You are on page 1of 13

Zaman Prasejarah di Indonesia

Pengertian Zaman Prasejarah dan Zaman Sejarah


Zaman prasejarah adalah zaman ketika manusia belum mengenal atau menggunakan tulisan. Sedangkan zaman sejarah adalah zaman ketika manusia mengenal dan menggunakan tulisan. Zaman sebelum manusia mengenal tulisan disebut zaman prasejarah. Pra berarti sebelum, sedangkan sejarah adalah cerita atau kisah manusia pada masa silam yang belum ada bukti tertulis. Zaman prasejarah juga biasa disebut zaman praaksara, pra artinya tulisan dan aksara artinya tulisan. Juga dikenal zaman nirleka (nir : tidak, leka : tulisan), jadi nirleka adalah zaman tanpa tulisan. Setiap daerah memasuki zaman sejarah berbeda-beda, cepat tidaknya suatu bangsa memasuki zaman sejarah tergantung dari tinngi rendahnya tingkat kebudayaan yang sudah mereka miliki dan sudah adanya bukti tertulisnya. Contohnya Indonesia, diperkirakan memasuki zaman sejarah pada abad ke-4 Masehi (sekitar tahun 400-an) dengan diketemukannya sebuah sumber tertulis dari kerajaan Kutai, di Kalimantan Timur, yang berupa Yupa (tugu batu pengikat hewan kurban) sebanyak 7 buah yang berisi cerita tentang kerajaan Kutai dengan menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Akan tetapi, di Mesir mereka sudah memasuki zaman sejarah jauh lebih dulu, yakni sekitar 4000 SM.

Pembabakan Zaman Prasejarah di Indonesia


Pembabakan (pembagian) zaman prasejarah di Indonesia, para ahli membaginya berdasarka dua hal, yakni secara arkeologi dan secara geologi. Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari hasil-hasil kebendaan dari kebudayaan-kebudayaan yang sudah silam. Secara arkeologi Maka masa ini dibagi dua, yakni sebagai berikut:

1. Zaman Batu
Zaman ini disebut zaman batu karena alat-alat yang ditemukan pada umumnya masih terbuat dari batu, walaupun ditemukan pula beberapa alat dari tulang atau tanduk hewan. Ciri-ciri zaman batu, yaitu :

1) Dimulai kurang lebih pada tahun 590.000 SM. 2) Peralatan yang digunakan masyarakatnya masih menggunakan bahan dari batu. 3) Alat dari batu ini digunakan untuk mempertahankan diri dari serangan binatang buas, mencari dan mengolah makanan. 4) Selain batu, digunakan juga peralatan dari kayu, tetapi tidak ada bekasnya karena lapuk dan tidak tahan lama. 5) Pola pikir manusia masih sangat sederhana
Zaman batu terbagi lagi atas 4 periode:

a. Zaman Batu Tua


Zaman batu tua (palaeolitikum) disebut demikian sebab alat-alat batu buatan manusia masih dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis. Apabila dilihat dari sudut mata pencariannya, periode ini disebut masa food gathering (mengumpulkan makanan) dan manusianya masih hidup secara nomaden (berpindah-pindah). Terdapat dua kebudayaan yang merupakan patokan zaman ini, yaitu: 1. Kebudayaan Pacitan (Pithecanthropus) 2. Kebudayaan Ngandong, Blora (Homo Wajakinensis dan Homo Soloensis) Alat-alat yang dihasilkan antara lain: kapak genggam/perimbas (golongan chopper/pemotong), Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa dan Flakes dari batu Chalcedon (untuk mengupas makanan)

b. Zaman Batu Tengah


Ciri zaman Mesolithikum: a. Nomaden dan masih melakukan food gathering (mengumpulkan makanan) b. Alat-alat yang dihasilkan nyaris sama dengan zaman palaeolithikum yakni masih merupakan alat-alat batu kasar. c. Ditemukannya bukit-bukit kerang di pinggir pantai yang disebut Kjoken Mondinger (sampah dapur). d. Alat-alat zaman mesolithikum antara lain: Kapak genggam (Pebble), Kapak pendek (hache Courte) Pipisan (batu-batu penggiling) dan kapak-kapak dari batu kali yang dibelah. e. Alat-alat diatas banyak ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Flores. f. Alat-alat kebudayaan Mesolithikum yang ditemukan di gua Lawa Sampung, Jawa Timur yang disebut Abris Sous Roche antara lain: Flakes (Alat serpih),ujung mata panah, pipisan, kapak persegi dan alat-alat dari tulang.

Tiga bagian penting kebudayaan Mesolithikum:


a. Pebble-Culture (alat kebudayaan kapak genggam dari Kjoken Mondinger) b. Bone-Culture (alat kebudayaan dari Tulang) c. Flakes Culture (kebudayaan alat serpih dari Abris Saus Roche)

Manusia pendukung kebudayaan Mesolithikum adalah bangsa PapuaMelanosoid

c. Zaman Batu Muda


Ciri utama pada zaman batu Muda (neolithikum ) adalah alat-alat batu buatan manusia sudah diasah atau dipolis sehingga halus dan indah. Alat-alat yang dihasilkan antara lain: 1. Kapak persegi, misalnya beliung, pacul, dan torah yang banyak terdapat di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, Kalimantan, 2. Kapak batu (kapak persegi berleher) dari Minahasa, 3. Perhiasan (gelang dan kalung dari batu indah) ditemukan di Jawa, 4. Pakaian dari kulit kayu 5. Tembikar (periuk belaga) ditemukan di Sumatera, Jawa, Melolo (Sunda) Manusia pendukung Neolithikum adalah Austronesia (Austria), Austro-Asia KhamerIndocina.

d. Zaman Batu Besar


Zaman ini disebut juga sebagai zaman megalithikum. Hasil kebudayaan Megalithikum, antara lain: 1. Menhir: tugu batu yang dibangun untuk pemujaan terhadap arwah-arwah nenek moyang. 2. Dolmen: meja batu tempat meletakkan sesaji untuk upacara pemujaan roh nenek moyang 3. Sarchopagus/keranda atau peti mati (berbentuk lesung bertutup) 4. Punden berundak: tempat pemujaan bertingkat 5. Kubur batu: peti mati yang terbuat dari batu besar yang dapat dibuka-tutup 6. Arca/patung batu: simbol untuk mengungkapkan kepercayaan mereka

2. Zaman Logam
Pada zaman ini kemampuan manusia prasejarah dalam membuat barang-barang mengalami peningkatan. Terbukti dengan ditemukannya alat-alat dari logam, yang menunjukan mereka telah memiliki kemampuan untuk mengolah bijih besi. Zaman logam terbagi atas zaman tembaga, perunggu, dan besi. Menurut geologi, yaitu ilmu yang mempelajari kulit bumi membagi zaman prasejarah seperti dalam tabel berikut. Tabel : Pembabakan masa prasejarah berdasarkan ilmu geologi Zaman Kurun Waktu Ciri Khas Kehidupan Arkaikum Berlangsung 2.500juta tahun yang lalu Kulit bumi masih panas, keadaanbumi belum stabil dan dalam prose pembentukan, belum ada tanda-tanda mahluk hidup Palaeozoikum Berlangsung 340 juta tahun yang lalu Bumi sudah terbentuk, sudah mulai ada tanda-tanda kehidupan seperti mikro-organisme, ikan, amfibi, dan reptil yang bentuknya kecil dan jumlahnya belum begitu banyak. Mesozoikum Berlangsung 140 juta tahun yang lalu Jenis ikan dan reptil sudah mulai banyak. Dinosaurus diperkitakan hidup pada zaman ini. Neozoikum Berlangsung 60 juta tahun yang lalu sampai kini Terbagi atas dua zaman, yaitu : 1. Zaman tersier yang terbagi atas : Palaeosen Eosen Oligosen Miosen Pliosen Pada zaman ini binatang berukuran besar sudah mulai Berkurang, sedangkan monyet dan kera mulai bertambah. 2. Zaman Kuarter yang terbagi atas : Pleistosen (Dilluvium) Holosen (Alluvium) Pada zaman Pleistosen hidup manusia purba atau lebih dikenal manusia-kera, sedangkan pada zaman Holosen bentuk fisik manusia purba mirip dengan bentuk fisik manusia zaman sekarang Hasil Kebudayaan Zaman Logam Kebuadayaan manusia purba pada zaman logam sudah jauh lebih tinggi atau lebih maju

jika dibandingkan dengan kebudayaan manusia purba pada zaman batu. Pada zaman logam manusia purba sudah memiliki kemampuan melebur logam untuk membuat alatalat yang dibutuhkan. Kebudayaan zaman logam dapat dibagi menjadi tiga zaman yaitu zaman perunggu, zaman tembaga, dan zaman besi.

1. Zaman perunggu Di Indonesia tradisi logam dimulai beberapa abad sebelum masehi. Tradisi membuat alat-alat dari perunggu merupakan ciri khas pada masa perundagian. Adapun alat-alat dari zaman perunggu antara lain nekara, moko, kapak corong, perhiasan perunggu, arca atau patung perunggu, dan manik-manik. a. Nekara Nekara dapat juga disebut Genderang Nobat atau Genderang Ketel karena bentuknya semacam berumbung. Terbuat dari perunggu yang berpinggang di bagian tengahnya, dan sisi atasnya tertutup. Bagi masyarakat prasejarah, nekara dianggap sesuatu yang suci. Di daerah asalnya, Dongson, pemilikan nekara merupakan simbol status, sehingga apabila pemiliknya meninggal, dibuatlah nekara tiruan yang kecil yang dipakai sebagai bekal kubur. Di Indonesia nekara hanya dipergunakan waktu upacara-upacara saja, antara lain ditabuh untuk memanggil roh nenek moyang, dipakai sebagai genderang perang, dan dipakai sebagai alat memanggil hujan. Daerah penemuan nekara di Indonesia antara lain, Pulau Sumatra, Pulau Jawa, Pulau Roti, dan Pulau Kei serta Pulau Selayar, Pulau Bali, Pulau Sumbawa, Pulau Sangean. Nekara-nekara yang ditemukan di Indonesia, biasanya beraneka ragam sehingga melalui hiasan-hiasan tersebut dapat diketahui gambaran kehidupan dan kebudayaan yang ada pada masyarakat prasejarah. Nekara yang ditemukan di Indonesia ukurannya besar-besar. Contoh nekara yang ditemukan di Desa Intaran daerah Pejeng Bali, memiliki ketinggian 1,86 meter dengan garis tengahnya 1,60 meter. Nekara tersebut dianggap suci sehingga ditempatkan di Pure Penataran Sasih. Dalam bahasa Bali sasih artinya bulan, maka nekara tersebut dinamakan nekara Bulan Pejeng.

Gambar Nekara & Moko. Sumber: www.wikipedia.org b. Moko Merupakan genderang kecil yang terbuat dari perunggu. Bangunan ini berguna untuk alat upacara atau sebagai mas kawin. Daerah penemuan moko ini adalah di Alor.

c. Kapak Corong Kapak corong disebut juga kapak sepatu karena seolah-olah kapak disamakan dengan sepatu dan tangkai kayunya disamakan dengan kaki. Bentuk bagian tajamnya kapak corong tidak jauh berbeda dengan kapak batu, hanya bagian tangkainya yang berbentuk corong. Corong tersebut dipakai untuk tempat tangkai kayu. Bentuk kapak corong sangat beragam jenisnya. Salah satunya ada yang panjang satu sisinya yang disebut dengan candrosa, bentuknya sangat indah dan dilengkapi dengan hiasan.

Gambar Berbagai bentuk Candrasa. Sumber: www.wikipedia.org d. Bejana perunggu Bejana perunggu ditemukan di tepi Danau Kerinci Sumatra dan Madura, bentuknya seperti periuk tetapi langsing dan gepeng. Kedua bejana yang ditemukan mempunyai hiasan yang serupa dan sangat indah berupa gambar-gambar geometri dan pilin-pilin yang mirip huruf J.

Gambar Bejana Perunggu dari Kerinci (Sumatra).Sumber: www.wikipedia.org

e. Arca-arca perunggu Arca perunggu yang berkembang pada zaman logam memiliki bentuk bervariasi, ada yang berbentuk manusia, ada juga yang berbentuk binatang. Pada umumnya, arca perunggu bentuknya kecil-kecil dan dilengkapi cincin pada bagian atasnya. Adapun fungsi dari cincin tersebut sebagai alat untuk menggantungkan arca itu sehingga tidak mustahil arca perunggu yang kecil dipergunakan sebagai bandul kalung. Daerah penemuan arca perunggu di Indonesia adalah Palembang Sumsel, Limbangan Bogor, dan Bangkinang Riau.

f. Perhiasan perunggu Perhiasan dari perunggu yang ditemukan sangat beragam bentuknya, yaitu seperti kalung, gelang tangan dan kaki, bandul kalung dan cincin. Di antara bentuk perhiasan tersebut terdapat cincin yang ukurannya kecil sekali, bahkan lebih kecil dari lingkaran jari anak-anak. Untuk itu, para ahli menduga fungsinya sebagai alat tukar. Perhiasan perunggu ditemukan di Malang, Bali, dan Bogor.

g. Manik-manik

Manik-manik yang berasal dari zaman perunggu ditemukan dalam jumlah yang besar sebagai bekal kubur sehingga memberikan corak istimewa pada zaman perunggu.

2. Zaman tembaga Di Indonesia tidak mengalami zaman tembaga. Hal ini terlihat dari tidak diketemukannya barang-barang peninggalan yang terbuat dari tembaga.

3. Zaman besi Zaman besi adalah zaman ketika orang telah dapat melebur besi dari bijihnya untuk dituang menjadi alat-alat yang diperlukan. Oleh karena membutuhkan suhu yang sangat panas untuk melebur bijih besi, maka alat-alat yang dihasilkan pun lebih sempurna. Teknik pembuatan alat yang terbuat dari logam dapat dikategorikan menjadi dua cara sebagai berikut. 1) A cire perdue atau cetakan lilin, caranya yaitu membuat bentuk benda yang dikehendaki dengan lilin. Setelah membuat model dari lilin, maka ditutup dengan menggunakan tanah, dan dibuat lubang dari atas dan bawah. Setelah itu, dibakar sehingga lilin yang terbungkus dengan tanah akan mencair, dan keluar melalui lubang bagian bawah. Lubang bagian atas dimasukkan cairan perunggu, dan apabila sudah dingin, cetakan tersebut dipecah sehingga keluarlah benda yang dikehendaki. 2) Bivalve atau setangkup, caranya yaitu menggunakan cetakan yang ditungkupkan dan dapat dibuka, sehingga setelah dingin cetakan tersebut dapat dibuka, maka keluarlah benda yang dikehendaki, cetakan tersebut biasanya terbuat dari batu atau kayu. Benda-benda yang diketemukan dimasa ini tidak begitu banyak karena mungkin alatalat tersebut telah berkarat sehingga hancur. Kemungkinan alat-alat tersebut dikubur bersma dengan orang atau pemiliknya yang telah meninggal. Adapun alat-alat dari tradisi besi yang banyak diketemukan antara lain, mata kapak, mata pisau, mata sabit, mata pedang, cangkul, tongkat dan gelang besi. Daerah ditemukannya alat-alat ini adalah Bogor, Wanasari, Ponorogo, dan Besuki. Zaman besi menandakan zaman terakhir dari zaman prasejarah.

JENIS-JENIS MANUSIA PRASEJARAH Jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia memiliki usia yang sudah tua, hampir sama dengan penemuan manusia purba di negara-negara lainnya di dunia. Bahkan Indonesia dapat dikatakan mewakili penemuan manusia purba di daratan Asia. Daerah penemuan manusia purba di Indonesia tersebar di beberapa tempat, khususnya di Jawa. Penelitian tentang manusia purba di Indonesia telah lama dilakukan. Para peneliti itu antara lain: Eugene Dubois, G.H.R Von Koenigswald, dan Franz Wedenreich. Berikut ini jenis-jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia. A. Manusia Prasejarah di Indonesia 1. Pithecanthropus erectus (Manusia kera yang berjalan tegak) Jenis manusia ini ditemukan oleh seorang dokter dari Belanda bernama Eugene Dubois pada tahun 1890 di dekat Trinil, sebuah desa di pinggir Bengawan Solo, tak jauh dari Ngawi (Madiun). Pithecanthropus Erectus diambil dari kata pithekos = kera, anthropus = manusia, erectus = berjalan tegak. Jadi Pithecanthropus Erectus artinya manusia-kera yang berjalan tegak. Jenis manusia ini menurut para ahli kemampuan berpikirnya masih rendah karena volume otaknya 900 cc, sedangkan volume otak manusia modern lebih dari 1000cc. Kemudian kalau dibandingkan dengan kera, volume otak kera tertinggi 600 cc. Jadi, jenis manusia purba ini belum mencapai taraf ukuran otak manusia modern. Diperkirakan jenis manusia ini hidup antara 1 juta-600.000 tahun yang lalu atau pada zaman paleolithikum (zaman batu tua). Fosil sejenis Pithecantropus lainnya ditemukan oleh G.H.R Von Koenigswald pada tahun 1936 di dekat Mojokerto. Dari gigi tengkorak diperkirakan usia fosil ini belum melebihi usia 5 tahun. Kemungkinan tengkorak tersebut anak dari Pithecanthropus Erectus dan von Koenigswald menyebutnya dengan nama Pithecantropus Mojokertensis. Von Koenigswald di tempat yang sama menemukan fosil yang diberi nama Pithecantropus Robustus. 2. Pithecanthropus Mojokertensis (Manusia kera dari Mojo) Pada 1936, von Koenigswald di daerah Mojokerto menemukan fosil tengkorak anakanak yang diperkirakan belum melewati usia 5 tahun. Diperkirakan fosil ini merupakan anak Pithecantropus Erectus. Fosil ini dinamakan Pithecanthropus Mojokertensis. 3. Pithecanthropus Soloensis(Manusia kera dari Solo) Sebelum menemukan Meganthropus palaeojavanicus, pada tahun 1931 Von Koenigswald juga berhasil menemukan tengkorak dan tulang kering yang mirip dengan Pithecanthropus erectus temuan Dubois. Fosil tersebut kemudian diberi nama Pithecanthropus soloensis berarti manusia kera dari Solo yang ditemukan di Sambungmacan dan Sangiran. 4. Meganthropus Paleojavanicus (manusia besar dari zaman Batu di Jawa) Pada tahun 1941, von Koeningwald di daerah menemukan sebagian tulang rahang bawah yang jauh lebih besar dan kuat dari rahang Pithecanthropus. Gerahamgerahamnya menunjukkan corak-corak kemanusiaan, tetapi banyak pula sifat keranya. Von Koeningwald menganggap mahluk ini lebih tua daripada Pithecanthropus. Mahluk ini ia beri nama Meganthropuis Paleojavanicus (mega = besar), karena bentuk tubuhnya yang lebih besar. Diperkirakan hidup pada 2 juta sampai satu juta tahun yang lalu. 5. Homo Soloensis (Manusia dari Solo) Hampir bersamaan dengan penemuan Meganthropus palaeojavanicus, Von

Koenigswald menemukan pula sebuah tengkorak manusia yang memiliki volume otak lebih besar dari manusia-manusia jenis Pithecanthropus. Struktur tengkorak manusia ini tidak mirip dengan kera. Karena itu, fosil ini diberi nama Homo soloensis yang artinya manusia dari Solo. 6. Homo Wajakensis (manusia dari Wajak) Fosil tengkorak manusia yang mirip dengan penemuan Von Koenigswald pernah pula ditemukan sebelumnya oleh seorang penambang batu marmer bernama B.D. Vonn Rietschotten pada tahun 1889. Fosil tersebut kemudian diteliti oleh Eugene Dubois dan diberi nama Homo wajakensis, artinya manusia dari Wajak. 7. Homo Sapiens (Manusia Cerdas) Homo Sapiens merupakan manusia yang paling maju dan paling cerdik. Homo Sapiens, artinya manusia yang cerdas. Homo Sapiens hidup pada masa Holosen dan memiliki bentuk fisik yang yang hampir sama dengan manusia zaman sekarang. Fosil ini ditemukan oleh Von Rietschoten pada tahun 1889, di Desa Wajak, Campur Darat, Tuluanggung, Jawa Timur. Homo Sapiens yang terdapat di Indonesia sudah ada pada zaman Mesolithikum dan mereka sudah mengenal tempat tinggal secara menetap serta mengumpulkan makanan dan menangkap ikan. Kebudayaannya disebut kebudayaan Mesolithikum yang mendapat pengaruh dari kebudayaan Bacson-Hoabinh dari Indo-Cina (Vietnam). PERKEMBANGAN KEHIDUPAN PADA ZAMAN PRASEJARAH Pada saat makanan (tumbuhan dan binatang) yang disediakan alam itu berlimpah maka tingkat kehidupan manusia pada waktu itu cukup berburu dan mengumpulkan makanan. Cara hidup mereka yang masih mengumpulkan makanan dikenal dengan sebutan food gathering. Tetapi ketika bahan makanan mulai menipis dan tidak ada lagi, timbulah kemampuan manusia untuk mengolahnya. Cara hidup yang sudah mampu menghasilkan makanan sendirin misalnya dengan cara berladang dikenal dengan sebutan food producing. Perubahan yang terjadi pada alam ini, akan berpengaruh kepada kehidupan manusia. Mereka tidak lagi hidup berpindah-pindah (nomaden), tetapi mulai pada kehidupan yang menetap. Berikut ini tahapan kehidupan manusia pada masa prasejarah di Indonesia. A. Zaman berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana Ciri-ciri zaman bebruru dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana : Manusia pada masa ini memiliki pikiran dan kecakapan yang sangat terbatas. Mereka hidup didatran rendah yang terdapat sumber air dan makanan. Kegiatan mata pencaharian mereka adalah berburu dan mengumpulkan makanan. Hidup secara berkelompok dalam jumlah yang kecil, untuk saling melindungi diri dari binatang buas. Hidup nomaden, yaitu berpindah-pindah tempat, apabila sumber makan berkurang atau habis. Alat-alat yang digunakan masih sangat sederhana, terbuat dari potongan batu, tulang, kayu yang tidak dibentuk. Tabel kehidupan zaman berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana. Kondisi Zaman berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana Keadaan alam Kondisi bumi masih belum stabil (zaman tersier).

Flora Pohon salam dan rasamala, umbi-umbian, buah-buahan, dan sayu-sayuran Fauna Lembu, gajah, dan harimau Kehidupan masyarakat Didominasi jenis Pithecanthropus erectus, food gathering, nomaden, belum mengenal sistem religi. Alat-alat kehidupan Kapak perimbas, kapak genggam, alat-alat serpih. B. Zaman bebruru dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut Ciri-ciri zaman berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut : Manusia pada masa berburu dengan menggunakan alat berupa kapak batu, tongkat, dan tombak kayu. Perburuan ini bisa menjangkau daerah yang cukup jauh. Proses mengumpulkan makanan tidak hanya dilakukan di sekitar tempat tinggalnya, tetapi mencakup daerah lainnya. Tempat tinggalnya di gua-gua. Hidup berpindah tempat dilakukan jika sumber makanan berkurang. Alat-alat yang digunakan masih berbentuk kasar, terbuat dari batu, tulang, dan tanduk yang lebih tajam dan runcing. Tabel Kehidupan zaman berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut. Kondisi Zaman berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut Keadaan alam Perubahan iklim dari musim dingin ke musim panas (pasca-pleistosen) Fauna Biawak, kera, banteng, kerbau, kijang, dan sebagainya. Ikan, kerang, siput (ukurannya lebih besar dibandingkan saat ini) Flora Umbi-umbian, buah-buahan, dan sayuran Kehidupan masyarakat Berburu, bertempat tinggal di gua-gua, nomaden, sudah mengenal sistem religi, bercocok tanam secara sederhana Alat-alat kehidupan Alat terbuat dari batu, tulang, tanduk (masih berbentuk kasar) dan Sudip sebagai alat berburu yang terbuat dari tulang. C. Zaman bercocok tanam Ciri-ciri zaman bercocok tanam : Pola hidupnya mulai menetap di dataran rendah secara berkelompok dan sudah memilih pemimpin. Manusia pada masa ini, sudah mengenal cara bercocok tanam, megolah tanah, dan memelihara hewan. Mereka mulai menguasai cara menyimpan makanan dan mengawetkan makanan secara sederhana. Mereke mengenal sistem kepercayaan terhadap roh nenek moyang dan kekuatan alam. Sistem kepercayaan ini ditunjukan melalui simbol-simbol gambar berwarna, bangunan, dan arca yang terbuat dari batu besar. Alat-alat yang digunakan terbuat dari batu, dan bahan lainnya yang bentuknya sudah diasah. Tabel Zaman bercocok tanam. Kondisi Zaman bercocok tanam Keadaan alam Bumi sudah stabil Flora Hampir sama dengan keadaan saat ini Fauna Hampir sama dengan keadaan saat ini Kehidupan masyarakat Sudah mulai menetap, bercocok tanam (food producing), sudah

mengenal memelihara hewan, sistem barter (pertukaran barang), sistem kepercayaan, animisme dan dinamisme Alat-alatkehidupan Terbuat dari batu dan sudah diasah. Beliung persegi, kapak lonjong, gerabah, alat pemukul kulit kayu, perhiasan D. Zaman perundagian Ciri-ciri zaman perundagian : Sudah terbentuk kelompok-kelompok kerja dalam bidang pertukangan. Adanya status keanggotaan masyarakat yang didasarkan pada tingkat kekayaan. Sudah mengenal teknik pengolahan logam, sehingga alat-alat upacara, senjata, dan peralatan kerja yang digunakan dibuat dari tembaga, perunggu, dan besi. Mereka sudah membuat perhiasan dari emas. Tempat-tempat ibadah digunakan untuk memuja roh nenek moyang, terbuat dari batubatu besar. Kepercayaan mereka adalah animisme dan dinamisme.

You might also like