You are on page 1of 18

1.

Senyawa Ionik, Sifat-Sifat dan Ukurannya Senyawa Ionik Senyawa ionik merupakan senyawa kimia yang berikatan ionik. Senyawa ionik biasanya

terbentuk antara atom-atom unsur logam dan non logam. Atom unsur logam cenderung melepas elektron membentuk ion positif, dan atom unsur non logam cenderung menangkap elektron membentuk ion negatif. Senyawa ionik terbentuk karena tarikan antara dua ion yang berbeda muatan. Pada strukturnya dituliskan dengan menuliskan perbandingan unsur penyusunnya dalam bilangan yang paling sederhana. Apabila melarut maka akan terbentuk ionion positip dan negatip. Adapun contoh senyawa ionik adalah garam NaCl. Senyawa ionik dapat dibagi menjadi 4 bagian yaitu 1. Senyawa ionik sederhana, yaitu senyawa ionik yang mengandung ion-ion yang terdiri dari satu atom. Misalnya: NaCl, MgCl2, Na2O dan MgO. 2. Senyawa ionik yang mengandung kation sederhana dan anion poliatomik. Misalnya K2SO4, NaNO3 dan K2[HgI2].

3. Senyawa ionik yang mengandung kation poliatomik dan anion sederhana. Misalnya: NH4Cl, N(CH3)4Br dan [Ag(NH3)2]Cl. 4. Senyawa ionik yang mengandung anion dan kation poliatomik. NH4NO3, (NH4)2SO4 dan [Co(NH3)6][Cr(CN)6] Ikatan ionik merupakan sebuah gaya elektostatik yang mempersatukan ion-ion dalam suatu senyawa ionik. Ion-ion yang diikat oleh ikatan kimia terdiri dari kation dan anion. Kation terbentuk dari unsur-unsur yang memiliki energi ionisasi rendah dan biasanya terdiri dari logam-logam alkali dan alkali tanah. Sementara itu, anion cenderung terbentuk dari unsur-unsur yang memiliki afinitas elektron tinggi, dalam hal ini unsur-unsur golongan halogen dan oksigen. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa ikatan ion sangat dipengaruhi oleh besarnya beda keelektronegatifannya, maka ikatan ionik yang dihasilkan akan semakin kuat. Ikatan ionik tergolong ikatan kuat, dalam hal ini memiliki energi ikatan yang kuat sebagai akibat dari perbedaan keelektronegatifan ion penyusunya. Pembentukan ionik dilakukan dengan cara transfer elektron. Dalam hal ini, kation terionisasi dan melepaskan sejumlah elektron hingga mencapai jumlah oktet yang disyaratkan dalam aturan Lewis. Selanjutnya elektron yang dilepaskan ini akan diterima oleh anion hingga

mencapai jumlah oktet. Proses transfer elektron ini akan menghasilkan suatu ikatan ionik yang mempersatukan anion dan kation. 1.2 Sifat Senyawa Ionik Sifat senyawa ionik ada 2 yaitu sifat fisika dan sifat kimia. a. Sifat-sifat fisika senyawa ionik yaitu: 1. Pada suhu kamar berwujud padat 2. Struktur kristalnya keras tapi rapuh 3. Memiliki titik didih dan titik leleh yang tinggi

b. Sifat-sifat kimia senyawa ionik yaitu: 1. Bersifat polar 2. Larut dalam pelarut air tetapi tidak larut dalam pelarut organik. Air merupakan pelarut suatu

yang baik untuk senyawa-senyawa ionik namun tidak memainkan peran yang

istimewa dalam menghantarkan arus listrik. Air hanya dijadikan medium oleh ion-ion untuk bergerak. 3. Tidak menghantarkan listrik pada fase padat, tetapi pada fase cair (lelehan) dan larutan nya menghantarkan listrik. Ukuran Senyawa Ion Senyawa ionik mempunyai kecenderungan membentuk struktur dengan simetri tinggi dan volume maksimal. Elektronetralitas lokal berlaku pada senyawa ionik, artinya sejumlah muatan positif akan dinetralkan oleh muatan negatif yang sama sehingga muatan total adalan nol. Ukuran senyawa ionik dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: a.Muatan inti efektif muatan inti efektif adalah muaran inti yang telah berkurang akibat adanya perisai dari electron yang berada lebih dekat ke inti. Karena muatan positif inti biasanya sedikit banyak dilawan oleh muatan negatif elektron dalam (di bawah elektron valensi), muatan inti yang dirasakan oleh elektron valensi suatu atom dengan nomor atom Z akan lebih kecil dari muatan inti (Ze). Penurunan ini diungkapkan dengan konstanta perisai (), dan muatan inti netto disebut dengan muatan inti efektif (Zeff).

Z eff = Z b .Energi ionisasi Energi ionisasi didefinisikan sebagai energi minimum yang diperlukan untuk mengeluarkan elektron dari atom dalam fasa gas (g), sebagaimana ditunjukkan dalam persamaan berikut: A(g) A+ (g) + e- (g) c . A f i n i t a s el e k t r o n Afinitas elektron adalah negatif entalpi penangkapan elektron oleh atom dalam fasa gas sebagaimana ditunjukkan dalam persamaan berikut dan dilambangkan dengan A ( = -Heg ). Reaksinya adalah : A(g) + e A-(g) Afinitas elektron dapat dianggap entalpi ionisasi anion. Karena atom halogen mencapai konfigurasi elektron gas mulia bila satu elektron ditambahkan, afinitas elektron halogen bernilai besar. d. Keel ekt r onegat i van Keelektronegativan adalah kecenderungan atom untuk menarik elektron dalam molekul. Kelektronegativan sangat bermanfaat untuk menjelaskan perbedaan dalam ikatan, struktur dan reaksi dari sudut pandang sifat atom. e. Jar i- j ar i at om i k dan i on J ari-jari kation semakin lebih menyusut untuk sederet spesies isoelektronik dalam satu periode dengan naiknya muatan ion. Sebagai contoh, 11Na+, 12Mg2+,dan 13Al3+, secara berurutan mempunyai jari-jari ionik 116, 86, dan 68 pm; ketiga-tiganya isoelektronik, mempunyai 10 elektron dengan konfigurasi elektronik 1s2 2s2 2p6. Sebaliknya, jari-jari anion menjadi lebih menyusut untuk sederet spesies isoelektronik dalam satu periode dengan menyusutnya muatan ion. Sebagai contoh, anion 7N3-, 8O2-, dan 9F-, secara berurutan mempunyai jari-jari ionik 132, 124, dan 117 pm. Ketiga spesies anionic ini adalah isoelektronik (10 elektron) dan dengan argumentasi yang sama seperti tersebut di atas dapat dijelaskan menyusutnya ukuran anion ini. Secara umum memang benar bahwa kation logam lebih kecil ukurannya ketimbang anion non logam. Dalam golongan, ukuran atom semakin besar dengan naiknya nomor atom (dari atas ke bawah), demikian juga ukuran ionnya. Sebagai contoh, anion halogenida, F-, Cl-, Br-, dan I-. Akhirnya diketahui bahwa ukuran ion tidak dapat diperoleh secara langsung, melainkan secara empiric, yaitu membandingkan hasil pengukuran lebih dari satu senyawa untuk atom-atom yang sama.

ISOMERI DALAM SENYAWA KOMPLEKS Isomerisasi merupakan proses dimana suatu molekul berubah menjadi molekul lain yang memiliki atom sama, tetapi atom-atom disusun ulang. Misalnya: ABC -- BAC Contoh Isomerisasi : 1. Isomerizations dalam hidrokarbon cracking. Ini biasanya digunakan dalam kimia organik , dimana bahan bakar, seperti pentana , seorang-isomer rantai lurus, dipanaskan dengan adanya katalis platinum. Campuran yang dihasilkan dan isomer lurus-bercabang-rantai maka harus dipisahkan. Sebuah proses industri juga merupakan isomerisation dari n-butana menjadi isobutane .

2. Trans-cis isomer. Dalam senyawa tertentu sebuah interkonversi isomer cis dan trans dapat diamati, misalnya, dengan asam maleat dan dengan azobenzene sering oleh photoisomerization. Contohnya adalah : konversi fotokimia dari isomer trans ke isomer cis dari resveratrol [4] (anonim, 2011) :

Adapun jenis-jenis Isomer: Isomer Ionisasi

Isomerisasi jenis ini menunjukkan isomer-isomer dari suatu kompleks yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion yang berbeda. Misalnya kompleks [Co(NH3)5Br]SO4 yang berwarna merah-violet. Suatu larutan berair dari kompleks ini akan menghasilkan endapan putih BaSO4 dengan larutan BaCl2, yang memastikan adanya ion SO42- bebas. Sebaliknya [Co(NH3)5SO4]Br berwarna merah. Larutan dari kompleks ini tidak memberikan hasil positif terhadap uji sulfat

dengan BaCl2. Larutan akan memberikan endapan AgBr berwarna krem dengan AgNO3, yang memastikan adanya ion Br- bebas. Berarti pada kompleks [Co(NH3)5Br]SO4 dilepaskan ion SO42-, sedangkan kompleks [Co(NH3)5SO4]Br melepaskan Br-. Karena memiliki rumus komposisi kimia yang sama tetapi jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion yang berbeda, kedua kompleks tersebut dikatakan merupakan isomer ionisasi. Contoh lain dari isomer ionisasi adalah [Pt(NH3)4Cl2]Br2 dan [Pt(NH3)4Br2]Cl2 dan [Co(en)2NO2.Cl]SCN, [Co(en)2NO2.SCN]Cl; dan [Co(en)2Cl.SCN]NO2.

Isomer Koordinasi

Suatu senyawa kompleks dapat memiliki isomer koordinasi jika senyawa kompleks tersebut terbentuk dari ion positif dan negatif yang keduanya merupakan ion kompleks. Dengan kata lain senyawa kompleks yang terbentuk dari kation dan anion yang merupakan ion kompleks dapat membentuk isomer koordinasi. Isomerisasi dapat terjadi melalui pertukaran sebagian atau seluruh ligannya. Beberapa contoh senyawa kompleks yang memiliki isomer koordinasi adalah sebagai berikut : [Co(NH3)6]3+[Cr(CN)6]3-, membentuk isomer [Cr(NH3)6]3+[Co(CN)6]3[Co(NH3)6]3+[Cr(C2O4)3]3-,membentuk isomer [Co(C2O4)3]3+[Cr(NH3)6]3[Pt(NH3)4]2+[PdCI4]2- , membentuk isomer [Pt(NH3)3I]+[Pd(NH3)CI3]-

dan isomer [Pd(NH3)3I]+[Pt(NH3)CI3]- ; dan isomer [Pd(NH3)4]2+[PtCI4]2Jika diperhatikan, contoh-contoh tadi menunjukkan bahwa pembentukan isomer koordinasi mengikuti suatu pola yang dapat dituliskan sebagai berikut : [M(A)x]+a[M(B)y]-b membentuk isomer [M(B)y]+b[M(A)x]-a

Isomer Ikatan

Sejumlah senyawa kompleks memiliki ligan yang merupakan ligan ambidentat. Karena ligan semacam ini memiliki lebih dari satu atom yang dapat menyumbangkan pasangan elektron bebas dalam pembentukan ikatan, maka logam pusat dapat terikat dengan atom yang berbeda pada ligan tersebut. Dengan demikian terbentuklah isomer ikatan. Beberapa contoh ligan ambidentat yang dapat membentuk isomer ikatan adalah sebagai berikut : Ligan Contoh isomer dalam senyawa

NO2 (nitro) dan nitrito [(NH3)5Co-NO2]Cl2 dan [(NH3)5Co-ONO]Cl2 (ONO) [(NH3)5Ir-NO2]Cl2 dan [(NH3)5Ir-ONO]Cl2

-SCN (tiosianato) dan [{(C6H5)P}2Pd(-SCN)2] dan [{(C6H5)3P}2Pd(-NCS)2}] NCS (isotiosianato) [(OC)5Mn-SCN] dan [(OC)5Mn-NCS]

Ikatan kovalen Istilah ikatan kovalen (covalent bond) pertama kali muncul pada tahun 1939. Awalan coberarti bersama-sama, berasosiasi dalam sebuah aksi, berkolega. Ikatan kovalen yaitu ikatan yang terjadi karena pemakaian bersama pasangan elektron valensi oleh atom yang berikatan. Elektron-elektron yang terlibat dalam pembentukan ikatan kovalen tidak berpindah secara sempurna dari atom-atom yang berikatan. Semua senyawa organik dan beberapa senyawa seperti HCl, NH3, PCl3, PCl5, CCl4, CHCl3, CO2, , HgCl2, GeF4, SnCl4, Cl2, N2, O2 dan F2 merupakan beberapa contoh senyawa-senyawa dengan ikatan kovalen. Ikatan kovalen terjadi akibat atom yang akan berikatan tidak mampu melepaskan elektron, hal ini disebabkan ikatan kovalen terbentuk dari unsur-unsur yang memiliki afinitas elektron tinggi dan perbedaan keelektronegatifannya kecil. Atom nonlogam cenderung untuk menerima elektron sehingga jika sesama atom nonlogam membentuk sebuah ikatan maka ikatan yang terbentuk dapat dilakukan dengan cara mempersekutukan elektronnya dan akhirnya terbentuk pasangan elektron yang dapat dipakai secara bersama untuk untuk mencapai konfigurasi gas mulia. Berdasarkan jumlah pasangan elektron yang digunakan untuk berikatan ikatan kovalen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu: 1. Ikatan kovalen tunggal dengan hanya satu pasang elektron yang terbagi di antara dua atom. Ia biasanya terdiri dari satu ikatan sigma. Semua ikatan yang memiliki lebih dari satu pasang elektron disebut sebagai ikatan rangkap atau ikatan ganda. 2. Ikatan yang berbagi dua pasangan elektron dinamakan ikatan kovalen rangkap dua biasanya terdiri dari satu ikatan sigma dan satu ikatan pi. Contohnya pada etilen (CH2CH2).

3. Ikatan yang berbagi tiga pasang elektron dinamakan ikatan kovalen rangkap tiga biasanya terdiri dari satu ikatan sigma dan dua ikatan pi. Contohnya pada hidrogen sianida (HCN). hidrogen sianida berbeda dengan asam sianida walaupun keduanya ditulis sebagai HCN. hidrogen sianida dapat berupa gas, cairan ataupun suatu padatan, sedngkan asam sianida artinya berada dalam larutan atau berada dalam air.

Ikatan kovalen biasanya terjadi antar unsur nonlogam yakni antar unsur yang mempunyai keelektronegatifan relatif besar. Ikata kovalen juga terbentuk karena proses serah terima elektron tidak mungkin terjadi. Hidrogen klorida merupakan contoh lazim pembentukan ikatan kovalen dari atom hidrogen dan atom klorin. Hidrogen dan klorin merupakan unsur nonlogam dengan harga keelektronegatifan masing-masing 2,1 dan 3,0. Konfigurasi elektron atom hidrogen dan atom klorin adalah: H Cl :1 :2 8 7

Berdasarkan aturan oktet yang telah diketahui maka atom hidrogen kekurangan 1 elektron dan atom klorin memerlukan 1 elektron untuk membentuk konfigurasi stabil golongan gas mulia. Apabila dilihat dari segi keelektronegatifan, klorin mempunyai mempunyai tercapai harga harga dengan keelektronegatifan yang lebih besar dari hidrogen tetapi hal ini tidak serta merta membuat klorin mampu menarik elektron hidrogen karena hidrogen juga keelektronegatifan pemakaian yang tidak kecil. Konfigurasi Atom hidrogen stabil dan dapat elektron bersama. atom

klorin

masing-masing

menyumbangkan satu elektron untuk membentuk pasangan elektron milik bersama.

Pembentukan HCl

Pengertian senyawa koordinasi

Secara umum , senyawa yang pembentukkannya melibatkan pembentukan ikatan kovalen koordinasi dapat diaanggap sebagai senyawa koordinasi. Dalam konteks yang lebih khusus, senyawa koordinasi adalah senyawa yang pembentukkannnya melibatkan pembentukan iktan kovalen koordinasi antara ion-ion logam atau atom logan dengan atam nonlogam. Senyawa koordinasi juga disebut senyawa molekular yang mengandung logam transisi blok d dan ligan. Dalam pembentukan senyawa kompleks netral atau senyawa komplek ionik, atom logam atau ion logam disebut sebagai atom pusat, sedangkan atom yang dapat mendonorkan disebut atom donor. Atom donor terdapat pada suatu ion atau molekul netral. Ion dan molekul netral yang memiliki atom-atom donor yang dikoordinasikan pada atom pusat yang disebut ligan. Bilangan koordinasi ditentukan oleh ukuran atom logam pusat, jumlah elektron d, efek sterik ligan. Dikenal kompleks dengan bilangan koordinasi antara 2 dan 9. Khususnya kompleks bilangan koordinasi 4 sampai 6 adalah yang paling stabil secara elektronik dan secara geometri dan kompleks dengan bilangan koordinasi 4-6 yang paling banyak dijumpai (Gambar 1.1). Kompleks dengan berbagai bilangan koordinasi dideskripsikan di bawah ini.

Gambar 1.1

Struktur untuk bilangan koordinasi 4-6

1. Kompleks berbilangan koordinasi dua


Banyak ion yang kaya elektron d10, misalnya: Cu+, Ag+, dan Au+, membentuk kompleks linear seperti [Cl-Ag-Cl]- atau [H3N-Au-NH3]-. Kompleks dengan valensi nol [Pd(PCy3)2] dengan ligan yang sangat meruah trisikloheksilfosfin juga dikenal. Umumnya, kompleks berkoordinasi 2 dikenal untuk logam transisi akhir.

2. Kompleks berbilangan koordinasi tiga


Walaupun [Fe{N(SiMe3)3}3] adalah salah satu contoh, komplek dengan bilangan koordinasi 3 jarang diamati. 3. Kompleks berbilangan koordinasi empat

Bila empat ligan berkoordinasi pada logam, koordinasi tetrahedral (Td) adalah geometri yang paling longgar, walaupun sejumlah kompleks bujur sangkar (D4h) juga dikenal. [CoBr4]2-, Ni(CO)4, [Cu(py)4]+, [AuCl4]- adalah contoh-contoh kompleks tetrahedral. Ada beberapa kompleks bujur sangkar dengan ligan identik, seperti [Ni(CN)4]2-, atau [PdCl4]2. Dalam kasus kompleks ligan campuran, sejumlah kompleks bujur sangkar ion d8, Rh+, Ir+, Pd2+, Pt2+, dan Au3+, telah dilaporkan. Contohnya termasuk [RhCl(PMe3)3], [IrCl(CO) (PMe3)2], [NiCl2(PEt3)2], dan [PtCl2(NH3)2] (Et =C2H5).

4. Kompleks berbilangan koordinasi lima


Contoh kompleks berbilangan koordinasi lima adalah trigonal bipiramidal (D3h) Fe(CO)5 atau piramida bujur sangkar (C4v) VO(OH2)4. Dulunya, kompleks berbilangan koordinasi lima jarang namun jumlahnya kini meningkat. Perbedaan energi antara dua modus koordinasi (nbipiramida dan piramida bujursangakar, pentj) ini tidak terlalu besar dan transformasi struktural mudah terjadi. Misalnya, struktur molekular dan spektrum Fe(CO)5 konsisiten dengan struktur bipiramid trigonal, tetapi spektrum NMR
13

menunjukkan satu sinyal pada suhu rendah, yang mengindikasikan bahwa ligan karbonil di aksial dan ekuatorial mengalami pertukaran dalam skala waktu NMR (10-1~10-9 s). Transformasi struktural berlangsung melalui struktur piramid bujur sangkar dan mekanismenya dikenal dengan pseudorotasi Berry.

Gambar 1.2

Pseudorotasi Berry

5. Kompleks berbilangan koordinasi enam


Bila enam ligan berkoordinasi dengan atom pusat, koordinasi oktahedral (Oh) yang paling stabil dan mayoritas kompleks memiliki struktur oktahedral. Khususnya, ada sejumlah kompleks Cr3+ dan Co3+ yang inert pada reaksi pertukaran ligan, dinyatakan dengan [Cr(NH3)6]3+ atau [Co(NH3)6]3+. Keduanya khususnya penting dalam sejarah

perkembangan kimia koordinasi. [Mo(CO)6], [RhCl6]3-, dsb. juga merupakan kompleks oktahedral. Dalam kasus ligan campuran, isomer geometri cis- dan trans-[MA4B2] dan mer- dan fac-[MA3B3], dan untuk ligan khelat -[M(A-A)3] dan -[M(A-A)3] isomer optik, mungkin terjadi. Struktur oktahedral menunjukkan distorsi tetragonal (D4h), rombik (D2h), trigonal (D3h) yang disebabkan efek elektronik atau sterik. Distorsi tetragonal [Cr(NH 3)6]3+ oleh faktor elektronik adalah contoh khas efek Jahn-Teller

Gambar 1.3

Isomer geometri kompleks berkoordinasi 6

Atom dengan koordinasi enam dapat berkoordinasi prisma trigonal. Walaupun koordinasi ini diamati di [Zr(CH3)6]2- atau [Re{S2C2(CF3)2}3], kompleks logam jarang berkoordinasi prisma trigonal karena koordinasi oktahedral secara sterik lebih natural. Walaupun demikian telah lama dikenal bahwa belerang di sekitar logam adalah prisma trigonal dalam padatan MoS2 dan WS2.

6. Kompleks berbilangan koordinasi lebih tinggi dari enam


Ion logam transisi deret kedua dan ketiga kadang dapat mengikat tujuh atau lebih ligan dan misalnya [Mo(CN)8]3- atau [ReH9]2-. Dalam kasus-kasus ini, ligan yang lebih kecil lebih disukai untuk menurunkan efek sterik.

Ligan
Ligan adalah molekul sederhana yang dalam senyawa kompleks bertindak sebagai donor pasangan elektron (basa Lewis). ligan akan memberikan pasangan elektronnya kepada atom pusat yang menyediakan orbital kosong. Interaksi antara ligan dan atom pusat menghasilkan ikatan koordinasi.

Jenis-jenis Ligan: 1. Ligan Monodentat ligan yang terikat pada ion logam hanya pada satu titik oleh penyumbangan satu pasangan-elektron-menyendiri kepada logam 2. Ligan Bidentat molekul atau ion ligan itu mempunyai dua atom, yang masing-masing mempunyai satu pasangan elektron menyendiri, maka molekul itu mempunyai dua atom-penyumbang, dan mungkin untuk membentuk dua ikatan-koordinasi dengan ion logam yang sama 3. Ligan Multidentat Ligan multidentat mengandung lebih dari dua atom-koordinasi per molekul, misalnya asam 1,2-diaminoetanatetraasetat (asam etilenadiaminatetraasetat, EDTA) yang mempunyai dua atom nitrogen-penyumbang dan empat atom oksigen-penyumbang dalam molekul, dapat merupakan heksadentat.

Pengaruh Ligan
Selain pengaruh dari logam sebagai ion pusat dari kompleks, ligan yang terikat pada logam tersebut juga menentukan kestabilan dari kompleks yang terbentuk. Berikut beberapa factor dari ligan yang mempengaruhi kestabilan kompleks(anobim c, 2001). 1. Ukuran dan Muatan Ligan Ligan yang berukuran lebih kecil akan lebih mudah mendekat ke arah logam pusat untuk membentuk ikatan yang lebih kuat. Dengan demikian ligan yang ukurannya lebih kecil akan membentuk kompleks yang lebih stabil. Ditinjau dari muatannya, semakin besar muatan yang dimiliki ligan, gaya tarik menarik antara ligan dengan logam pusat juga makin kuat, sehingga ikatan yang terbentuk otomatis juga menjadi lebih kuat. Dari dua hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa kompleks yang stabil akan terbentuk dari ligan yang berukuran kecil dan memiliki muatan yang besar.

2. Momen Dipol dari Ligan Analog dengan faktor muatan, makin besar momen dipol dari suatu ligan, stabilitas kompleks yang terbentuk makin besar. Hal ini dapat menjelaskan urutan kestabilan dari sejumlah ligan netral berikut : amina > etilamin > dietilamin > trietilamin 3. Sifat Basa Ligan Interaksi antara logam dengan ligan dapat ditinjau sebagai interaksi Asam-Basa Lewis. Oleh karena itu, makin basa suatu ligan, kompleks yang terbentuk akan semakin stabil. Hal ini dikarenakan ligan yang sifatnya lebih basa akan lebih mudah mendonorkan pasangan elektron bebas yang dimilikinya pada logam. Atas dasar hal ini, maka ligan NH3 dapat membentuk kompleks yang lebih stabil dibandingkan H2O. 4. Kemampuan Membentuk Ikatan Adanya ikatan dapat memperkuat ikatan logam dengan ligan dalam kompleks. Oleh karena itu, ligan-ligan yang dapat membentuk ikatan dengan logam membentuk kompleks yang lebih stabil. Misalnya saja ligan CN-, CO, PR3, dan alkena. 5. Efek Sterik Adanya efek sterik dapat melemahkan ikatan logam dengan ligan karena adanya gaya tolak menolak antar ligan yang terikat. 6. Efek Khelat Ligan yang merupakan suatu ligan pengkhelat membentuk kompleks yang lebih stabil dibandingkan ligan bukan khelat. Hal ini dikarenakan ligan berikatan dengan logam melalui lebih dari satu atom donor, sehingga otomatis ikatan yang terbentuk akan lebih kuat. Kestabilan ligan pengkhelat sendiri dipengaruhi beberapa faktor sebagai berikut : - ukuran cincin khelat, umumnya makin besar ukuran cincin khelat, makin stabil kompleks yang terbentuk - efek resonansi, adanya resonansi akan meningkatkan kestabilan.

Tatanama Senyawa Kompleks Senyawa Kompleks dan Penamaannya Senyawa kompleks adalah zat dimana atom atau ion logam yang dikaitkan dengan kelompok molekul netral atau ion yang disebut ligan. Dalam kimia , sebuah kompleks koordinasi atau kompleks logam, adalah struktur yang terdiri dari atom pusat atau ion (biasanya logam), terikat ke array sekitarnya molekul atau anion ( ligan , agen kompleks). Atom dalam ligan yang terikat langsung pada atom pusat atau ion disebut atom donor. Polydentate (multiple berikat) ligan dapat membentuk kompleks khelat. Sebuah ligan menyumbangkan setidaknya satu pasangan elektron pada atom pusat / ion. Senyawa yang mengandung kompleks koordinasi disebut senyawa koordinasi. Atom pusat atau ion, bersama dengan semua ligan membentuk lingkup

koordinasi . Koordinasi mengacu pada "ikatan kovalen koordinat" ( obligasi dipole ) antara ligan dan atom pusat. Awalnya, kompleks tersirat sebuah asosiasi reversibel dari molekul atom, atau ion melalui seperti lemah ikatan kimia. Sebagaimana diterapkan pada kimia koordinasi, makna ini telah berkembang. Beberapa kompleks logam terbentuk hampir ireversibel dan banyak yang diikat bersama oleh ikatan yang cukup kuat. Penamaan senyawa kompleks menurut IUPAC mengikuti aturan sebagai berikut : 1. Nama kation (ion positif) disebut lebih dahulu, kemudian diikuti dengan nama anion (ion negative), seperti pada penamaan senyawa ion. 2. Pada ion kompleks, urutan penyebutannya adalah jumlah ligan nama ligan nama atom pusat(bilangan oksidasi atom pusat). 3. Jumlah ligan disebut dengan bahasa latin, 1 : mono 2 : di 4 : tetra 5 : penta

3 : tri

6 : heksa

4. Nama ligan ditambah dengan akhiran o dengan cara : a. Ligan ligan yang berakhiran ida diganti dengan o b. Ligan ligan yang berakhiran it atau at diganti dengan ito atau ato c. Ligan netral diberi nama sesuai nama molekulnya dalam bahasa latin 5. Jika ligannya lebih dari 1 jenis, maka urutan penyebutannya dimulai sesuai dengan urutan abjad nama depan dari ligan tersebut. 6. Jika ion kompleksnya bermuatan negative maka nama atom pusat diberi akhiran at. Jika ion kompleksnya tidak bermuatan atau bermuatan positif, maka nama atom pusatnya tidak ditambah akhiran. 7. Bilangan oksidasi atom pusat di tulis dengan angka romawi dalam kurung setelah nama atom pusat. II. Jenis Tata Nama Senyawa Kompleks Tatanama senyawa kompleks terbagai menjadi dua jenis yakni sistematik dan tata nama umum. Dalam menuliskan ligan biasanya atom donor ditulis dibagian depan kecuali untuk beberapa ligan seperti H2O, H2S dan H2Te. Tata nama sistematik dibagi menjadi dua cara yakni : 1. Tata nama yang didasarkan atas nama dan jumlah ligan yang ada serta nama atom pusat beserta tingkat oksidasinya, dimana senyawa kompleks yang ada bilangan oksidasinya ditulis dengan angka Romawi. Angka Romawi yang diberikan disebut angka Stock. 2. Tata nama yang didasarkan atas nama dan jumlah ligan, nama atom pusat serta muatan dari kompleks yang ada. Angka arab yang digunakan dapat berupa tanda positif

atau negatif yang menunjukan muatan ion kompleks, angka Arab ini disebut angka Ewens-Bass tata nama umum kini jarang bahkan tidak digunakan lagi. 3. Nama umum untuk senyawa kompleks atau senyawa koordinasi didasarkan atas nama penemu atau warna yang dimiliki senyawa tersebut. Berikut adalah contoh senyawa yang didasarkan atas nama penemunya: Garam Vauquelin Garam Magnus Senyawa Gmelin Garam Zeise : : : : [Pd(NH3)4] [PdCl4] [Pt(NH3)4] [PtCl4] [Co(NH3)6]2(C2O4)3 K[PtCl3(C2H4)].H2O

Sedangkan nama senyawa kompleks yang didasarkan atas warna yang dimiliki yaitu:

Biru prusia (prusian blue) Kompleks luteo (kuning) Kompleks praseo (hijau) Senyawa Kompleks Ionik

: : :

KFe[Fe(CN)6].H2O [Co(NH3)5Cl]Cl2 [Co(NH3)4Cl2]

Senyawa kompleks ionik kation sebagai ion kompleks penamaannya adalah sebagai berikut: 1. Diawali dengan menulis atau menyebut kata ion 2. Menulis atau menyebut nama dan jumlah ligan yang dimiliki 3. Menulis atau menyebut nama atom pusat diikuti bilangan oksidasi yang ditulis dalam angka Romawi. Selain cara di atas penamaan dapat dilakukan dengan cara berikut: 1. Diawali dengan menulis atau menyebut kata ion 2. Menulis atau menyebut nama dan jumlah ligan yang dimiliki 3. Menulis atau menyebut nama serta muatan dari ion kompleks yang ditulis dengan angka Arab.

Contoh : Kompleks [Cu(NH3)4]2+ [Co(NH3)4Cl2]+ [Pt(NH3)4]2+ [Ru(NH3)5(NO2)]+ Spesi yang ada Cu2+ dan 4NH3 Co3+, 4NH3, dan 2Cl Pt2+, dan 4NH3 Ru2+, 5NH3, dan NO2 Nama ion tetraaminatembaga(II), tetraaminatembaga(2+) ion tetraaminadiklorokobalt(II) tetraaminadiklorokobalt(1+) ion tetraaminaplatina(II) iontetraaminaplatina(2+) atau atau Ion ion atau

ion pentaaminanitrorutenium(II) atau ion pentaaminanitrorutenium(1+)

Senyawa kompleks ionik anion sebagai ion kompleks penamaannya adalah sebagai berikut : 1. Diawali dengan menulis atau menyebut kata ion 2. Menulis atau menyebut nama dan jumlah ligan yang dimiliki 3. Menulis atau menyebut nama atom pusat dalam bahasa latin dengan akhiran um atau ium diganti at kemudian diikuti bilangan oksidasi atom pusat yang ditulis dalam angka Romawi. Selain cara di atas penamaan dapat dilakukan dengan cara berikut : 1. Diawali dengan menulis atau menyebut kata ion 2. Menulis atau menyebut nama dan jumlah ligan yang dimiliki 3. Menulis atau menyebut nama atom pusat dalam bahasa latin dengan akhiran um atau ium diganti at kemudian diikuti muatan dari ion kompleks yang ditulis dengan angka Arab. Contoh : kompleks [PtCl4]2 Spesi yang ada Pt2+ dan 4Cl Nama Ion tetrakloroplatinat(I) atau ion

tetrakloroplatinat(2-) [Ni(CN)4]2 [Co(CN)6]3 [CrF6]3 [MgBr4]2 Ni2+ dan 4CN Co3+ dan 6CN Cr3+ dan 6F Mg2+ dan 4Br Ion tetrasianonikelat(II) tetrasianonikelat(2-) Ion heksasianokobaltat(III) heksasianokobaltat(3-) Ion heksafluorokromat(III) heksasianofluorokromat(3-) Ion tetrabromomagnesat(II) tetrabromomagnesat(2-) atau atau atau atau ion ion ion Ion

Senyawa kompleks ionik kation dan anion sebagai ion kompleks, penamaannya adalah menulis atau menyebut nama dan jumlah kation terlebih dahulu kemudian nama anion diikuti bilangan oksidasi atom pusat yang ditulis dalam angka Romawi atau menulis atau menyebut nama dan jumlah kation terlebih dahulu kemudian nama anion diikuti muatan ion kompleks yang ditulis dengan angka Arab. Contoh : K3[Fe(CN)6]3 K4[Fe(CN)6] [CoN3(NH3)5]SO4 [Cu(NH3)4]SO4 [Cu(NH3)4] [PtCl4] [Co(NH3)6] [Cr(CN)6] : : : : : : Kalium heksasianoferat(III) heksasianoferat(3-) Kalium heksasianoferat(II) heksasianoferat(4-) Pentaaminaazidokobalt(III) Pentaaminaazidokobalt(2+) sulfat Pentaaminatembaga(II) Pentaaminatembaga(2+) sulfat atau atau sulfat sulfat kalium kalium atau atau atau atau

Tetraaminatembaga(II) tetrakloroplatinat(II) tetraamina tembaga(2+) tetrakloroplatinat(2-) Heksaaminakobalt(III) heksasianokromat(III) heksasianokobalt(3+) heksasianokromat(3-)

You might also like