You are on page 1of 40

TEORI PERILAKU KONSUMEN

Pendekatan untuk mempelajari perilaku konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang: 1. Pendekatan Kardinal 2. Pendekatan Ordinal Asumsi: Konsumen bersikap rasional Dengan anggaran yang tersedia, konsumen berusaha memaksimalkan kepuasan totalnya dari barang yang dikonsumsinya.

Pendekatan Kardinal Asumsi: Kepuasan seorang konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang dapat diukur dengan satuan kepuasan (misalnya mata uang). Setiap tambahan satu unit barang yang dikonsumsi akan menambash kepuasan yang diperoleh konsumen tersebut dalam jumlah tertentu. Tambahan kepuasan yang diperoleh dari penambahan jumlah barang yang dikonsumsi disebut kepuasan marginal (Marginal Utility) Berlaku hukum tambahan kepuasan yang semakin menurun (The Law of DiminishingMarginal Utility), yaitu besarnya kepuasan marginal akan selalu menurun dengan bertambahnya jumlah barang yang dikonsumsi secara terus menerus.

Keseimbangan Konsumen Keseimbangan konsumen tercapai jika konsumen memperoleh kepuasan maksimum dari mengkonsumsi suatu barang. Syarat Keseimbangan: 1. MUx/Px = MUy/Py = .= MUn/Pn 2. Px Qx + Py QY + + Pn Qn = M MU = marginal utility P = harga M = pendapatan konsumen

Diketahui : Px = 2

Py = 1

M = 12

Syarat Equilibrium: 1. MUx / Px = MUy / Py 12 / 2 = 6 / 1 2. Px Qx + Py QY = M (2) (3) + (1) (6) = 12 Total Utility = MUx QX + MUy QY = (12) (3) + (6) (6) = 72

Total Utility = MUx QX + MUy QY = (12) (3) + (6) (6) = 72

Pendekatan Ordinal Kelemahan pendekatan kardinal terletak pada anggapan yang digunakan bahwa kepuasan konsumen dari mengkonsumsi barang dapat diukur dengan satuan kepuasan. Pada kenyataannya pengukuran semacam ini sulit dilakukan. Pendekatan ordinal mengukur kepuasan konsumen dengan angka ordinal (relatif). Tingkat kepuasan konsumen dengan menggunakan kurvan indiferens (kurva yg menunjukkan tingkat kombinasi jumlah barang yang dikonsumsi yang menghasilkan tingkat kepuasan yang sama). Ciri-ciri kurva indiferens: 1. Mempunyai kemiringan yang negatif (konsumen akan mengurangi konsumsi barang yg satu apabila ia menambah jumlah barang lain yang di konsumsi) 2. Cembung ke arah titik origin, menunjukkan adanya perbedaan proporsi jumlah yang harus ia korbankan untuk mengubah kombinasi jumlah masing-masing barang yang dikonsumsi (marginal rate of substitution) 3. Tidak saling berpotongan, tidak mungkin diperoleh kepuasan yang sama pada suatu kurva indiferens yang berbeda

PerbedaanMRSxy dan Mux MRSxy mengukur jumlah Y yang bersedia seorang konsumen dikorbankan untuk memperoleh satu unit tambahan X (dan tetap berada pada kurva kepuasan sama yang semula). Yaitu MRSxy = - (Qy / Qx). MUx mengukur perubahan utility total yang diterima oleh seorang konsumen bila dia berubah jumlah X yang dikonsumsinya sebesar satu unit. Yaitu MUx = TUx / Qx. Dalam mengukurMRSxy, masing-masing X dan Y berubah. Dalam mengukurMUx, jumlah Y (di antara hal lainnya) dipertahankan konstan. JadiMRSxy mengukur sesuatu yang lain dariMUx.

TEORI PRODUSEN

Yang dimaksud dengan teori produksi adalah teori yang menjelaskan hubungan antara tingkat produksi dengan jumlah faktor-faktor produksi dan hasil penjualan outputnya. Di dalam menganalisis teori produksi, kita mengenal 2 hal: produksi jangka pendek, yaitu bila sebagian faktorSeorang produsen atau pengusaha dalam melakukan proses produksi untuk mencapai tujuannya harus menentukan dua macam keputusan: 1. berapa output yang harus diproduksikan 2. berapa dan dalam kombinasi bagaimana faktor-faktor produksi (input) dipergunakan. Produksi merupakan konsep arus (flow consept), bahwa kegiatan produksi diukur dari jumlah barang-barang atau jasa yang dihasilkan dalam suatu periode waktu tertentu, sedangkan ualitas barang atau jasa yang dihasilkan tidak berubah.

Tujuan Perusahaan : Maksimisasi Sumberdaya (Tenaga Kerja) Maksimisasi Output (Penjualan) Maksimisasi Growth (Pertumbuhan) Kategori Kegiatan Produksi: Produksi sesuai pesanan (custom-order production) Produksi massal yang kaku (rigid mass production) Produksi massal yang fleksibel (flexible mass production Proses atau aliran produksi (process or flow production) Fungsi Produksi : Fungsi produksi adalah fungsi yang menunjukkan hubungan antara berbagai konbinasi input yang digunakan untuk menghasilkan output. Q= f ( X1, X2, X3,....Xn) Q= Tingkat Produksi /output X1,X2,X3...Xn= Kombinasi output yang digunakan Atau Q=f(C,L,R,T) Q= Output L= Labour T= Technology C= Capital R= Natural resource

Asumsi dasar utnuk menjelaskan fungsi produksi ini adalah berlakunya The Law Of Dimishing Returns yang menyatakan apabila suatu input ditambahkan dan input-input lain tetap, maka tambahan output dari setiap tambahan satu unit input yang ditambahkan mulamula menarik, tapi ketika sampai pada suatu tingkat tertentu akan menurun , jika input tersebut terus ditambahka. Jadi dalam hukum ini ada 3 tahapan produksi , yakni : 1. Tahap I : Produksi terus bertambah dengan cepat. 2. Tahap II : Pertambahan produksi total semakin lama semakin kecil. 3. Tahap III : Pertambahan produksi total semakin berkurang. Arginal Physical Product ( MPP) adalah tambahan output yang dihasilkan sebagai akibat dari penambahan 1 unit input .

Marginal Physical Product (MPP) disebut juga denga The Law od Dimishing Marginal Physical Product. Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat produksi total pada berbagai tingkat penggunaan input variable. Sedang Kurva MPP yang memnunjukkan tambahan dari TPP yang disebabkan oleh penggunaan tambahan 1 unit input variable.

Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per unit input variable pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut.

Tabel 1. Pengaruh Perubahan Tenaga Kerja terhadap tingkat Produksi Total

A. LEAST COST COMBIANTION ISoquant atau Isoproduct Curve adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara berbagai kemungkinan kombinasi 2 input variable dengan tingkat putput tertentu.
KOMBINASI TENAGA KERJA DAN MODAL UNTUK MENGHASILKAN 100, 200, 300 UNIT

ISOQUANT

Isocost atau Garis Ongkos sama adalah kombinasi factor-faktorproduksi yang dapat diperoleh dengan mengeluarkan sejumlah ongkos tertentu. Untuk menggambar Isocost ini harus diketahui uang yang tersedia dan harga masing-masing factor produksi/input.Contoh : Dana tersedia Rp 500,- harga tenaga kerja Rp 8,- per unit dam nodal Rp 15,- perunit. ISOCOST

Untuk dapat mencapai tingkat produksi maksimum dengan biaya yang optimal, jika Isocost bersinggungan dengan kurva Isoquant. Syarat ini dapat di tulis :

disebut Marginal Rate Of technical Substitution (MRTS) adalah jumlah satu Input (x1) yang harus ditambah, jika input yang lain (x2) dikurangi agar tingkat output yang dihasilkan tetap . Syarat di atas disebut pula dengan Least Cost Combination. Dalil Least Cost Combination bisa ditulis :

PERMINTAAN DAN PENAWARAN

A. FUNGSI PERMINTAAN Fungsi permintaan menunjukkan hubungan antara jumlah produk yang diminta oleh konsumen dengan harga produk. Di dalam teori ekonomi dijelaskan bahwa jika harga naik maka jumlah barang yang diminta turun, demikian juga sebaliknya bahwa jika harga turun maka jumlah barang yang diminta naik, sehingga grafik fungsi permintaan mempunyai slope negatif (miring ke kiri)

Notasi fungsi permintaan akan barang x adalah: Qx = f (Px) Qx = a b Px Atau Px =a/b 1/b Qx dimana: Qx = Jumlah produk x yang diminta Px = Harga produk x a dan b = parameter Contoh: fungsi permintaan P = 15 Q

B. FUNGSI PENAWARAN Fungsi penawaran menunjukkan hubungan antara jumlah produk yang ditawarkan oleh produsen untuk dijual dengan harga produk. Di dalam teori ekonomi dijelaskan bahwa jika harga naik maka jumlah barang yang ditawarkan bertambah, demikian juga sebaliknya bahwa jika harga turun maka jumlah barang yang ditawarkan turun, sehingga grafik fungsi permintaan mempunyai slope positif (miring ke kanan)

Notasi fungsi penawaran akan barang x adalah: Qx = f (Px) Qx = -a + b Px Atau Px = a/b + 1/b Qx dimana: Qx = Jumlah produk x yang ditawarkan Px = Harga produk x a dan b = parameter Contoh: Fungsi pernawaran P = 3 + 0,5Q

C. KESEIMBANGAN PASAR Pasar suatu macam barang dikatakan berada dalam keseimbangan (equilibrium) apabila jumlah barang yang diminta di pasar tersebut sama dengan jumlah barang yang ditawarkan. Secara matematik dan grafik ditunjukan oleh kesamaan: Qd = Qs Atau Pd = Ps

yaitu perpotongan kurva permintaan dengan kurva penawaran.

Keseimbangan Pasar Dua Macam Produk Di pasar terkadang permintaan suatu barang dipengaruhi oleh permintaan barang. Ini bisa terjadi pada dua macam produk atau lebih yang berhubungan secara substitusi (produk pengganti) atau secara komplementer (produk pelengkap). Produk substitusi misalnya: beras dengan gandum, minyak tanah dengan gas elpiji, dan lain-lain. Sedangkan produk komplementer misalnya: teh dengan gula, semen dengan pasir, dan lain sebagainya. Dalam pembahasan ini dibatasi interaksi dua macam produk saja.

Secara matematis fungsi permintaan dan fungsi penawaran produk yang beinteraksi mempunyai dua variabel bebas. Kedua variabel bebas yang mempengaruhi jumlah jumlah yang diminta dan jumlah yang ditawarkan adalah (1) harga produk itu sendiri, dan (2) harga produk lain yang saling berhubungan.

D. PENGARUH PAJAK DAN SUBSIDI PADA KESEIMBANGAN PASAR Adanya pajak yang dikenakan pemerintah atas penjualan suatu barang akan menyebabkan produsen menaikkan harga jual barang tersebut sebesar tarif pajak per unit (t), sehingga fungsi penawarannya akan berubah yang pada akhirnya keseimbangan pasar akan berubah pula. Fungsi penawaran setelah pajak menjadi:

Contoh: Fungsi permintaan suatu produk ditunjukkan oleh P=15-Q dan fungsi penawaran P=0,5Q+3. Terhadap produk ini pemerintah mengenakan pajak sebesar Rp 3 per unit. a. Berapa harga dan jumlah keseimbangan pasar sebelum dan sesudah kena pajak ? b. Berapa besar pajak per unit yang ditanggung oleh konsumen ? c. Berapa besar pajak per unit yang ditanggung oleh produsen ? d. Berapa besar penerimaan pajak total oleh pemerintah ? Penyelesaian Keseimbangan pasar sebelum kena pajak:

Jadi keseimbangan pasar sebelum kena pajak Q=8 dan P=7 Keseimbangan pasar setelah pajak: Fungsi penawaran setelah pajak: P=0,5Q+3+3 P=0,5Q+6, sehingga keseimbangan pasar setelah pajak:

Jadi keseimbangan pasar sebelum kena pajak Q=6 dan P=9 Besar pajak per unit yang ditanggung konsumen, sebesar selisih harga keseimbangan setelah pajak dengan harga keseimbangan sebelum pajak yaitu: 9 - 7 = 2 per unit.

Besar pajak per unit yang ditanggung produsen, sebesar selisih tarif pajak per unit yang dikenakan dengan besar pajak per unityang ditanggung konsumen, yaitu: 3 - 2 = 1 per unit. Besar penerimaan pajak total oleh pemerintah, adalah prkalian tarif pajak per unit dengan jumlah keseimbangan setelah pajak, yaitu: 3 x 6 = 18. Adanya subsidi yang diberikan pemerintah atas penjualan suatu barang akan menyebabkan produsen menurunkan harga jual barang tersebut sebesar subsidi per unit (s), sehingga fungsi penawarannya akan berubah yang pada akhirnya keseimbangan pasar akan berubah pula. Fungsi penawaran setelah subsidi menjadi:

STRUKTUR PASAR

Bentuk-Bentuk Pasar 1. Perfect Competition 2. Monopoly 3. Monopolistic Competition 4. Oligopoli Beberapa asumsi yang diperlukan dalam menganalisa struktur pasar :

Yang mendasari banyak sedikitnya penjual adalah asumsi sukar atau tidaknya masuk kedalam pasar (Barrier to Entry) dengan tidak ada halangan bagi perusahaan baru berarti akan banyak perusahaan di pasar. Halangan secara substansial untuk masuk ke Pasar Oligopoli akan membatasi pesaing sehingga jumlah perusahaan sedikit. Adanya halangan yang tidak dapat diatasi menyebabkan monopoli sebagai penjual tunggal produk tersebut di pasar. Kondisi Ongkos : Untuk modal diasumsikan Diminishing Returns dalam produksi jangka pendek (Mc. Menaik). Hal ini tida berlaku atau penting dalam oligopoli dan monopoli karena MCnya konstan atau menurun.

Banyaknya pembeli: Untuk semua modal diasumsikan pembelinya banyak sehingga kekuatan yang dominan dalam pengambilan keputusan harga tak terletak pada satu atau beberapa pembeli. Kondisi Demand : Substitusi Substitusi yang Close Sub Tidak ada Identik Sangat Mirip Stitute Pengganti Fungsi Tujuan : Untuk semua model, profit maksimum adalah tujuan jangka pendek. Bagi oligopoli ini tidak berlaku, dimensinya jangka panjang karena keuntungannya jangka pendek akan menyebabkan masuknya pesaing baru. Variabel Strategi : Perusahaan dapat menyesuaikan diri terhadap harga dan kualitas yang ditawarkan (kecuali Perfect Competition) yang hanya dapat menyesuaikan kualitas yang ditawarkan.

1. PERSAINGAN SEMPURNA (PERFECT COMPETITION)

Pasar persaingan sempurna adalah pasar dimana : 1. Jumlah produsen banyak 2. Volume produksi setiap produsen hanya merupakan bagian yang kecil dari 3. volume transaksi total di pasar. 4. Produknya homogen 5. Informasi pasar sempurna 6. Mobilitas faktor produksi sempurna.

Aplikasi : 1. Produsen secara indivigual tidak dapat mempengaruhi harga, 2. Harga ditentukan oleh pasar, 3. Produsen sebagai price maker, 4. Kurva sejajar sumbu horizontal.

Dalam pasar persaingan sempurna, keputusan mengenai jumlah output perusahaan secara individual tidak bisa mempengaruhi tingkat harga, dan untuk keputusan mengenai penentuan

harga, kurva permintaan menggambarkan secara horizontal, olehkarena itu harga dianggap konstan, berapapun output yang dihasilkan. Dengan demikian maka laba total akan didapat pada saat: MR = P = MC sepanjang P > AVC.

ANALISA PASAR PERSAINGAN SEMPURNA DALAM JANGKA PENDEK Secara umum level output yang terbaik diproduksi oleh perusahaan dalam jangka pendek adalah pada saat MR = MC. Dalam pasar persaingan sempurna, karena dihadapkan pada kurva permintaan yang horizontal (Infinctely Elastic Demand Curve), sehingga P = MR, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat produksi yang terbaik adalah dapat dilakukan pada saat MR = MC = P.

Pada kurva diatas MC memotong kurva MR dititik E. Titik itu perusahaan memproduksi 4 unit output pada tingkat harga P = MR = MC = 45 dan ATC = 35. dengan demikian maka keuntungan ada didaerah EA = 10 perunit atau keuntungan total = 40 (daerah E A B C ). Daerah tersebut daerah dimana laba maksiumum dapat diperoleh, hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut : Bila output diproduksi dibawah 4 unit mak P = MR > MC, perusahaan masih dapat meningkatkan output untuk memperbesar laba. Namun peningkatannya tersebut tidak bisa

melampaui titik E (4 unit) karena MC > MR = P = 45 sehingga akan menyebabkan laba berkurang. Pada kurva kepada II, bila harga pasar adalah 5 maka kurva permintaan yang dihadapi olehp er adalah D dan tingkat output yang terbaik untuk produksi adalah 3 unit (E), dimana P = MR = MC maka terjadi P = 25 dan ATC = 35 (F), sehingga kerugian perusahaan didaerah EF = 10 perunit dan kerugian total 30 (F E B C). Pada kondisi tersebut haruskah perusahaan menghentikan usaha ? Bila usaha dihentikan maka kerugian yang diderita akan lebih banyak untuk itu 20 (FA) perunit atau 60 secara total (FA SB). Dengan demikian perusahaan harus tetap berproduksi untuk meminimumkan kerugian. Namun apabila harga terus turun sampai 15 atau lebih rendah maka kurva permintaan akan memotong kurva MC dititik H. Pada saat tidak akan ada bedanya bagi perusahaan untuk terus memproduksi atau tidak. Karena di titik H P = AVC dan kerugian total yang diderita perusahaan sama dengan jumlah biaya totalnya. Dibawah titik H, perusahaan sudah tidak mampu lagi untuk menutup biaya variabelnya dan harus keluar dari bisnis atau industri totalnya. Dalam pasar persaingan sempurna maka kurva penawaran pasar adalah MC.

ANALISA PASAR PERSAINGAN SEMPURNA DALAM JANGK PANJANG. Dalam jangka panjang produksi paling baik dilakukan pada saat harga = biaya marginal jangka panjang atau longrun margin cost. P = LMC dan skala usaha yang optimum adalah : tangen kurva rata-rata jangka pendek (SAC = Shortrun Average Cost) pada setiap tingkat output biaya rata-rata jangka panjang. Laba ekonomis jangka panjang akan masuknya perusahaan baru, sehingga supply akan bertambah dan harga akan turun akibatnya laba ekonomis akan tererat habis. Sebaliknya bila terjadi kerugian maka perusahaan akan keluar dari industri dan harta perusahaan yang masih bertahan dalam industri akan mencapai titik impas.

Kesimpulan : Dalam jangka panjang kondisi equilibrium akan tercapai pada saat : P = MR = SMC = LMC P = MR = SAC = LAC P = MR = Titik terendah kurva LAC

2. MONOPOLI Ciriciri : 1. Hanya ada satu penjual. 2. Close Substitute Output. 3. Ada halangan bagi perusahaan lain untuk memasuki.

Sebab-sebab timbulnya monopoli : 1. Penguasaan bahan mentah yang bersifat strategis. 2. Hak patent. 3. Terbatasnya pasar dibandingkan dengan skala produksi minimum. 4. Adanya lisensi dari pemerintah. Pada monopoli maka kurva permintaan = kurva MR sehingga P = AR dengan demikian maka : 1. Keseimbangan akan terjadi bila MR = MC 2. Laba maksimal akan terjadi bila P > AR 3. BEP kan terjadi bila P = AR 4. Rugi minimal akan terjadi bila P < AR Penentuan harga output dalam pasar monopoli dalam jangka pendek. Monopoli adalah satusatunya produsen yang ada di pasar, maka permintaan yang dihadapi adalah permintaan pasar dengan demikian maka kurva permintaan akan miring dari kiri atas kekanan bawah.

Produsen akan berproduksi pada tingkat output dimana keuntungan yang diperoleh maksimum.

Karena monopolis adalah penjual tunggal, kurva yang dihadapinya adalah kurva yang mempunyai slope yang negatif. Berarti seseorang monopolis dapat menjual outputnya lebih banyak dengan menurunkan harga jual. Oleh sebab itu MR akan lebih kecil dari harga produk dan kurva MR berada dibawah kurva permintaan. Beda kurva, monopolis dapat menjual 100 unit output pada P = 15 (Point GJ) sehingga TR = 1500. Untuk menjual 200 unit harga diturunkan di P = 14 (Point H), TR = 2800. Dengan demikian : MR = (TR/Q) = (1300/100) = 13. Dengan demikian jelaslah bahwa kurva permintaan yang berslope negatif maka MR terletak dibawah kurva permintaan. Level produksi terbaik terletak pada point E dengan Q = 500 dan P = E, saat mana MR = MC pada Q < 500, MR > MC total profit akan meningkat dengan memperluas output. Sebaliknya bila Q >500, MC > MR maka total profit akan meningkat dengan mengurangi output. Gambar tersebut juga menunjukkan bahwa harga terbaik untuk menjual output adalah pada saat P = 11 dan Q = 500 dan ATC = 8 (Point F) dengan demikian maka laba / unit = 4 dan laba total = 1500 (area A = BC).

KETENTUAN TINGKAT HARGA DAN OUTPUT DALAM JANGKA PANJANG Dalam jangka panjang sebuah perusahaan monopolistik hanya akan operasi jika tingkat harga = iaya marginal jangka panjang = LMC. Tingkat output jangka panjang ditentukan oleh titik kurva LMC memotong kurva MR dari bawah. Maka operasi yang paling sesuai adalah skala operasi dimana kurva SAC bersinggungan dengan kurva LAC pada output yang terbaik.

Pada gambar dapat diketahui bahwa titik output terbaik bagi monopolist dalam jangka panjang adalah 700 unit (point E), dimana P = LMC, yaitu pada saat mana Q = 700 dan P = 9 (titik A pada kurva permintaan). Monopolist dalam jangka panjang dapat membangun skala optimum kapasitas pabriknya hal ini ditunjukkan oleh kurva SAC yang menyinggung kurva LAC pada Q = 700 (titik F). Dititik F MK Q = 700 adalah output yang terbaik untuk dihasilkan berdasarkan skala operasinya. Karena pada saat itu SAC = LAC = 5, pada titik tersebut monopolist tersebut mendapat laba jangka panjang sebesar 4 / unit (AF) atau laba total sebesar 2800 (AFBC) bandingkan dengan laba jangka pendek sebesar 1500.

3. PASAR MONOPOLISTIK Struktur pasar monopolistik terjadi manakala jumlah produsen atau penjual banyak dengan produk yang serupa/sejenis, namun di mana konsumen produk tersebut berbeda-beda antara produsen yang satu dengan yang lain. Contoh produknya adalah seperti makanan ringan (snack), nasi goreng, pulpen, buku, dan sebagainya. Sifat-sifat pasar monopolistik : - Untuk unggul diperlukan keunggulan bersaing yang berbeda - Mirip dengan pasar persaingan sempurna - Brand yang menjadi ciri khas produk berbeda-beda - Produsen atau penjual hanya memiliki sedikit kekuatan merubah harga - Relatif mudah keluar masuk pasar 4. PASAR OLIGOPOLI Pasar oligopoli adalah suatu bentuk persaingan pasar yang didominasi oleh beberapa produsen atau penjual dalam satu wilayah area. Contoh industri yang termasuk oligopoli adalah industri semen di Indonesia, industri mobil di Amerika Serikat, dan sebagainya. Sifat-sifat pasar oligopoli : - Harga produk yang dijual relatif sama - Pembedaan produk yang unggul merupakan kunci sukses - Sulit masuk ke pasar karena butuh sumber daya yang besar - Perubahan harga akan diikuti perusahaan lain

ELASTISITAS
Elastisitas merupakan salah satu konsep penting untuk memahami beragam permasalahan di bidang ekonomi. Konsep elastisitas sering dipakai sebagai dasar analisis ekonomi, seperti dalam menganalisis permintaan, penawaran, penerimaan pajak, maupun distribusi kemakmuran. Dalam bidang perekonomian daerah, konsep elastisitas dapat digunakan untuk memahami dampak dari suatu kebijakan. Sebagai contoh, Pemerintah Daerah dapat mengetahui dampak kenaikan pajak atau susidi terhadap pendapatan daerah, tingkat pelayanan masyarakat, kesejahteraan penduduk, pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan investasi, dan indikator ekonomi lainnya dengan menggunakan pendekatan elastisitas. Selain itu, konsep elastisitas dapat digunakan untuk menganalisis dampak kenaikan pendapatan daerah terhadap pengeluaran daerah atau jenis pengeluaran daerah tertentu. Dengan kegunaannya tersebut, alat analisis ini dapat membantu pengambil kebijakan dalam memutuskan prioritas dan alternatif kebijakan yang memberikan manfaat terbesar bagi kemajuan daerah. Elastisitas dapat mengukur seberapa besar perubahan suatu variabel terhadap perubahan variabel lain. Sebagai contoh, elastisitas Y terhadap X mengukur berapa persen perubahan Y karena perubahan X sebesar 1 persen. Elastisitas Y terhadap X= % perubahan Y / % perubahan X Untuk memudahkan pemahaman terhadap konsep tersebut, berikut ini akan dibahas berbagai jenis elastisitas. Pembahasan elastisitas ini dijelaskan dalam konteks pasar, yaitu antara permintaan dan penawaran barang. Dengan memahami konsep tersebut, Pemerintah Daerah nantinya akan mampu mengaplikasikan konsep tersebut dalam pemerintahan daerah sesuai konteks yang dihadapi, baik dalam hal Pemerintah Daerah menjadi penyedia barang dan jasa publik maupun dalam berbagai kondisi lainnya. A. Elastisitas Permintaan (Price Elasticity of Demand) Elastisitas permintaan adalah tingkat perubahan permintaan terhadap barang/jasa, yang diakibatkan perubahan harga barang/jasa tersebut. Besar atau kecilnya tingkat perubahan tersebut dapat diukur dengan angka-angka yang disebut koefisien elastisitas permintaan. Macam-macam Elastisitas Permintaan Berdasarkan nilainya, elastisitas permintaan dapat dibedakan menjadi lima, yaitu permintaan inelastis sempurna, inelastis, elastis uniter, elastis, dan elastis sempurna. 1. Permintaan Inelastis Sempurna (E = 0) Permintaan inelastis sempurna terjadi ketika perubahan harga yang terjadi tidak berpengaruh terhadap jumlah permintaan (koefisien E = 0). Sebagai contoh adalah permintaan terhadap garam. Kondisi permintaan inelastis sempurna ini dapat dapat digambarkan ke dalam bentuk kurva berikut (Gambar 1).

Gambar 1 Kurva Permintaan Inelastis Sempurna

2. Permintaan Inelastis (E < 1) Permintan inelastis terjadi jika perubahan harga kurang berpengaruh pada perubahan permintaan. Nilai E < 1, artinya kenaikan harga sebesar 1 persen hanya diikuti penurunan jumlah yang diminta kurang dari satu persen, sebal iknya penurunan harga sebesar 1 persen menyebabkan kenaikan jumlah barang yang diminta kurang dari 1 persen. Sebagai contoh adalah permintaan masyarakat terhadap beras atau kebutuhan pokok lainnya (Gambar 2). Gambar 2 Kurva Permintaan Inelastis

3. Permintaan Elastis Uniter (E = 1) Permintaan elastis uniter terjadi jika perubahan permintaan sebanding dengan perubahan harga. Koefisien elastisitas permintaan uniter adalah satu (E = 1), artinya kenaikan harga sebesar 1 persen diikuti oleh penurunan jumlah permintaan sebesar 1 persen, dan sebaliknya. Kondisi permintan elastis uniter ini ditunjukkan oleh Gambar 3.

Gambar 3 Kurva Permintaan Elastis Uniter

4. Permintaan Elastis (E > 1) Permintaan elastis terjadi jika perubahan permintaan lebih besar dari perubahan harga. Koefisien permintaan elastis bernilai lebih dari satu (E > 1), artinya kenaikan harga sebesar 1 persen menyebabkan kenaikan jumlah permintaan lebih dari 1 persen, dan sebaliknya. Kondisi ini biasanya terjadi pada permintaan permintaan terhadap mobil dan barang mewah lainnya (Gambar 4). Gambar 4 Kurva Permintaan Elastis

5. Permintaan Elastis Sempurna (E = ~) Permintaan elastis sempurna terjadi jika perubahan permintaan tidak dipengaruhi sama sekali oleh perubahan harga. Kurvanya akan sejajar dengan sumbu X atau Q (kuantitas barang) seperti ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 5 Kurva Permintaan Elastis Sempurna

B. Elastisitas Permintaan dan Total Penerimaan Perhitungan elastisitas biasanya dimanfaatkan oleh pengambil keputusan yang ditujukan untuk meningkatkan penerimaan. Secara sederhana, total penerimaan dapat didefinisikan sebagai perkalian antara harga dengan kuantitas barang dan jasa yang terjual, misalnya jumlah pendapatan yang diterima sebagai hasil dari penjualan barang dan jasa. Total penerimaan dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut. TR = P x Q Keterangan: TR: total penerimaan P: harga output Q: kuantitas/jumlah output Salah satu faktor yang menentukan total penerimaan produsen adalah perubahan permintaan. Untuk mengetahui perubahan total penerimaan terhadap perubahan permintaan ditentukan oleh elastisitas permintaannya. Perbedaan tingkat elastisitas permintaan akan menentukan besarnya total penerimaan. 1. Permintaan Elastis Ketika bentuk permintaan suatu barang adalah elastis, maka perubahan kecil dalamBharga barang tersebut akan mengakibatkan perubahan total penerimaan yang relative lebih besar. Sebagai contoh, perusahaan melakukan kebijakan penurunan harga produknya. Jika bentuk permintaan produk tersebut adalah elastis berarti konsumen sangat responsif terhadap perubahan harga. Penurunan harga walaupun kecil akan direspon oleh konsumen dengan membeli barang tersebut dalam jumlah yang relative banyak. Dengan bentuk permintaan yang elastis, maka keputusan produsen untuk

menurunkan harga produknya akan potensial meningkatkan total penerimaan. 2. Permintaan Inelastis Dengan bentuk permintaan yang inelastik, perubahan harga hanya memberikan pengaruh yang kecil terhadap perubahan barang yang diminta, sehingga apabila produsen menetapkan kenaikan harga yang cukup tinggi sekalipun, permintaan terhadap barang tersebut tidak terlalu berubah. Pada kondisi ini, produsen dapat memperoleh tambahan penerimaan dengan menaikkan harga. 3. Permintaan Elastis Uniter Apabila permintaan suatu barang adalah elastis uniter maka kenaikan (penurunan) harga akan direspon secara proporsional dengan penurunan (peningkatan) jumlah yang diminta. Oleh karena itu, baik produsen melakukan peningkatan atau penurunan harga, jika elastisitas barang adalah elastis uniter maka total penerimaannya konstan. Dengan kata lain, peningkatan ataupun penurunan harga tidak merubah total penerimaan produsen. Hubungan antara elastisitas permintaan terhadap total penerimaan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Hubungan antara Elastisitas Permintaan dengan Total Penerimaan

C. Elastisitas Penghasilan (Income Elasticity of Demand) Permintaan (pembelian) suatu barang atau jasa oleh konsumen dipengaruhi oleh perubahan penghasilan konsumen yang bersangkutan, baik dalam pengertian nominal maupun riil. Suatu konsep untuk mengukur derajat respons perubahan permintaan terhadap adanya perubahan penghasilan adalah elastisitas penghasilan. Dalam kasus sederhana, fungsi permintaan dapat dinotasikan sebagai berikut. Q = f (P, I) Keterangan: Q: fungsi permintaan P : tingkat harga I : penghasilan konsumen

Dalam konsep elastisitas penghasilan, asumsi bahwa penghasilan konsumen konstan dihilangkan. Oleh karena itu, elastisitas penghasilan merupakan tingkat perubahan relatif dari jumlah barang yagn diminta konsumen karena adanya perubahan penghasilan. Elastisitas penghasilan dapat didefinisiakan sebagai derajat sensitivitas perubahan permintaan sebagai akibat dari perubahan penghasilan seorang konsumen. Secara matematis, elastisitas penghasilan didefinisikan sebagai persentase perubahan dalam jumlah barang yang diminta (Qx) dibagi dengan persentase perubahan dalam penghasilan (I). Pada dasarnya terdapat tiga macam elastisitas penghasilan, yaitu: elastisitas positif, negatif, dan nol. Untuk penjelasan lebih lanjut dapat disimak sebagai berikut. 1. Elastisitas penghasilan yang bernilai positif dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu: (a) Elastisitas penghasilan uniter yaitu ketika peningkatan dalam penghasilan direspon oleh konsumen dengan peningkatan permintaan secara proporsional. Perubahan permintaan yang positif akan memberikan elastisitas penghasilan yang positif pula. Dalam hal ini elastisitas sama dengan satu (E = 1). Sebagai contoh jika penghasilan konsumen meningkat sebesar 50 persen maka akan diimbangi dengan peningkatan permintaan sebesar 50 persen. (b) Elastisitas penghasilan inelastis yaitu jika perubahan penghasilan sebesar 1 persen menyebabkan perubahan permintaan kurang dari 1 persen. Secara matematis, koefisien elastisitas penghasilan inelastis bernilai kurang dari 1 tetapi positif (0 < E <1). (c) Elastisitas penghasilan dikatakan elastis jika perubahan penghasilan sebesar 1 persen menyebabkan perubahan permintaan lebih dari 1 persen. Nilai elastisitas penghasilan tipe ini lebih dari satu (E > 1). 2. Elastisitas penghasilan yang bernilai negatif. Hal ini berarti bahwa kenaikan jumlah penghasilan justru mengakibatkan permintaan terhadap suatu barang menurun. 3. Elastisitas penghasilan bernilai nol. Ketika penghasilan meningkat, jumlah barang yang diminta tidak mengalami perubahan. Berapa pun perubahan penghasilan tidak akan merubah permintaan (konsumsi) barang tersebut. Berdasarkan besarnya koefisien elastisitas penghasilan, suatu barang dapat dikelompokkan ke dalam barang mewah, barang normal, atau barang inferior. Tabel 2 Interpretasi Elastisitas Penghasilan

D. Elastisitas Silang (Cross Elasticity) Elastisitas silang menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang diminta terhadap perubahan harga barang lain yang mempunyai hubungan dengan barang tersebut. Hubungan tersebut dapat bersifat pengganti, dapat pula bersifat pelengkap. Terdapat tiga macam respons prubahan permintaan suatu barang (misal barang A) karena perubahan harga barang lain (barang B), yaitu: positif, negatif, dan nol. 1. Elastisitas silang positif. Peningkatan harga barang A menyebabkan peningkatan jumlah permintaan barang B. Sebagai contoh, peningkatan harga kopi meningkatkan permintaan terhadap teh. Kopi dan teh merupakan dua barang yang dapat saling menggantikan (barang substitutif). 2. Elastisitas silang negatif. Peningkatan harga barang A mengakibatkan turunnya permintaan barang B. Sebagai contoh, peningkatan harga bensin mengakibatkan penurunan permintaan terhadap kendaraan bermotor. Kedua barang tersebut bersifat komplementer (pelengkap). 3. Elastisitas silang nol. Peningkatan harga barang A tidak akan mengakibatkan perubahan permintaan barang B. Dalam kaus semacam ini, kedua macam barang tidak saling berkaitan. Sebagai contoh, kenaikan harga kopi tidak akan berpengaruh terhadap permintaan kendaraan bermotor. Hubungan antarbarang berdasarkan nilai elastisitas silang dapat dilihat pada Tabel 3 berikut. Tabel 3 Interpretasi Elastisitas Silang

Contoh Pengukuran Elastisitas Siang Harga mobil rata-rata naik dari Rp90 juta menjadi Rp100 juta, sedangkan permintaan sepeda motor mengalami peningkatan dari 100 unit menjadi 127 unit. Berapa nilai elastisitas silang antara mobil dengan sepeda motor dan bagaimana hubungan kedua barang tersebut dapat dihitung sebagai berikut.

Karena elastisitas silang bernilai positif, maka dapat disimpulkan bahwa hubungan mobil dan sepeda motor bersifat substitutif (atau saling menggantikan).

E. Elastisitas Penawaran (Price Elasticity of Supply) Elastisitas penawaran adalah tingkat perubahan penawaran atas barang dan jasa yang diakibatkan karena adanya perubahan harga barang dan jasa tersebut. Untuk mengukur besar/kecilnya tingkat perubahan tersebut diukur dengan angka-angka yang disebut koefisien elastisitas penawaran. Macam-macam Elastisitas Penawaran Seperti dalam permintaan, elastisitas penawaran dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu : 1. Penawaran Inelastis Sempurna (E = 0) Penawaran inelastis sempurna terjadi bilamana perubahan harga yang terjadi tidak berpengaruh terhadap jumlah penawaran. Kurva penawaran sejajar dengan sumbu vertikal Y atau P (tingkat harga). Kondisi ini dapat dilihat dari kurva pada Gambar 6. Gambar 6 Kurva Penawaran Inelastis Sempurna

2. Penawaran Inelastis (E < 1) Penawaran inelastis terjadi jika perubahan harga kurang berpengaruh pada perubahanpenawaran. Dengan kata lain, jumlah yang ditawarkan relatif tidak sensitif terhadap perubahan harga (Gambar 7).

Gambar 7 Kurva Penawaran Inelastis

3. Penawaran Elastis Uniter (E = 1) Penawaran elastis uniter terjadi ketika perubahan harga sebanding dengan perubahan jumlah penawaran (Gambar 8). Gambar 8 Kurva Penawaran Elastis Uniter

4. Penawaran Elastis (E > 1) Penawaran elastis terjadi jika perubahan harga diikuti dengan jumlah penawaran yang lebih besar. Penawaran elastis dapat diilustrasikan dengan Gambar 9. Gambar 9 Kurva Penawaran Elastis

5. Penawaran Elastis Sempurna (E = ~ ) Penawaran elastis sempurna terjadi jika perubahan penawaran tidak dipengaruhi sama sekali oleh perubahan harga, sehingga kurva penawaran akan sejajar dengan sumbu horisontal (X) atau Q (jumlah output yang ditawarkan). Gambar 10 Kurva Penawaran Elastis Sempurna

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Elastisitas Penawaran 1. Sifat ketahanan barang Apabila suatu barang tidak tahan lama (mudah rusak/membusuk) seperti halnya hasil-hasil pertanian, maka barang tersebut cenderung memiliki penawaran yang inelastis. Barang tersebut biasanya tidak terlalu sensitif terhadap perubahan harga. Sebagai contoh, peningkatan harga sayuran tidak serta merta mengakibatkan perubahan (kenaikan) jumlah barang yang ditawarkan. 2. Biaya dan kemudahan penyimpanan barang Barang dengan biaya penyimpanan yang mahal cenderung memiliki derajat elastisitas penawaran yang rendah. 3. Waktu Dalam jangka pendek, penawaran cenderung inelastis karena tidak mudah bagi produsen untuk menyesuaikan jumlah barang yang ditawarkan secara cepat sebagai respon dari perubahan harga. Sementara itu, dalam jangka panjang, penawaran akan lebih responsif terhadap perubahan harga sehingga penawarannya lebih elastis. 4. Sifat alamiah suatu barang Produk-produk primer memiliki elastisitas yang rendah (inelastis) dibandingkan dengan produk-produk manufaktur yang memiliki elastisitas penawaran yang tinggi (elastis) relative terhadap perubahan harga. Pengukuran elastisitas penawaran dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut.

BIAYA PRODUKSI
Biaya produksi tidak dapat dipisahkan dari proses produksi sebab biaya produksi merupakan masukan atau input dikalikan dengan harganya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ongkos produksi adalah semua pengeluaran atau semua beban yang harus ditanggung oleh perusahaan untuk menghasilkan suatu jenis barang atau jasa yang siap untuk dipakai konsumen. Karena fokus kajian kita adalah pada beban yang harus ditanggung oleh perusahaan, maka pengertian tentang biaya tersebut dapat dibedakan menjadi dua, yaitu biaya swasta (private cost) dan biaya sosial (social cost). Pembedaan biaya ini ada hubungannya dengan penggolongan biaya menjadi internal (private) dan eksternal (social). Dalam pengertian biaya produksi seharusnya mencakup biaya internal dan eksternal. Kalau dalam teori produksi dikenal adanya periode produksi jangka pendek dan jangka panjang, maka dalam teori biaya produksi juga mengenal biaya produksi jangka pendek dan biaya produksi jangka panjang. Biaya produksi jangka pendek meliputi biaya tetap (fixed cost) dan biaya berubah (variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menghasilkan sejumlah output tertentu, yang mana biaya tersebut besarnya tetap tidak tergantung dari output yang dihasilkan. Biaya seperti ini biasa disebut dengan biaya overhead atau biaya yang tidak dapat dihindari (unavoidable cost). Sedangkan dalam produksi jangka panjang, semua biaya adalah biaya berubah. Biaya berubah adalah biaya yang besarnya berubah-ubah tergantung dari sedikit banyaknya jumlah output yang dihasilkan. Biaya ini sendiri disebut dengan biaya langsung atau biaya yang dapat dihindari (avoidable cost). Biaya Produksi Dalam Jangka Pendek a. Biaya Tetap dan Biaya Variabel Kalau dalam jangka pendek ada faktor produksi tetap dan faktor produksi berubah, maka dengan sendirinya biaya produksi yang ditimbulkan oleh proses produksi juga menyangkut biaya tetap dan biaya variabel. Yang dimaksud biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak tergantung dari banyak sedikitnya jumlah output. Bahkan bila untuk sementara produksi dihentikan, biaya tetap ini harus tetap dikeluarkan dalam jumlah yang sama. Yang termasuk dalam biaya tetap ini misalnya gaji tenaga administrasi, penyusutan mesin, penyusutan gedung dan peralatan lain, sewa tanah, sewa kantor dan sewa gudang. Dalam jangka panjang biaya tetap ini akan mengalami perubahan

Biaya variabel merupakan biaya yang besarnya berubah-ubah tergantung dari banyak sedikitnya output yang dihasilkan. Semakin besar jumlah output semakin besar pula biaya variabel yang harus dikeluarkan. Yang termasuk dalam biaya variabel ini adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, bahan bakar, listrik dsb. Biaya tetap dan biaya variabel ini jika dijumlahkan hasilnya merupakan biaya total. Jika digambarkan dalam kurva, maka pola biaya tetap total (TFC), biaya variabel total (TVC) dan biaya total (TC) dapat dilihat sebagai berikut:

Biaya tetap total (TFC) dilukiskan sebagai garis lurus (horizontal) sejajar dengan sumbu kuantitas. Hal ini menunjukkan bahwa berapapun jumlah output yang dihasilkan, besarnya biaya tetap total (TFC) tidak berubah yaitu sebesar n. Biaya variabel total (TVC) adalah biaya yang besar kecilnya mengikuti banyak sedikitnya output yang dihasilkan. Gambar yang menunjukkan bahwa kurva biaya variabel total terus menerus naik. Jadi semakin banyak output yang dihasilkan maka biaya variabel akan semakin tinggi.

Jika antara biaya tetap dan biaya variabel dijumlahkan, maka hasilnya disebut biaya total (TC). Jadi, TC = TFC + TVC. Total Cost (TC) berada pada jarak vertikal di semua titik antara biaya tetap total (TFC) dan biaya berubah total (TVC), yaitu sebesar n.

b. Biaya rata-rata Dalam kebiasaan sehari-hari, orang beranggapan bahwa jika biaya total tinggi identik dengan mahal dan jika biaya total rendah identik dengan murah. Hal ini tidak sepenuhnya benar, sebab mahal tidaknya sesuatu pembiayaan tidak tergantung sepenuhnya dari biaya total, melainkan dari biaya rata-rata. Misalnya biaya total tinggi, namun jika kuantitas barangnya banyak maka biaya per satuan barangnya menjadi rendah/murah Biaya tetap rata-rata (Ave-rageFbced Cost)dapat dihitung dengan membagi biaya tetap total (TFC) dengan jumlah output. Dengan demikian biaya tetap rata-rata ini akan semakin menurun denga semakin banyaknya output. Biaya tetap rata-rata dapat ditulis sebagai: TFC AFC Q AFC = biaya tetap rata-rata TFC = biaya tetap total Q = jumlah output Biaya tetap rata-rata menggambarkan besarnya biaya tetap per satuan produk Lihat gambar berikut:

Biaya Tetap Rata-rata (AFC)

Biaya variabel rata-rata menggambarkan bes= va biava variabel per satuan produk. Biaya variabel rata-rata dapat dd-Litung dengan rumus: TVC AVC Q AVC = biaya variabel rata-rata TVC = biaya variabel total Q = jumlah output Biaya Variabel Rata-rata (AVC)

Biaya total rata-rata mempunyai perilaku yang sama dengan biayavariabel rata-rata, yaitu menurun dengan cepat pada kuantitas produksi rendahdan kemudian laju penurunannya semakin lambat sampai pada kuantitasproduksi tertentu. Bila kuantitas produksi diperluas lagi, maka kurva ATC akannaik lagi dengan laju kenaikan yang semakin cepat.Penurunan biaya rata-rata di atas disebabkan karena kenaikanproduktivitas yang terjadi pada kuantitas produksi yang masih rendah. Semakinluas kuantitas produksi semakin menurun produktivitas faktor produksinya,sehingga laju penurunan biaya rata-rata pun semakin lambat. Apabila produksiterus ditingkatkan dengan menggunakan skala pabrik yang sama, penurunanbiaya rata-rata akan berhenti dan selanjutnya justru akan naik dengan lajukenaikan semakin cepat. Jadi pada saat hukum kenaikan tambahan produksi(law of increasing returns) berlaku, produktivitas naik, sedangkan biaya rata-rata menurun. Dan biaya rata-rata akan naik pada saat produktivitas faktorproduksi menurun, yaitu pada saat berlakunya hukum penurunan tambahanproduksi Dengan demikian ada perilaku yang berkebalikan antara perilakuproduksi (yang dicerminkan pada kurva produksi) dan perilaku biaya produksi(yang dicerminkan oleh kurva biaya ratarata dan biaya variabel rata-rata).Kecepatan laju kenaikan biaya yang disebabkan oleh kenaikan satusatuan output perlu juga diketahui. Hal tersebut dapat diketahui dengan melihatkemiringan kurva biaya total (TC). Lereng kurva TC mencerminkan besarnya

You might also like