Professional Documents
Culture Documents
30Apr08
alhamdulillah..
tadi malem udh aqiqah.. walo sempet ngaret
karena ustadz nya terlambat gara-gara lupa..
heheh..
tiga point penting dalam melaksanakan aqiqah
udh terlewati..
aRtikelteRkait:
• aku datang…
• [HOTD] aRti sebuah nama
• [DOA] dijadikan khusnul khatimah
• [HOTD] anak shOleh
• ZamdiAhmadMajid
• yeeeeeeeeeeeeee…
Links:
[Aqiqah]
http://id.wikipedia.org/wiki/Aqiqah
http://orido.wordpress.com 1
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid
http://id.wikipedia.org/wiki/Aqiqah
Aqiqah
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Aqiqah berasal dari kata ‘Aqq yang berarti memutus dan melubangi, dan ada
yang mengatakan bahwa aqiqah adalah nama bagi hewan yang disembelih,
dinamakan demikian karena lehernya dipotong, dan dikatakan juga bahwa ia
adalah rambut yang dibawa si bayi ketika lahir. Adapun maknanya secara
syari’at adalah hewan yang disembelih untuk menebus bayi yang dilahirkan.[1]
Hukum aqiqah menurut pendapat yang paling kuat adalah sunnah muakkadah,
dan ini adalah pendapat Jumhur Ulama, berdasarkan anjuran Rasululloh
Shallallaahu alaihi wa Sallam dan praktek langsung beliau Shallallaahu alaihi wa
Sallam. “Bersama anak laki-laki ada aqiqah, maka tumpahkan (penebus)darinya
darah (sembelihan) dan bersihkan darinya kotoran (Maksudnya cukur
rambutnya).” (HR: Ahmad, Al Bukhari dan Ashhabus Sunan)
http://orido.wordpress.com 2
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid
Hikmah Aqiqah[2]
Hewan Sembelihannya[3]
Hewan yang dibolehkan disembelih untuk aqiqah adalah sama seperti hewan
yang dibolehkan disembelih untuk qurban, dari sisi usia dan kriteria.
Imam Malik berkata: Aqiqah itu seperti layaknya nusuk (sembeliah denda
larangan haji) dan udhhiyah (qurban), tidak boleh dalam aqiqah ini hewan yang
picak, kurus, patah tulang, dan sakit. Imam Asy Syafiiy berkata: Dan harus
dihindari dalam hewan aqiqah ini cacat-cacat yang tidak diperbolehkan dalam
qurban.
Ibnu Abdul Barr berkata: Para ulama telah ijma bahwa di dalam aqiqah ini tidak
diperbolehkan apa yang tidak diperbolehkan di dalam udhhiyah, (harus) dari Al
Azwaj Ats Tsamaniyyah (kambing, domba, sapi dan unta), kecuali pendapat
yang ganjil yang tidak dianggap.
http://orido.wordpress.com 3
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid
Kadar aqiqah yang mencukupi adalah satu ekor baik untuk laki-laki atau pun
untuk perempuan, sebagaimana perkataan Ibnu Abbas rahimahulloh:
“Sesungguh-nya Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam mengaqiqahi Hasan dan
Husain satu domba satu domba.” (Hadits shahih riwayat Abu Dawud dan Ibnu Al
Jarud)
Ini adalah kadar cukup dan boleh, namun yang lebih utama adalah mengaqiqahi
anak laki-laki dengan dua ekor, ini berdasarkan hadits-hadits berikut ini:
Dan karena kebahagian dengan mendapatkan anak laki-laki adalah berlipat dari
dilahirkannya anak perempuan, dan dikarenakan laki-laki adalah dua kali lipat
wanita dalam banyak hal.
Waktu Pelaksanaannya[5]
Pelaksanaan aqiqah disunnahkan pada hari yang ketujuh dari kelahiran, ini
berdasarkan sabda Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam, yang artinya: “Setiap
anak itu tergadai dengan hewan aqiqahnya, disembelih darinya pada hari ke
tujuh, dan dia dicukur, dan diberi nama.” (HR: Imam Ahmad dan Ashhabus
Sunan, dan dishahihkan oleh At Tirmidzi)
Dan bila tidak bisa melaksanakannya pada hari ketujuh, maka bisa dilaksanakan
pada hari ke empat belas, dan bila tidak bisa, maka pada hari ke dua puluh
satu, ini berdasarkan hadits Abdullah Ibnu Buraidah dari ayahnya dari Nabi
Shallallaahu alaihi wa Sallam, beliau berkata yang artinya: “Hewan aqiqah itu
disembelih pada hari ketujuh, ke empat belas, dan ke dua puluh satu.” (Hadits
hasan riwayat Al Baihaqiy)
Namun setelah tiga minggu masih tidak mampu maka kapan saja
pelaksanaannya di kala sudah mampu, karena pelaksanaan pada hari-hari ke
tujuh, ke empat belas dan ke dua puluh satu adalah sifatnya sunnah dan paling
utama bukan wajib. Dan boleh juga melaksanakannya sebelum hari ke tujuh.
http://orido.wordpress.com 4
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid
Bayi yang meninggal dunia sebelum hari ketujuh disunnahkan juga untuk
disembelihkan aqiqahnya, bahkan meskipun bayi yang keguguran dengan syarat
sudah berusia empat bulan di dalam kandungan ibunya.
Aqiqah adalah syari’at yang ditekan kepada ayah si bayi. Namun bila seseorang
yang belum di sembelihkan hewan aqiqah oleh orang tuanya hingga ia besar,
maka dia bisa menyembelih aqiqah dari dirinya sendiri, Syaikh Shalih Al Fauzan
berkata: Dan bila tidak diaqiqahi oleh ayahnya kemudian dia mengaqiqahi
dirinya sendiri maka hal itu tidak apa-apa menurut saya, wallahu ‘Alam.
Sumber Rujukan
• Subulussalam (4/189, 4/190, 4/194)
• Al Asilah Wal Ajwibah Al Fiqhiyyah (3/33-35, 3/39-40)
• Mukhtashar Al Fiqhil Islamiyy 600
• Tuhfatul Wadud Fi Ahkamil Maulud, Ibnu Al Qayyim 46-47
• Al Muntaqaa 5/195-196
• Mulakhkhash Al Fiqhil Islamiy 1/318
• Fatawa Islamiyyah 2/324-327; Irwaul Ghalil (4/389, 4/405)
• Minhajul Muslim, Abu Bakar Al Jazairiy 437
http://yadisyahid.web.id/?p=18
http://orido.wordpress.com 5
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid
Hari ini mungkin hari yang berbahagia bagi keluargaku tapi bagi
diriku ada sedikit kesedihan. Tepat 21 hari kelahiran putri
pertamaku Nabila Nur Zahra. Disaat istri dan keluarga sedang
melaksanakan prosesi aqiqahan dibandung, diriku nggak bisa hadir.
Hari ini ada ujian akhir semester di kampus yang harus aku ikuti.
Tapi yang jelas semuanya sudah diatur beberapa hari sebelum hari
H, sehingga walaupun diriku nggak hadir acaranya tetap jalan dan kambing
aqiqahan bisa dibagikan ketetangga dan fakir miskin yang ada disekitar rumah.
Kebetulan karena tidak ingin merepotkan ayah dan mama, aku harus pesan
kambing yang sudah siap disajikan ( dijadikan sate dan gulai siap saji ) dari
Dompet Sosial Ummul Quro Bandung.
Saya ingin sedikit sharing mengenai pentingnya aqiqahan bagi sebuah keluarga
muslim dengan kehadiran buah hatinya, baik itu laki-laki maupun perempuan.
14 abad yang lalu Rasulullah SAW sudah memberi contoh bagaimana prosesi
aqiqahan dilaksanakan.
1. Makna Aqiqah
Satu ketika al-Maimûni bertanya kepada Imam Ahmad, “Jika ada orang yang
belum diaqiqahi apakah ketika besar ia boleh mengaqiqahi dirinya sendiri?”
Imam Ahmad menjawab, “Menurutku, jika ia belum diaqiqahi ketika kecil,
maka lebih baik melakukannya sendiri saat dewasa. Aku tidak menganggapnya
makruh.”
Para pengikut Imam Syafi’i juga berpendapat demikian. Menurut mereka, anak-
anak yang sudah dewasa yang belum diaqiqahi oleh orang tuanya, dianjurkan
baginya untuk melakukan aqiqah sendiri.” [1]
http://orido.wordpress.com 6
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid
Dalam pelaksanaan aqiqah sebaiknya dilakukan sendiri oleh orang tua bayi.
Kalau ingin menitipkannya kepada orang lain, kita harus yakin bahwa hal
tersebut dilakukan sesuai dengan tuntutan syari’ah. Jangan sampai kita
menitipkan sejumlah uang kepada suatu lembaga atau perorangan, kemudian
uang tersebut dibagikan langsung sebagai pengganti daging. Praktek yang
demikian tentunya tidak sesuai dengan tuntunan sunnah yang mensyaratkan
adanya penyembelihan hewan dalam pelaksanaan aqiqah. [3]
2. Mencukur Rambut
Mencukur rambut bayi merupakan sunah Mu’akkad, baik untuk bayi laki-laki
maupun bayi perempuan yang pelaksanaannya dilakukan pada hari ketujuh dari
kelahiran dan alangkah lebih baik jika dilaksanakan berbarengan dengan
aqiqah.
Kemudian rambut yang telah dipotong tersebut ditimbang dan kita disunahkan
untuk bersedekah dengan perak sesuai dengan berat timbangan rambut bayi
tersebut. Ini sesuai dengan perintah Rasulullah SAW kepada puterinya fatimah
RA :
http://orido.wordpress.com 7
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid
3. Pemberian Nama
Dari Abu Hurairoh Ra, dari Nabi SAW beliau bersabda: “Kemudian Aslam semoga
Alloh menyelamatkannya dan Ghifar semoga Alloh mengampuninya” (HR.
Bukhori 3323, 3324 dan Muslim 617)
Dari Said bin Musayyib dari bapaknya dari kakeknya Ra, ia berkata: Aku datang
kepada Nabi SAW, beliau pun bertanya: “Siapa namamu?” Aku jawab: “Hazin”
Nabi berkata: “Namamu Sahl” Hazn berkata: “Aku tidak akan merobah nama
pemberian bapakku” Ibnu Al-Musayyib berkata: “Orang tersebut senantiasa
bersikap keras terhadap kami setelahnya” (HR. Bukhori 5836) (At-Thiflu Wa
Ahkamuhu/Ahmad Al-’Isawiy hal 65)
Oleh karena itu, Rasululloh SAW memberikan petunjuk nama apa saja yang
sebaiknya diberikan kepada anak-anak kita. Antara lain:
Dari Jabir Ra dari Nabi SAW beliau bersabda: “Namailah dengan namaku dan
jangnlah engkau menggunakan kun-yahku” (HR. Bukhori 2014 dan Muslim 2133)
http://orido.wordpress.com 8
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid
Referensi :
1. www.syariahonline.com
2. www.organisasi.org
3. Athiflu Wa Ahkamuhu
http://dida.vbaitullah.or.id/islam/buku/aqiqah/aqiqah.html#toc3
Aqiqah
Abu Muhammad 'Ishom bin Mar'i
17 Maret 2003
Disalin ringkas kembali dari kitab Ahkamul Aqiqah karya Abu Muhammad 'Ishom bin Mar'i, terbitan
Maktabah as-Shahabah, Jeddah, Saudi Arabia, dan diterjemahkan oleh Mustofa Mahmud Adam al-
Bustoni, dengan judul Aqiqah terbitan Titian Ilahi Press, Yogjakarta, 1997. Tanggal yang tertera adalah
tanggal pembuatan file ini ke dalam format PDF dan html oleh Adinda Praditya
1. Pengertian Aqiqah
Imam Ahmad dan jumhur ulama berpendapat bahwa apabila ditinjau dari segi
syar'i maka yang dimaksud dengan aqiqah adalah makna berkurban atau
menyembelih (an-nasikah).
1. Hadist no.1: Dari Salman bin Amir Ad-Dhabiy, dia berkata: Rasulullah Shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Aqiqah dilaksanakan karena kelahiran bayi, maka
http://orido.wordpress.com 9
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid
"Jumhur ulama berdalil atas sunnahnya aqiqah dengan hadist Nabi ..."
berdasarkan hadist no.5 dari 'Amir bin Syu'aib. Bantahan Terhadap Orang yang
Mengingkari dan Membid'ahkan Aqiqah Ibnul Mundzir rahimahullah membantah
mereka dengan mengatakan bahwa: "Orang-orang Aqlaniyyun (orang-orang yang
mengukur kebenaran dengan akalnya, saat ini seperti sekelompok orang yang
menamakan sebagai kaum Islam Liberal, pen) mengingkari sunnahnya aqiqah,
http://orido.wordpress.com 10
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid
pendapat mereka ini jelas menyimpang jauh dari hadist-hadist yang tsabit
(shahih) dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam karena berdalih dengan
hujjah yang lebih lemah dari sarang laba-laba." [Sebagaimana dinukil oleh
Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam kitabnya Tuhfatul Maudud hal.20, dan Ibnu
Hajar al-Asqalani dalam Fathul Bari (9/588)].
• Waktu Aqiqah Pada Hari Ketujuh Berdasarkan hadist no.2 dari Samurah
bin Jundab.
Para ulama berpendapat dan sepakat bahwa waktu aqiqah yang paling utama
adalah hari ketujuh dari hari kelahirannya. Namun mereka berselisih pendapat
tentang bolehnya melaksanakan aqiqah sebelum hari ketujuh atau sesudahnya.
Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata dalam kitabnya Fathul Bari (9/594):
Pendapat ini dinukil dari Ibnu Hazm dalam kitabnya al-Muhalla 7/527.
Sebagian ulama lainnya membatasi waktu pada hari ketujuh dari hari
kelahirannya. Jika tidak bisa melaksanakannya pada hari ketujuh maka boleh
pada hari ke-14, jika tidak bisa boleh dikerjakan pada hari ke-21. Berdalil dari
riwayat Thabrani dalam kitab As-Shagir (1/256) dari Ismail bin Muslim dari
Qatadah dari Abdullah bin Buraidah:
"Kurban untuk pelaksanaan aqiqah, dilaksanakan pada hari ketujuh atau hari
ke-14 atau hari ke-21." [Penulis berkata: "Dia (Ismail) seorang rawi yang lemah
karena jelek hafalannya, seperti dikatakan oleh al-Hafidz Ibnu Hajar dalam
Fathul Bari (9/594)." Dan dijelaskan pula tentang kedhaifannya bahkan hadist
ini mungkar dan mudraj]
http://orido.wordpress.com 11
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid
Adapun hadist tentang perintah untuk bersedekah dengan emas, ini adalah
hadit dhoif.
Tidak Ada Tuntunan Bagi Orang Dewasa Mengaqiqahi Dirinya Sendiri Sebagian
ulama mengatakan : "Seseorang yang tidak diaqiqahi pada masa kecilnya maka
boleh melakukannya sendiri ketika sudah dewasa."
Sebenarnya mereka tidak punya hujjah sama sekali karena hadistnya dhaif dan
mungkar. Telah dijelaskan pula bahwa nasikah atau aqiqah hanya pada satu
waktu (tidak ada waktu lain) yaitu pada hari ketujuh dari hari kelahirannya.
Tidak diragukan lagi bahwa ketentuan waktu aqiqah ini mencakup orang
dewasa maupun anak kecil.
• Aqiqah untuk Anak Laki-laki Dua Kambing dan Perempuan Satu Kambing
Berdasarkan hadist no.3 dan no.5 dari Aisyah dan 'Amr bin Syu'aib.
Setelah menyebutkan dua hadist diatas, al-Hafidz Ibnu Hajar berkata dalam
Fathul Bari (9/592): "Semua hadist yang semakna dengan ini menjadi hujjah
bagi jumhur ulama dalam membedakan antara bayi laki-laki dan bayi
perempuan dalam masalah aqiqah."
Penulis berkata: "Ketetapan ini (bayi laki-laki dua kambing dan perempuan satu
kambing) tidak diragukan lagi kebenarannya."
http://orido.wordpress.com 12
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid
Tetapi al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata dalam kitabnya Fathul Bari
(9/592): ..meskipun hadist riwayat Ibnu Abbas itu tsabit (shahih), tidaklah
menafikan hadist mutawatir yang menentukan dua kambing untuk bayi laki-
laki. Maksud hadist itu hanyalah untuk menunjukkan bolehnya mengaqiqahi
bayi laki-laki dengan satu kambing.
Sunnah ini hanya berlaku untuk orang yang tidak mampu melaksanakan aqiqah
dengan dua kambing. Jika dia mampu maka sunnah yang shahih adalah laki-laki
dengan dua kambing.
4.2 Persyaratan Kambing Aqiqah Tidak Sama dengan Kambing Kurban (Idul
http://orido.wordpress.com 13
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid
http://orido.wordpress.com 14
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid
Dari Aisyah berkata: Dahulu ahlul kitab pada masa jahiliyah, apabila
mau mengaqiqahi bayinya, mereka mencelupkan kapas pada darah
sembelihan hewan aqiqah. Setelah mencukur rambut bayi tersebut,
mereka mengusapkan kapas tersebut pada kepalanya! Maka
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jadikanlah
(gantikanlah) darah dengan khuluqun (sejenis minyak wangi)."
[Shahih, diriwayatkan oleh Ibnu Hibban (5284), Abu Dawud (2743),
dan disahihkan oleh Hakim (2/438)]
http://orido.wordpress.com 15
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid
Dari Aisyah dia berkata: " ...termasuk sunnah aqiqah yaitu tidak
menghancurkan tulang sembelihannya... " [Hadist Dhaif, mungkar
dan mudraj, HR. Hakim (4/283]
Kedua hadist diatas tidak boleh dijadikan dalil karena keduanya tidak
shahih. [lihat kitab Al-Muhalla oleh Ibnu Hazm (7/528-529)].
http://orido.wordpress.com 16
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid
4.6 Jika Aqiqah Bertepatan dengan Idul Qurban, Maka Tidak Sah Kalau
Penulis berkata: "Dalam masalah ini pendapat yang benar adalah tidak sah
menggabungkan niat aqiqah dengan kurban, kedua-duanya harus dikerjakan.
Sebab aqiqah dan adhiyah (kurban) adalah bentuk ibadah yang tidak sama jika
ditinjau dari segi bentuknya dan tidak ada dalil yang menjelaskan sahnya
mengerjakan salah satunya dengan niat dua amalan sekaligus. Sedangkan
sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam
dan Allah Ta'ala tidak pernah lupa."
4.7 Tidak Sah Aqiqah Seseorang yang Bersedekah dengan Harga Daging
Sembelihannya Sekalipun Lebih Banyak
http://orido.wordpress.com 17
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid
harganya dan ini termasuk perbuatan bid'ah yang mungkar! Dan sebaik-
baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam"
Diantara bid'ah yang sering dikerjakan khususnya oleh ahlu ilmu adalah
memberikan ceramah yang berkaitan dengan hokum aqiqah dan adab-adabnya
serta yang berkaitan dengan masalah kelahiran ketika berkumpulnya orang
banyak (undangan) di acara aqiqahan pada hari ketujuh.
Jadi saat undangan pada berkumpul di acara aqiqahan, mereka membuat suatu
acara yang berisi ceramah, rangkaian do'a-do'a, dan bentuk-bentuk seperti
ibadah lainnya, yang mereka meyakini bahwa semuanya termasuk dari amalan
yang baik, padahal tidak lain hal itu adalah bid'ah, (pen).
Perbuatan semacam itu tidak pernah dicontohkan dalam sunnah yang shahih
bahkan dalam dhaif sekalipun!! Dan tidak pernah pula dikerjakan oleh Salafush
Sholih rahimahumulloh. Seandainya perbuatan ini baik niscaya mereka sudah
terlebih dahulu mengamalkannya daripada kita. Dan ini termasuk dalam hal
bid'ah-bid'ah lainnya yang sering dikerjakan oleh sebagian masyarakat kita dan
telah masuk sampai ke depan pintu rumah-rumah kita, (pen) !!
http://www.pesantrenvirtual.com/index.php?option=com_content&task=view&id=953
&Itemid=1
Syariat 'Aqiqah
Oleh: Dewan Asatidz
http://orido.wordpress.com 18
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid
namun jika tidak mampu maka 1 ekor kambing untuk 'Aq أqah anak laki-lakinya
juga diperbolehkan dan mendapat pahala. Wall أ¢hu A'lam.
Kata 'Aqiqah berasal dari bahasa arab. Secara etimologi, ia berarti 'memutus'.
'Aqqa wi¢lidayhi, artinya jika ia memutus (tali silaturahmi) keduanya. Dalam
istilah, 'Aqiqah berarti "menyembelih kambing pada hari ketujuh (dari kelahiran
seorang bayi) sebagai ungkapan rasa syukur atas rahmat Allah swt berupa
kelahiran seorang anak".
'Aqiqah merupakan salah satu hal yang disyariatkan dalam agama islam. Dalil-
dalil yang menyatakan hal ini, di antaranya, adalah Hadits Rasulullah saw,
"Setiap anak tertuntut dengan 'Aqiqah-nya'?. Ada Hadits lain yang menyatakan,
"Anak laki-laki ('Aqiqah-nya dengan 2 kambing) sedang anak perempuan
('Aqiqah-nya) dengan 1 ekor kambing'?. Status hukum 'Aqiqah adalah sunnah.
Hal tersebut sesuai dengan pandangan mayoritas ulama, seperti Imam Syafi'i,
Imam Ahmad dan Imam Malik, dengan berdasarkan dalil di atas. Para ulama itu
tidak sependapat dengan yang mengatakan wajib, dengan menyatakan bahwa
seandainya 'Aqiqah wajib, maka kewajiban tersebut menjadi suatu hal yang
sangat diketahui oleh agama. Dan seandainya 'Aqiqah wajib, maka Rasulullah
saw juga pasti telah menerangkan akan kewajiban tersebut.
Beberapa ulama seperti Imam Hasan Al-Bashri, juga Imam Laits, berpendapat
bahwa hukum 'Aqiqah adalah wajib. Pendapat ini berdasarkan atas salah satu
Hadits di atas, "Kullu ghuli¢min murtahanun bi 'aqiqatihi'? (setiap anak
tertuntut dengan 'Aqiqah-nya), mereka berpendapat bahwa Hadits ini
menunjukkan dalil wajibnya 'Aqiqah dan menafsirkan Hadits ini bahwa seorang
anak tertahan syafaatnya bagi orang tuanya hingga ia di-'Aqiqah-i. Ada juga
sebagian ulama yang mengingkari disyariatkannya (masyri»'iyyat) 'Aqiqah,
tetapi pendapat ini tidak berdasar sama sekali. Dengan demikian, pendapat
mayoritas ulama lebih utama untuk diterima karena dalil-dalilnya, bahwa
'Aqiqah adalah sunnah.
Bagi seorang ayah yang mampu hendaknya menghidupkan sunnah ini hingga ia
mendapat pahala. Dengan syariat ini, ia dapat berpartisipasi dalam
menyebarkan rasa cinta di masyarakat dengan mengundang para tetangga
dalam walimah 'Aqiqah tersebut.
http://orido.wordpress.com 19
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid
hari keempat, atau kedelapan ataupun kesepuluh ataupun sesudahnya maka hal
itu dibolehkan.
Menurut hemat penulis, jika seorang ayah mampu untuk menyembelih 'Aqiqah
pada hari ketujuh, maka sebaiknya ia menyembelihnya pada hari tersebut.
Namun, jika ia tidak mampu pada hari tersebut, maka boleh baginya untuk
menyembelihnya pada waktu kapan saja. 'Aqiqah anak laki-laki berbeda dengan
'Aqiqah anak perempuan. Ini merupakan pendapat mayoritas ulama, sesuai
Hadits yang telah kami sampaikan di atas. Sedangkan Imam Malik berpendapat
bahwa 'Aqiqah anak laki-laki sama dengan 'Aqiqah anak perempuan, yaitu sama-
sama 1 ekor kambing. Pendapat ini berdasarkan riwayat bahwa Rasulullah saw
meng-'Aqiqah- i Sayyidina Hasan dengan 1 ekor kambing, dan Sayyidina Husein
'“keduanya adalah cucu beliau saw'” dengan 1 ekor kambing.
***
Ada perbedaan lain antara 'Aqiqah dengan Qurban, kalau daging Qurban dibagi-
bagikan dalam keadaan mentah, sedangkan 'Aqiqah dibagi-bagikan dalam
keadaan matang. Kita dapat mengambil hikmah syariat 'Aqiqah. Yakni, dengan
http://orido.wordpress.com 20
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid
http://www.arrahmah.info/blog/pembagian-jenis-syahid/
Definisi:
”Syahid ialah orang yang meninggal, tetapi jenazahnya tidak dimandikan dan
tidak disholatkan: Ini disebabkan karena terbunuh ketika memerangi kafir, baik
terbunuh oleh kafir, atau terkena senjata nyasar kaum muslimin, atau bahkan
terkena senjatanya sendiri, atau terjatuh dari kendaraannya, atau disengat
binatang berbisa lalu mati, atau tergilas kendaraan perang kaum Muslimin atau
selainnya, atau terkena senjata nyasar yang tidak diketahui apakah itu senjata
Muslim atau senjata kafir, atau orang yang didapati terbunuh seusai peperangan
dan tidak diketahui sebab kematiannya, baik pada tubuhnya terdapat darah
http://orido.wordpress.com 21
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid
atau tidak, baik kematiannya saat itu atau setelah itu, kemudian meninggal
dengan sebab-sebab tersebut sebelum pertempuran usai “ (Lihat Al-Majmu'
Syarhul Muhadzdzab 1/261). Adapun pengertian syahid secara umum, orang
yang disebut sebagai syahid ialah mereka yang hilang nyawanya demi
meninggikan (memperjuangkan) kalimat Allah[1].
Jadi makna syahid (assyahiid) adalah Syaahid (Asy-Syaahid), yaitu berarti saksi,
dan juga hadir (berada) di jannah. Imam Al-Qurthubi berkata: “Inilah pendapat
yang benar” [2].
Diantara pengertian 'syahid' yang lebih kuat menurut Abu Ibrahim Al-Mishri
ialah:
“Karena dia memiliki saksi (syahid) atas kematiannya. Saksi itu adalah
darahnya sendiri, karena di hari kiamat nanti ia akan dibangkitkan oleh Allah
dengan lukanya yang mengalirkan darah” (Lihat Al-Majmu' An-Nawawi 1/277).
Tetapi ia juga menyebutkan bahwa adakalanya orang yang syahid lukanya tak
memancarkan darah. Wallahu A'lam. [3]
Jenis-jenis Syahid:
http://orido.wordpress.com 22
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid
“Dari Abu Hurairah r.a, katanya, Rasulullah s.a.w bersabda: Apa yang kalian
ketahui tentang syahid?” Sahabat r.a menjawab: Barangsiapa yang terbunuh di
jalan Allah maka dia syahid” Lalu Rasulullah s.a.w bersabda: “Kalau begitu
syahid di kalangan ummat ku sedikit”, Sahabat r.a berkata lagi, kalau begitu
siapakah mereka ya Rasulullah ? Rasulullah s.a.w bersabda: Barangsiapa yang
terbunuh di jalan Allah maka dia syahid, barang siapa yang mati di jalan Allah,
maka dia syahid, barangsiapa yang mati karena cacar maka dia syahid, siapa
yang mati terkena diare dia syahid “ (Shahih Muslim, Kitaabul Imaarah:3539)
Dua hadits diatas menerangkan syahid secara umum dan secara khusus. Imam
Nawawi dalam syarah hadits Muslim diatas menyebutkan:
Para ulama berkata : “Yang dimaksudkan syahid diatas adalah selain syahid Fie
sabilillah (terbunuh ketika berperang di jalan Allah), mereka itu di akhirat
memperoleh pahala para syuhada. Adapun di dunia, mereka dimandikan dan
dishalatkan.Dalam kitab Al-Iman telah dijelaskan masalah ini. Adapun syuhada,
terbagi kedalam Tiga jenis: Syahid dunia dan akhirat, yaitu yang terbunuh
ketika berperang melawan kafir, dan syahid akhirat , hukum dunia terhadapnya
tidak diperlakukan sebagaimana layaknya orang yang terbunuh di jalan Alah,
mereka inilah yang dimaksudkan syahid (secara umum) dalam hadits ini, dan
syahid dunia, yaitu orang yang berperang karena mencari ghanimah dan
berpaling dari peperangan.
Yang dimaksud syahid dunia akhirat adalah orang yang terbunuh ketika
berperang di jalan Allah dengan niat yang ikhlas, tidak ada unsure riya, tidak
juga berbuat ghulul (mencuri harta rampasan perang). Jenis inilah yang
merupakan syahid yang sempurna dan syahid yang paling utama, baginya
pahala dari sisi Allah Yang Maha Agung. Soal niat ikhlas atau tidaknya, hanya dia
yang bersangkutan dan Allah yang tahu. Manusia hanya menghukumi secara
zhahir bahwa dia mati terbunuh di jalan Allah. Sehingga dia layak disebut
sebagai syahid. Karenanya jenazahnya tidak perlu dimandikan,tidak perlu
dikafankan, tidak perlu disholatkan, ia hanya dikuburkan dengan pakaian
lengkap tatkala ia terbunuh syahid.
2.Syahid Dunia
Yaitu orang yang terbunuh ketika dia berperang, tetapi dia tidak ikhlas karena
Allah, bukan demi menegakkan kalimat Allah (Islam). Soal niatnya, manusia
selain dirinya tidak ada yang tahu. Akan tetapi ketika jasadnya ditemukan
terbunuh ketika berperang melawan kafir, maka ia dihukumi sebagai
http://orido.wordpress.com 23
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid
syahid.Untuk syahid jenis pertama dan kedua ini, terdapat beberapa pendapat.
Menurut pendapat Al-Ahnaf (Hanafiyah), mereka tidak dimandikan, tidak
dikafani tetapi disholatkan. Menurut Hanabilah (pengikut mazhab Hanbali)
mereka tidak dimandikan, tidak dikafankan dan tidak disholatkan. Menurut
Malikiyah : Mereka tidak dimandikan, tidak dikafankan, tidak juga di sholatkan.
Dan, menurut Syafi'iyah, bahwa mereka tidak dimandikan, tidak dimandikan
dan tidak pula disholatkan”
Yaitu orang-orang yang mati karena tenggelam atau terbakar dan semisalnya,
sebagaimana terdapat dalam hadits-hadits Nabi. Orang yang termasuk kategori
ini dimandikan, dikafani juga disholatkan.[4]
Mengatakan “si fulan syahid” bukan berarti menghukumi bahwa dia masuk
jannah (syurga), akan tetapi dimaksudkan untuk menentukan proses
pengurusan jenazah, bagaimana jenazah itu diperlakukan. Jika ternyata
memang syahid maka berlakulah ketentuan seperti disebutkan terdahulu.
Karena itu diperbolehkan menyebut si fulan syahid, dan hal ini telah menjadi
sesuatu yang biasa (dan diterima) di kalangan Ahlus Sayru Wal-Maghazi (para
pelaku Jihad sejak zaman awal) begitu pula ini berlaku di kalangan para penulis
kitab dan ilmu rijal (salah satu cabang dalam ilmu hadits), mereka menghukumi
bahwa orang-orang saat kematiannya memenuhi sebab-sebab kesyahidan, maka
dia disebut sebagai Syahid.[5]
Referensi:
• Ensiklopedia Sembilan kitab Hadits (Kutubut Tis'ah).
• Tahdzib Masyaari'ul Asywaaq Ilaa Mashaa-ri'il UsySyaaq Fi Fadhaa-ilil Jihaad,
Syaikh Asy-Syahid Ibnu Nuhas Asy-Syafi'I.
• Aljihaadu Sabiiluna, Syaikh Abdul Baqi Ramdhun
• Ats-Tsamratul Jiyaad Fii Masaa-ili Fiqhil Jihaad, Abu Ibrahim Al-Mishri
Catatan Kaki:
[1] Ats-Tsamratul Jiyaad Fii Masaa-ili Fiq-hil Jihaad, hal 172.
[2] Tahdzin Masyaari'ul Asywaq Ilaa Mashaa ri'il Usy-Syaaq, hal 259.
[3] Ibid, hal 173.
[4] Aljihaadu Sabiiluna, Abdul Baqi Ramdhun, hal 155-156.
[5] Ats-Tsamratul Jiyaad Fii Masaa-ili Fiqhil Jihaad, hal 176.
http://orido.wordpress.com 24
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid
http://www.mail-archive.com/jamaah@arroyyan.com/msg03635.html
agus rasidi
Fri, 01 Sep 2006 02:07:30 -0700
Setiap hamba Allah yang berjalan diatas manhajnya yang lurus yang berusaha meneladani
kehidupan Rasulullah dan para sahabatnya ajmain tentu sangat mengharapkan akhir kesudahan
yang baik. Allah telah menetapkan tanda-tandanya dintara tanda-tanda husnul khatimah itu
adalah:
http://orido.wordpress.com 25
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid
"Bagi orang yang mati syahid ada 6 keistimewaan yaitu: diampuni dosanya sejak mulai pertama
darahnya mengucur, melihat tempatnya didalam surga, dilindungi dari adzab kubur, dan
terjamin keamanannya dari malapetaka besar, merasakan kemanisan iman, dikawinkan dengan
bidadari, dan diperkenankan memeberikan syafa'at bagi 70 orang kerabatnya" (HR. at-Tirmidzi,
Ibnu Majah, dan Ahmad) 2. Seorang sahabat Rasulullah berkata: "Ada seorang laki-laki datang
kepada Rasulullah dan berkata: Wahai Rasulullah mengapa orang mukmin mengalami fitnah
dikuburan mereka kecuali yang mati syahid? beliau menjawab: Cukuplah ia menghadapi
gemerlapnya pedang diatas kepalanya sebagai fitnah" (HR. an-Nasai)
catatan:
Dapatlah memperoleh mati syahid asalkan permintaannya benar-benar muncul dari lubuk hati
dan penuh dengan keikhlasan, kendatipu ia tidak mendapatkan kesempatan mati syahid dalam
peperangan. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah: "Barang siapa yang memohon mati syahid
kepada Allah dengan sungguh-sungguh, maka Allah akan menyampaikannya derajat para
syuhada sekalipun ia mati diatas ranjangnya"(HR. Imam Muslim dan al-Baihaqi)
http://orido.wordpress.com 26
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid
ummatku? orang-orang yang ada menjawab:Muslim yang mati terbunuh" beliau bersabda:Kalau
hanya itu para syuhada dari ummatku hanya sedikit. Muslim yang mati terbunuh adalah syahid,
dan mati karena penyakit kolera adalah syahid, begitu pula perempuan yang mati karena
bersalin adalah syahid (anaknya yang akan menariknya dengan tali pusarnya kesurga)" (HR.
Ahmad, Darimi, dan ath-Thayalusi) menurut Imam Ahmad ada periwayatan seperti itu melalui
jalur sanad lain dalam Musnad-nya.
http://orido.wordpress.com 27
Aqiqah – Rakhy Syahidan Farid
1."Berjaga-jaga (waspada) dijalan Allah sehari semalam adalah lebih baik daripada berpuasa
selama sebulan dengan mendirikan (shalat) pada malam harinya. Apabila ia mati, maka
mengalirkan pahala amalannya yang dahulu dilakukannya dan juga rezekinya serta aman dari
siksa kubur(fitnah kubur)"
(HR. Imam Muslim, an-Nasa'i, Tirmidzi, Hakim dan Ahmad)
2. "setiap orang yang meninggal akan disudahi amalannya kecuali orang yang mati dalam
berjaga-jaga dijalan Alllah, maka amalannya dikembangkan hingga tiba hari kiamat nanti serta
terjaga dari fitnah kubur"
(HR. ABu Daud, Tirmidzi, Hakim, dan Ahmad)
dikutip dari kitab "Tuntunan Lengkap Mengurus Jenazah " hal:52-55 M. Nashiruddin Al-Albani,
Gema Insani Press, Jakarta,1999
http://orido.wordpress.com 28