You are on page 1of 5

MURABAHAH

Pengertian
Dalam etimologi bahasa arab, Murabahah atau asal kata dari ism masdar yang berarti:
Sesuatu yang tumbuh dalam dagangan, maka bagi orang arab seseorang itu dianggap untung
kalau aset dagangannya tumbuh/bertambah, hal ini senada dengan ayat Al Quran
( ) Artinya : maka tidaklah bertambah (untuk) perniagaan mereka. Para ahli bahasa
arab mengkomentari bahwa : dikatakan murabahah (saling menguntungkan) karena masing-
masing dari pihak pembeli dan pihak penjual saling menguntungkan, si penjual bertambah
modal dagangannya dan si pembeli bertambah aset usahanya.
Secara terminology, Bai Al Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan
tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam Bai Al Murabahah di syaratkan penjual
transparan dalam harga yaitu dengan menyebutkan harga perolehan barang dan
biaya/keuntungan yang dibebankan. Sebagai contoh Tuan X membeli sebuah mobil seharga
seharga Rp. 90 Juta dari Tuan Y. Kemudian Tuan X akan menjual kembali mobil tersebut
seharga Rp. 100 Juta kepada Tuan Z. Maka ketika menjual kepada Tuan Z, Tuan X harus
menyebutkan bahwa mobil tersebut saya beli seharga Rp. 90 Juta dan saya jual seharga Rp.
100 Juta sehingga keuntungan saya sebesar Rp. 10 Juta.
Landasan Syariah
+ An Nisa : 29
E_GC^4C -g~-.- W-ON44`-47
W-EOU> 74O^` e:E4uO4
gC4:^) ) p ]O7>
E4OO_g` }4N -4O> 7Lg)` _ 4
W-EOU+^> 7=O^ _ Ep) -.-
4p~E 7) V1gO4O ^g_
29. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu
membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
+ Al Baqarah : 275
EEO4 +.- E7^O4l^- 4OEO4
W-_O4@O- _.. ^g_)
275. ...Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba..
+ HR Al Baihaqi dan Ibnu Majah dan nilai Shahih oleh Ibnu Hibban
Dari Abu Said al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan
suka sama suka
Merupakan kewajiban seorang muslim untuk mengimani Al Quran dan sunnah Rasulullah
SAW, dan menjadikannya rujukan sebagai sumber hukum utama. Karena sifatnya yang umum
maka masalah-masalah yang umum dapat dicari solusinya dengan berijtihad sesuai dangan
kaidah-kaidah yang benar dan tetap berpedoman pada Al-quran dan Sunnah Rasulullah SAW.
Dalam al Quran tidak pernah dibicarakan tentang murabahah secara langsung, yang ada
dalam al Quran hanya terdapat sejumlah acuan tentang jual beli, laba, rugi dan perdagangan
seperti dalam QS Surat Al Baqarah : 275 dan Surat An Nisa : 29 tersebut diatas. Demikian pula
dengan Hadist. Bahkan Seorang ulama kontemporer Syed ao-Kaff menyimpulkan bahwa
murabahah adalah salah satu jenis jual beli yang tidak dikenal pada zaman Nabi atau para
sahabatnya. Murabahah mulai dikkomentari oleh para ulama pada seperampat pertama abad
kedua Hijriyah atau bahkan lebih akhir lagi.
Maka Para Ulama membenarkan murabahah berdasar yang lain, seperti Imam Malik
membenarkan keabsahahannya dengan merujuk kepada amallu ahli madinah dan Para Ulama
Klasik dari mazhab empat membenarkan keabasahan murabahah dengan ijma ulama seperti
Imam Ibnu Rusydi (Ulama Malikiyah), Imam Al-Kasani (ulama Hanafiyah), Imam Nawai (ulama
Syafiiyah) Ibnu Qudamah (Ulama Hambali) yang mengklaim bahwa murabahah adalah bentuk
jual beli yang diboleh (halal) oleh mayoritas ulama dalam bentuk Ijma. Namun tidak seorangpun
dari mereka secara khusus memperkuat pendapat mereka dengan satu Hadist apalagi dari Al-
Quran.
Dalam Fiqh Sunnah-nya Ulama Sayyid Sabiq membolehkan jual beli dengan cara tauliyah,
murabahah, dan Wadhiah dengan syarat pihak pembeli dan penjual mengetahui harga
pembelian barang tersebut. Tauliyah ialah menjual dengan harga modal, tidak lebih dan tidak
kurang. Murabahah adalah penjualan dengan harga pembelian barang berikut untung yang
diketahui. Dan Wadhiah adalah penjualan dengan harga di bawah harga pembelian.
Praktek Jual Beli Murabahah
Imam Muhammad Amin bin Umar yang dikutip dalam artikel Rekonstruksi Murabahah sebuah
ijtihad solusi pembiayaan yang ditulis oleh M. Ilyas Marwal, bahwa murabahah adalah sistem
jual beli yang dijiplak dari negara Persia ( salah satu negara adidaya disaat itu) oleh
masyarakat Arab Islam dalam aktivitas bisnis mereka pada abad pertama hijriah.
Murabahah lebih dikenal dengan saya menjual arang kepadamu dengan keuntungan 1 dirham
dari setiap 10 dirham Seiring perkembangannya, murabahah akhirnya menjadi sistem jual beli
yang dilegitimasi oleh para ulama klasik, bahkan keabsahannya merujuk kepada Ijma ulama,
Imam Al-Kasani menjelaskan bahwa sepanjang sejarah semenjak diperaktekan sistem
murabahah dari generasi ke generasi tidak ada segelintir komunitas muslim dan ulama yang
mengingkari akan keabasahannya sistem jual beli murabahah. Hal itu dapat dijadikan rujukan
sebagai bentuk Ijma, disamping itu ada banyak sistem jual beli murabahah ini diterima oleh
banyak kalangan dan menjadi dominan di saat itu diantaranya adalah karena sistem ini bersifat
amanah, sehingga si pembeli yang kurang memahami banyak spesifikasi barang dan harganya
terbantu oleh si penjual yang professional dan jujur.
Sedangkan praktek murabahah dalam Lembaga Keuangan Syariah sekarang ini dipelopori dan
disosialisasikan oleh DR. Sami Hasan Hamud pada saat mempertahankan desertasinya yang
diajukan pada Universitas Al Azhar, Mesir, beliau menguraikan pengertiannya sebagai berikut :
Suatu kesepakatan antara pihak bank dan nasabah, agar bank menyediakan barang yang
dibutuhkan oleh nasabah, dan nasabah akan membelinya serta bank menjual kepadanya
dengan sistem pembayaran tunai atau tunda yang sudah ditentukan harga pokok pembelian
ditambah keuntungan (margin) terlebih dahulu.
Dalam Fatwa DSN MUI No. 4/2000 murabahah didefinisikan sebagai Menjual suatu barang
dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga
yang lebih sebagai laba. Definisi fatwa tersebut menjadi dasar pihak Bank Indonesia untuk
mengeluarkan aturan tentang produk pembiayaan murabahah. seperti yang tertuang dalam PBI
no. 7/46/PBI/2005 bahwa Kegiatan penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan berdasarkan
murabaha yaitu Jual beli barang sebesar harga pokok barang ditambah dengan margin
keuntungan yang disepakati. Dengan kondisi dan syarat-syarat tersebut praktek murabahah
yang saat ini berlaku di Lembaga Keuangan Syariah adalah sebagai berikut :


Penjelasan Gambar :
+ Nasabah/yang mewakili datang ke Bank Syariah dengan maksud untuk mendapatkan
pembiayaan kepemilikan rumah.
+ Antara pihak Nasabah dan Bank Syariah melakukan negosiasi dan pemenuhan
kelengkapan persyaratan
+ Setelah ada kesepkatan, nasabah berjanji akan membeli mobil dari Bank Syariah (waad
Beli)
+ Bank Syariah memberi kuasa atau mewakilkan kepada nasabah untuk membeli mobil
dari Dealer
+ Nasabah seagai wakil Bank Syariah memeli mobil sesuai dengan kebutuhan ke Dealer
+ Bank Syariah membayar pembelian mobil ke Dealer. Dokumen kepemilikan mobil di
buat langsung atas nama Nasabah
+ Penandatanganan akad jual beli antara Bank Syariah dengan Nasabah dimana Bank
Syariah menjual mobil tersebut kepada Nasabah
+ Bank Syariah member kuasa atau mewakilkan ke Dealer untuk menyerahkan mobil
langsung ke Nasabah
+ Dealer sebagai wakil Bank Syariah atau Bank Syariah sendiri, menyerahkan mbil
kepada Nasabah
+ Nasabah membayar pembelian mobil kepada Bank Syariah secara tunai atau angsuran.

Ketentuan Murabahah

1. Barang. Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah islam dan
Spesifikasi yang di pesan jelas.
2. Harga. Harga pokok barang harus disampaikan secara jujur kepada nasabah. Harga
Barang adalah harga setelah potongan (bila ada). Dan biaya-biaya harus disebutkan
secara jelas.
3. Uang Muka. Diperbolehkan meminta Uang Muka.
4. Kepemilikan barang. Barang secara prinsip harus sudah menjadi milik LKS, sehingga
apabila ada kerusakan sebelum diterima nasabah tetap menjadi tanggungjawab LKS.
5. Janji pemesanan. Janji pemesanan mengikat akan tetapi kedua belah pihak tetap
memiliki hak Khiyar (memilih) dan apabila membatalkan harus mengganti kerugian riil
yang diderita oleh LKS.
6. Jaminan. LKS diperboleh untuk meminta Jaminan.
7. Penjualan Kembali. Walaupun belum lunas Nasabah berhak untuk menjual barang
yang dibeli tersebut akan tetapi tetap memiliki kewajiban untuk menyelesaikan
pembelian barang.
8. Apabila Bangkut, LKS harus menunda tagihan utang sampai sanggup kembali atau
berdasarkan kesepakatan
9. Pelunasan Dipercepat. Bank boleh memberikan potongan pembayaran (apabila
pembayarannya dipercepat) tetapi tidak boleh diperjanjikan di awal.
10. Term Pembayaran. Boleh tunai atau mengangsuran. Apabila dilakukan dengan
Angsuran, harus jelas jadwal angsurannya. LKS Boleh memberikan pembiayaan
sebagian atau seluruh harga pembelian barang.

Fatwa DSN MUI Terkait Murabahah :
1. Fatwa DSN MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah
2. Fatwa DSN MUI No. 13/DSN-MUI/IX/2000 tentang Uang Muka Dalam Murabahah
3. Fatwa DSN MUI No. 16/DSN-MUI/IX/2000 tentang Diskon Dalam Murabahah
4. Fatwa DSN MUI No. 23/DSN-MUI/III/2002 tentang Potongan Pelunasan Dalam
Murabahah
5. Fatwa DSN MUI No. 46/DSN-MUI/II/2005 tentang Potongan Tagihan Murabahah
6. Fatwa DSN MUI No. 47/DSN-MUI/II/2005 tentang Penyelesaian Piutang Murabahah
Bagi Nasabah Tidak Mampu Bayar
7. Fatwa DSN MUI No. 48/DSN-MUI/II/2005 tentang Penjadwalan Kembali Tagihan
Murabahah
8. Fatwa DSN MUI No. 49/DSN-MUI/II/2000 tentang Konversi Akad Murabahah










Daftar Pusataka
Antonio, Muhammad SyafiI,2001 Bank Syariah Dari Teori ke Praktek. Penerbit Tazkia Cendikia
Sabiq, Sayyid, Fiqih Sunnah (Terjemah Indonesia),2006. Penerbit Pena Pundi Aksara
Marwal, M.Ilyas, 2007. Rekonstruksi Murabahah Sebuah Ijtihad dalam pembiayaan.

You might also like