You are on page 1of 9

mitos dan ilmiah BAB I PENDAHULUAN Di Era Globalisasi modern ini, segala bentuk mitos masih ada yang

dipakai para orang tua untuk menasehati anaknya, mitos di Indonesia biasanya menceritakan tentang terjadinya alam semesta, terjadinya susunan para dewa, dunia dewata, dan terjadinya makanan pokok serta masih banyak lagi yang berkembang sampai saat ini. Dengan masih dipakainya mitos-mitos tersebut sampai saat ini, maka munculah ketakutan akan mitos-mitos tersebut, ketakutan bila tidak dipercayai maka akan terjadi. Untuk itu diperlukan adanya suatu penelitian-penelitian yang dapat dibuktikan kebenarannya dan merupakan sebuah teori yang disebut dengan ilmiah. Penelitian-penelitian yang jelas terhadap kondisi masyarakat yang masih mempercayai adanya mitos yang dapat membuat mereka takut. Padahal mitos itu belum tentu dapat dibenarkan secara ilmiah. Dengan begitu masyarakat tahu apa yang harus dilakukannya sekarang dan waktu yang akan datang. Tidak hanya mitos untuk orang hamil dan menyusui, mitos-mitos yang lain pun harus mempunyai pembuktian secara ilmiah dan tidak langsung mempercayai mitos-mitos tersebut. Mitos adalah suatu cerita atau arahan yang dijadikan pedoman hidup manusia. Melalui mitos para orangtua dapat mengajarkan anak-anaknya tentang mana yang baik dan mana yang buruk. Namun arahan itu belum tentu akan berhasil, masih diperlukan kepercayaan anak-anak mereka terhadap mitos. Berbagai macam mitos yang berkembang sampai saat ini menggambarkan bahwa masih ada dari sebagian masyarakat yang masih dapat menerima mitos-mitos tersebut. Dengan kata lain, mereka lebih mempercayai hal-hal yang masih berbau mitos dibandingkan dengan hal-hal yang sudah ilmiah. Sehingga cara pemikiran mereka baru sampai pada tahap metafisik dan philosofi belum sampai pada tahap positivisme. Dalam menentukan suatu yang dikatakan ilmiah, terdapat beberapa tahapan untuk menjadi ilmiah yaitu, sistematis, objektif, metodik, universal dan tentative. Dalam hal metodenya, ilmiah harus bebas dari prasangka, bebas dari instuisi dan bebas dari coba-coba. Sehubungan dengan penjelasan diatas, telah mendorong tim penyusun untuk mengambil judul untuk tugas makalah Ilmu Kealaman Dasar dengan judul bahasan Ilmiah dan Mitos.

BAB II PEMBAHASAN A. ILMIAH Ilmiah adalah cara berpikir manusia yang dilakukan berdasarkan penelitian. Ditinjau dari sejarah berpikir manusia, terdapat dua cara pokok untuk memperoleh pengetahuan yang benar, ialah : 1. Cara yang berdasarkan rasio, atau yang lebih dikenal dengan rasionalisme Paham ini dipelopori oleh Descartes. Menurutnya, rasio adalah sumber dan pangkal dari segala pengertian. Dan hanya rasio yang dapat membawa orang pada kebenaran dan dapat memberi pimpinan dalam segala jalan pikiran. Dalam menyusun pengetahuan, Descartes menggunakan metode deduktif. Dimana idenya merupakan anggapan yang sudah jelas, tegas, dan pasti didalam pikiran manusia. Jadi inti dari pengetahuan berasal dari ide atau prinsip dan kemudian menjadi pengetahuan. Kekurangan dari rasionalisme ini adalah evaluasi terhadap kebenaran dasar pemikiran menurut penalaran deduktif. Yang sumber penalarannya bersifat abstrak, terlepas dari segala pengalaman. Sehingga tidak dapat dilakukan evaluasi dan dapat memungkinkan pada satu objek yang sama terdapat perbedaan pendapat. Sehingga dalam hal ini pemikiran rasional lebih bersifat subjektif dan solipsistic (hanya benar dalam kerangka pemikiran tertentu yang berbeda dalam otak yang berpikir tersebut) 2. Cara yang berdasarkan pengalaman, paham yang dikembangkan disebut empirisme Bahwa pengetahuan manusia tidak diperoleh lewat penalaran rasional yang abstrak, tetapi lewat pengalaman yang konkrit, yang bisa dilihat dari gejala gejala alam karena dapat dinyatakan lewat tangkapan panca indra. Kaun empiris berpegang pada prinsip kesurupan. Pada dasarnya alam adalah teratur. Gejala gejala alam berlangsung dengan pola pola tertentu. Dengan mengetahui bagaimana sesuatu terjadi di masa lalu atau dengan mengetahui tingkah laku benda benda tersebut sekarang, maka kita dapat meramalkan kemungkinan tingkah lakunya dimasa mendatang. Kekurangan empirisme : kaum empiris tidak dapat memberikan jawaban yang meyakinkan tentang hakikat pengalaman ini, merupakan stimulus panca indra persepsi/sensasi mereka menganggap bahwa dunia fisik adalah nyata, karena merupakan gejala yang diperoleh dengan panca indra. Kita telah tahu bahwa kemampuan panca terbatas dan tidak sempurna, sehingga segala sesuatu yang dilaporkan dari hasil kerja panca indra ini tidak terlalu besar. Bila memutar kembali waktu, kita dapat mengetahui pada zaman batu pun telah ada penngetahuan Know How, yaitu pengetahuan yang semuanya terjadi secara kebetulan atau disengaja yang berdasarkan pengetahuan primitif, yang kemudian dilanjutkan dengan percobaan yang dilakukan tanpa dasar dan tanpa pengaturan, tetapi dengan mengikuti proses Trial and Error, yang kegiatan antara lain : Kemampuan mengamati Kemampuan membeda-bedakan Kemampuan memilih

Kemampuan melakukan percobaan tanpa disengaja Adapun ciri-ciri ilmiah: Objektif Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkinada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, dan karenanya disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian. Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensi dari upaya ini adalah harus terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari kata Yunani Metodos yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah. Sistematik Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu system yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu, mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga. Universal Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semu segitiga bersudut . Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu social menyadari kadar keumumman (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu social, harus tersedia konteks dan tertentu pula. Tentatif dan criteria ilmiah antaralain: Berdasar fakta, ada data, bebas dari prasangka, menggunakan hipotesis dan memakai ukuran objektif, Perhitungan kuantitatif,

B. MITOS Mitos atau mite(myth) adalah cerita prosa rakyat yang tokohnya para dewa atau makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia lain pada masa lampau dan dianggap benar-benar terjadi oleh yang mempunyai cerita atau penganutnya. Selain itu, mitos dapat diartikan sebagai kisahkisah atau hal-hal yang sering diceritakan orang tua pada jaman dahulu, sebagai media pembelajaran. Mengajarkan mana perbuatan yang baik dan buruk, antara surga dan neraka dan perbandingan jahat serta mulia. Mitos pada umumnya menceritakan tentang terjadinya alam semesta, dunia, bentuk khas binatang, bentuk topografi, petualangan para dewa, kisah percintaan mereka dan sebagainya. Mitos itu sendiri ada yang berasal dari Indonesia dan ada juga yang berasal dari luar negeri. Mitos yang berasal dari luar negri pada umumnya telah mengalami perubahan dan pengolahan lebih lanjut, sehingga tidak terasa asing lagi yang disebabkan oleh proses adaptasi karena perubahan zaman. Menurut Moens-Zoeb, orang Jawa bukan saja telah mengambil mitos-mitos dari India, melainkan juga telah mengadopsi dewa-dewa Hindu sebagai dewa Jawa. Bahkan orang Jawa pun percaya bahwa mitos-mitos tersebut terjadi di Jawa. Di Jawa Timur misalnya, Gunung Semeru dianggap oleh orang Hindu Jawa dan Bali sebagai gunung suci Mahameru atau sedikitnya sebagai puncak Mahameru yang dipindahkan dari India ke Pulau Jawa. Mitos di Indonesia biasanya menceritakan tentang terjadinya alam semesta, terjadinya susunan para dewa, dunia dewata, dan terjadinya makanan pokok. Mengenai mite terjadinya padi, dikenal adanya Dewi Sriyang dianggap sebagai dewi padi orang Jawa. Menurut versi Jawa Timur, Dewi Sri adalah putrid raja Purwacarita. Ia mempunyai seorang saudara laki-laki yang bernama Sadana. Pada suatu hari selagi tidur, Sri dan Sadana disihir oleh ibu tirinya dan Sadana diubah menjadi seekor burung layang-layang sedangkan Sri diubah menjadi ular sawah. Kemudian perkembangan selanjutnya adalah untuk memenuhi kebutuhan nonfisik atau kebutuhan pikirannya, jadi tidak semata untuk memenuhi kebutuhan fisiknya. Rasa ingin tahu manusia ternyata tidak dapat terpuaskan atas dasar pengamatan maupun pengalamannya saja untuk memuaskan alam pikirannya, manusia mereka reka sendiri jawabannya. Biasanya mitos ini timbul disebabkan antara lain karena keterbatasan alat indera manusia, misalnya : Alat Penglihatan Ada benda benda yang bergerak begitu cepat sehingga tak tampak jelas oleh mata. Ada pula jika benda yang dilihat terlalu jauh maka mata tak mampu melihatnya. Alat Pendengaran Pendengaran manusia terbatas pada getaran yang mempunyai frekuensi dari 30 30.000 per detik. Getaran dibawah 30 atau diatas 30.000/dH tak akan dapat didengar oleh manusia. Alat Pencium dan Pengecap Manusia hanya bisa membedakan empat jenis rasa yaitu manis, masam, pahit dan asin. Bau seperti parfum dan bau-bauan yang lain dapat dikenal oleh hidung kita bila konsentrasinya di udara sepersepuluh juta bagian.

Dari bau, manusia dapat membedakan benda dengan benda lain namun tidak semua dapat melakukannya. Alat Perasa Kulit manusia dapat membedakan panas atau dingin namun sangat relative, sehingga tidak bisa dipakai sebagai alat observasi yang tepat. Menurut Auguste Comte (1798-1857) dalam sejarah perkembangan jiwa manusia, baik sebagai individu maupun sebagai keseluruhan berlangsung dalam tiga tahap: 1. Tahap Teologi atau Fiktif (Metafisik) Masa-masa dimana manusia percaya akan adanya mitos. Mereka mempunyai rasa ingin tahu yang besar, lebih mengandalkan panca indera, dan tidak menggunakan rasio (karena belum tahu) 2. Tahap Filsafat atau Abstrak (Phylosopy) Manusia mulai mengenal Tuhan (dewa-dewa), dan astrologi. 3. Tahap Positivisne atau Ilmiah Riel

BAB III CONTOH KASUS Dan berikut dibawah ini merupakan beberapa kasus mitos yang telah terpatahkan karena adanya penelitian ilmiah yang dapat mengungkapkan kebenarannya. KASUS 1: Mitos: Kanker tidak bisa dicegah Ilmiah: Para ilmuan memperkirakan bahwa 50% kematian akibat kanker di Amerika disebabkan oleh kondisi dan lingkungan serta pilihan-pilihan yang tidak sehat. Kondisi dan lingungan yang tidak sehat ini bisa menyebabkan diet yang tidak sehat, obesitas atau kebiasaan yang tida sehat seperti merokok dan kurangnya aktivitas fisik. Sekarang, telah ditemukan cara untuk menghindari kanker termasuk kanker aru-paru, servik, kolon, rektal, dan kanker kulit. Pada umumnya, kanker bisa dicegah dengan: menghindari rokok atau produk-produk dari tembakau menghindari jadi perokok pasif tidak mengkonsumsi alcohol mempertahankan berat badan yang sehat memakan lebih banyak buah dan sayuran setiap hari serta mengikuti pola diet rendah lemak menyeimbangkan asupan kalori dengan aktivitas fisik melindungi kulit dari sinar matahari KASUS 2: Mitos: di planet lain terdapat kehidupan selain di bumi. Ilmiah: makhluk hidup dapat hidup di bumi karena bumi kekiliki keadaan yang ideal bagi kehidupan makhluk hidup. Maakhluk hidup memerlukan tekanannya' kandungan gas, suhu, dan air yang benar-benar cocok untuk kehidupannya. Di planet lain mungkin saja terdapat atmosfer, namun jika tidak terlalu besar tekanannya malah terlalu tipis. Di mars, misalnya diketahui memiliki atmosfer dengan kandungan oksigen yang tipis. Maka walaupun sudah dilakukan penelitian dengan robot yang didaratkan di permukaannya, tak juga ditemukan adanya tandatanda kehidupan. Di planet lain malah ada yang suhunya sangat ekstrem dingin dan ekstrim panas. Jadi sementara, ini yang diketahui ada kehidupan hanyalah di planet Bumi. Namun yang demikian tidak mustahil jika planet lain terdapat kehidupan yang pada tingkat makhluk hidup yamg paling rendah.

KASUS 3: Mitos: Burung hantu rajanya mitos. Di sini, burung hantu banyak sekali dikaitkan dengan berbagai mitos yang menyeramkan. Atau singkatnya, burung ini senang dekat dengan hantu atau setan sehingga suaranya jadi pertanda keberadaan hantu. Tapi ternyata, burung hantu ini tak hanya terkenal sebagai raja ,mitos di negeri ini, melainkan juga di mancanegara. Konon, di India, burung hantu bisa jadi pertanda akan datangnya kematian. Namun, di negeri itu, burung hantu juga terkenal sebagai penyembuh sakit jantung. Sementara itu di yunani, kalau ada burung hantu yang terbang mengitari pasukan yang tengah berperang, maka pasukan itu dijamin bakal menang. Usut punya usut, burung hantu adalah nama yang diberikan kepada kelompok burung yang aktif pada malam hari. Terbangnya sama sekali tidak berisik atau tanpa suara, meluncur saja seperti hantu. Orang awam atau nenek kakek kita dulu yang menyangka burung ini bisa terbang seperti hantu karena berkawan dengan hantu. Ilmiah: terbang senyap ini bisa dilakukan burung hantu karena bulu sayap mereka yang sangat halus seperti beludru. Bulu halus ini meredam suara kepakan sayap dan gesekan angin saat tubuhnya melaju kencang memburu mangsa. Sehingga, calon mangsa tidak menyadari kedatangannya dan tidak dapat mengelak dari sergapannya. KASUS 4: Mitos: mematahkan ruas jari picu arthritis Ilmiah: tidak ada studi yang menghubungkan antara mematah-matahkan ruas jari dengan rasa sakit akibat arthritis. Tetapi, berdasarkan sebuah studi peregangan ligament yang terjadi berulang-berulang saat mematah-matahkan tangan bisa menimbulkan perdangan dan memperlemah daya genggam. KASUS 5: Mitos: menurut mbah Marijan sebagai juru kunci gunung merapi. Mbah Marijan memberikan mitos dan ramalan bahwa gunung berapi tidak akan meletus dan menyemburkan laharnya, saat mengalami 8 kali letupan lava, kata mbah Marijan. Ilmiah: pembuktian secara ilmiah dalam ilmu geologi gunung-gunung berapi, seperti gunung merapi akan benar-benar meletus dan menyemburkan laharnya pada saat mengalami letupan-letupan larva secara maksimal.

BAB IV KESIMPULAN Jadi, mitos itu dapat diterima oleh masyarakat pada masa itu karena: Keterbatasan Pengetahuan Pada masa itu manusia belum memiliki banyak pengetahuan. Pengetahuan mereka hanya terbatas pada cerita dari oranglain, karena ada seseorang yang mengetahui sesuatu hal, kemudian diceritakan kepada oranglain. Keterbatasan Penalaran Manusia Manusia memang mampu berfikir, namun pemikirannya perlu terus menerus dilatih. Namun pemikiran itu dapat benar juga dapat salah. Untuk itu perlu waktu guna meyakinkan bahwa penalaran itu benar adanya. Keingintahuan Manusia yang telah Dipenuhi untuk Sementara Kebenaran memang harus dapatditerima oleh akal, tetapi sebagian lagi dapat diterima secara intuisi, yakni penerimaan atas dasar kata hati tentang sesuatu yang benar, yang menurut masyarakat awam dapat diterima sebagai suatu kebenaran. Dalam perkembangannya, mitos tak selamanya mitos. Karena kemajuan berfikir manusia yang sangat pesat, akhirnya ditemukan alasan yang masuk akal dan dapat dipertanggung jawabkan melalui penelitian yang akhirnya dikukuhkan sebagai pengetahuan.

REFERENSI IPA Terpadu untuk SMP Kelas 3, disusun oleh TIM ABDI GURU, Penerbit: Erlangga Ilmu Alamiah Dasar, Santi Dewiki Sri Y PKH, Penerbit: Universitas Terbuka Perkembangan Awal Pikiran Manusia: Mitos dan Tokoh-Tokoh Pembaharuan. Desember 2002. Drs. Hendro Darmodjo, M.A, Drs. Yeni Kaligis, M.Sc., Penerbit: Universitas Terbuka Ilmu Kealaman Dasar, Penerbit: Rineka Cipta

You might also like