Professional Documents
Culture Documents
Dunia Kedokteran
1997
Daftar Isi :
2. Editorial
4. English Summary
Artikel
5. Cholesterol, Hypercholesterolemia and the Drugs Against
It - a review - Abraham Simatupang
13. Pengaruh Doxazosin terhadap Lemak Darah - Delvac
Oceandy
16. Penatalaksanaan Komplikasi Kardiovaskular pada Hiper-
tensi - Budi Susetyo Pikir
Rauvolfia Serpentina (L) 22. Nyeri Dada dan Makna Klinisnya - Edi Sugiyanto
(Pule Pandak) 25. Demam Rematik - Bambang Kisworo
Karya Sriwidodo WS 29. Efek Ramuan Buah Mengkudu dan Daun Kumis Kucing
untuk Menurunkan Tekanan Darah pada Penderita Hiper
tensi - Lestari Handayani, Didik Budijanto
33. Afasia dengan Lesi di Striatum Kiri (Afasia Subkorteks) -
A. Munandar
42. Pengaturan Tidur Pekerja Shift - Sudjoko Kuswadji
49. Radikal Bebas pada Eritrosit dan Lekosit - Jensen Lautan
53. Tanaman Obat untuk Diabetes Mellitus - Lucie Widowali,
B.Dzulkarnain, Sa‘roni
61. Pengalaman Praktek
62. Abstrak
64. RPPIK
Penelitian demografis menunjukkan bahwa dengan makin berge-
sernya pola kehidupan masyarakat ke arah masyarakat industri
masalah kesehatan juga mengalami perubahan dengan makin be-
sarnya masalah kelainan metabolik dan degeneratif
Topik bahasan kali ini sebenarnya agak beragam, meskipun se-
bagian besar mengenai masalah kardiovaskular dan faktor-faktor
yang berperan di dalamnya.
Masalah lain yang ikut melengkapi berkisar pada penyakit metabolik
lainnya seperti osteoartritis dan diabetes mellitus; selain itu juga
masalah afasia dan radikal bebas ikut pula disinggung, di samping
masalah pengaturan tidur bagi para pekerja yang penting diperhati-
kan agar produktivitas tetap terjaga.
Para pembaca juga dapat mengambil manfaat dengan memper-
hatikan bahwa salah satu karangan yang diterbitkan kali ini menggu-
nakan bahasa Inggris yang baik.
Selamat membaca,
Redaksi
Dunia Kedokteran
International Standard Serial Number: 0125 – 913X
Cermin Dunia Kedokteran menerima naskah yang membahas berbagai sesuai dengan urutan pemunculannya dalam naskah dan disertai keterangan
aspek kesehatan, kedokteran dan farmasi, juga hasil penelitian di bidang- yang jelas. Bila terpisah dalam lembar lain, hendaknya ditandai untuk meng-
bidang tersebut. hindari kemungkinan tertukar. Kepustakaan diberi nomor urut sesuai dengan
Naskah yang dikirimkan kepada Redaksi adalah naskah yang khusus untuk pemunculannya dalam naskah; disusun menurut ketentuan dalam Cummulated
diterbitkan oleh Cermin Dunia Kedokteran; bila telah pernah dibahas atau di- Index Medicus dan/atau Uniform Requirements for Manuscripts Submitted
bacakan dalam suatu pertemuan ilmiah, hendaknya diberi keterangan mengenai to Biomedical Journals (Ann Intern Med 1979; 90 : 95-9). Contoh:
nama, tempat dan saat berlangsungnya pertemuan tersebut. Basmajian JV, Kirby RL. Medical Rehabilitation. 1st ed. Baltimore. London:
Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris; bila menggunakan William and Wilkins, 1984; Hal 174-9.
bahasa Indonesia, hendaknya mengikuti kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang Weinstein L, Swartz MN. Pathogenetic properties of invading microorganisms.
berlaku. Istilah media sedapat mungkin menggunakan istilah bahasa Indonesia Dalam: Sodeman WA Jr. Sodeman WA, eds. Pathologic physiology: Mecha-
yang baku, atau diberi padanannya dalam bahasa Indonesia. Redaksi berhak nisms of diseases. Philadelphia: WB Saunders, 1974; 457-72.
mengubah susunan bahasa tanpa mengubah isinya. Setiap naskah harus di- Sri Oemijati. Masalah dalam pemberantasan filariasis di Indonesia. Cermin
sertai dengan abstrak dalam bahasa Indonesia. Untuk memudahkan para pem- Dunia Kedokt. l990 64 : 7-10.
baca yang tidak berbahasa Indonesia lebih baik bila disertai juga dengan abstrak Bila pengarang enam orang atau kurang, sebutkan semua; bila tujuh atau lebih,
dalam bahasa Inggris. Bila tidak ada, Redaksi berhak membuat sendiri abstrak sebutkan hanya tiga yang pertama dan tambahkan dkk.
berbahasa Inggris untuk karangan tersebut. Naskah dikirimkan ke alamat : Redaksi Cermin Dunia Kedokteran,
Naskah diketik dengan spasi ganda di atas kertas putih berukuran kuarto/ Gedung Enseval, JI. Letjen Suprapto Kav. 4, Cempaka Putih, Jakarta 10510
folio, satu muka, dengan menyisakan cukup ruangan di kanan-kirinya, lebih P.O. Box 3117 Jakarta. Telp. 4208171/4216223
disukai bila panjangnya kira-kira 6 - 10 halaman kuarto. Nama (para) penga- Pengarang yang naskahnya telah disetujui untuk diterbitkan, akan diberitahu
rang ditulis lengkap, disertai keterangan lembaga/fakultas/institut tempat secara tertulis.
bekerjanya. Tabel/skema/grafik/ilustrasi yang melengkapi naskah dibuat sejelas- Naskah yang tidak dapat diterbitkan hanya dikembalikan bila disertai
jelasnya dengan tinta hitam agar dapat langsung direproduksi, diberi nomor dengan amplop beralamat (pengarang) lengkap dengan perangko yang cukup.
CHOLESTEROL, HYPERCHOLES- “high blood cholesterol”. The diet increases also HDL-C. Estrogen is
TEROLEMIA AND THE DRUGS therapy is still the first attempt nowadays administered either as
AGAINST IT. A REVIEW. that people should consider in adjunction or as main therapy to
reducing hypercholesterolemia. the postmenopausal women.
Abraham Simatupang
Department of Pharmacology- School of The dietary therapy should con- while the risk of CHD is increased
Medicine Christian University of Indonesia. sistof at least 4 principles,namely due to sinking level of estrogen in
Jakarta, Indonesia (1) reduction of fat intake, maxi- the body.
mum up to 30% of total intake of Recently, a group of lipid-
Lipoproteins (macromolecular calory by reducing the intake of lowering drugs called statins had
complexes of lipid and proteins) saturated fatty acids to ≤ 10% been proven to show a promising
transport lipids and cholesterol of total energy, (2) increasing effect either through small group
through the blood stream. Such a dietary intake of mono and poly- or population-based studies.
transport system is essential to life unsaturated fats. Ten to 15% per- These drugs compefitively inhibit
since these lipid materials are cent of consumed energy should HMG-CoA reductase, the rate
needed for cell growth, hormone be supplied in form of mono- limiting enzyme in the biosynthe-
production and transmembrane and 7 to 10% of polyunsaturated sis of cholesterol leading to
transport. However, an excess of fats, (3) increasing dietary intake increased expression of LDL re-
one important class of lipopro- of complex carbohydrates and ceptors. However, the mecha-
teins known as low density lipo- fiber, (4) reduction of cholesterol nism of action of these drugs is
protein (LDL) increases the risk of intake (≤ 300 mg/day). Patients more complex than the original
ischaemic heart disease. who do not respond appropria- concept. Pravastatin, simvastatin
Body cholesterol is derived tely to dietary therapy should be and fluvastatin are now available
from two sources, namely, (1) given lipid-lowering drugs. In in the dispensaries. Pravastatin,
endogenous, obtained from making the decision to start drug which is more hydrophilic than
synthesis, which occurs mainly in therapy, it should be considered simvastatin and fluvastatin, is
the liver with the help of an key that the treatment will probably Implied more selective than the
enzyme HMG-CoA reductase. be a life-long therapy. A wide latter. It can be suggested, there-
and (2) dietary cholesterol range of lipid-lowering drugs are fore, that pravastatin also reduces
absorbed from the intestine. available nowadays. the synthesis of cholesterol in extra
Cholesterol are degraded to bile Cholestyramine and colestippl hepatic tissues.
acids, a process which is cata- which belong to bile-acid se- With the availability of new
lysed with 7α-hydroxylase, or it questrant resins bind bile acids pharmacological agents, an
will be secreted as cholesterol by in the intestinelandireduce their effective treatment of the
biliary secretion and faecal loss. enterohepatic circulation there- common forms of hyperlipo-
National Education Program by stimulating their faecal loss. proteinemia is now possible,
Coordinating Committee classi- Nicotinic acid inhibits, by un- Cermin Dunia Kedokt. 1997; 116:5-12
fies serum cholesterol level ≤ 200 As
known mechanism, the produc-
mg/dL as “desirable blood cho- tion of VLDL particles from the
lesterol”, 200-239 mg/dL as liver, leading to low VLDL-trigly-
“borderline high blood choles- ceride. concentrations and low
(Bersambung ke halaman 32 dan 61)
terol”, and above 240 mg/dL as levels of LDL-C in serum. This drug
Cholesterol, Hypercholesterolemia
and the Drugs Against It
- a review
Abraham Simatupang
Department of Pharmacology-School of Medicine Christian University of Indonesia, Jakarta, Indonesia
INTRODUCTION Table 1.1. Initial Classification Based on Total Cholesterol and HDL
Cholesterol(8)
Hypercholesterolemia and cardiovascular disease
There is now an overwhelming evidence to support a link Level Classification
between serum cholesterol, particularly low-density lipoprotein
Total cholesterol < 200 mg/dL Desirable blood cholesterol
(LDL) cholesterol, and the development of coronary heart disease
200 to 239 mg/dL Borderline-high blood cholesterol
(CHD). The Multiple Risk Factor Intervention Trial (MRFIT), a ≥ 240 mg/dL High blood cholesterol
population-based study, has demonstrated a curvilinear relation- HDL cholesterol < 35 mg/dL Low HDL cholesterol
ship between serum cholesterol and ischemic heart disease in
361,362 men, which covered all levels of serum cholesterol(1). BIOSYNTHESIS AND DEGRADATION OF CHOLESTE-
Large-scale intervention studies with lipid lowering drugs such ROL
as the Helsinki Heart Study(2), the Lipid Research Clinics Coro- Cholesterol is a diffused component in human body. It is
nary Primary Prevention Trial. (LRC-CPPT)(3). and the West of essential for cell growth and it provides the basic source for
Scotland Coronary Prevention Study Group(4) have shown that steroid hormone production. It is an essential component of most
reduction in serum cholesterol is associated with a reduced cell membranes of the body, providing stability, fluidity, and
incidence of coronary heart disease. A major conclusion from the allowing transmembrane transport. It also plays an important role
LRC-CPPT was that a 1% reduction in total cholesterol confers in the transport of triglycerides in the serum being an essential
to a 2% lowering of CHD risk. These primary prevention studies componen of serum lipoproteins(9,10,11).
are complemented by more recent data from secondary pre- Body cholesterol is derived from two sources: (I) Endo-
vention trials(5,6). These studies confirmed that serum cholesterol genous cholesterol derived from synthesis and (2) Dietary cho-
lowering therapy with drugs improve the- survival rates in pa- lesterol absorbed from the intestine. Cholesterol is synthesized
tients with CHD and two or more additional risk factors(7). Thus, de novo from acetyl-CoA by a variety of different tissues within
on the basis of these results, there is now a strong evidence for the body, however most of the syntheses take place in the liver
serum cholesterol lowering intervention, both at the population and the intestine. All cholesterol is derived ultimately from
level (diet) and in individual subjects at high risk (drugs). acetate. Three molecules of the latter are condensed to produce
1. Hypercholesterolemia 3-hydroxy-3-methylglutaryl coenzyme A (HMG-CoA), which
According to the guidelines of the National Education Pro- in turn is converted to mevalonic acid in the rate-limiting step
gram Coordinating Committee(8), serum cholesterol levels <200 through the action of the key enzyme HMG-CoA reductase.
mg/dL are classified as “desirable blood cholesterol,” those Through a series of condensations and rearrangements, mevalonic
between 200 and 239 mg/dL as “borderline-high blood choleste- acid is converted into cholesterol (Figure 1.1). In the liver,
rol,” and those above 240 mg/dL as “high blood chofesterol.” A cholesterol is partially degraded, into the primary bile acids,
high density lipoprotein (HDL) cholesterol level < 35 mg/dL is cholic acid and chenodeoxycholic acid (Figure 2.1). The con-
defined as “low.” (Table 1.1.). version is catalyzed by the key enzyme of bile acid synthesis,
Figure 3.2. Structures of simvastatin (prodrug and active β-hydroxy acid form).
Simvastatin is a methyl analogue of lovastatin and is synthe- or in divided doses twice daily. At maximal effective therapeutic
sized from a fermentation product of Aspergillus terreus(37). dosages, simvastatin reduces total cholesterol, LDL-cholesterol
Simvastatin is a prodrug which undergoes rapid hydrolysis after and triglycerides by 30 to 35%, 35 to 45%, and 20 to 40%,
absorption (Figure 3.2.). The major metabolite, β-hydroxyacid respectively, and increases HDL-cholesterol to 5-15%(42) (Todd
simvastatin, is the most potent with respect to HMG-CoA re- and Goa 1990).
ductase inhibition. Data from animal studies suggest that circa 61 2.2 Pravastatin
to 85% of a dose of simvastati.n is absorbed from the intestine(37). The drug is produced by microbial transformation of
Simvastatin is extensively metabolized by the liver through the mevastatin (ML-236 B, compactin) in a hydroxylation process
cytochrome P450 system(38) and mostly secreted into bile and catalysed by a soluble cytochrome P450(43). Unlike other HMG-
eliminated with the feces. After i,v. injection of radiolabelled CoA reductase inhibitors such as lovastatin and simvastatin,
simvastatin, 13% of the radioactivity was collected in the urine which are administered as prodrugs, pravastatin has been
and 58% in the feces in humans. Very little unchanged sim- developed for administration as the sodium salt of the active
vastatin or simvastatin acid is found in the feces. The half-life of compound (Figure 3.3.).
simvastatin acid is 1.9 h and total body clearance is 31.8 L/h. In many in vitro studies, it has been shown that pravastatin
Pentikainen and coworkers (1992) reported that peak enzyme is more selective than the others HMG-CoA reductase inhibitors
inhibition in 12 healthy male volunteers occured 2.5 h after because it has much higher activity in freshly isolated rat hepato-
receiving a single oral 40 mg dose(39). Both simvastatin and β- cytes than in cells from nonhepatic tissues(44). These differences
hydroxyacid-simvastatin are > 95% protein bound in human have been attributed to the structural-pharmacological actions of
plasma. Germershausen et al. (1989) demonstrated that concen- pravastatin. Pravastatin would be taken up by hepatocytes by a
trations of radiolabelled simvastatin and lovastatin were 50% carrier-mediated transport process that is notpresent in peripheral
higher than that of pravastatin in rats liver tissue during the 24 cells(45). Therefore, the uptake of pravastatin in peripheral tissues
hours after drug administration, and were 3 to 6 times lower than would be minimal compared with that of the highly lipophilic
pravastatin in kidney, spleen, testes, adrenals and stomach(40). simvastatin and lovastatin. Absolute average bioavailability of
This suggests that simvastatin is more selective than pravastatin the parent drug averaged 17% based on urinary excretion data(46).
for the liver. However, there was no difference of change of the Incomplete absorption (about 34% of radiolabelled drug has
ratio of lathosterol, one of cholesterol precursors in blood, either been estimated from comparison of the cumulative 0 to 96-hour
after pravastatin or simvastatin(41). Therefore it can be suggested urinary excretion ofradioactivity) and a "first-pass" effect followed
that simvastatin also reduces the synthesis of cholesterolin extra by biliary excretion have been suggested as explanations of. the
hepatic tissues. low systemic availability of the drug+. Triscari et al. (1995)
Simvastatin was usually administered as a single daily dose, found that duodenum was the greatest locus for bioavailability of
2. Frick MH, Elo O, Haapa K, Heinonen OP. Heinsalmi P, Helo P, Huttunen
JK, Kaitaniemi P. Koskinen P. Manninen V. et al. Helsinki Heart Study:
rimary-prevention trial with gemfibrozil in middle-aged men with dyslipi
demia. Safety of treatment, changes in risk factors, and incidence of
coronary heart disease. N. EngI. J. Med., 1987; 317: 1237-1245.
3. RC-CPPT. The Lipid Research Clinics Coronary Primary Prevention Trial
results. I. Reduction in incidence of coronary heart disease. J. Amer. Med.
Assoc., 1984; 251: 351-364.
4. Shepherd J, Cobbe SM, Ford I, Isles CG, Lorimer AR, Macfarlane PW,
McKillop JH, and Packard Ci. Prevention of coronary heart disease with
pravastatin in men with hypercholesterolemia. N. Engl. J. Med., 1995:333:
1301-1307.
5. Anonym. Randomised trial of cholesterol lowering in 4444 patient.s with
coronary heart disease: the Scandinavian Simvastatin Survival Study (4).
Lancet. 1994; 344: 1383-1389.
6. The Pravastatin Multinational Study Group for Cardiac Risk Patients.
Effects of pravastatin in patients with serum total cholesterol levels from
5.2 to 7.8 mmolliter (200 to 300 mg/dl) plus two additional atherosclerotic
risk factors. Am. J. Cardiol., 1933; 72: 103 1-1037.
7. Oliver MF. Statins prevent coronary heart disease. Lancet. 1995; 346:
1378- 1379.
8. NCEP (National Cholesterol Education Program). Detection, evaluation,
and treatment of hig blood cholesterol in adults (Adult treatment panel II).
Circulation. 1994; 89: 1329-1445.
9. Grundy SM. HMG-CoA reducta.se inhibitors for treatment of hyper
cholesterolemia. N EngI. J. Med., 1988; 319: 24-33.
10. Grundy SM. Cholesterol and atherosclerosis: diagnosis and treatment. New
Figure 3.3. Structural formula of pravastatin York: Gower Medical Pub!., 1990.
11. SirtoriCR. Tissue selectivityofhydroxymethylglutaryl coenzyme A (HMG
pavastatin(48). The estimated hepatic extraction ratio was 0.66. CoA) reductase inhibitors. Pharmacol. Ther., 1993; 60: 43 1-459.
The estimated mean plasma elimination half-life was 0.8 h and 12. Myant NB, Mitopoulos KA. Cholesterol 7a-hydroxylase. J. Lipid Res.,
1977; 18: 135-153. -
1.8 h for the intra-venous and oral administration, respectively(46). 13. Wikvall K. Conversion of cholesterol into bile acids. Current Op. Lipidol.,
The volume distribution at steady state (Vdss) was approximately 1990; 1: 248-254.
351 or 0.51/kg. Peak blood levels of pravastatin after oral admi- 14. Havel RJ. Cholesterol transport in lipoproteins. Atheroscler. Rev,, 1991;
nistration were reached at approximately 1 h. No accumulation 23: 1-7.
15. Eisenberg S. Metabolism of apolipoproteins and lipoproteins. Current Op.
was found either in healthy subjects or in patients(49,50). Pra- Lipidol., 1990; 1: 205-215.
vastatin appears not to induce hepatic drug-metabolizing 16. Shepherd J. Lipoprotein metabolism. An overview. Drugs. 1994; 47 (Suppl.):
enzymes(51). Pravastatin showed also a dose-dependent effect on 1-10.
total-cholesterol, LDL-C, apoB and triglycerides levels(49,52). 17. Connor WE, Connor SL. The dietary therapy of hyperlipidemia: 1st impor-
tant role in the prevention of coronary heart disease. In: Schettler G and
Many clinical studies with pravastatin showed a total cholesterol, Habenicht AiR, Ed. Principles and treatment of lipoprotein disorders.
LDL-cholesterol, and triglycerides reduction in 20 to 29%, 23 to Berlin: Springer-Verlag, 1994: 247-275.
37%, and 9-25%, respectively, and increase of HDL-cholesterol 18. Assmann G and Schulte H. Identification of individuals at high risk for
to 4-18%(53,54,55). myocardial infarction. Atherosclerosis, 1994: 110 (Suppl.): SI l-S21.
19. Caggiula AW. Optimal nutritional therapy in treatment of hyperlipo
proteinemias. Arteriosclerosis. 1989; 9(1 Suppl): 1106-Il 10.
CONCLUSION 20. Clifton PM, Noakes M, and Nestel PJ. Gender and diet interactions with
It has been shown that high concentration of cholesterol simvastatin treatment. Atherosclerosis, 1994; 110: 25-33.
esponsibles in promoting the cascade reactions of atherosclero- 21. McNamara Di. Dietary cholesterol and the optimal diet for reducing risk of
atherosclerosis. Can. J. Cardiol., 1995; II (Suppl G): 123G-l26G.
sis which is liable to the arteriovascular diseases. Diet therapy 22. Ramsay LE, Yeo WW, Jackson PR. Dietary reduction of serum cholesterol
and weight reducing should be taken as a first attempt to lower the concentration: time to think again. Br. Med. J., 1991; 303: 953-957.
level of blood cholesterol. An array of cholesterol lowering drugs 23. Florkowski CM and Cramb R. Approache to the management of hyper
are also available nowadays which should be prescribed if the cholesterolaemia. J. Clin. Pharm. Therapeut.. 1992; 17: 8 1-89.
24. Kafonek SD. Postmenopausal hormone replacement therapy and cardio
diet therapy failed. Most of the drugs act effectively, however, vascular risk reductioa. A review. Drugs, 1994; 47 (Suppl. 2): 16-24.
statins, an HMG-CoA reductase enzyme inhibitor, reduces the 25. Fahraeus L, Sydsjo A. Wallentin L. Lipoprotein changes during treatment
cholesterol level more deliberately and it has been shown to of pelvic endometriosis with medroxyprogesterone acetate. Fertil. Steril..
improve the survival rates in patients with CHD. 1986; 45: 503-506.
26. Schwartz J, Freeman R, Frishi W. Clinical pharmacology of estrogens:
cardiovascular actions and cardioprotective benefits of replacement ther-
REFERENCES apy in postnenopausal women. i. Clin. Pharmacol., 1995; 35: 1-16.
27. Wagner JD. Clarkson TB, St Clair RW. et al. Estrogen and progesterone
1. tamler J, Wentworth D, Neaton JD. Prevalence and prognostic signifi- replacement therapy reduces low density lipoprotein accumulation in the
cance of hypercholesterolemia in men with hypertension. Prospective data coronary arteries of surgically postmenopausal cynomolgus monkeys. I.
on the primary screenees of the Multiple Risk Factor Intervention Trial. Clin. Invest., 1991; 88: 1954-2002.
Am. J. Med., 1986; 80: 33-39. 28. Endo A. Chemistry, biochemistry, and pharmacology of HMG-CoA
Pengaruh Doxazosin
terhadap Lemak Darah
Delvac Oceandy
Alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya
Penatalaksanaan Komplikasi
Kardiovaskular pada Hipertensi
Budi Susetyo Pikir
Laborarorium/UPF Kardiologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
R.S. U.D. Dr. Soetomo, Surabaya
Demam Rematik
Bambang Kisworo
Rumah Sakit Dr Oen, Surakarta
PENDAHULUAN DIAGNOSIS
Demam rematik merupakan suatu penyakit sistemik yang, Diagnosis demam rematik lazim didasarkan pada suatu
dapat bersifat akut, subakut, kronik, atau fulminan, dan dapat kriteria yang untuk pertama kali diajukan oleh T. Duchett Jones
terjadi setelah infeksi Streptococcus beta hemolyticus group A dan, oleh karena itu kemudian dikenal sebagai kriteria Jones(2,9).
pada saluran pernafasan bagian atas(1-4). Penyakit ini dan gejala Kriteria Jones memuat kelompok kriteria mayor dan minor yang
sisanya, yaitu penyakit jantung rematik, merupakan jenis pada dasarnya merupakan manifestasi klinik dan laboratorik
penyakit jantung didapat yang paling banyak dijumpai pada demam rematik. Pada perkembangan selanjutnya, kriteria ini
populasi anak-anak dan dewasa muda(2,3,5). Puncak insiden kemudian diperbaiki oleh American Heart Association dengan
demam rematik terdapat pada kelompok usia 5-15 tahun; menambahkan bukti adanya infeksi streptokokus sebelumnya
penyakit ini jarang dijumpai pada anak dibawah usia 4 tahun (Tabel 1). Apabila ditemukan 2 kriteria mayor, atau 1 kriterium
dan penduduk di atas 50 tahun(1). Demam rematik dan penyakit mayor dan 2 kriteria minor, ditambah dengan bukti adanya infeksi
jantung rematik hingga saat ini masih menjadi masalah kesehat- streptokokus sebelumnya, kemungkinan besar menandakan
an yang penting di negara-negara yang sedang berkembang(2,3,5). adanya demam rematik(1-4,9-12). Tanpa didukung bukti adanya
Prevalensi demam rematik/penyakit jantung rematik yang infeksi streptokokus, maka diagnosis demam rematik harus selalu
diperoleh dan penelitian WHO mulai tahun 1984 di 16 negara diragukan, kecuali pada kasus demam rematik dengan mani-
sedang berkembang di Afrika, Amerika Latin, Timur Jauh, Asia festasi mayor tunggal berupa korea Syndenham atau karditis
Tenggara dan Pasifik Barat berkisar 0,1 sampai 12,6 per 1.000 derajat ringan, yang biasanya terjadi jika demam rernatik baru
anak sekolah, dengan prevalensi rata-rata sebesar 2,2 per 1.000(5). muncul setelah masa laten yang lama dan infeksi strepthkokus(4,9).
Prevalensi pada anak-anak sekolah di beberapa negara Asia Perlu diingat bahwa kriteria Jones tidak bersifat mutlak, te-
pada tahun 1980-an berkisar 1 sampai 10 per 1.000(3). Dari suatu tapi hanya sebagai suatu pedoman dalam menentukan diagnosis
penelitian yang dilakukan di India Selatan diperoleh prevalensi demam rematik(1,10). Kriteria ini bermanfaat untuk memperkecil
sebesar 4,9 per 1.000 anak sekolah(6), sementara angka yang kemungkinan terjadinya kesalahan diagnosis, baik berupa over-
didapatkan di Thailand sebesar 1,2 sampai 2,1 per 1.000 anak diagnosis maupun underdiagnosis(10).
seko1ah(7).
Prevalensi demam rematik di Indonesia belum diketahui Kriteria Mayor
secara pasti, meskipun beberapa penelitian yang pernah 1) Karditis merupakan manifestasi klinik demam rematik yang
dilakukan menunjukkan bahwa revalensi penyakit jantung paling berat karena merupakan satu-satunya manifestasi yang
rematik berkisar 0,3 sampai 0,8 per 1.000 anak sekolah. Dengan dapat mengakibatkan kematian penderita pada fase akut dan
demikian, secara kasar dapat diperkirakan bahwa prevalensi dapat menyebabkan kelainan katup sehingga terjadi penyakit
demam rematik di Indonesia pasti lebih tinggi dan angka tersebut, jantung rematik(2,4,9).
mengingat penyakit jantung rematik merupakan akibat dari Diagnosis karditis rematik dapat ditegakkan secara klinik
demam rematik(8). berdasarkan adanya salah satu tanda berikut: (a) bising baru atau
Dalam tulisan ini akan dibahas masalah diagnosis dan perubahan sifat bising organik, (b) kardiomegali, (c) perikarditis,
penatalaksanaan demam rematik. dan gagal jantung kongestif(1,2,4,10,11).
English Summary
Sambungan hal 4
THE EFFECT OF MENGKUDU The fruit of Morinda citrifolla pressure was evaluated after
FRUIT AND KUMIS KUCING Linn (Mengkudu) and the leaves one and two weeks treatment.
LEAVES ON BLOOD PRESSURE of Orthosiphon stamineus Benth. The result showed that the
AMONG HYPERTENSIVE PA- (Kumis Kucing) are known as blood pressure was lowered after
hypertension remedies. This one week treatment and there
TIENTS
study analyzed the effect of the was no different effect between
remedies to the blood pressure one and two weeks treatment.
Lestari Handayaril, Didik Budi-
of hypertensive patients. 43 It was recommended that this
janto
Health Services Research and Deve-
hypertensive patients at tradi- study is followed up with further
lopment Centre, Health Research and tional medicine laboratory have researches.
Development Board, Dept. of Health, been treated with these reme- Cermin Dunia Kedokt. 1997; 116: 29–32
Indonesia dies for two weeks and the blood Lh, DB
ABSTRAK
Wicara ialah bagian dan ftingsi luhur otak yang berpusat di area korteks otak lobus
fronto-temporal kiri. Oleh karena itu, secara tradisional pasien dengan afasia dianggap
mempunyai lesi di korteks otak. Alat imajing otak yang canggih sekarang memungkin-
kan pendeteksian lesi yang tajam dan nyata sehingga dapat juga menegakkan korelasi
anatomo-klinik yang lebih akurat. Dengan demikian diketahui bahwa afasia dapat juga
terjadi pada lesi di subkorteks (bagian otak di bawah korteks). Sungguhpun adanya afasia
subkorteks sudah lama diketahui pada ahli neurologi, namün sepengetahuan penulis ka-
sus semacam itu belum ada laporannya dalam kepustakaan Indonesia. Karena itu dalam
rangka menambah khazanah pengetahuan mengenai afasia subkorteks (dalam tulisan ini
lesi di striatum dominan) penulis menyajikan data tentang 17 kasus yang telah dikum-
pulkannya.
Gambar 12. Lesi perdarahan terutama dalam lobus frontal kiri sampai ke
bagian anterior korpus nukleus kaudotus dan ekstra-anterior,
anterior dan anterosuperior ZPPV dan perdarahan intra-
ventrikel lateral.
PEMBAHASAN
Perdarahan putamen
Perdarahan intraserebrum paling sering terjadi di putamen
Gambar 16. Lesi nonperdarahan mengenai bagian anterior putamen,kaput (50%) dan lebih jarang di talamus (10%)(3,13). Apabila terdapat
nukleus kaudatus, anterolateral ALIC, anterosuperior ZPPV di hemisfer dominan, perdarahan putamen dapat menimbulkan
dan lakuna di posterior ZPPV.
disfasia (2, 3, 5, 13 14) yang beragam bentuknya dan afasia total,
Diagnosis: hemiparesis dexter dengan afasia non fluent dengan afasia fluent dan non fluent dan ekholali tetapi mungkin juga
lesi non perdarahan di striatum kiri. tanpa afasia. Afasia yang ditemukan biasanya tidak khas seperti
Uji komprehensi bahasa pada hari perawatan ke 19 memper- afasia akibat lesi korteks. Pada 9 kasus perdarahan putamen
lihatkan komprehensi yang sangat minim; suara yang dikeluar- yang ditemukan penulis terdapat variasi jenis afasia yang cukup
kan hanya ba-ba-ba. besar yaitu: satu kasus (kasus 3) dengan afasia global, dua kasus
Kesan kasus ini ialah suatu afasia global. dengan afasia global dan kemampuan pengulangan (kasus I dan
Kasus 17 10), tiga afasia Broca (kasus 6, 7, 17), satu afasia konduksi
Seorang laki-laki Indonesia umur 38 tahun masuk perawat- (kasus 12), satu afasia transkortikal motorik (kasus 4) dan satu
an karena malam hari sebelumnya mendadak tidak sadar namun dengan afasia Wernicke (kasus 14).
pagi haninya setelah dirawat satu malam di ICU telah sadar Infark putamen
kembali. Pada pemeriksaan pagi hari itu, pasien sadar, dapat Menurut Damasio(15) perangai patologikperdarahan (ukur-
mengikuti instruksi untuk menggerakkan anggota tubuhnya. annya yang kebanyakan besar, efek massa, nukleus massa kelabu
Ditemukan hemiparesis kanan dengan Babinski kanan positif. dan substantia alba yang terlindas) cenderung menyulitkan pe-
CT-sken otak pada hari itu juga memperlihatkan perdarah- nafsiran korelasi anatomoklinik. Di samping afasianya, ke-
an dalam hemisfer kiri ukuran 4 x 3 x 3 cm mengenai putamen, banyakan juga mempunyai gangguan penting dalam atensi dan
PLIC dan perluasan ke superior ZPPV dan istmus temporal memori sehingga timbul pertanyaan apakah gangguan tinguistik
(Gambar 17). itu primer atau sekunder terhadap suatu defek kognitif nonverbal.
Diagnosis: hemiparesis dextra dengan afasia global dan lesi per- Ia berpendapat bahwa kasus-kasus afasia dengan infark yang di-
darahan di striatum kiri. laporkannya membantu menjawab masalah itu karena perangai
Selama 6 hari dalam perawatan tenaga ekstremitas kanan lesi non perdarahan dan ukurannya yang terbatas. Menurutnya
menjadi 0 dan afasianya berupa global. Namun dalam hari-hari interpretasi berbagai manifestasi klinik mungkin dapat diacu ke
berikutnya komprehensinya berangsur baik. (1) diskoneksi jaras-jaras serabut yang penting, (2) kerusakan
Uji komprehensi bahasa yang dilakukan pada hari perawat- pada operator neoronal di zat kelabu atau (3) kedua-duanya.
an ke 20 memperlihatkan hasil berikut : Studi korelasi anatomoklinik sebaiknya dilakukan terhadap
Pengenalan bagian tubuh 10/10; pengenalan alat 10/10; kasus afasia akibat infark dan dalam hal ini, menurut penulis,
praksis peragaan 10/10; pemahaman tugas 6/8; praksis orofasial infark lakunar mungkin dapat mengungkapkan informasi pen-
4/5. ting.
Kesan kasus ini ialah suatu afasia Broca namun dengan Infark lakunar ialah infark kecil yang terdapat hampir semata-
praksis orofasial yang relatif tidak terganggu. mata di bagian dalam hemisfer serebrum khususnya ganglion
Sudjoko Kuswadji
Dokter Kesehatan Kerja
Ikatan Dokter Kesehatan Kerja Indonesia, Jakarta
Radikal Bebas
pada Eritrosit dan Lekosit
Jensen Lautan
Kopertis Wilayah-I dpk Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara, Medan
SUMBER OKSIGEN REAKTIF Ion Fe2+ dari Hb sangat rentan terhadap oksidasi oleh oksidan,
Pada keadaan normal, reduksi O2 menjadi H2O2 dalam rantai misal O2, di mana terbentuk metHb yang tidak mampu meng-
pernafasan yang dikatalisir enzim Sitokrom Oksidase membu- angkut oksigen. Pada keadaan normal, hanya dijumpai sedikit
tuhkan 4 buah elektron, namun pada 5% total konsumsi oksigen metHb di dalam darah karena enitrosit memiliki sistim yang
terjadi proses yang lain dari biasa yaitu hanya sebuah elektron efektif untuk mereduksi kembali Fe3+ menjadi Fe2+.
yang diambil (rcduksi univalen) sehingga terbentuk Spesies Pada eritrosit dan beberapa jaringan, enzim glutation
Oksigen yang toksik(1,3). peroksidase yang mengandung Selenium (Se) mengkatalisasi
penguraian H2O2 dan hidroperoksida lipid oleh glutation (GSH)
sehingga lipid membran sel menjadi aman dan oksidasi Hb
menjadi metHb dapat dicegah.
Diagram 1.
Diagram I menunjukkan produksi spesies ok reaktif pada reaksi reduksi Diagram 2. Menunjukkan peranan jatur pentosaphosphat pada reaksi
oksigen menjadi air. Reduksi 1 mol O2 via sistim sitokrom oksidase dari rantai Glutation perokaidase di dalam sel eritrosit
pernafasan membutuhkan 4 buah e-. Namun sebagian daripadanya menempuh
satu seri reduksi univalen dimana masing-masing hanya men gambil sebuah e- Keterangan:
sehingga dengan demikian terbentuk spesies oksigen reaktif, yaitu O2, H2O2 G–S--S–G = oxidized Glutathione; G–SH = reduced Glutathione; Se = Selenium
dan OH°. (•= Radikal bebas) (kofaktor)
PT PUTRAMAS MULIASANTOSA is a company with a solid track record in the health care industry. We
have recently partnered with a reputable Australia Health Care firm to expand and bring the company to an
international standard in the industry.
In support of this growth, we are seeking highly qualified medical specialists to assume the following
appointments:
GYNECOLOGISTS NEUROLOGISTS
INTERNISTS ANAESTHESIOLOGISTS
OPTHALMOLOGISTS RADIOLOGISTS
CLINICAL PATHOLOGIST SURGEONS
PEDIATRICIANS CARDIOLOGIST
The successful candidates should have completed the WAJIB KERJA SARJANA and are willing to be
employed on a full-time basis. Highly motivated, dynamic and willingness to learn new ideas and practices
are qualities we are looking for.
We offer opportunities for growth and advancement plus exposure and training to international standards of
medical practice.
We welcome your CV with photo and certificates. Please address it to:
THE DIRECTOR
P0 BOX 4087
JKT 13040
Tanaman Obat
untuk Diabetes Mellitus
Lucie Widowati, B. Dzulkarnain, Sa’roni
Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi, Badan Penelitian dan Pen genthangan Kesehatan
Departemen Kesehatan RI, Jakarta
bahkan menaikkan toleransi terhadap glukosa. Penelitian terhadap bawang putih untuk khasiat hipoglike-
Pada tanaman bratawali semua percobaan dilakukan ter- mik sudah disertai penelitian yang bertujuan untuk menghilang
hadap batangnya dalam bentuk infus dan hewan coba kelinci kan bau yang menyertai bawang putih. Penelitian tersebut antara
(6 penelitian), dengan dosis yang bervariasi. Di sini terlihat lain adalah kombinasi bawang putih dengan kopi; sirih dan
adanya duplikasi penelitian yang dilakukan pada tempat yang beluntas. Ternyata dibandingkan dengan khasiat bentuk tunggal,
berbeda. Karena itu sangat perlu kiranya adanya pertukaran khasiat efek hipoglikemik bahan kombinasi tidak berkurang.
informasi antar institusi penelitian. Kedua tanaman ini memang Sementara itu, beberapa tanaman yang digunakan secara
termasuk dalam penggunaan empirik. empirik untuk diabetes, penelitian ilmiahnya belum dilakukan.
Tabel 6. Metoda penelitian dari tanaman yang tidak digunakan secara empirik untuk diabetes
No. Nama latin Bagian Bentuk Hewan Dosis Hasil No. Judul
1 Allium sativum L umbi sari tikus 9,38g/kgbb. + 5
2 Allium sativum L. umbi sari kelinc' 6,25g/kgbb. + 8
3 Archangelisia flava (L.) Merr. kayu infus kelinci 30; 40% + 19
4 Azadirachta indica Less, daun infus kelinci 40; 60%; + 23
5 Azadirachta indica Less. daun dekok kelinci 10%; lg/kgbb. + 24
6 Gynura procumbens (Lour) Merr daun ekst.air tikus 100mg daun/100gbb. + 36
7 Mesona palustria Bl. daun rebusan tikus 10%; 2m1 + 48
8 Momordica charantia L. herba rebusan tikus 40%; 20m1/kgbb. + 54
9 Momordica charantia L. buah end.prs. tikus 300g/kgbb. - 56
10 Momordica charantia L. buah perasan tikus 200g/kgbb. - 57
11 Momordica charantia L. buah ekst.air mencit 1; 1,5g/kgbb. + 58
12 Momordica charantia L. buah perasan kelinci 5m1/kgbb. + 59
13 Momordica charantia L. buah perasan kelinci 10ml/kgbb. + 60
14 Momordica charantia L. daun rebusan kelinci 15%; 25; 5m1/kgbb. + 61
buah rebusan kelinci 15%; 25%; 5m1/kgbb. + 61
15 Momordica charantia L. buah infus kelinci 10; 20; 30%; 1Omi/ekor + 62
16 Momordica charantia L. buah sari orang 1800g/orang + 63
17 Phaseolus vulgaris L. buah ekst. tikus 1; 1,5g/kgbb. + 74
18 Phaseolus vulgaris L. buah sari air tikus 40g/kgbb. + 75
19 Physalis minima L daun infus marmut 20; 40%; 25ml/kgbb. + 77
20 Physalis minima L batang infus marmot 40%; 25m1/kgbb. + 78
21 Plantago major L. daun infus kelinci 10%; 20%; 5m1/kgbb. 81
22 Syzygium polyanta Wight. daun ekst.air tikus 5,5g/kgbb. - 94
23 Vitex pubescens Vahl. akar ekst.et kelinci 0,4; 0,8; 1,6g/kgbb. + 103
Keterangan: + : terlihat khasiat hipoglikemik
– : tidak terlihat khasiat hipoglikemik
Daftar I. Judul penelitian untuk menurunkan kadar gula darah 23. B. Lucia Lily Yuniar. Pengaruh infus daun mimba (Azadirachta indica
1. M. Jufri Samad. Pengaruh ekstrak umbi bawang merah (Allium cepa A. Juss) terhadap perubbhan kadar glukosa darah kelinci pada uji
bulbus) takaran 250 mg/kgbb. terhadap penurunan kadar gula darah toleransi glukosa oral. Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya
normal kelinci. Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Hasanuddin, 1987. Mandala, 1990.
2. Achmad Yusuf. Pengaruh ekstrak eter bawang prei (Allium porum 24. Jonihan. Efek hipoglikemik dekokta daun mindi (Azadirachta indica A.
Linn) terhadap kadar glukosa, triasil gliserol dan kolesterol plasma Juss) dibandingkan dengan tolbutamida. Fakultas Farmasi Universitas
darah tikus yang diberi diit sukrosa. Jurusan Farmasi FMIPA Univer- Tujuh Belas Agustus, 1988.
sitas Indonesia, 1988. 25. Selamat Tarigan. Pengatuh pemberian infusa Blumea balsami fera ter-
3. Agus Purwanto. Pengaruh bawang prei (Allium porum Linn) terhadap hadap kadar gula darah kelinci dibandingkan dengan tolbutamida. Jurusan
kadar glukosa, kolesterol dan trigliserida plasma darah tikus yang diberi Farmasi FMIPA Universitas Sumatera Utara, 1981.
diit sukrosa. Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Indonesia, 1988. 26. Haryani. Penapisan efek hipoglikemik dan fitokimia Tinospora tuber-
4. Ngatijan. Efek bawang putih terhadap kadar gula darah kelinci dan uji culata Beumee, Indigofera sumatrana Gaetrn dan Borreria laevis Griseb.
keracunan akutnya. Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada, 1988. Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Padjadjaran, 1992.
5. Dwi Kutsiatun. Pengaruh campuran ekstrak bawang putih dan sirih 27. Mirdaus Tamin. Penentuan LD50 seduhan buah makasar (Brucea
terhadap gula darah tikus putih. Fakultas Farmasi Universitas Gajah javanica (L.) Merr. menggunakan mencit putih dan efeknya terhadap
Mada, 1991. penurunan kadar glukosa darah kelinci. Fakultas Famutsi Universitas
6. Desak Ketut Andika Andayani. Efek hipoglikemik campuran ekstrak Pancasila, 1980.
bawang putih dan daun befuntas pada tikus putih. Fakultas Farmasi 28. Salim Hanggara Puma. Efek hipoglikemik air rebusan daun johar
Universitas Gajah Mada, 1989. (Cassia siamea Lamk.) pada tikus putih jantan. Fakultas Farmasi
7. Sri Mulyani. Efek hipoglikemik campuran ekstrak bawang putih dan Universitas Gajah Mada, 1991.
kopi pada tikus putih. Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada, 1989. 29. Ana Rahayu Wibowo. Efek hipoglikemik akar tapak dara (Catharan
8. Afwan. Pengaruh pemberian sari bawang putih terhadap penurunan thus roseus L.G. Don) bunga putih pada tikus putih jantan. Fakultas
kadar glukosa darah kelinci dibandingkan dengan metformin hidroklo- Farmasi Universitas Gajah Mada, 1991.
rida. Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Sumatera Utara, 1992. 30. Suyanto.Efek hipoglikemik rebusan daun tapak dara merah (Catharan
9. Pengaruh triterpenoid dari Alstonia scholaris (L.) R.Br. terhadap kadar thus roseus var. roseus G. Don) pada tikus putih jantan. Fakultas Farmasi
glukosa darah kelinci. Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, 1987. Universitas Gajah Mada, 1989.
10. Pri Hardini. Pengaruh isolat kulit batang Alstonia scholaris terhadap kadar 31. Mey Lauhata. Pengaruh infus daun Catharanthus roseus G. Don secara
insulin dalam serum darah kelinci. Fakultas Farmasi Universitas oral terhadap uji toleransi pada kelinci dengan tolbutamid sebagai
Airlangga, 1992. pembanding. Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala,
11. Pasaribu RT. Penelitian terhadap umbi upas (Merremia mammosa 1986.
Hall.) dan kulit batang pule (Alstonia scholaris R.Br) yang terkenal 32. Norma. Studi tentang rebusan daun Catharanthus roseus (L.) G. Don.
sebagai obat antidiabetes oral. Jurusan Kimia FMIPA Institut Tekno- varietas albus sebagai obat hipoglikemik. Jurusan Farmasi FMIPA
logi Bandung, 1977. Universitas Hasanuddin, 1985.
12. Irma Sugiri. Penelitian mengenai adanya khasiat hipoglikemik Clina- 33. Irma Sugiri. Penelitian mengenai adanya khasiat hipoglikemik dalam daun
canthus nutans (dandang gendis) dan kulitAlstonia spatulata (basung). Clinachanthus nutans. Jurusan Kimia FMIPA Institut Teknologi Bandung,
Jurusan Kimia FMIPA Institut Teknologi Bandung, 1980. 1980.
13. Tri Windono. Uji efek hipoglikemik fraksi-fraksi yang mengandung 34. T. Pumosulianto. Efek hipoglikemik rebusan daun dandang gula (Cli-
flavonoid dari daun jambu mete (Anacardium occidentale L.). Fakultas nachanthus nutans Burm. F. Lndau) dibandingkan dengan tolbutamida dan
Pasca Sarjana Universitas Airlangga, 1987. fenferamina HCI. Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada, 1979.
14. W. Sugiyarto. Efek rebusan daun sambiloto (Androgtraphis paniculata 35. F.X. Mediastini. Efek hipoglikemik ekstrak air daun jentik manis (Erigon
Ness) terhadap kadar glukosa darah pada tikus putih jantan. Fakultas linifolius Willd) pada tikus putih jantan diabetes. Fakultas Farmasi
Farmasi Universitas Gajah Mada, 1987. Universitas Gajah Mada, 1989.
15. Minggawati. Studi perbandingan pengaruh infus kombinasi daun 36. Nurul Hidayah H. Pengaruh sari air daun dewa (Gynura procumbens
sambiloto dan duan kumis kucing (&:3) dengan infus kedua tumbuhan Merr) terhadap kadar glukosa darah tikus. Jurusan Farmasi FMIPA
tersebut dalam keadaan tunggal terhadap perubahan kadar glukosa Universitas Indonesia, 1991.
darah kelinci pada uji toleransi glukosa oral. Fakultas Farmasi Universitas 37. Margareth Elina. Pengaruh perasan biji kedelai putih terhadap kadar
Katolik Widya Mandala, 1990. glukosa darah kelinci pada uji toleransi glukosa oral. Fakultas Farmasi
16. Lucia Endang Soenaryo. Pengujian beberapa efek farmakologi herba Universitas Katolik Widya Mandala, 1992.
Andrographis paniculata Nees. pada hewan percobaan. Jurusan Farmasi 38. Rully Makarawa. Pengaruh infus batang ubi jalar (Ipomoea batatas Poir)
FMIPA Institut Teknologi Bandung, 1978. sebagai antidiabetik pada binatang percobaan tikus. Jurusan Farmasi
17. Nut Asiah. Pengaruh penggunaan infusa Aneilema vaginatum R.Br. FMIPA Universitas Hasanuddin, 1988.
terhadap kadar gula darah kelinci dan perbandingannya dengan tolbutamid. 39. Syeny. Pengaruh pemberian suspensi biji Kopsia arborea Bl. secara oral
Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Sumatera Utara, 1985. terhadap kadar glukosa darah kelinci dengan cara uji toleransi glukosa.
18. Astriani. Pengaruh ekstrak etanol tanaman seledri (Apium graviolens Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, 1986.
Linn) terhadap efek diuresis dan toleransi glukosa pada tikus albino 40. Putu Pramitasari. Pengaruh pemberian infus daun bungur bunga putih
betina galur Wistar. Jurusan Farmasi FMIPA Institut Teknologi Ban- (Lagerstromia peciosa L.) Pers. var bunga putih) terhadap kadar glukosa
dung, 1992. darah kelinci dengan cara uji toleransi glukosa oral. Fakultas Farmasi
19. Herawati. Pengaruh Archangelisia flava (L.) Merr. terhadap uji tole- Universitas Surabaya, 1992.
ransi glukosa secara oral pada kelinci. Fakultas Farmasi Universitas 41. Indrawati Nyototodihardjo. Pengaruh infus daun bungur (Lagerstroemia
Airlangga. speciosa Pers.) terhadap uji toleransi glukosa pada kelinci. Fakultas
20. Suharti. Efek hipoglikemik perasan buah belimbing wuluh tua (Averrhoa Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala, 1984.
bilimbi Linn) pada marmut. Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada, 42. Anita Tjitrawati. Pengaruh infus serbuk biji petai terhadap kadar gula
1987. darah puasa dari kelinci. Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya
21. Jenni Agustin. Efek hipoglikemik perasan buah belimbing wuluh muda Mandala, 1981.
(Averrhoa bilimbi Linn) pada marmut. Fakultas Farmasi Universitas Gajah 43. Robertus Mujianto. Studi pendahuluan efek hipoglikemik infus biji petal
Mada, 1982. cina (Leucacena leucocephala (Lamk) de Witt) pada tikus putih jantan.
22. Andy Zul Izwar. Efek ekstrak etanol daun Averrhoa bilimbi dan herba Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada, 1987.
Catharanthus roseus terhadap kadar glukosa darah mencit diabet per- 44. Santana Anggraini. Efek hipoglikemik dekokta biji lamtoro (Leucaena
manen. Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Indonesia, 1986. leucocephala (Lam.) de Wit.) dibandingkan dengan tolbutamida. Fakul
tas Farmasi Universitas Tujuh Belas Agustus, 1988. 67. M. AlibataHarahap. Pengaruh perasan dan ekstrakbuah masakMorinda
45. Nina Hardani. Pengujian efek ekstrak biji Leucaena leucocephala (Lamk) citrifolia Linn. terhadap kadar gula darah kelinci dan perbandingannya
de Witt terhadap kadar glukosa darah tikus. Jurusan Farmasi FMIPA dengan tolbutamida. Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Sumatera
Institut Teknologi Bandung, 1991. Utara, 1985.
46. Nunuk Istiyarsih. Studi pendahuluan efek hipoglikemik infus daun mindi 68. Hera Lukitawati. Pengaruh mucilago biji Ocimum sanctum Linn ter-
(Melia dubia Cav) pada tikus putih jantan. Fakultas Farmasi Universitas hadap kadar glukosa darah kelinci. Fakultas Farmasi Universitas
Gajah Mada, 1987. Airlangga, 1989.
47. Raharsih. Pengaruh perasan umbi bidara upas (Merremia mammosa L. 69. NurhayatiSyarifdkk.Efek hipoglikemik dekokta kulit biji petai (Parkia
Hallier F.) terhadap kadar glukosa darah tikus putih jantan. Fakultas speciosa) dibandingkan dengan tolbutamid. Fakultas Farmasi Univer-
Farmasi Universitas Gajah Mada, 1987. sitas Tujuh Belas Agustus, 1986.
48. Emanetti. Efek hipoglikemia air rebusan daun Mesona palustres BI. pada 70. Muliettaros Munthe. Pengamh infus dan ekstrak akar dari Parkia
pemakaian sediaan glukosa, sukrosa dan pati beras pada orang sakit. speciosa Hassk. terhadap penumnan kadar gula darah kelinci diban-
Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Andalas, 1989. dingkan dengan tolbutamida. Jurusan Farmasi FMIPA Universitas
49. Endjelbertus Tjandra. Uji efek air rebusan daun cincau hitam (Mesona Sumatera Utara, 1985.
palustris Bl.) dengan campuran pati beras, pati gandum dan pati sagu 71. Latih Ariani. Pengaruh infus serbuk daun apokat terhadap kadar gula darah
terhadap kadar glukosa darah tikus putih jantan. Jurusan Farmasi FMIPA kelinci. Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala,
Universitas Andalas, 1991. 1980.
50. Lily Sumarni. Pengaruh infus buah pare (Momordica charantia L.) 72. Sis Mardini. Penelitian efek farmakologis dari buncis (Phaseolus vulgaris
terhadap uji toleransi glukosa pada kelinci. Fakultas Farmasi, Univer- ' Linn) terhadap penurunan glukosa darah kelinci. Jurusan Farmasi FMIPA
sitas Widya Mandala, 1983. Universitas Padjadjaran, 1984.
51. Pradana. Pengaruh sari buah pare (Momordica charantia L.) pada toleransi 73. Muchtadi. Uji efek ekstrak etanol buah Phaseolus vulgaris Linn terhadap
glukosa penderita diabetes melitus. Bagian Farmakologi Fakultas kadar glukosa darah tikus. Jurusan Farmasi FMIPA Universitas
Kedokteran Universitas Indonesia, 1987. Padjadjaran, 1987.
52. Kasmida. Uji pendahuluan pengaruh buah pare (Momordica charantia 74. Ahmad Muhadi. Uji efek ekstrak kental Phaseolus vulgaris Linn terhadap
Linn) terhadap kadar glukosa darah manusia normal. Jurusan Farmasi kadar glukosa darah tikus. Studi Kimia Fakultas Pasca Sarjana Institut
FMIPA Universitas Indonesia, 1989. Teknologi Bandung, 1987.
53. Lanny Wijaja. Pemeriksaan pengaruh sari buah Momordica charantia 75. Prihatiwi Setiati. Pengaruh sari air buncis (Phaseolus vulgaris Linn)
terhadap kadar glukosa darah kelinci. Jurusan Farmasi FMIPA Universitas terhadap kadar glukosa darah tikus putih. Jurusan Farmasi FMIPA
Indonesia, 1986. Universitas Indonesia, 1991.
54. L.M. Sriwoelan. Pengaruh rebusan herba pare alas (Momordica charantia 76. Alex Wijaya Karsiwan. Identifikasi triterpenoid kulit batang kemlaka
L.) terhadap kadar glukosa darah tikus. Fakultas Farmasi Universitas Gajah (Phyllanthus emblica Linn) dan pengaruhnya terhadap kadar glukosa darah
Mada, 1987. kelinci. Fakultas Farmasi Universitas Surabaya, 1992.
55. Asdi. Antidiabetic activity of Momordica charantia fructus (pare), 77. Pudjiawati. Efek hipoglikemik daun ciplukan (Physalis angulata Linn)
1989. pada marmut jantan. Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada, 1982.
56. Muhammad Nizar. Efek hipoglikemik endapan perasan buah pare 78. Lina Arini. Efek hipoglikemik batang ciplukan (Physalis angulata
(Momordica charantia L) pada tikus putih jantan. Fakultas Farmasi Linn) pada marmut jantan. Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada,
Universitas Gajah Mada, 1991. 1982.
57. Suwadi. Efek hipoglikemik fraksi air perasan buah pare (Momordica 79. Zulkamain. Pengaruh pemberian infus herba Physalis minima Linn
charantia L) pada tikus putih jantan. Fakultas Farmasi Universitas Gajah terhadap kadar gula darah kelinci dan perbedaan dengan tolbutamid.
Mada, 1991. Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Sumatera Utara, 1984.
58. Dewi Retno Kustiani. Uji banding efek hipoglikemik ekstrak air buah paria 80. Bambang Wispiyono. Pengaruh rebusan dan ekstrak etanol kulit ba,(ang
bodas dan buah patio hejo (Momordica charantia Linn) pada mencit pohon jengkol (Pithecelobium jiringa (Jack) Prain ex King) terhadap
diabetes aloksan. Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Padja- kadar glukosa darah kelinci. Jurusan Farmasi FMIPA Universitas
djaran, 1992. Indonesia, 1991.
59. Lia Deliana. Pengaruh pemberian perasan buah Momordica charantia L 81. Diah Mulyaning Tyas.Pengaruh infus daun Plantagomajor L.terhadap
terhadap kadar glukosa darah kelinci. Fakultas Farmasi Universitas penurunan kadar gula darah kelinci dibandingkan dengan tolbutamid.
Airlangga, 1986. Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Sumatera Utara, 1988.
60. Salamun. Pengaruh perasan buah Momordica charantia L terhadap kadar 82. Hayati. Pengaruh infus daun Pterocarpus indicus Willd. terhadap
glukosa darah kelinci. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Airlangga, penurunan kadar gula darah kelinci dibandingkan dengan tolbutamid.
1986. Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Sumatera Utara, 1990.
61. Lihawa Daud. Studi tentang daun dan buah pare (Momordica charantia L) 83. Sri Mulyani. Pengaruh pemberian infusa daun ngokilo (Sericocalyx crispus
sebagai obat hipoglitik. Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Hasanuddin, (L.) Bremek) terhadap kadar glukosa darah kelinci dengan uji toleransi
1985. glukosa oral. Fakultas Farmasi Universitas Surabaya, 1992.
62. FM. Lily Sumarni. Pengaruh infus daun pare (Momordica charantiaL ) 84. Harmain Morse. Efek hipoglikemia zat pemanis dari Stevia rebaudiana
terhadap uji toleransi glukosa pada kelinci. Fakultas Farmasi Universitas Bertoni pada kelinci. Jurusan farmasi FMIPA Institut Teknologi Bandung,
Katolik Widya Mandala, 1983. 1986.
63. Pradana Soewondo dkk. Pengaruh sari buah pare (Momordica charantia) 85. Amrizal M. Uji efek infusa daun Symphythum officinale Linn terhadap
pada toleransi glukosa penderita diabetes melitus. Bagian Ilmu Penyakit kadar glukosa darah tikus putih jantad. Jurusan Farmasi FMIPA Uni-
Dalam RSCM, SPTO VI 1988. Depok. versitas Andalas, 1988.
64. Mack Siswandito. Pengaruh infus daun mengkudu (Morinda citrifolia 86. Bambang Sugiyarto. Studi pendahuluan efek hipoglikemik infus daun
Linn) terhadap kadar glukosa darah dan melakukan uji penapisan duwet (Syzygium cumini (L.) Skeels) pada tikus putih jantan. Fakultas
mekanisme kerja pada kelinci. Fakultas Farmasi Universitas Katolik Farmasi Universitas Gajah Mada, 1987.
Widya Mandala, 1986. 87. W. Mimbowati. Penelitian pendahuluan khasiat hipoglikemik dari
65. Nektarindrati. Efek hipoglikemik perasan air buah pace (Morinda citrifolia cortex Syzygium cumini (L). lakultas Farmasi Universitas Airlangga,
L.) pada tikus putih jantan. Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada, 1982.
1991. 88. MichaelaMegawati. Pengaruhinfus biji duwet (Eugenia cumini Druce)
66. Ki Jonggo Tikno Liman. Pengaruh perasan buah mengkudu (Morinda terhadap uji toleransi glukosa pada kelinci. Fakultas Farmasi Universitas
citrifolia Linn) terhadap kadar glukosa darah kelinci dengan meng- Katolik Widya Mandala, 1983.
gunakan uji toleransi glukosa oral. Fakultas Farmasi Universitas Surabaya, 89. Ngatijan. Uji antidiabetes biji duwet. Fakultas Farmasi Universitas Gajah
1991. Mada, 1988.
Yang termasuk di dalamnya adalah lidah buaya, babakan pule, menurunkan kadar gula darah pada hewan percobaan dengan
sembung dan katumpangan uler. Di samping itu terdapat ta- ditunjang oleh banyaknya penelitian ilmiahnya.
naman yang penggunaan empirisnya telah ditunjang oleh pe- Beberapa tanaman yang disebut mempunyai khasiat empiris
nelitian ilmiah dan cukup banyak mendapat perhatian adalah belum mendapat perhatian untuk diteliti yaitu: babakan pule,
tapak dara dan belimbing wuluh. Umumnya menunjukkan hasil lidah buaya, sembung dan katumpangan uler.
positif menurunkan kadar glukosa darah pada hewan percobaan.
Ternyata tanaman yang digunakan secara empirik, belum tentu KEPUSTAKAAN
mendapat perhatian besar, dan adakalanya hasil yang diteliti
1. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Survey Kesehatan Rumah
belum memuaskan dapat berkhasiat seperti yang diharapkan. Tangga 1980.
Karena hampir seluruh percobaan dilakukan pada hewan 2. BadanPenelitiandanPengembanganKesehatan. Survey Kesehatan Rumah
percobaan, menjadi pertanyaan apakah akan mempunyai khasiat Tangga 1985.
yang sama bila diberikan pada manusia ? Fisiologi berbagai 3. BadanPenelitiandan Pengembangan Kesehatan, Survey Kesehatan Rumah
Tangga 1982
jenis hewan berbeda dibandingkan dengan manusia, maka dosis 4. –––, Kebijaksanaan Obat Nasional, Keputusan Menteri Kesehatan Re-
tidak begitu saja dapat diperhitungkan berdasarkan berat badan. publik Indonesia No. 47 MENKES/SK/I 1/1983. Departemen Kesehatan
Cara penyesuaian dosis dengan cara ekstrapolasi yang diketahui RI, 1983, hal 83.
adalah cara Paget dan Barnes 1969 yang secara mudah dapat di- 5. WHO Technical Repoit Senes 727, Diabetes Melhtus, World Health
6. Mandisiswoyo, Radjakmangunsudarso. Cabe Puyang Warisan Nenek
gunakan karena disiapkan dalam label dan cara perhitungannya. Moyang, 1975.
Selain itu informasi yang penting juga adalah terhadap 7. Oan Stenis-Krusemen. Medical plants of Indonesia Asia. 1953.
tanaman klabet (Trigonella foenum graecum L.). Tanaman ini 8. Lilly Perry. Medical plants of Asia and South East Asia. Massachusetts,
digunakan di India untuk diabetes. Selain menurunkan kadar 1980.
9. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Penelitian Tanaman Obat
gula darah, juga dapat menurunkan kolesterol darah akibat di Beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia, Jilid I s/d VIII.
pemberian secara eksogen. Kandungan biji klabet yang mem- 10. Pradana Soewondo dkk. Pengaruh sari buah pare (Momordica charantia)
punyai aktivitas hipoglikemik ialah alkaloid. Salah satu alkaloid pada toleransi glukosa penderita diabetes melitus. Bagian Ilmu Penyakit
yang dikandungnya ialah trigonelin, yang diketahui mempunyai Dalam RSCM, Fak. Kedokteran UI. SPTO VI, 1988, Depok.
11. Sujarwoto Sayekti. Uji Aktivitas hipoglikemik dan uji fitokimia daun
efek terhadap glikosuria(12). Eugenis polyantha Wight. dan herba Borreria laevis Griseb. Skripsi,
Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Padjadjaran, 1993.
KESIMPULAN 12. Lucie Widowati. Penganuh biji klabet (Trigonella foenum graecum Linn)
Momordica charantia menunjukkan hasil yang positif terhadap kadar gula darah. Cermin Dunia Kedokt 1989; 58.
9. C 10. D 8. D 7. B 6. A
4. D 5. C 3. B 2. B 1. A JAWABAN :