You are on page 1of 5

MAKALAH ILMU PRODUKSI UNGGAS PEMBIBITAN ITIK, USAHA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS ITIK

NAMA ANGGOTA KELOMPOK I : 1. MARIO A. BANOET 2. YULIUS HALAMAT 3. SOEPRIANTO KOROH 4. SISMSON Y. TANU 5. MIKHAEL NDAPANGGAU 6. ONISIMUS KIKHAU 7. PAULUS J. BAU UNSAIN 8. RISKY KANA 9. THEOTISKA BORA UNIVERSITAS NUSA CENDANA FAKULTAS PETERNAKAN KUPANG 2011 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ternak unggas terdiri atas ternak unggas yang hidup didarat, misalnya ayam dan t ernak unggas yang hidup di air misalnya itik dan bebek termasuk angsa. Unggas unggas baik darat maupun air mempunyai peranan penting bagi kehidupan man usia dalam hal pemenuhan kebutuhan nutrisi daging maupun telur. Umumnya anggapan masyarakat bahwa kebutuhan akan nutrisi unggas yang paling baik adalah ayam aka n tetapi, selain ayam kandungan nutrisi yang terdapat pada unggas lain tidak ber beda jauh kadar nutrisinya misalnya itik. Kandungan gizi telur itik (air 69,70%, protein 13,70%, lemak 14,40%, karbohidrat 1,20%, dan bahan organis 1,00%) sedangkan telur ayam mengandung air 73,60%, pro tein 12,80%, lemak 11,80%, karbohidrat 1,00% (ramanoff 1963, dalam Bambang Agus Murtidjo). Perbandingan komposisi daging, yang dikemukakan oleh napitulu, 1958 yang dikutip oleh Bambang Agus Murtidjo menyebutkan bahwa kandungan kalori, protein, dan lem ak dalam daging itik dan sapi yang kurus adalah sama yaitu 129,20 dan 5. Sedangk an untuk gizi daging itik dan ayam hanya berbeda pada kandungan kalori yaitu unt uk itik 129, sedangkan daging ayam 125. Unggas air yang lebih kecil badannya dan lebih lincah disebut dengan itik, sedan gkan unggas air yang lebih gemuk badannya dan bergerak lamban dikenal dengan seb utan bebek. Namun masyarakat umumnya menganggap bahwa itik dan bebek sama saja a tau tidak terdapat perbedaan antara kedua unggas tersebut. Selain ciri tersebut, tujuan utama pemeliharaan itik adalah produksi telur sedangkan bebek dipelihara untuk produksi daging. Pada awal domestikasi semua itik dianggap sama dalam bentuk dan bobot badan, kem ampuan bertelur dan warna bulu. Jadi, tidak dikenal dengan itik pedaging atau it ik petelur. Namun setelah didomestikasi, terbentuklah itik dengan produksi dagin g dan telur yang beragam. Meskipun itik sudah didomestikasi, peternakan itik di Indonesia sangat relatif d an sangat lamban. Hal ini didasarkan pada sistem pemeliharaan yang bersifat trad isional. Itik diternakan secara berpindah pindah, dalam sistem pemeliharaan ini

semua aktivitas hidup itik tidak diperhatikan oleh peternak, dengan kata lain ak tivitas itik diserahkan pada itik itu sendiri, peternak hanya mengawal dan menga rahkan itik ke tempat yang banyak makanan, tetapi tidak memperhatikan apa yang d imakan itik. Akibat dari kebiasaan ini adalah menurunnya produksi itik dan mengh asilkan telur yang beraroma amis. Sehubungan dengan hal tersebut, tentunya masyarakat enggan mengkonsumsi itik bai k berupa daging maupun telur. Efek lainnya adalah kerugian yang dialami oleh pet ernak itu sendiri, padahal jika itik dipelihara dengan baik tentunya akan mengun tungkan peternak dan meningkatkan konsumsi daging dan telur itik. Berdasarkan permasalahan terebut, perlunya sistem pemeliharaan yang lebih baik d ari pada sistem pemeliharaan tradisional. Sistem pemeliharaan yang lebih baik ya ng dimaksudkan adalah sistem semi intensif dan jauh lebih baik adalah sistem int ensif yaitu sistem pemeliharaan dimana semua aktivitas hidup itik diatur oleh ma nusia. Sistem pemeliharaan itik secara intensif akan menguntungkan peternak maupun kons umen. Salah satu usaha peternak untuk memelihara itik secara intensif yaitu pemb ibitan itik. Pembibitan itik diharapkan mampu meningkatkan produksi itik baik daging maupun t elur yang akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan konsumsi itik. B. Tujuan Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara pembibitan i tik yang baik dan benar. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Asal usul itik Itik merupakan unggas jenis air yang termasuk dalam kelas aves, ordo anseriforme s, family anatidaen, dan genus anas. Ternak itik yang dikenal saat ini (kecuali muskovi entog) merupakan keturunan la ngsung itik liar yang bernama malard tau wild malard ( anas plathyrynchos ). Anggapan bahwa itik domestikasi saat ini adalah keturunan langsung dari malard d idasarkan pada hal berikut : 1. Itik domestikasi saat ini memiliki sifat sex feather sama seperti malard 2. Malard yang berhasil ditangkap dan kemudian di pelihara, memperlihatkan adaptasi yang baik terhadap kehidupan terkurung, artinya malard lebih mudah dido mestikasikan dibandingkan dengan jenis itik liar yang lain. Perubahan sifat sifat liar malard menjadi ternak itik sekarang karena proses dom estikasi dan mutasi mutasi gen secara alamiah. Perubahan tersebut nmenyangkut be ntuk badan, sifat dan naluri membuat sarang dan mengerami telur yang hilang, con tohnya itik tegal dan itik alabio. 2.2 Tipe itik Menurut tujuan pemeliharaannya, ternak itik dibagi menjadi tiga kelompok yaitu : a) Itik tipe pedaging, misalnya aylesbury, cayuga, orpington, muskovi, peki ng dan rouen. b) Itik tipe petelur, misalnya campbell dan indian runner. c) Itik tipe ornamen (hiasan), seperti east india, malard mandarin, dan woo d duck. Selain ketiga tipe itik tersebut, ada beberapa penulis buku yang menggolong itik menjadi empat tipe. Perbedaannya hanya ada satu yaitu ditambah satu tipe itik y akni tipe itik pedaging dan petelur. Tipe itik tersebut kemudian menjadi 4 tipe yaitu : 1. Tipe pedaging 2. Tipe petelur 3. Pedaging dan petelur (tipe ganda) 4. Tipe hiasan 2.3 Sifat sifat itik

Sifat sifat itik antara lain, bersifat aquatik, omnivorus dan kakinya lebih pend ek dibandingkan tubuhnya. Selain itu itik memilki keunggulan sebagai berikut : 1. Mempertahankan produksi telur lebih lama 2. Tahan terhadap penyakit 3. Tingkat kematian kecil 4. Selalu bertelur di pagi hari 2.3 Pembibitan itik Pembibitan itik adalah salah satu usaha peternakan itik secara intensif. Tujuan pembibitan itik adalah untuk mendapatkan itik dengan nilai ekonomis yang tinggi serta meningkatkan laju produksi itik. Dengan demikian dalam pemuliaan ternak it ik, sifat sifat unggul seperti karakteristik ekonomi menjadi ciri yang dominan s edangkan ciri ciri yang tidak menguntungkan harus dihilangkan. 2.3.1 Seleksi itik bibit Seleksi itik bibit dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu : 1. Seleksi visual, yaitu seleksi berdasarkan pengalaman dan mitos seperti d i daerah tegal. 2. Seleksi pemantauan intensif, yaitu usaha pengamatan yang dilakukan secar a terus menerus, sistematis dan diikuti pencatatan baik menyangkut tingkah laku atau uji sampel produktivitas secara acak dan akhirnya disimpulkan karakteristi k ekonominya pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan terhadap daya tahan hid up, produktivitas dan konversi pakan. Seleksi bibit jantan dapat dilakukan dengan memeperhatikan kriteria berikut : Bobot jantan muda pada usia 20 minggu adalah 1,6 kg dan 1,8 kg pada usia 40 ming gu Pejantan mempunyai ciri suka mengawini Itik jantan mempunyai sifat agak liar, sangat peka dan mudah kaget. Sedangkan seleksi bibit betina dapat dilakukan dengan memeperhatikan kriteria be rikut : Bobot betina muda usia 20 minggu adalah 1,4 kg dan 1,6 kg pada usia 40 m inggu Itik betina mempunyai kondisi kaki yang kuat, lincah, sayap mengatup rap at dan tidak bergerak saat berjalan. Memiliki kepala bersih, segar dan ukuran badan normal Penyilangan itik bibit untuk menghasilkan telur tetas yang baik dilakukan pada u sia 32 minggu sampai 60 minggu sedangkan itik jantan harus lebih tua. 2.3.2 Seleksi itik bibit dasar Seleksi itik bibit dasar dimaksudkan agar bibit hasil seleksi memiliki ciri ekon omi yang beragam , seleksi ini meliputi : 1. Sistem silang dalam, yaitu perkawinan antara ternak itik yang masih memp unyai hubungan keluarga dekat. Penyilangan ini dilakukan antar itik yang berasal dari daerah yang berbeda. 2. Sistem silang luar, yaitu perkawinan itik yang tidak memiliki hubungan k eluarga. Misalnya persilangn antara itik tegal dan itik alabio. 3. Sistem silang bertingkat, yaitu perkawinan itik yang memiliki perbedaan karakteristik ekonomi yang menonjol. Penyilangan ini dimaksudkan supaya keturuna n yang dihasilkan sesuai dengan ciri- ciri yang diinginkan. 4. Sistem silang balik, yaitu perkawinan itik yang tidak mempunyai hubungan keluarga, kemudian keturunannya disilangkan dengan induknya lagi. Penyilangan s istem ini adalah untuk menguji kebakuan vitas masing masing atau dominasi terten tu dari varietas tersebut. 2.3.3 Metode perkawinan itik Beberapa metode yang dipakai untuk mengawinkan itik yaitu 1. Metode konvensional Metode perkawinan secara konvensional adalah pengawinan secara alamiah. Ciri ini biasanya digunakan itik pejantan untuk mengawini beberapa itik betina. Bila pet ernak bermaksud mengawinkan itik secara alamiah dianjurkan perbandingan 1 pejant an mengawini 6 8 ekor itik betina ( anonymous, 1983 dalam Bambang Agus Murtidjo ) agar menghasilkan keturunan yang berdaya tunas dan daya tetas yang baik.

Perbandingan tertunas dan daya tetas berdasarkan perkawinan beberapa kelompok it ik kelompok Perkawinan kelompok Tertunas (%) Daya tetas (%) jantan betina 1 1 6 82,5 87,4 2 1 8 25,3 80,2 3 1 10 67,1 74,6 4 1 12 52,3 65,8

Sumber : anonymous, 1983 (dikutip Bambang Agus Murtidj 2. Metode perkawinan buatan adalah perkawinan secara tidak langsung. Perkawinan ini disebut dengan kawin sun tik atau inseminasi buatan. Keuntungan perkawinan buatan yaitu : Praktis dan ekonomis Efesien dalam penggunaan tenaga dan waktu Jumlah itik pejantan yang dibutuhkan hanya sedikit Mempertahankan dan meningkatkan tingkat kesuburan dan daya tetas Memperoleh bibit sesuai sifat sifat genetik yang diinginkan. 2.3.5 no 1 2 3 4 5 Perbandingan produksi telur beberapa sistem pemeliharaan ternak itik Sistem pemeliharaan Produksi telur per hari (%) Tradisional 33,5 Penggembalaan saat panen 32,5 Penggembalaan saat tidak panen 21,0 Semi intensif 42,5 intensif 83,5

Sumber : Wasito 1992 (dikutip oleh Bambang Suharno 1995 dengan perbaikannya)

BAB III PENUTUP KESIMPULAN : Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa : 1. Itik merupakan salah satu ternak yang mempunyai nilai ekonomis yang ting gi 2. Pembibitan itik adalah salah satu upaya untuk mendapatkan itik dengan ni lai ekonomis yang tinggi serta meningkatkan laju produksi itik. 3. Untuk mendapatkan itik yang baik dan berkualitas harus diperhatikan hal hal berikut : a. Harus cermat dalam menyeleksi itik itik dengan kualitas baik b. Perlu adanya metode perkawinan yang tepat untuk menghasilkan itik dengan produksi yang bagus 4. Ternak itik yang diternakan secara intensif akan jauh lebih baik dan men ghasilkan produk yang berkualitas tinggi baik berupa telur maupun daging, diband ingkan ternak itik yang diternakan secara tradisional, pengembalaan, maupun semi intensif.

DAFTAR PUSTAKA Murtidjo, B. A. 1988. Mengelola itik. Yogyakarta. Kanisius Rasyak, M. 1988. Beternak itik komersial edisi kedua. Yogyakarta. Kanisius Hardjoswaro, P. 1996. Itik permasalahan & pemecahannya. Jakarta. Penebar swadaya Srigandono, B. 1986. Produksi unggas air. Yogyakarta. Gadjah Mada university pre ss Soedjai, Achmad. 1975. Beternak itik. Bandung. N.V. Masa baru Rasyaf, M. 1988. Beternak itik komersial. Yogyakarta. Kanisius Suharno, Bambang. 1995. Beternak itik secara intensif. Jakarta. Penebar swadaya Http :// www.litbang.deptan.go.id/artikel/ di unduh pada selasa 13 September 201 1 Http :// www.ditjennak.go.id/regulasi%5CSNI di unduh pada selasa 13 September 20 11

You might also like