You are on page 1of 5

TEORI KONSELING Konseling sudah cukup banyak dikenal orang, khususnya dalam dunia psikologi.

Saat ini konselingbanyak digunakan oleh para profesional konselor dalam rangka membantu individu menyelesaikanmasalahnya. Selain itu, dalam dunia pendidikan juga konseling juga diaplikasikan oleh pihak sekolah. Halini disebabkan karena konseling dipandang penting dalam membantu siswa menjadi seorang pribadi yangdewasa dan matang.Konseling muncul dengan didasarkan pada berbagai teori. Banyak teori yang digunakan dalamrangka pelayanan konseling. Winkel (1997:373) menyatakan bahwa teori konseling adalah suatukonseptualisasi atau kerangka acuan berpikir tentang bagaimana proses konseling berlangsung; apa yangterjadi selama proses konseling, perubahan yang bagaimana yang dituju, mengapa perubahan itu dapatterjadi, dan apa unsur-unsur yang memegang peranan pokok.Dewasa ini jumlah teori konseling yang dikemukakan oleh para ahli sudah cukup banyak. Teori-teori konseling tersebut dikemukakan berdasarkan sudut pandang para ahli dan disesuaikan dengankeadaan pada saat ahli tersebut hidup.Dengan perbedaan isi atau metode dari masingmasing teori tersebut, maka berikut akan disajikanberbagai teori-teori konseling. Teori yang disajikan dalam bagian ini adalah teori-teori konseling yangdipelajari oleh mahasiswa/calon konselor di LPTK, dalam hal ini di Prodi Bimbingan dan KonselingUniversitas Sanata Dharma, yang nantinya akan dipraktikkan dalam program PPL-BK di sekolah menengah.Teori-teori tersebut adalah:1. Trait-Factor CounselingPelopor yang paling terkenal dari teori ini adalah Edmund Griffith (E.G.) Williamson yang lahirpada tanggal 14 Agustus 1900 di Rossville, Illionis, dan meninggal pada tanggal 30 Januari 1979. Teori inijuga menekankan pada pemahaman diri melalui test psikologis dan menerapkan pemahaman tersebutuntuk memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh konseli, terutama yang berkaitan dengan pilihanprogram studi atau bidang pekerjaan. Yang dimaksud dengan trait adalah suatu ciri yang khas bagiseseorang dalam berpikir, berperasaan, dan berperilaku. Ciriciri ini dianggap sebagai suatu dimensikepribadian yang masing-masing membentuk suatu kontinum atau skala yang terentang dari sangat tinggisampai sangat rendah (Winkel, 1997:388). Ciri-ciri inilah yang akhirnya disebut sebagai factors.Teori ini bertujuan untuk membantu konseli dalam membuat keputusan atas alternatif pilihanyang berkaitan dengan pekerjaan/jabatan yang diinginkan. Implikasinya dalam dunia pendidikan adalahmembantu siswa dalam membuat keputusan atas pilihan jurusan atau program studi yang diharapkan dandengan bakat dan kemampuan yang dimiliki oleh siswa tersebut. Jadi, teori ini bertujuan untuk membantumengatasi masalah yang dihadapi konseli yang termasuk dalam ragam bimbingan karier (Winkel dan SriHastuti, 2004:438-439).Teori ini merupakan directive counseling atau Counselor-Centered Counseling, dimana konselorsecara sadar mengadakan strukturalisasi dalam proses konseling dan berusaha mempengaruhi arahperkembangan konseli demi kebaikan konseli tersebut. Dalam proses wawancara konseling, konselor harusmelakukan langkah-langkah yaitu membantu konseli mengumpulkan dan mengolah data tentang dirikonseli (data psikologis); data lingkungan hidup yang meliputi data konkret tentang lingkungan keluarga,masyarakat dan lingkungan bidang studi yang sedang ditinjau (data sosial). Data dan fakta-fakta tersebutdalam kaitan satu sama lain akan menghasilkan sejumlah alternatif yang kemudian dipertimbangkan prodan kontranya. Akhirnya dipilih alternatif yang paling masuk akal, paling bijaksana dan realistis karenabaik bisa/dapat

maupun ingin dipilih; atau mungkin ditemukan alternatif baru yang mengambil unsur-unsur dari berbagai alternatif yang lain. Pengumpulan data psikologis dan fakta sosial sangat bermanfaatuntuk dapat menentukan suatu norma atau patokan yang menjadi landasan untuk kelak dapat mengambilkeputusan tegas.2. Konseling Behavioristik (Behavioristic Counseling)Istilah Konseling Behavioristik berasal dari istilah bahasa Inggris Behavioral Counseling yangpertama kali digunakan oleh John D. Krumboltz (1964) yang juga promotor utama aliran ini. Beberapatokoh yang mengembangkan aliran ini adalah Dollar dan Miller, Wolpe, Lazarus, Eysenck, Thoresen Bandura, Goldstein, Yates serta Dustin dan George.Pendekatan ini menitikberatkan pada perubahan nyata dalam perilaku konseli sebagai hasil darikonseling. Pendekatan ini juga menekankan bahwa hubungan antarpribadi tidak dapat diteliti secarailmiah, sedangkan perubahan nyata dalam perilaku konseli memungkinkan dilakukan penelitian ilmiah.Pendekatan ini merupakan kebalikan dari pendekatan yang memandang hubungan antarpribadi antarakonselor dan konseli sebagai komponen utama dan mutlak serta sekaligus cukup untuk memberikanbantuan psikologis kepada seseorang. Keyakinan dasar yang dipegang dalam pendekatan ini adalah bahwaperilaku manusia merupakan hasil dari suatu proses belajar, maka dapat diubah dengan belajar baru(Winkel dan Sri Hastuti, 2004).Maka, konseling behavioristik memiliki ciri-ciri, antara lain (Latipun, 2001:113):a.Berfokus pada perilaku yang tampak atau nyatab.Memerlukan kecermatan dalam perumusan tujuan terapeutik/konselingc.Mengembangkan prosedur perlakuan spesifik sesuai dengan masalah konseli.d.Penafsiran objektif atas tujuan terapeutik/konseling.Jadi berdasarkan penjelasan di atas, dalam konseling behavioristik perumusan tujuan secaraspesifik lebih penting dibandingkan dengan proses hubungan konseling. Hal ini dikarenakan masalah dansituasi yang dihadapi oleh masing-masing konseli berbeda-beda, sehingga tujuan yang hendak dicapaimasing-masing pribadi juga berbeda sesuai dengan masalah dan kondisi yang dihadapi oleh konselitersebut. Tujuan konseling behavioristik sendiri adalah membantu konseli untuk mengubah perilaku salahsuai atau perilaku maladaptif dengan cara mempertahankan dan memperkuat perilaku yang diharapkan,meniadakan perilaku yang tidak diharapkan serta membantu menemukan cara-cara berperilaku yang tepat(Corey (2003), Latipun (2001), Wilis (2004)).Perilaku konseli merupakan hasil dari keseluruhan pengalaman hidupnya dalam interaksinyadengan lingkungan. Dalam interaksi ini, konseli dihadapkan pada suatu rangsangan (Stimulus/S) danbereaksi dengan cara tertentu (Response/R). Cara reaksi ini lama kelamaan akan menjadi suatu pola yangsifatnya dinamis sesuai dengan saat di mana konseli berada.Konseling Behavioristik tidak dapat dilepaskan dari teori belajar (Behaviorisme) yang telah adasebelumnya. Tiga konsepsi tentang belajar yang diuraikan oleh tiga tokoh yang berbeda adalah:1)Belajar Signal menurut Ivan Pavlov2)Belajar melalui Peneguhan Menurut SkinnerPada dua konsepsi di atas, reaksi mengikuti rangsangan secara spontan tanpamelalui suatu proses kognitif lebih dahulu. (SR)3)Belajar dari Model menurut BanduraPada konsepsi ini, ada kemungkinan terjadi sesuatu dalam diri subjek sebelum memberikan reaksi. (Sr(rangsangan kognitif)R).Dalam pendekatan Behavioristik dalam konseling, rangkaian SR dikonsepsikan sebagai rangkaianAntecedent-Behavior-Consequence (A-B-C). Antecedent atau Stimulus adalah kejadian-kejadian yangmendahului Behavior, Consequence atau Reinforcement (peneguhan atau penguatan menurut Skinner)adalah segala efek yang mengikuti atau berlangsung sesudah Behavior. Sedangkan Behavior sama denganResponse. Apabila rangkaian ini diulang-ulang kembali, maka dapat membentuk pola perilaku yang tetapsama.Dalam pendekatan Behavioristik, selain menaruh perhatian pada perubahan perilaku, adabeberapa pelopor yang juga menaruh perhatian pada reaksi emosional sebagai proses belajar, khususnyarasa khawatir, cemas, gelisah dan takut-takut, yang sering

melatarbelakangi rasa tidak tenang sertaterancam dan mendasari perilaku manusia. Untuk kasus seperti ini ada dua alternatif prosedur yangdilakukan konselor yaitu, pertama mengubah respon/reaksi terbuka (R) atau perilaku (B) secara langsung,tanpa mengusahakan perubahan dalam respon/ reaksi tertutup (r) atau cara berpikir lebih dahulu. Kedua,mengubah respon/ reaksi tertutup (r) lebih dahulu, lebih-lebih tanggapan pikiran dalam batin seseorang;sebagai akibat respon/reaksi terbuka (R) akan berubah pula, namun tidak secara langsung. Selain itu, beberapa tokoh pendekatan Behavioristik juga mengembangkan pendekatan baru yakniPendekatan Kognitif-Behavioristik (Cognitive-Behavioral Approach). Pendekatan ini lebih menekankanperanan dari persepsi, pikiran dan keyakinan yang semuanya bersifat kognitif sebagai komponen yangsangat menentukan dalam rangkaian SrR. Alasan dasarnya adalah bahwa manusia dapat mengaturperilakunya sendiri dengan mengubah tanggapan kognitifnya terhadap Antecedent dan mengatur sendiriReinforcement yang diberikan kepada dirinya sendiri.3. Rational-Emotive Therapy (RET)Pelopor dan peletak dasar konseling ini adalah Albert Ellis. Beliau lahir pada tahun 1913 di Pittsburgh,Pennsylvania dan dibesarkan di New York. RET merupakan sebuah terapi atau corak konseling yangmenekankan kebersamaan dan interaksi antara berpikir dan akal sehat (rational thinking), berperasaan(emoting), dan berperilaku (acting), serta sekaligus menekankan bahwa perubahan yang mendalam dalamcara berpikir dapat menghasilkan perubahan berarti dalam cara berperasaan dan berperilaku (Winkel,1997, 144). Menurut Ellis (1994) perilaku seseorang khususnya yang berkaitan dengan emosi, bukandisebabkan secara langsung oleh peristiwa yang dialaminya, melainkan karena cara berpikir atau sistemkepercayaan seseorang (rasional atau irrasional) (Latipun, 2001: 93). Jadi tujuan dari RET adalah untukmemperbaiki dan mengubah sikap, cara berpikir, persepsi, keyakinan serta pandangan konseli yangirrasional menjadi rasional, sehingga ia dapat mengembangkan dirinya dan mencapai realisasi diri yangoptimal (Wilis, 2004: 76).RET dalam teori-teori konseling dan psikoterapi dikelompokkan sebagai terapi kognitif-behavior,karena terapi ini berasal dari aliran pendekatan kognitif-behavioristik. Maka, RET juga sering disebut jugadengan nama lain seperti Rational Therapy, Rational Emotive Behavior Therapy, Cognitif BehaviorTherapy, Semantic Therapy, dan Rational Behavior Training.Menurut Ellis (1994) ada tiga hal terkait dengan perilaku yang juga menjadi konsep dasar RET atauyang sering disebut sebagai konsep A-B-C, yaitu activating event atau activating experience (A) yangmerupakan peristiwa atau pengalaman tertentu yang menjadi pendahulu berupa fakta, peristiwa, atausikap orang lain. Belief (B) yakni keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatuperistiwa atau pengalaman. Keyakinan manusia pada dasarnya ada dua yaitu keyakinan yang rasional ataumasuk akal (rational belief/rB) dan keyakinan yang tidak rasional (irrasional belief/iB). Consequence (C)merupakan konsekuensi sebagai akibat atau reaksi individu dalam hubungannya dengan A. Jadi, Cpertamakali ditimbulkan oleh B, baik rB ataupun iB terhadap A.Dalam memberikan pelayanan kepada konseli dengan pendekatan ini, konselor hendaknyaberpegang pada konsep dasar di atas dengan menambahkan unsur D (dispute) dan E (Effects). Disputemerupakan usaha yang dilakukan oleh konselor dalam membantu konseli untuk mengubah pikirannya yangirrasional dengan cara mendiskusikan secara terbuka dan terus terang dengan konseli. Effects adalah hasil-hasil yang diperoleh dari proses diskusi bersama konseli, hasil tersebut (seharusnya/harapannya) berupapikiran yang lebih rasional dan perasaan yang lebih wajar serta perilaku yang lebih tepat dan sesuai.4. Konseling EklektikKonseling eklektik (Eclectic Counseling) mulai dikembangkan sejak tahun 1940-an oleh FrederickThorne yang merupakan promotor utama dari corak konseling ini. Corak konseling ini menunjukkan suatusistematika dalam konseling yang berpegang pada pandangan teoritis dan pendekatan yang merupakanperpaduan dari

berbagai unsur yang diambil atau dipilih dari beberapa konsepsi serta pendekatan. Dengankata lain, konseling eklektik merupakan pandangan yang berusaha menyelidiki berbagai sistem metode,teori atau doktrin yang dimaksudkan untuk memahami dan bagaimana menerapkannya dalam situasi yangtepat dalam rangka membantu konseli menyelesaikan masalahnya. Hal ini mendasarkan pada pandanganbahwa semua teori konseling yang ada pastilah memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.Atau terkadang konselor merasakan adanya pembatasan apabila hanya menggunakan satu teori ataupendekatan saja dalam proses konseling. Latipun (2001:135) mengemukakan hal yang sama, yakni bahwapendekatan konseling eklektik merupakan sebuah pendekatan konseling yang didasarkan pada berbagaikonsep dan tidak berorientasi pada satu teori secara eksklusif. Sebuah teori itu memiliki keterbatasankonsep, prosedur dan teknik, serta kelebihan dan kelemahan. Karena itu pendekatan konseling eklektikmempelajari teori dan menerapkannya sesuai dengan keadaan riil konseli. Dengan pendekatan ini, konselor dapat menggunakan berbagai macam variasi, tindakan, pikiransesuai dengan kebutuhan dan ciri khas masalah yang dihadapi oleh konseli. Meskipun demikian, konselortetap harus berpegang pada pola eklektik, menguasai sejumlah prosedur dan teknik serta memilihmanakah yang paling tepat dan sesuai dari berbagai prosedur dan tehnik tersebut. Hal ini sesuai sepertiyang diungkapkan oleh Prochaska (1984) bahwa konseling eklektik merupakan penerapan prinsip-prinsippsikologi untuk memecahkan masalah-masalah pribadi dengan menerapkan prinsip-prinsip khusus yangditetapkan berdasarkan masalah khusus yang akan dipecahkan (Latipun, 2001:137).Berkaitan dengan pendekatan eklektik ini, Winkel (1997) mengusulkan suatu pola pendekatan yanglebih memungkinkan untuk diterapkan di institusi pendidikan. Pola tersebut adalah pola yangmemungkinkan konselor melayani suatu kasus yang penyelesaiannya terutama terdiri atas pilihan di antarabeberapa alternatif (a choice case). Dalam pola ini, konselor melaksanakan wawancara konseling untukmembuat suatu pilihan (Decision Making Interview). Dalam pola ini, langkah-langkah yang perlu dilakukanuntuk membantu konseli adalah peninjauan pro dan kontra dari alternatif oleh konseli, kemudian dinilaidari sudut pandang Bisa dipilih?; mungkin untuk dipilih? (Possible?), selanjutnya Ingin dipilih?(Desirable?), dan yang terakhir adalah Kalau dipilih, akan membawa hasil yang diharapkan? (Feasible)Pola yang kedua adalah pola yang memungkinkan konselor melayani suatu kasus yangpenyelesaiannya terutama menuntut perubahan sikap serta tindakan penyesuaian diri terhadap situasikehidupan yang tidak dapat diubah dan harus diterima seadanya (a change case). Dalam pola ini, konselormelaksanakan wawancara konseling untuk penyesuaian diri (Interview for Adjustment). Untuk kasus ini,konselor membantu konseli untuk meninjau kembali sikap dan pandangannya sampai sekarang sertamemikirkan sikap dan tindakan yang lebih baik.Teori konseling di atas hanyalah sebagian dari sekian banyak teori konseling yang ada saat ini.Teori di atas merupakan dasar yang paling sering digunakan di dunia pendidikan.Semoga sedikit berguna bagi yang membacanya.thanks. Aspek - Aspek Psikologis Pasien di Rumah Sakit Menurut Griffith (1987) ada beberapa aspek yaitu : a.Sikap pendekatan staf pada pasien yaitu sikap staf terhadap pasien k e t i k a p e r t a m a k a l i datang di rumah sakit. b.Kualitas perawatan yang diterima oleh pasien yaitu apa saja yang t e l a h d i l a k u k a n o l e h pemberi layanan kepada pasien, seberapa pelayanan perawatan yang berkaitan dengan proses kesembuhan penyakit yang diderita pasien dan kelangsungan perawatan pasienselama berada dirumah sakit.

c.Prosedur administrasi yaitu berkaitan dengan pelayanan a d m i n i s t r a s i p a s i e n d i m u l a i masuk rumah sakit selama perawatan berlangsung sampai keluar dari rumah sakit. d.Waktu menunggu yaitu berkaitan dengan waktu yang diperbolehkan u n t u k b e r k u n j u n g maupun untuk menjaga dari keluarga maupun orang lain dengan memperhatikan ruangt u n g g u y a n g m e m e n u h i s t a n d a r - s t a n d a r r u m a h sakit antara lain : ruang tunggu yangn y a m a n , t e n a n g , f a s i l i t a s y a n g m e m a d a i m i s a l n y a t e l e v i s i , k u r s i , a i r m i n u m d a n sebagainya. e.Fasilitas umum yang lain seperti kualitas pelayanan berupa m a k a n a n d a n m i n u m a n , privasi dan kunjungan. Fasilitas ini berupa bagaimana pelayanan terhadap pemenuhankebutuhan pasien seperti makanan dan minuman yang disediakan dan privasi ruang tunggusebagai sarana bagi orang-orang yang berkunjung di rumah sakit. f.Fasilitas ruang inap untuk pasien yang harus rawat. Fasilitas ruang i n a p i n i d i s e d i a k a n berdasarkan permintaan pasien mengenai ruang rawat inap yang dikehendakinya. g.Hasil treatment atau hasil perawatan yang diterima oleh pasien yaitu p e r a w a t a n y a n g berkaitan dengan kesembuhan penyakit pasien baik berapa operasi, kunjungan dokter atau perawat. Tingkat kepuasan antar individu satu dengan individu lain berbeda. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh dari faktor jabatan, umur, kedudukan sosial, tingkat ekonomi, pendidikan, jenis kelamin,sikap mental dan kepribadian (Sugiarto, 1999). Kepuasan pasien atau konsumen berdasarkan teori-teori diatas tidak hanya dipengaruhi oleh jasa yang dihasilkan oleh suatu rumah sakit semata, tetapi juga dipengaruhi oleh pelayanan yang diberikan oleh petugas rumah sakit baik dokter, perawat, dankaryawan-karyawan lainnya.Berdasarkan pandangan beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek yangmempengaruhi kepuasan psikologis pada pasien adalah sebagai berikut :a . S i k a p p e n d e k a t a n s t a f p a d a p a s i e n y a i t u s i k a p s t a f t e r h a d a p p a s i e n k e t i k a p e r t a m a k a l i datang di rumah sakit. b.Kualitas perawatan yang diterima oleh pasien yaitu apa saja yang t e l a h d i l a k u k a n o l e h pemberi layanan kepada pasien, seberapa pelayanan perawatan yang berkaitan dengan proses kesembuhan penyakit yang diderita pasien dan kelangsungan perawatan pasienselama berada dirumah sakit. c.Prosedur administrasi yaitu berkaitan dengan pelayanan a d m i n i s t r a s i p a s i e n d i m u l a i masuk rumah sakit selama perawatan berlangsung sampai keluar dari rumah sakit.d . F a s i l i t a s f a s i l i t a s y a n g d i s e d i a k a n r u m a h s a k i t y a i t u f a s i l i t a s r u a n g i n a p , k u a l i t a s makanan atau kios-kios penjual makanan yang terjamin kesehatan

You might also like