You are on page 1of 3

a.

Sumber-sumber Pembiayaan Pembangunan Sumber pembiayaan pembangunan merupakan pengalokasian dana yang digunakan untuk pembangunan kegiatan ekonomi, sosial, fisik, dll. Sumber pembiayaan sendiri dibedakan menjadi dua, yaitu: sumber pembiayaan konvensional dan sumber

pembiayaan non konvensional. Sumber pembiayaan konvensional diperoleh dari


pemerintah, yaitu dari anggaran pemerintah seperti APBN/APBD, pajak, retribusi. Sedangkan sumber pembiayaan non-konvensional diperoleh dari gabungan dana pemerintah, swasta, dan masyarakat. Misalnya: zakat, dana pensiun, tabungan masyarakat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan di bawah ini:

Sumber Pembiayaan Pembangunan

Konvensional

Non Konvensional

Pajak

Bukan Pajak -Zakat/ Hibah -Dana Pensiun -Retribusi Daerah -Dana Perimbangan (dana bagi hasil, dana alokasi umum, dana alokasi khusus) -Tabungan Masyarakat -Investasi Asing -Utang Luar Negeri

-PBB -Pajak Penghasilan

-Perdagangan Internasional

b. Teori Anggaran Pengertian Anggaran

Menurut Mulyadi (2001, p.488), anggaran adalah suatu rencana kerja yang
dinyatakan secara kuantitatif yang diukur dalam satuan moneter standar ukuran yang lain yang mencakup jangka waktu satu tahun.

Menurut Gunawan Adisaputro dan Marwan Asri (1989:6) , anggaran adalah


suatu pendekatan yang formal dan sistematis daripada pelaksanaan tanggung jawab manajemen dalam perencanaan, koordinasi, dan pengawasan.

Definisi anggaran, atau biasa disebut dengan pembiayaan publik di atas, dapat digunakan baik dalam lingkup rumah tangga maupun daerah/negara. Anggaran terbagi menjadi 2, yaitu Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). APBN dikeluarkan oleh pemerintah pusat atas persetujuan DPR. Sedangkan APBD dikeluarkan oleh pemerintah daerah melalui persetujuan DPRD. Perbedaan undang-undang perda tentang APBN/APBD dengan undang-undang lainnya adalah: Periodisitas dan kontinuitas, artinya undang-undang anggaran hanya berlaku satu tahun. Sedangkan undang-undang lain berlaku secara terus menerus. Materiil, artinya undang-undang anggaran hanya berlaku bagi pemerintah. Sedangkan undang-undang lain mengikat semua masyarakat. Undang-Undang APBN/APBD Periodisitas dan Satu tahun Kontinuitas Materiil Hanya mengikat pemerintah Mengikat masyarakat seluruh Undang-Undang Lain Terus-menerus

Konsep Anggaran Pada umumnya, sistem anggaran mengalami perkembangan mulai dari zaman feodal, absolutisme, hingga zaman modern. Di zaman foedal pengeluaran dan pendapatan negara dianggap sebagai alat privat raja atau penguasa, dimana pendapatan maupun pengeluaran raja atau penguasa publik lain tidak dimasukkan ke dalam anggaran negara. Pada zaman absolutisme, sistem keuangan yang berlaku adalah sistem sportel yaitu sebagian besar pendapatan negara tidak masuk ke dalam kas pusat, melainkan ke dalam kas pejabat umum yang secara langsung membiayai tindakan penyediaan negara. Semua pemasukan negara masuk ke dalam kas para pejabat sebagai imbalan bagi jasa yang mereka lakukan. Perkembangan pemikiran demokrasi yang menguasai ketatanegaraan berlangsung mulai abad ke-19 dan adanya perkembangan ekonomi menyebabkan terjadinya perubahan pada sistem anggaran yang dikenal dengan sistem anggaran modern. Pelaksanaan sistem ini bervariasi, terutama mengenai susunan anggaran dan periodisitas dan bentuk formilnya. Adapun asas-asas yang dipergunakan dalam sistem anggaran modern ini adalah (Bohari, 1995):

1. Asas kelengkapan Semua pengeluaran dan penerimaan secara tegas dimuat dalam anggaran. Tidak boleh ada penerimaan atau pengeluaran yang tidak dimasukkan ke dalam kas negara. 2. Asas spesialisasi/spesifikasi Susunan anggaran terdiri dari berbagai macam pengeluaran dan penerimaan sehingga perlu diadakan klasifikasi tertentu. Berbagai jenis kemungkinan klasifikasi ditentukan berdasarkan tujuan negara. 3. Asas berkala Anggaran yang ditetapkan memiliki jangka waktu tertentu dalam pelaksanaannya. Asaa ini juga berkaitan dengan sistem pengawasan dalam pelaksanaannya. 4. Asas Formil Adanya keharusan setiap anggaran memerlukan bentuk tertentu yang mengikat semua pihak, dalam hal ini berbetuk undang-undang. Dengan demikian semua pihak dapat mengetahui secara pasti. Hal ini juga menjadi dasar untuk pelaksanaan pengawasan rakyat melalui wakil-wakilnya. 5. Asas Publisitas Merupakan asas dalam demikrasi bahwa tidak ada urusan publik bersifat rahasia. Dasar keterbukaan penting bagi negara demokrasi terutama mengenai penerimaan dan pengeluaran negara. c. Sistem Anggaran di Indonesia Sistem anggaran di Indonesia menggunakan sistem anggaran daerah dan terpusat. Pada saat berlangsungnya masa orde baru sistem anggaran di Indonesia merupakan sistem anggaran terpusat, dimana semua anggaran yang ada tercantum dalam APBN. Pada era reformasi, yakni sekitar tahun 1999 diberlakukan kebijakan otonomi daerah yang pada akhirnya mengharuskan pemerintah daerah untuk memiliki buku anggarannya sendiri atau biasa disebut APBD. APBN sendiri disahkan oleh Kementrian Keuangan sedangkan APBD disahkan oleh Kementrian Dalam Negeri. Karena Indonesia menggunakan sistem anggaran terpusat dan sistem anggaran daerah maka sistem anggaran di Indonesia disebut sistem anggaran yang terpadu.

You might also like