan diperkenankan memeberikan syafa'at bagi 70 orang kerabatnya" (HR. at-Tirmidzi,
Ibnu Majah, dan Ahmad) 2. Seorang sahabat Rasulullah berkata: "Ada seorang laki-laki datang
kepada Rasulullah dan berkata: Wahai Rasulullah mengapa orang mukmin mengalami fitnah
dikuburan mereka kecuali yang mati syahid? beliau menjawab: Cukuplah ia menghadapi
gemerlapnya pedang diatas kepalanya sebagai fitnah" (HR. an-Nasai)
catatan:
Dapatlah memperoleh mati syahid asalkan permintaannya benar-benar muncul dari lubuk hati
dan penuh dengan keikhlasan, kendatipu ia tidak mendapatkan kesempatan mati syahid dalam
peperangan. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah: "Barang siapa yang memohon mati syahid
kepada Allah dengan sungguh-sungguh, maka Allah akan menyampaikannya derajat para
syuhada sekalipun ia mati diatas ranjangnya"(HR. Imam Muslim dan al-Baihaqi)

kelima, mati dalam peperangan fisabilillah


Ada dua hadist Rasulullah shalallahu alaihi wassalam:
1. Rasulullah bersabda:"Apa yang kalian katagorikan sebagai orang yang mati syahid diantara
kalian? mereka menjawab :Wahai Rasulullah yang kami anggap sebagai orang yang mati syahid
adalah siapa sja yang mati terbunuh dijalan Allah. Beliau bersabda:Kalau begitu ummatku yang
mati syahid sangatlah sedikit. Para sahabat kembali bertanya:Kalau begitu siapa sajakah dari
mereka yang mati syahid wahai Rasulullah? beliau menjawab: Barangsiapa yang terbunuh
dijalan Allah, yang mati sedang berjuang dijalan Allah, dan yang mati karena penyakit kolera,
yang mati karena penyakit perut (yakni disebabkan penyakit yang menyerang perut seperti
busung lapar, diare atau sejenisnya) maka dialah syahid dan orang-orang yang mati tenggelam
dialah syahid "(HR. Muslim, Ahmad, dan al-Baihaqi) 2. Rasulullah bersabda: Siapa saja yang
keluar dijalan Allah lalu mati atau terbunuh maka ia adalah mati syahid. Atau yang dibanting
oleh kuda atau untanya lalu mati atau digigit binatang beracun atau mati diatas ranjangnya
dengan kematian apapun yang dikehendaki Allah, maka ia pun syahid dan baginya surga" (HR.
Abu Daud,al-Hakim, dan al-Baihaqi)

keenam , mati disebabkan penyakit kolera.


Tentang ini banyak hadits Rasulullah meriwayatkannya diantaranya sebagai berikut: 1. Dari
Hafshah binti Sirin bahwa Anas bin MAlik berkata:"Bagaimana Yahya bin Umrah mati? Aku jawab:
"Karena terserang penyakit kolera" ia berkata:Rasulullah telah bersabda: penyakit kolera
adalah penyebab mati syahid bagi setiap muslim" (HR. Bukhari, ath-Thayalusi dan Ahmad) 2.
Aisyah bertanya kepada Rasulullah tentang penyakit kolera. Lalu beliau menjawab;"Adalah
dahulunya penyakit kolera merupakan adzab yang Allah timpakan kepada siapa saja yang
dikehendaki-Nya kemudia Dia jadikan sebagai rahmat bagi kaum mukmin. Maka tidaklah
seorang hamba yang dilanda wabah kolera lalu ia menetap dikampungnya dengan penuh
kesabaran dan mengetahui bahwa tidak akan menimpanya kecuali apa yang Allah tetapkan
baginya pahala orang yang mati syahid"(HR. Bukhari, al-Baihaqi dan Ahmad)

kedelapan,mati karena tenggelam.

kesembilan, mati karena tertimpa reruntuhan/tanah longsor.


Dalil dari 2 point diatas adalah berdasarkan sabda Rasulullah shalallahu alaihi wassalam: "Para
syuhada itu ada lima; orang yang mati karena wabah kolera, karena sakit perut, tenggelam,
tertimpa reruntuhan bangunan, dan syahid berperang dijalan Allah"
(HR.Imam Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi, dan Ahmad)

kesepuluh, perempuan yang meninggal karena melahirkan.


Ini berdasarkan hadits yang diberitakan dari Ubadah ibnush Shamit radhiyallahu anhu bahwa
Rasulullah shalallahu alaihi wassalam menjenguk Abdullah bin Rawahah yang tidak bisa
beranjak dari pembaringannya, kemudian beliau bertanya : "Tahukah kalian siapa syuhada dari

http://orido.wordpress.com 26
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid

ummatku? orang-orang yang ada menjawab:Muslim yang mati terbunuh" beliau bersabda:Kalau
hanya itu para syuhada dari ummatku hanya sedikit. Muslim yang mati terbunuh adalah syahid,
dan mati karena penyakit kolera adalah syahid, begitu pula perempuan yang mati karena
bersalin adalah syahid (anaknya yang akan menariknya dengan tali pusarnya kesurga)" (HR.
Ahmad, Darimi, dan ath-Thayalusi) menurut Imam Ahmad ada periwayatan seperti itu melalui
jalur sanad lain dalam Musnad-nya.

kesebelas, mati terbakar.

keduabelas, mati karena penyakit busung perut.


Tentang kedua hal ini banyak sekali riwayat, dan yang paling masyhur adalah dari Jabir bin Atik
secara marfu': "Para syuhada ada 7: mati terbunuh dijalan Allah, karena penyakit kolera adalah
syahid,mati tenggelam adalah syahid,karena busung lapar adalah syahid, karena penyakit perut
keracunan adalah syahid,karena terbakar adalah syahid, dan yang mati karena tertimpa
reruntuhan(bangunan atau tanah longsor) adalah syahid, serta wanita yang mati pada saat
mengandung adalah syahid"
(HR. Imam Malik, Abu Daud, An-Nasa'i, Ibnu MAjah dan Ahmad)

Ketigabelas, mati karena penyakit Tubercolosis (TBC).


Ini berdasarakan sabda Rasulullah shalallahu alaihi wassalam:
"Mati dijalan Allah adalah syahid, dan perempuan yang mati ketika tengah melahirkan adalah
syahid, mati karena terbakar adalah syahid, mati karena tenggelam adalah syahid, mati karena
penyakit TBC adalah syahid, dan mati karena penyakit perut adalah syahid"(HR.Thabrani)

keempatbelas, mati karena mempertahankan harta dari perampok.


Dalam hal ini banyak sekali haditsnya, diantaranya sebagai berikut:
1. "Barangsiapa yang mati karena mempertahankan hartanya (dalam riwayat lain; Barang siapa
menuntut hartanya yang dirampas lalu ia terbunuh) adalah syahid" (HR. Bukhari, Muslim, Abu
DAud, an-Nasa'i, at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad) 2. Abu Hurairah berkata, seorang laki-laki
datang kepada Nabi seraya berkata: "Ya, Rasulullah, beritahukanlah kepadaku bagaimana bila
ada seseorang yang datang dan akan merampas hartaku" beliau menjawab: 'jangan engkau
berikan' Ia bertanya; bagaimana kalau ia membunuhku? beliau menjawab; Engkau mati syahid.
Orang itu bertanya kembali,Bagaimana kalau aku yang membunuhnya? beliau menjawab; ia
masuk neraka"(HR. Imam Muslim, an-Nasa'i dan Ahmad)
3. Mukhariq berkata, seorang laki-laki datang kepada Nabi dan berkata :
"ada seorang laki-laki hendak merampas hartaku, beliau bersabda: Ingatkan dia akan Allah.
Orang itu bertanya: bila tetap saja tak mau berdzikir? beliau menjawab: Mintalah tolong orang
disekitarmu dalam mengatasinya.Orang itu bertanya lagi : Bila tidak saya dapati disekitarku
seorangpun? Beliau menjawab:Serahkan dan minta tolonglah kepada penguasa.Ia bertanya: Bila
penguasa itu jauh tempatnya dariku? beliau bersabda: berkelahilah dalam membela hartamu
hingga kau mati dan menjadi syahid atau mencegah hartamu dirampas"
(HR. An-Nasa'i, dan Ahmad)

kelimabelas dan keenambelas, mati dalam membela agama dan jiwa.


Dalam hal ini ada dua riwayat hadits sebagai berikut:
1.""Barangsiapa mati terbunuh dalam membela hartanya maka ia mati syahid, dan siapa saja
yang mati dalam membela keluarganya maka ia mati syahid, dan barang siapa yang mati dlam
rangka membela agama(keyakinannya) maka ia mati syahid, dan siapa saja yang mati
mempertahankan darah (jiwanya) maka ia syahid"
(HR. Abu Daud, an-Nasa'i, at-tirmidzi, dan Ahmad)
2. "Barangsiapa mati dalam rangka menuntut haknya maka ia mati syahid"
(HR. An-Nasa'i)

ketujuhbelas, mati dalam berjaga-jaga (waspada) dijalan Allah.


Dalam hal ini ada dua hadits dari Rasulullah shalallahu alaihi wasslam :

http://orido.wordpress.com 27
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid

1."Berjaga-jaga (waspada) dijalan Allah sehari semalam adalah lebih baik daripada berpuasa
selama sebulan dengan mendirikan (shalat) pada malam harinya. Apabila ia mati, maka
mengalirkan pahala amalannya yang dahulu dilakukannya dan juga rezekinya serta aman dari
siksa kubur(fitnah kubur)"
(HR. Imam Muslim, an-Nasa'i, Tirmidzi, Hakim dan Ahmad)
2. "setiap orang yang meninggal akan disudahi amalannya kecuali orang yang mati dalam
berjaga-jaga dijalan Alllah, maka amalannya dikembangkan hingga tiba hari kiamat nanti serta
terjaga dari fitnah kubur"
(HR. ABu Daud, Tirmidzi, Hakim, dan Ahmad)

kedelapanbelas, orang yang meninggal pada saat mengerjakan amal shaleh.


Ini berdasarkan sabda Rasulullah shalallahu alaihi wassalam:
"Barangsiapa mengucapkan 'laa ilaaha illallah' dengan berharap akan keridhaan Allah, dan
diakhir hidupnya mengucapkannya, maka ia akan masuk surga. Dan, barangsiapa yang berpuasa
sehari mengharap keridhaan Allah kemudian mengakhiri hidupnya dengannya (puasa), maka ia
masuk surga. Dan barangsiapa bersedekah mencari ridha Allah dan menyudahinya dengan
(sedekah) maka ia akan masuk surga"
(HR. Ahmad)
tammat walhamdulillahi rabbil alamiin. Mudah-mudahan Allah menjadikan akhir hidup kita
husnul khatimah dan memasukkannya dalam golongan orang-orang yang mati syahid amin.

dikutip dari kitab "Tuntunan Lengkap Mengurus Jenazah " hal:52-55 M. Nashiruddin Al-Albani,
Gema Insani Press, Jakarta,1999

http://orido.wordpress.com 28

You might also like